Apa itu Imunisasi

33
Apa itu Imunisasi ? http://bestifyna04.multiply.com/journal/i tem/30 Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan kepada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu. Tujuan pemberian imunisasi --> (hanya preventif) 1. Mencegah penyakit infeksi tertentu 2. Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah terjadinya gejala yang dapat menimbulkan kecacatan / kematian. KAPAN pemberian Imunisasi ? Semua anak yang berumur 0 – 12 bulan harus mendapat imunisasi. Umur 0 – 1 Bln : BCG, Polio, Hepatitis B1 Umur 2 Bln : DPT 1, Polio 2, Hepatitis B2 Umur 3 Bln : DPT 2, dan Polio 3 Umur 4 Bln : DPT3 dan Polio 4 Umur 9 Bln : Campak, Hepatitis B3 Macam-macam Vaksin 1. Vaksin BCG Imunisasi BCG tujuannya untuk memberikan kekebalan aktif kepada bayi dan balita terhadap penyakit TBC Paru Paru. 2. Vaksin DPT ( Dipteri, Pertusis,Tetanus ) Imunisasi DPT tujuannya untuk memberikan kekebalan aktif yang bersamaan terhadap penyakit Dipteri, Pertusis dan Tetanus. 3. Vaksin Polio Imunisasi Polio tujuannya untuk memberikan kekebalan kepada bayi dan balita terhadap penyakit poliomielitis atau kelumpuhan. 4. Vaksin Hepatitis B Imunisasi Hepatits B tujuannya untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit Hepatitis B atau penyakit kuning. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian Imunisasi pada bayi/balita. 1. Imunisasi diberikan pada bayi/balita yang sehat.

Transcript of Apa itu Imunisasi

Page 1: Apa itu Imunisasi

Apa itu Imunisasi ?

http://bestifyna04.multiply.com/journal/item/30Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan kepada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu. Tujuan pemberian imunisasi --> (hanya preventif)

1. Mencegah penyakit infeksi tertentu 2. Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah

terjadinya gejala yang dapat menimbulkan kecacatan / kematian.KAPAN pemberian Imunisasi ?Semua anak yang berumur 0 – 12 bulan harus mendapat imunisasi.

Umur 0 – 1 Bln : BCG, Polio, Hepatitis B1 Umur 2 Bln : DPT 1, Polio 2, Hepatitis B2 Umur 3 Bln : DPT 2, dan Polio 3 Umur 4 Bln : DPT3 dan Polio 4 Umur 9 Bln : Campak, Hepatitis B3

Macam-macam Vaksin1. Vaksin BCG

Imunisasi BCG tujuannya untuk memberikan kekebalan aktif kepada bayi dan balita terhadap penyakit TBC Paru Paru.

2. Vaksin DPT ( Dipteri, Pertusis,Tetanus )Imunisasi DPT tujuannya untuk memberikan kekebalan aktif yang bersamaan terhadap penyakit Dipteri, Pertusis dan Tetanus.

3. Vaksin PolioImunisasi Polio tujuannya untuk memberikan kekebalan kepada bayi dan balita terhadap penyakit poliomielitis atau kelumpuhan.

4. Vaksin Hepatitis BImunisasi Hepatits B tujuannya untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit Hepatitis B atau penyakit kuning.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian Imunisasi pada bayi/balita.

1. Imunisasi diberikan pada bayi/balita yang sehat.2. Pada bayi/balita yang sakit tidak boleh diberikan seperti : a. Sakit keras b.Dalam masa tunas/ perkembangansuatu penyakit. c. Kekurangan/penurunan daya tahan tubuh

Proses terjadinya reaksi pada tubuh bayi/anak setelah Imunisasi yaitu terjadinya reaksi lokal, biasanya terlihat pada tempat penyuntikan misalnya terjadi pembengkakan yang

kadang-kadang disertai demam, agak sakit. Terhadap reaksi ini ibu tidak perlu panik sebab panas akan sembuh dan itu berarti kekebalan sudah dimiliki oleh bayi /balita .

Tempat memperoleh Imunisasi

1. Posyandu Terdekat.2. Puskesmas Keliling

Page 2: Apa itu Imunisasi

3. Puskesmas Pembantu (Pustu)4. Puskesmas Kecamatan5. Rumah Sakit.

Tag: perawat, kesehatan, keperawatan, anakSebelumnya: Selamat Buat Bunda Dekan BaruSelanjutnya : CEGAH OSTEOPOROSIS

Ada 5 macam imunisasi yang wajib untuk bayi kita, yaitu BCG, Polio, DPT, Hepatitis B dan Campak. Selebihnya adalah imunisasi tambahan yang diberikan sesuai dengan saran dokter. Berikut keterangan tentang imunisasi serta jadwal pemberiannya :

BCG atau Bacillus Cellmete Guerin, yaitu vaksinasi yang diberikan pada bayi saat usia 0-2 bulan, fungsi dari vaksin ini adalah untuk menghindari penyakit TBC alias Tuberkolosis.

POLIO adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus poliovirus dari genus enterovirus, dan menyebabkan terjadinya kelumpuhan. Cara mencegah penyakit ini adalah sering cuci tangan bila selesai beraktivitas dan juga sebelum makan. Pada bayi imunisasi polio diberikan saat lahir, usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.

DPT atau Dipteri Pentusis Tetanus, adalah sejenis penyakit yang bersumber dari bakteri bernama Corynebacterium Diphterie, yang hidup dalam selaput lendir hidung pada saluran pernapasan,dan membentuk membran putih sehingga menyumbat pernapasan. Pemberian vaksin untuk menghindari DPT ini pada bayi saat usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.

HEPATITIS B, vaksinasi hepatitis B ditujukan untuk menghindari penyakit radang hati akut atau kerusakan pada hati, dan juga kanker hati. Vaksin ini diberikan pada bayi saat usia baru lahir, 1 bulan, dan 6 bulan.

