ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG HAK SUAMI ISTERI …repository.uinjambi.ac.id/1863/1/SITI NUR...
Transcript of ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG HAK SUAMI ISTERI …repository.uinjambi.ac.id/1863/1/SITI NUR...
-
ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG HAK SUAMI ISTERI
TERHADAP “HARTA SEPENCARIAN” SETELAH
PERCERAIAN DI MAHKAMAH TINGGI
SYARIAH SHAH ALAM, SELANGOR,
MALAYSIA
SKRIPSI
SITI NUR FASYILIN BINTI SARANI
SPM 103170034
PEMBIMBING:
Dr. ILLY YANTI, M. Ag
Drs. H. USMAN HI., M. HI
JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1440 H / 2019 M
-
ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG HAK SUAMI ISTERI
TERHADAP “HARTA SEPENCARIAN” SETELAH
PERCERAIAN DI MAHKAMAH TINGGI
SYARIAH SHAH ALAM, SELANGOR,
MALAYSIA
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Dalam Perbandingan Mazhab
SKRIPSI
SITI NUR FASYILIN BINTI SARANI
SPM 103170034
PEMBIMBING:
Dr. ILLY YANTI, M. Ag
Drs. H. USMAN HI., M. HI
JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1440 H / 2019 M
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
MOTTO
Artinya: dan janganlah kamu terlalu mengharapkan (ingin mendapat) limpah
kurnia Yang Allah telah berikan kepada sebagian dari kamu (untuk menjadikan
mereka) melebihi sebagian Yang lain (tentang harta benda, ilmu
pengetahuan atau pangkat kebesaran). (karena telah tetap) orang-orang lelaki ada
bahagian dari apa Yang mereka usahakan, dan orang-orang perempuan pula ada
bahagian dari apa Yang mereka usahakan; (maka berusahalah kamu) dan
mohonkanlah kepada Allah akan limpah kurniaNya. Sesungguhnya Allah sentiasa
mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.1
1 Surah an-Nisa (4:32)
-
vii
ABSTRAK
Siti Nur Fasyilin Binti Sarani, SPM 10317003, Analisis Putusan Hakim di
Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam Tentang Hak Suami Isteri Terhadap “Harta
Sepencarian”.
Skripsi yang berjudul Analisis Putusan Hakim di Mahkamah Tinggi Syariah Shah
Alam Tentang Hak Suami Isteri Terhadap “Harta Sepencarian” ini adalah untuk
mengetahui dasar-dasar putusan dikeluarkan oleh Hakim Mahkamah Tinggi
Syariah Shah Alam berkaitan “harta sepencarian”.Selain itu, skripsi ini juga adalah
untuk menganalisa metode istinbath Hakim Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam
dalam mengeluarkan putusan. Metode penelitian yang digunakan yaitu sistem field
research di Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam. Oleh karena itu, data yang
diperoleh adalah berasal dari wawancara dan perpustakaan. Data yang digunakan
dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi dua yaitu pertama data primer yang
bersumberkan dokumen yang berkaitan dengan kajian ini berupa informasi atau
keterangan yang diperoleh dari penelitian lapangan di Mahkamah Tinggi Syarah
Shah Alam. Yang kedua ialah data sekunder yaitu penunjang atau pelengkap dalam
penulisan skripsi ini yang diambil dari bermacam-macam buku, majalah dan
sumber internet yang punya hubungan dengan materil yang dibahas penulis. Hasil
Penelitian yang penulis dapat setelah melakukan penelitian adalah dasar-dasar
penetapan putusan Hakim adalah berdasarkan fatwa yang dikeluarkan yaitu nilai
pada tahap sumbangan pasangan dan metode istinbath putusan Hakim yang
digunakan adalah berpandukan kepada 3 bagian yaitu fatwa yang dikeluarkan,
mengikut ijtihad Hakim terdahulu dan menjaga kemaslahatan (metode Istislahy).
Kata Kunci: Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam, Metode Istinbath Hukum,
Harta Sepencarian
-
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini Untuk orang-orang yang kucintai
Ibunda Siti Kahlijah Binti Aziz dan Ayahanda Sarani Bin Iberahim. Yang telah
mendidik dan mengasuh ananda dari kecik hingga dewasa dengan penuh kasih sayang keluarga, agar kelak ananda menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua dan berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa dan dapat meraih cita-
cita.
Terima kasih juga kepada adik-beradik Ayong, Angah, Abang Ngah, Abang, Bang Cik, Kak Ain, Abang Hisyam, Adik Daus Dan Adik Aqi. Sahabat seperjuangan saya
sepanjang berada di Jambi.
Penghargaan saya tujukan juga kepada sahabat-sahabatku Hanisah Basyirah, Hajar, Bintu Afiqah, Farhana, Fatini, Aishah, Janna, Afifah dan Syafiqah. Tidak lupa kepada Muzani yang sentiasa memberi sokongan kepada saya ketika saya menjalankan tugasan saya. Tidak lupa juga kepada seluruh sahabat Persatuan
Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia Cawangan Jambi. Mereka yang banyak memberikan semangat dan dorongan di kala suka maupun duka, semoga pahit
manis yang kita semua lalui menjadi kenangan terindah dan kita semua menjalani kehidupan yang bahagia dan sejahtera
Terima kasih atas segalanya.
-
ix
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah penulis
memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah
diberikan kepada penulis, baik kesempatan maupun kesehatan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salam dan salawat selalu tercurah
kepada junjungan kita Baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia
dari alam jahiliyah menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.
Skripsi yang berjudul Analisis Putusan Hakim Tentang Hak Suami Isteri
Terhadap “Harta Sepencarian” Setelah Perceraian Di Mahkamah Tinggi
Syariah Shah Alam, Selangor, Malaysia. Skripsi ini dapat hadir seperti sekarang
ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnya penulis
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa
membantu penulis selama proses pembuatan skripsi ini dari awal hingga akhir.
Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan
ilmu syariah dalam bagian perbandingan mazhab dan juga memenuhi sebagian
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Jurusan
Perbandingan Mazhab dan Hukum pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis akui tidak terlepas dari menerima
hambatan dan halangan baik dalam masa pebumpulan data maupun
penyusunannya. Situasi yang mencabar dari awal hingga keakhir menambahkan
lagi daya usaha untuk menyelesaikan skripsi ini agar selari dengan penjadualan.
Dan berkat kesabaran dan sokongan dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat juga
diselesaikan dengan baik seperti yang diharapkan.
Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebenar-besarnya atas semua
bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama
-
x
penyusunan tugas akhir ini hingga selesai. Secara khusus rasa terima kasih tersebut
penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asy’ari, MA, Ph.D selaku Rektor UIN STS
Jambi, Indonesia.
2. Bapak Dr. A.A. Miftah, M. Ag Dekan Fakultas Syariah UIN STS Jambi,
Indonesia.
3. Bapak H. Hermanto Harun Lc M. HI., Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Ibu Dr. Rahmi Hidayati S. Ag. M. HI Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan dan Ibu Dr Yuliantin M,
HI, Wakil Dekan Kemahasiswaan dan Kerjasama di lingkungan Fakultas
Syariah UIN STS Jambi, Indonesia.
4. Bapak Al Husni S.Ag, M. HI Ketua Jurusan Perbandingan Mazhab dan
Bapak Yudi Armansyah M. Hum Sekretaris Jurusan Perbandingan Mazhab,
Fakultas Syariah UIN STS Jambi, Indonesia.
5. Ibu Dr. Illy Yanti M. Ag selaku Pembimbing I dan Bapak H. Usman HI,
M.HI selaku pembimbing II skripsi ini yang telah banyak memberi
masukan, tunjuk ajar dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah mengajar sepanjang perkuliahan, asisten
dosen serta seluruh karyawan dan karyawati yang telah banyak membantu
dalam memudahkan proses penyusunan skripsi di Fakultas Syariah UIN
STS Jambi, Indonesia.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, baik dari segi materi
maupun penyajiannya. Penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran
yang bersifat membangun kearah pembaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
Cukup banyak kesulitan yang penulis temui dalam penulisan skripsi ini, tetapi
Alhamdulillah dapat penulis atasi dan selesaikan dengan baik.
-
xi
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan
dari Allah SWT.
Jambi, September 2019
Penulis,
SITI NUR FASYILIN BINTI SARANI
NIM: 103170034
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………...ii
NOTA DINAS…………………………………………………………………...iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………...iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN………………………………………...........v
MOTTO…………………………………………………………………….........vi
ABSTRAK…………………………………………………………………........vii
PERSEMBAHAN……………………………………………….......................viii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….......ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………….............xii
DAFTAR SINGKAT............................................................................................xv
TRANSLITERSI.................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………….........…......1
B. Rumusan Masalah………………....…………………………........6
C. Batasan Masalah……………………………………………….......6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitia……………………………............6
E. Kerangka Teori…………………………………………….............7
F. Tinjauan Pustaka………………………………...…………….....13
G. Metode Penelitian...........................................................................15
H. Sistematika Penulisan.....................................................................19
-
xiii
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Latar Belakang Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam.................21
B. Moto, Visi, Misi, Objektif .............................................................24
C. Piagam Pelanggan..........................................................................25
D. Carta Organisasi Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam..............26
BAB III “HARTA SEPENCARIAN” MENURUT ISLAM DAN
PERATURAN UNDANG-UNDANG
A. Pengertian “Harta Sepencarian”........……….....…………............27
B. Dalil dan Pendapat Ulama’ Tentang “Harta Sepencarian” ………29
C. Jenis-Jenis Harta Dalam Perkahwinan…………………………...33
D. “Harta Sepencarian” Menurut Undang-Undang………………….35
E. Langkah Mengenal Pasti “Harta Sepencarian”………………......37
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Dasar-Dasar Penetapan Hukum yang digunakan oleh Hakim
Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam Tentang “Harta Sepencarian” atas
Hak Suami dan Isteri....……..................................................................42
B. Metode Istibath Hukum Hakim Mahkamah Tinggi Syariah Shah
Alam tentang “Harta Sepencarian” atas Hak Suami dan
Isteri.........................................................................................................51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………...……….............63
B. Saran-saran………………………………………………….........64
-
xiv
C. Kata Penutup……………………………………………..............65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
-
xv
DAFTAR SINGKATAN
cet. : Cetakan
H : Hijrah
hlm. : Halaman
KHI : Kompilasi Hukum Islam
M : Masehi
No. : Nomor
SAW : Salla Allahu alaihi wa sallam
SWT : Subahanahu wa taalla
UIN STS : Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
YA : Yang Arif
-
xvi
TRANSLITERASI
k ك dh ض d د a ا
l ل th ط dz ذ b ب
m م zh ظ r ر t ت
n ن ع ’ z ز ts ث
w و gh غ s س j ج
h ه f ف sy ش h ح
’ ء q ق sh ص kh خ
y ي
 a panjang
Î i panjang
Û u panjang
au او
ay َاى
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Harta sepencarian” adalah suatu istilah yang dikenal pasti dalam
masyarakat melayu Malaysia dan ia merujuk kepada konsep pemilikan harta
oleh pasangan suami isteri. Ia juga bisa dituntut apabila terjadinya di antara
pasangan suami isteri berpisah karena berlaku perceraian hidup seperti fasakh,
talak, li‘an, atau mati salah seorang, atau semasa tempoh perkahwinan suami
berpoligami, maka pasangan dianggap mempunyai hak untuk menuntut harta
yang dimiliki atau yang diperoleh oleh pasangannya selama dalam tempoh
perkahwinan sebagai “harta sepencarian”.2
Oleh hal yang demikian, apabila terjadinya perihal tersebut, pasangan
bisa mengaju permohonan kepada Mahkamah Tinggi Syariah untuk menuntut
“harta sepencarian” termasuklah uang, harta yang bisa bergerak maupun tidak
serta aset-aset yang dihasilkan atas perkongsian sepanjang tempoh perkawinan.
