“KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID...

112
i “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAM KONTEKS PENDIDIKAN ZAMAN MODERN MENURUT PERSPEKTIF IMAM AL-GHOZALI DALAM KITAB IHYA’ ULUMUDDIN” SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Oleh PRYDAR SAKTI INDRAWAN NIM: 111-14-169 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Transcript of “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID...

Page 1: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

i

“KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAM

KONTEKS PENDIDIKAN ZAMAN MODERN MENURUT

PERSPEKTIF IMAM AL-GHOZALI DALAM KITAB IHYA’

ULUMUDDIN”

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh

PRYDAR SAKTI INDRAWAN

NIM: 111-14-169

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

Page 2: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

ii

Page 3: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

iii

“KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAM

KONTEKS PENDIDIKAN ZAMAN MODERN MENURUT

PERSPEKTIF IMAM AL-GHOZALI DALAM KITAB IHYA’

ULUMUDDIN”

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh

PRYDAR SAKTI INDRAWAN

NIM: 111-14-169

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

Page 4: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

iv

Drs. Ahmad Sultoni, M. Pd.

Dosen IAIN Salatiga

Persetujuan Pembimbing

Lampiran : 4 eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan FTIK IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi, dan perbaikan seperlunya,

maka skripsi saudara:

Nama : Prydar Sakti Indrawan

NIM : 11114169

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID

DALAM KONTEKS PENDIDIKAN ZAMAN

MODERN MENURUT PERS PEKTIF IMAM AL-

GHOZALI DALAM KITAB IHYA’ ULUMUDDIN”

Dapat diajukan dalam sidang munaqosah skripsi. Demikian nota pembimbing ini

dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 26 Juli 2018

Pembimbing

Drs. Ahmad Sultoni, M. Pd.

NIP.1968 1104 1998 03 1003

Page 5: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

v

DEKLARASI DAN KESEDIAAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Prydar Sakti Indrawan

NIM : 111 14 169

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul : “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP

MURID DALAM KONTEKS PENDIDIKAN

ZAMAN MODERN MENURUT PERSPEKTIF

IMAM AL-GHOZALI DALAM KITAB IHYA’

ULUMUDDIN”

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang

lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini

diperkenankan untuk di publikasikan pada e-repository IAIN Salatiga.

Salatiga, 26 Juli 2018

Yang menyatakan,

Prydar Sakti Indrawan

NIM. 111 14 169

Page 6: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

vi

PENGESAHAN SKRIPSI

“KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAM KONTEKS

PENDIDIKAN ZAMAN MODERN MENURUT PERSPEKTIF IMAM AL-

GHOZALI DALAM KITAB IHYA’ ULUMUDDIN”

Disusun Oleh:

PRYDAR SAKTI INDRAWAN

NIM : 111 14 169

Telah diperhatikan didepan Panitia Dewan Panitia Penguji Skripsi Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga,

pada tanggal 18 September 2018 dan dinyatakan lulus, sehingga dapat

diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana S1 Pendidikan

Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag.,M. Phil :__________________

Sekertaris Penguji : Drs. A. Sulthoni, M.Pd :__________________

Penguji I : Dr. Rasimin, M.Pd :__________________

Penguji II : Imam Mas Arum, M.Pd.I.:__________________

Salatiga,18 September 2018

Dekan

Suwardi, M.Pd.

NIP. 19670121 199903 1 002

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN ) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Selatan KM.2 Telepon. (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga

Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]

Page 7: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

vii

MOTTO

Kekayaan yang paling berharga adalah akal. kefakiran yang

paling besar adalah kebodohan. sesuatu yang paling keji

adalah sikap ujub, bangga diri. kemuliaan yang paling tinggi

adalah akhlak yang mulia.

(Ali bin Abi Talib)

Page 8: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karuniaNya

skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua hebatku bapak Supriyanto dan ibu Darsih yang selalu

mendukung kegiatan, memberikan motivasai, dukungan finansial, dan doa

yang tulus sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Adikku tersayang Frida Purti Purnareksa dan Frida Giva Trireksa yang

selalu menghiburku, dan menjadi penyemangat.

3. Inspirator sepesial Sarah Faradilla Alfiana yang selalu memberi motivasi

dalam setiap perbincangan kami, teman curhat maupun debat, bersedia

menjadi teman kesana kemari, dan bersedia repot untukku serta membantu

menyelesaikan skripsi ini.

4. Teman-temanku seperjuangan Lukman Rahardian, Ardan Afiffudin, Nizar

Azim Mustofa, Irvan, Shobirin, Muhammad Abdus, Farah Humaida H dan

banyak lagi yang tidak dapat kusebutkan.

5. Teman-teman UIN Sunan Kalijaga (jogja) khususnya Rizka manarulhuda,

baim, Dhea Putra, Obama, Juki, Fahru Riza Arma dan teman-teman

kontrakan MASKARA di jogja yang bersedia memberikan tempat selama

masa penyelesaian skripsi ini.

6. Teman- teman UIN Walisongo (Semarang) khususnya Hendra Setyawan,

Bilad Maulana, Vicky botak, Yahdillah, Asyil Khoirul umam

yang bersedia panas-panasan demi mencari buku bersama dan masih

banyak lagi.

Page 9: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

ix

7. Teman-teman Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Kudus khususnya Habibi,

Khirmi, Aris, Kholiq, Wibowo yang selalu rela menjadi tempat ketika

penulis ingin berbagi kegilaan.

8. Kawan-kawan VESPA di Jogjakarta, kawan mengusir penat, kawan

ridding, Beng setyadi, Qodri, Fikri, dan masih banyak lagi kawan yang

belum satu-persatu kusebut

9. Kawan-kawan Institut Seni Jogjakarta (ISI) Khususnya kawan-kawan dari

Medan, Pekanbaru, Bondowoso yang bersedia berbagi pengalaman.

10. Teman-teman UKM Teater Getar yang telah memberikan banyak

pengetahuan dan pengalaman.

11. Seluruh teman-temanku dimanapun kalian berada, terima kasih atas

pengalaman, pengetahuan, serta motivasi yang telah kalian berikan.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih

atas segala bantuan, dukungan, dan doanya.

Salatiga, 26 Juli 2018

Prydar Sakti Indrawan

NIM. 11114169

Page 10: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Puji syukur atas limpahan rahmat, karunia dan hidayah yang telah

diberikan Allah SWT kepada hamba yang senantiasa mau berusaha dalam

mengarungi samudra kehidupannya masing-masing. Shalawat dan salam tidak

lupa senantiasa kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang kita

nantikan syafaatnya di hari akhir nanti.

Alhamdulillahirabil’alamin penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini

sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Dalam penulisan

skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak yang senantiasa

memberi arahan, bimbingan, maupun doa. Maka dari itu penulis sampaikan rasa

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

4. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. selaku pembimbing akademik

yang selalu memberi bimbingan dan motivasi dalam menjalankan studi

5. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M. Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang

selalu sabar membimbing dan memberikan saran agar skripsi ini

terselesaikan dengan baik

Page 11: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

xi

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff karyawan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga yang telah memberikan ilmu, ajaran, dan pelayanan

kepada penulis

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan. Penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang berkepentingan.

Terima kasih

Wassalamu’alaikum wr. wb

Salatiga, 26 Juli 2018

Prydar Sakti Indrawan

NIM. 11114084

Page 12: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

xii

ABSTRAK

Indrawan, Prydar Sakti (11114169). 2018. Konsep Akhlak Guru Terhadap Murid

Dalam Konteks Pendidikan Zaman Modern Perspektif Imam Ghozali

Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin.Skripsi. Prodi Pendidikan Agama

Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam

Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Ahmad Sultoni, M. Pd.

Kata Kunci: Akhlak Guru, Relevansi Akhlak Guru

Tujuan skripsi ini, yaitu: (1) Mendeskripsikan Akhlak Guru Terhadap Murid

Menurut Imam Ghozali Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin. (2) Mendiskripsikan

relevansi konsep aklak guru terhadap murid menurut Imam Al-Ghozali dengan

konsep pendidikan zaman modern.

Untuk mencapai tujuan di atas penulis menggunakan metode penelitian

kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan data pustaka yaitu

membaca, mencatat serta mengolah bahan penelitian dari berbagai buku dan karya

ilmiah yang mendukung penelitian skripsi ini dengan mengutamakan data primer.

Sumber data meliputi sumber data primer yakni kitab Ihya’Ulumuudin karya

Imam Al-Ghozali, serta sumber data sekunder diantaranya buku-buku literatur,

intenet, artikel, jurnal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Konsep akhlak guru terhadap murid

menururt Imam Ghozali dalam kitab Ihya’ ulumuddin: a) Guru harus memiliki

rasa kasih sayang. b) Guru harus mengikuti teladan Rasul. c) Guru tidak boleh

menyembunyikan nasihat. d) Guru mencegah murid dari watak dan perilaku jahat.

e) Guru tidak merendahkan ilmu lain. f) Guru hendaknya mengetahui batas

kemampuan murid. g) Guru hendaknya mengajar sesuatu yang jelas. h) Guru

harus mempraktikkan lebih dahulu. (2) Konsep akhlak guru perspektif Imam

Ghozali secara garis besar masih bisa diterapkan dalam pendidikan zaman

modern. Dan masih ideal antara kosep yang dikemukakan Imam Ghozali dengan

Undang-Undang yang berlaku saat ini, dan jika diterapkan dalam proses

pendidikan maka tidak hanya tujuan pendidikan yang dicapai, tetapi jauh yang

lebih substansial yakni terbentuknya relasi (hubungan) guru dan murid yang baik,

guru dinilai bukan sebagai penjual ilmu tetapi dinilai dari keikhlasan hati dan

tujuannya (transfer of knowledge dan penyempurnaan akhlak). Dengan demikian

akan membuahkan hasil bagi kebaikan di dunia dan juga di akhirat. Akan tetapi

relevansi pada kenyatanya dan fakta dilapangan yang terjadi saat ini masih

banyak kasus-kasus penyimpangan yang dilakukan oleh oknum guru, yang sangat

bertolak belakang dengan konsep Imam Ghozali ataupun dari Undang-Undang

yang berlaku.

Page 13: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR LOGO IAIN ................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iv

PERSYARATAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... v

PENGESAHAN TULISAN ............................................................................ vi

MOTTO ......................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

ABSTRAK ....................................................................................................... xii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 12

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 13

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 13

E. Metode Penelitian................................................................................. 12

F. Penegasan Istilah .................................................................................. 14

G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 22

BAB II BIOGRAFI IMAM AL-GHOZALI

A. Riwayat Hidup Imam Al-Ghozali ...................................................... 24

B. Guru- Guru Imam Al-Ghozali ............................................................ 25

C. Sahabat – Sahabat Imam Al-Ghozali ................................................. 26

D. Karya – Karya Imam Al-Ghozali ....................................................... 27

Page 14: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

xiv

E. Ihya Ulumuddin ................................................................................... 32

F. Pendidikan Imam Al-Ghozali ........................................................... 33

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN IMAM AL-GHOZALI

A. Guru dan Murid .................................................................................... 39

B. Akhlak Guru terhadap Murid ............................................................... 48

BAB IV ANALISIS AKHLAK GURU

A. Analisis Akhlak Guru terhadap Murid Perspektif

Imam Al-Ghozali ............................................................................... 60

B. Relevansi Akhlak Guru Perspektif Imam Al-Ghozali ......................... 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 82

B. Saran ..................................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Tugas Pembimbing Skripsi

2. Lembar Konsultasi

3. Nilai SKK

4. Daftar Riwayat Hidup

Page 16: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sebuah upaya sadar dan terstruktur dan

sistematis sebagai upaya pengembangan dan peningkatan sumber daya

manusia yang dilaksanakan pada jenjang pendidikan. Oleh sebab itu,

pendidikan menuntut sebuah upaya dan usaha yang terencana sesuai

dengan aturan pelaksanaan yang sudah ditetapkan. Menyangkut hal

tersebut pendidikan yang yang bertujuan sebagai upaya pengembangan

dan peningkatan sumber daya manusia hendaknya dilakukan dengan

secara utuh dan menyeluruh. Hal ini bertujuan agar pendidikan

tersebut dapat memberikan kontribusi lebih terhadap kemajuan

kehidupan bangsa dimasa yang akan datang. Namun hal yang

terpenting dalam pendidikan itu sendiri adalah hadirnya seorang guru,

dimana guru adalah ujung tombak terpenting dalam kemajuan

pendidikan itu sendiri.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) di jelaskan

makna guru adalah

“/gu·ru/ n orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya,

profesinya) mengajar;-- kencing berdiri, murid kencing berlari, pb

kelakuan murid (orang bawahan) selalu mencontoh guru (orang

atasannya);” (Budhi, 2006: 393).

Page 17: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

2

Para guru umumnya menyadari bahwa jabatan guru adalah

suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan

berbakti untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan meningkatkan

kualitas manusia seutuhnya, yaitu yang beriman, bertakwa, dan

berakhlak mulia, serta menguasai IPTEKS dan mewujudkan

masyarakat yang berkualitas. Idealnya para guru di tuntut selalu tampil

profesional. Dengan tugas utamanya adalah mendidik, membimbing,

melatih, dan mengembangkan kurikulum (perangkat kurikulum),

sebagaimana bunyi prinsip “Ing ngarso song tulodho, ing madya

mangun karso, tut wuri handayani.” Artinya seorang guru bila di

depan memberikan suri tauladan (contoh), di tengah memberikan

prakarsa, dan di belakang memberikan dorongan atau motivasi

(Rushman, 2014 : 15).

Setiap guru boleh saja memandang dirinya profesional. Pagi

hari berangkat ke sekolah, sore baru pulang. Setiap hari tampil di

depan kelas, tak pernah absen. Mengajar dan mengajar adalah prioritas

utama. Dan metode-metode yang di gunakan sesuai menurut

kurikulum yang di tentukan di sekolah, namun apakah guru tersebut

tergolong guru professional?

Maka dari itu penulis mencoba memaparkan dahulu arti dari

profesionalisme dalam konteks konsep dasar profesionalisme.

Pengertian profesionalisme adalah suatu pandangan terhadap

keahlian tertentu yang di perlukan dalam pekerjaan tertentu, yang

Page 18: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

3

mana keahlian itu hanya di peroleh melalui pendidikan khusus atau

latihan khusus. (Arifin, 1995:105). Jadi profesionalisme mengarah

kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan

kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan

strategi-strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan yang

sesuai dengan profesi yang di embannya.

Dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik,

pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat

menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana

belajar yang menyenangkan, menarik, memberi rasa aman,

memberikan ruang pasa siswa unruk berfikir aktif, kreatif, dan inovatif

dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya. Guru yang

profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang

berkualitas. Untuk dapat menjadi seorang guru profesional, mereka

harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualisasikan dirinya

sesuai dengan kemampuan kaidah-kaidah guru profesional (Rushman,

2014 : 16).

Berkenaan dengan pentingnya profesionalisme guru dalam

pendidikan Sanusi et al. (1991 : 23) mengutarakan enam asumsi yang

melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan, yaitu :

Page 19: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

4

1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki

kemauan, pengetahuan, emosi dan perasaan, dan dapat di

kembangkan sesuai dengan potensinya; sementara itu

pendidikan di landasi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang

menghargai martabat manusia.

2. Pendidikan dilakukan secara intapersonal, yakni secara

standar bertujuan, maka pendidikan menjadi normatif yang

di ikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara

universal, nasional, maupun lokal, yang merupaka acuan

para pendidik, peserta didik, dan pengelola pendidikan.

3. Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka

hipotesis dalam menjawab permasalahan pendidikan.

4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia,

yakni manusia yang mempunyai potensi yang baik untuk

berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan itu adalah usaha

untuk mengembangkan potensi unggul tersebut.

5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi

dimana terjadi dialog antara peserta didik dan pendidik

yang memungkinkan peserta didik tumbuh kearah yang di

kehendaki oleh pendidik agar selaras dengan nilai-nilai

yang di junjung tinggi masyarakat.

6. Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan,

yaitu menjadikan manusia sebagai manusia yang baik

Page 20: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

5

(dimensi intrinsik) dengan misi instrumental, yakni yang

merupakan alat untuk perubahan atau mencapai sesuatu.

Pendidikan yang baik sebagaimana yang di harapkan oleh

masyarakat modern dewasa ini dan sifatnya selau menantang,

mengharuskan adanya pendidik yang profesional. Hal ini berarti

bahwa masyarakat diperlukan pemimpin yang baik, di rumah di

perlukan orang tua yang baik dan di sekolah dibutuhkan guru yang

profesional. Akan tetapi, dengan ketiadaan pegangan tentang

persyaratan pendidikan profesional,

maka hal ini menyebabkan timbulnya beracam-macam tafsiran orang

tentang arti guru yang baik, tegasnya guru yang profesional.

Selain itu ada beberapa kompetensi yang harus di miliki oleh

seorang guru yang profesional meliputi:

1. Kompetensi pedagogik, adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap

peserta didik, perancanagn dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi

hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (Standar

Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a). artinya

guru harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran, mulai dari

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi, kegiatan

pembelajaran.

Page 21: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

6

2. Kompetensi Personal, adalah kemapuan kepribadian yang mantab,

stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta

didik dan berakhlak mulia.

3. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang di

tetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

4. Kompetensi Sosial, adalah kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,

dan masyarakat sekitar.

