anemia

14
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Pada Kehamilan 1. Pengertian Anemia atau sering disebut kurang darah adalah keadaan dimana darah merah kurang dari normal, dan biasanya yang digunakan sebagai dasar adalah kadar Hemoglobin (Hb). WHO menetapkan kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai 89 % dengan menentukan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Anemia kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut potensial danger to mother and child” anemia (potensial membahayakan ibu dan anak). Kerena itulah anemia memerlukan perhatian serius dan semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada masa yang akan datang (Manuaba, 2003). 2. Macam-macam Anemia Selama Kehamilan a. Anemia Defisiensi Besi Anemia jenis ini paling banyak dijumpai. Penyebab anemia defisiensi besi adalah kurang gizi, kurang besi dalam diet, malabsorbsi, kehilangan darah yang banyak seperti persalinan yang lalu, haid, dll, serta dapat disebabkan oleh penyakit – penyakit kronik meliputi tbc, paru, cacing usus, malaria, dll (Sarwono, 2002). Keperluan akan besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya besi tidak ditambah selama hamil, maka mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih – lebih pada kehamilan kembar (Wiknjosastro, 2002). b. Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik biasanya disebabkan karena kekurangan asam

description

bahan PBL kedokteran

Transcript of anemia

Page 1: anemia

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia Pada Kehamilan

1. Pengertian

Anemia atau sering disebut kurang darah adalah keadaan dimana

darah merah kurang dari normal, dan biasanya yang digunakan sebagai

dasar adalah kadar Hemoglobin (Hb). WHO menetapkan kejadian anemia

hamil berkisar antara 20% sampai 89 % dengan menentukan Hb 11 gr%

sebagai dasarnya. Anemia kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat

besi. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional mencerminkan

nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat

besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut

“potensial danger to mother and child” anemia (potensial membahayakan

ibu dan anak). Kerena itulah anemia memerlukan perhatian serius dan

semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada masa yang akan

datang (Manuaba, 2003).

2. Macam-macam Anemia Selama Kehamilan

a. Anemia Defisiensi Besi

Anemia jenis ini paling banyak dijumpai. Penyebab anemia defisiensi

besi adalah kurang gizi, kurang besi dalam diet, malabsorbsi,

kehilangan darah yang banyak seperti persalinan yang lalu, haid, dll,

serta dapat disebabkan oleh penyakit – penyakit kronik meliputi tbc,

paru, cacing usus, malaria, dll (Sarwono, 2002). Keperluan akan besi

bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila

masuknya besi tidak ditambah selama hamil, maka mudah terjadi

anemia defisiensi besi, lebih – lebih pada kehamilan kembar

(Wiknjosastro, 2002).

b. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik biasanya disebabkan karena kekurangan asam

Page 2: anemia

7

folik. Jarang sekali akibat kekurangan vitamin B. Selama masa hamil,

asupan folat yang direkomendasikan setiap hari ialah 0,4 mg asam folat

(Mochtar, 1998). Gejala klinis megaloblastik anemia antara lain mual

muntah, cepat lelah, sering pusing dan sinkop. Terapi asam folat dapat

diberikan kepada ibu hamil yang menderita anemia megaloblastik

sebanyak 1gr/hari per oral (Manuaba, 2001). Apabila penderita

mencapai masa nifas dengan selamat dengan atau tanpa pengobatan,

maka anemianya akan sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal ini

disebabkan karena dengan lahirnya anak keperluan akan asam folik

jauh berkurang (Wiknjosastro, 2002).

c. Anemia hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah

merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :

1) Faktor intra kopuskuler dijumpai pada anemia hemolitik heriditer,

talasemia, anemia sel sickle (sabit), hemoglobin, C, D, G, H, I dan

paraksismal nokturnal hemoglobinuria

2) Faktor ekstrakorpuskuler, disebabkan malaria, sepsis, keracun zat

logam, dan dapat beserta obat-obatan, leukemia, penyakit endokrin

dan lain-lain.