Sebagaimana yang disebut di dalam al-Quran surah an-Nisa ayat 32 orang
lelaki dan perempuan mempunyai bagian dari apa yang telah dikerjakan:
2 Suwaid bin Tapah (1996), “Konsep dan Amalan Pembahagian Harta Sepencarian Orang-Orang Islam di Malaysia” (Tesis Ph.D, Jabatan Pengajian Islam, Fakulti Sastera dan Sains
Sosial, Universiti Malaya)
-
2
Artinya: dan janganlah kamu terlalu mengharapkan (ingin mendapat) limpah
kurnia Yang Allah telah berikan kepada sebahagian dari kamu (untuk
menjadikan mereka) melebihi sebahagian Yang lain (tentang harta benda, ilmu
pengetahuan atau pangkat kebesaran). (karena telah tetap) orang-orang lelaki
ada bagian dari apa Yang mereka usahakan, dan orang-orang perempuan pula
ada bagian dari apa Yang mereka usahakan; (maka berusahalah kamu) dan
mohonkanlah kepada Allah akan limpah kurniaNya. Sesungguhnya Allah
sentiasa mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.
Oleh hal yang demikian, bagi proses tuntutan “harta sepencarian” di
Malaysia khususnya di lapangan penelitian penulis, putusan yang dibuat oleh
Hakim Mahkamah akan merujuk kepada fatwa yang telah diwartakan
berkenaan “Harta Sepencarian” di dalam Enakmen Keluarga Islam dalam fasal
122 (2) yaitu Mahkamah berhak menetapkan tentang “harta sepencarian”
maupun takat sumbangan-sumbangan dalam perkawinan baik menyangkut
jenis uang, harta atau kerja bagi memperoleh harta-harta tersebut. Malah,
-
3
mahkamah juga bakal memberi perhatian dalam hutang yang dibuat dalam
peroleh harta serta keperluan-keperluan anak-anak dalam menetapkan putusan.
Berlainan pula pembagian “harta sepencarian” di Indonesia, ianya melalui
Kompilasi Hukum Islam yang diatur pada Pasal 97 disebutkan bahwa: “Janda
atau duda cerai harta perkawinan sepanjang tidak ditentukan lain dalam
perjanjian perkawinan masing-masing berhak seperdua dari harta
perkawinan.”3 Hal ini berdasarkan pada suatu pemikiran bahwa dalam suatu
perkawinan itu baik pihak isteri maupun suami mempunyai kedudukan yang
seimbang dalam kehidupan rumahtangga sebagaimana yang dijelaskan dalam
KHI.
Namun dalam pelaksanaan sehari-hari masalah “harta sepencarian” ini
masih menjadi perdebatan di antara suami isteri baik dalam jumlah harta atau
bagian tertentu yang belum dijelaskan secara terperinci menurut perundang-
undangan. Namun di sisi lain, penulis temui bahwasanya keputusan Hakim
Mahkamah Syariah Tinggi Syah Alam itu lebih rinci dalam menentukan bagian
yang jadi hak suami dan isteri. Misalnya dalam salah satu putusan dalam kasus
Penggugat adalah Mahatam bt Yaacob dan tergugat adalah Md. Zohri Hj Man.
Mereka memiliki 6 buah rumah sebagai “harta sepencarian”. Penggugat telah
mengajukan supaya mendapat separuh bagian daripada jumlah “harta
sepencarian”. Namun setelah meniliti segala bukti serta dokumen berkenaan
3 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta, Akademik Pressindo,
1992) h. 115
-
4
harta tersebut, Hakim memutuskan bahwa pengugat tidak memiliki separuh
dari jumlah tersebut hal ini berdasarkan penilaian yang dibuat oleh Hakim.4
Aturan hukum berkenaan “harta sepencarian” di Malaysia berbeda dengan
di Indonesia dimana di Indonesia pembagian tersebut telah ditentukan dengan
jumlah bagian setengah bagi masing-masing pihak, sedangkan hal ini tidak
ditentukan di Malaysia sebagaimana yang telah dinyatakan penulis di dalam
kasus di atas.
Dari beberapa kasus dilapangan, penulis melakukan penelitian tentang
“harta sepencarian” ini selama 5 tahun terakhir di Mahkamah Tinggi Syariah
Shah Alam mendapati bahwa jumlah kasus adalah seperti berikut:
4 Penggugat adalah Mahatam bt Yaacob dan tergugat adalah Md. Zohri Hj Man. Mereka
telah berkahwin pada 16 April 1987 dan bercerai pada 11 juni 2014. Hasil daripada perkahwinan
tersebut mereka mempunyai tiga orang anak dan memeliki 6 buah rumah sebagai harta sepencarian.
Penggugat telah mengajukan supaya mendapat separuh bagian daripada jumlah harta sepencarian.
Namun setelah meniliti segala bukti serta dokumen berkenaan harta tersebut, Hakim memutuskan
bahwa Harta pertama: penggugat (50%) tergugat (50%), Harta kedua: penggugat (48%) tergugat
(52%), Harta ketiga: penggugat (30%) tergugat (70%), Harta keempat: peng gugat (17%) tergugat
(83%), Harta kelima: penggugat (30%) tergugat (70%) , Harta keenam penggugat (20%) tergugat
(80%) (Penelitian Dokumen Di Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam)
-
5
Tabel 1
Tuntutan perkara Harta Sepencarian Di Mahkamah Tinggi Syariah Shah
Alam
Tuntutan Harta
Sepencarian
Tahun Jumlah
2015 339
2016 400
2017 422
2018 410
2019 290
Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat banyak kasus berkaitan
tuntutan “harta sepencarian” yang berlaku di Malaysia pada setiap tahun. Maka,
penulis merasa tertarik dan terpanggil untuk memaparkan tentang bagaimana
putusan yang telah dikeluarkan hakim berkenaan "harta sepencarian”, harapan
agar masyarakat memahami berkenaan “harta sepencarian” yang di istilah pada
situasi zaman sekarang. Dan atas dasar inilah penulis termotivasi mengangkat
sebuah permasalahan yang dijadikan sebagai karya ilmiah dengan judul:
“Analisis Putusan Hakim Di Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam
Tentang Hak Suami Isteri Terhadap “Harta Sepencarian”.
-
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan dalam latar belakang permasalahan diatas, maka
yang menjadi rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apakah dasar-dasar penetapan putusan yang digunakan oleh Hakim
Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam tentang “harta sepencarian” atas hak
suami dan isteri?
2. Bagaimana analisis metode istibath hukum yang digunakan hakim tentang
“harta sepencarian” atas hak suami dan isteri?
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan serta tidak menyalahi sistematika penulisan
karya ilmiah sehingga membawa hasil yang diharapkan, maka penulis
membatasi masalah yang akan dibahaskan dalam skripsi ini, sehingga tidak
terkeluar dari topik yaitu Analisis Putusan Hakim Di Mahkamah Tinggi
Syariah Shah Alam tentang Hak Suami Isteri Terhadap “Harta Sepencarian”.
D. Tujuan Dan Kegunaan Peneltian
1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui dasar-dasar putusan yang digunakan oleh Hakim
Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam tentang “harta sepencarian” atas
hak suami dan isteri.
b. Ingin mengetahui analisis metode istibath hukum yang digunakan
Hakim tentang “harta sepencarian” atas hak suami dan isteri.
2. Kegunaan Penelitian
-
7
a. Sebagai sumbangan terhadap pengembangan khazanah ilmu
pengetahuan dan penjelasan tentang harta sepencarian atas hak suami
dan isteri di tengah masyarakat.
b. Sebagai bahan bacaan dan rujukan bagi mahasiswa, peneliti dan
masyarakat seluruhnya melalui pembuatan dan penyusunan karya
ilmiah secara baik.
c. Sebagai melengkapi pensyaratan dalam menyelesaikan studi dan untuk
memperoleh gelar Sarjana Srata Satu (S1) pada Fakultas Syari’ah
dalam jurusan Perbandingan Mazhab, UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
E. Kerangka Teori
Metode pengkajian hukum yaitu metode analisa kebahasaan untuk
memberikan penjelasan-penjelasan terhadap makna teks al-Quran dan al-
Sunnah, yang dikenali dengan nama Qawaid Ushuliyyah. Metode ini terbagi
kepada tiga yaitu Qawaid Al-Lughat (metode analisa kebahasaan), Metode
Ta’lily (metode analisa illat hukum) dan Metode Istislahy (metode analisis
kemaslahatan). Ringkasan dari tiga metode adalah seperti berikut:
1. Qawaid Al-Lughat (Metode Analisa Kebahasaan)5
Yang dimaksudkan dengan pendekatan analisa kebahasaan dalam
pembahasan ini adalah, “Kaidah-kaidah yang dirumuskan para ahli bahasa
dan diadopsi oleh para pakar hukum Islam untuk melakukan pemahaman
terhadap makna lafaz, sebagai hasil analisa induktif dari tradisi kebahasaan
5 Hasbi Umar, Nalar Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 66
-
8
bangsa Arab sendiri, baik bahasa prosa maupun syair atau nazam”. Skop
pembahasan metode analisa kebahasaan dalam kajian usul fiqh mencakup
empat pokok masalah,6 yaitu:
a. Analisa makna kata sesuai dengan bentuk kata
Dalam Hal ini terbagi kepada empat yaitu yang pertama disebut sebagai
Lafaz Khas yaitu satu lafaz yang ditempatkan untuk menunjukkan satu
makna tertentu. Kedua, Lafaz Am yaitu satu lafaz yang ditempatkan
untuk menunjukkan makna umum. Ketiga, Lafaz Musytarak yaitu satu
lafaz yang ditempatkan untuk menunjukkan kepada dua makna atau
lebih. Lafaz terakhir adalah Lafaz Muradif yaitu dua lafaz atau lebih
yang menunjukkan kepada satu makna.
b. Analisa makna lafaz sesuai dengan maksud penggunaan lafaz
Dalam hal ini, lafaz dibagi kepada dua bentuk, yakni lafaz haqiqah dan
lafaz majaz. Lafaz Haqiqah adalah lafaz yang digunakan untuk
mengemukakan sesuatu sesuai makna ungkapannya.7 Sedangkan Lafaz
Majaz adalah suatu lafaz yang digunakan untuk mengemukakan makna
di luar ungkapannya.8
c. Analisa lafaz sesuai kekuatannya dalam menunjukkan makna.
