Apresiasi Sajak dan Novel

25
Apresiasi Sajak dan Novel Nurani Amalia (18)

description

Apresiasi Sajak dan Novel. Nurani Amalia ( 18). Angkatan 20 - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of Apresiasi Sajak dan Novel

Page 1: Apresiasi Sajak dan Novel

Apresiasi Sajak dan Novel

Nurani Amalia(18)

Page 2: Apresiasi Sajak dan Novel

Angkatan 20 Rustam Effendi

MENGELUH Bukanlah beta berpijak bunga,melalui hidup menuju makam,setiap saat disimbur sukar,bermandi darah, dicucurkan dendam. Menangis mata melihat makhluk,berharta bukan, berhak pun bukan,Inilah nasib negeri nanda,Memerah madu menguruskan badan.   

Page 3: Apresiasi Sajak dan Novel

Ba’mana beta bersuka cita,ratapan rakyat, riuhan gaduh,membobos masu menyayu kalbuku

Ba’mana boleh berkata beta, Suara sebat, sedanan rusuh,Menghimpit madah, gubahan cintaku. 

*** Bilakah bumi bertabur bunga,disebarkan tangan, yang tiada terikat, 

Page 4: Apresiasi Sajak dan Novel

dipetik jari, yang lemah lembut,ditanai sayap kemerdekaan rakyat?

Bilakah lawang bersinar bebas,ditinggalkan dera, yang tiada berkata?Bilakah susah, yang beta benam,dihembus angin, kemerdekaan kita?

Di sanalah baru memohon beta, supaya badanku berkubur bunga, bunga bingkisan, suara syairku.

 

Page 5: Apresiasi Sajak dan Novel

 Disitulah baru bersuka beta,pabila badanku bercerai nyawa, sebab menjemput meanikam bangsaku.

*) Syair untuk “ Percikan Permenungan”’(Suyatno, dkk.2003: 66)

Page 6: Apresiasi Sajak dan Novel

SAJAK ANGKATAN 33 Amir HamzahBUAH RINDU Datanglah engkau wahai mautLepaskan aku dari nestapaEngkau lagi tempatku terpautDiwaktu ini gelap gulita 

Kicau murai tiada merduPada beta pujangga melayuHimbau pungguk tiada merinduDalam terlingaku seperti dahulu

 

Page 7: Apresiasi Sajak dan Novel

Tuan ayuhai mega berarak Yang meliputi dewangga rayaBerhentilah tuan di atas terarakAnak Langkat musyafir lata 

Sesaat, sekejap mata beta berpesanPadamu tuan aduhai awanArah manatah tuan berjalanDi negeri manatah tuan bertahan

Sampaikan rindu pada adindaBisikan rayuanku pada juitaLiputi lututnya muda kencana Serupa beta memeluk dia. 

Page 8: Apresiasi Sajak dan Novel

Ibu, konon jauh tanah SelindungTempat gadis duduk berjuntaiBonda hajat hati memeluk gunungApatah daya tangan tak sampai.

Elang rajawali burung angkasaTurunlah tuan barang sementaraBeta bertanya sepatah kataAdakah tuan melihat adinda?

Mega telah kusapaMargasatwa telah kutanyaMaut telah kupujaTetapi adinda manatah dia!

(Badudu, 1975:29; Alisyahbana, 1946 :141)

Page 9: Apresiasi Sajak dan Novel

SAJAK ANGKATAN 45 Chairil AnwarISA Itu tubuhmengucur darahmengucur darahrubuhpatah terdampar tanya : aku salah? Kulihat Tubuh mengucur darah Aku berkaca dalam darah  terbayang terang di mata masabertukar rupa ini segera

Page 10: Apresiasi Sajak dan Novel

mengatup lukaaku bersuka Itu tubuh mengucur darahmengucur darah (Pradopo, 1987 : 34)

Page 11: Apresiasi Sajak dan Novel

SAJAK ANGKATAN 50 

Toto Sudarto BachtiarPAHLAWAN TAK DIKENAL Sepuluh tahun yang lalu dia terbaringTetapi ia bukan tidur sayangSebuah lubang peluru bundar di dadanyaSenyum bekunya mau berkata, kita sedang perang Dia tidak ingat bilamana dia datang Kedua lengannya memeluk senapangDia tidak tahu untuk siapa dia datangKemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang

Page 12: Apresiasi Sajak dan Novel

Wajah sunyi setengah tengadahMenangkap sepi padang senjaDunia tambah beku di tengah derap dan suara

menderuDia masih sangat muda Hari itu 10 November, hujan pun mulai turunOrang-orang ingin kembali memandangnyaSambil merangkai karangan bungaTapi yang nampak, wajah-wajah sendiri yang tak

dikenalnya

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaringTetapi bukan tidur, sayangSebuah lubang peluru bundar di dadanyaSenyum bekunya mau berkata : aku sangat muda1955

Page 13: Apresiasi Sajak dan Novel

SAJAK ANGKATAN 66 Hartojo AndangdjajaSAJAK Sajak ialah kenangan yang tercintaMencari jejakmu, di duniaIa mengelana di tanah-tanah indahLewat bukit dan lembah Dan kadang tertegun tiba-tiba, membacaJejak kakimu di ana 

Page 14: Apresiasi Sajak dan Novel

Sementara di mukanya masih menunggu Yojana biruKakilangit yang jauhJarak-jarak yang harus ditempuh Ia masih rindu Dalam doa, dan bersimpuh;Tuhanku...

Sajak ialah kenangan tercintaMencari jejakmu, di dunia

 (Effendi,2002:14) 

Page 15: Apresiasi Sajak dan Novel

SAJAK ANGKATAN 70 Abdullah MustappaKINCIR

 Karena derasnya air terjun kincir pun berputartiada hentipadahal dia tidak berfikirapa guna berputarHidup manusiabagaikan kincirdipermainkan air terjun takdir

Maret 1971

Page 16: Apresiasi Sajak dan Novel

SAJAK ANGKATAN 80 Korrie Layun RampanSAJAK Kepalanya terbaring dalam awanMata diam terpejamDi bawah lengkung alis yang kelam Senyumnya merona pada pipiBelai gadis dari mimpiHari pun menghangat beribu kapakSayap-sayap merpati

Page 17: Apresiasi Sajak dan Novel

Nafasnya aroma bunga-bungaKerlingan hari-hari jelitaTerminal kereta cinta Jemarinya melambai hariKaki menapak padang bulanLampai tubuhnya tersiram wewangian Di dadanya tertanam pohon-pohon harapPohon-pohon dukaKelam kabur cinta 

Page 18: Apresiasi Sajak dan Novel

Di Matanya dunia hijauSenda gadis remaja Seribu senja mengigau (Suyatno, dkk.2003:42) 

Page 19: Apresiasi Sajak dan Novel

SAJAK ANGKATAN 2000Aris KurniawanCATATAN BURUNG-BURUNG

kita tambatkan sisa gairah semalam pada pagar kawat kita tunggu burung-burung yang lewat atau hinggap akan memainkan syair-syair penuh kesumat angin telah merapat lebih erat kita mencari-cari alamat pada alamak yang terlipat seperti para malaikat yang terjingkat menyembunyikan langkah-langkah kita yang tak kunjung tepat ke kiblat di bawah temaram lampu kita masih bersikeras mengingat-ingat serentet kalimat yang tak termuat dalam surat ; gairah yang terpaksa kita tambatkan pada pagar kawat bersama kerinduan yang segera berkarat

Page 20: Apresiasi Sajak dan Novel

KAJIAN NOVEL  Judul : Bidadari-bidadari syurgaPenulis : Tere-liye Sinopsis

Buku ini mengangkat sosok yang bernama Laisa sebagai gambaran bidadarisyurga. Laisa, anak sulung dengan empat adik rela putus sekolah dan bekerja di ladang membantu ibunya agar adik-adiknya bisa bersekolah. Kepedihan, penderitaan, suka cita, canda tawa, cinta dan pengorbanan, tumpah ruah di pondok bambu lembah lahambay rumah keluarga mamak Lainuri dan Laisa.

Pengorbanan tulus tiada tara seorang Laisa. Setelah bapaknya meninggal dicabik-cabik harimau gunung Kendeng, mamak Lainuri lantas berjuang demi kelangsungan hidup anak-anaknya. Laisa memutuskan berhenti sekolah dan berjanji dalam hatinya untuk memperjuangkan pendidikan adik-adiknya hingga mereka sukses.

Dalimunte, Profesor muda yang mengejutkan dunia science dengan penelitiannya “Pembuktian tak terbantahkan “Bulan yang pernah terbelah”. Dan penelitiannya tentang badai elektromagnetik antar galaksi. Profesor yang berhasil menciptakan rangkaian kincir air saat umurnya beranjak 12 tahun, sebagai cikal bakal kemakmuran di lembah Lahambay.