Namun pada konteks pendidikan zaman modern ini seringkali

masyarakat berasumsi bahwa bobroknya kualitas murid di dasarkan

pada guru yang tidak mampu dalam mengemban tugasnya, bila dulu

guru di anggap sebagai orang berilmu yang arif dan bijaksana, kini

guru terlihat hanya sebagai fungsionaris pendidikan yang mengajar

pada faktor-faktor tertentu, sehingga menjadikan para murid kesulitan

mencari sosok idola dan suri tauladan.

Muhajir menuturkan, Belakangan ini kerap beredar secara viral

tindakan oknum yang melakukan kekerasan terhadap siswanya. Hal itu

mengundang kecaman dari masyarakat karena tindakan itu sangat jauh

kepribadian seorang guru. Atas fenomena seperti ini Menteri

Page 22: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

7

Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy meminta

masyarakat tidak men-generalisasi oknum guru yang melakukan

kekerasan terhadap peserta didik. Apalagi tindak kekerasan itu disebar

secara viral di dunia maya yang belum jelas kebenarannya."Kalau dari

3,41 juta kemudian ada satu ya jangan kemudian dibikin kesimpulan

bahwa semua guru seperti itu (melakukan kekerasan)," kata Muhadjir

usai Upacara Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) di Kemendikbud,

Jakarta, Sabtu (25/11) (Jawa Pos, 2017 : 16:05).

Pernyataan Muhajir ini disusul dengan beredarnya berita secara

viral bahwa kasusu pemukulan terhadap siswa yang terjadi di Kendari

yang menjadikan keprihatinan di dunia pendidikan ini. Hanya karena

masalah sepele yaitu siswa tidak sengaja menjatuhkan kaki kursi yang

lepas, lantas oknum guru tersebut melayangkan beberapa pukulan

keras yang menyebabkan siswa tersebut pingsan.

Kendari - Seorang siswa di SMP 1 Besulutu, Kecamatan

Beslutu, Kabupaten Konawe, pingsan usai dibogem berkali-kali oleh

gurunya, Kamis sore, 24 Mei 2018. Penyebabnya sepele, ia

menjatuhkan kursi secara tak sengaja. Menurut sejumlah saksi, tindak

kekerasan guru itu terjadi ketika jam pelajaran Kimia berlangsung.

Saat itu, Aldin (14), nama siswa tersebut, beserta 30 orang rekannya

akan memulai ulangan semester. Tiba-tiba, guru kimia berinisial R

meminta Aldin maju untuk duduk di depan kelas bersama beberapa

rekannya. Dengan gerakan pelan, Aldin mengangkat kursi menuju ke

Page 23: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

8

depan kelas. Saat kursi hendak dipindah dengan cara dipikul, ternyata

kaki kursi terlepas. Kaki kursi yang jatuh terpental ke lantai itu

menyebabkan bunyi keras. Tak disangka hal itu membuat guru tersebut

tersinggung. "Kamu kenapa banting kursi? Sini kamu, sini!" ujar salah

seorang rekan Aldin menirukan bentakan guru itu. "Aldin dipanggil

sama guru, belum sempat bicara banyak, pukulan melayang ke leher

Aldin," ujar Irwan, rekan Aldin. Irwan melanjutkan, Aldin langsung

jatuh dan tak sadarkan diri. Saat itu, puluhan rekannya langsung

mengerumuni korban. Ikram, salah seorang keluarga korban

mengatakan, saat itu Aldin langsung pingsan selama 45 menit.

"Dia sempat mau diberi minum air oleh rekannya pas siuman, tapi dia

tidak mau minum katanya lagi puasa,"ujar Ikram. Kata Ikram, korban

mengalami benjolan di leher. Foto yang diambil di Polsek Sampara,

Konawe, ada benjolan sebesar telur ayam kampung di leher sebelah

kanan korban. Usai pingsan, Aldin sempat mengeluhkan oleng karena

kerasnya bogem guru tersebut. Saat itu salah seorang rekan Aldin,

mengatakan korban sempat dipaksa minum air. "Tapi dia tidak mau,

dia pilih pulang ke rumah diantar teman kelas," ujar Irwan. Saat pulang

ke rumah itulah, Aldin langsung melaporkan perbuatan gurunya

kepada orangtuanya. Kesal karena perbuatan guru R, kakak Aldin

langsung melapor ke Polsek Sampara. "Adikku meskipun dipukul

tidak batal puasanya, kami heran kenapa guru itu begitu keras

memukul," ujar kakak kandung korban, Harton. Kapolsek Sampara,

Page 24: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

9

AKP Noufaldri Widyatama membenarkan kejadian itu. Noufaldri

melanjutkan, saat ini pihaknya sudah melakukan visum terhadap

korban. "Sudah divisum, memang benar dia benjol. Kita sudah terima

laporan saksi dan korban, besok kita periksa gurunya," ujar Noufaldri

(Liputan 6, 2018 : 19:05).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, entah

dari sumber literatur yang dibaca ataupun pengalaman lapangan yang

ditemui, masih banyak sekali ditemukan permasalahan dalam

profesisionalisasi guru tersebut, salah satunya adalah tidak adanya

mengenai akhlak yang semestinya dijalankan oleh seorang guru, dan

bukan mengenai soal membentuk murid, yang terkadang guru lupa

akan nilai spiritual dalam diri masing-masing seperti contoh seorang

guru harus melakukan terlebih dahulu apa yang dia ajarkan, dan tidak

boleh berbohong dengan apa yang di sampaikannya. Ilmu dapat di

serap dengan mata batin, dan amal dapat di saksikan melalui

pandangan mata lahir, oleh karena itu jika perbuatan seorang guru

bertentangan dengan apa yang dia anjurkan, berarti dia tidak sedang

membantu memberi petunjuk dan tuntunan,

melaikan justru racun atau bencana. Dengan kata lain sudah

sepantasnya seorang guru dalam mengajarkan ilmunya mempunyai

niat dan tujuan untuk melindungi para muridnya dari siksa api neraka

(Al-Ghozali,2011: 123). Sementara tugas kedua orang tua

Page 25: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

10

menyelamatkan anak-anaknya dari kesengsaraan hidup di alam dunia

ini.

Mengingat tugas seorang guru itu berat maka guru

mendapatkan kedudukan yang mulia dalam islam, bahkan Allah

sendiri sangat menghargai orang yang berilmu (guru/ulama) dengan

meninggikan derajat mereka,

Allah berfirman dalam Q.S.al-Mujadilah [58]: 11:

الهذين آمنوا منكم والهذين أوتوا العلم درجات … …يرفع للاه

Allah akan mengangkat (derajat) orangorang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat

(Kemenag RI, 2014: 543).

Merujuk pada permasalah yang telah di paparkan peneliti di

atas bahwa, guru yang di maksud oleh peneliti ini ialah guru yang

mengajarkan ilmu-ilmu tentang akhirat (ukhrawi), atau ilmu-ilmu

tentang dunia (duniawi) dengan tujuan keabadian negeri akhirat.

Seorang guru dinilai membinasahkan diri sendiri dan murid-

muridnya jika ia mengajar hanya demi kepentingan dunia ini semata.

Karena itu, seorang guru yang berorientasi pada kepentingan akhirat

akan senantiasa menempuh perjalanan hidupnya di dunia untuk tujuan

menggapai kebahagiaan negeri akhirat nanti.

Juga, senantiasa bertujuan kepada Allah Swt. Dengan tidak

terikat tipu daya dunia. Jika sedemikian posisi keduannya, maka para

murid dengan guru sangat di anjurkan untuk saling mencintai. Sebab,

Page 26: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

11

pada hakikatnya para ulama’ dan putra-putra akhirat itu laksana

musyafir yang sedang berpergian bersama-sama menuju Allah Swt

(Al-Ghozali, 2011 : 124).

Berdasarkan permasalah yang penulis paparkan di atas, penulis

mencoba untuk meneliti konsep Akhlak Guru Terhadap Murid Dalam

Konteks Pendidikan Zaman Modern Menurut Perspektif Imam Al-

Ghozali Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin.

Imam Al-Ghozali dipilih, karena beliau adalah seorang tokoh

terkemuka dalam dunia islam, baik ilmuan barat maupun timur semua

mengenai Al-Ghozali.

Ketenaran Al-Ghozali bukan tanpa alasan. Kehadirannya

banyak memberikan khazanah bagi kehidupan manusia. Figur Al-

Ghozali sebagai pengembara ilmu yang sarat pengalaman

mengantarkan posisinya menjadi personifikasi di segala bidang dan di

setiap zaman. Kegigihannya dalam menelusuri kebenaran dan ilmu

yang bermodalkan otak brilian (cemerlang), sarat dengan ciri

keutamaan sekaligus kecendekiawanannya menjadikan dirinya pantas

menyandang gelar sebagai 'alim/ilmuwan sejati.

Al Ghozali juga dikenal sebagai ilmuwan yang konsekuwen,

kedalaman dan keluasan ilmunya tidak membuatnya congkak dan

sombong apalagi gegabah bertindak (Nur’Aini J, 2001:4).

Karena persoalan tersebut di atas, maka untuk mengetahui,

menganalisa, serta mengkaji isi secara jelas tentang konsep Akhlak

Page 27: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

12

guru terhadap murid dalam kitab tersebut, serta untuk mengkaji

relevansinya dengan para ahli pendidikan sekarang ini, maka

pengkajian kitab Ihya’ Ulumuddin, di tinjau dari segi isi dengan

relevansinya dengan pendapat para ahli dewasa ini, serta hal-hal yang

harus dilakukan maupun yang harus dihindari oleh guru dan murid

penyusun lakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan penelitian yang dikemukan pada

latar belakang, penulis merumuskan masalah penelitian secara umum

yaitu :

1. Bagaimana akhlak guru terhadap murid menurut Imam Al-

Ghozali dalam kitab Ihya’ ulumuddin?

2. Bagaimana relevansi konsep akhlak guru terhadap murid menurut

Imam Al-Ghozali dengan konsep pendidikan zaman modern?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan penelitian diatas maka

tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan akhlak guru terhadap murid menurut Imam Al-

Ghozali dalam kitab Ihya’ ulumuddin.

2. Mendiskripsikan relevansi konsep aklak guru terhadap murid

menurut Imam Al-Ghozali dengan konsep pendidikan zaman

modern.

Page 28: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

13

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritik Akademik

a) Sebagai sebuah kajian keilmuan, dan pengenalan konsep Akhlak

Guru terhadap Murid.

b) Menambah khasanah Keilmuan dan wawasan bagi penyusun

khususnya dan para pembaca pada umumnya tentang konsep

Akhlak Guru terhadap Murid menurut imam Al-Ghozali dengan

Konsep Pendidikan Masa Kini.

2. Secara Praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

akademis, serta bahan refleksi untuk memberikan masukan kepada

guru bagaimana memberlakukan adab kepada muridnya secara

islam.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan termasuk dalam kategori

penelitian kepustakaan (library research), juga bisa disebut dengan

istilah studi pustaka yaitu serangkaiaan kegiatan yang berkenaan

dengan pengumpulan pustaka, membaca, dan mencatat serta

mengolah bahan penelitian (Zed, 2004:3).

Page 29: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

14

2. Sumber Data

Penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberi

gambaran penyajian laporan. Sedangkan data-data tersebut dibagi

menjadi dua bagian, yaitu primer dan skunder.

a. Sumber data primer

sumber data primer adalah sumber data yang paling utama

digunakan dan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini,

yaitu kitab Ihya’Ulumuudin karya Imam Al-Ghozali.

b. Sumber data skuder

Sumber data skunder adalah data informasi yang di peroleh dari

sumber-sumber lain selain data primer, secara tidak langsung

bersinggungan dengan tema penelitian yang dilakukan.

Diantaranya buku-buku literatur, intenet, artikel, jurnal, dan

sumber data lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Seperti terjemahan kitab Ihya’ Ulumuddin. Untuk memudahkan

penulis dalam menerjemahkan kitab aslinya. Dalam penulisan ini

tentu tidak lepas akan adanya beberapa referensi yang berkorelasi

dengan judul untuk membantu menjelaskan, menjabarkan dan

memperkuat pendapat yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghozali.

3. Teknik Pengumpulan Data

Bentuk penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data

pustaka yaitu membaca, mencatat serta mengolah bahan penelitian

dari berbagai buku dan karya ilmiah yang mendukung penelitian

Page 30: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

15

skripsi ini dengan mengutamakan data primer. Adapun data

pendukung tersebut merupakan kajian dari pemikiran Imam Al-

Ghozali tentang sejarah pendidikan dan juga konsep pemikirannya

tentang pendidikan khususnya mengenai adab seorang guru dan

murid.

4. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan adalah analisis isi (content analysis),

dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan

pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.

Metode content analysis digunakan untuk memperoleh

keterangan dari isi komunikasi, yang disampaikan dalam bentuk

lambing yang terdokumentasi atau didokumentasikan, baik bentuk

artikel, jurnal, maupun karya-karya Imam Al-Ghozali (Tobroni, 2001:

71).

Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode

analisis isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode

kualitatif memberikan perhatian pada situasi ilmiah, maka dasar

penafsiran dalam metode analisis ini memberikan perhatian pada isi

pesan. Oleh karena itulah, metode analisis ini dilakuan dalam

dokumen-dokumen yang padat isi. Peneliti menekankan bagaimana

memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang

terjadi dalam peristiwa komunikasi (Ratna, 2007: 49).

Page 31: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

16

Dalam penelitian ini, penulis mengkaji isi kitab Ihya’

Ulumuddin bab akhlak yang mengandung penjelasan mengenai akhlak

seorang guru dan murid dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Langkah Deskriptif, yaitu mengurai teks-teks dalam kitab Ihya’

Ulumuddin yang berhubungan dengan akhlak seorang guru

terhadap murid.

b. Langkah Interpretasi, yaitu menjelaskan teks-teks dalam kitab

Ihya’ Ulumuddin yang berhubungan dengan akhlak seorang guru

terhadap murid.

c. Langkah Analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari kitab Ihya’

Ulumuddin yang berhubungan dengan akhlak seorang guru

terhadap murid.

d. Langkah mengambil keputusan, yaitu mengambil kesimpulan dari

kitab Ihya’ Ulumuddin yang berhubungan dengan akhlak seorang

guru terhadap murid.

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah fahaman dalam penafsiran judul di

atas, maka penulis berusaha menjabarkan istilah-istilah yang penting

sehingga lebih jelas dan mudah dalam pemahaman. Adapun istilah-

istilah yang perlu penjelasan adalah sebagai berikut:

1. Konsep

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006 : 611)

konsep adalah rancangan atau buram (surat dsb), ide atau

Page 32: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

17

pengertian yang di abstrakkan dari peristiwa kongkret, proses

atau apapun yang ada di luar bahasa yang di gunakan oleh akal

untuk memahami hal lain.

Jadi konsep di sini adalah suatu ide atau pengertian

tentang Akhlak dari pemikiran Al-Ghozali. Dan penulis juga

membahas tentang bagaimana akhlak guru terhadap murid

menurut Al-Ghozali.

2. Akhlak

Kata “akhlak” (Arab:akhlaq) merujuk kepada sumber

ajaran islam yang mengakui kebenaran wahyu (revelation).

Perangkat nilai-nilai yang di kembangkan dalam akhlak untuk

keselarasan komunikasi horizontal dalam lingkungannya

(makhluq) dan vertikal (khaliq). Secara sederhana akhlak

mengatur hubungan yang santun dan baik antara manusia

dengan sesama (makhluq) dan Tuhan (khaliq) (Maemun, 2012:

VII)

Akhlak adalah suatu bentuk yang tertanam kokoh di

dalam jiwa yang kemudian melahirkan perbuatan-perbuatan

yang dilakukan secara bebas, mencakup perbuatan baik

maupun buruk, terpuji maupun tercela. Secara alamiah ia bisa

menerima pengaruh dari pendidikan yang baik maupun buruk.

Jika ia dididik untuk mengutamakan keutamaan dan

kebenaran, cinta hal-hal yang makruf, cinta kebaikan, dilatih

Page 33: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

18

untuk cinta keindahan dan membenci keburukan sehingga

akhirnya menjadi sebuah tabiat yang melahirkan perbuatan

baik dengan begitu mudah tanpa di buat-buat (Jabir, 2014:

268).

Jadi akhlak di sini adalah berbagai perbuatan baik yang

lahir dari seseorang yang dilakukan tanpa dibuat-buat olehnya,

dan diharapkan guru akan bisa memperhatikan serta

melaksanakan akhlak yang akan dijelaskan pada konsep Imam

Ghozali. Akhlak guru pula merupakan adab dan tingkah laku

guru dalam semua aspek mengikut garis panduan syariat Islam.

3. Guru

Kata guru berasal dalam bahasa Indonesia yang berarti

orang yang mengajar. Dalam bahasa inggris, di jumpai kata

teacher yang berarti pengajar (Nata, 2001: 41).

Guru dalam pengertian sederhana adalah orang yang

memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar

kepada peserta didik.

Sementara masyarakat memandang guru sebagai orang

yang melaksanakan pendidikan di sekolah, masjid, mushala,

atau tempat lain.

Semua pihak sependapat bila guru memegang peranan

amat penting dalam mengembangkan sumber daya manusia

melalui pendidikan (Asmani, 2015: 20).

