Apa itu Imunisasi
Transcript of Apa itu Imunisasi
Apa itu Imunisasi ?
http://bestifyna04.multiply.com/journal/item/30Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan kepada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu. Tujuan pemberian imunisasi --> (hanya preventif)
1. Mencegah penyakit infeksi tertentu 2. Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah
terjadinya gejala yang dapat menimbulkan kecacatan / kematian.KAPAN pemberian Imunisasi ?Semua anak yang berumur 0 – 12 bulan harus mendapat imunisasi.
Umur 0 – 1 Bln : BCG, Polio, Hepatitis B1 Umur 2 Bln : DPT 1, Polio 2, Hepatitis B2 Umur 3 Bln : DPT 2, dan Polio 3 Umur 4 Bln : DPT3 dan Polio 4 Umur 9 Bln : Campak, Hepatitis B3
Macam-macam Vaksin1. Vaksin BCG
Imunisasi BCG tujuannya untuk memberikan kekebalan aktif kepada bayi dan balita terhadap penyakit TBC Paru Paru.
2. Vaksin DPT ( Dipteri, Pertusis,Tetanus )Imunisasi DPT tujuannya untuk memberikan kekebalan aktif yang bersamaan terhadap penyakit Dipteri, Pertusis dan Tetanus.
3. Vaksin PolioImunisasi Polio tujuannya untuk memberikan kekebalan kepada bayi dan balita terhadap penyakit poliomielitis atau kelumpuhan.
4. Vaksin Hepatitis BImunisasi Hepatits B tujuannya untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit Hepatitis B atau penyakit kuning.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian Imunisasi pada bayi/balita.
1. Imunisasi diberikan pada bayi/balita yang sehat.2. Pada bayi/balita yang sakit tidak boleh diberikan seperti : a. Sakit keras b.Dalam masa tunas/ perkembangansuatu penyakit. c. Kekurangan/penurunan daya tahan tubuh
Proses terjadinya reaksi pada tubuh bayi/anak setelah Imunisasi yaitu terjadinya reaksi lokal, biasanya terlihat pada tempat penyuntikan misalnya terjadi pembengkakan yang
kadang-kadang disertai demam, agak sakit. Terhadap reaksi ini ibu tidak perlu panik sebab panas akan sembuh dan itu berarti kekebalan sudah dimiliki oleh bayi /balita .
Tempat memperoleh Imunisasi
1. Posyandu Terdekat.2. Puskesmas Keliling
3. Puskesmas Pembantu (Pustu)4. Puskesmas Kecamatan5. Rumah Sakit.
Tag: perawat, kesehatan, keperawatan, anakSebelumnya: Selamat Buat Bunda Dekan BaruSelanjutnya : CEGAH OSTEOPOROSIS
Ada 5 macam imunisasi yang wajib untuk bayi kita, yaitu BCG, Polio, DPT, Hepatitis B dan Campak. Selebihnya adalah imunisasi tambahan yang diberikan sesuai dengan saran dokter. Berikut keterangan tentang imunisasi serta jadwal pemberiannya :
BCG atau Bacillus Cellmete Guerin, yaitu vaksinasi yang diberikan pada bayi saat usia 0-2 bulan, fungsi dari vaksin ini adalah untuk menghindari penyakit TBC alias Tuberkolosis.
POLIO adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus poliovirus dari genus enterovirus, dan menyebabkan terjadinya kelumpuhan. Cara mencegah penyakit ini adalah sering cuci tangan bila selesai beraktivitas dan juga sebelum makan. Pada bayi imunisasi polio diberikan saat lahir, usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.
DPT atau Dipteri Pentusis Tetanus, adalah sejenis penyakit yang bersumber dari bakteri bernama Corynebacterium Diphterie, yang hidup dalam selaput lendir hidung pada saluran pernapasan,dan membentuk membran putih sehingga menyumbat pernapasan. Pemberian vaksin untuk menghindari DPT ini pada bayi saat usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.
HEPATITIS B, vaksinasi hepatitis B ditujukan untuk menghindari penyakit radang hati akut atau kerusakan pada hati, dan juga kanker hati. Vaksin ini diberikan pada bayi saat usia baru lahir, 1 bulan, dan 6 bulan.
CAMPAK, adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus yang biasanya hidup pada saluran pernapasan, dan berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan. Penyakit ini sangat menular, biasanya lewat udara. Pemberian vaksin ini saat bayi berusia 9 bulan.
Hib B atau Haemophilus influenza tipe B, vaksin ini berfungsi untuk mencegah penyakit meningitis, pneumonia (radang paru) dan epiglotitis (radang tulang rawan tenggorokan). Vaksin ini diberikan pada saat bayi berusia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.
IPD atau Invasive Pneumococal Disease, yaitu sejenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia, penularannya lewat bersin, percikan ludah atau udara. Bakteri ini menyerang saluran pernapasan dan otak. Pemberian vaksin ini disesuaikan dengan umur bayi anda. Usia dibawah 12 bulan diberikan 4 dosis (2, 4 & 6 bulan) dan booster 12-15 bulan, usia 7-11 bulan diberikan 3 dosis (2 dosis pertama dengan interval 4 minggu, dan dosis ke 3 saat usia 12 bulan), usia 12 – 23 bulan diberikan 2 dosis dengan interval 2 bulan, terakhir usia 2 tahun diberikan 1 dosis saja.
MMR atau mumps, morbili, rubella, sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus, yang mengakibatkan penyakit gondongan. Pemberian vaksin ini umumnya diberikan di atas 12 bulan.