CAMPAK, adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus yang biasanya hidup pada saluran pernapasan, dan berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan. Penyakit ini sangat menular, biasanya lewat udara. Pemberian vaksin ini saat bayi berusia 9 bulan.

Hib B atau Haemophilus influenza tipe B, vaksin ini berfungsi untuk mencegah penyakit meningitis, pneumonia (radang paru) dan epiglotitis (radang tulang rawan tenggorokan). Vaksin ini diberikan pada saat bayi berusia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.

IPD atau Invasive Pneumococal Disease, yaitu sejenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia, penularannya lewat bersin, percikan ludah atau udara. Bakteri ini menyerang saluran pernapasan dan otak. Pemberian vaksin ini disesuaikan dengan umur bayi anda. Usia dibawah 12 bulan diberikan 4 dosis (2, 4 & 6 bulan) dan booster 12-15 bulan, usia 7-11 bulan diberikan 3 dosis (2 dosis pertama dengan interval 4 minggu, dan dosis ke 3 saat usia 12 bulan), usia 12 – 23 bulan diberikan 2 dosis dengan interval 2 bulan, terakhir usia 2 tahun diberikan 1 dosis saja.

Page 3: Apa itu Imunisasi

MMR atau mumps, morbili, rubella, sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus, yang mengakibatkan penyakit gondongan. Pemberian vaksin ini umumnya diberikan di atas 12 bulan.

VARISELA, adalah imunisasi yang ditujukan untuk mencegah penyakit cacar air yang disebabkan oleh virus varisela. Pemberian vaksin ini pada bayi berusia diatas 1 tahun.

 (Dari berbagai Sumber) http://bayivegetarian.com/?p=52

LABORATORIUM KLINIK: PEMERIKSAAN DARAH (BLOOD ANALYSIS) Dr; Suparyanto, M.Kes

PENGAMBILAN SPESIMEN

Alat: pipet, spuit, lancet, tourniquet, kapas alkohol 70% Wadah: tertutup, bersih, kering, berlabel

Cara pengambilan:

Dewasa: ujung jari tengah, manis Anak: tumit, ibu jari kaki bag pinggir Darah vena: vena cubiti

Antikoagulan:

EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate) → 1½ mg/ml Larutan Oxalat → 0,2 ml/ml darah

PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN METODE SAHLI

Prinsip: Hb → asam hematin (oleh HCl) → warna as hematin dibandingkan dengan standart Tujuan: menetapkan kadar Hb dlm darah Reagen: lar HCl 0,1N, aquadest

Alat:

1. Gelas berwarna sbg standart 2. Tabung hemometer 3. Pengaduk dari gelas 4. Pipet Sahli, pipet Pasteur 5. Kertas saring

Cara pemeriksaan:

Tab hemometer diisi lar HCl 0,1N → sampai tanda 2 Hisap darah kapiler dng pipet Sahli smpi tanda 20 μl

Page 4: Apa itu Imunisasi

Hapus kelebihan darah dng kertas tisu Masukan darah kedalam tabung hemometer Bilas darah dengan larutan HCl didlm tabung

Cara pemeriksaan:

Tunggu 5 menit → pembentukan as. Hematin Tambah aquadest → sampai warna sama dengan standart → baca dalam gr/dl

Nilai Normal:

Laki-laki: 14 – 18 gr/dl Wanita : 12 – 16 gr/dl

PEMERIKSAAN HITUNG LEUKOSIT

Prinsip: darah diencerkan dan dicat dengan larutan Turk → lalu dihitung jumlah leukosit dalam volume tertentu

Tujuan: menghitung jumlah lekosit dalam darah Alat yg digunakan:

1. Pipet leukosit 2. Kamar hitung (Improved Neubauer) 3. Mikroskop 4. Counter tally 5. Reagen: Larutan Turk

Cara pemeriksaan:

Hisap darah EDTA dng pipet lekosit → sampai tanda 0,5 Hapus kelebihan darah dng kertas tisu Hisap lar. Turk sampai tanda 11

Kocok darah dan larutan ± 2 – 3 menit Buang lar 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung Hitung leukosit dengan mikroscop → lap 1,3,7,9 → hasil x 50 Nilai Normal: 5.000 – 10.000 / mm3

PEMERIKSAAN HITUNG ERITROSIT

Prinsip: darah diencerkan dan dicat dengan larutan Hayem → lalu dihitung jumlah eritrosit dalam volume tertentu

Tujuan: menghitung jumlah eritrosit dalam darah Alat yg digunakan:

1. Pipet eritrosit 2. Kamar hitung (Improved Neubauer) 3. Mikroskop 4. Counter tally

Reagen: Larutan Hayem

Page 5: Apa itu Imunisasi

Cara pemeriksaan:

Hisap darah EDTA dng pipet eritrosit → sampai tanda 0,5 Hapus kelebihan darah dng kertas tisu Hisap lar. Hayem sampai tanda 101

Kocok darah dan larutan ± 2 – 3 menit Buang lar 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung Hitung leukosit dengan mikroscop → lap A, B, C, D dan E → hasil x 10.000

Nilai Normal:

Pria : 4,5 – 5,5 juta/ mm3 Wanita : 4 – 5 juta/ mm3

PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT

Prinsip: darah diencerkan dan dicat dengan larutan Rees Echer → lalu dihitung jumlah trombosit dalam volume tertentu

Tujuan: menghitung jumlah trombosit dalam darah Alat yg digunakan:

1. Pipet eritrosit 2. Kamar hitung (Improved Neubauer) 3. Mikroskop 4. Counter tally

Reagen: Larutan Rees Ecker

Cara pemeriksaan:

Hisap darah EDTA dng pipet lekosit → sampai tanda 0,5 Hapus kelebihan darah dng kertas tisu Hisap lar. Rees Echer sampai tanda 101

