Apec dan ekonomi perempuan
-
Upload
rizky-faisal -
Category
Documents
-
view
76 -
download
1
Transcript of Apec dan ekonomi perempuan
05/11/13 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » APEC dan Ekonomi Perempuan
m.hizbut-tahrir.or.id/2013/11/04/apec-dan-ekonomi-perempuan/ 1/3
APEC dan Ekonomi Perempuan
November 4th, 2013 by MHTI
Oleh: Siti Nuryati, S.TP, M.Si
(alumnus pascasarjana Fakultas Ekologi Manusia IPB,
perima penghargaan Menko Kesra RI atas gagasan
Pengentasan Kemiskinan dan Perluasan Kesempatan Kerja (2009))
Indonesia menekankan pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta
pemberdayaan perempuan menjadi fokus pembahasan pada KTT APEC di Bali. Mengapa
UKM dan perempuan menjadi fokus? Pemerintah meyakini saat terjadi krisis di negara
manapun, UKM selalu terbukti tangguh. Sementara dalam prakteknya, UKM selalu melibatkan
kaum perempuan, baik sebagai tenaga kerja maupun selaku pemilik usaha. Pemerintah
berharap terjadi peningkatan jumlah perempuan pengusaha melalui model-model
pemberdayaan.Keberadaan wanita di sektor UKM bersinggungan langsung dengan ekonomi
keluarga. Perempuan diharapkan menjadi sosok yang dapat penyelamatkan ekonomi keluarga
saat terjadi goncangan. Selama ini pemberdayaan ekonomi yang dilakukan berbagai lembaga
memang berangkat dari pandangan bahwa perempuan harus memiliki kemandirian ekonomi
untuk menyelamatkan perempuan itu sendiri, diantaranya dari berbagai tindakan kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT). Selain itu, upaya ini ditujukan agar perempuan dapat
memberikan kontribusi ekonomi kepada negara.Atas dasar inilah sasaran bantuan modal
untuk usaha kecil ataupun menengah banyak dialokasikan untuk kaum perempuan, misalnya
yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM, yang berkomitmen menggulirkan dana
ratusan miliar kepada ribuan pengusaha kecil perempuan, karena mereka memprediksikan
keuntungan yang akan didapat bisa mencapai 30 persen. Pemerintah daerah juga berbuat
sama. Aceh misalnya menggulirkan Rp 900 miliar dari Kementerian Pemberdayaan
05/11/13 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » APEC dan Ekonomi Perempuan
m.hizbut-tahrir.or.id/2013/11/04/apec-dan-ekonomi-perempuan/ 2/3
Perempuan dan Perlindungan Anak bekerjasama dengan UNICEF dan IWAPI.LSM juga
berpartisipasi dalam program ini, seperti dilakukan oleh PEKKA (Perempuan Kepala
Keluarga) bekerjasama dengan Dove Sisterhood, menyalurkan dana sebanyak Rp 100 juta
untuk membantu 240 perempuan dalam modal usaha. Ormas-ormas juga tak mau ketinggalan,
misalnya yang dilakukan oleh Muslimat NU dalam program life skill, dengan membentuk KUB
(kelompok usaha bersama). Belum lagi prakarsa PKK di kelurahan-kelurahan, membentuk
LDK (lembaga Keswadayaan desa), dengan melibatkan ibu-ibu kelompok yasinan, arisan, dan
lain-lain. Intinya memang marak program ini dilakukan secara bersama-sama oleh berbagai
komponen masyarakat.Gelombang pemberdayaan perempuan yang bertujuan agar
perempuan bisa mandiri secara ekonomi dilandasi anggapan bahwa gerakan ini dapat
mengurangi kemiskinan sekaligus menghapus atau paling tidak mengurangi angka kejadian
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Jika isteri berpenghasilan maka akan berkedudukan
setara dan suami tidak akan berani melakukan KDRT.Betulkah anggapan ini? Coba ditelisik.