VARISELA, adalah imunisasi yang ditujukan untuk mencegah penyakit cacar air yang disebabkan oleh virus varisela. Pemberian vaksin ini pada bayi berusia diatas 1 tahun.
(Dari berbagai Sumber) http://bayivegetarian.com/?p=52
LABORATORIUM KLINIK: PEMERIKSAAN DARAH (BLOOD ANALYSIS) Dr; Suparyanto, M.Kes
PENGAMBILAN SPESIMEN
Alat: pipet, spuit, lancet, tourniquet, kapas alkohol 70% Wadah: tertutup, bersih, kering, berlabel
Cara pengambilan:
Dewasa: ujung jari tengah, manis Anak: tumit, ibu jari kaki bag pinggir Darah vena: vena cubiti
Antikoagulan:
EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate) → 1½ mg/ml Larutan Oxalat → 0,2 ml/ml darah
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN METODE SAHLI
Prinsip: Hb → asam hematin (oleh HCl) → warna as hematin dibandingkan dengan standart Tujuan: menetapkan kadar Hb dlm darah Reagen: lar HCl 0,1N, aquadest
Alat:
1. Gelas berwarna sbg standart 2. Tabung hemometer 3. Pengaduk dari gelas 4. Pipet Sahli, pipet Pasteur 5. Kertas saring
Cara pemeriksaan:
Tab hemometer diisi lar HCl 0,1N → sampai tanda 2 Hisap darah kapiler dng pipet Sahli smpi tanda 20 μl
Hapus kelebihan darah dng kertas tisu Masukan darah kedalam tabung hemometer Bilas darah dengan larutan HCl didlm tabung
Cara pemeriksaan:
Tunggu 5 menit → pembentukan as. Hematin Tambah aquadest → sampai warna sama dengan standart → baca dalam gr/dl
Nilai Normal:
Laki-laki: 14 – 18 gr/dl Wanita : 12 – 16 gr/dl
PEMERIKSAAN HITUNG LEUKOSIT
Prinsip: darah diencerkan dan dicat dengan larutan Turk → lalu dihitung jumlah leukosit dalam volume tertentu
Tujuan: menghitung jumlah lekosit dalam darah Alat yg digunakan:
1. Pipet leukosit 2. Kamar hitung (Improved Neubauer) 3. Mikroskop 4. Counter tally 5. Reagen: Larutan Turk
Cara pemeriksaan:
Hisap darah EDTA dng pipet lekosit → sampai tanda 0,5 Hapus kelebihan darah dng kertas tisu Hisap lar. Turk sampai tanda 11
Kocok darah dan larutan ± 2 – 3 menit Buang lar 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung Hitung leukosit dengan mikroscop → lap 1,3,7,9 → hasil x 50 Nilai Normal: 5.000 – 10.000 / mm3
PEMERIKSAAN HITUNG ERITROSIT
Prinsip: darah diencerkan dan dicat dengan larutan Hayem → lalu dihitung jumlah eritrosit dalam volume tertentu
Tujuan: menghitung jumlah eritrosit dalam darah Alat yg digunakan:
1. Pipet eritrosit 2. Kamar hitung (Improved Neubauer) 3. Mikroskop 4. Counter tally
Reagen: Larutan Hayem
Cara pemeriksaan:
Hisap darah EDTA dng pipet eritrosit → sampai tanda 0,5 Hapus kelebihan darah dng kertas tisu Hisap lar. Hayem sampai tanda 101
Kocok darah dan larutan ± 2 – 3 menit Buang lar 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung Hitung leukosit dengan mikroscop → lap A, B, C, D dan E → hasil x 10.000
Nilai Normal:
Pria : 4,5 – 5,5 juta/ mm3 Wanita : 4 – 5 juta/ mm3
PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT
Prinsip: darah diencerkan dan dicat dengan larutan Rees Echer → lalu dihitung jumlah trombosit dalam volume tertentu
Tujuan: menghitung jumlah trombosit dalam darah Alat yg digunakan:
1. Pipet eritrosit 2. Kamar hitung (Improved Neubauer) 3. Mikroskop 4. Counter tally
Reagen: Larutan Rees Ecker
Cara pemeriksaan:
Hisap darah EDTA dng pipet lekosit → sampai tanda 0,5 Hapus kelebihan darah dng kertas tisu Hisap lar. Rees Echer sampai tanda 101
Kocok darah dan larutan ± 2 – 3 menit Buang lar 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung Hitung trombosit dengan mikroscop → lap 1,3,7,9 → hasil x 500 Nilai Normal: 150.000 – 400.000 / mm3
PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH (LED)
Prinsip (Cara Westergren) →darah EDTA didiamkan dlm waktu tertentu, maka sel sel darah akan mengendap
Tujuan: Untuk mengetahui kecepatan eritrosit mengendap dalam waktu tertentu Alat yang digunakan:
1. Tabung Westergren 2. Rak Westergren 3. Penghisap 4. Pencatat waktu 5. Pipet berskala
6. Spuit 5cc 7. Botol kecil
Reagen: Natrium sitrat 3,8%
Cara Pemeriksaan:
Sediakan botol yang telah diberi 0,4cc Na Sitrat 3,8% Hisap darah vena 1,6cc dan masukan kedalam botol yg telah diisi Na sitrat 3,8% Campur baik-baik Hisap campuran tsb kedlm tab Westergren → sampai tanda 0 Biarkan pipet tegak lurus dalam rak Westergren Baca tingginya plasma selama 1 dan 2 jam