Dalam konteks ini ada dua kategori yaitu lafaz-lafaz yang cukup jelas
dalam menyatakan pesan-pesan hukumnya tanpa memerlukan lafaz lain
6 Hasbi Umar, Nalar Fiqh Kontemporer ,..hlm. 66 7Ibid, hlm. 67. 8 Ibid, hlm. 69
-
9
untuk memperjelaskan dan lafaz yang kurang jelas petunjuk maknanya
ia baru menjadi jelas setelah ada lafaz lain yang menjelaskannya.9
d. Analisa ke-dalalat-an lafaz
Konteks ini dilihat dari segi cara pengungkapan lafaz dalam kaitannya
dengan makna yang dikandung oleh lafaz tersebut. Ulama Hanafiyah
membagikan kepada empat metode yaitu Ibarat al-nas, Isyarat al-nas,
Dalalat al-nas dan Dalalat al-iqtida’. Jumhur ulama Malikiyah,
Syafi‟iyah dan Hanabilah mengunaka sistem analisa yang lain, yakni
pendekatan analisa mantuq dan mafhum.10
2. Metode Ta’lily (Metode Analisa ‘Illat Hukum)
Metode Ta’lily adalah analisa hukum dengan melihat kesamaan illat atau
nilai-nilai substansial dari persoalan aktual tersebut dengan kejadian yang
telah diungkapkan oleh nas. Metodologi yang telah dikembangkan oleh
para ulama dalam corak analisa tersebut adalah qiyas dan istihsan.11
a. Hakikat dan Makanisme Qiyas
Kata qiyas secara etimologi berarti qadr yaitu ukuran atau bandingan.
Apabila orang Arab berkata qistu hadza bi dzaka, maka maksudnya,
saya mengukur ini dan itu. Adapun secara terminologi, terdapat
beberapa definisi qiyas yang dirumuskan ulama, satu diantaranya
adalah Menurut Ibnu As-Subki, qiyas adalah menyamakan hukum
9 Ibid, hlm. 69.
10 Ibid, hlm. 70-71
11 Hasbi Umar, Nalar Fiqh Kontemporer,…hlm. 71.
-
10
sesuatu dengan hukum sesuatu yang lain kerana adanya kesamaan illah
hukum menurut mujtahid yang menyamakan hukumnya.12
b. Istihsan : Sebagai salah satu Manhaj Ta’lily
Dilihat dari sudut etimologis. Istihsan artinya mengikut sesuatu yang
menurut analisis nalar adalah baik, baik fisik maupun nilainya. Kata ini
kemudian digunakan sebagai suatu technische-term yang membentuk
suatu pengertian baru yang menggambarkan suatu konsep penalaran
dalam rangka penggunaan rasio secara lebih luas untuk menggali dan
menemukan hukum suatu peristiwa yang tidak ditetapkan hukumnya
dalam sumber syariah yang tersurat atau sumber hukum lain yang
disamakan. Secara khusus, Istihsan berarti berpaling dari satu hasil
qiyas pada hasil qiyas lain yang lebih kuat, atau dengan kata lain, men-
takhsis qiyas dengan hasil qiyas lain yang lebih kuat.13 Sejalan dengan
pengertian di atas, al-Sarkhasi, sebagaimana dikutip Husein Hamid
Hasan, menjelaskan bahwa istihsan pada hakikatnya merupakan dua
kajian analogis (qiyas). Hasil kajian pertama sangat jelas kesamaannya
dengan asal tetapi kurang sesuai dengan tuntutan sosial. Sementara
hasil kajian kedua kurang kuat (rendah) sisi kesamaannya dengan asal,
namun sangat kuat relevansinya dengan tuntutan sosial. Dalam Rangka
mencari yang terbaik (istihsan), mujtahid beralih dari hasil qiyas
12 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, cet ke-4, (Jakarta: Amzah, 2016), hlm. 161
13 Hasbi Umar, Nalar Fiqh Kontemporer,…hlm. 108.
-
11
pertama kepada hasil qiyas yang kedua, karena menurutnya, hasil kedua
lebih realitis dan sesuai dengan kemaslahatan masyarakat.14
3. Metode Istislahy ( Metode Analisis Kemaslahatan)
Maslahah, secara etimologi adalah kata tunggal dari al-masalih, yang
berarti dengan kata solah, yaitu “yang mendatangkan kebaikan”.Terkadang
digunakan juga istilah lain yaitu al-istislah yang berarti “mencari
kebaikan”. Dari beberapa arti ini dapat diambil suatu pemahaman bahwa
setiap sesuatu yang mengandung manfaat di dalamnya baik untuk
memperoleh kemanfaatan, kebaikan, maupun untuk menolak kemudaratan,
maka semua itu disebut dengan maslahah.15 Sebagaimana halnya metode
analisa yang lain, maslahah juga merupakan metode pendekatan istinbath
(penetapan hukum) yang persoalannya tidak diatur secara eksplisit dalam
al-Quran dan al-Hadis. Hanya saja metode ini lebih menekan pada aspek
maslahat secara langsung. Sehubungan dengan pendekatan maslahah ini,
dalam ilmu Usul Fiqh, dikenal tiga jenis maslahah, yaitu yang pertama
maslahah al-mu’tabarah, yakni kajian hukum dengan melihat dimensi
kemaslahatan pada berbagai perbuatan syar’i yang masih terakomodasi
oleh pernyataan eksplisit nas (ain manshush). Kedua, maslahah al-
mursalah, yakni kajian hukum dengan mempertimbangkan dimensi
kemaslahatan pada berbagai perbuatan syar’i yang tidak terjangkau oleh
pernyataan eksplisit nas, tetapi masih termasuk dalam kelompok jenis
14 Hasbi Umar, Nalar Fiqh Kontemporer,… hlm. 109 15 Ibid, hlm. 112
-
12
perbuatan yang terakomodasi oleh nas. Terakhir adalah maslahah maskut,
yakni kajian hukum dengan mempertimbangkan dimensi kemaslahatan
pada berbagai perbuatan syar’i yang sama sekali tidak terjangkau oleh nas,
baik dari segi ain perbuatan itu sendiri maupun jenisnya.16
4. Metode Ijtihad
Untuk melakukan ijtihad, menurut Azhar Baasyir ada beberapa cara yang
dapat ditempuh oleh seorang mujtahid. Cara-cara itu adalah:17
a. Qiyas, yaitu dengan cara menyamakan atau membandingkan hukum
sesuatu dengan hukum lain yang sudah ada hukumnya dalam nash
dikarenakan adanya persamaan sebab.
b. Ihtihsan, yaitu memandang sesuatu lebih baik sesuai dengan tujuan
syariat dan meninggalkan dalil khusus dan mengamalkan dalil umum.
c. Maslahah mursalah, yaitu menetapkan hukum yang sama sekali tidak
ada nashnya dengan pertimbangan untuk kepentingan hidup manusia
dengan menarik segala yang memberikan manfaat dan menghindari
segala yang mendatangkan mudharat.
d. Istishab, yaitu mengambil hukum yang telah ada atau ditetapkan pada
masa lalu dan tetap dipakai hingga sekarang, sampai ada ketentuan dalil
yang dapat mengubahnya.
e. Urf, yaitu kebiasaan yang sudah mendarah daging dilakukan oleh suatu
kelompok masyarakat.
16 Ibid, hlm. 112 17 Indrawan, Metode Ijtihad, Makalah disampaikan di Uin Syarif Hidayatullah
(Indonesia,2009) hlm.4-9
-
13
5. Metode takhayyur
Memilih pandangan salah satu ulama fikih, termasuk Ibnu Taimiyyah, Ibnu
Qayyim dan lainnya. Takhayyur seacara substansial dapat pula disebut
tarjih. Sebab dengan memilih pandangan yang berbeda yang didasarkan
pada pandangan yang lebih kuat atau pandangan yang lebih sesuai
dibutuhkan, ternyata ada juga peneliti yang menyebut takhayyur dengan
sebutan tarjih. Artinya dasar memilih salah satu di antara pendapat adalah
pendapat yang lebih kuat (rajih)18
F. Tinjauan Pustaka
Terdapat pelbagai referensi berkaitan harta sepencarian yang dapat
ditemui, adapun tulisan dalam bentuk skripsi yang membahas tentang harta
sepencarian maupun harta bersama antaranya adalah jurnal berjudul “Tuntutan
Harta Sepencarian Di Mahkamah Syariah Sabah” yang ditulis oleh Nur
Shafiqqah Mudran & Zuliza Mohd Kusrin. Jurnal ini membahaskan mengenai
konsep harta sepencarian menurut perundangan di Malaysia serta isu-isu
berbangkit berkaitan seperti kadar pembahagian harta tersebut dibahagi antara
suami isteri serta cara-cara penyelesaian harta sepencarian dilakukan yaitu
melalui persetujuan dalam Majlis Sulh, persetujuan bersama pihak-pihak dan
perbicaraan di Mahkamah Syariah Sabah. Penulis melakukan penelitian yang
berbeda tempat dari jurnal ini yakni di Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam
18 Ibid hlm. 12
-
14
yang pasti akan terdapat beberapa perbedaan berkenaan putusan kedua
Mahkamah karena berbeda provinsi19
Jurnal berikutnya membahaskan mengenai “Elemen Sumbangan Dalam
Pembahagian Harta Sepencarian: Pengalaman Kaum Wanita Melayu Di
Malaysia” yang dikarang oleh Mohd. Anuar Ramli. Jurnal ini mengisahkan
berkenaan elemen sumbangan wanita Melayu-Islam di Malaysia dalam
kewangan rumahtangga yang mana akhirnya, mereka mendapat peruntukan
hak tuntutan harta sepencarian di Malaysia. Pembahagian harta sepencarian ini
selari dengan sumbangan wanita sama ada secara langsung ataupun tidak
langsung dalam membantu bebanan kewangan rumahtangga. Dengan itu,
mereka mendapat bahagian hak kehartaan yang wajar sama ada 1/2, 1/3 dan
seumpamanya sesuai dengan takat sumbangan.20
Jurnal yang berjudul “Hubungan Maqasid Al Syariah dengan Metode
Istinbath Hukum” yang dikarang oleh Nurul Iman. Jurnal ini membahaskan
maqasid syariah adalah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan metode
istinbath. Cara yang digunakan oleh para ulama dalam menggali kemaslahatan
tersebut ada dua macam yakni yang pertama metode Ta‟liili (metode analisis
substantif) yang meliputi Qiyas dan Istihsan. Kedua metode Istislahi (Metode
Analisis Kemaslahatan) yang meliputi Al-Masahah al-Mursalah dan al-
Dharīah baik kategori sadd al-zarīah maupun fath al-zarīah. Penulis
menjadikan jurnal ini sebagai rujukan dalam permasalahan putusan yang dibuat
19 Nur Shafiqqah Mudran & Zuliza Mohd Kusrin, Tuntutan Harta Sepencarian Di
Mahkamah Syariah Sabah, Jurnal Isu Syariah Dan Undang-Undang Siri 22, 2010
20 Mohd. Anuar Ramli , Elemen Sumbangan Dalam Pembahagian Harta Sepencarian: Pengalaman Kaum Wanita Melayu Di Malaysia, Jurnal Universiti Malaya
-
15
oleh hakim melalui metode istibath apa yang akan digunakan. Pada jurnal ini
tidak di nyatakan berkenaan metode ijtihad sebagaimana yang penulis nyatakan
di bahagian kerangka teori.21
Seterusnya skripsi “Analisis Metode Istibath Hukum Fatwa Mufti Majlis
Agama Islam Wilayah Persekutuan Mengenai Cara Pembayaran Zakat Fitrah
dan Implementasi di Pusat Zakat Putrajaya Wilayah Persekutuan Malaysia”
yang dikarang oleh Abdul Harith Bin Ismail. Dalam skripsi ini menceritakan
proses pembentukan fatwa serta metode istibath yang digunakan dalam
penentuan pembayaran zakat fitrah menggunakan uang. Berbanding dengan
penulis yang akan membahaskan berkenaan metode istibath yang digunakan
dalam putusan hakim berkenaan harta sepencarian22
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang penulis lakukan, membedakan
tulisan untuk membuat penelitian berkaitan analisis putusan hakim tentang
harta sepencarian atas hak suami dan isteri.