Page 34: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

19

4. Murid

Kata murid berasal dari bahasa arab ‘arada, yuridu

iradatan, muridan yang berarti orang yang menginginkan (the

willer), dan menjadi salah satu sifat Allah SWT. Yang berarti

Maha Menghendaki. Pengertian seperti ini dapat di mengerti

karena seorang murid adalah orang yang menghendaki agar

mendapat ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan

kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia

di dunia dan di akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-

sungguh. Istilah murid ini digunakan dalam ilmu tasawuf

sebagai orang yang belajar mendalami ilmu tasawuf kepada

seorang guru yang dinamai syaikh (Nata, 2001: 49).

5. Perspektif

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006 : 881)

perspektif di definisikan sebagai cara melukiskan sesuatu

benda pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang

terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan

tingginya). Bisa di artikan pula sebagai sudut pandang atau

pandangan.

Jadi, yang penulis maksud perspektif dalam penelitian ini

adalah pandangan atau pemikiran Imam Al-Ghozali khususnya

tentang akhlak yang seharusnya di miliki guru terhadap murid.

Page 35: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

20

6. Imam Al-Ghozali

Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin

Muhammad bin Muhammad bin Al-Ghozali. Versi lain

menyebutkan bahwa nama lengkap beliau dengan gelarnya

Syaikh al-Ajal al-Imam al-Zahid, al-Said al-muwafaq Hujjatul

Islam.

Zainuddin Syaraf mengatakan bahwa nama lengkap al-

Ghozali adalah al-Ummah Abi Muhammad bin Muhammad al-

Ghozali al-Tusi.

Dalam Tahdzib Ihya Ulum ad-Din, nama lengkap al-

Ghozali adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin

Ahmad (bukan Muhammad) al-Ghozali. Para ulama ahli

sejarah menyebutkan bahwa :

al-Ghozali lahir pada tahun 450 H. di Thus, dan

meninggal dunia pada tahun 505 di kota yang sama. Sumber

lain menyebutkan bahwa ia lahir di kota Ghazalah, sebuah kota

kecil dekat Thus di Khurasan, yang ketika itu merupakan salah

satu pusat ilmu pengetahuan di dunia islam (Nata, 2001: 55).

7. Kitab Ihya’ Ulumuddin

Ihya’ Ulumuddin (Ihya) atau Menghidupkan Kembali

Ilmu-ilmu Agama adalah adikarya imam al-Ghozali. Abu al-

Ghafar Farsi, yang hidup sezaman dengan imam al-Ghozali,

mengatakan bahwa buku atau kitab seperti ihkya’ belum

Page 36: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

21

pernah ditulis sebelumnya. Imam Nudi berkata, “[Mutu] Ihya’

mendekati al-Qur’an.” Syaikh Abu Muhammad berkata, “jika

semua cahaya ilmu didunia ini lenyap, mereka dapat

dinyalakan kembali oleh Ihya’. Syaikh Abdullah Idris, seorang

ulama- wali terkemuka pada zamannya, menyimpan memori

kuat atas setiap bagian dari Ihya’.

Pada suatu hari, seorang wali masyhur bernama Quthub

Syaji memegang kitab Ihya’ seraya berkata, “Tahukah kalian

kitab apa yang ada di tanganku ini ?” Kemudian ia

memperlihatkan bekas-bekas cambukan di punggungnya.

‘Semalam, Imam al-Ghozali membawaku menghadap

Rasulullah Saw dan mencambuki punggungku karena

mencoba menolak kitab ini. Inilah bekas-bekas cambukan pada

punggung saya.” (Ghazali, 2014: 16)

Ihya’ Ulumuddin merupakan karya magnum opusnya Al-

Ghozali yang menjadi rujukan umat muslim seluruh dunia

hingga sekarang.

Hassan (1991) menekankan mengenai kepentingan Kitab

Ihya’ ‘Ulum al-Din sebagai rujukan para guru seperti katanya,

“Konsep pendidikan guru sepatutnya diambil dari tradisi dan

pencapaian dari intelektual kita yang lalu. Karya-karya

monumental seperti Ihya’ ‘Ulum al-Din seharusnya menjadi

buku teks bagi setiap bakal guru” (hlm. 98). Beliau juga

Page 37: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

22

menyarankan bakal-bakal guru agar menjadikan Kitab Ihya’

‘Ulum al-Ddin, Kitab Ta’alim al-Muta’allim Tariq al-

Ta’allum (belajar cara belajar) karangan al-Zarnuji (65-132H)

dan karya al-Qabisi sebagai rujukan (Hassan 1991). Jelas di

sini bahwa Kitab Ihya’ Ulum al-Din patut dijadikan rujukan

oleh guru-guru (http://ejournal.ukm.my, 2016: 32).

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika dalam penulisan skripsi yang di maksud di sini

adalah sistematika penyusunan skripsi secara garis besarnya yaitu dari

bab ke bab sehingga menjadi satu-kesatuan yang padu.

Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam

membaca maupun memahami skripsi ini. Adapun sistematika

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari Latar Belakang

Masalah, Rumusan Masalah,Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Metode Penelitian, Penegasan Istilah, Sistematika Penulisan Skripsi.

BAB II BIOGRAFI IMAM AL-GHOZALI Bab ini menjelaskan

tentang riwayat hidup Imam Al-Ghozali, Guru-gurunya, Sahabat-

sahabatnya, Karya-karyanya, dan deskripsi singkat tentang kitab Ihya’

Ulumuddin.

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN IMAM AL-GHOZALI Bab ini

menjelaskan tentang akhlak guru, dan etika guru terhadap murid

perspektif Imam Al-Ghozali.

Page 38: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

23

BAB IV ANALISISI AKHLAK GURU TERHADAP MURID

PERSPEKTIF IMAM AL-GHOZALI Bab ini menjelaskan tentang

analisis akhlak guru terhadap murid perspektif Imam Al-Ghozali serta

relevansi etika guru terhadap murid Imam Al-Ghozali dalam konteks

kekinian.

BAB V PENUTUP Dalam bab ini berisi kesimpulan, saran, daftar

pustaka, dan lampiran-lampiran.

Page 39: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

24

BAB II

BIOGRAFI IMAM AL-GHOZALI

A. Riwayat Hidup Imam Al-Ghozali

Nama lengkap sang imam adalah Abu Hamid Muhammad bin

Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghozali, yang lebih di

kenal dengan panggilan Hujjatul Islam Zainuddin al Thusi, seorang al-

Faqih (ahli fiqih) yang bermazhabkan al-Syafi’i. Orang-orang yang

datang kemudian menyebut laqab (panggilan) beliau yang

sesungguhnya dari Abi Hamid menjadi Al-Ghozali. Ada yang

berpendapat, sebutan Ghazala dinisbatkan pada suatu wilayah yang

cukup terkenal di dataran Thusi. Ada pula yang mengatakan dengan

sebutan Ghazaala, menggunakan huruf zain yang di tekan dua kali,

yang itu disandarkan kepada pensifatan atas diri beliau sebagai

seorang yang berusaha untuk senantiasa mensucikan diri dan

melembutkan sanubari. Hanya Allah Yang Mengetahui kebenaran

yang sesungguhnya. Nama beliau akhirnya di kenal dengan panggilan

yang dibuat lebih mudah atau telah disepakati, yaitu al-Imam al-

Ghozali.

Imam al-Ghozali dilahirkan di kota Thusi, pada sekitar

pertengahan abad ke-5 hijriyah (450 H.). Abu Hamid memiliki seorang

ayah yang lembut sanubarinya, sederhana pola hidupnya, pekerja keras

dan pedagang yang cukup sabar. Ayah sang imam di kenal gemar

menuntut ilmu ke banyak ulama pada masa itu, sering mengikuti

Page 40: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

25

halaqah (pengajian) mereka, dan gemar membantu kebutuhan sesama.

Setiap pekan beliau (ayah sang imam) selalu menyempatkan diri

mengunjungi kediaman para ulama,dari satu ulama ke lainnya, agar

bisa memetik pelajaran berharga dari sisi mereka.

Tak jarang, ayah sang imam ini menitihkan air mata pada saat

mendengarkan uraian (tausiyah) yang di sampaikan oleh para ulama

yang sedang ia datangi untuk menimba ilmu. Pada suatu kesempatan,

karena di dorong perasaan ingin memiliki keturunan yang menguasai

ilmu agama, ayah sang imam berdoa kepda Allah Swt. Dengan

sungguh-sungguh, agar Dia berkenan memberinya keturunan (putra)

yang memahami ilmu agama, dengan cara menggemari majelis yang di

dalamnya di bacakan ilmu oleh para ulama. Do’a beliau pun diijabah

(dikabulkan) oleh Allah Swt. Dengan di anugrahi dua orang putra yang

shalih. Putra pertama di beri nama Abdul Hamid, penulis dan sekaligus

pemilik kitab Ihya Ulumuddin. Yang kedua, saudara laki-laki dari

Imam al-Ghozali pun lahir, yang kemudian di beri nama Ahmad,

dengan nama kuniyah (nama alias) Abu al-Futuh Ahmad bin

Muhammad bin Muhammad bin Ahmad ath-Thusi al-Ghozali, dengan

laqab (nama panggilan) Majduddin.

Ibnu Khalkan dala buku al-Wifayat mengatakan, pada periode

selanjutnya, imam al-Ghozali di percaya untuk menjadi pengajar di

salah satu sekolah kenamaan, dimana sang adik juga sempat menuntut

ilmu di sana. Sang adik pun sempat meringkas Karya Imam al-Ghozali

Page 41: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

26

ini, yang kemudian di berinya judul yang sama dengan induknya,

Mukhtasyar Ihya’ Ulumuddin (Ringkasan Ihya’ Ulumuddin). Pada

pembahasan pertama dari buku ringkasan dimaksud di beri sub judul

yang hampir sama dengan judul induknya, yaitu al-Ihya’. Sedangkan

pada bahasan yang terakhir ditutup dengan memberi sub judul, adz-

Dzakirah fi Ulumi al-Bashirah. Ahmad al-Ghozali (saudara kandung

sang Imam) meninggal dunia di wilayah Qazwain pada sekitar tahun

520 Hijriyah.

Sebelum sang ayah kembali menghadap Allah Swt. (meninggal

dunia), beliau sempat berpesan kepada seorang sahabat yang kebetulan

ulama (ahli) fikih dan tasawu, agar melanjutkan pengasuhan Imam al-

Ghozali dan saudara kandungnya, Ahmad al-Ghozali. Beliau berpesan,

agar kedua putra tersebut dididik secara khusus dan mendapatkan

pengajaran yang sesuai dengan apa yang beliau dapatkan dari sang

guru (Ghazali, 2011: VIII).

B. Guru-guru Imam Al-Ghozali

Imam al-Ghozali memulai rangkaian menuntut ilmu pada masa

kecil beliau di negri sendiri, berkat bantuan sufi yang sederhana itu

sedikit harta yang di wariskan oleh orang tuanya al-Ghozali dan

saudaranya memasuki madrasah tingkat dasar (Madrasah Ibtidaiyah)

dengan memahami ilmu-ilmu dasar “gurunya yang utama di madrasah

itu adalah Yusuf al-Nassaj, seorang sufi yang kemudian disebut juga

imam al-Haramain (Bahri, 1991 : 23).

Page 42: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

27

Yang kemudian di lanjutkan dengan megadakan perjalanan

setelah dewasa menuju wilayah bernama jurjan, dan belajar denan

seorang guru bernama Abi Nashr al- Isma’ili. Setelah selesai beliau

kembali ke Thusi. Sekembalinya dari Jurjan, dengan izin Allah Swt.

al-Ghozali menetap dan mengabdikan ilmu beliau di sana untuk

beberapa waktu. Setelah itu, dengan izin Allah pula Imam al-Ghozali

kembali berangkat untuk menuntut ilmu ke wilayah Naisabur, guna

mendalami ilmu fikih dan memperdalam bahasa Arab pada seorang

guru (Ulama’) besar, yang pernah menjadi imam Haramain, bernama

Abal Ma’ali al-Juwaini.

Selama menuntut ilmu disana (Nasaibur), Abal Ma’ali al-

Juwaini mendapati Imam al-Ghozali sebagai seorang murid yang

sangat cerdas, memiliki potensi berkembang yang cukup pesat, dan

ketajaman berfikir yang sungguh luar biasa.

Abal Ma’ali al-Juwaini merasa, bahwa Imam al-Ghozali

adalah satu-satunya murid yang bisa beliau jadikan sebagai pengisi

kekosongan ulama manakala dirinya nanti di panggil oleh Allah Swt.

untuk kembali kehadirat-Nya (Ghazali, 2011: X).

C. Sahabat Imam al-Ghozali

Bersama sang Imam, ada pula beberapa tokoh yang belajar

bersama di Naisabur, dan sempat menjadi sahabat terbaik sang Imam.

Diantar mereka itu adalah seorang ulama bernama al-Kayya al-Haras

(meninggal dunia tahun 504 H./1110 M.).

Page 43: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

28

juga seorang ulama bernama Abu al-Muzfhar al-Khawwafi

(meninggal dunia tahun 500 H., 1160 M.). Abal Ma’ali al-Juwaini

sempat mensifati ketiga sahabat tersebut dengan; al-Ghozali sebagai

Lautan yang tak bertepi, al-Kayya sebagai Singa yang terlatih, dan al-

Khawwafi sebagai Api yang membara (Menyala-nyala).

Ibnu Jauzi pernah menyampaikan apa yang di sebutkan oleh

Abal Ma’ali al-Juwaini untuk Imam al-Ghozali dalam buku beliau

yang berjudul al-Mankhul fi ‘Ilmi al-Ushul, “Pencarianku selama

hidup ini tak berbanding dengan buah dari kesabaran yang aku

dapatkan setelah meninggal dunia nanti; karena di percaya untuk

mendidik murid seperti al-Ghozali.” (Ghazali, 2011: X).

D. Karya-karya Imam al-Ghozali

Karena luasnya pengetahuan al-Ghozali, maka sangat sulit

sekali untuk menentukan bidang dan spesialisasi apa yang di gelutinya.

Hampir semua aspek-aspek keagamaan dikajinya. Di perguruan tinggi

Nizamiyah al-Ghazali banyak mengajarkan tentang ilmu fikih versi al-

Syafi’i sebab ia pengikut madzhab Syafi’iyah dalam bidang fikih.

Tetapi al-Ghozali juga mendalami bidang-bidang lain seperti Filsafat,

Kalam, dan Tasawuf.

Imam Al-Ghozali yang kelak menjadi poluler dengan Hujjatul

Islam, telah mewakili eksponen Mujaddid dan Mujtahid setiab abad.

Sebagaimana Imam Madzahibil Arba’ah yang monumental di bidang

Fiqh, Al-Ghozali menancapkan tonggak dan mercusuar Tasawuf dalam

Page 44: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

29

sejarah dunia Islam. Spirit Al-Ghozali memasuki seluruh pandangan

Tasawuf generasi Mujaddid Sufi setelah abad-abad berikutnya. Dari

seluruh karya dan biografi intelektualnya menggambar perjalanan

panjang, walaupun tujuannya sangatlah dekat. Kalau boleh disebut Al-

Ghozali adalah salah satu Nikmat Allah dan Karomah yang agung

yang diturunkan untuk ummat Kanjeng Nabi Muhammad Saw yang

tak habis-habisnya untuk disyukuri. Tentu tidak perlu lagi mengutip

definisi Tasawuf menurut Al-Ghozali; karena Al-Ghozali telah

menyederhanakan seluruh masa lalu dunia Sufi dalam uraian

sistematis, yang representative setiap zaman. Prestasi besar Al-Ghozali

antara lain:

Kitab Ihya’ Ulumuddin telah mengurai hal-hal yang global dan

pelik menjadi mudah untuk dicerna. Al-Ihya’ menertibkan dengan

struktur keilmuan yang sangat sistematis, mengumpulkan pecahan-

pecahan yang berserak; menyatukan kembali dalam silabus dan

keutuhan metodologi yang luar bisaa. Al-Ihya’ mebuang yang tidak

perlu dan menyajikan yang bermanfaat dunia akhirat dengan lebih

meyakinkan. Al-Ihya’ menyadarkan secara total bahwa adab dan

akhlak menjadi esensi dari seluruh ilmu pengetahuan agama. Bukan

Islamisasi Ilmu dan juga bukan menempatkan agama sebatas ilmu, dan

bukan mengagamakan ilmu pengetahuan. Tetapi menempatkan agama

sebagai sumber ilmu, adab ilmu, ruhnya ilmu, agar muncul Ulumun

Nafi’ (Ilmu yang bermanfaat) yang dewasa ini telah dilupakan oleh

Page 45: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

30

filsafat pendidikan modern (Proceeding International Seminar on

Imam Al-Ghazali’s Sufism, 2018: 6-7).

Oleh karena itu menetapkan al-Ghozali sebagai tokoh dalam

satu segi tentu tidaklah adil. Sangat tepat sekali bila gelar Hujjatul

Islam ia sandang dengan peertimbangan al-Ghozali mempunyai

keahlian (kualifikasi) dimensional.