Nilai Normal
Laki-laki : 0 – 10 mm/jam Wanita : 0 – 20 mm/jam
PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT
Prinsip: terdapat perbedaan daya serap terhadap zat asam Tujuan: menghitung jumlah tiap-tiap jenis leukosit dalam darah Alat yang digunakan:
1. Mikroskop 2. Obyek glass 3. Lancet steril 4. Pencatat waktu 5. Rak pengecatan 6. Rak pengering 7. Minyak imersi 8. Kaca penggeser 9. Pinsil kaca
Reagen:
Larutan Wright Larutan buffer pH 6,4
Cara Pemeriksaan
Buat hapusan darah tepi Cat hapusan dengan lar. Wright → 2 menit Tetesi dengan lar buffer sama banyak → selama 5 menit Siram dengan aquadest Keringkan dan baca dengan mikroskop
Harga Normal:
1. Eosinofil : 1 – 3 % 2. Basofil : 0 – 1 %
3. Batang : 2 – 6 % 4. Segmen : 50 – 70 % 5. Limfosit : 20 – 40 % 6. Monosit : 2 – 8 %
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO
Prinsip: aglutinasi sel darah merah dengan anti serum tertentu Tujuan: untuk mengetahui golongan darah seseorang Alat yang diperlukan:
1. Obyek glass 2. Lancet 3. Kapas alkohol
Reagen:
Serum anti A, Serum anti B, Serum anti AB
Cara Pemeriksaan:
Taruh pada masing-masing obyek glass serum anti A, B dan AB Tetesi serum dengan darah dan aduk Lihat penggumpalan yang terjadi
Hasil:GOL. DARAH ANTI A ANTI BA + -B - +AB + +O - -
WAKTU PERDARAHAN(BLEEDING TIME)
Prinsip :
Ialah pemeriksaan terhadap fungsi pembuluh darah (kapilaria) jumlah dan fungsi trombosit (ekstrinsik faktor)
Cara Pemeriksaan
Cuping telinga ditusuk pinset → dihitung sampai darah berhenti
Harga Normal : 1 – 7 menit
WAKTU PEMBEKUAN(CLOTING TIME)
Prinsip :
Dengan pemeriksaan waktu pembekuan dapat dilihat adanya kelainan / kekurangan dari faktor intrinsik
Cara pemeriksaan
Darah dimasukan tabung reaksi → dihitung waktunya sampai beku
Harga Normal : 5 – 15 menit
PEMERIKSAAN PAPANICOLAOU SMEAR
Prinsip :
Mendeteksi adanya sel sel ganas pada hapusan sekret vagina / servik
Cara Pemeriksaan:
Px tidak boleh irigasi vagina, memasukan obat pervagina, tidak coitus 24 – 48 jam sebelumnya
Pemeriksaan dilakukan diantara waktu mens dengan posisi litotomi Dengan spekulum, ambil permukaan servik dengan spatula → bahan difiksasi dlm obyek
glass
Hasil:
1. Kelas 1: tidak ada sel atipikal/abnormal 2. Kelas 2: sel atipikal, tidak terbukti maligna 3. Kelas 3: dugaan, tp tdk disimpulkan maligna 4. Kelas 4: dugaan kuat maligna 5. Kelas 5: kesimpulan maligna
PEMERIKSAAN JAMUR
Prinsip :
Larutan KOH 10 % atau 20 % akan melisiskan kulit, rambut, kuku sehingga bila mengandung jamur akan terlihat adanya Hypha atau spora
Cara pemeriksaan: dilihat dibawah mikroskop
PEMERIKSAAN SEREBRO SPINAL
Cairan serebro spinal diperoleh dari lumbal pungsi pada ruang antar lumbal L3-4 atau L4-5. Tekanan pertama diukur, kemudian cairan diaspirasi dan dimasukan dalam tabung
pemeriksaan yang steril. Data analisa cairan spinal sangat penting dalam mendiagnosa penyakit medulla spinalis dan
otak
Volume :
Bayi : 40 – 60 ml Anak : 80 – 120 ml Dewasa : 100 – 160 ml
S el Darah Putih / mm3 Merah / mm3Neonatus 0.15 0.5
Anak 0.10 0.1Dewasa 0.5 0.1
Chlorida :
Neonatus : 108 – 122 mmol / l Dewasa : 112 – 130 mmol / l
Glukosa :
Neonatus : 1.1 – 2.2 mmol / l Bayi/anak : 3.9 – 5.0 mmol / l Dewasa : 2.8 – 4.4 mmol / l
Protein Total : 15 – 45 mg / 100 ml Albumin : 52 % Alpha 1 globulin : 5 % Alpha 2 globulin : 14 % Beta globulin : 10 % Gamma globulin : 19 %
REFERENSI
1. Harper, Rodwell, Mayes, 1977, Review of Physiological Chemistry 2. Colby, 1992, Ringkasan Biokimia Harper, Alih Bahasa: Adji Dharma, Jakarta, EGC 3. Wirahadikusumah, 1985, Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid, Bandung, ITB 4. Harjasasmita, 1996, Ikhtisar Biokimia Dasar B, Jakarta, FKUI 5. Toha, 2001, Biokimia, Metabolisme Biomolekul, Bandung, Alfabeta
PEMERIKSAAN DARAH RUTIN HEMOGLOBIN (CARA SAHLI) http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2010/04/pemeriksaan-darah-rutin-hemoglobin-cara.html
1. Prinsip
Hemoglobin darah diubah menjadi asam hematin dengan pertolongan larutan
HCL, lalu kadar dari asam hematin ini diukur dengan membandingkan warna
yang terjadi dengan warna standard memakaimata biasa.