G. Metode Penelitian
Metode kajian merupakan suatu kajian mempelajari peraturan suatu
metode, oleh itu dalam penyusunan proposal ini penulis menggunakan
metode sebagai berikut :
1. Tempat Penelitian Data dan Sumber Data
1. Tempat Penelitian
21 Nurul Iman, Hubungan Maqasid al Syariah dengan Metode Istinbath Hukum, Jurnal Hukum 22Abdul Harith Bin Ismail, Analisis Metode Istibath Hukum Fatwa Mufti Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan Mengenai Cara Pembayaran Zakat Fitrah dan Implementasi di Pusat
Zakat Putrajaya Wilayah Persekutuan Malaysia. Skripsi Falkultas Syariah Uin Sts Jambi
-
16
Penelitian ini menggunakan pendekatan yang memasukan dua jenis
penelitian di dalamnya yaitu :
a. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penulis langsung turun ke lapangan untuk mendapatkan data
hasil pengamatan atau informasi dari responden. Responden yang
di wawancara adalah Hakim Mahkamah Tinggi Syariah Shah
Alam.
2. Sumber Data
1. Data Primer adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan
studi lapangan, dengan cara melakukan wawancara secara
disiapkan kepada sejumlah responden yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian yaitu mewawancara Hakim Mahkamah
Tinggi Syariah Shah Alam berkenaan kajian ini.23
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dengan melakukan
studi kepustakaan yakni melakukan serangkaian kegiatan
membaca, mengutip, mencatat buku-buku, menelaah perundang-
undangan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dengan
mengkaji kedudukan tentang harta sepencarian atas hak suami
dan isteri dan data dokumentasi yang diperolehi di Mahkamah
Tinggi Syariah Shah Alam itu sendiri.24
23 Ishaq, Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skeipsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung, Alfabeta, 2017) h.99
24 Ibid
-
17
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Analisis
kualitatif dekskriptif ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang
beberapa kondisi dan menjelaskan setra menggambarkan hasil penelitian
yang dilakukan di lingkungan tempat penelitian.
3. Teknis Pengumpulan Data
1. Observasi
Yaitu pengamatan dan pencacatan dengan sistematika fenomena yang
diselidiki dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya
terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung
mahupun tidak langsung. Maka penulis akan mengamati secara
langsung putusan Hakim di Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam
dalam menetapkan putusan tentang harta sepencarian atas hak suami
dan isteri.
2. Wawancara
Yaitu cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan secara lisan
guna mencapai sesuatu tujuan. Teknis yang paling esensial adalah
dengan mewawancara pihak yang terkait seperti seorang Hakim yaitu
Yang Arif Puan Nenney Shuhaidah dan sorang pegawai yang bertugas
yaitu Puan Siti Salmiah di Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam,
Selangor Malaysia.
-
18
3. Dokumentasi
Dalam pengumpulan data, untuk membahas permasalahan yang ada
kaitannya dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan metode
dokumen, yaitu suatu cara untuk pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis, terutama dokumen berkaitan Mahkamah. Hal ini
penulis akan menganalisis putusan hakim dalam penetepan harta
sepencarian atas hak suami dan isteri.
b. Teknis Analisis Data
1. Reduksi Data
Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan tiga teknik yaitu
mereduksi data yang diperolehi dari hasil wawancara. Data-data wawancara
yang telah didapati dari pengawai dengan tujuan memudahkan peneliti
memilih data-data yang sesuai untuk dianalisis. Data-data ini berhubungan
dengan metode istinbath hukum dalam keputusan hakim.25
2. Penyajian data
Data-data yang telah ditanskripkan ini, kemudian disajikan dengan cara
dipisahkan dan dipetakan data-data yang serupa ke dalam bagian-bagian
tertentu yang telah diberikan tanda.26
3. Penarikan kesimpulan
25 Suryan, Metodologi Penelitian Model Prakatis Kuantitatif dan Kualitatif (Indonesia: Universitas Pendidikan Indonesia, 2007) 26 Suryan, Metodologi Penelitian Model Prakatis Kuantitatif dan Kualitatif (Indonesia: Universitas Pendidikan Indonesia, 2007)
-
19
Langkah selnjutnya adalah membuat kesimpulan sementara dari data-data
yang terkumpul, sehingga dapat diambil langkah-langkah awal untuk
penelitian lanjutan dan mengecek kembali data-data asli yang telah
diperoleh.27
H. Sistimatika Penulisan
Penyusunan skripsi ini terbahagi pada lima bab yang mana setiap bab
terdiri dari sub-sub bab. Masing-masing bab membahas permasalahan-
permasalahan tertentu tetapi saling berkait antara satu sub bab dengan sub bab
yang lainnya. Adapun sistematikan perbahasannya seperti berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan yang memberi arah untuk pembahasan
seluruhnya. Dalam bab ini, dikemukakan latar belakang masalah yang
menguraikan secara jelas urgensi penelitian ini dilakukan. Pada rumusan dan
batasan masalah dikemukakan pertanyaan-pertanyaan pokok yang dijadikan
pijakan dan cakupan serta batasan masalah yang menjadi fokus penelitian. Pada
bab ini juga dikemukakan tujuan dan kegunaan penelitian yang
menggambarkan sasaran akhir dari penelitian ini. Kerangka teori juga
dimuatkan sebagai sub bab dalam bab ini. Selanjutnya dikemukakan tinjauan
pustaka untuk mengungkapkan beberapa penelitian yang telah ada sebelumnya
dan menggambarkan spesifikasi yang membedakannya dengan penelitian-
penelitian yang telah ada sebelumnya.
27 Suryan, Metodologi Penelitian Model Prakatis Kuantitatif dan Kualitatif (Indonesia: Universitas Pendidikan Indonesia, 2007)
-
20
Bab kedua membahas tentang mengenai gambaran umum lokasi
penelitian. Bab ketika ini terdiri dari sub bab sebagai berikut: pengenalan,
sejarah Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam, latar belakang, moto, visi, misi,
objektif dan fungsi dan organisasi Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam di
Malaysia.
Bab ketiga pula membahaskan “harta sepencarian” menurut Islam dan
Peraturan undang-undang. Bab ini terdiri dari sub bab sebagai berikut:
pengertian harta sepencarian, harta sepencarian Dalam Islam, jenis-jenis harta
dalam perkawinan, harta sepencarian menurut undang-undang, dan langkah
mengenal pasti harta sepencarian.
Bab keempat pula membuat pembahasan dan hasil penelitian yang
mengandungi sub-sub bab seperti dasar-dasar penetapan putusan yang
digunakan oleh Hakim Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam tentang harta
sepencarian atas hak suami dan isteri serta analisis metode istibath hukum
putusan Hakim Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam.
Bab kelima adalah akhir pembahasan yang memuat kesimpulan dari
keseluruhan pembahasan dan saran-saran yang dianggap penting sehubungan
dengan penelitian ini.
-
21
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Latar Belakang Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam
Agama Islam di negeri Selangor telah ada diawal kurun 15 melalui Melaka
kerana Selangor pada masa itu berada di bawah jajah takluk Melaka. Pada
zaman pemerintahan Melaka tersebut, telah wujud jawatan kadi untuk
menguruskan hal ehwal agama Islam di negeri tersebut. Sejarah penubuhan
mahkamah syariah di negeri Selangor Darul Ehsan pula telah wujud dalam
kurun ke-17.
Undang-undang Mencegah Berzina Tahun 1894 (Preventation of Adultry
Regulation 1894) adalah undang-undang pertama yang dikanunkan di negeri
Selangor. Diluluskan oleh Majlis Mesyuarat Negeri Selangor pada 26hb
September 1894 dan undang-undang ini hanya berkuatkuasa untuk yang
beragama Islam sahaja. Mengikut undang-undang ini, seorang lelaki yang
melakukan perhubungan jenis dengan seorang perempuan yang telah bersuami
adalah bersalah dan boleh dihukum 2 tahun penjara bagi lelaki dan 1 tahun
penjara bagi perempuan dan mungkin kedua-duanya didenda.28
Pada tahun 1900 pula, Majlis Mesyuarat Negeri telah meluluskan Undang-
undang Pendaftaran Nikah Kahwin dan Cerai Orang-Orang Islam 1900
(Muhammadan Marriage and Divorce Registration Enactment 1900) iaitu
28 http://www.jakess.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019
http://www.jakess.gov.my/
-
22
undang-undang berhubung dengan nikah kahwin dan cerai orang-orang Islam
di negeri Selangor.29
Undang-undang ini memperuntukkan suami atau wali hendaklah
melaporkan perkahwinan kepada kadi atau naib kadi daerah dalam masa 7
(tujuh) hari selepas akad nikah dan kadi atau naibnya hendaklah
mendaftarkannya dan mengeluarkannya sijil perkahwinan. Begitu juga dengan
percerian, hendaklah dilaporkan kepada kadi dalam masa 7 tujuh selepas
bercerai dan sijil cerai akan dikeluarkan kepada mereka yang berkenaan.
Sekiranya ini tidak dipatuhi, tindakan boleh diambil dengan hukum denda tidak
melebihi daripada RM 25.00. Dengan adanya undang-undang tersebut dan
untuk membicarakan hal nikah kahwin dan cerai, maka diadakan mahkamah
kadi.