Gejala utama adalah anemia dengan kelainan - kelainan gambaran

darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi

kelainan pada organ-organ vital. Pengobatan bergantung pada jenis

anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi

maka infeksinya di berantas dan diberikan obat-obat penambah darah.

Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberikan

hasil. Maka transfusi darah yang berulang dapat membantu penderita

ini (Mochtar, 1998).

d. Anemia Hipoplastik

Anemia hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu

membuat sel – sel darah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali

yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan, dan sinar

Page 3: anemia

8

rontgen atau radiasi (Sarwono, 2002). Karena obat – obat penambah

darah tidak memberi hasil, maka satu – satunya cara untuk

memperbaiki keadaan penderita ialah tranfusi darah yang perlu sering

diulang sampai berkali – kali (Wiknjosastro, 2002).

3. Penyebab Anemia Kehamilan

Penyebab anemia pada kehamilan dibedakan menjadi (Manuaba, 2003):

a. Faktor dari konsumsi makanan

Faktor konsumsi makanan ini akibat dari tidak terpenuhinya beberapa

sumber makanan yang terdiri dari sumber protein, glukosa, lemak,

vitamin B12, V6, asam folat, vitamin C dan elemen dasar yang terdiri

dari Fe, Ion Cu serta Zink.

b. Kemampuan reabsorbsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan

c. Umur sel darah merah yang terbatas sekitar 120 hari, sementara sumber

pembentukan sel darah yang baru berjalan lambat.

d. Terjadinya perdarahan kronik seperti gangguan menstruasi, penyakit

yang menyebabkan perdarahan pada wanita serta parasit usus seperti

askariasis, ankilostomiasis dan taenia.

Penyebab anemia pada ibu hamil menurut Saefudin (2002) meliputi

infeksi kronik, penyakit hati dan thalasemia. Royadi (2011) juga

menyebutkan bahwa penyebab anemia meliputi kurang gizi / malnutrisi,

kurang zat besi dalam diit, malabsorbsi, kehilangan darah banyak seperti

persalinan yang lalu, haid dan lain-lain serta penyakit-penyakit kronik

seperti: TBC, paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.

Anggarini (2011) menyebutkan bahwa faktor lain penyebab anemia

adalah:

a. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah dapat menyebabkan

kurangnya pengetahuan yang didapat tentang gizi selama masa hamil

dan bahaya anemia pada kehamilan (Manuaba, 2002).

Page 4: anemia

9

b. Pekerjaan

Anemia defisiensi zat besi mencerminkan kemampuan sosial ekonomi

masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya dalam jumlah dan

kualitas gizi (Manuaba, 2002).

c. Umur

Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan

anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis

belum optimal, emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang

sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan

kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi

selama kehamilannya, sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan

kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit

yang sering menimpa di usia ini.

d. Status Gizi

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi

pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal

pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan

melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal.

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi

pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak

bertambah secara normal.

e. Suku Bangsa

Salah satu jenis anemia spesifik adalah anemia sel sabit, yaitu anemia

yang secara genetik diturunkan dan terutama mengenai warga kulit

hitam. Orang kulit hitam memiliki hemoglobin 1 gr/dl lebih rendah

dari orang kulit putih tanpa mempedulikan tingkat sosial ekonomi.

Anemia spesifik lainnya adalah thalasemia, yang banyak ditemukan

pada keturunan Mediterania.

4. Tanda dan Gejala Anemia Pada Ibu Hamil

Tanda dan gejala anemia defisiensi zat besi tidak khas hampir sama

dengan anemia pada umumnya yaitu a) cepat lelah/kelelahan, hal ini

Page 5: anemia

10

terjadi karena simpanan oksigen dalam jaringan otot kurang sehingga

metabolisme otot terganggu, b) nyeri kepala dan pusing merupakan

kompensasi dimana otak kekurangan oksigen, karena daya angkut

haemoglobin berkurang, c) kesulitan bernapas, terkadang sesak napas

merupakan gejala, dimana tubuh memerlukan lebih banyak lagi oksigen

dengan cara kompensasi pernapasan lebih dipercepat, d) palpasi, dimana

jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan peningkatan denyut nadi.,

dan e) pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa mulut

dan konjungtiva (Wasnidar, 2007).