2. Tujuan
Menetapkan kadar hemoglobin dalam darah
3. Alat dan bahan yang dipergunakan
a. Hemoglobinometer (hemometer), Sahli terdiri dari :
1) Gelas berwarna sebagai warna standard
2) Tabung hemometer dengan pembagian skala putih 2 sampai dengan 22.
Skla merah untuk hematokrit.
3) Pengaduk dari gelas
4) Pipet Sahli yang merupakan kapiler dan mempunyai volume 20/ul
5) Pipet pasteur.
6) Kertas saring/tissue/kain kassa kering
b. Reagen
1) Larutan HCL 0,1 N
2) Aquades
4. Cara Pemeriksaan
a. Tabung hemometer diisi dengan larutan HCL 0,1 N sampai tanda 2
b. Hisaplah darah kapiler/vena dengan pipet Sahli sampai tepat pada tanda
20 ul.
c. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet dengan
kertas tissue secara hati-hati jangan sampai darah dari dalam pipet
berkurang.
d. Masukkan darah sebanyak 20 ul inike dalam tabung yang berisi larutanHCL
tadi tanpa menimbulkan gelembung udara.
e. Bilas pipet sebelum diangkat dengan jalan menghisap dan mengeluarkan
HCL dari dalam pipet secra berulang-ulang 3 kali
f. Tunggu 5 menit untk pembentukan asam hematin
g. Asam hematin yang terjadi diencerkan dengan aquades setetes demi
setetes sambil diaduk dengan pengaduk dari gelas sampai didapat warna
yang sama dengan warna standard.
h. Miniskus dari larutandibaca. Miniskus dalam hal ini adalah permukaan
terendah dari larutan.
5. Pelaporan
Dinyatakan dalam gr/dl
Hanya dilaporkan dalam angka bulat, atau naik setengah, Misal 11, 11 ½, 12,
12 ½, dan sebagainya.
6. Catatan
a. Nilai normal
Laki-laki : 14 – 18 gram/dl
Wanita : 12 – 16 gram/dl
b. Kesalahan yang sering terjadi
1. Alat/regen kurang sempurna, yaitu :
a. Volume pipet Hb tidak selalu tepat 20 ul
b. Warna standard sering sudah pucat.
c. Kadar larutan HCL sering tidak dikontrol.
2. Orang yang melakukan pemeriksaan :
a. Pengambilan darah kurang baik.
b. Penglihatan pemeriksa tidak normal atau sudah lelah.
c. Intensitas sinar/penerangan kurang.
d. Pada waktu waktu membaca hsil dipermukaan terdapat gelembung udara.
e. Pipet tidak dibilas dengan HCL.
f. Pengenceran tidak baik.
Sumber :
Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas, Jakarta, Departemen
Kesehatan RI, 1991
PEMERIKSAAN HAEMOGLOBIN (Hb)
Menurut Soenarto (1980) dengan pemeriksaan Hb ini kita akan mendapatkan
gambaran dari penderita apakah normal atau abnormal . Nilai atau batas
terendah manakah dari Hb yang dianggap normal ? Untuk itu perlu kita
menggunakan kriteria yang seragam ialah dari WHO (1972). Ini telah dipakai
dan dianjurkan oleh ahli-ahli kita.
Kriteria persangkaan Anemi pada : bila Hb dibawah :
Pria dewasa 13 g %
Wanita tak hamil 12 g %
Wanita hamil 11 g %
Anak :
6 bl — 6 th 11 g %
6 th — 14 th 12 g %
Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet,
namun cara oxyhaemoglobin dapat pula dipakai asal distandarisir terhadap
cara cyanmet.
Sampai saat ini baik di PUSKESMAS maupun dibeberapa Rumah sakit di
negara kita masih menggunakan alat Sahli.
Sumber :
Mengenal Penyakit Darah dari Pemeriksaan Hemoglobin dan Hapusan Darah
Tepi
dr. Soenarto Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro/RS dr. Kariadi
Semarang Cermin Dunia Kedokteran No.18, 1980
Pemeriksaan Laboratorium Hematologihttp://fransiscakumala.wordpress.com/2010/05/04/pemeriksaan-laboratorium-hematologi/
May 4, 2010 by Fransisca Dewi Kumala
Tes Hematologi Rutin
Hitung darah lengkap -HDL- atau darah perifer lengkap –DPL- (complete blood count/full blood count/blood panel) adalah jenis pemeriksan yang memberikan informasi tentang sel-sel darah pasien. HDL merupakan tes laboratorium yang paling umum dilakukan. HDL digunakan sebagai tes skrining yang luas untuk memeriksa gangguan seperti seperti anemia, infeksi, dan banyak penyakit lainnya.
HDL memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet). Pemeriksaan darah lengkap yang sering dilakukan meliputi:
Jumlah sel darah putih Jumlah sel darah merah Hemoglobin Hematokrit Indeks eritrosit jumlah dan volume trombosit
Tabel 1. Nilai pemeriksaan darah lengkap pada populasi normal
parameter Laki-Laki Perempuan
Hitung sel darah putih (x 103/μL) 7.8 (4.4–11.3)
Hitung sel darah merah (x 106/μL) 5.21 (4.52–5.90) 4.60 (4.10–5.10)
Hemoglobin (g/dl) 15.7 (14.0–17.5) 13.8 (12.3–15.3)
Hematokrit (%) 46 (42–50) 40 (36–45)
MCV (fL) 88.0 (80.0–96.1)
MCH (pg) 30.4 (27.5–33.2)
MCHC 34.4 (33.4–35.5)
RDW (%) 13.1 (11.5–14.5)
Hitung trombosit (x 103/μL) 311 (172–450)
Spesimen
Sebaiknya darah diambil pada waktu dan kondisi yang relatif sama untuk meminimalisasi perubahan pada sirkulasi darah, misalnya lokasi pengambilan, waktu pengambilan, serta kondisi pasien (puasa, makan). Cara pengambilan specimen juga perlu diperhatikan, misalnya tidak menekan lokasi pengambilan darah kapiler, tidak mengambil darah kapiler tetesan pertama, serta penggunaan antikoagulan (EDTA, sitrat) untuk mencegah terbentuknya clot.