Pada tahun 1900 juga, jawatan kadi mula diperluaskan ke daerah-daerah
dalam negeri Selangor dan pada tahun 1922 tiap-tiap daerah ada kadinya
masing-masing iaitu daerah Klang, Kuala Lumpur, Kuala Langat, Ulu Langat,
Kuala Selangor, Sabak Bernam, Kuala Kubu dan Rawang.30
Pada tahun 1948 Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS) telah ditubuhkan,
dengan itu usaha menggubal undang-undang telah dilakukan dan menghasilkan
Undang-undang Pentadbiran Agama Islam Selangor No. 3 tahun 1952 dengan
nama Enakmen Undang-undang Pentadbiran Agama Islam Selangor No. 3
29 Ibid 30 http://www.jakess.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019
http://www.jakess.gov.my/
-
23
tahun 1952 dan mula dikuatkuasakan pada 5 Disember 1952. Dengan adanya
undang-undang ini maka termansuhlah undang-undang terdahulu daripadanya.
Sehingga ke hari ini undang-undang ini telah mengalami pindaan sebanyak 7
kali iaitu pada tahun 1969, 1960, 1961, 1962, 1966, 1972 dan pada 1979.
Pindaan ini dibuat berkaitan dengan urusan mengemaskinikan pentadbiran hal
ehwal Islam di negeri Selangor.
Pada tahun 1984 Undang-undang Keluarga Islam Selangor No. 4 tahun
1984 telah diluluskan dan dikuatkuasakan pada 23 Januari,1989 di seluruh
negeri Selangor. Perlaksanaan Undang-undang ini telah memansuhkan
bahagian ke 6 dan 7 seksyen 155, 156, 158, 160 dan 178 perenggan (n) Undang-
undang Pentadbiran Agama Islam Selangor No. 3 tahun 1952.31
Pada tahun 1989 Enakmen Perundangan Islam Selangor No. 2 tahun 1989
telah diluluskan. Berdasarkan enakmen ini, Mahkamah Syariah Selangor
ditubuhkan secara rasmi dan berasingan dari Jabatan Agama Islam Selangor
(JAIS). Pada tahun 1991, Enakmen Kanun Prosedur Jenayah Syariah Selangor
No. 6 tahun 1991 dan Enakmen Kanun Prosedur Mal Syariah Selangor No. 7
tahun 1991 telah diluluskan dan mula dikuatkuasakan pada 1hb September
1991. Mulai tarikh itu Mahkamah Syariah Selangor telah diasingkan secara
rasminya dari JAIS.32
31 http://www.jakess.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019 32 http://www.jakess.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019
http://www.jakess.gov.my/http://www.jakess.gov.my/
-
24
Pada tahun 2003 nama Mahkamah Syariah Selangor telah ditukar kepada
Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Selangor (JAKESS) selaras dengan
perkembangan dan peningkatan kualiti perkhidmatan kepada
pelanggan.Penubuhan Mahkamah Syariah di Negeri Selangor adalah di bawah
peruntukan Seksyen 55(1), 55(2), 55(3) dan 55(4) dalam Enakmen Pentadbiran
Agama Islam (Negeri Selangor) 2003.
B. Visi, Misi dan Objektif
1. Visi
Menjadi Institusi Kehakiman Syariah yang TERUNGGUL di Malaysia pada
tahun 2020 yang berteraskan kepada keadilan Islam.
2. Misi
Melaksanakan pengadilan dan pengurusan Mahkamah Syariah secara berkesan
dan sistematik berasaskan peruntukan Undang-Undang.33
3. Objektif Jabatan
i. Mengurus dan mengendalikan kes-kes mal dan jenayah secara tepat
dan teratur mengikut hukum syarak dan undang-undang mengikut
masa yang ditetapkan.
ii. Menguatkuasakan dan melaksanakan penghakiman secara teratur
dan berkesan.
33 Ibid
-
25
iii. Memberi perkhidmatan penyelesaian kes secara alternatif yang
berkesan.
iv. Merancang dan membangunkan sumber manusia yang mencukupi,
terlatih dan kompeten.34
C. Piagam Pelanggan
Piagam Pelanggan Bagi Jabatan Kehakiman Syariah Selangor adalah seperti
berikut;35
1. Pelanggan akan diberi tarikh sebutan, bicara atau Majlis Sulh pada hari yang
sama selepas permohonan sempurna didaftarkan;
2. Kes Mal akan mula disebut atau mula dibicarakan atau dibawa ke Majlis
Sulh dalam tempoh 19 hari selepas didaftarkan;
3. Kes Saman Jenayah akan mula disebut atau mula dibicarakan dalam tempoh
19 hari selepas didaftarkan;
4. Keputusan kes akan dibuat dalam tempoh 30 hari setelah perbicaraan selesai
bagi setiap tahun;
5. Perintah Faraid sedia dikeluarkan kepada pelanggan dalam tempoh 14 hari
selepas kes diputuskan;
6. Perintah perbicaraan bagi kes perceraian boleh diberikan dalam tempoh 21
hari selepas kes diputuskan dan dipohon oleh pelanggan;
34 http://www.jakess.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019
35 http://www.jakess.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019
http://www.jakess.gov.my/http://www.jakess.gov.my/
-
26
D. Carta Organisasi Jabatan36
36 http://www.jakess.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019
http://www.jakess.gov.my/
-
27
-
28
BAB III
“HARTA SEPENCARIAN” MENURUT ISLAM DAN PERATURAN
UNDANG-UNDANG
A. Pengertian “Harta Sepencarian”
“Harta sepencarian” yang turut dikenali sebagai harta bersama maupun
harta gono-gini adalah merupakan harta yang diperoleh bersama antara suami
atau isteri atas karena usahanya, baik mereka bersama-sama atau hanya suami
yang bekerja sedangkan isteri hanya mengurus rumah tangga beserta menjaga
anak-anak di rumah. Prinsipnya adalah sekali mereka terikat dalam perjanjian
perkawinan sebagai suami isteri, maka semuanya menjadi satu baik harta
maupun anak-anak.37
Manakala “harta sepencarian” dalam hukum Islam pula disebut syirkah,
yaitu cara penyatuan atau peggabungan harta kekayan seseorang dengan harta
orang lain. Al-Quran dan hadis tidak membicarakan harta sepencarian secara
detail, akan tetapi dalam kitab-kitab fikih ada pembahasan yang dapat diartikan
sebagai pembahasan harta sepencarian, yaitu yang disebut syirkah atau
syarikah. Perkataan syarikah atau syirkah berasal dari bahasa Arab.38
37 M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan,Hukum Kewarisan. Hukum Acara Peradilan Agama dan Zakat Menurut Hukum Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 34
38 H.A Damanhuri, Segi-Segi Hukum Perjanjian Perkawinan Harta Bersama, (Bandung: Mandar Maju, 2007) h. 40
-
29
Di dalam Pasal 1 Komplikasi Hukum Islam39 menyebutkan bahwa harta
kekayaan dalam perkawinan atau syirkah adalah harta yang diperoleh baik
sendiri-sendiri atau bersama-sama suami isteri selama ikatan perkawinan
berlangsung, dan selanjutnya disebut harta bersama tanpa mempersoalkan
terdaftar atas nama siapapun. KHI menyatakan bahwa tidak ada percampuran
antara harta suami dan harta isteri karena perkawinan. Harta isteri tetap
menjadi hak isteri dan dikuasai sepenuhnya oleh isteri. Demikian pula harta
suami tetap menjadi hak suami dan dikuasai sepenuhnya oleh suami. Pasal 87
KHI menyatakan bahwa harta bawaan dari masing-masing suami isteri dan
harta yang diperoleh masing-masing, sebagai hadiah atau warisan adalah di
bawah penguasaan masing-masing, sepanjang para pihak tidak menentukan
lain. Suami isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan
hukum atas harta masing-masing berupa hibah, sodaqah atau lainnya.
Manakala menurut tafsiran Akta Undang-Undang Keluarga Islam Wilayah
Persekutuan, Enakmen Keluarga Islam Negeri Selangor, Johor, Pulau Pinang,
Sabah, Sarawak, Terengganu, Melaka, Pahang, Perak, Perlis dan Kelantan,
“harta sepencarian” membawa arti harta yang diperoleh bersama suami isteri
semasa perkahwinan berkuatkuasa mengikut hukum syarat-syarat yang
ditentukan oleh hukum syarak. Manakala Enakmen Keluarga Islam Negeri
Sembilan pula menafsirkan “harta sepencarian” adalah harta yang diperoleh
39 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta, Akademik Pressindo,
1992) h. 115
-
30
oleh suami isteri sama ada secara langsung atau tidak semasa perkawinan
berkuatkuasa mengikut syarat-syarat yang ditentukan oleh hukum syarak.40
B. Dalil dan Pendapat Ulama’ Tentang “Harta Sepencarian”41
Agama Islam mengakui kepemilikan individu terhadap harta. Setiap
individu termasuk suami dan isteri berhak memiliki harta apa pun karena ikatan
perkawinan Islam sama sekali tidak menyangkal atau membatasi hak tersebut.
Islam menganggap “harta sepencarian” sebagai satu cara mengakui harta yang
boleh dimiliki oleh seseorang di atas daya usahanya untuk memiliki harta
tersebut. “Harta Sepencarian” adalah harta yang dimiliki atau diperolehi dalam
tempoh perkawinan dengan usaha secara langsung atau tidak langsung. Ini
dibuktikan dengan firman Allah s.w.t di dalam Surah al-Nisa’, ayat 32;
Artinya: dan janganlah kamu terlalu mengharapkan (ingin mendapat) limpah
kurnia Yang Allah telah berikan kepada sebahagian dari kamu (untuk
menjadikan mereka) melebihi sebagian Yang lain (tentang harta benda, ilmu
40 Enakmen Keluarga Islam Negeri Selangor, Johor, Pulau Pinang, Sabah, Sarawak, Terengganu, Melaka, Pahang, Perak, Perlis dan Kelantan, Negeri Sembilan
41 http://kelantan.jksm.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019
http://kelantan.jksm.gov.my/
-
31
pengetahuan atau pangkat kebesaran). (karena telah tetap) orang-orang lelaki
ada bagian dari apa Yang mereka usahakan, dan orang-orang perempuan pula
ada bagian dari apa Yang mereka usahakan; (maka berusahalah kamu) dan
mohonkanlah kepada Allah akan limpah kurniaNya. Sesungguhnya Allah
sentiasa mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.42
Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap orang laki-laki maupun perempuan
memiliki bagian dalam apa yang telah mereka kerjakan. Begitu juga dengan
“harta sepencarian” yang telah mereka kerjakan sepanjang tempoh perkawinan.