Keluhan anemia yang paling sering dijumpai dimasyarakat adalah

yang lebih dikenal dengan 5L, yaitu lesu, lemah, letih, lelah dan lalai.

Disamping itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan

tubuh yang mengakibatkan mudah terkena infeksi (Depkes RI, 2003).

Anemia dapa kehamilan akan ditemukan tanda-tanda seperti cepat lelah,

sering pusing, mata berkunang-kunang, mual muntah yang sangat hebat

terutama pada saat usia kehamilan masih muda (Manuaba, 2003).

5. Kebutuhan Zat Besi Pada Wanita Hamil

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena

terjadi menstruasi dengan pendarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap

bulan dan kehillangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mgr. Disamping itu

kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel

darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta.

Sebagai gambaran banyak kebutuhan zat besi pada kehamilan

adalah 900 mgr Fe. Jumlah ini meliputi sebanyak 500 mgr Fe digunakan

untuk meningkatkan sel darah ibu. Kemudian 300 mgr Fe terdapat pada

plasenta dan 100 mgr Fe untuk darah janin. Jika persalinan cadangan Fe

minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan Fe tubuh dan

akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya (Manuaba,

2003).

6. Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin

Kejadian anemia memberi dampak kepada ibu yang sedang hamil besarta

Page 6: anemia

11

bayinya. Pengaruh tersebut meliputi (Manuaba, 2003) :

a. Bahaya selama hamil

Bahasa selama kehamilan ini meliputi dapat terjadi abortus, persalinan

prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dan rahim, mudah

terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%), mola

hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum dan

ketuban pecah dini (KPD)

b. Bahaya saat persalinan :

Bahaya saat persalinan ini seperti gangguan his–kekuatan mengejan,

kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala

dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering

memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio

plasenta, dan perdarahan post partum karena atonia uteri dan kala

empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri.

c. Pada kala nifas

Bahaya anemia pada saat nifat meliputi terjadi subinvolusi uteri

menimbulkan perdarahan postpartum, memudahkan infeksi

puerperium, pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi kordis

mendadak setelah persalinan dan anemia kala nifas.

d. Bahaya terhadap janin

Anemia pada ibu hamil juga berpengaruh pada janin yaitu abortus,

terjadi kematian intrauterine, persalinan prematuritas tinggi, berat

badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat

bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal dan

intelegensi rendah.

7. Faktor resiko kesejahateraan ibu dan janin.

Manuaba (2003) menyebutkan bahwa indeks kehamilan resiko tinggi

meliputi umur ibu, paritas, graviditas, riwayat kehamilan dan keadaan

antenatal, sementara untuk kesejahteraan ibu meliputi faktor pendidikan,

faktor biologis dan budaya, tingkat social ekonomi dan factor

kegawatdauratan.

Page 7: anemia

12

B. Umur

Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi indikator dalam

kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap

pengalamannya. Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan logis (Notoatmodjo,

2003). Seperti yang dikatakan Hurlock (2000), bahwa semakin tinggi umur

maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang lebih dipercaya. Semakin

tua umur seseorang, makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap

masalah yang dihadapi. Pengalaman dan kematangan jiwa seseorang

disebabkan semakin cukupnya umur dan kedewasaan dalam berfikir dan

bekerja

C. Pendapatan (Status sosial ekonomi)

Status ekonomi didasarkan pada jumlah pendapatannya. Mulyanto dan

Dieter (1984 dalam Syamsul, 2002) menyebutkan pendapatan adalah jumlah

penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang di sumbangkan untuk

memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga,

dalam kehidupan sehari-hari pendapatan erat kaitannya dengan gaji, upah,

serta pendapatan lainnya yang di terima seseorang setelah orang itu

melakukan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu. Tingkat pendapatan

keluarga dipengaruhi oleh pekerjaan. Semakin rendah pendapatan keluarga

semakin tidak mampu lagi ibu dalam membelanjakan bahan makanan yang

lebih baik dalam kualitas maupun kuantitasnya, sebagai ketersediaan pangan

di tingkat keluarga tidak mencukupi (Syamsul, 2002)