Kocok darah dan larutan ± 2 – 3 menit Buang lar 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung Hitung trombosit dengan mikroscop → lap 1,3,7,9 → hasil x 500 Nilai Normal: 150.000 – 400.000 / mm3

PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH (LED)

Prinsip (Cara Westergren) →darah EDTA didiamkan dlm waktu tertentu, maka sel sel darah akan mengendap

Tujuan: Untuk mengetahui kecepatan eritrosit mengendap dalam waktu tertentu Alat yang digunakan:

1. Tabung Westergren 2. Rak Westergren 3. Penghisap 4. Pencatat waktu 5. Pipet berskala

Page 6: Apa itu Imunisasi

6. Spuit 5cc 7. Botol kecil

Reagen: Natrium sitrat 3,8%

Cara Pemeriksaan:

Sediakan botol yang telah diberi 0,4cc Na Sitrat 3,8% Hisap darah vena 1,6cc dan masukan kedalam botol yg telah diisi Na sitrat 3,8% Campur baik-baik Hisap campuran tsb kedlm tab Westergren → sampai tanda 0 Biarkan pipet tegak lurus dalam rak Westergren Baca tingginya plasma selama 1 dan 2 jam

Nilai Normal

Laki-laki : 0 – 10 mm/jam Wanita : 0 – 20 mm/jam

PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT

Prinsip: terdapat perbedaan daya serap terhadap zat asam Tujuan: menghitung jumlah tiap-tiap jenis leukosit dalam darah Alat yang digunakan:

1. Mikroskop 2. Obyek glass 3. Lancet steril 4. Pencatat waktu 5. Rak pengecatan 6. Rak pengering 7. Minyak imersi 8. Kaca penggeser 9. Pinsil kaca

Reagen:

Larutan Wright Larutan buffer pH 6,4

Cara Pemeriksaan

Buat hapusan darah tepi Cat hapusan dengan lar. Wright → 2 menit Tetesi dengan lar buffer sama banyak → selama 5 menit Siram dengan aquadest Keringkan dan baca dengan mikroskop

Harga Normal:

1. Eosinofil : 1 – 3 % 2. Basofil : 0 – 1 %

Page 7: Apa itu Imunisasi

3. Batang : 2 – 6 % 4. Segmen : 50 – 70 % 5. Limfosit : 20 – 40 % 6. Monosit : 2 – 8 %

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO

Prinsip: aglutinasi sel darah merah dengan anti serum tertentu Tujuan: untuk mengetahui golongan darah seseorang Alat yang diperlukan:

1. Obyek glass 2. Lancet 3. Kapas alkohol

Reagen:

Serum anti A, Serum anti B, Serum anti AB

Cara Pemeriksaan:

Taruh pada masing-masing obyek glass serum anti A, B dan AB Tetesi serum dengan darah dan aduk Lihat penggumpalan yang terjadi

Hasil:GOL. DARAH ANTI A ANTI BA      +      -B      -      +AB       +      +O      -      -

WAKTU PERDARAHAN(BLEEDING TIME)

Prinsip :

Ialah pemeriksaan terhadap fungsi pembuluh darah (kapilaria) jumlah dan fungsi trombosit (ekstrinsik faktor)

Cara Pemeriksaan

Cuping telinga ditusuk pinset → dihitung sampai darah berhenti

Harga Normal : 1 – 7 menit

WAKTU PEMBEKUAN(CLOTING TIME)

Prinsip :

Dengan pemeriksaan waktu pembekuan dapat dilihat adanya kelainan / kekurangan dari faktor intrinsik

Page 8: Apa itu Imunisasi

Cara pemeriksaan

Darah dimasukan tabung reaksi → dihitung waktunya sampai beku

Harga Normal : 5 – 15 menit

PEMERIKSAAN PAPANICOLAOU SMEAR

Prinsip :

Mendeteksi adanya sel sel ganas pada hapusan sekret vagina / servik

Cara Pemeriksaan:

Px tidak boleh irigasi vagina, memasukan obat pervagina, tidak coitus 24 – 48 jam sebelumnya

Pemeriksaan dilakukan diantara waktu mens dengan posisi litotomi Dengan spekulum, ambil permukaan servik dengan spatula → bahan difiksasi dlm obyek

glass

Hasil:

1. Kelas 1: tidak ada sel atipikal/abnormal 2. Kelas 2: sel atipikal, tidak terbukti maligna 3. Kelas 3: dugaan, tp tdk disimpulkan maligna 4. Kelas 4: dugaan kuat maligna 5. Kelas 5: kesimpulan maligna

PEMERIKSAAN JAMUR

Prinsip :

Larutan KOH 10 % atau 20 % akan melisiskan kulit, rambut, kuku sehingga bila mengandung jamur akan terlihat adanya Hypha atau spora

Cara pemeriksaan: dilihat dibawah mikroskop

PEMERIKSAAN SEREBRO SPINAL

Cairan serebro spinal diperoleh dari lumbal pungsi pada ruang antar lumbal L3-4 atau L4-5. Tekanan pertama diukur, kemudian cairan diaspirasi dan dimasukan dalam tabung

pemeriksaan yang steril. Data analisa cairan spinal sangat penting dalam mendiagnosa penyakit medulla spinalis dan

otak

Volume :

Bayi : 40 – 60 ml Anak : 80 – 120 ml Dewasa : 100 – 160 ml

S el Darah      Putih / mm3      Merah / mm3Neonatus      0.15       0.5

Page 9: Apa itu Imunisasi

Anak      0.10      0.1Dewasa      0.5      0.1

Chlorida :

Neonatus : 108 – 122 mmol / l Dewasa : 112 – 130 mmol / l

Glukosa :

Neonatus : 1.1 – 2.2 mmol / l Bayi/anak : 3.9 – 5.0 mmol / l Dewasa : 2.8 – 4.4 mmol / l

Protein Total : 15 – 45 mg / 100 ml Albumin : 52 % Alpha 1 globulin : 5 % Alpha 2 globulin : 14 % Beta globulin : 10 % Gamma globulin : 19 %