Page 21: Apresiasi Sajak dan Novel

Ikanuri dan Wibisana, 2 orang teknisi dan pengusaha sparepart hingga menjual sasis ke Eropa bersaing dengan perusahaan China. Dua bocah yang hampir diterkam siluman gunung kendeng karena saking bebalnya mereka. Yashinta, si kecil manis yang berubah menjadi peneliti pada lembaga konservasi alam, menjelajah lebih dari 27 gunung di dunia. Ia mendaki, memanjat dan menyelam hingga kedalaman papua. Mungkin jika ia tak melihat berang-berang pagi itu bersama kak Laisa, ia tak akan sesukses itu, hingga kuliah S2 di Belanda. Namun, setelah semuanya menjadi orang sukses dan tidak tinggal di rumah lembah lahambai, mamak Lainuri memberikan pesan singkat yang menyuruh anak-anaknya untuk segera pulang. Hingga akhirnya ketika mereka sampai di lembah lahambay menemui kak Laisa yang sedang sekarat melawan penyakit kanker paru-parunya yang tidak pernah mereka ketahui tentang penyakitnya itu,sampai akhirnya kak Laisa meninggal dengan penuh senyum kebanggaan terhadap adik-adik tercintanya.

Page 22: Apresiasi Sajak dan Novel

PeristiwaCerita dalam buku “Bidadari-bidadari syurga” tidak tersusun secara kronologis. Peristiwanya dimulai pada saat mereka, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta menerima pesan dari mamak Lainuri yang isinya : “ PULANGLAH. Sakit kakak kalian semakin parah. Dokter bilang mungkin minggu depan, mungkin besok pagi, boleh jadi pula nanti malam. Benar-benar tidak ada waktu lagi. Anak-anakku, sebelum semuanya terlambat, pulanglah..”. Hingga akhirnya mereka dapat berkumpul di rumah lembah lahambay. Namun, walaupun diceritakan tidak kronologis, pengarang mampu menceritakan dengan apik dan sederhana tapi menyentuh. PlotDalam buku “Bidadari-bidadari syurga” ini, pengarang menggunakan plot kilas balik.TemaTema cerita dalam buku ini memiliki satu tema yaitu Kisah Keluarga.

Page 23: Apresiasi Sajak dan Novel

TokohTokoh yang ada di dalam cerita ini sederhana, tidak terlalu banyak. Hanya anggota keluarga (Laisa, mamak Lainuri, Ikanuri, Wubisana, Yashinta).LatarNovel “Bidadari-bidadari syurga” ini berlatar di rumah lembah Lahambay.KepaduanWalaupun menggunakan plot kilas balik, penceritaan alur mundur dan meloncat-loncat serta diceritakan tidak secara kronologis, namun cerita ini tetap memiliki kepaduan dengan peristiwa sebelumnya. Sehingga cerita tetap enak dinikmati.Sudut PandangSudut pandang orang yang digunakan dalam novel ini yaitu sudut pandang orang ketiga jamak.

Page 24: Apresiasi Sajak dan Novel

Penilaian terhadap novelSetelah membaca novel Bidadari-bidadari syurga ini, akhirnya saya berpendapat bahwa novel ini layak untuk dikaji. Bahasa yang sederhana namun sarat akan makna dan gaya penceritaan yang alur mundur dan meloncat-loncat namun cerita tetap enak untuk dinikmati. Membuat pembaca merasa tersentuh dan mengikutinya hingga akhir cerita. Cerita ini sarat akan makna cinta dalam kehidupan keluarga. Bukan cinta sepasang laki-laki dan perempuan tetapi cinta yang mungkin lebih hakiki. Bukan pula cinta atas dasar keluarga karena Laisa sebenarnya tidak ada hubungan darah dengan mamak Lainuri dan anak-anaknya. Keindahan novel ini sungguh-sungguh gambaran cinta yang sebenarnya, tanpa alasan dan tanpa pamrih. Dalam buku ini pengarang juga berhasil memberikan pesan yang sangat berharga untuk saya khususnya dan pembaca lain umumnya bahwa bidadari bukan orang yang secara lahiriah rupawan. Laisa adalah contohnya. Ia digambarkan dengan sosok yang buruk, pendek, pertumbuhannya tidak normal, bodoh akan pengetahuan, bahkan sampai ajalnya ia tidak merasakan dicintai oleh lawan jenis sebagai pasangan hidup. Akan tetapi, pengorbanan, ketulusan, cinta keluarga, juga rasa syukurnya kepada Sang Maha Pencipta, menjadikan ia laksana bidadari yang berhati permata. Semoga kita semua bisa mengambil ibrah dari cerita ini..(^_^)

Page 25: Apresiasi Sajak dan Novel

Terima KasihWassalamualaikum.....(^_^)