Hemoglobin
Adalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar haemoglobin. Stuktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta.
Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10%.
Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.
Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 – 19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 – 12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar
hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 – 14,8 g/dl. Pada laki-laki dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 – 16 g/dl sedangkan pada perempuan dewasa antara 12 – 14 g/dl.
Pada perempuan hamil terjadi hemodilusi sehingga batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl.
Penurunan Hb terdapat pada penderita: Anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian cairan intravena berlebih, dan hodgkin. Dapat juga disebabkan oleh obat seperti: Antibiotik, aspirin, antineoplastik(obat kanker), indometasin, sulfonamida, primaquin, rifampin, dan trimetadion.
Peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi, polisitemia, PPOK, gagal jantung kongesti, dan luka bakar hebat. Obat yang dapat meningkatkan Hb adalah metildopa dan gentamicin.
Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat tinggal, misalnya Hb meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang tinggi dari permukaan laut. Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh posisi pasien (berdiri, berbaring), variasi diurnal (tertinggi pagi hari).
Hematokrit
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.
Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu metode makrohematokrit dan mikrohematokrit/kapiler.
Nilai normal HMT:
Anak : 33-38%
Laki-laki Dewasa : 40-50%
Perempuan Dewasa : 36-44%
Penurunan HMT, terjadi dengan pasien yang mengalami kehilangan darah akut, anemia, leukemia, penyakit hodgkins, limfosarcoma, mieloma multiple, gagal ginjal kronik, sirosis hepatitis, malnutrisi, defisiensi vit B dan C, kehamilan, SLE, athritis reumatoid, dan ulkus peptikum.
Peningkatan HMT, terjadi pada hipovolemia, dehidrasi, polisitemia vera, diare berat, asidosis diabetikum,emfisema paru, iskemik serebral, eklamsia, efek pembedahan, dan luka bakar.
Hitung Eritrosit
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah. Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.
Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang digunakan adalah:
Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.
Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.
Natrium klorid 0.85 %
Nilai Rujukan
Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μL) Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μL) Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μL) Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μL) Anak usia 4-5 tahun : 3.70 – 5.70 (x106/μL) Anak usia 6-10 tahun : 3.80 – 5.80 (x106/μL)
Penurunan eritrosit : kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi kronis, mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan
Peningkatan eritrosit : polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran tinggi, penyakit kardiovaskuler
Indeks EritrositMencakup parameter eritrosit, yaitu:
Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER)
MCV = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)
Normal 80-96 fl
Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER)
MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)
Normal 27-33 pg
Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER)
MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l)
Normal 33-36 g/dL
Red Blood Cell Distribution Width (RDW)
RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi gejala. Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit biasanya 6-8µm, semakin tinggi variasi ukuran sel mengindikasikan adanya kelainan.
RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100
Nilai normal rujukan 11-15%
Hitung Trombosit
Adalah komponen sel darah yang dihasilkan oleh jaringan hemopoetik, dan berfungsi utama dalam proses pembekuan darah. Penurunan sampai dibawah 100.000/ µL berpotensi untuk terjadinya perdarahan dan hambatan pembekuan darah.
Jumlah Normal: 150.000-400.000 /µL
Hitung Leukosit
Hitung leukosit adalah menghitung jumlah leukosit per milimeterkubik atau mikroliter darah. Leukosit merupakan bagian penting dari sistem pertahanan tubuh, terhadap benda asing, mikroorganisme atau jaringan asing, sehingga hitung julah leukosit merupakan indikator yang baik untuk mengetahui respon tubuh terhadap infeksi.
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain. Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/μl. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000 /μl. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500- 11.000/μl. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 — 10.000/μl. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/μl. Peningkatan jumlah leukosit di atas normal disebut leukositosis, sedangkan penurunan jumlah leukosit di bawah normal disebut lekopenia.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam pemeriksaan hitung leukosit, yaitu cara automatik menggunakan mesin penghitung sel darah (hematology analyzer) dan cara manual dengan menggunakan pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop.
Cara automatik lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih kecil yaitu ± 2%, sedang pada cara manual kesalahannya sampai ± 10%. Keburukan cara automatik adalah harga alat mahal dan sulit untuk memperoleh reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang memakai alat ini.
Nilai normal leukosit:
Dewasa : 4000-10.000/ µL
Bayi / anak : 9000-12.000/ µL
Bayi baru lahir : 9000-30.000/ µL
Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid.
Peningkatan leukosit juga dapat menunjukan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia, meningitis, apendisitis, tuberkolosis, tonsilitis, dll. Dapat juga terjadi miokard infark, sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit kolagen, anemia hemolitik, anemia sel sabit , penyakit parasit, dan stress karena pembedahan ataupun gangguan emosi. Peningkatan leukosit juga bisa disebabkan oleh obat-obatan, misalnya: aspirin, prokainmid, alopurinol, kalium yodida, sulfonamide, haparin, digitalis, epinefrin, litium, dan antibiotika terutama ampicillin, eritromisin, kanamisin, metisilin, tetracycline, vankomisin, dan streptomycin.