REFERENSI

1. Harper, Rodwell, Mayes, 1977, Review of Physiological Chemistry 2. Colby, 1992, Ringkasan Biokimia Harper, Alih Bahasa: Adji Dharma, Jakarta, EGC 3. Wirahadikusumah, 1985, Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid, Bandung, ITB 4. Harjasasmita, 1996, Ikhtisar Biokimia Dasar B, Jakarta, FKUI 5. Toha, 2001, Biokimia, Metabolisme Biomolekul, Bandung, Alfabeta

PEMERIKSAAN DARAH RUTIN HEMOGLOBIN (CARA SAHLI) http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2010/04/pemeriksaan-darah-rutin-hemoglobin-cara.html

1. Prinsip

Hemoglobin darah diubah menjadi asam hematin dengan pertolongan larutan

HCL, lalu kadar dari asam hematin ini diukur dengan membandingkan warna

yang terjadi dengan warna standard memakaimata biasa.

2. Tujuan

Menetapkan kadar hemoglobin dalam darah

3. Alat dan bahan yang dipergunakan

a. Hemoglobinometer (hemometer), Sahli terdiri dari :

1) Gelas berwarna sebagai warna standard

2) Tabung hemometer dengan pembagian skala putih 2 sampai dengan 22.

Skla merah untuk hematokrit.

Page 10: Apa itu Imunisasi

3) Pengaduk dari gelas

4) Pipet Sahli yang merupakan kapiler dan mempunyai volume 20/ul

5) Pipet pasteur.

6) Kertas saring/tissue/kain kassa kering

b. Reagen

1) Larutan HCL 0,1 N

2) Aquades

4. Cara Pemeriksaan

a. Tabung hemometer diisi dengan larutan HCL 0,1 N sampai tanda 2

b. Hisaplah darah kapiler/vena dengan pipet Sahli sampai tepat pada tanda

20 ul.

c. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet dengan

kertas tissue secara hati-hati jangan sampai darah dari dalam pipet

berkurang.

d. Masukkan darah sebanyak 20 ul inike dalam tabung yang berisi larutanHCL

tadi tanpa menimbulkan gelembung udara.

e. Bilas pipet sebelum diangkat dengan jalan menghisap dan mengeluarkan

HCL dari dalam pipet secra berulang-ulang 3 kali

f. Tunggu 5 menit untk pembentukan asam hematin

g. Asam hematin yang terjadi diencerkan dengan aquades setetes demi

setetes sambil diaduk dengan pengaduk dari gelas sampai didapat warna

yang sama dengan warna standard.

h. Miniskus dari larutandibaca. Miniskus dalam hal ini adalah permukaan

terendah dari larutan.

5. Pelaporan

Dinyatakan dalam gr/dl

Hanya dilaporkan dalam angka bulat, atau naik setengah, Misal 11, 11 ½, 12,

12 ½, dan sebagainya.

6. Catatan

a. Nilai normal

Laki-laki : 14 – 18 gram/dl

Wanita : 12 – 16 gram/dl

b. Kesalahan yang sering terjadi

1. Alat/regen kurang sempurna, yaitu :

a. Volume pipet Hb tidak selalu tepat 20 ul

b. Warna standard sering sudah pucat.

c. Kadar larutan HCL sering tidak dikontrol.

2. Orang yang melakukan pemeriksaan :

Page 11: Apa itu Imunisasi

a. Pengambilan darah kurang baik.

b. Penglihatan pemeriksa tidak normal atau sudah lelah.

c. Intensitas sinar/penerangan kurang.

d. Pada waktu waktu membaca hsil dipermukaan terdapat gelembung udara.

e. Pipet tidak dibilas dengan HCL.

f. Pengenceran tidak baik.

Sumber :

Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas, Jakarta, Departemen

Kesehatan RI, 1991

PEMERIKSAAN HAEMOGLOBIN (Hb)

Menurut Soenarto (1980) dengan pemeriksaan Hb ini kita akan mendapatkan

gambaran dari penderita apakah normal atau abnormal . Nilai atau batas

terendah manakah dari Hb yang dianggap normal ? Untuk itu perlu kita

menggunakan kriteria yang seragam ialah dari WHO (1972). Ini telah dipakai

dan dianjurkan oleh ahli-ahli kita.

Kriteria persangkaan Anemi pada : bila Hb dibawah :

Pria dewasa 13 g %

Wanita tak hamil 12 g %

Wanita hamil 11 g %

Anak :

6 bl — 6 th 11 g %

6 th — 14 th 12 g %

Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet,

namun cara oxyhaemoglobin dapat pula dipakai asal distandarisir terhadap

cara cyanmet.

Sampai saat ini baik di PUSKESMAS maupun dibeberapa Rumah sakit di

negara kita masih menggunakan alat Sahli.

Sumber :

Mengenal Penyakit Darah dari Pemeriksaan Hemoglobin dan Hapusan Darah

Tepi

dr. Soenarto Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro/RS dr. Kariadi

Semarang Cermin Dunia Kedokteran No.18, 1980

Page 12: Apa itu Imunisasi

Pemeriksaan Laboratorium Hematologihttp://fransiscakumala.wordpress.com/2010/05/04/pemeriksaan-laboratorium-hematologi/

May 4, 2010 by Fransisca Dewi Kumala

Tes Hematologi Rutin

Hitung darah lengkap -HDL- atau darah perifer lengkap –DPL- (complete blood count/full blood count/blood panel) adalah jenis pemeriksan yang memberikan informasi tentang sel-sel darah pasien. HDL merupakan tes laboratorium yang paling umum dilakukan. HDL digunakan sebagai tes skrining yang luas untuk memeriksa gangguan seperti seperti anemia, infeksi, dan banyak penyakit lainnya.