Selanjutnya, pendapat dari Al-Imam al-Shafie telah berkata didalam kitabnya
“al-‘um”43 ;
اذا اختلف الرجل واملراة ىف متاعالبيت الذي مها فيه ساكنان وقد افرتقا او ماات او
فذالك كله سواء مات احدمها فاختلف ورثتهما او ورثت احدمها بعد موته
Artinya: ketika seorang lelaki dan seorang perempuan bertengkar atas suatu
benda atau perkakas rumah di mana mereka berdua mendiami rumah berkenaan,
karena mereka berpisah (bercerai); atau sekali pun tidak berpisah; atau kedua
pasangan meninggal dunia; atau salah satu daripadanya meninggal dunia; yang
mana dalam keadaan kedua suami isteri itu meninggal dunia; atau salah seorang
daripada mereka berdua meninggal dunia, berlaku pertelingkahan di antara
42An-nisa (4:32) 43 Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab al-Umm, Pent. Imron Rosadi,Amiruddin dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013) h. 328
-
32
waris kepada kedua-dua pihak atau pertelingkahan oleh waris kepada salah satu
dari kedua pihak itu; maka kedudukan cara penyelesaian semuanya adalah
serupa..44
Seterusnya, pendapat Ibn Qayyim yang menyebut di dalam kitabnya “Al-
Turuq al-hukmiyyah fi al-siyasah al-Syari’iyyah”, Artinya: dengan demikian
sejumlah besar Anggota Perundangan (Jumhur fuqaha’) telah mengutip dua
kasus dakwaan dua orang suami isteri berhubung dengan perabot rumah dan
dua orang tukang rumah berhubung dengan sebuah toko, mengatakan bahwa
pendapat dari percakapan seseorang yang ada menunjukkan satu petunjuk pada
kebenarannya itulah yang diterima. Dan yang tepat dalam persoalan seperti ini
tidak bisa dianggap semata-mata karena memegang dengan tangan atau
menguasai atas sesuatu harta dengan mendapat nama dalam pemberian tanah
dan sebagainya akan menjadikan haknya seorang sahaja, malah adanya sama
seperti ketiadaannya, dan jika ini bisa diterima, nescaya kita akan terima juga
pengakuan seorang yang merampas serban daripada seorang yang sedang
mengikutinya dibelakangnya dalam keadaan kepalanya terdedah tanpa kain
serban. Jadi kami memutuskan bahwa ini adalah tangan yang zalim lagi
perampas. Maka tidak bisa diterima pengakuannya”.45
Al Bajuri pula menjelaskan di dalam “Hasyiah al-Bajuri” Juz. 2, bahwa
artinya; “Jika mereka dua mendakwa sesuatu terhadap pemilik salah satu dari
mereka, maka kata pemutusnya ialah pemilik itu sendiri dengan sumpah tetapi
44 http://kelantan.jksm.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019 45 http://kelantan.jksm.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019
http://kelantan.jksm.gov.my/http://kelantan.jksm.gov.my/
-
33
jikalau ketika itu dalam milik kedua-duanya, maka kedua-duanya hendaklah
bersumpah, kemudian barang-barang itu termasuk hamparan yang diduduki dan
unta yang ditunggang, dan juga rumah yang didiami”.
Seterusnya, “harta sepencarian” ini dapat dilihat dalam kaedah fiqh Islam
yang ada seperti yang dijelaskan oleh al-Sayuti dalam kitab “al-Asybah wa al-
Nazair fi al-Qawaid wa al-Furu’ ” bahwa Adat resam sesuatu bangsa atau kaum
yang tidak bertentangan dengan Islam adalah dapat diterima sebagai bagian dari
aturan hidup dan hukum suatu Negara”.46
Di dalam kaedah fiqh atau “al-qawaid al-Fiqhiyyah” pula ia di kenal sebagai
kaedah “al-Adat Muhakkamah”. Adat yang juga di kenal sebagai ‘urf menurut
jumhur fuqaha’ telah didefinisikan sebagai suatu yang telah menjadi kebiasaan
umat manusia dan megikutinya dalam kehidupan sehari-hari sehingga sebati
dengan mereka dan menjadi suatu perkara yang lumrah, sama ada ‘urf itu qauli
atau amali, am atau khas, sahih atau fasid.47
46 http://kelantan.jksm.gov.my/ akses pada 25 Juli 2019 47 Abdul Krim Zaidan, Al-Wajiz Fi Usul al-Fiqh tt (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2001) h.
252
http://kelantan.jksm.gov.my/
-
34
C. Jenis-jenis Harta Dalam Perkawinan
1. Harta Keluarga
Harta keluarga adalah harta suami atau isteri atau harta bersama yang
digunakan untuk memperoleh kepentingan keluarga. Harta keluarga dapat
dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut:48
a. Harta hangus: kebutuhan sehari-hari. Misalnya, pengeluaran untuk
makanan, minuman, pakaian dan peralatan dapur.
• Tidak dapat mengklaim kembali
• Tidak dapat di faraidkan setelah kematian
• Dianggap sebagai amal dan nafkah (sumbangan yang di
lakukan oleh suami)
• Dianggap bantuan kepada nafkah suami (jika di belanjakan
oleh isteri)
b. Harta tidak hangus: kebutuhan jangka panjang. Misalnya, perabot
dan peralatan dapur yang berharga, dekorasi rumah.
• Harus dirujuk kepada kepemilikan
• Harus memiliki bukti untuk membuktikannya
2. Harta Bawaan
Harta bawaan artinya harta-harta yang didaftarkan atas nama suami
sebelum pernikahan atau harta yang di peroleh sebelum pernikahan atau
warisan atau hibah atau hadiah dan sebagainya. Harta-harta tersebut harus
48 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 7
-
35
memiliki keterangan serta bukti yang sah bahwa harta tersebut adalah
miliknya.49
a. Kedudukan harta bawaan
• Kepemilikan mutlak suami
• Suami memiliki hak membelanjakan sebagian atau semua atau
memberi atau menghadiahkan kepada siapa yang dia suka
dengan tujuan, keadaan dan niat yang baik membelanjakan
harta sendiri.
b. Pembagian harta bawaan
• Jika suami meninggal, harta itu dibagi dengan faraid
• Jika berlaku cerai dalam kasus isteri nusyuz, isteri tidak
memiliki bagian daripada harta bawaan dan begitu sebaliknya.
c. Hasil harta bawaan
• Dibagi di antara ahli waris menurut hukum faraid
• Jika perceraian disebabkan oleh kezaliman suami, isteri dapat
bagian daripada harta bawaan
• Jika isteri nusyuz, isteri tidak berhak atas bagian apa pun dar harta
bawaan
3. Harta dapatan atau harta perolehan
Artinya harta yang disahkan atas nama isteri dan dapat sebelum pernikahan
berlangsung. Harta dapatan bisa dalam bentuk hadiah atau pemberian serta
49 Ibid hlm.8
-
36
pusaka. Sekiranya, dimiliki selepas pernikahan, ia masih di anggap sebagai
harta dapatan.50
4. Harta Sepencarian
Artinya harta sepencarian adalah harta yang diperoleh bersama suami isteri
semasa perkahwinan berkuatkuasa mengikut hukum syarat-syarat yang
ditentukan oleh hukum syarak.
D. “Harta sepencarian” menurut Undang-Undang
Memandangkan harta sepencarian telah menjadi bagian dari undang-
undang bertulis di Malaysia, yang terbaik adalah melihat definisinya sesuai
dengan ketentuan hukum. Menurut Seksyen 2, Akta Undang-undang Keluarga
Islam (Wilayah-wilayah Persekutuan) 1984 (Akta 303) harta sepencarian
ditakrifkan sebagai: "Harta yang diperolehi bersama oleh suami dan isteri
semasa perkahwinan berkuatkuasa mengikut syarat-syarat yang ditentukan oleh
hukum syarak." Elemen-elemen penting untuk menetapkan hak untuk
mengklaim “harta sepencarian” adalah seperti berikut:51
1. Memperoleh Harta Secara Bersama
"Bersama" berarti suami dan isteri berperan dalam perolehan harta dalm
lingkup tugasnya masing-masing. Tidak harus kedua belah pihak
menyumbang jumlah yang sama atau melakukan pekerjaan yang sama. Apa
50 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 9
51 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 11
-
37
yang paling penting adalah terdapat sumbangan sama ada secara langsung
atau tidak langsung Harta atau apa-apa aset dalam bentuk anugerah ke atas
kecemerlangan atau pencapaian seseorang bukanlah “harta sepencarian”
karena ia bukanlah diperoleh atas usaha bersama. Sumbangan dapat berlaku
dalam tiga bentuk:52
i. Pengumpulan harta atau modal.
ii. Upaya meningkatkan harta yang ada.
iii. Sumbangan lain termasuk pandangan, saran dan dorong.
2. Selama pernikahan:
• Masa setelah pernikahan sampai pasangan bercerai atau mati.
• harta yang diperoleh sebelum bernikah atau setelah perceraian tidak
dapat dianggap sebagai “harta sepencarian”
3. Mengikut Syarat-Syarat Yang Ditentukan Oleh Hukum Syarak
Elemen yang ketiga adalah sesuatu perkahwinan itu harus sesuai
hukum syarak dan di akui oleh undang-undang. Jika pasangan menikah di
luar negara, mereka harus mendaftarkan pernikahan di Malaysia terlebih
dahulu sebelum mereka dapat mengajukan tuntutan “harta sepencarian”.
Demikian pula dengan syarat harta, sesuatu harta yang hendak dituntut
sebagai “harta sepencarian” itu, mestilah harta yang halal menurut hukum
syarak.53
52 Siti Zalikha Md Noor, Pemilikan Harta Dalam Perkawinan, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pistaka, 1996) hlm. 32
53 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 14
-
38
E. Langkah Mengenal Pasti “Harta Sepencarian”
Mengenal pasti “harta sepencarian” dapat memudahkan penyelesaian
perselisihan harta. Berikut adalah langkah bagi menganl pasi “harta
sepencarian”.54
1. Jenis
Kenal pasti dahulu sama ada harta itu jenis harta bergerak atau harta tidak
bergerak.
i. Harta bergerak. Harta yang dapat dipindahkan atau di gerakkan dari
satu tempat ke satu tempat yang lain.
• Kenderaan.
• Mesin.
• Peralatan dan perkakasan rumah.
• Perabot dan sebagainya.
ii. Harta tidak bergerak. Harta yang melekat pada tanah atau melekat
pada sesuatu yang melekat di tanah.
• Rumah: kondominium, apartment.
• Rumah toko.
• Tanah pertanian
• Kilang
54 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 23
-
39
iii. Harta bergerak yang biasanya digunakan oleh isteri.55
• Peralatan dapur seperti kuali, pinggan mangkuk, senduk,
garfu dan sebagainya.
• Alat-alat persolekan seperti pengering rambut, meja berhias,
anting-anting, dan sebagainya.
• Harta ini akan diberikan kepada isteri
iv. Harta bergerak yang biasa digunakan oleh suami.
• Pakaian seperti songkok, sepatu, kain sampin, keris
tengkolok, tali leher dan sebagainya
• Harta ini akan diberikan kepada suami
v. Harta bergerak yang digunakan kedua belah pihak.56
• Komputer, kulkas, mesin cuci, dapur, meja makan, televisi,
set sofa, perabot hiasan, rak buku dan sebagainya.
• Ia akan ditentukan sebahagiannya mengikut kadar
sumbangan dan bukti hak milik.
• siapapun menunjukkan sumbangan yang lebih besar akan
mendapatkan lebih banyak bagian yang lebi tanpa mengira
suami atau isteri.
