Answer Semantik A

11
Bidang makna ataupun semantik, sebenarnya menjadi sebahagian daripada ilmu linguistik kerana bahasa tidak akan sempurna jika tidak ada unsur makna. Bahasa menurut R.H. Robbins (1952) adalah menegaskan bahawa kajian makna merupakan salah satu bahagian yang penting dalam linguistik am. Selain itu ada lagi tokoh-tokoh yang mengemukakan pendapat yang lain. Firth (1994) pula menegaskan bahawa makna menjadi inti dalam sesuatu kajian bahasa. Berdasarkan pernyataan bagi tokoh- tokoh diatas, makna merupakan perkara yang sangat penting, sekiranya kita membaca sesuatu ayat ataupun menulis ayat tetapi kita tidak mengetahui maknanya, maka tidak sempurna sesuatu ayat itu. Dalam bidang linguistik , semantik pula ialah bidang yang mengkaji makna atau erti dalam bahasa (Nik Safiah Karim, 2001). Semantik atau kajian makna adalah satu bidang yang sangat luas, dimana ianya mencakupi kebanyakan daripada struktur dan fungsi bahasa serta juga masalah dalam kajian psikologi, falsafah dan antropologi. Terdapat beberapa jenis makna dalam bahasa Melayu antaranya ialah makna afektif, makna leksikal, makna konseptual, makna konotatif, makna kolokatif, makna tematik dan banyak lagi. Makna adalah bahagian semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahawa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara

description

semantik bahasa

Transcript of Answer Semantik A

Page 1: Answer Semantik A

Bidang makna ataupun semantik, sebenarnya menjadi sebahagian daripada ilmu

linguistik kerana bahasa tidak akan sempurna jika tidak ada unsur makna. Bahasa menurut R.H.

Robbins (1952) adalah menegaskan bahawa kajian makna merupakan salah satu bahagian yang

penting dalam linguistik am. Selain itu ada lagi tokoh-tokoh yang mengemukakan pendapat yang

lain. Firth (1994) pula menegaskan bahawa makna menjadi inti dalam sesuatu kajian bahasa.

Berdasarkan pernyataan bagi tokoh- tokoh diatas, makna merupakan perkara yang sangat

penting, sekiranya kita membaca sesuatu ayat ataupun menulis ayat tetapi kita tidak mengetahui

maknanya, maka tidak sempurna sesuatu ayat itu. Dalam bidang linguistik , semantik pula ialah

bidang yang mengkaji makna atau erti dalam bahasa (Nik Safiah Karim, 2001). Semantik atau

kajian makna adalah satu bidang yang sangat luas, dimana ianya mencakupi kebanyakan

daripada struktur dan fungsi bahasa serta juga masalah dalam kajian psikologi, falsafah dan

antropologi. Terdapat beberapa jenis makna dalam bahasa Melayu antaranya ialah makna afektif,

makna leksikal, makna konseptual, makna konotatif, makna kolokatif, makna tematik dan

banyak lagi.

Makna adalah bahagian semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan.

Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan

bahawa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut

selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda,

2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian.

Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan

pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda

linguistik.

Menurut Chaer (1994), makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut

pandang. Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna

gramatikal, berdasarkan ada atau tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan

adanya makna referensial dan makna nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada

sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif, berdasarkan

ketepatan maknanya dikenal makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna

khusus. Lalu berdasarkan kriteri lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna-

makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik dan sebagainya.

Terdapat beberapa pendapat mengenai  jenis makna. Abdul Chaer (2007: 289)

Page 2: Answer Semantik A

mengemukakan jenis-jenis makna: (i) makna leksikal, grammatikal, dan kontekstual, (ii)  makna

referensial dan non-referensial, (iii) makna denotatif dan makna konotatif, (iv) makna konseptual

dan makna asosiatif, (v) makna kata dan makna istilah, (vi) makna idiom dan peribahasa,

Manakala Shipley, Ed, (1962: 261-262) berpendapat bahwa makna mempunyai jenis: (i) makna

emotif, (ii) makna kognitif, (iii) makna referensial, (iv) makna piktorial, (v) makna kamus,  dan

(vi) makna inti. Sememangnya masih banyak pendapat lain yang dapat ditambahkan sehingga

makin lengkaplah jenis-jenis makna tersebut.

Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem walaupun tanpa

konteks apapun. Contohnya, leksem kuda memiliki makna leksikal ‘ sejenis binatang berkaki

empat yang selalu ditunggang’; pensel bermakna leksikal ‘ sejenis alat tulis yang terbuat dari

kayu dan arang’; dan air bermakna leksikal ‘ sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk

keperluan sehari-hari’. Jadi, dengan adanya contoh di atas dapat dikatakan juga bahwa makna

leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil penilaian indera kita,

atau yang sepatutnya. Makna leksikal atau makna semantik, atau makna eksternal juga

merupakan makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, samada dalam bentuk leksem atau

berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa

tertentu. makna leksikal ialah makna sesuatu kata itu sendiri (tanpa melihat penggunaannya

dalam ayat). Untuk memudahkan pemahaman, makna leksikal boleh dianggap sebagai makna

kamus iaitu makna kata yang diperolehi daripada kamus.

Makna gramatikal pula adalah bertentangan dengan makna leksikal. Kalau makna

leksikal berkenaan dengan makna leksem atau kata yang sesuai dengan rujukannya, maka makna

gramatikal ini adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses

afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi (Chaer, 1994). Ia wujud akibat daripada

proses pengimbuhan, pengulangan dan pemajmukan. Contoh; batas, batasan, membatas,

perbatasan, terbatas dan lain-lain lagi. Proses gramatikal atau pengimbuhan asli atau pinjaman

(awalan, akhiran, apitan dan sisipan) yang berlaku pada kata dasar boleh mengubah golongan

kata dan makna. Proses afiksasi awalan ter- pada kata angkat dalam ayat Batu seberat itu

terangkat juga oleh adik, melahirkan makna ’dapat’. Contoh lain yang dapat dilihat adalah,

proses komposisi dasar sate dengan  dasar  ayam melahirkan makna  gramatikal ‘bahan’ iaitu

sate ayam.

Makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan

Page 3: Answer Semantik A

(acuan), makna referensial disebut juga makna kognitif karena memiliki acuan. Makna ini

memiliki hubungan dengan konsep, sama halnya demngan makna kognitif. Menurut Abdul

Chaer (2007:291) sebuah kata atau leksem disebut bermakna referensial kalau ada referensnya,

atau kenyataannya. Contoh perkataan seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-

kata yang bermakna referensial karena ada kenyataannya dalam dunia nyata. Sebaliknya, kata-

kata seperti dan, atau, dan karena adalah kata-kata yang tidak bermakna referensial, karena kata-

kata itu tidak mempunyai referens. Mansoer Pateda, R (2010: 125) dalam bukunya mengatakan

referen atau rujukan boleh saja benda, peristiwa, proses, atau kenyataan. Referen adalah sesuatu

yang ditunjuk oleh lambang. Contohnya , kalau seseorang mengatakan sungai, maka yang

ditunjuk oleh lambang tersebut langsung dihubungkan dengan kenyataannya. Tidak mungkin

berasosiasi yang lain. Contoh yang lain pula adalah perkataan meja, ia termasuk kata yang

bermakna referensial karena mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang

disebut ’meja’.

Makna kontekstual adalah berkaitan dengan atau menurut konteks yang

mana is adalah akibat daripada wujudnya hubungan antara ujara dan situasi. Menurut Abdullah

Yusof, Alias Mohd Yatim & Mohd Ra'in Shaari,(2009), makna kontekstual sebagai makna

sebuah leksem atau kata yang berada di dalam sesuatu konteks. Makna konteks boleh berkenaan

dengan situasi iaitu tempat, waktu dan lingkungan penggunaan bahasa itu. Contoh yang dapat

kita lihat adalah melalui perkataan tangan dalam berbagai konteks berikut : “Tanganya patah

kerana jatuh”. Tangan dalam ayat ini merujuk kepada anggota tubuh.Contoh ayat seterusnya

adalah :“Dia adalah tangan kanan sang Jenderal”: Maksud tangan kanan dalam ayat ini adalah

Orang kepercayaan kepada jeneral tersebut. Contoh yang lain pula adalah “Dia adalah anak

yang tangan panjang”. Maksud tangan panjang di sini adalah seorang yang suka mencuri. Leech

(1976) pula menghuraikan makna menjadi makna konseptual dan makna asosiatif. Yang

dimaksud dengan makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas

dari konteks atau asosiasi apa pun. Kata kuda memiliki makna konseptual ’sejenis binatang

berkaki empat yang biasa dikendarai’. Jadi makna konseptual sesungguhnya sama saja dengan

makna leksikal, makna denotatif, dan makna referensial. 