HDL memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet). Pemeriksaan darah lengkap yang sering dilakukan meliputi:

Jumlah sel darah putih Jumlah sel darah merah Hemoglobin Hematokrit Indeks eritrosit jumlah dan volume trombosit

Tabel 1. Nilai pemeriksaan darah lengkap pada populasi normal

parameter Laki-Laki Perempuan

Hitung sel darah putih (x 103/μL) 7.8 (4.4–11.3)

Hitung sel darah merah (x 106/μL) 5.21 (4.52–5.90) 4.60 (4.10–5.10)

Hemoglobin (g/dl) 15.7 (14.0–17.5) 13.8 (12.3–15.3)

Page 13: Apa itu Imunisasi

Hematokrit (%) 46 (42–50) 40 (36–45)

MCV (fL) 88.0 (80.0–96.1)

MCH (pg) 30.4 (27.5–33.2)

MCHC 34.4 (33.4–35.5)

RDW (%) 13.1 (11.5–14.5)

Hitung trombosit (x 103/μL) 311 (172–450)

Spesimen

Sebaiknya darah diambil pada waktu dan kondisi yang relatif sama untuk meminimalisasi perubahan pada sirkulasi darah, misalnya lokasi pengambilan, waktu pengambilan, serta kondisi pasien (puasa, makan). Cara pengambilan specimen juga perlu diperhatikan, misalnya tidak menekan lokasi pengambilan darah kapiler, tidak mengambil darah kapiler tetesan pertama, serta penggunaan antikoagulan (EDTA, sitrat) untuk mencegah terbentuknya clot.

Hemoglobin

Adalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar haemoglobin. Stuktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta.

Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10%.

Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.

Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 – 19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 – 12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar

Page 14: Apa itu Imunisasi

hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 – 14,8 g/dl. Pada laki-laki dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 – 16 g/dl sedangkan pada perempuan dewasa antara 12 – 14 g/dl.

Pada perempuan hamil terjadi hemodilusi sehingga batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl.

Penurunan Hb terdapat pada penderita: Anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian cairan intravena berlebih, dan hodgkin. Dapat juga disebabkan oleh obat seperti: Antibiotik, aspirin, antineoplastik(obat kanker), indometasin, sulfonamida, primaquin, rifampin, dan trimetadion.

Peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi, polisitemia, PPOK, gagal jantung kongesti, dan luka bakar hebat. Obat yang dapat meningkatkan Hb adalah metildopa dan gentamicin.

Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat tinggal, misalnya Hb meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang tinggi dari permukaan laut. Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh posisi pasien (berdiri, berbaring), variasi diurnal (tertinggi pagi hari).

Hematokrit

Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.

Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu metode makrohematokrit dan mikrohematokrit/kapiler.

Nilai normal HMT:

Anak                                      : 33-38%

Laki-laki Dewasa               : 40-50%

Perempuan Dewasa       : 36-44%

Penurunan HMT, terjadi dengan pasien yang mengalami kehilangan darah akut, anemia, leukemia, penyakit hodgkins, limfosarcoma, mieloma multiple, gagal ginjal kronik, sirosis hepatitis, malnutrisi, defisiensi vit B dan C, kehamilan, SLE, athritis reumatoid, dan ulkus peptikum.

Peningkatan HMT, terjadi pada hipovolemia, dehidrasi, polisitemia vera, diare berat, asidosis diabetikum,emfisema paru, iskemik serebral, eklamsia, efek pembedahan, dan luka bakar.

Hitung Eritrosit

Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah. Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.

Page 15: Apa itu Imunisasi

Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang digunakan adalah:

Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.

Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.

Natrium klorid 0.85 %

Nilai Rujukan

Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μL) Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μL) Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μL) Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μL) Anak usia 4-5 tahun : 3.70 – 5.70 (x106/μL) Anak usia 6-10 tahun : 3.80 – 5.80 (x106/μL)

Penurunan eritrosit : kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi kronis, mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan

Peningkatan eritrosit : polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran tinggi, penyakit kardiovaskuler

Indeks EritrositMencakup parameter eritrosit, yaitu:

Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER)

MCV  = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)

Normal 80-96 fl

Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER)

MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)

Normal 27-33 pg

Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER)

MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l)

Normal 33-36 g/dL

Red Blood Cell Distribution Width (RDW)

Page 16: Apa itu Imunisasi

RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi gejala. Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit biasanya 6-8µm, semakin tinggi variasi ukuran sel mengindikasikan adanya kelainan.

RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100

Nilai normal rujukan 11-15%

Hitung Trombosit

Adalah komponen sel darah yang dihasilkan oleh jaringan hemopoetik, dan berfungsi utama dalam proses pembekuan darah. Penurunan sampai dibawah 100.000/ µL berpotensi untuk terjadinya perdarahan dan hambatan pembekuan darah.

Jumlah Normal: 150.000-400.000 /µL

Hitung Leukosit

Hitung leukosit adalah menghitung jumlah leukosit per milimeterkubik atau mikroliter darah. Leukosit merupakan bagian penting dari sistem pertahanan tubuh, terhadap benda asing, mikroorganisme atau jaringan asing, sehingga hitung julah leukosit merupakan indikator yang baik untuk mengetahui respon tubuh terhadap infeksi.

Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain. Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/μl. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000 /μl. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500- 11.000/μl. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 — 10.000/μl. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/μl. Peningkatan jumlah leukosit di atas normal disebut leukositosis, sedangkan penurunan jumlah leukosit di bawah normal disebut lekopenia.

Terdapat dua metode yang digunakan dalam pemeriksaan hitung leukosit, yaitu cara automatik menggunakan mesin penghitung sel darah (hematology analyzer) dan cara manual dengan menggunakan pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop.

Cara automatik lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih kecil yaitu ± 2%, sedang pada cara manual kesalahannya sampai ± 10%. Keburukan cara automatik adalah harga alat mahal dan sulit untuk memperoleh reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang memakai alat ini.