Kesemuanya itu dapat di teliti melalui karya-karyanya. Sebagai

ulama besar yang kreatif dan mempunyai keahlian yang sangat luas al-

Ghozali sangat gemar menulis. Aneka ragam dia tulis dengan penuh

percaya diri sehingga nampak tulisan-tulisannya itu mampu mewakili

masalah yang dia kemukakan. Menurut Musthafa Galab (1979 : 27) al-

Ghozali telah meninggalkan tulisannya berupa buku dan karya ilmiah

sebanyak 228 kitab yang terdiri dari beraneka macam ilmu

pengetahuan yang terkenal pada masanya. Kitab yang di terbitkan

adalah sebagai berikut :

1. Dalam bidang Tasawuf

a. Adab al-Suffah

b. Al-adab fi ad-Din

c. Al-Arba’in fi Ushul al-Din

d. Al-Imlau’am asykali al-Ihya’

e. Ihya’ Ulumuddin

f. Ayyuhal al-Walad

Page 46: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

31

g. Bidayah al-Hidayah watahdzib al-Nufuz bil Adab al-

Syariyah

h. Jawahil al-Qur’an wa Dauruha

i. Al-Hikam fi Makhluqat Allah

j. Khulasut alTasauf

k. Al-Risalah Laduniyah

l. Al-Risalah al-Wadziyah

m. Fatihah al-Ulum

n. Qawaidu al-asyrah

o. Al-kasyfu wa al-Tabyin fi gurur al-halqi ajmain

p. Al-Mursyid al-amin ila mauidhat al-mu’minin

q. Musykilat al-Anwar

r. Mukasyafat al-qutub al-muqarrab ila al-hadhrati alami

al-ghuyub

s. Minhajul al-abidin ila al-jannah

t. Mizan al-amal

2. Dalam bidang Aqidah

a. Al-Ajwibah al-Ghazaliyah fi masail al-akhruwiyah

b. Al-Istishad fi al-I’tiqad

c. Al-Jamu al-‘Awwam ‘An ‘Ilmu al-Kalam

d. Al-Risalah al-Quddusiyah fi Qawwaidu al-‘Aqaid

e. ‘Aqidah Ahlu al-Sunnah

f. Fadlailu al-Bathiniyah wa Fadlailu al-Mustadlariyah

Page 47: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

32

g. Fishal al-Tafriqah baina al-Islam wa Zindiqah

h. Al-Qisthas al-Mustaqim

i. Kimia al-Sa’adah

j. Al-Maqshidu al-insy fi Syahri Asma Allah al Husna

3. Dalam bidang Fiqh dan Ushl Fiqh

a. Asrar al-Hajj

b. Al-Mustasyfa fi Ilmi al-Ushul

c. Al-Wajiz fi al-Furu’

4. Dalam bidang Mantiq dan Filsafat

a. Tahafut al-Falasifah

b. Risalah al-Thayr

c. Mihka al-Nadhari fi al-Mantiq

d. Misykat al-Anwar

e. Ma’ary al-Qudsy fi Madarij Ma’rifat an-Nafs

f. Mi’yar al-Ilm fi al-Mantiq

g. Maqashid al-Falasifah

h. Al-Munqidz Min al-Djalal

5. Karya Manuskrip

Tentang Tasawuf

a. Jami’al-Haqaiq Bitajribah al-‘Alaiq

b. Zuhd al-Fatih

c. Madkhal al-Suluk Ila Manazil al-Mulk

Page 48: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

33

d. Ma’arrij al-Sakilin

e. Nur al-Syam’ah fi Bayan Dluhri al-Jami’ah

Fiqh dan Ushl Fiqh

a. Al-Basith fi al-Furu’ ‘Ala Nihayah al-Muthlab

b. Ghayah Masail al-Daur

c. Al-Mankhul fi al-Ushul

d. Al-Washith al-Muhidth bi Iqthar al-Basith

Falsafat

a. Haqaid al-Ukim Li Ahli al-Fahm

b. Al-ma’rifat al-Aqliyah Wa al-Hikmah al-Ilahiyah

c. Fadhail al-Qur’an

Demikian sebagian besar karya Imam al-Ghozali yang dapat

dibaca sebagai khazanah ilmu pengetahuan yang mengagumkan dan

masih banyak lagi kitab-kitab lain yang dapat dijadikan rujukan

kegiatan ilmiyah (Bahri, 1991 : 33).

E. Ihya Ulumuddin

Ihya Ulumuddin, merupakan buku fatwa dan karya beliau yang

paling besar (Bahri, 1991 : 29). Yang dimana beliau sang Imam mulai

menuangakan goresan penanya untuk menuliskan susunan Ihya

ulumuddin hingga selesai. Beliau sadar, bahwa semua ilmu yang di

punyai tanpa dilanjutkan dengan amalan akan bernilai sia-sia; begitu

pula sebaliknya, amalan tanpa dilandasi ilmu agama tidak akan

berubah apa-apa (Ghozali, 2011 : XI).

Page 49: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

34

Bagi sebagian besar para cendekiawan muslim, banyak yang

merjuk kepada salah satu karya fenomenal Imam al-Ghozali salah

satunya adalah Ihya Ulumuddin. Yang di dalamnya terangkum banyak

bab, sebagai contoh bab awal berisikan tentang keutamaan belajar dan

mengajar, di dalamnya di terangkan bagaimana adab mencari ilmu,

yang akan menjawab pertanyaan sudah benarkah ilmu yang kita geluti

dan cari siang dan malam? Sudah benarkah cara kita menyampaikan/

mengajarkan ilmu yang kita punya? Pertanyaan semacam itu akan

terjawab di dalam karya fenomenal Imam al-Ghozali dalam kitab Ihya

Ulumuddin.

F. Pendidikan Imam al-Ghozali

Pada saat ayah al-Ghozali meninggal, dipercayakanlah

pendidikan kedua anak laki-lakinya, Muhammad dan Ahmad, kepada

seorang kawan kepercayaannya. Dia memberikan keduannya

pendidikan dasar lalu mengirimnya ke makhtab swasta. Mereka

menuruti nasihat itu. Itulah yang menjadi sebab kebahagiaan dan

ketinggian derajat mereka. Al-Ghozali menuturkan hal itu dan berkata

“Kami pernah diajari tidak karena Allah, maka aku menolak dan hanya

ingin belajar karena Allah. Ayah al-Ghozali sering menemui para

ulama, serta berkumpul bersama mereka, berkhidmat, dan memberikan

infak kepada mereka semampunya. Apabila dia melanggar ucapan

mereka, dia menangis dan merunduk. Dia memohon kepada Allah agar

Page 50: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

35

di beri anak yang shaleh dan alim. Allah mengabulkan doanya. Abu

Hamid adalah orang paling cerdas di antar kawan-kawannya dan kelak

menjadi pemuka ulama sejamannya. Adapun Ahmad adalah orang

yang paling saleh juga. Bebatuan menjadi lunak ketika mendengar

peringatan dan hadirin pun menggigil di majlis dzikirnya (Ghazali,

2003 : 14). Kedua anak itu mampu menghafal Al-Qur’an dalam waktu

singkat. Setelah itu, mereka mulai belajar bahasa arab.

Mereka kemudian dimasukkan ke madrasah bebas

(independent). Setelah beberapa waktu, al-Ghozali meninggalkan desa

kelahiran untuk menempuh pendidikan di jurjan dan belajar di bawah

bimbingan seorang ulama’ besar, Imam Abu Nasr Ismail. Al-Ghozali

senantiasa mencatat perkuliahannya, tetapi dalam suatu perjalanan,

catatanya dan barang-barang lainnya dirampok orang. Memberanikan

diri, dia pergi ke kepala perampok untuk meminta agar mereka

mengembalikan catatan kuliah (yang) bukan barang-barang miliknya.

Catatan itu di kembalikan karena permohonan yang penuh harap

tersebut.

Kemudia dia masuk Madrasah Nizhamiyah di Nisabur yang

waktu itu adalah pusat pendidikan yang terpandang dan di pimpin oleh

ulama tersohor bernama Imam Haramain, yang memiliki 400 orang

murid. Tiga diantara 400 orang itu kemudian menjadi ulama terkenal,

Harrasi, Ahmad bin Muhammad al-Ghozali. Waktu gurunya wafat,

Page 51: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

36

al-Ghozali demikian sedih sehingga meninggalkan Nisabur dan pergi

ke Baghdad, ibukota kekhalifahan. Saat itu dia berumur 28 tahun.

Di Baghdad, dia diangkat menjadi Rektor Madrasah

Nizhamiyah oleh Nizham al-Mulk, Wazir kepala sang penguasa Turki

Malik Syah. Diangkat pada usia muda untuk jabatan begitu tinggi,

kemasyhurannya sebagai ulama besar menyebar luas dan jauh.

Banyak penguasa dan kepala suku datang kepada Imam al-

Ghozali untuk mendapatkan fatwa dalam perkara teologi dan soal

mengurus Negara.

Perkuliahan imam al-Ghozali, ratusan ulama, pejabat

kekhalifahan dan bangsawan yang berkuasa menghadiri perkuliahan

imam al-Ghozali yang di sampaikan dengan penuh pemikiran,

argumen dan alasan. Kebanyakan bahan perkuliahannya kemudian di

catat oleh Sayyid bin Fariz dan Ibn Lubban. Keduannya mencatat kira-

kira 183 bahan perkuliahannya lalu dikumpulkan dalam satu kitab

bernama, Al-Majalis al-Ghazali.

Pikiran imam besar ini kemudian berpaling kepada usaha untuk

meraih ketinggian spiritual. Keadaan dan alasan yang menuntun

pikirannya berpaling kepada usaha tersebut ditulis dalam bukunya,

Munqiz min adh-Dhalal (Lepas dari kesesatan). Dia adalah pengikut

iamam Syafi’I dalam usia mudanya, tetapi di Baghdad dia bergaul

dengan banyak orang dari berbagai banyak madzhab Fikih, pemikiran,

dan gagasan: Syi’I, Sunni, Zindiqi, Majusi, Teolog skolastik, Kristen,

Page 52: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

37

Yahudi, Atheis, Penyembah api dan Penyembah berhala. Selain itu, di

Baghdad terdapat pula kaum Deis, Materialis, Naturalis, dan Filosof.

Mereka sering bertemu dalam adu argumentasi dan berdebat. Ini

demikian berpengaruh pada pikiran imam sehingga seluruh

kehidupannya berubah total dan dia mulai mencari kebenaran dengan

penalaran bebas.

Gagasan lamanya surut dan dia mulai hidup dalam keraguan

dan kegelisahan. Kemudian dia cenderung pada sufisme. Namun, di

sini, amalan-amalan praktis lebih diisyaratkan daipada semata-mata

percaya. Diilhami oleh gagasan tersebut, ia meninggalkan kedudukan

terpandangnya di Baghdad, mengenakanpakaian sufi dan menyelinap

meninggalkan Baghdad di suatu malam pada 488 H.

Ia pergi ke Damaskus lalu mengasingkan diri dalam sebuah

kamar masjid, dan penuh kesungguhan melakukan ibadah, tafakur dan

dzikir. Disini, ia menghabiskan waktu selama dua tahun dalam

kesendirian dan kesunyian. Pada umur 27 tahun, ia ditahbis oleh Pir

Abu ‘Ali Farnadi yang juga guru spiritual wazir Nizham al-Mulk.

Setelah dua tahun, dia pergi ke Yerusalem dan berziarah ke tempat

kelahiran Yesus (Nabi Isa As) H ia berziarah ke tempat suci Nabi

Ibrahim As dan disana dia memancangkan tiga sumpah:

(1) tidak akan pernah pergi ke Dabar seorang penguasa, (2) tidak akan

pernah menerima pemberian mereka, dan (3) tidak kan melibatkan diri

dalam suatu perdebatan agama. Ia memegang sumpah itu hingga

Page 53: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

38

meninggalnya. Selanjutnya ia pergi ke Makkah untuk naik haji di

samping berziarah ke Madinah dan tinggal di ”Kota Nabi” ini cukup

lama. Ketika pulang, ia di minta penguasa untuk menerima kedudukan

sebagai Rektor Madrasah Nizhamiyah, dan ia menerimanya. Sewaktu

penguasa itu di bunuh, al-Ghozali melepaskan jabatan tersebut lalu

pergi ke Thus lalu mengucilkan diri di sebuah khanqah. Penguasa yang

baru kembali menawarkan kepada imam agar bersedia menduduki

kembali jabatan rektor, namun ia menolaknya (Ghazali, 2011 : 11).

Page 54: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

39

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN IMAM AL-GHOZALI TENTANG AKHLAK

GURU TERHADAP MURID

A. Guru dan Murid

1. Definisi guru

Orang yang dikaruniai ilmu yang banyak dan beramal

dengannya dan juga mengajarkannya kepada orang lain di pandang

lebih mulia daripada malaikat langit dan bumi. Manusia demikian

dapat diibaratkan matahari yang menyinari dirinya sendiri dan

memberikan sinarnya kepada benda lain. Dan akan di tinggikan

derajatnya beberapa tingkat oleh Allah Swt. Hal ini di jelaskan di

dalam al-Qur’an surah Mujadalah ayat 11 yang telah di alih bahasakan

artinya oleh KH. Bisri Mustofa

لكم يا أيها الهذين آمنوا إذا قيل لكم تفسهحوا في المجالس فافسحوا يفسح للاه

الهذين آمنوا منكم والهذين أوتوا العلم در جات وإذا قيل انشزوا فانشزوا يرفع للاه

بما تعملون خبير (١١)وللاه

Artinya;

He wong-wong kang iman! Arikolo siro kabeh podho di ucapi

“tafassahu” podhoho gawe jembar siro kabeh ono ing pelungguhan

(supoyo wong-wong kang teko keri biso melu lungguh) mongko siroho

kabeh podhoho gawe jembar. Allah Ta’ala bakal males paring jembar

marang siro kabeh ono ing suargo. Lan arikolo siro kabeh diucapi:

siroho kabeh podho ngadeg (kerono sholat utowo kebecikan liyane)

mongko siro podho ngadeko!” Allah Ta’ala ngluhurake wong-wong

kang podho iman saking siro kabeh lan khususe wong-wong kang di

paring ilmu, pirang-pirang derajat ono ing suwargo, Allah Ta’ala iku

marang opo kang siro kabeh podho nindakake tansah waspodho.

Page 55: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

40

Maka lebih jelasnya lagi penulis akan memberikan definisi

tentang guru menurut beberapa referensi, menurut pandangann

tradisional, guru adalah seorang berdiri di depan kelas untuk

menyapaikan ilmu pengetahuan (Roestiyah, 1982: 182). Menurut

seorang ahli pendidikan “Theacher is a person who causes a person to

know or be able to do something or give a person knowledge or skill” .

(Roestiyah, 1982: 182). Menurut Balnadi Sutadipura, guru adalah

orang yang layak digugu dan ditiru (Sutadi, 1983: 54), menurut

undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, tenaga pengajar adalah

tenaga pendidik yang khusus dengan tugas mengajar, yang pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah di sebut guru dan pada jenjang

pendidikan tinggi di sebut dosen ( fasal 27 ayat 3 nomor 2 /1989).

Berdasarkan sejumlah sumber itu dapatlah di simpulkan bahwa

seorang guru bukan hanya pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-

muridnya atau menurut Soepardjo Adikusumo “mengecer informasi

dan menjaja-jajakannya” (1984:4) di depan kelas.

Akan tetapi, dia seorang tenaga profesional yang dapat

menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisa dan

menyimpulkan masalah yang di hadapi (Nurdin 2002: 8).

Adapun secara etimologis (asal usul kata), istilah guru berasal

dari bahasa india yang artinya ‘orang yang mengajarkan tentang

kelepasan kesengsaraan’ dalam tradisi agama Hindu, guru dikenal

Page 56: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

41

sebagai ‘maharesi guru’, yakni para pengajar yang bertugas untuk

menggembleng para calon biksu di bhinaya panti (tempat pendidikan

bagi para biksu). Rabindranath Tagore (1861-1941) menggunakan

istilah Shanti Niketan atau rumah damai untuk tempat para guru

mengamalkan tugas mulianya membangun spiritualitas anak-anak

bangsadi india (spiritual intelegence). Dalam bahasa arab guru di kenal

dengan al-mu’alim atau al-ustadz yang bertugas memberikan ilmu dan

majelis taklim (tempat memperoleh ilmu). Dengan demikian, al-

mu’alim atau al-ustadz, dalam hal ini juga mempunyai pengertian

orang yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritual

manusia. Pengertian guru kemudian menjadi semakin luas, tidak hanya

terbatas dalam kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan keilmuan

(spiritual intelegence) dan kecerdasan intelektual (intellectual

intelegence), tetapi juga menyangkut kecerdasan jasmaniah (bodily

kinesthetic), seperti guru tari, guru olahraga, guru senam, dan guru

musik.

Semua kecerdasan itu pada hakikatnya juga menjadi bagian

dari kecerdasan ganda (multiple intelegence) sebagaimana di jelaskan

oleh pakar psikologi terkenal Howard Gardner. Dengan demikian, guru

dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual

dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya (Suparlan,

2005; 12).

Page 57: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

42

Dalam pengertian umum, orang tidak mengalami kesulitan

untuk menjelaskan siapa guru dan bagaimana sosok seorang guru.

Dalam pengertian ini, makna guru selain dikaitkan dengan profesi

yang terkait dengan pendidikan anak di sekolah, di lembaga

pendidikan, dan mereka harus menguasai bahan ajar yang terdapat di

kurikulum. Guru adalah profesi yang indah dan mulia karena

merupakan pencetak generasi penerus bangsa. Dikatakan sebagai

profesi karena untuk menjadi seorang guru, dibutuhkan berbagai

kompetensi (Widiasworo, 2014: 21).

Ada sebuah adagium (pepatah) bahwa guru adalah orangtua

kedua seorang anak di sekolah. Adagium tersebut menyiratkan tugas

dan peran guru tidak hanya mengajarkan materi, teori, dan penjelasan

tentag ilmu-ilmu pengetahuan. Akan tetapi, secara lebih luas guru

berperan mendidik dan mendampingi perkembangan perkembangan

anak sebagaimana orangtua dirumah (Widiasworo, 2014: 5).