Makna asosiatif disebut juga makna kiasan. Makna asosiatif adalah makna yang

dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata dengan keadaan di luar bahasa.

Menurut Leech (1976), makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata

Page 4: Answer Semantik A

dengan kata lain termasuk di dalamnya makna konotatif, makna stilistik, makna

afektif, makna refleksi dan makna kolokatif. Makna asosiatif ialah perkaitan (antara

satu dengan yang lain), perhubungan dan pertalian (Kamus Linguistik, 1997).

Menurut Setiawati Dermojuwono, makna asosiatif merupakan asosiasi yang muncul

dalam fikiran seseoran gapabila mendengar perkataan tertentu ( Kushartanti, et.al.,

2005). Asosiasi ini dipengaruhi unsur-unsur pemikiran, pengetahuan dan pengalaman

seseorang. Makna a sos i a s i i n i s ebena rnya s ama dengan pe r l ambangan yang

d igunakan o l eh s e sua tu masya raka t yang mempunyai kemiripan dengan sifat,

keadaan, atau ciri yang ada pada konsep asal kata atau perkataan tersebut. Contohnya,

perkataan ‘buaya’ dikaitkan dengan ‘jahat’ atau ‘ganas’atau membawa erti seorang

laki-laki yang suka memujuk dan menipu wanita. Begitu jugadengan kata ‘mawar’

yang bermakna konseptual iaitu sejenis bunga yang kuning tetapi can t i k dan

be rbau ha rum d inya t akan un tuk pe r l ambangan ‘be r s i h ’ dan ‘ suc i ’ . kata

‘lintah darat’ berasosiasi dengan makna ‘orang yang suka memeras (pemeras) atau pemakan

riba’ Ha l i n i  bermakna sesuatu yang berasosiasi berhubung rapat dengan makna

konotatif, stilistik,afektif, reflektif dan kolokatif. Makna a sos i a t i f mema inkan

pe ranan yang  penting untuk pemahaman wacana kerana makna asosiatif dapat

menjadi pengikat makna-makna kata sehingga terbentuk pemahaman suatu wacana.

Interpretasi bagi sebuah puisi tidak dapat dipisahkan dari makna asosiatif kerana interpretasi

puisi menjadi lebih mudahapabila seseorang itu memahami makna asosiatif. ( Kushartanti et.al.,

2005).

Kesimpulannya, bidang s eman t ik mempunya i pe lbaga i c abang b idangnya .

Seman t ik j uga bo l eh di bahagikan kepada beberapi jenis. Jenis makna dapat

dibezakan berdasarkan beberapa k r i t e r i a dan sudu t pandangan . Pe rb incangan

i lmu seman t ik j uga pe r l u mengambi l k i r a semua konsep yang t e rkandung

da l am makna . Konsep i t u me rangkumi s emua a spek   termasuk keadaan, tindakan,

proses atau benda. Dalam penggunaan bahasa, matlamat utama ada l ah un tuk

menyampa ikan mese j i a i t u maksud a t au makna yang i ng in

d i s ampa ikan . Mempelajari bidang semantik telah dapat memberi kefahaman kepada kita

bahawa secara sedar atau pun tidak kita sebenarnya sentiasa mengujarkan atau

memperlihatkan tingkahlaku yang mempunyai makna yang tertentu tanpa kita sedari. Makna

Page 5: Answer Semantik A

memainkan perana penting kepada manusia untuk mentakrif, memahami dan juga menyatakan

buah fikiran. Sekiranya makna tidak dapat difahami ianya tidak akan wujud. Tanpa makna juga

tidak akan wujud makna denotatif ataupun dalam erti kata lain makna sebenar. Harus diingat

juga bahawa makna konotatif pula ditentukan oleh makna asosiatif dan juga makna afektif.