2. Hak Kepemilikan
55 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala
Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 23 56 Ibid
-
40
Harta-harta dengan catatan hak milik.
• Hartanah, kendaraan, saham-saham dan sebagainya.
• Penama yang tercatat namanya atas harta tersebut dianggap pemilik
terdaftar dan memiliki wewenang penuh untuk menangani aset.
• Pemilik terdaftar dapat menjualnya, mencagarkannya,
menghibahkannnya kepada orang atau lembaga tertentu.
Cara pembagian:
• Harta-harta yang mempunyai hak milik terdaftar ini akan dianggap
sebagai pemilik harta.
• Siapa pun yang ingin mengklaim harta tersebut harus menunjukkan
bukti sumbangan untuk memungkinkan mahkamah membuat
keputusan yang menguntungkannya.
3. Harta Perusahaan/Harta Individu 57
Harta perusahaan harus dibedakan dari harta individu karena perusahaan adalah
entitas lain. Harta perusahaan harus dilihat oleh pemegang saham perusahaan
tersebut.
• Perusahaan Perkongsian
• Perusahaan Keluarga
F. Cara Menuntut “Harta Sepencarian”
1. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:58
57 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 24 58 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 97
-
41
i. Pastikan ada harta yang diletakkan atas nama suami. Jika harta itu
diletakkan atas nama isteri, maka tidak perlu lagi dituntut. Suamilah
harus menuntut saat itu.59
ii. Dapatkan salinan bukti kepemilikan asset yang akan dituntut. Jika
ingin menuntut hartanah. anda mestilah mempunyai geran tanah.
Jika anda ingin menuntut saham perusahaan anda harus memiliki
dokumen yang terkait dengannya seperti surat saham, laporan akaun
dan sebagainya. Begitulah seterusnya asset apapun yang hendak
dituntut.
iii. Sediakan resit pembayaran atau bukti sumbangan anda kepada
pasangan. Jika anda menyumbang uang untuk membantu melakukan
bayaran ke bank, maka slip bank harus tetap utuh. Begitu juga bukti-
bukti lain seperti dokumen pinjaman bank (jika anda membuat
pinjaman bank membantu pasangan anda membayar sebagian
pengeluran) dan dokumen terkait lainnya.
iv. Buat janji temu dengan pengacara syarii. Dalam kasus syariah, anda
tidak boleh berkonsultasi dengan pengacara sipil karena mereka
tidak memiliki mandat untuk berpraktik di mahkamah syariah.
Selain itu, yurisdiksi yang berkaitan “harta sepencarian” hanya ada
di mahkamah syariah. Kirimkan dokumen yang relevan kepada
pengacara syarii. Agar pengacara dapat menyiapkan kasus, anda
59 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala
Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 97
-
42
harus memberikan dokumen yang relevan untuk memungkinkan
pengacara membawa kasus ke pengadilan.
2. Setelah Pelantikan Pengacara
Setelah membuat pelantikan pengacara, berikut adalah langkah-langkah
yang akan diambil oleh pihak pengacara syarii:60
i. Menyediakan dokumen saman dan pernyataan klaim.
ii. Ajukan saman dan pernyataan tuntutan di Mahkamah Tinggi
Syariah di negeri masing-masing.
iii. Kasus ini dibawa ke proses negosiasi penyelesaian (sulh).
iv. Jika para pihak gagal mencapai kesepakatan, maka kasus tersebut
akan dibawa ke Mahkamah.
v. Makhamah akan menetapkan tanggal penyebutan.
vi. Saman dan Pernyataan Tuntutan akan diserahkan kepada suami (jika
isteri yang mengajukan tuntutan). Jika suami telah meninggal,
gugatan tersebut harus diteruskan kepada kepada semua waris faraid
yang terdiri daripada anak-anak, ibu bapa, suami dan bahkan
mungkin kepada saudara mara suami (jika tidak ada anak laki-laki).
vii. Jika pasangan atau ahli waris melantik pengacara, maka pasangan
anda atau waris anda akan membela diri dengan memasukkan
dokumen pembelaan.
viii. Setelah itu, Mahkamah akan menetapkan tanggal persidangan.
60 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 97
-
43
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Dasar-dasar Penetapan Hukum Yang Digunakan Oleh Hakim
Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam Tentang “Harta Sepencarian”
Atas Hak Suami Dan Isteri
Agama Islam mengakui kepemilikan individu atas harta. Setiap individu
termasuk suami dan isteri berhak atas harta karena ikatan perkawinan. Islam
tidak menyangkal atau membatasi haknya. Islam memandang “harta
sepencarian” sebagai cara mengakui kepemilikan sesorang atas upaya sendiri
untuk memiliki harta.
“Harta Sepencarian” adalah harta yang diperoleh oleh suami dan isteri
selama perkawinan mereka dengan kata lain itu juga disebut harta bersama.
Tujuan dari istilah ini adalah untuk melindungi hak-hak yang dapat dituntut
oleh pasangan jika terjadi perceraian, kematian pasangan atau poligami. Secara
tidak langsung juga mampu memberikan keadilan bagi kedua belah pihak
dalam memenuhi hak-hak mereka.
Dalam penelitian wawancara, penulis menemukan bahwa Hakim
Mahkamah Tinggi Syariah Shah Alam menetapkan pembagian terhadap “harta
sepencarian” sesuai dengan beberapa dasar-dasar penetapan hukum dari yang
termaktub dalam Enakmen Keluarga Islam. Di sini penulis akan membagikan
pembahasan sebagai berikut:
-
44
Isi Enakmen Keluarga Islam
Mahkamah adalah mempunyai kuasa apabila membenarkan lafaz talaq atau
apabila membuat suatu perintah peceraian, memerintah supaya apa-apa aset
yang diperolehi oleh pihak-pihak itu dalam masa perkahwinan mereka dengan
usaha bersama mereka dibahagi antara mereka supaya mana-mana aset dijual
dan hasil jualan itu dibahagi antara pihak-pihak itu.
Pada menjalankan kuasa yang diberi oleh subseksyen (1). Mahkamah
hendaklah mengambil perhatian tentang
a. Takat sumbangan-sumbangan yang telah dibuat oleh tiap-tiap satu
pihak dalam bentuk wang, harta atau kerja bagi memperolehi aset-
aset tersebut;
b. Apa-apa hutang yang terhutang oleh salah satu pihak yang telah
dilakukan bagi manfaat bersama mereka;
c. Keperluan-keperluan anak-anak yang belum dewasa dari
perkahwinan itu, jika ada. Dan tertakluk kepada pertimbangan-
pertimbangan itu, mahkamah hendaklah membuat pembahagian
yang sama banyak.
Mahkamah adalah mempunyai kuasa, apabila membenarkan lafaz talaq atau
apabila membuat perintah perceraian, memerintah supaya apa-apa aset
yang diperolehi dalam masa perkawinan dengan usaha tunggal satu pihak
kepada perkawinan itu dibahagi antara pihak-pihak itu. 61
61 Enakmen Keluarga Islam (Negeri Selangor) 2003
-
45
Pada menjalankan kuasa yang diberi oleh subseksyen (3). Mahkamah
hendaklah memberi perhatian kepada
a. Takat sumbangan-sumbangan yang telah dibuat oleh pihak yang
tidak memperolehi aset itu, kepada kebajikan keluarga dengan
memelihara rumahtangga atau menjaga keluarga
b. Keperluan anak-anak yang belum dewasa dari perkawinan itu, jika
ada, dan tertakluk kepada pertimbangan-pertimbangan itu,
Mahkamah boleh membahagikan aset-aset itu atau hasil jualan itu
mengikut apa-apa kadar yang difikirkannya munasabah. Tetapi,
walau bagaimana pun, pihak yang telah memperoleh aset-aset itu
dengan usahanya hendaklah menerima suatu kadar yang lebih besar.
Bagi maksud seksyen ini, rujukan-rujukan mengenai aset yang dipunyai
oleh satu pihak sebelum perkahwinan itu yang telah dimajukan pada
sebagaian besarnya dalam masa perkawinan itu oleh pihak yang satu lagi itu
atau dengan usaha bersama mereka.62
Ringkasan daripada Isi Enakmen Keluarga Islam
• Mahkamah mempunyai kuasa untuk memrintahkan pembagian harta
sepencarian yang diperolehi atas usaha tunggal.
• Mahkamah juga mempunyai kuasa memerintahkan aset (yang
diperolehi atas usaha tunggal itu) dijual dan hasil jualan dibagi antara
suami isteri.
62 Enakmen 122 Keluarga Islam Tahun 2003, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Selangor), 2003
-
46
• Pihak yang tidak menyumbang dalam pembelian atau pemerolehan aset
tersebut, mahkamah akan melihat kepada sumbangan beliau untuk
kebajikan keluarga seperti menguruskan rumah tangga atau menjaga
anak-anak.
• Mahkamah juga melihat kepada keperluan anak-anak yang belum
dewasa yang diletakkan di bawah jagaan pihak yang memberi
sumbangan tidak langsung (bagi kasus perceraian hidup).
• Mahkamah akan memberikan bagian yang lebih kepada pihak yang
memperolehi aset tersebut secara langsung berbanding pihak yang
memberikan sumbangan tidak langsung atau yang kurang
sumbangannya.63
Daripada kesimpulan di atas dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar
penetapan hukum yang digunakan oleh Hakim Yang Arif Puan Nenney
Shuhaidah tentang “harta sepencarian” sesuai dengan apa yang telah dinyatakan
pada Enakmen 122 yaitu:64
1. Takat Sumbangan
Takat sumbangan adalah perkara yang sangat penting bagi pihak
Mahkamah dalam membuat penetapatan pembagian “harta sepencarian”
63 Ahmad Tarmizi Jusoh, Harta Sepencarian Menurut Perundangan Islam (Kuala Lumpur: Telaga Biru, 2019) hlm. 98
64 Wawancara dengan Yang Arif Puan Neyney Hakim Mahkahmah Tinggi Syariah Shah Alam pada tanggal 4 Juli 2019
-
47
baik sumbangan secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan, takat
sumbangan itu juga akan dianggap sebagai pembuktian “harta sepencarian”
oleh pihak Mahkamah. Berikut penulis menyatakan huraian:
a. Sumbangan Langsung
Sumbangan langsung juga dikenali sebagai sumbangan bersama di
mana kedua-dua belah pihak mempunyai sumbangan masing-masing
dalam memperoleh sesuatu harta. Kedua-dua menyumbang modal dan
usaha ke arah memperoleh harta tersebut. Sumbangan langsung
terbahagi kepada dua:
1. Sumbangan keuangan.65
2. Sumbangan tenaga.
b. Sumbangan Tidak Langsung
Sebagian besar kasus sumbangan tidak langsung biasanya berasal
dari isteri karena isteri yang mengurus makanan dan anak-anak di
rumah. Sangat jarang pria mengurus rumah tangga . Meskipun ada
suami yang tidak bekerja karena berhenti atau menganggur, sulit bagi
kita untuk menemukan suami yang mampu mencuci pakaian, memasak,
mengelola anak-anak sebagai peran isteri di rumah. Jika seorang suami
melakukannya dengan keinginan isterinya, suami juga mungkin dapat
mengklaim bagian sumbangan tidak langsung. Untuk isteri yang tidak
bekerja tentu saja dia tidak memiliki penghasilan untuk disumbangkan
65 Wawancara dengan Yang Arif Puan Neyney Hakim Mahkahmah Tinggi Syariah Shah
Alam pada tanggal 4 Juli 2019
-
48
kepada suami dalam membela aset keluarga. Meskipun demikian,
Mahkamah akan menganalisis sumbangan tidak langsung isteri dalam
membuat pembagian “harta sepencarian”.