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/µL darah. Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir selalu leukopenia disebabkan netropenia.
Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi pada penderita infeksi tertentu, terutama virus, malaria, alkoholik, SLE, reumaotid artritis, dan penyakit hemopoetik(anemia aplastik, anemia perisiosa). Leokopenia dapat juga disebabkan penggunaan obat terutama saetaminofen, sulfonamide, PTU, barbiturate, kemoterapi kanker, diazepam, diuretika, antidiabetika oral, indometasin, metildopa, rimpamfin, fenotiazin, dan antibiotika.(penicilin, cefalosporin, dan kloramfenikol)
Hitung Jenis Leukosit
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/μl).
Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/μL.
Tabel 2. Hitung Jenis Leukosit
Jenis Nilai normal Melebihi nilai normal Kurang dari nilai normal
Basofil 0,4-1% inflamasi, leukemia, tahap stress, reaksi
40-100/µL
penyembuhan infeksi atau inflamasi
hipersensitivitas, kehamilan, hipertiroidisme
Eosinofil 1-3%
100-300/µL
Umumnya pada keadaan atopi/ alergi dan infeksi parasit
stress, luka bakar, syok, hiperfungsi adrenokortikal.
Neutrofil 55-70%
(2500-7000/µL)
Bayi Baru Lahir 61%
Umur 1 tahun 2%
Segmen 50-65% (2500-6500/µL)
Batang 0-5% (0-500/µL)
Inflamasi, kerusakan jaringan, peyakit Hodgkin, leukemia mielositik, hemolytic disease of newborn, kolesistitis akut, apendisitis, pancreatitis akut, pengaruh obat
Infeksi virus, autoimun/idiopatik, pengaruh obat-obatan
Limfosit 20-40%
1700-3500/µL
BBL 34%
1 th 60%
6 th 42%
12 th 38%
infeksi kronis dan virus kanker, leukemia, gagal ginjal, SLE, pemberian steroid yang berlebihan
Monosit 2-8%
200-600/µL
Anak 4-9%
Infeksi virus, parasit, anemia hemolitik, SLE< RA
Leukemia limfositik, anemia aplastik
Laju Endap Darah
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika
nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe. International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.
Prosedur pemeriksaan LED yaitu:
1. Metode Westergreen
o Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
o Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.
o Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung.
o Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.
1. Metode Wintrobe
o Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amonium-kalium oksalat. Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
o Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan pipet Pasteur sampai tanda 0.
o Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus. o Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit.
Nilai Rujukan
1. Metode Westergreen:
Laki-laki : 0 – 15 mm/jam Perempuan : 0 – 20 mm/jam
1. Metode Wintrobe :
Laki-laki : 0 – 9 mm/jam Perempuan 0 – 15 mm/jam
Referensi
Dharma R, Immanuel S, Wirawan R. Penilaian hasil pemeriksaan hematologi rutin. Cermin Dunia Kedokteran. 1983; 30: 28-31.
Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat; 2009. hal. 11-42.
Ronald AS, Richard AMcP, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari, editor : Huriawati Hartanto, Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium, edisi 11. Jakarta: EGC; 2004.
Sutedjo AY. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Yogyakarta: Amara Books; 2008. hal. 17-35.
Theml H, Diem H, Haferlach T. Color atlas of hematology; principal microscopic and clinical diagnosis. 2nd ed. Stuttgart: Thieme; 2004.
Vajpayee N, Graham SS, Bem S. Basic examination of blood and bone marrow. In: Henry’s clinical diagnosis and management by laboratory methods. 21st ed. Editor: McPherson RA, Pincus MR. China: Saunders Elsevier; 2006. hal. 9-20.
Penilaian Hasil Pemeriksaan Hematologi Rutin http://seputar-sehat.blogspot.com/2007/08/penilaian-hasil-pemeriksaan-hematologi.htmloleh: dr. R. Dharma, dr S. Immanuel, dr R. Wirawan
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM,
Jakarta
Kadar hemoglobin
Terdapat bermacam-macam cara untuk menetapkan kadar hemoglobin
tetapi yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan
kolorimeterik visual cara Sahli dan
fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli
kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi
hematin asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan
sulfhemoglobin . Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli
tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya
±10%.
. Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan
kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin
sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin
terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ±
2%.
. Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil
sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin
tergantung dari umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar
hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 -
19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun
dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 - 12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap
kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada
dewasa yaitu berkisar antara 11,5 - 14,8 g/dl. Pada pria dewasa kadar
hemoglobin berkisar antara 13 - 16 g/dl sedangkan pada wanita dewasa
antara 12 - 14 d/dl.
. Pada wanita hamil terjadi hemodilusi sehingga untuk batas terendah nilai
rujukan ditentukan 10 g/dl.
. Pada keadaan fisiologik kadar hemoglobin dapat bervariasi.
Kadar hemoglobin meningkat bila orang tinggal di tempat yang tinggi dari
permukaan laut. Pada ketinggian 2 km dari permukaan laut, kadar
hemoglobin kira-kira 1 g/dl lebih tinggi dari pada kalau tinggal pada tempat
setinggi permukaan laut. Tetapi peningkatan kadar hemoglobin ini
tergantung dari lamanya anoksia, juga tergantung dari respons individu yang
berbeda-beda. Kerja fisik yang berat juga dapat menaikkan kadar
hemoglobin, mungkin hal ini disebabkan masuknya sejumlah eritrosit yang
tersimpan didalam kapiler-kapiler ke peredaran darah atau karena hilangnya
plasma. Perubahan sikap tubuh dapat menimbulkan perubahan kadar
hemoglobin yang bersifat sementara. Pada sikap berdiri kadar hemoglobin
lebih tinggi dari pada berbaring. Variasi diurnal juga telah dilaporkan oleh
beberapa peneliti, kadar hemoglobin tertinggi pada pagi hari dan terendah
pada sore hari.