D. Paritas

1. Pengertian Paritas

Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih

dari satu orang. Paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan

jumlah anak yang pernah dilahirkannya. Ibu yang baru pertama kali hamil

Page 8: anemia

13

merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam

memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang

sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan

bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk

memeriksakan kehamilannya (Sarwono, 2002). Paritas adalah banyaknya

kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006).

Sedangkan menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah

melahirkan bayi aterm.

2. Penggolongan Paritas

Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi :

a. Primipara

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang

cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006).

b. Multipara

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari

satu kali (Prawirohardjo, 2009). Multipara adalah wanita yang pernah

melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008).

Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih

(Varney, 2006).

c. Grandemultipara

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak

atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan

persalinan (Manuaba, 2003). Grandemultipara adalah wanita yang

pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati (Rustam,

2005). Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang

anak atau lebih (Varney, 2006).

E. Kepatuhan Minum Tablet Fe

1. Pengertian kepatuhan

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap

intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang

Page 9: anemia

14

ditentukan, baik diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan

dengan dokter (Stanley, 2007). Kepatuhan adalah merupakan suatu

perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku

yang mentaati peraturan (Green dalam Notoatmodjo, 2007).

Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu

aturan dan perilaku yang disarankan (Notoatmodjo, 2007). Kepatuhan ini

dibedakan menjadi dua yaitu kepatuhan penuh (total compliance) dimana

pada kondisi ini penderita hipertensi patuh secara sungguh-sungguh

terhadap diet, dan penderita yang tidak patuh (non compliance) dimana

pada keadaan ini penderita tidak melakukan diet terhadap hipertensi.

2. Faktor – faktor yang mendukung kepatuhan

Menurut Feuer Stein ada beberapa faktor yang mendukung sikap

patuh, diantaranya (Faktul, 2009):

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan

kepribadian atau proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan

penyempurnaan kehidupan manusia dengan jalan membina dan

mengembangkan potensi kepribadiannya, yang berupa rohni (cipta,

rasa, karsa) dan jasmani. Domain pendidikan dapat diukur dari

pengetahuan terhadap pendidikan yang diberikan (knowledge), sikap

atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude)

dan praktek atau tindakan sehubungan dengan materi pendidikan yang

diberikan (Notoatmodjo, 2003).

b. Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian

pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang mandiri

harus dilibatkan secara aktif dalam program pengobatan.

c. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial.

Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman – teman

sangat penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu

memahami kepatuhan terhadap program pengobatan.

Page 10: anemia

15

d. Perubahan model terapi .

Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan

pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut.

e. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien.

f. Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada pasien

setelah memperoleh informasi diagnosa.

Carpenito (2000) berpendapat bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat

berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi

mempertahankan kepatuhanya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak

patuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya :

a. Pemahaman tentang instruksi

Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika dirinya salah paham

tentang instruksi yang diberikan padanya. Ley dan Spelman tahun

1967 menemukan bahwa lebih dari 60% responden yang di

wawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang

instruksi yang diberikan kepada mereka. Kadang kadang hal ini

disebabkan oleh kegagalan profesional kesalahan dalam memberikan

informasi lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan

banyak instruksi yang harus diingat oleh penderita.