Berbeda dengan Rahman (2011 :8), ada pepatah yang mengatakan,

“Guru digugu dan di tiru.” Artinya, seorang guru dipercaya menjadi

teladan atau contoh bagi muridnya. Apa pun yang dibicarakan dan

dilakukan oleh guru, murid bisa mengembangkan lebih jauh

dibandingkan gurunya. Pepatah yang terakhir menggambarkan bahwa

murid melakukan peniruan tingkah laku dari seorang guru yang kurang

sopan dalam kacamata etika. Murid menirunya dan bertingkah laku

Page 58: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

43

yang lebih tidak sopan. Misalnya, gurunya hanya kencing berdiri,

namun muridnya kencing sambil berlari.

Mursyid adalah sebutan untuk seorang guru pembimbing

dalam dunia thariqoh, yang telah memperoleh izin dan ijazah dari

guru mursyid di atasnya yang terus bersambung sampai kepada guru

Mursyid Shohibuth Thoriqoh yang musalsal dari Rasulullah Saw untuk

mentalqin dzikir/ wirid thariqoh kepada orang- orang yang datang

meminta bimbingannya (murid). Dalam thariqoh Tijaniyyah sebutan

untuk mursyid adalah “muqoddam”.

Oleh karena itu, jabatan ini tidak boleh di pangku oleh

sembarang orang, sekalipun pengetahuannya tentang ilmu thariqoh

cukup lengkap. Tetapi yang terpenting ia harus memiliki kebersihan

rohani dan kehidupan batin yang tulus dan suci.

Bermacam-macam sebutan yang mulia diberikan kepada

seorang guru musyid ini; seperti Nasik (orang yang sudah mengerjakan

mayoritas perintah agama), Abid (orang yang ahli dan ikhlas

mengerjakan segala ibadahnya), Imam (orang yang ahli memimpin

tidak saja dalam segala bentuk ibadah syariat, tetapi juga masalah

aqidah/keyakinan), Syaikh (orang yang menjadi sesepuh atau yang

dituakan dari suatu perkumpulan), Saadah (penghulu atau orang yang

dihormati dan diberi kekuasaan penuh) dan lain sebagainya.

Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdy, seorang penganut

thariqah Naqsyabandiyah yang bermazhab syafi’i dalam kitabnya

Page 59: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

44

Tanwirul Qulub Fi Muamalati Allamil Ghuyub menyatakan bahwa

yang dinamakan Syaikh/Mursyid itu adalah orang yang sudah

mencapai maqom Rijalul Kamal, seorang yang sudah sempurna

suluk/lakunya dalam syari’at dan hakikat menurut Al Qur’an, sunnah

dan ijma’. Hal yang demikian itu baru terjadi sesudah sempurna

pengajarannya dari seorang mursyid yang mempunyai maqom

(kedudukan) yang lebih tinggi darinya, yang terus bersambung sampai

kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang bersumber dari Allah SWT

dengan melakukan ikatan-ikatan janji dan wasiat (bai’at) dan

memperoleh izin maupun ijazah untuk menyampaikan ajaran suluk

dzikir itu kepada orang lain.

Seorang mursyid yang diakui keabsahanya itu sebenarnya tidak

boleh dari seorang yang jahil, yang hanya ingin menduduki jabatan itu

karena didorong oleh nafsu belaka. Mursyid yang arif yang memiliki

sifat-sifat dan kesungguhan seperti yang tersebut di atas itulah yang

diperbolehkan memimpin suatu thariqah.

Mursyid merupakan penghubung antara para muridnya dengan

Allah SWT, juga merupakan pintu yang harus dilalui oleh setiap

muridnya untuk menuju kepada Allah SWT.

Seorang syaikh /mursyid yang tidak mempunyai mursyid yang

benar di atasnya, menurut Al-Kurdy, maka mursyidnya adalah syetan.

Seseorang tidak boleh melakukan irsyad (bimbingan) dzikir kepada

orang lain kecuali setelah memperoleh pengajaran yang sempurna dan

Page 60: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

45

mendapat izin atau ijazah dari guru mursyid di atasnya yang berhak

dan mempunyai silsilah yang benar sampai kepada Rasulullah SAW.

Al-Imam Ar-Roziy menyatakan bahwa seorang syaikh yang

tidak berijazah dalam pengajarannya akan lebih merusakkan daripada

memperbaiki, dan dosanya sama dengan dosa seorang perampok,

karena dia menceraikan murid-murid yang benar dari pemimpin-

pemimpinnya yang arif (Luthfi, 2016: 14).

2. Definisi Murid

Dalam bahasa arab di kenal tiga istilah yang sering digunakan

untuk menunjukkan pada anak didik kita. Tiga istilah tersebut adalah

murid yang secara harfiah berarti orang yang menginginkan atau

membutuhkan sesuatu; tilmidz (jamaknya) talamidz yang berarti

murid, dan thalib al-alim yang menuntut ilmu, pelajar atau mahasiswa

(Nata, 1997: 79).

Kata al-Tilmidz yang juga berasal dari bahasa arab, namun

tidak mempunyai akar kata pelajar. Kata ini digunakan untuk

menunjuk kepada murid yang belajar di madrasah. Istilah ini antara

lain digunakan oleh Ahmad Tsalabi, kemudian al-thalib kata ini

berasal dari bahasa arab, thalaba, yathlubu, thalban, thalibun yang

berarti orang yang mencari sesuatu. Pengertian ini dapat dipahami

karena seorang pelajar adalah orang yang tengah mencari ilmu

pengetahuan, pengalamn dan ketrampilan, dan pembentukan

Page 61: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

46

kepribadiaanya untuk bekal kehidupannya di masa depan agar

berbahagia dunia dan akhirat.

Kata al-thalib ini selanjutnya lebih digunakan untuk pelajar

pada perguruan tinggi yang selanjutnya disebut mahasiswa.

Penggunaan kata al-thalib untuk mahasiswa dapat dimengerti karena

seorang mahasiswa sudah memiliki bekal pengetahuan dasar yang ia

peroleh dari tingkat pendidikan dasar dan lanjutan,

terutama pengetahuan tentang membaca, menulis, dan berhitung.

Dengan bekal pengetahuan dasar ini, ia diharapkan memiliki bekal

untuk mencari, menggali, dan mendalami bidang keilmuwan yang

diminatinya dengan cara membaca, mengamati, memilih bahan-bahan

bacaan, seperti buku, surat kabar, majalah, fenomena sosial melalui

berbagai peralatan dan sarana pendidikan lainnya, terutama bahan

bacaan.

Bahan bacaan tersebut setelah dibaca, ditelaah dan dianalisa

selanjutnya dituangkan dalam berbagai karya ilmiah seperti artikel,

makalah, skripsi, tesis, disertai, laporan penelitian dan lain sebagainya.

Dengan demikian, dalam arti al-thalib seorang murid lebih

bersifat aktif, mandiri, kreatif, dan tidak banyak bergantung kepada

guru. Bahkan dalam beberapa hal ia dapat meringkas, mengritik, dan

menambahkan informasi yang disampaikan oleh guru atau yang lebih

dikenal sebagai dosen atau supervisor. Dalam konteks ini seorang

dosen harus bersikap demokratis, memberi kesempatan, dan

Page 62: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

47

menciptakan suasana kelas yang bebas, untuk mendorong mahasiswa

memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi. Kesempatan

belajar yang diciptakan dosen adalah agar merangsang para mahasiswa

belajar, berpikir, melakukan penalaran yang memungkinkan para

mahasiswa dan dosen tercipta hubungan sebagai mitra belajar. Minat

dan pemahaman,

timbal balik antara dosen dan mahasiswa ini akan memperkaya

kurikulum dan kegiatan belajar mengajar pada kelas bersangkutan

(Nata, 2001: 51).

Istilah murid di dalam thariqoh adalah sebutan yang diberikan

kepada seseorang yang telah memperoleh talqin dzikir dari seorang

guru mursyid untuk mengamalkan wirid- wirid tertentu dari aliran

thariqohnya. Atau dengan kata lain orang yang telah berbai’at kepada

seorang guru mursyid untuk mengamalkan wirid thariqoh. Dalam

thariqoh Tijaniyyah sebutan untuk para murid adalah “ikhwan”

(mukhtamar JATMAN: 2016).

Peserta didik merupakan subjek didik atau subjek yang menjadi

fokus dalam sebuah proses pendidikan (Agustinus,2014: 9)

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang

tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Undang-

Undang R.I No.20 Tahun 2003).

Page 63: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

48

B. Akhlak Guru Terhadap Murid

Pendidikan nasional yang bermutu diarahkan untuk

pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab

(BNSP, 2006: 74). Arahan pendidikan nasional ini hanya mungkin

terwujud jika guru memiliki akhlak mulia, sebab murid adalah

cerminan dari gurunya (Gunawan, 2014: 198)

Sulit mencetak siswa yang saleh jika gurunya tidak saleh.

Selain guru, untuk melahirkan siswa yang saleh perlu dukungan

pertama, komunitas sekolah yang saleh (pemimpin dan staf); kedua,

budaya sekolah yang saleh, seperti disiplin, demokratis, adil, jujur,

syukur, dan amanah. Dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan

“Seorang mukmin yang paling utama Imannya adalah yang paling

baik akhlaknya” (HR. Thabrani dari Ibnu Amr).

Didalam kitab Ihya Ulumuddin sendiri Imam Ghozali

menyebutkan beberapa poin akhlak guru terhadap murid, bahwa ada

empat macam kondisi manusia dalam hubungannya dengan kekayaan.

Pertama, orang yang kaya karena menghasilkan harta benda duniawi

yang sangat banyak. Kedua, orang yang melakukan aktivitas produktif

dan tidak membutuhkan bantuan orang lain. Ketiga, orang yang

mampu membiayai dan mencukupi kebutuhan dirinya sendiri, serta

Page 64: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

49

cukup puas dengan kekayaan yang sudah dimilikinya. Keempat, orang

yang membelanjakan sebagian kekayaannya untuk orang lain,

sehingga menjadi seorang yang pemurah dan dermawan.

Tentu saja, kelopok manusia yang terakhir inilah yang terbaik.

Seperti itu pulalah kondisi ilmu. Ia dapat diperoleh seperti kita

mendapatkan harta benda. Ada empat macam kondisi manusia dalam

hubungannya dengan ilmu. Pertama, kondisi orang yang tengah

mencari ilmu. Kedua, kondisi seseorang setelah memperoleh ilmu.

Ketiga, kondisi seseorang dimana ia bisa berkontemplasi dan

menikmati ilmu yang telah diraihnya. Dan yang keempat, kondisi

seseorang dimana ia bisa menyebarkan ilmu yang didapatnya kepada

orang lain. Dan, kondisi yang terakhir inilah yang terbaik.

Perilaku terbaik dari seorang guru ialah, sebagaimana

dikatakan, “siapa yang mempelajari suatu ilmu, kemudian

mengamalkannya, dan setelah itu mengajarkannya kepada orang lain,

maka ia termasuk kelompok yang disebut sebagai ‘pembesar’ pada

kerajaan langit.” Orang yang dikaruniai ilmu yang banyak, lalu

beramal dengannya, dan juga mengajarkannya kepada orang lain,

maka ia di pandang lebih mulia daripada malaikat langit maupun

malaikat yang bertugas di bumi (Ghozali, 2011: 122).

Manusia demikian dapat diibaratkan matahari yang menyinari

diri sendiri, dan sekaligus mendistribusikan sinarnya kepada benda

lainnya. Orang yang seperti itu laksana wangi kasturi, ia sendiri harum,

Page 65: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

50

dan sekaligus menerbakkan semerbak keharumannya kepada orang

lain. Orang yang mengajarkan ilmu kepada orang lain (guru),

namun tidak beramal dengannya adalah laksana buku cetak yang tidak

bermanfaat bagi dirinya sendiri, akan tetapi sungguh bermanfaat bagi

pembacanya. Atau ibarat lilin yang memberikan cahaya penerangan

bagi benda lain di sekitarnya, akan tetapi ia sendiri terbakar. Di

ungkapkan dalam sya’ir,

تضيء للناس وهي تحترق ما هو إال ذبالة وقدت

Artinya:

seolah-olah aku menjadi sumbu yang di sulut api.

Aku menerangi sekitar, sementara aku sendiri habis terbakar

(Ghozali, 2011: 123).

Sudah sepantasnya seorang guru dalam mengajarkan ilmunya

mempunyai niat dan tujuan untuk melindungi para muridnya dari siksa

api neraka.

Sementara tugas kedua orang tua menyelamatkan anak-

anaknya dari kesengsaraan hidup di alam dunia ini. Tugas seorang

guru lebih berat daripada kedua orangtua. Bahkan, seorang guru adalah

ayah yang sejati bagi murid-muridnya. Jika seorang ayah menjadi

sebab atas keberadaan anak-anaknya pada kehidupan dunia yang fana

ini, maka seorang guru justru menjadi sebab bagi bekal kehidupan

murid-muridnya yang kekal di akhirat nanti. Dengan demikian,

menjadi wajar apabila seorang murid tidak dibenarkan untuk

membeda-bedakan antar hak guru dan hak kedua orangtuanya. Sebab,

Page 66: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

51

lantaran ajaran para guru ruhanilah seorang murid mengetahui dan

ingat akan kehidupan akhirat (Ghazali, 2011: 124).

Orang yang menetapkan diri dan bertekad untuk mengambil

pekerjaan sebagai pengajar, ia harus menjalankan tugas dan kewajiban

berikut:

الشفقة على املتعلمني وأن جيريهم جمرى بنيه قال رسول اهلل صلى اهلل :الوظيفة األولى

" إمنا أنا لكم مثل الوالد لولده :"عليه وسلم

SATU: Ia harus memperlihatkan kebaikan, simpati dan bahkan

empati kepada para pelajarnya dan memperlakukan mereka seperti

anaknya sendiri. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya aku bagi

kalian ibarat seorang ayah bagi anak-anaknya”( Ghozali, 2011: 122).

Seharusnya seorang guru mempunyai niat dan tujuan

melindungi para muridnya dari api neraka. Sementara orang tua

menyelamatkan anak-anaknya dari api kesengsaraan di dunia ini, guru

seharusnya berusaha menyelamatkan siswa-siswanya dari api neraka.

Tugas guru lebih berat daripada tugas orang tua.

Seorang ayah adalah sebab langsung dari kehidupan

kontenporer ini, tetapi seorang guru adalah sebab kehidupan kekal

kelak. Karena ajaran para guru ruhanilah orang mengetahui dan ingat

akan kehidupan akhirat. Guru yang saya maksud disini adalah guru

ilmu-ilmu tentang akhirat (ukhrawi) atau ilmu-ilmu tentang dunia

(duniawi) dengantujuan akhirat. Seorang guru dinilai membinasakan

Page 67: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

52

diri dan juga murid-muridnya jika ia mengajar demi kepentingan dunia

ini. Karena itu, orang yang berorientasi akhirat akan senantiasa akan

menempuh perjalanan hidupnya didunia ini untuk tujuan di akhirat

nanti dan senantiasa bertujuan kepada Allah Swt dan tidak terikat pada

dunia ini.

Bulan dan tahun dalam kehidupan ini hanyalah persinggahan-

persinggahan sementara dalam perjalanan mereka. Tidak ada rasa

benci dalam perjalanan menuju akhirat nanti dan dengan demikian,

tidak ada pula rasa iri dan dengki di antara mereka. Mereka berpegang

pada ayat berikut, Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah

bersaudara. (Qs al-Hujarat [49]: 10).

أن يقتدى بصاحب الشرع صلوات اهلل عليه وسالمه فال :الوظيفة الثانية

شكرا بل يعلم لوجه يطلب على إفادة العلم أجرا وال يقصد به جزاء وال

اهلل تعالى وطلبا للتقرب إليه وال يرى لنفسه منة عليهم وإن كانت المنة

الزمة عليهم بل يرى الفضل لهم إذ هذبوا قلوبهم ألن تتقرب إلى اهلل

تعالى بزراعة العلوم فيها كالذي يعيرك األرض لتزرع فيها لنفسك زراعة

يف تقلده منة وثوابك فمنفعتك بها تزيد على منفعة صاحب األرض فك

Page 68: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

53

في التعليم أكثر من ثواب المتعلم عند اهلل تعالى ولوال المتعلم ما نلت

ويا [ :هذا الثواب فال تطلب األجر إال من اهلل تعالى، كما قال عز وجل

92هود: ) ]قوم ال أسألكم عليه ماال إن أجري إال على اهلل ن

DUA: Adab kedua seorang guru adalah mengikuti teladan dan

contoh Rasulullah Saw. Dengan perkataan lain, ia tidak boleh mencari

imbalan dan upah bagi pekerjaannya selain kedekatan diri kepada

Allah. Allah mengajarkan kepada kita untuk berkata, Katakanlah,

“Aku tidak menginginginkan upah darimu untuk seruanku ini.” (Qs

Hud [11]: 29) (Ghozali, 2011: 124).

Harta dan kekayaan adalah pelayan tubuh kita yang menjadi

tunggangan jiwa yang pada hakikatnya adalah ilmu dan yang karena

ilmu, jiwa menjadi mulia. Orang yang mencari harta dengan ilmunya

ibarat seorang yang mukanya kotor namun ingin badan yang

dibersihkan. Dalam hal ini, tujuan menjadi hamba dan hamba menjadi

tuan.