Sumbangan tidak langsung dalam bentuk dukungan moral.
Dukungan moral berarti dorongan yang seseorang berikan kepada
seseorang yang lain dan setuju terhadap perbuatan seseorang. Dukungan
moral ini menperkuat semangat pasangan dan memberi mereka
ketenangan dalam melakukan pekerjaan dalam kehidupan. Bentuk-
bentuk dukungan yang dapat dilakukan pasangan meliputi66:
• Membantu pekerjaan rumah tangga.
• Membantu mengelola anak-anak
• Menyediakan makanan keluarga.
• Menjadi penghubung kepada keluarga pasangan yang dapat
membantu dalam karier mereka
Tugas-tugas berikut dapat memberikan dukungan moral dalam bentuk:
• Kurangi pekerjaan pasangan jika tidak suami harus melakukan
semua pekerjaan.
• Menghilangkan kecemasan pasangan tentang keamanan anak-
anak di rumah.
66 Wawancara dengan Yang Arif Puan Neyney Hakim Mahkahmah Tinggi Syariah Shah
Alam pada tanggal 4 Juli 2019
-
49
• Menghilangkan stres karena tidak perlu khawatir tentang
rumah.
• Membantu pasangan fokus dan meningkatkan prestasi kerja
• Perluas jaringan kontak dalam bisnis.
Inilah yang dinamakan sumbangan tidak langsung yang tidak dapat
dihitung oleh mesin untuk menentukan nilai mata uang dari sumbangan
isteri. Sumbangan jenis ini akan diperhitungkan oleh Mahkamah dalam
menentukan pembagian “harta sepencarian” suami isteri.
c. Bukti Dalam Mendapatkan “Harta Sepencarian”
Bukti adalah faktor yang sangat penting dalam Mahkamah untuk
memastikan keadilan ditegakkan.67 Pembuktian akan memudahkan
hakim dalam menentukan takat sumbangan pasangan yang bernikah.
Jika tidak ada bukti , itu akan melemahkan tuntutan “harta sepencarian”
tersebut.
2. Hutang Salah Satu Pihak Untuk Kepentingan Bersama
Pasangan suami isteri membuat hutang untuk saling menguntungkan.
Misalnya membeli rumah dan mobil dengan mengambil pinjaman
pembiayaan dengan lembaga keuangan baik bank, koperasi dan sebagainya.
Jika terjadi perceraian dan pembiayaan tersebut belum dibayarkan, maka
67 Wawancara dengan Yang Arif Puan Neyney Hakim Mahkahmah Tinggi Syariah Shah
Alam pada tanggal 4 Juli 2019
-
50
harta tersebut akan dinilai berdasarkan penilaian harga semasa sebelum
dibuat pembagian kepada “harta sepencarian”.68
3. Kebutuhan Anak Dibawah Umur
Sebagaimana diatur dalam seksyen 122, (4)(b) Kebutuhan anak-anak di
bawah umur dari perkawinan itu, jika ada, dan tertakluk kepada
pertimbangan-pertimbangan itu, Mahkamah dapat membagikan aset-aset
itu atau hasil perjualan sesuai dengan kadar yang difikirkannya munasabah.
Tetapi, walau bagaimana pun, pihak yang telah memperoleh aset-aset itu
dengan usahanya hendaklah menerima suatu kadar yang lebih besar.69
Ringkasnya, jika pasangan yang sudah menikah memiliki anak dari
pernikahan mereka, dan anak itu memilih untuk tinggal bersama ibunya,
peratusan “harta sepencarian” yang dapat dimiliki isteri adalah lebih. Ini
karena anak di bawah asuhannya.
Berdasarkan dasar penetapan yang dinyatakan di atas dapat
disimpulkan bahwa dasar yang digunakan dalam penetapan “harta
sepencarian” oleh mayoritas Hakim lebih kearah prinsip keadilan mengenai
hak dan kewajiban. Untuk sumbangan secara langsung, baik dalam segi
energi atau mata uang maka pembagian adalah sama banyak. Situasi ini
tanpa memandang isteri, seorang yang makan gaji ataupun tidak. Jika
sumbangan itu berbentuk tidak secara langsung, isteri menjadi suri rumah
68 Wawancara dengan Yang Arif Puan Neyney Hakim Mahkahmah Tinggi Syariah Shah
Alam pada tanggal 4 Juli 2019
69 Enakmen 122 Keluarga Islam Tahun 2003, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Selangor), 2003
-
51
sahaja, maka mahkamah memutuskan isteri berhak mendapat ⅓. Prinsip
kadar pembagian berdasarkan sumbangan adalah satu prinsip keadilan
Namun dalam beberapa kasus, isteri berhak mendapat ½ meskipun dia
adalah seorang suri rumah. Kadar berdasarkan prinsip usaha yang dilakukan
oleh pengamal undang-undang adalah prinsip yang adil. Berdasarkan
prinsip ini, ada kemungkinan bahwa isteri berhak mendapat kadar yang
lebih dari separuh jika mereka memberi sumbangan yang lebih besar. 70
70 Wawancara dengan Yang Arif Puan Neyney Hakim Mahkahmah Tinggi Syariah Shah
Alam pada tanggal 4 Juli 2019
-
52
B. Analisis Metode Istibath Hukum Hakim Mahkamah Tinggi Syariah Shah
Alam tentang Harta Sepencarian atas Hak Suami dan Isteri
Setelah meneliti dan mewawancara pihak Hakim Mahkamah Tinggi
Syariah Shah Alam, penulis telah mendapatkan informasi bahwa metode
istibath hukum yang berlaku dalam harta sepencarian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengikut enakmen dan fatwa yang telah dikeluarkan
di dalam Enakmen Keluarga Islam dalam fasal 122 sebagaimana berikut71:
Mahkamah adalah mempunyai kuasa apabila membenarkan lafaz talaq atau
apabila membuat suatu perintah peceraian, memerintah supaya apa-apa aset
yang diperolehi oleh pihak-pihak itu dalam masa perkahwinan mereka
dengan usaha bersama mereka dibahagi antara mereka supaya mana-mana
aset dijual dan hasil jualan itu dibahagi antara pihak-pihak itu.
Pada menjalankan kuasa yang diberi oleh subseksyen (1). Mahkamah
hendaklah mengambil perhatian tentang
a. Takat sumbangan-sumbangan yang telah dibuat oleh tiap-tiap satu pihak
dalam bentuk wang, harta atau kerja bagi memperolehi aset-aset
tersebut;
b. Apa-apa hutang yang terhutang oleh salah satu pihak yang telah
dilakukan bagi manfaat bersama mereka;
71 Enakmen 122 Keluarga Islam Tahun 2003, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Selangor), 2003
-
53
c. Keperluan-keperluan anak-anak yang belum dewasa dari perkahwinan
itu, jika ada. Dan tertakluk kepada pertimbangan-pertimbangan itu,
mahkamah hendaklah membuat pembahagian yang sama banyak.
Mahkamah adalah mempunyai kuasa, apabila membenarkan lafaz talaq atau
apabila membuat perintah perceraian, memerintah supaya apa-apa aset
yang diperolehi dalam masa perkawinan dengan usaha tunggal satu pihak
kepada perkawinan itu dibahagi antara pihak-pihak itu.
Pada menjalankan kuasa yang diberi oleh subseksyen (3). Mahkamah
hendaklah memberi perhatian kepada
a. Takat sumbangan-sumbangan yang telah dibuat oleh pihak yang
tidak memperolehi aset itu, kepada kebajikan keluarga dengan
memelihara rumahtangga atau menjaga keluarga
b. Keperluan anak-anak yang belum dewasa dari perkawinan itu,
jika ada, dan tertakluk kepada pertimbangan-pertimbangan itu,
Mahkamah boleh membahagikan aset-aset itu atau hasil jualan
itu mengikut apa-apa kadar yang difikirkannya munasabah.
Tetapi, walau bagaimana pun, pihak yang telah memperoleh
aset-aset itu dengan usahanya hendaklah menerima suatu kadar
yang lebih besar.
Bagi maksud seksyen ini, rujukan-rujukan mengenai aset yang dipunyai
oleh satu pihak sebelum perkahwinan itu yang telah dimajukan pada
-
54
sebagaian besarnya dalam masa perkawinan itu oleh pihak yang satu lagi itu
atau dengan usaha bersama mereka.72
Fatwa-fatwa Negeri dan Kebangsaan
Fatwa tentang harta sepencarian yang telah dikeluarkan pada 13 April 1982:
Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal
Ugama Islam Malaysia kali ke 4 yang bersidang pada 13-14 April 1982
telah membincangkan harta sepencarian. Muzakarah telah memutuskan
bahwa:
a. Segala apa yang diberi atau dihibahkan oleh suami kepada isteri atau
sebaliknya dengan bukti secara syarak atau dengan pengakuan daripada
pihak yang memberi adalah menjadi hak kepada yang menerima
b. Mengenai rumah tempat tinggal dan perabot pada dasarnya adalah
menjadi hak suami kecuali bila ada kenyataan menunjukkan bahwa
suami menghibahkan kepada isterinya atau isteri yang punya.
c. Mas kawin, pakaian dan nafkah pada dasarnya menjadi hak isteri.
Fatwa Negeri Selangor
Harta Sepencarian Selepas Kematian Salah Satu Pihak dalam Perkawinan
di Negeri Selangor(18 April 2005)
Keputusan:
72 Enakmen 122 Keluarga Islam Tahun 2003, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Selangor), 2003
-
55
1. Harta sepencarian selepas kematian salah satu pihak dalam perkawinan
di negeri Selangor boleh dibahagikan kepada suami atau isteri sebelum
difaraidkan termasuk setelah dilepaskan tanggungan si mati.
2. Pembagian harta sepencarian tersebut hendaklah diberikan mengikut
takat sumbangan sama ada secara langsung atau tidak langsung
daripada kedua-dua belah pihak
3. Persetujuan pembagian hendaklah dibuat melalui perintah mahkamah.
Berdasarkan kajian fatwa dan enakmen yang dilampirkan diatas
yaitu berkenaan harta sepencarian, penulis sudah wawancara dengan pihak
Hakim Mahkahmah Tinggi Syariah Shah Alam bersama Yang Arif Puan
Nenney Shuhaidah dan antara hujah yang timbulnya fatwa dan enakmen
ini karena pertanyaan orang ramai kepada Jabatan Kehakiman mengenai
harta sepencaria