Seorang suami melakukan tindakan KDRT pada umumnya karena dua hal. Pertama,
ketidakpahaman suami akan hakikat keberadaan dirinya dalam sebuah keluarga. Ada suami
yang bersikap arogan dan sok memimpin isterinya, yang ditunjukkan dengan sikap mengatur,
menuntut, mau menang sendiri, dan sebagainya. Istri salah sedikit, bisa terjadi pemukulan
(KDRT).Padahal kalau suami memahami dirinya sebagai kepala rumah tangga berarti ia
bertanggungjawab tidak hanya masalah nafkah bagi keluarga, tapi juga dalam masalah
mendidik dan memberikan perlindungan serta keamanan bagi istri dan anaknya. Tentu, suami
tidak akan berlaku sewenang-wenang apalagi sampai menyakiti fisik istrinya. Kedua,
ketidakmatangan emosi laki-laki sehingga ia sulit menahan emosi ketika ada sedikit saja
kesalahan dari istri. Itu, terkait bagaimana ia seharusnya memperlakukan istri dengan baik.
Karena itu, secara fakta, bisa terlihat perlakuan kasar yang dilakukan oleh suami tidak akan
hilang begitu saja kalau istrinya bekerja, punya penghasilan sendiri. Karena selama kondisi
laki-laki/suami tidak matang dalam berpikir dan bertindak, maka kasus KDRT ini akan terus
terjadi. Buktinya banyak juga wanita karir yang di rumahnya diperlakukan kasar oleh suaminya
yang tidak bertanggungjawab dan tidak baik dalam memimpin rumah tangganya.Data Pusat
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) mencatat, dalam kasus
kekerasan fisik, ternyata tidak hanya terjadi pada keluarga yang kondisi ekonominya terbatas.
Tetapi justru lebih banyak pada keluarga dengan tingkat ekonomi mapan. Data lain
menyebutkan terjadinya peningkatan angka gugat cerai sebesar 62 % seiring maraknya
program pemberdayaan ekonomi pe-rempuan.Karena kesibukan istri dalam bekerja, suami
merasa ditelantarkan dan kurang mendapat perhatian. Atau, karena secara ekonomi sudah
mandiri, perempuan/istri merasa bahwa dirinya begitu berharga dalam keluarga karena dia
mampu mandiri secara ekonomi dan tidak tergantung pada penghasilan suami. Rasa hormat
kepada suami pun berkurang bahkan hilang. Ini rentan memicu konflik yang berujung
KDRT.Munculnya beragam program pemberdayaan ekonomi perempuan juga menunjukkan
adanya pandangan bahwa peran perempuan di ranah domestik sebagai ibu rumah tangga
dianggap tidak produktif. Dalam pengertian, tidak berkolerasi secara langsung terhadap
pembangunan nasional, karena ukuran Indeks Pembangunan Nasional diukur dari jumlah
05/11/13 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » APEC dan Ekonomi Perempuan
m.hizbut-tahrir.or.id/2013/11/04/apec-dan-ekonomi-perempuan/ 3/3
pendapatan masyarakat dibagi jumlah penduduk. Otomatis ibu-ibu yang tidak berpenghasilan
dianggap tidak berpartisipasi dalam menyumbangkan angka ini. Peran domestik perempuan
dianggap tidak bermakna dalam perekonomian. Seorang ibu rumah tangga dianggap warga
negara kelas dua. Faktor non materi seperti cinta kasih, dedikasi dan kesetiaan tidak
dimasukkan dalam teori ekonomi.Padahal seorang ibu rumah tangga memiliki andil yang besar
bagi perekonomian suatu negara walaupun kontribusinya tidak langsung. Karena itu, perlu
pelurusan cara pandang terhadap peran perempuan di masyarakat/negara. Jangan hanya
ekonomi, tapi peran agung dan mulia sebagai sosok pendidik, dan pembina generasi. []
Dimuat di: Suara Karya tanggal 30 Oktober 2013
sumber: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=337572