أن ال يدع من نصح المتعلم شيئا وذلك بأن يمنعه من :الوظيفة الثالثة

التصدي لرتبة قبل استحقاقها والتشاغل بعلم خفي قبل الفراغ من

الجلى ثم ينبهه على أن الغرض بطلب العلوم القرب إلى اهلل تعالى دون

Page 69: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

54

الرياسة والمباهاة والمنافسة ويقدم تقبيح ذلك في نفسه بأقصى ما

لم الفاجر بأكثر مما يفسده فإن علم من يمكن فليس ما يصلحه العا

باطنه أنه ال يطلب العلم إال للدنيا نظر إلى العلم الذي يطلبه فإن كان

هو علم الخالف في الفقه والجدل في الكالم والفتاوى في

الخصومات واألحكام فيمنعه من ذلك فإن هذه العلوم ليست من علوم

اآلخرة وال من العلوم

TIGA: Adab ketiga seorang guru adalah tidak boleh

menyembunyikan nasihat atau ajaran untuk di berikan kepada murid-

muridnya. Setelah selesai menyampaikan ilmu-ilmu lahiriah, ia harus

mengajarkan ilmu-ilmu batiniyah kepada murid-muridnya. Seorang

guru harus mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah dekat kepada

Allah, bukan kekuasaan atau kekayaan dan mengatakan bahwa Allah

menciptakan ambisi sebagai sarana untuk melestarikan ilmu yang

merupakan hakikat bagi ilmu-ilmu ini)Ghozali, 2011: 125).

وهي من دقائق صناعة التعليم أن يزجر المتعلم عن :الوظيفة الرابعة

سوء األخالق بطريق التعريض ما أمكن وال يصرح وبطريق الرحمة ال

Page 70: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

55

بطريق التوبيخ فإن التصريح يهتك حجاب الهيئة ويورث الجرأة على

الهجوم بالخالف ويهيج الحرص على اإلصرار إذ قال صلى اهلل عليه

نع الناس عن فت البعر لفتوه وقالوا وسلم وهو مرشد كل معلم: )) لو م

ما نهينا عنه إال وفيه شيء

EMPAT: Adab kempat adalah berusaha mencegah murid-

muridnya dari memiliki watak dan perilaku jahat dengan penuh kehati-

hatian dan dengan cara sindiran. Dengan simpati bukan keras dan

kasar, karena jika demikian berarti ia melenyapkan rasa takut dan

mendorong ketidak patuhan kepada diri murid-muridnya. Nabi

Muhammad adalah pembimbing para guru. Beliau pernah bersabda,

“Jika manusia dilarang untuk membuat bubur kotoran unta, mereka

justru akan melakukannya seraya mengatakan bahwa mereka tidak

akan dilarang melakukannya jika tidak ada kebaikan di

dalamnya”(Ghozali, 2011: 125).

أن المتكفل ببعض العلوم ينبغي أن ال يقبح في نفس :الوظيفة الخامسة

المتعلم العلوم التي وراءه كمعلم اللغة إذ عادته تقبيح علم الفقه ومعلم

الفقه عادته تقبيح علم الحديث والتفسير وأن ذلك نقل محض وسماع

Page 71: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

56

وهو شأن العجائز وال نظر للعقل فيه ومعلم الكالم ينفر عن الفقه

كالم في حيض النسوان فأين ذلك من الكالم ويقول ذلك فروع وهو

في صفة الرحمن فهذه أخالق مذمومة

LIMA. Adab kelima seorang guru adalah tidak boleh

merendahkan ilmu lain dihadapan para muridnya. Guru yang

mengajarkan bahasa biasanya memandang rendah ilmu fikih, dan guru

ilmu fikih merendahkan ilmu Hadits, dan demikian setersnmya.

Tindakan-tindakan seperti itu tercela)Ghozali, 2011: 126).

Seharusnya guru suatu ilu tertentu mempersiapkan murid-muridnya

untuk belajar ilmu lainnya dan, selanjutnya, ia seyogyanya mengikuti

aturan kemajuan bertahap atau berjenjang dari satu tahapan ke tahapan

berikutnya.

أن يقتصر بالمتعلم على قدر فهمه فال يلقى إليه ما :السادسةالوظيفة

ال يبلغه عقله فينفره أو يخبط عليه عقله اقتداء في ذلك

ENAM: Adab ke enam yang harus di penuhi seorang guru

adalah mengajar murid-muridnya hingga batas kemapuan pemahaman

mereka. Mereka tidak boleh diajar hal-hal atau sesuatu yang berada di

luar batas kapasitas pemahaman itu(Ghozali, 2011: 127).

Page 72: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

57

Dalam hal ini, guru harus mencontoh Rasulullah yang

bersabda, “Kami para Nabi adalah satu kaum. Kami diperintah oleh

Allah untuk mendudukkan setiap orang pada tempatnya yang tetap

dan berbicara dengan manusia sesuai dengan tingkat pemikiran

mereka.” Beliau juga bersabda, “Apabila seseorang berbicara sepatah

kata kepada suatu kaum yang akalnya belum sampai, maka itu

menjadi bahaya (fitnah) bagi sebagian orang.” Ali Kw berkata sambil

menunjuk dadanya, “Di dalam ini terkumpul banyak ilmu, sekirannya

ada sejulah orang yang memahaminya .” dada orang-orang soleh

adalah penaman ilmu-ilmu tersembunyi.

Dari sini kita dapat memahami bahwa apa yang di ketahui oleh

seorang guru tidak mesti semuanya di sampaikan kepada murid-

muridnya sekaligus. ‘Isa As bersabda, “Janganlah kamu

mengalungkan mutiara ke leher babi.” Kebijaksanaan lebih berharga

dari permata. Dia yang tidak suka kepada ilmu hikmah lebih buruk dan

lebih jahat darpada babi. Suatu kali seorang alim ditanya mengenai

sesuatu tetapi ia tidak menjawab. Si penanya berkata, “Bukankan tuan

mendengar bahwa Nabi pernah bersabda, ‘Barang siapa yang

menyebunyikan ilmu yang bermanfaat, ia akan datang pada hari

kiamat dengan mulut berbelenggu api neraka? Orang alim itu berkata,

“tinggalkan belenggu itu dan pergilah. Jika engkau taku tidak

menyingkapkan ilmu kepada orang yang mampu memahaminya, maka

letakkan belenggu api itu padaku.” Allah Ta’ala berfirman, “Jangan

Page 73: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

58

kamu berikan hartamu kepada orang-orang bodoh (Qs an-Nisa’ [4]:

5).

Ada peringatan dalam ayat ini bahwa lebih baik kita menjaga

ilmu dari orang-orang yang bisa menjadi hancur karena memilikinya.

Memberikan sesuatu kepada orang yang tidak berhak atau tidak

memberikan sesuatu kepada yang berhak sama-sama dzalim. Seorang

penyair berkata :

Apakah aku akan menghamburkan merjan kehadapan para

penggembala dungu. Mereka tak akan mengerti nilainya, juga tak

akan pernah tahu.

Jika Allah memberikan anugrahnya, dan saya menemukan

orang yang pantas untuk menerima ilmu dan kebijaksanaan, maka itu

berarti saya menyebarkan kebaikan dan memperoleh cinta. Jika saya

tidak memberikan ilmu kepada orang yang pantas menerimanya maka

itu berarti saya telah menyembunyikannya. Barang siapa memberikan

ilmu kepada seorang dungu, berarti ia menyia-nyiakannya, dan barang

siapa yang menahannya dari orang yang berhak, berarti ia telah

berbuat dzalim.

أن المتعلم القاصر ينبغي أن يلقى إليه الجلى الالئق :الوظيفة السابعة

و يدخره عنه فإن ذلك يفتر رغبته في به وال يذكر له وراء هذا تدقيقا وه

الجلى ويشوش عليه قلبه ويوهم إليه البخل به عنه إذ يظن كل أحد أنه

Page 74: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

59

أهل لكل علم دقيق فما من أحد إال وهو راض عن اهلل سبحانه في

كمال عقله وأشدهم حماقة وأضعفهم عقال هو أفرحهم بكمال عقله

وبهذا يعلم أن من تقيد من العوام

TUJUH: Adab ketujuh seorang adalah mengajarkan kepada

para murid yang terbelakang hanya sesuatu yang jelas dan yang sesuai

dengan tingkat pemahamannya yang terbatas. Orang acapkali mengira

bahwa kebijaksanaannya sempurna , dan orang terbodoh adalah orang

yang merasa puas dengan pengetahuan dan menganggap bahwa

akalnya sempurna. Pendeknya, pintu perdebatan tidak boleh terbuka di

hadapan orang awam)Ghozali, 2011: 128).

الوظيفة الثامنة: أن يكون المعلم عامال بعلمه فال يكذب قوله فعله ألن العلم

بصار وأرباب األبصار أكثر فإذا خالف العمل يدرك بالبصائر والعمل يدرك باأل

العلم منع الرشد وكل من تناول شيئا وقال للناس ال تتناولوه فإنه سم مهلك

سخر الناس به

DELAPAN: Adab kedelapan adalah bahwa guru sendiri harus

mempraktikkan terlebih dahulu apa yang diajarkannya dan tidak boleh

berbohong dengan apa yang disampaikannya. Ilmu dapat di serap

Page 75: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

60

dengan mata batin, dan amal disaksikan dengan mata batin. Banyak

orang yang memiliki mata lahir namun sedikit yang memiliki mata

batin. Maka jika perbuatan seorang guru bertentangan dengan apa yang

dianjurkan, berarti ia sedang tidak membantu memberi petunjuk dan

tuntunan melainkan racun(Ghozali, 2011: 128).

Guru dapat diibaratkan stempel di atas tanah liat dan murid

seperti tanah litanya apabila stempel tidak meiliki stampel karakter

yang mantap, maka tidak aka nada suatu tampak pun pada tanah liat.

Atau, guru dapat diibaratkan sebatang tongkat dan murid adalah

bayangan tongkat itu. Bagaimana mungkin bayangan sebatang tongkat

bisa lurus jika tongkat itu sendiri bengkok? Allah Swt berfirman,

Apakah kamu menyuruh orang lain berbuat baik dan melupakan

dirimu sendiri? (Qs al-Baqarah [2]: 44). Imam Ali Kw berkata, “Dua

golongan manusia mendatangkan bencana bagi kita, yaitu orang

berilmu yang tidak menjaga kehormatan dirinya dan orang bodoh yang

berlagak zuhud.

Orang berilmu menyesatkan manusia dengan kelalaiannya dan

orang bodoh dengan tampilan zuhudnya,” (Ghazali, 2014 : 111).

Page 76: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

61

BAB IV

ANALISIS AKHLAK GURU TERHADAP MURID PERSPEKTIF

IMAM GHOZALI DAN RELEVANSI DALAM KONTEKS

PENDIDIKAN ZAMAN MODERN

A. Analisis akhlak guru terhadap murid perspektif Imam Ghozali

Sarana yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada

Allah adalah dengan ilmu. Ilmu merupakan medium untuk mengecap

kebahagiaan dunia dan akhirat. Tanpa ilmu seseorang tidak akan

mengecap kebahagiaan dan kedekatan dengan Allah (Kasyani,2014: 4)

Di dalam al-Qur’an terdapat beberapa dalil mengenai

keutamaan ilmu. Antara lain ialah, firman Allah Swt.,

ه إاله هو والملئكة وأولو العلم قائما بالقسط أنهه ال إل شهد للاه

ه إاله هو العزيز الحكيم ال إل

Artinya:

“Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan

Dia yang berhak disembah, yang menegakkan keadilan, para

malaikat, dan orang-orang yang berilmu, juga menyatakan yang

demikian itu. Tidak ada Tuhan melainkan Dia yang berhak disembah,

Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana,” (QS Ali Imran: 18)

Perhatikan bagaimana Allah Swt. memulai dengan diriNya

sendiri, dilanjutkan kemudian dengan para malaikat-Nya, yang

kemudian ditutup dengan ahli ilmu.

Semua itu bertujuan untuk menegaskan keutamaan, kemuliaan, dan

ketinggian derajat ilmu bagi pemiliknya (Ghozali, 2011: 4). Dengan

diimbanginya berilmu maka mudahlah bagi seorang pendidik untuk

Page 77: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

62

menyadari bagaimana memperlakukan serta menghormati murid

dengan baik (Akhlak).

Imam al Ghozali dalam pemikirannya tentang akhlak guru

terhadap murid yang dituangkan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin dapat

ditarik analisis dalam pembahasannya, sebagai berikut:

1. Memperlihatkan kebaikan, simpati dan empati

Mudah untuk mengatakan kata-kata perintah pada anak, tapi

akankah anak melaksanakan apa yang diperintahkan apalagi yang

belum diketahuinya jika tidak diberikan contoh terlebih dahulu.

Bagaimana anak akan melakukan shalat sedangkan orang tuanya tidak

memberikan contoh bagaimana shalat itu. Bahkan banyak orang tua

yang memerintahkan shalat kepada anaknya sedangkan mereka sendiri

tidak melaksanakan shalat.

Bagaimana anak akan berakhlak mulia, sementara orang

tuannya selalu memperlihatkan perilaku yang menyimpang dari ajaran

agama. Bagaimana anak akan mengucapkan salam sedangkan orang

tuannya tidak pernah mengucap salam.

Orang tua adalah contoh bagi anak-anaknya, begitu pula guru

sebagai pendidik merupakan contoh bagi anak-anak. Ketika para

pendidik memberikan contoh yang baik, anak-anak pun akan melihat

dan berbuat seperti yang dicontohkan. Rasulullah Saw bersabda,

“Sesungguhnya aku bagi kalian ibarat serang ayah bagi anak-anaknya”

(Helmawati, 2016: 180).

Page 78: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

63

2. Mengikuti teladan dan contoh Rasulullah Saw

Pendidik terutam ibu meiliki merupakan model atau sosok

panutan dan teladan bagi anak-anaknya. Sebab ibu memiliki waktu

berkumpul yang banyak dibandingkan ayah, ia menjadi sosok yang

penting dalam memberikan kontribusi sifat pada anak. Artinya sosok

ibu berpengaruh dalam pembentukan karakter anak.

Oleh karena itu, pendidik hendaknya memiliki sifat-sifat yang

mulia. Setiap anak atau peserta didik akan mencontoh sifat

pendidiknya. Mereka menganggap pendidik terutama orang tua dan

guru adalah manusia yang ideal, model yang akan dijadikan panutan

(Helmawati, 2016: 152).

Dan teladan yang perlu di contoh seorang pendidik itu sendiri

sebelum ia dijadikan contoh oleh anak didiknya ialah Rasulullah,

karena semua ada pada cerminan diri Rasulullah.

3. Tidak boleh menyembunyikan nasihat atau ajaran

Sifat jujur akan membuat manusia hidup dengan tenang dan

dipercaya orang. Sebaliknya, orang yang suka berbohong akan

membuat dirinya berada dalam kegelisahan dan tidak dipercaya.

Sungguh tidak tepat ketika ada orang yang mengatakan bahwa rugi

menjadi orang jujur, karena orang jujur tidak akan mendapat apa-apa.

Peikiran seperti ini tentu saja tidak benar (Helmawati, 2016: 157).

Maka dari itu sudah sepantasnya bagi seorang pendidik

menyampaikan transparansi dalam proses transfer of knowledge nya,

Page 79: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

64

karena dengan tidak memotong atau mengurangi informasi maka

sudah barang tentu seorang pendidik dikatakan jujur.

4. Mencegah murid-muridnya dari memiliki watak dan perilaku jahat

Berkata ‘Ali bin Abi Thalib tentang amar makruf nahi munkar

(mengajak pada kebaikan dan mencegah dari perbuatan keji),

dalamperkataannya: Ajarkanlah kebaikan dalam dirimu dan

keluargamu. (Diriwayatkan oleh Hakim dalam Mustdrak jil.IV, h.

494). Hadits ini sahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim.

Maka suatu keharusan bagi pendidik, orang tua khususnya

untuk berjuang keras dan tekun dalam memperbaiki kesalahan anak

setiap saat serta membiasakan mereka untuk selalu melakukan

kebaikan. Inilah jalan para nabi dan rasul terdahulu, sebagaimana Nabi

Nuh as menyerukan anaknya agar beriman kepada Allah. Dan Ibrahim

a.s. berwasiat kepada anak-anaknya agar menyembah Allah

(Helmawati, 2016: 162).

5. Tidak boleh merendahkan ilmu lain

Setiap orang memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain

dan itu adalah sunatullah. Pendidik sebagai surrri tauladan hendaknya

mencontohkan sifat saling menghormati, dan tidak merendahkan ilmu

lain yang sedang tidak ia ampu. Walaupun ada perbedaan yang

muncul, melalui sifat saling menghormati tentu akan bisa

meminimalisir pertikaian atau perkelahian atau bahkan perpecahan.

Page 80: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

65

6. Mengajar murid-muridnya hingga batas kemapuan

Setiap pendidik hendaknya memiliki sifat cerdas. Sifat cerdas

ini berfungsi sebagai pembantu dalam mengatasi suatu masalah,

semisal ada murid yang ia tau bahwa jelas tidak mampu meneria

pelajaran yang berlebih, maka tugas seorang pendidik ialah

menentukan batas-batas antara murid sehingga tidak ada murid yang

merasa keberatan dengan pelajaran didalam kelas tersebut. Dan tidak

pula meninggalkan sikap yang baik kepada murid,

karena jika seorang pendidik mensikapi dengan baik, maka akan

menghasilkan pendidikan yang baik pula.