Kesalahan pemahaman ini juga dapat terjadi pada lanjut usia penderita

hupertensi. Instruksi dokter untuk melakukan diet rendah garam ini

disalah artikan oleh lanjut usia penderita hipertensi dengan hanya

tidak boleh menambahkan garam pada makanan.

b. Tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang

bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang

diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu. Gunarso

(1990 dalam Suparyanto, 2010) mengemukakan bahwa semakin tua

umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah

baik, akan tetapi pada umur – umur tertentu, bertambahnya proses

Page 11: anemia

16

perkembangan mental ini tidak secepat ketika berusia belasan tahun,

dengan demikian dapat disimpulkan faktor umur akan mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang yang akan mengalami puncaknya pada

umur – umur tertentu dan akan menurun kemampuan penerimaan atau

mengingat sesuatu seiring dengan usia semakin lanjut. Hal ini

menunjang dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah. Lanjut

usia sebagai kelompok usia yang telah lanjut mengalami kemunduran

daya ingat, sehingga terkadang tidak dapat mencerna kepatuhan untuk

diet rendah garam dengan sempurna, namun hanya berkeinginan untuk

menuruti keinginannya yaitu makan dengan rasa yang diinginkannya.

c. Kesakitan dan pengobatan.

Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis (karena tidak

ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas), saran

mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama, pengobatan yang kompleks,

pengobatan dengan efek samping, perilaku yang tidak pantas sering

terabaikan.

d. Keyakinan, sikap dan kepribadian.

Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal

berbeda. Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami

depresi, ansietas, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki

kekuatan ego yang lebih lemah dan memiliki kehidupan sosial yang

lebih, memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. Kekuatan ego

yang lebih ditandai dengan kurangnya penguasaan terhadap

lingkunganya. Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk

meramalkan ketidak patuhan. Bagi lanjut usia yang tinggal di daerah

sepanjang Pantura mungkin makanan yang terasa asin akan lebih

nikmat karena kebiasaan yang sudah dialami sebelumnya.

e. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh

dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta

menentukan program pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga

Page 12: anemia

17

juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan

anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang terisolasi dari

pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif berhubungan

dengan kepatuhan.

f. Tingkat ekonomi

Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk memenuhi

segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya seseorang yang sudah

pensiun dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber keuangan lain

yang bisa digunakan untuk membiayai semua program pengobatan

dan perawatan sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah ke

bawah akan mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat

ekonomi baik tidak terjadi ketidakpatuhan.

g. Dukungan sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota

keluarga teman, waktu, dan uang merupakan faktor penting dalam.

Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas yang

disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan

godaan pada ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat menjadi

kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan. Dukungan sosial

nampaknya efektif di negara seperti Indonesia yang memiliki status

sosial lebih kuat, dibandingkan dengan negara-negara barat.

Page 13: anemia

18

F. Kerangka teori

Bagan 2.1 Kerangka teori

Sumber : Manuaba (2003), Saefudin (2002), Anggarini (2010)

Anemia pada ibu hamil

Faktor dari konsumsi makanan

Kemampuan reabsorbsi usus halus terhadap bahan yang

diperlukan

Umur sel darah merah

Terjadinya perdarahan kronik

infeksi kronik, penyakit hati dan thalasemia

kehilangan darah banyak pada persalinan yang lalu

Tingkat Pendidikan

Pekerjaan

Umur

Status Gizi

Page 14: anemia

19

G. Kerangka konsep

Bagan 2.2 Kerangka konsep

H. Variabel penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, tingkat sosial ekonomi,

paritas dan kepatuhan minum tablet Fe.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian anemia pada ibu

hamil.

I. Hipotesis

1. Ada hubungan umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Pandaran Semarang.

2. Ada hubungan status sosial ekonomi dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di Puskesmas Pandaran Semarang.

3. Ada hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Pandaran Semarang.

4. Ada hubungan kepatuhan minum suplemen zat besi dengan kejadian

anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pandaran Semarang.

Umur

Tingkat sosial ekonomi

Paritas

Kepatuhan minum tablet Fe

Anemia pada ibu hamil