Nilai normal leukosit:

Dewasa                : 4000-10.000/ µL

Page 17: Apa itu Imunisasi

Bayi / anak          : 9000-12.000/ µL

Bayi baru lahir    : 9000-30.000/ µL

Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid.

Peningkatan leukosit juga dapat menunjukan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia, meningitis, apendisitis, tuberkolosis, tonsilitis, dll. Dapat juga terjadi miokard infark, sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit kolagen, anemia hemolitik, anemia sel sabit , penyakit parasit, dan stress karena pembedahan ataupun gangguan emosi. Peningkatan leukosit juga bisa disebabkan oleh obat-obatan, misalnya: aspirin, prokainmid, alopurinol, kalium yodida, sulfonamide, haparin, digitalis, epinefrin, litium, dan antibiotika terutama ampicillin, eritromisin, kanamisin, metisilin, tetracycline, vankomisin, dan streptomycin.

Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/µL darah. Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir selalu leukopenia disebabkan netropenia.

Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi pada penderita infeksi tertentu, terutama virus, malaria, alkoholik, SLE, reumaotid artritis, dan penyakit hemopoetik(anemia aplastik, anemia perisiosa). Leokopenia dapat juga disebabkan penggunaan obat terutama saetaminofen, sulfonamide, PTU, barbiturate, kemoterapi kanker, diazepam, diuretika, antidiabetika oral, indometasin, metildopa, rimpamfin, fenotiazin, dan antibiotika.(penicilin, cefalosporin, dan kloramfenikol)

Hitung Jenis Leukosit

Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit.  Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/μl).

Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/μL.

Tabel 2. Hitung Jenis Leukosit

Jenis Nilai normal Melebihi nilai normal Kurang dari nilai normal

Basofil 0,4-1% inflamasi, leukemia, tahap stress, reaksi

Page 18: Apa itu Imunisasi

40-100/µL

penyembuhan infeksi atau inflamasi

hipersensitivitas, kehamilan, hipertiroidisme

Eosinofil 1-3%

100-300/µL

Umumnya pada keadaan atopi/ alergi dan infeksi parasit

stress, luka bakar, syok, hiperfungsi adrenokortikal.

Neutrofil 55-70%

(2500-7000/µL)

Bayi Baru Lahir 61%

Umur 1 tahun 2%

Segmen 50-65% (2500-6500/µL)

Batang 0-5% (0-500/µL)

Inflamasi, kerusakan jaringan, peyakit Hodgkin, leukemia mielositik, hemolytic disease of newborn, kolesistitis akut, apendisitis, pancreatitis akut, pengaruh obat

Infeksi virus, autoimun/idiopatik, pengaruh obat-obatan

Limfosit 20-40%

1700-3500/µL

BBL 34%

1 th 60%

6 th 42%

12 th 38%

infeksi kronis dan virus kanker, leukemia, gagal ginjal, SLE, pemberian steroid yang berlebihan

Monosit 2-8%

200-600/µL

Anak 4-9%

Infeksi virus, parasit, anemia hemolitik, SLE< RA

Leukemia limfositik, anemia aplastik

Laju Endap Darah

Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).

Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika

Page 19: Apa itu Imunisasi

nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe. International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.

Prosedur pemeriksaan LED yaitu:

1. Metode Westergreen

o Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.

o Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.

o Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung.

o Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.

1. Metode Wintrobe

o Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amonium-kalium oksalat. Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.

o Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan pipet Pasteur sampai tanda 0.

o Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus. o Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit.

Nilai Rujukan

1. Metode Westergreen:

Laki-laki : 0 – 15 mm/jam Perempuan : 0 – 20 mm/jam

1. Metode Wintrobe :

Laki-laki : 0 – 9 mm/jam Perempuan 0 – 15 mm/jam

Referensi

Dharma R, Immanuel S, Wirawan R. Penilaian hasil pemeriksaan hematologi rutin. Cermin Dunia Kedokteran. 1983; 30: 28-31.

Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat; 2009. hal. 11-42.

Ronald AS, Richard AMcP, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari, editor : Huriawati Hartanto, Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium, edisi 11. Jakarta: EGC; 2004.

Page 20: Apa itu Imunisasi

Sutedjo AY. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Yogyakarta: Amara Books; 2008. hal. 17-35.

Theml H, Diem H, Haferlach T. Color atlas of hematology; principal microscopic and clinical diagnosis. 2nd ed. Stuttgart: Thieme; 2004.

Vajpayee N, Graham SS, Bem S. Basic examination of blood and bone marrow. In: Henry’s clinical diagnosis and management by laboratory methods. 21st ed. Editor: McPherson RA, Pincus MR. China: Saunders Elsevier; 2006. hal. 9-20.

Penilaian Hasil Pemeriksaan Hematologi Rutin http://seputar-sehat.blogspot.com/2007/08/penilaian-hasil-pemeriksaan-hematologi.htmloleh: dr. R. Dharma, dr S. Immanuel, dr R. Wirawan

Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM,

Jakarta

Kadar hemoglobin

Terdapat bermacam-macam cara untuk menetapkan kadar hemoglobin

tetapi yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan

kolorimeterik visual cara Sahli dan

fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli

kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi

hematin asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan

sulfhemoglobin . Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli

tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya

±10%.

. Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan

kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin

Page 21: Apa itu Imunisasi

sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin

terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ±

2%.

. Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil

sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin

tergantung dari umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar

hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 -

19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun

dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 - 12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap

kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada

dewasa yaitu berkisar antara 11,5 - 14,8 g/dl. Pada pria dewasa kadar

hemoglobin berkisar antara 13 - 16 g/dl sedangkan pada wanita dewasa

antara 12 - 14 d/dl.

. Pada wanita hamil terjadi hemodilusi sehingga untuk batas terendah nilai

rujukan ditentukan 10 g/dl.

. Pada keadaan fisiologik kadar hemoglobin dapat bervariasi.