7. Mengajarkan hanya sesuatu yang jelas

Seorang pendidik tidak boleh hanya menggunakan bahasa yang

hanya dapat dipahami dirinya sendiri, tidak juga pendidik mengajar di

luar kemampuannya (Helmawati, 2016: 161).

Hendaknya seorang pendidik mengerti bahan ajar yang akan

diajarkanya, dan sudah barang tentu pelajaran tersebut bukan pelajaran

yang bersifat astral (tidak terlihat) melainkan sesuatu yang jelas.

8. Guru sendiri harus mempraktikkan terlebih dahulu

Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang paling

berpengaruh bagi anak. Anak pertama kali melihat, mendengar, dan

bersosialisasi dengan orang tauannya, ini berarti ucapan dan perbuatan

orang tua akan di contoh anak-anaknya (Helmawati, 2016: 179).

Page 81: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

66

Maka dari itu, secara tidak langsung seharusnya pendidik

mempraktikan apa-apa yang baik yang nantinya akan ditirukan oleh

muridnya, dan apapun itu yang di omongkan atau di perintahkan oleh

seorang guru hendaknya selalu dilakukan terlebih dahulu, agar tidak

menjadikan guru tersebut hanya sebagai tong kosong nyaring

bunyinya.

B. Relevansi akhlak guru terhadap murid perspektif Imam Ghozali

dalam konteks pendidikan zaman modern

Budi pekerti berasal dari bahasa Indonesia. Akhlak berasal dari

bahasa arab. Sedangkan moral berasal dari bahasa latin, dan etika

berasal dari bahasa yunani. Akhlak adalah istilah yang tepat dalam

bahsa arab untuk arti moral dan etika. Seperti halnya akhlak, secara

etimologis etika juga memiliki makna yang sama dengan moral.

Dalam dunia pendidikan, keberadaan dan fungsi guru

merupakan salah satu faktor yang sangatsignifikan. Guru merupakan

bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, di jalur pendidikan

formal, informal, atau nonformal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya

peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, guru tidak dapat

dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi mereka.

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru adalah

merencanakan, mengelola, dan melakukan evaluasi pembelajaran.

Untuk menguasai kompetensi tersebut, seorang guru senantiasa

berlatih untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya yang dilakukan

Page 82: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

67

secara terus-menerus melalui pendidikan lanjutan, pelatihan berkala,

atau pengembangan ketrampilan (Jumanta, 2016: 1).

Maka dari itu penulis mencoba menganalisis tentang konsep

yang di kemukakan imam Ghozali dengan undang-undang yang

berlaku pada masa kini serta sekaligus menjadi jembatan jika terapat

ketidak samaan dalam hal pemahaman ataupun terjadi ketidak

singkronan antara konsep imam ghozali dan Undang-Undang yang

dimana pada proses penerapan tidak sesuai dengan konsep ataupun UU

berikut analisis yang berhasil dihipun oleh penulis:

1. Guru harus memiliki rasa kasih sayang

Menurut Imam Ghozali dalam hal ini guru menjadi peran yang

sangat penting bagi seorang murid, karena dia akan menjadi juru

selamat murid dari neraka di akhirat nanti. Dan tugas dari orang

tuanyalah sebagai juru selamat di neraka dunia, oleh karena itu guru

mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap murid.

Guru adalah orang yang memberikan kemanfaatan bagi murid

dalam menggapai kehidupanyang abadi, yakni kehidupan akhirat. Hal

ini senada dengan adannya Undang-Undang yang mengatur guru dan

dosen pada UU No.14 Tahun 2005 pasal 10 pada kompetensi

kepribadian, yang di jelaskan dalam Undang-Undang tersebut salah

satunya adalah kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup

(a) berakhlak mulia

Page 83: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

68

Dan jika di tarik pada konsep Imam Ghozali akan menemukan

keselarasan, yaitu dimana jika guru tidak berakhlak mulia maka dia

(guru) tidak akan mampu menjadi penanggung jawab atas muridnya

kelak di akhirat, ini sesuai dengan perkataan sang imam “jika guru

diibaratkan sebatang tongkat, dan murid adalah bayangan.

Bagaimana bayangan diharapkan lurus jika tonkat tersebut bengkok”.

Maka dapat di tarik kesimpulan antara konsep sang imam dan

Undang-Undang terjadi kesamaan dalam hal tujuan, dan masih relevan

jika diterapkan dalam pendidikan zaman modern.

2. Guru harus mengikuti teladan Rasul

Menurut Imam Ghozali seharusnya guru tidak meminta upah

atas tugasnya. Tetapi mengajar hanya karena Allah SWT. tidaklah ia

melihat apa yang telah dikerjakan kepada murid akan tetapi kewajiban

bagi murid untuk selalu mengingat budi baik guru kepadanya. Karena

guru adalah penyebab petunjuk kebenaran pada murid. Dengan kata

lain guru tidak meminta imbalan atas tugas sebagaimana Allah dan

Rasulnya yang mengajar manusia tanpa imbalan (Jurnal As-salam vol

III, 2013: 33).

Pemikiran Imam Ghozali ini masih relevan dengan pendidikan

saat ini. Hal tersebut dapat dilihat dalam UU No.14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 10 menyebutkan bahwa

kompetensi guru sebagai pendidik meliputi salah satunya adalah

kompetensi kepribadian, yang dijelaskan pada point terakhir yaitu guru

Page 84: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

69

seharusnya memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat

diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religius, jujur,

ikhlas dan suka menolong. Sikap jujur dapat diartikan sebagai

kelurusan hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus dan ikhlas.

Tulus ikhlas berarti menjalankan pekerjaannya dengan penuh kerelaan

dan pengorbanan tanpa pamrih. Suka menolong merupakan kesediaan

guru dalam membantu peserta didik memecahkan masalah yang

dialami, meringankan beban, penderitaan, kesukaran dan lain

sejenisnya, membantu supaya dapat belajar dengan baik. Sikap ini

perlu dimiliki setiap guru dalam melaksanakan tugasnya. Sebab

siapapun pasti menyukai sikap guru yang tulus jujur dan suka

menolong. Lurus hati berarti tidak bengkok, tidak becabang atau

mendua hati, melainkan dengan sepenuh hati melakukan pekerjaannya

seolah-olah untuk Tuhan. Tidak berbohong artinya apa yang

dikatakannya sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya, ya kalau ya,

tidak kalau tidak, mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu

salah. Tidak curang berarti sungguh-sungguh jujur, taat, dan setia

melakukan perkerjaannya. Tulus ikhlas merupakan kesediaan, kerelaan

dengan penuh pengorbanan tanpa pamrih menjalankan tugasnya dalam

membimbing, mendidik, dan melatih peserta didik menjadi manusia

seutuhnya. Dengan kata lain, antara konsep dan Undang-Undang yang

mengatur pendidikan ini masih sangat relevan jika di terapkan oleh

para guru.

Page 85: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

70

3. Guru tidak boleh menyembunyikan nasihat

Menurut Imam Ghozali, seorang guru harus mengatakan

kepada muridnya bahwa tujuan pendidikan adalah mendekatkan diri

kepada Allah SWT., bukan kepada kekuasaan atau kekayaan. Selain

itu, seorang guru juga harus menyampaikan bahwa Allah menciptakan

ambisi di dalam diri manusia sebagai sarana melestarikan ilmu yang

merupakan hakikat bagi ilmu-ilmu yang tengah dipelajari. Sebagai

contoh, dengan melarang murid mencari kedudukan sebelum mereka

layak untuk mendapatkannya dan dengan melarang mereka menekuni

ilmu yang tersembunyi (batin), sebelum menyempurnakan ilmu yang

nyata (zahir) (Ghozali,2011: 125).

Pemikiran Imam Ghozali ini masih relevan dengan pendidikan

saat ini. Hal tersebut dapat dilihat dalam UU No.14 Tahun 2005 pasal

7 ayat 1 yang menyatakan bahwa profesi guru dan profesi dosen

merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan dengan

beberapa konsep, diantaranya adalah seorang guru dan dosen harus

memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,

ketakwaan dan akhlak mulia.

Jika hal ini di sandingkan dengan konsep sang imam, maka

akan menjadi kesatuan yang padu, jika pada Undang-Undang hanya

menjelasakan secara garis besarnya saja/ universal, maka konsep dari

imam Ghozali lah yang akan membahas secara terperinci,

Page 86: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

71

dan pada kenyataanya di masyarakat tidak ditemukan oleh penulis hal-

hal yang menjadi masalah pada konsep imam Ghozali ini di poin ke

tiga.

4. Guru mencegah murid dari watak dan perilaku jahat

Menurut Imam Ghozali sudah sewajarnya seorang guru

menasehati muridnya tidak secara terang-terangan, akan tetapi dengan

cara yang halus, yakni dengan kasih sayang dan tidak dengan cara

mengejek (sindiran). Sebab dengan cara ini akan lebih efektif yang

menjadikan murid tidak minder dan takut kepada guru. Dalam hal ini

sifat kasih sayang mempunyai kekuatan yang besar dalam menguasai

dan menundukkan psikologi murid. Begitu juga dengan cara sindiran

akan memberikan rangsangan bagi murid mencari apa tujuan dan

maksud dari sindiran itu, sehingga murid akan lebih kreatif dan suka

berfikir. Untuk itu guru harus senantiasa menjauhi akhlak yang buruk

dengan cara menghindarinya sedapat mungkin (Jurnal As-salam vol

III, 2013: 34).

Pemikiran Imam Ghozali ini masih relevan dengan pendidikan

saat ini. Hal tersebut dapat dilihat dalam UU No.14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 10 menyebutkan bahwa

kompetensi guru sebagai pendidik meliputi salah satunya adalah

kompetensi kepribadian, yang menekankan guru harus memiliki

kemampuan sekurang-kurangnya (a) beraklak mulia (b) arif dan

bijaksana, Yang mendukung kepribadian guru agar dapat membina

Page 87: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

72

peserta didik menjadi lebi baik lagi dikemudian hari, karena guru dapat

menempatkan anak didiknya secara arif dan bijaksana.

5. Guru tidak merendahkan ilmu lain

Menurut Imam Ghozali sebaiknya seorang guru tidak

mewajibkan pada murid agar mengikuti guru tertentu dan

kecenderungannya. Dalam hal ini Al-Ghozali melihat dari sebagian

guru fikih yang menjelekkan ilmu bahasa dan begitu juga sebaliknya,

seorang guru yang bertnggung jawab pada satu pelajaran hendaklah

memberikan keleluasaan pada murid untuk mempelajari pelajaran

yang lain. Tetapi bagi guru yang bertanggung jawab akan berbagai

ilmu pengetahuan, maka banginya adalah menjaga dan mengetahui

murid setingkat demi setingkat (Jurnal As-salam vol III, 2013: 34).

Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan

meningkatkan citra diri dan kepribadian sesorang, selama hal itu

dilakukan dengan penuh kesadaran. Memang, kepribadian menurut

Dzakiya drajat (1980) disebut sesuatu yang abstrak, sukar dilihat

secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan

ucapan ketika menghadapi suatu persoalan (Saiful,2013: 33).

Pemikiran Imam Ghozali ini masih relevan dengan pendidikan

saat ini. Hal tersebut dapat dilihat dalam Undang-Undang No 14

Tahun 2005 tentang guru dan dosen (UUGD) pasal 10

yang di sebutkan dalam kompetensi kepribadian tertuang pada poin (e)

stabil. Yang mana sudah seharusnya guru mencerinkan kepribadian

Page 88: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

73

yang mantap dan stabil serta memiliki konsistensi dalam bertindak

sesuai norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku.

Secara garis besar antara konsep dan Undang-Undang yang berlaku

tidaklah jauh berbeda.

6. Guru hendaknya mengetahui batas kemampuan murid

Peran guru sebagai pendidik disini bukan hanya sebagai teman,

melainkan sebagai partner bahkan orang tua bagi murid tersebut,

dalam sebuah proses pembelajaran, interaksi edukatif memegang

peranan yang menentukan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan

dalam hasil proses tersebut. Cara yang dipergunakan dengan metode

penyampaian dari pendidik dan peserta didik bukan hanya terjadi satu

arah saja (Agustinus,2014: 16).

Dengan demikian dapat di dasarkan pada UU No. 14 Tahun 2005

yang mengatur tentang guru dan dosen pada pasal 10 point (b) guru

mengetahui atau memahami potensi dan keragaman peserta didik,

sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan

masing-masing peserta didik.

Jika di konfersikan dengan pemahaman dari konsep imam

Ghozali maka hasilnya kurang lebih akan sama karena di dalam

konsep ini pada dasar tujuannya adalah sama,

yaitu : guru hendaknya memperlakukan murid sesuai dengan

kesanggupannya yaitu memberi pengetahuan sesuai pemahaman otak

murid atau kadar pemahamannya. Para murid boleh dikembangkan

Page 89: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

74

suatu ilmu apapun secara mendalam asalkan tingkat pemahamannya

sudah sampai padanya. Lebih lanjut, kembangkanlah semua

pengetahuan kepada murid secara mendalam. Apabila telah diketahui

bahwa mereka telah dapat memahaminya sendiri. Berikanlah mereka

menurut ukuran akalnya dan timbanglah mereka berdasarkan

pemahamannya sehingga akan mendatangkan keselamatan dan juga

kemanfaatan. Jika sebaliknya, maka pertentangan atau salah pengertian

(miss understanding).

Maka dapat disimpulkan penulis, bahwa konsep dari Imam

Ghozali di atas masih relevan dengan Undang-Undang guru dan dosen

No.14 Tahun 2005 pasal 10.

7. Guru hendaknya mengajar sesuatu yang jelas

Menurut Imam Ghozali guru mengajarkan kepada para murid

yang berkemampuan terbatas hanya sesuatu yang jelas, lugas, dan

yang sesuai dengan tingkat pemahamannya yang terbatas. Orang yang

awam acapkali menilai, bahwa kebijaksanaan yang ditempuh seorang

guru dalam cara-cara mengajar yang digunakan dianggap menyalahi

aturan umum yang berlaku.

Mereka baru merasa puas jika pengetahuan yang disampaikan seorang

guru, mereka anggap update, sesuai dengan perkembangan kemajuan

zaman (Ghozali,2011: 128).

Pemikiran Imam Ghozali ini masih relevan dengan pendidikan

saat ini. Hal tersebut dapat dilihat dalam UU No. 14 Tahun 2005 yang

Page 90: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

75

mengatur tentang guru dan dosen pada pasal 10 point (b) guru

mengetahui atau memahami potensi dan keragaman peserta didik,

sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan

masing-masing peserta didik.

Dengan kata lain dapat ditarik kesimpulan, guru berkewajiban

mengetahui seberapa mampukah murid menerima pelajaran, dan tidak

mungkin seorang guru memaksakan hal yang belum tentu difahami

oleh murid. Dan tugas guru harus mampu menerangkan pelajaran

sesuai kadar batas murid dengan jelas.

8. Guru harus mempraktikkan lebih dahulu

Menurut Imam Ghozali seorang guru haruslah melakukan

terlebih dahulu apa yang diajarkannya, dan tidak boleh berbohong

dengan apa yang disampaikannya. Ilmu dapat diserap dengan mata

batin, dan amal dapat disaksikan melalui pandangan mata lahir.

Dengan demikian guru tidak boleh mempraktikan sesuatu yang tidak

sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku,

dengan kata lain jika guru melakukan perbuatan dosa, dan itu dilihat

kemudian diteruskan oleh muridnya, maka berlipat gandalah dosa

seorang guru tersebut.

Pemikiran Imam Ghozali ini masih relevan dengan pendidikan

saat ini. Hal tersebut dapat dilihat dalam Undang-Undang No 14

Tahun 2005 tentang guru dan dosen (UUGD) pasal 10 yang di

Page 91: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

76

sebutkan dalam kompetensi kepribadian tertuang pada poin (h) mampu

menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

Dalam hal ini menurut analisis penulis, dapat ditarik

kesimpulan bahwa, jika orang berilmu melakukan tindakan jahat dan

dilanjutkan oleh orang bodoh (awam), akan lebih berdosa daripada

orang bodoh yang melakuaknnya, karena mereka akan menyesatkan

banyak orang yang telah mengikutinya.

Dari berbagai penjelasan yang sudah penulis paparkan diatas.

Konsep akhlak guru perspektif Imam Ghozali secara garis besar masih

bisa diterapkan dalam pendidikan zaman modern. Dan masih ideal

antara kosep yang dikemukakan Imam Ghozali denganUndang-Udang

yang berlaku saat ini, dan jika diterapkan dalam proses pendidikan

maka tidak hanya tujuan pendidikan yang dicapai, tetapi jauh yang

lebih substansial yakni terbentuknya relasi (hubungan) guru dan murid

yang baik, guru dinilai bukan sebagai penjual ilmu tetapi dinilai dari

keikhlasan hati dan tujuannya (transfer of knowledge dan

penyempurnaan akhlak). Dengan demikian akan membuahkan hasil

bagi kebaikan di dunia dan juga di akhirat.