Kadar hemoglobin yang kurang dari nilai rujukan merupakan salah satu tanda
dari anemia. Menurut morfologi eritrosit didalam sediaan apus, anemia dapat
digolongkan atas 3 golongan yaitu anemia mikrositik hipokrom, anemia
makrositik dan anemia normositik normokrom 5. Setelah diketahui ada
anemia kemudian ditentukan golongannya berdasarkan morfologi eritrosit
rata-rata. Untuk mencari penyebab suatu anemia diperlukan pemeriksaan-
pemeriksaan lebih lanjut.
Bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari nilai rujukan, maka keadaan ini
disebut polisitemia. Polisitemia ada 3 macam yaitu polisitemia vera, suatu
penyakit yang tidak diketahui penyebabnya; polisitemia sekunder, suatu
keadaan yang terjadi sebagai akibat berkurangnya saturasi oksigen misalnya
pada kelainan jantung bawaan, penyakit paru dan lain-lain, atau karena
peningkatan kadar eritropoietin misal pada tumor hati dan ginjal yang
menghasilkan eritropoietin berlebihan; dan polisitemia relatif, suatu keadaan
yang terjadi sebagai akibat
kehilangan plasmanya misal pada luka bakar.
Laju endap darah
Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap pembentukan
rouleaux, tahap pengendapan dan tahap pemadatan.
Di laboratorium cara untuk memeriksa laju endap darah yang sering dipakai
adalah cara Wintrobe dan cara Weetergren. Pada cara Wintrobe nilai rujukan
untuk wanita 0 - 20 mm/jam dan untuk pria 0 - 10 mm/jam, sedang pada cara
Westergren nilai rujukan untuk wanita 0 - 15 mm/jam dan untuk pria 0 - 10
mm/jam.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju endap darah adalah faktor
eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang
kurang dari normal, ukuran eritrosit yang
lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan
menyebabkan laju endap darah cepat. Walau pun demikian, tidak semua
anemia disertai laju endap darah yang cepat. Pada anemia sel sabit,
akantositosis, sferositosis serta poikilositosis berat, laju endap darah tidak
cepat, karena pada keadaan-keadaan ini pembentukan rouleaux sukar
terjadi.
Pada polisitemia dimana jumlah eritrosit/µl darah meningkat, laju endap
darah normal.
Pembentukan rouleaux tergantung dari komposisi protein plasma.
Peningkatan kadar fibrinogen dan globulin mempermudah pembentukan
roleaux sehingga laju endap darah cepat
sedangkan kadar albumin yang tinggi menyebabkan laju endap darah
lambat.
Laju endap darah terutama mencerminkan perubahan protein plasma yang
terjadi pada infeksi akut maupun kronik, proses degenerasi dan penyakit
limfoproliferatif. Peningkatan laju endap darah merupakan respons yang
tidak spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya
penyakit.
Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai
perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis.
Laju endap darah yang
cepat menunjukkan suatau lesi yang aktif, peningkatan laju endap darah
dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan laju
endap darah yang menurun
dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.
Selain pada keadaan patologik, laju endap darah yang cepat juga dapat
dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid,
kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua.
Dan akhirnya yang perlu diperhatikan adalah faktor teknik yang dapat
menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan laju endap darah. Selama
pemeriksaan tabung atau pipet harus tegak lurus; miring 3° dapat
menimbulkan kesalahan 30%. Tabung atau pipet tidak boleh digoyang atau
bergetar, karena ini akan mempercepat pengendapan. Suhu optimum selama
pemeriksaan adalah 20°C, suhu yang tinggi akan mempercepat
pengendapan dan sebaliknya suhu yang rendah akan memperlambat. Bila
darah yang diperiksa sudah membeku sebagian hasil pemeriksaan laju endap
darah akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen sudah terpakai dalam
pembekuan. Pemeriksaan laju endap darah harus dikerjakan dalam waktu 2
jam
setelah pengambilan darah, karena darah yang dibiarkan terlalu lama akan
berbentuk sferik sehingga sukar membentuk rouleaux dan hasil pemeriksaan
laju endap darah menjadi lebih lambat.
Hitung leukosit
Terdapat dua cara untuk menghitung leukosit dalam darah tepi. Yang
pertama adalah cara manual dengan memakai pipet leukosit, kamar hitung
dan mikroskop. Cara kedua adalah cara semi automatik dengan memakai
alat elektronik. Cara kedua ini lebih unggul dari cara pertama karena
tekniknya lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan
kesalahannya lebih kecil yaitu ± 2%, sedang pada cara pertama
kesalahannya sampai ± 10%.
Keburukan cara kedua adalah harga alat mahal dan sulit untuk memperoleh
reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang memakai alat
ini.
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal
dan lain-lain .
Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000 - 30.000/µl. Jumlah
leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 - 38.000 /µl.
Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun
jumlah leukosit berkisar antara 4500 - 11.000/µl. Pada keadaan basal jumlah
leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 - 10.0004/µ1. Jumlah
leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi
jarang lebih dari 11.000/µl.
Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut
leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik.
Leukositosis yang fisiologik
dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi
paroksismal, partus dan haid.
Leukositosis yang terjadi sebagai akibat peningkatan yang seimbang dari
masing-masing jenis sel, disebut balanced leokocytosis. Keadaan ini jarang
terjadi dan dapat dijumpai pada hemokonsentrasi. Yang lebih sering dijumpai
adalah leukositosis yang disebabkan peningkatan dari salah satu jenis
leukosit sehingga timbul istilah neutrophilic leukocytosis atau netrofilia,
lymphocytic leukocytosis atau limfositosis, eosinofilia dan basofilia.
Leukositosis yang patologik selalu diikuti oleh peningkatan absolut dari salah
satu atau lebih jenis leukosit.
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/0
darah. Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling
tinggi persentasinya hampir selalu leukopenia disebabkan oleh netropenia.
Hitung jenis leukosit
Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing
jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel
maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl).
Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih
banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya.
Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain,
dari satu lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat
mencapai 15%.
Bila pada hitung jenis leukosit, didapatkan eritrosit berinti lebih dari 10 per
100 leukosit, maka jumlah leukosit/µl perlu dikoreksi.
Netrofilia
Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/µl
dalam darah tepi. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan
bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia
jaringan, kehilangan darah dan kelainan mieloproliferatif.
Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti
penyebab infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan
pengobatan. Infeksi oleh bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan
Diplococcus pneumonine menyebabkan netrofilia yang berat, sedangkan
infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium tuberculosis tidak
menimbulkan netrofilia. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari
pada orang dewasa. Pada penderita yang lemah, respons terhadap infeksi
kurang sehingga sering tidak disertai netrofilia. Derajat netrofilia sebanding
dengan luasnya jaringan yang meradang karena jaringan nekrotik akan
melepaskan leukocyte promoting substance sehingga abses yang luas akan
menimbulkan netrofilia lebih berat daripada bakteremia yang ringan.
Pemberian adrenocorticotrophic hormone (ACTH) pada orang normal akan
menimbulkan netrofilia tetapi pada penderita infeksi berat tidak dijumpai
netrofilia.
Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya
granulosit muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke
kiri atau shift to the left.
Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai
netrofilia ringan dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri. Sedang pada infeksi
berat dijumpai netrofilia berat dan banyak ditemukan sel muda. Infeksi tanpa
netrofilia atau dengan netrofilia ringan disertai banyak sel muda
menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita yang kurang.
Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi, yang
sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang
disebut granulasi toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti piknotik dan
vakuolisasi baik pada inti maupun sitoplasma
Eosinofilia
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/µl
darah. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang
dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis
yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit
kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti polisitemia
vera dan leukemia granulositik kronik.
Basofilia
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/µl darah.
Basofilia sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukemia granulositik
kronik. Pada penyakit alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan
kolitis ulserativa juga dapat dijumpai basofilia. Pada reaksi antigen-antibodi
basofil akan melepaskan histamin dari granulanya.
Limfositosis
Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit
lebih dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/µl darah
pada dewasa. Limfositosis
dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa;
infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh kelainan
limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia
primer.
Monositosis
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750/µl
pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa. Monositosis
dijumpai pada penyakit mieloproliferatif seperti leukemia monositik akut dan
leukemia mielomonositik akut; penyakit kollagen seperti lupus eritematosus
sistemik dan reumatoid artritis; serta pada beberapa penyakit infeksi baik
oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.
Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti prognostik pada
tuberkulosis. Pada keadaan normal dan tuberkulosis inaktif, perbandingan
antara jumlah monosit dengan limfosit lebih kecil atau sama dengan 1/3,
tetapi pada tuberkulosis aktif dan menyebar, perbandingan tersebut lebih
besar dari 1/3.
Netropenia
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari 2500/µl
darah. Penyebab netropenia dapat dikelompokkan atas 3 golongan yaitu
meningkatnya pemindahan netrofil dari peredaran darah, gangguan
pembentukan netrofil dan yang terakhir yang tidak diketahui penyebabnya.
Termasuk dalam golongan pertama misalnya umur netrofil yang memendek
karena drug induced. Beberapa obat seperti aminopirin bekerja sebagai
hapten dan merangsang pembentukan antibodi terhadap leukosit. Gangguan
pembentukan dapat terjadi akibat radiasi atau obat-obatan seperti
kloramfenicol, obat anti tiroid dan fenotiasin; desakan dalam sum-sum tulang
oleh tumor. Netropenia yang tidak diketahui sebabnya misal pada infeksi
seperti tifoid, infeksi virus, protozoa dan rickettisa; cyclic neutropenia, dan
chronic idiopathic neutropenia.
Limfopenia
Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari 1000/µl
dan pada anak-anak kurang dari 3000/µl darah. Penyebab limfopenia adalah
produksi limfosit yang menurun seperti pada penyakit Hodgkin, sarkoidosis;
penghancuran yang meningkat yang dapat disebabkan oleh radiasi,
kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis; dan kehilangan yang meningkat
seperti pada thoracic duct drainage dan protein losing enteropathy.
Eosinopenia dan lain-lain
Eosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari 50/µl darah. Hal ini dapat
dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan
infeksi berat; juga dapat terjadi pada hiperfungsi koreks adrenal dan
pengobatan dengan kortikosteroid.
Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan
basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun
demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal
kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada orang
normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.
sumber:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_PenilaianHasilPemeriksaan.pdf/
10_PenilaianHasilPemeriksaan.html