Kadar hemoglobin meningkat bila orang tinggal di tempat yang tinggi dari

permukaan laut. Pada ketinggian 2 km dari permukaan laut, kadar

hemoglobin kira-kira 1 g/dl lebih tinggi dari pada kalau tinggal pada tempat

setinggi permukaan laut. Tetapi peningkatan kadar hemoglobin ini

tergantung dari lamanya anoksia, juga tergantung dari respons individu yang

berbeda-beda. Kerja fisik yang berat juga dapat menaikkan kadar

hemoglobin, mungkin hal ini disebabkan masuknya sejumlah eritrosit yang

tersimpan didalam kapiler-kapiler ke peredaran darah atau karena hilangnya

plasma. Perubahan sikap tubuh dapat menimbulkan perubahan kadar

hemoglobin yang bersifat sementara. Pada sikap berdiri kadar hemoglobin

lebih tinggi dari pada berbaring. Variasi diurnal juga telah dilaporkan oleh

beberapa peneliti, kadar hemoglobin tertinggi pada pagi hari dan terendah

pada sore hari.

Kadar hemoglobin yang kurang dari nilai rujukan merupakan salah satu tanda

dari anemia. Menurut morfologi eritrosit didalam sediaan apus, anemia dapat

digolongkan atas 3 golongan yaitu anemia mikrositik hipokrom, anemia

makrositik dan anemia normositik normokrom 5. Setelah diketahui ada

anemia kemudian ditentukan golongannya berdasarkan morfologi eritrosit

rata-rata. Untuk mencari penyebab suatu anemia diperlukan pemeriksaan-

Page 22: Apa itu Imunisasi

pemeriksaan lebih lanjut.

Bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari nilai rujukan, maka keadaan ini

disebut polisitemia. Polisitemia ada 3 macam yaitu polisitemia vera, suatu

penyakit yang tidak diketahui penyebabnya; polisitemia sekunder, suatu

keadaan yang terjadi sebagai akibat berkurangnya saturasi oksigen misalnya

pada kelainan jantung bawaan, penyakit paru dan lain-lain, atau karena

peningkatan kadar eritropoietin misal pada tumor hati dan ginjal yang

menghasilkan eritropoietin berlebihan; dan polisitemia relatif, suatu keadaan

yang terjadi sebagai akibat

kehilangan plasmanya misal pada luka bakar.

Laju endap darah

Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap pembentukan

rouleaux, tahap pengendapan dan tahap pemadatan.

Di laboratorium cara untuk memeriksa laju endap darah yang sering dipakai

adalah cara Wintrobe dan cara Weetergren. Pada cara Wintrobe nilai rujukan

untuk wanita 0 - 20 mm/jam dan untuk pria 0 - 10 mm/jam, sedang pada cara

Westergren nilai rujukan untuk wanita 0 - 15 mm/jam dan untuk pria 0 - 10

mm/jam.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju endap darah adalah faktor

eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang

kurang dari normal, ukuran eritrosit yang

lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan

menyebabkan laju endap darah cepat. Walau pun demikian, tidak semua

anemia disertai laju endap darah yang cepat. Pada anemia sel sabit,

akantositosis, sferositosis serta poikilositosis berat, laju endap darah tidak

cepat, karena pada keadaan-keadaan ini pembentukan rouleaux sukar

terjadi.

Pada polisitemia dimana jumlah eritrosit/µl darah meningkat, laju endap

darah normal.

Pembentukan rouleaux tergantung dari komposisi protein plasma.

Peningkatan kadar fibrinogen dan globulin mempermudah pembentukan

roleaux sehingga laju endap darah cepat

Page 23: Apa itu Imunisasi

sedangkan kadar albumin yang tinggi menyebabkan laju endap darah

lambat.

Laju endap darah terutama mencerminkan perubahan protein plasma yang

terjadi pada infeksi akut maupun kronik, proses degenerasi dan penyakit

limfoproliferatif. Peningkatan laju endap darah merupakan respons yang

tidak spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya

penyakit.

Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai

perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis.

Laju endap darah yang

cepat menunjukkan suatau lesi yang aktif, peningkatan laju endap darah

dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan laju

endap darah yang menurun

dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.

Selain pada keadaan patologik, laju endap darah yang cepat juga dapat

dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid,

kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua.

Dan akhirnya yang perlu diperhatikan adalah faktor teknik yang dapat

menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan laju endap darah. Selama

pemeriksaan tabung atau pipet harus tegak lurus; miring 3° dapat

menimbulkan kesalahan 30%. Tabung atau pipet tidak boleh digoyang atau

bergetar, karena ini akan mempercepat pengendapan. Suhu optimum selama

pemeriksaan adalah 20°C, suhu yang tinggi akan mempercepat

pengendapan dan sebaliknya suhu yang rendah akan memperlambat. Bila

darah yang diperiksa sudah membeku sebagian hasil pemeriksaan laju endap

darah akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen sudah terpakai dalam

pembekuan. Pemeriksaan laju endap darah harus dikerjakan dalam waktu 2

jam

setelah pengambilan darah, karena darah yang dibiarkan terlalu lama akan

berbentuk sferik sehingga sukar membentuk rouleaux dan hasil pemeriksaan

laju endap darah menjadi lebih lambat.

Hitung leukosit

Page 24: Apa itu Imunisasi

Terdapat dua cara untuk menghitung leukosit dalam darah tepi. Yang

pertama adalah cara manual dengan memakai pipet leukosit, kamar hitung

dan mikroskop. Cara kedua adalah cara semi automatik dengan memakai

alat elektronik. Cara kedua ini lebih unggul dari cara pertama karena

tekniknya lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan

kesalahannya lebih kecil yaitu ± 2%, sedang pada cara pertama

kesalahannya sampai ± 10%.

Keburukan cara kedua adalah harga alat mahal dan sulit untuk memperoleh

reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang memakai alat

ini.

Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal

dan lain-lain .

Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000 - 30.000/µl. Jumlah

leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 - 38.000 /µl.

Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun

jumlah leukosit berkisar antara 4500 - 11.000/µl. Pada keadaan basal jumlah

leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 - 10.0004/µ1. Jumlah

leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi

jarang lebih dari 11.000/µl.

Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut

leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik.

Leukositosis yang fisiologik

dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi

paroksismal, partus dan haid.

Leukositosis yang terjadi sebagai akibat peningkatan yang seimbang dari

masing-masing jenis sel, disebut balanced leokocytosis. Keadaan ini jarang

terjadi dan dapat dijumpai pada hemokonsentrasi. Yang lebih sering dijumpai

adalah leukositosis yang disebabkan peningkatan dari salah satu jenis

leukosit sehingga timbul istilah neutrophilic leukocytosis atau netrofilia,

lymphocytic leukocytosis atau limfositosis, eosinofilia dan basofilia.

Leukositosis yang patologik selalu diikuti oleh peningkatan absolut dari salah

satu atau lebih jenis leukosit.

Page 25: Apa itu Imunisasi

Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/0

darah. Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling

tinggi persentasinya hampir selalu leukopenia disebabkan oleh netropenia.

Hitung jenis leukosit

Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing

jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel

maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl).

Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih

banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya.

Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain,

dari satu lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat

mencapai 15%.

Bila pada hitung jenis leukosit, didapatkan eritrosit berinti lebih dari 10 per

100 leukosit, maka jumlah leukosit/µl perlu dikoreksi.

Netrofilia

Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/µl

dalam darah tepi. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan

bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia

jaringan, kehilangan darah dan kelainan mieloproliferatif.

Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti

penyebab infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan

pengobatan. Infeksi oleh bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan

Diplococcus pneumonine menyebabkan netrofilia yang berat, sedangkan

infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium tuberculosis tidak

menimbulkan netrofilia. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari

pada orang dewasa. Pada penderita yang lemah, respons terhadap infeksi

kurang sehingga sering tidak disertai netrofilia. Derajat netrofilia sebanding

dengan luasnya jaringan yang meradang karena jaringan nekrotik akan

melepaskan leukocyte promoting substance sehingga abses yang luas akan

menimbulkan netrofilia lebih berat daripada bakteremia yang ringan.

Pemberian adrenocorticotrophic hormone (ACTH) pada orang normal akan

Page 26: Apa itu Imunisasi

menimbulkan netrofilia tetapi pada penderita infeksi berat tidak dijumpai

netrofilia.

Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya

granulosit muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke

kiri atau shift to the left.

Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai

netrofilia ringan dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri. Sedang pada infeksi

berat dijumpai netrofilia berat dan banyak ditemukan sel muda. Infeksi tanpa

netrofilia atau dengan netrofilia ringan disertai banyak sel muda

menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita yang kurang.

Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi, yang

sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang

disebut granulasi toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti piknotik dan

vakuolisasi baik pada inti maupun sitoplasma

Eosinofilia

Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/µl

darah. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang

dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis

yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit

kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti polisitemia

vera dan leukemia granulositik kronik.

Basofilia

Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/µl darah.

Basofilia sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukemia granulositik

kronik. Pada penyakit alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan

kolitis ulserativa juga dapat dijumpai basofilia. Pada reaksi antigen-antibodi

basofil akan melepaskan histamin dari granulanya.

Limfositosis

Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit

Page 27: Apa itu Imunisasi

lebih dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/µl darah

pada dewasa. Limfositosis

dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa;

infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh kelainan

limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia

primer.

Monositosis

Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750/µl

pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa. Monositosis

dijumpai pada penyakit mieloproliferatif seperti leukemia monositik akut dan

leukemia mielomonositik akut; penyakit kollagen seperti lupus eritematosus

sistemik dan reumatoid artritis; serta pada beberapa penyakit infeksi baik

oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.

Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti prognostik pada

tuberkulosis. Pada keadaan normal dan tuberkulosis inaktif, perbandingan

antara jumlah monosit dengan limfosit lebih kecil atau sama dengan 1/3,

tetapi pada tuberkulosis aktif dan menyebar, perbandingan tersebut lebih

besar dari 1/3.

Netropenia

Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari 2500/µl

darah. Penyebab netropenia dapat dikelompokkan atas 3 golongan yaitu

meningkatnya pemindahan netrofil dari peredaran darah, gangguan

pembentukan netrofil dan yang terakhir yang tidak diketahui penyebabnya.

Termasuk dalam golongan pertama misalnya umur netrofil yang memendek

karena drug induced. Beberapa obat seperti aminopirin bekerja sebagai

hapten dan merangsang pembentukan antibodi terhadap leukosit. Gangguan

pembentukan dapat terjadi akibat radiasi atau obat-obatan seperti

kloramfenicol, obat anti tiroid dan fenotiasin; desakan dalam sum-sum tulang

oleh tumor. Netropenia yang tidak diketahui sebabnya misal pada infeksi

seperti tifoid, infeksi virus, protozoa dan rickettisa; cyclic neutropenia, dan

chronic idiopathic neutropenia.

Page 28: Apa itu Imunisasi

Limfopenia

Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari 1000/µl

dan pada anak-anak kurang dari 3000/µl darah. Penyebab limfopenia adalah

produksi limfosit yang menurun seperti pada penyakit Hodgkin, sarkoidosis;

penghancuran yang meningkat yang dapat disebabkan oleh radiasi,

kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis; dan kehilangan yang meningkat

seperti pada thoracic duct drainage dan protein losing enteropathy.

Eosinopenia dan lain-lain

Eosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari 50/µl darah. Hal ini dapat

dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan

infeksi berat; juga dapat terjadi pada hiperfungsi koreks adrenal dan

pengobatan dengan kortikosteroid.

Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan

basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun

demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal

kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada orang

normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.

sumber:

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_PenilaianHasilPemeriksaan.pdf/

10_PenilaianHasilPemeriksaan.html