Akan tetapi pada kenyatanya dan fakta dilapangan yang terjadi

saat ini masih banyak kasus-kasus penyimpangan yang dilakukan oleh

oknum guru, yang sangat bertolak belakang dengan konsep Imam

Ghozali ataupun dari Undang-Undang yang berlaku, banyak dari

mereka yang menurut analisis penulis tidak secara betul memahami

Page 92: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

77

makna dari belajar mengajar yang menjadikan kasus-kasus terjadi

dimana-mana, seperti kasus kekerasan yang terjadi di Purwokerto yang

melibatkan seorang guru bertindak kekerasan terhadap muridnya.

PURWOKERTO - Seorang guru sebuah sekolah menengah

kejuruan (SMK) di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

melakukan tindak kekerasan dengan cara menampar siswanya di depan

siswa lainnya. Ironisnya, kejadian ini justru direkam salah satu

siswanya atas perintah guru tersebut.

Video tindakan kekerasan yang dilakukan LK terhadap L itu

berdurasi 29 detik. Video itu beredar luas. Di video itu terlihat

LK menampar L di depan siswa lainnya. Sebelum menampar L,

LK terlihat terlebih dahulu mengelus-elus pipi L. Dalam hitungan

detik, LK tiba-tiba menampar L.

Rekaman peristiwa tindak kekerasan ini pun dalam sekejap

langsung menjadi viral. Peristiwa kekerasan yang terjadi Kamis

(19/4/2018) pagi ini dalam hitungan jam sudah menyebar ke berbagai

grup di media sosial.

Pihak sekolah pun langsung berinisiatif memanggil guru pelaku

tindak kekerasan dan siswa korban kekerasan. Sementara, saat

sejumlah wartawan meminta konfirmasi terkait kejadian tersebut,

pihak sekolah melalui wakil kepala SMK membenarkan telah terjadi

tindak kekerasan seperti yang beredar dalam rekaman video tersebut.

"Tapi yang jelas sudah diselesaikan, tadi pagi langsung kita

panggil tidak perlu menunggu berjam-jam. Kita panggil juga anak

yang nge-share (video). Gurunya sebenarnya sangat santun, dia juga

pembina PMR, jadi tidak ada perilaku buruk sebenarnya pada guru itu.

Mungkin karena dia masih muda dan mungkin dalam menegur anak

dia belum banya pengalaman," ujar IR, wakil kepala sekolah SMK itu.

Pihak sekolah sendiri mengaku jika saat ini sudah melakukan

tindakan tegas terhadap guru tersebut. Meski demikian, pihak sekolah

menyatakan bahwa tindakan guru ini karena terdorong emosi melihat

perilaku siswa yang sudah melakukan kesalahan berulang-ulang kali

seperti tidak mengerjakan tugas dari gurunya, makan di kantin saat jam

sekolah, dan pelanggaran lainnya.

Siswa tersebut sudah sering diberi peringatan oleh sang guru

karena melakukan kesalahan. Kesalahan siswa tersebut menumpuk

hingga hampir satu tahun.

Sementara menurut siswa yang melakukan perekaman terhadap

tindakan ini mengatakan, perekaman yang ia lakukan atas perintah

gurunya. Semula rekaman ini hanya untuk dikonsumsi di grup

kejuruan kelas, namun akhirnya video ini beredar di media sosial

secara luas.

Page 93: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

78

Kasus kekerasaan ini dilaporkan ke pihak Polres Banyumas.

Sementara, LK dan siswanya yang menjadi korban kekerasan masih

dimintai keterangan oleh polisi (Sindo,2018: 02:00).

Hal ini juga mendapat sorotan dari beberapa psikolog dan ahli

pendidikan di Indonesia salah satunya adalah Najelaa Sihab “Saya

melihat kekerasan ini dari kejadian demi kejadian, hari ini di sini, nanti

minggu depan di sana, cuma giliran saja nih, kejadiannya di satu

sekolah ke sekolah lain. Kekerasan di dalam sekolah itu makin tinggi,”

kata wanita yang akrab disapa Ella itu. Menurut Ella, kekerasan di

Indonesia tidak hanya terjadi di sekolah tapi juga di rumah. Tingginya

angka kekerasan dilatarbelakangi faktor budaya. “Masalah utama di

dunia pendidikan kita itu budaya kekerasan.

Pola disiplin yang dipakai guru di sekolah, bahkan orangtua di rumah,

masih sering menggunakan kekerasan.

Bahkan anak tumbuh dengan terbiasa digunakan cara

kekerasan, meski bukan kekerasan fisik, tapi kekerasan verbal seperti

ancaman, itu masih umum sekali,” terang Ella.

Sementara itu, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Dr.

Susanto, MA, menilai apa pun bentuk kekerasan meski tujuannya baik,

tidak dapat dibenarkan. “Meski tujuannya baik, tetap dianggap sebagai

pelanggaran (Mutia, 2018: 12).

Adapun menurut Imam Ghozali tentang pemberian hukuman,

Al-Ghozali juga tidak sependapat dengan pemberian hukuman pada

anak didik. Beliau menjelaskan bahwa pemberian hukuman harus

Page 94: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

79

melalui proses atau beberapa kriteria yaitu : jika ada seorang anak

didik yang berperilaku menyimpang, maka seorang guru maupun

orang tua memberikan hukuman melalui tiga tahapan, yaitu tahap

pertama : apabila anak didik melakukan kesalahan, maka sebagai

gurunya harus memberikan kesempatan pada anak didik untuk

memperbaiki diri. Dalam hal ini, anak didik diharapkan mampu

menyadari kesalahan yang diperbuatnya sehingga menjadikannya

untuk tidak mengulanginya lagi. Jika pada tahap pertama, anak didik

belum bisa memperbaikinya, maka dilakukan tahap kedua yaitu

dengan memberi teguran, kritikan atau celaan. Dan ketika menegur,

mengeritik ataupun mencela anak didik tidak diperkenankan dilakukan

di depan umum. Hal tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan rasa

malu. Teguran yang diberikan pada anak didik harus singkat dan

bijaksana, apabila tahap kedua telah dilakukan, tetapi anak didik belum

bisa memperbaikinya, maka dilakukan tahap ketiga yaitu pemberian

hukuman. Hukuman yang dimaksudkan adalah hukuman fisik.

Hukuman ini tidak boleh menimbulkan penderitaan bagi anak didik.

Dan jika memungkinkan maka hukuman yang diberikan harus ringan.

Al-Ghozali mengibaratkan guru atau pendidik sebagai seorang dokter

yang harus mengetahui jenis penyakit yang diderita oleh pasiennya.

Dan segera memberikan obat yang sesuai dengan penyakit oleh

pasiennya.

Page 95: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

80

Begitu pula guru harus mampu memberi solusi yang terbaik

apabila terjadi perilaku yang menyimpang. Guru harus mampu

menyesuaikan kesalahan anak didik dengan hukuman yang akan

diterimanya. Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Al-Ghozali menjelaskan

bahwa salah satu kewajiban seorang guru adalah berusaha mencegah

anak didiknya dari perbuatan yang tidak baik dengan penuh kehati-

hatian dan dengan cara sindiran. Tetapi tidak dengan cara kekerasan,

karena dapat mengakibatkan anak didik menjadi lebih berani dan tidak

patuh lagi kepada gurunya.

Sementara itu pada kasus diatas menjadikan perhatian pada

dunia pendidikan zaman modern ini menurut penulis sangatlah tidak

pantas, karena jika saja seorang guru lebih bisa memahami makna

yang disampaikan oleh Imam Ghozali ataupun Undang-Undang yang

berlaku maka tidak akan terjadi hal yang sedimikan rupa, karenanya

menurut penulis berkenaan dengan konsep dan analisis yang telah

berhasil penulis paparkan diatas maka sudah seharusnya pada dunia

pendidikan zaman modern ini pemerintah lebih memperhatikan proses

calon-calon guru yang nantinya sebelum mereka benar-benar terjun

pada dunia yang sebenarnya agar dipastikan lebih siap mengemban

tugas sesuai Konsep dari Imam Ghozali maupun Undang-Undang yang

berlaku pada saat ini.

Kemudian jika pemerintah sudah memperhatikan proses calon

guru agar benar-benar siap menjadi guru yang sesuai undang-undang,

Page 96: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

81

maka akan menjadikan tujuan pendidikan pada saat ini sesuai dengan

ungkapan Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pasal 3, bahwa pendidikan Nasional Indonesia

bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (Agustinus,2014: 17).

Hal ini berarti bahwa secara umum tujuan pendidikan di

Indonesia akan tercermin dalam tujuan sekolah, perguruan tinggi,

maupun tujuan nasional yang mana di dalam tujuan tersebut sudah

mencakup ketiga ranah perkembangan manusia, yaitu: afektif, kognitif,

dan psikomotorik.

Page 97: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari data-data beserta analisa sebagaimana yang

telah diuraikan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Konsep akhlak guru terhadap murid menururt Imam Ghozali dalam

kitab Ihya’ ulumuddin

Al-Ghozali berpendapat bahwa orang yang menetapkan diri

dan bertekad untuk mengambil pekerjaan sebagai pengajar, ia harus

menjalankan tugas dan kewajiban berikut:

a. Guru harus memiliki rasa kasih sayang

b. Guru harus mengikuti teladan Rasul

c. Guru tidak boleh menyembunyikan nasihat

d. Guru mencegah murid dari watak dan perilaku jahat

e. Guru tidak merendahkan ilmu lain

f. Guru hendaknya mengetahui batas kemampuan murid

g. Guru hendaknya mengajar sesuatu yang jelas

h. Guru harus mempraktikkan lebih dahulu

2. Relevansi akhlak guru terhadap murid menururt Imam Ghozali dalam

kitab Ihya’ ulumuddin dikaitkan dengan pendidikan zaman modern

Konsep akhlak guru perspektif Imam Ghozali secara garis

besar masih bisa diterapkan dalam pendidikan zaman modern. Dan

masih ideal antara kosep yang dikemukakan Imam Ghozali dengan

Undang-Undang yang berlaku saat ini, dan jika diterapkan dalam

Page 98: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

83

proses pendidikan maka tidak hanya tujuan pendidikan yang dicapai,

tetapi jauh yang lebih substansial yakni terbentuknya relasi (hubungan)

guru dan murid yang baik, guru dinilai bukan sebagai penjual ilmu

tetapi dinilai dari keikhlasan hati dan tujuannya (transfer of knowledge

dan penyempurnaan akhlak). Dengan demikian akan membuahkan

hasil bagi kebaikan di dunia dan juga di akhirat.

Akan tetapi pada kenyatanya dan fakta di lapangan yang terjadi

saat ini masih banyak kasus-kasus penyimpangan yang dilakukan oleh

oknum guru, yang sangat bertolak belakang dengan konsep Imam

Ghozali ataupun dari Undang-Undang yang berlaku, banyak dari

mereka yang menurut analisis penulis tidak secara betul memahami

makna dari belajar mengajar yang menjadikan kasus-kasus terjadi

dimana-mana, salah satunya seperti kasus kekerasan yang terjadi di

Purwokerto yang melibatkan seorang guru bertindak kekerasan

terhadap muridnya. Yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah

khususnya dalam dunia pendidikan zaman modern.

B. Saran-saran

Setelah penulis menyimpulkan dari data yang telah diperoleh,

selanjutnya penulis akan memberikan beberapa saran yang menurut

penulis sangat perlu untuk peningkatan kualitas mutu pendidikan dan

proses pendidikannya. Adapun saran-saran tersebut antara lain:

Page 99: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

84

1. Akhlak guru sebagaimana yang telah dijelaskan Imam

Al-Ghozali sangat perlu diterapkan dalam proses

pembelajaran dalam dunia pendidikan saat ini,

mengingat semakin berkembangnya zaman, mental dan

moralitas manusia semakin menurun khususnya para

tenaga pengajar sebagai pebaharuan bangsa bahkan

nilai-nilai keagamaan semakin luntur diterpa arus

globalisasi.

2. Pemerintah sudah seharusnya memperhatikan proses

calon guru agar benar-benar siap menjadi guru yang

sesuai undang-undang, maka akan menjadikan tujuan

pendidikan pada saat ini sesuai dengan ungkapan

Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pasal 3, bahwa pendidikan

Nasional Indonesia bertujuan untuk berkembangnya

potensi agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dan

tidak akan ada kasus-kasus kekerasan yang terulang

kembali.

Page 100: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

85

3. Penelitian ini disarankan untuk kepentingan teoretis

maupun praksis bagi pengembangan pendidikan Islam

umunya dan belajar mengajar pada prakteknya,

pengkajian secara kritis terhadap konsep-konsep yang

berasal dari ulama-ulama tradisional penting untuk terus

dilakukan.

Page 101: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

86

DAFTAR PUSTAKA

Amirulloh. 2014. Mencetak Anak Hebat. Jakarta : PT Elex Media Komputerindo

Arifin. 1995. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: bumi

Akasara, Cet. Ke- 3.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2015. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inofatif.

Jogjakarta : DIVA Press

Depdiknas. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ghazali, al. 2003. Mukasyafah al-Qulub, Bening Hati dengan Ilmu Tasawuf Imam

Ghazali. Bandung : Penerbit Marja

________. 2011. Ihya’ Ulumuddin 1:Ilmu dan Keyakinan / al-Imam al-Ghazali,

Jakarta: Republika Penerbit.

________. 2014. Ihya’ Ulumuddin (buku pertama): Biografi Al-Ghazali, Ilmu,

Iman, Imam al-Ghazali terj. Bandung : Penerbit Marja

Ghazali, Bahri M. 1991. Konsep Ilmu Menurut al-Ghazali. Jogjakarta : CV.

Pedoman Ilmu Jaya

Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Hamdayama, Jumanta. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Helmawati. 2016. Pendidik Sebagai Model. Bandung : PT REMAJA

ROSDAKARYA

Hermino, Agustinus. 2014. Kepemimpinan Pendidikan Di Era Globalisasi.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Jabir, Abu Bakar. 2014. Minhajul Muslim : Panduan Hidup Menjadi Muslim

Kaffah. Solo : Pustaka Arafah

Jam’iyah, Nur Aeni. 2009. Faktor-faktor Pendidikan menurut Al Ghazali dalam

Kitab Ihya’Ulumuddin. Skripsi Jurusan Tarbiyah UMS

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online Versi 2.1

Maemun, Achmad. 2012. Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Dalam Pendidikan

Agama Islam. Salatiga : STAIN Press

Page 102: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

87

Nasih Abdullah, Ulwan. 2013. Tarbiyatul Aulad. Jakarta : Khatulistiwa Press

Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Wacana Ilmu

___________. 2001. Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid.

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Nurdin, Syafrudin. 2002. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta

Selatan ; Ciputat Pers

Rushman. 2014. Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme

Guru, Jakarta : Rajawali Pers

Sanusi, Ahmad. 1991. Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional

Tenaga Kependidikan. Bandung: IKIP Bandung.

Sagala, Saiful. 2013. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.

Bandung : Penerbit Alfabeta

Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: HIKAYAT Publishing

Tobroni, Suprayogo. 2001. Metodologi Penelitian Sosio- Agama. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Widiasworo. 2014. Rahasia Menjadi Guru Idola : Panduan Memaksimalkan

Proses Belajar Mengajar Secara Kreatif Dan Interaktif. Yogyakarta : Ar-

Ruzz Media

Yahya Luthfi. 2016. Mukhtamar JATMAN (Jama’ah Ahlut Thariqoh An-

Naqsyabandiyah). Pekalongan.

Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan

dosen (UUGD)

Proceeding International Seminar on Imam Al-Ghazali’s Sufism. Theme: The

Role And Contribution Of Imam Al-Ghazali On Peace And Harmonious

World. Hotel Borobudur Jakarta, 18 – 20 Januari 2018

https://daerah.sindonews.com/read/1299510/22/guru-penampar-siswa-smk-di-

purwokerto-resmi-jadi-tersangka-1524220536 (diakses pada tanggal

23/05/2018 pukul 02:00 AM )

Page 103: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

88

https://www.liputan6.com/regional/read/3538283/gara-gara-kaki-kursi-jatuh-guru-

smp-di-konawe-pukul-siswa-hingga-pingsan (diakses pada tanggal

04/07/2018 pukul 19:05 AM)

Jawa Pos. 2017. Permintaan Mendikbut Terkait Oknum Guru Bertindak

Kekerasan. https://www.jawapos.com (diakses bulan November 2017

pukul 16:05 WIB)

Jurnal pendidikan anak, www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/awlady . Vol. 3

No. 1, Februari 2017

Jurnal As-Salam | Vol III, No.1, Th 2013 (diakses pada tanggal 21/05/2018 pukul

11:08 PM)

Jurnal Studi Al-Qur’an | Vol. 11, No.2, Tahun. 2015 Membangun Tradisi Berfikir

Qur’ani doi:doi.org/10.21009/JSQ.011.2.03 Etika Interaksi Guru dan

Murid Menurut Perspektif Imam Al Ghazali (diakses pada tanggal

20/05/2018 pukul 10:05 PM)

http://ejournal.ukm.my/akademika/article/view/8248/4820| | Akhlak Guru dalam

Pengajaran dan Pembelajaran Pendidikan Islam, Teacher’s Good

Behaviour in Teaching and Learning the Islamic Education (Diakses pasa

tanggal 20/05/2018 pukul 12:30 PM)

Page 104: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 105: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut
Page 106: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut
Page 107: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut
Page 108: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut
Page 109: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut
Page 110: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut
Page 111: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut
Page 112: “KONSEP AKHLAK GURU TERHADAP MURID DALAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4547/1/SKRIPSI.pdf · “konsep akhlak guru terhadap murid dalam konteks pendidikan zaman modern menurut