Secara keseluruhan jelas menunjukkan bahawa beberapa tokoh bahasa cuba memperlihatkan satu

perkara yang sama iaitu kepentingan makna dalam sesuatu bahasa. Makna memainkan peranan

penting untuk mentafsir, mentakrif, membuat ujaran dan sebagainya. Tanpa makna, ia tidak

lengkap. Tidak cukup sekiranya kita hanya tahu menulis, membaca sahaja tetapi tidak mampu

mengetahui apa makna disebalik apa yang kita tulis dan juga apa yang kita baca.

(1481 Patah Perkataan)

Page 6: Answer Semantik A

Abdullah Yusof et. al., 2009. Semantik dan Pragmatik Bahasa Melayu. Kuala Lumpur: Pustaka Salam Adn. Bhd.

Abdullah Hassan. 1992. Semantik. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka & Kementerian Pelajaran Malaysia.

Asmah Haji Omar (1995). Rekonstruksi Kata Dalam Bahasa Melayu Induk. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan pustaka.

Kamus Dewan, 2004.

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarata:Rineka Cipta.Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta:Rineka Cipta.

Abdullah Hassan & Ainon Mohd. (1994). Tatabahasa Dinamika. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Amat Juhari Moain (2010)Penggubalan Istilah Ilmiah dalam Bahasa Melayu. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka.

Azman Wan Chik.1985. Mengajar Bahasa Malaysia Jilid 2: Latihan Guru Dan Bahan. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa Dan Pustaka

Dewan Bahasa dan Pustaka (1992) Pedoman umum Pembentukan Istilah Bahasa Melayu. Kuala Lumpur.

Puteri Roslina Abdul Wahid (2005) Peminjaman Kata Bahasa Inggeris Dalam Peristilahan Undang – Undang. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Teuku Iskandar.2008. Kamus Dewan Edisi Keempat. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa Dan Pustaka.

www.docstoc.com/9651163/HBL3303SMP-PSIKOLINGUISTIK-DAN-SEMANTIK#Ahmad Mahmood Musanif (Ph. D) (2005). Modul Pembelajaran :BBM3206 Semantik, Pusat Pendidikan Luar UPM : Pro-office shoppe Sdn. Bhd.

Alias bin Mohamad Yatim (Ph.D) (1992). Mengenali Bahasa Melayu,Kulim : Penerbitan Sarlis, Percetakan Paarai.

Andrian Akmajian et al. (1995) Linguistik : Pengantar Bahasa dan Komunikasi:Percetakan Ti, Kuala Lumpur

Arbak Othman dan Ahmad Mahmood Musanif (Ph.D) , (2000).Kuala Lumpur : Pengantar Linguistik Am, Penerbitan Sarjana.

S. Nathesan ( 2001 ) : Makna dalam Bahasa Melayu, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur.

Abdullah Hassan. (1987). Linguistik am untuk guru bahasa Malaysia. Petaling Jaya:

Penerbit Fajar Bakti Sdn. Bhd.

Page 7: Answer Semantik A

Aminuddin, Drs. (1988). Semantik: pengantar studi tentang makna. Bandung: Penerbit C.

V Sinar Baru.

Anderson, J. M. (1973). Structural aspects of language change. Singapore: Longman.

Cruse, P. A. (1986). Lexical semantics. London: Cambridge University Press.

Goddard, C. (1998). Semantic analysis: a practical introduction. New York: Oxford

University Press.

Guth, H. P. (1992). Words and ideas. Ed. Belmont, California: Wadsworth Publishing

Company.

Hatch, E. (1995). Vocabulary, semantics and language education. Melbourne:

Cambridge University Press.

Jaludin Chuchu. (2010). t.t: t.pt

Kamus Bahasa Melayu Nusantara. (2003). Bandar Seri Begawan: Dewan Bahasa dan

Pustaka.

Kamus Linguistik. (1997). Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Pustaka.

Kridalaksanan, Harimurti. (1984). Kamus Linguistik. Ed ke 2. Jakarta: Penerbit PT

Gramedia.

Leech, G. (1981). The study of meaning. Harmonsworth, Middlesex: Penguin Books.

Levin, B. and Pinker, S. (1992). Lexical and conceptual semantics. London: Blackwell.

Page 8: Answer Semantik A

Palmer, P. R. (1989). Semantik. Terj. Abdullah Hassan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan

Pustaka.

Trask, R. L. (1992). Words and ideas. Ed. Belmont, California: Wadsworth

Publishing Company.