Artikel Penelitian Asam Urat 2014

12
Artikel Penelitian Hubungan antara Berat Badan dengan Kadar Asam Urat Darah dan Faktor-faktor yang Berhubungan pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Periode 24 Maret 28 Maret 2014 Emir Afif bin Mohamad Azlan*, Muhammad Syafiz bin Ruzain, Muhammad Faizul bin Ibrahim Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana _____________________________________________________________________________________________ Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yang terdapat dalam darah. Peningkatan kadar asam urat darah dapat menyebabkan penyakit gout ditandai dengan gejala nyeri sendi. Di Indonesia, proporsi kejadian arthritis gout sebesar 29,2% dan pada etnik tertentu sekitar 50% penderita. Data yang diperoleh dari RSCM Jakarta, menunjukkan kenaikan jumlah penderita asam urat, dari 9 orang di tahun 1993-1994, menjadi sekitar 19 orang dari 1994-1995. Sejumlah faktor telah dikenalpasti dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini. Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kadar asam urat darah dengan berat. Desain penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan pendekatan kros seksional mengenai hubungan antara kadar asam urat darah dengan berat badan pengunjung puskesmas periode 24 Maret 2014 sehingga 28 Maret 2014. Penelitian dilakukan terhadap pengunjung puskesmas yang berusia antara 40-80 tahun dengan sampel seramai 106 orang. Sampel didapatkan dengan metode non-probability consecutive sampling dan diberikan kuesioner. Hasil didapatkan rentang berat badan tertinggi responden adalah antara 50-55 kg dengan rata-rata berat badan 59.7 kg dan berat badan berkorelasi positif signifikan (p = 0.00,r = 0.400) dengan kadar asam urat. Sebagai kesimpulan terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan dengan kadar asam urat darah pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru berumur 40-80 tahun. Kata Kunci : Asam urat, gout, berat badan Abstrak * E-mail: [email protected] Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

description

Penelitian IKM

Transcript of Artikel Penelitian Asam Urat 2014

Page 1: Artikel Penelitian Asam Urat 2014

Artikel Penelitian

Hubungan antara Berat Badan dengan Kadar Asam Urat Darah dan Faktor-faktor yang

Berhubungan pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru,

Periode 24 Maret – 28 Maret 2014

Emir Afif bin Mohamad Azlan*, Muhammad Syafiz bin Ruzain, Muhammad Faizul bin Ibrahim

Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana

_____________________________________________________________________________________________

Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yang terdapat dalam darah. Peningkatan kadar

asam urat darah dapat menyebabkan penyakit gout ditandai dengan gejala nyeri sendi. Di Indonesia,

proporsi kejadian arthritis gout sebesar 29,2% dan pada etnik tertentu sekitar 50% penderita. Data yang

diperoleh dari RSCM Jakarta, menunjukkan kenaikan jumlah penderita asam urat, dari 9 orang di tahun

1993-1994, menjadi sekitar 19 orang dari 1994-1995. Sejumlah faktor telah dikenalpasti dapat

menyebabkan timbulnya penyakit ini. Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan

antara kadar asam urat darah dengan berat. Desain penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan

pendekatan kros seksional mengenai hubungan antara kadar asam urat darah dengan berat badan

pengunjung puskesmas periode 24 Maret 2014 sehingga 28 Maret 2014. Penelitian dilakukan terhadap

pengunjung puskesmas yang berusia antara 40-80 tahun dengan sampel seramai 106 orang. Sampel

didapatkan dengan metode non-probability consecutive sampling dan diberikan kuesioner. Hasil

didapatkan rentang berat badan tertinggi responden adalah antara 50-55 kg dengan rata-rata berat badan

59.7 kg dan berat badan berkorelasi positif signifikan (p = 0.00,r = 0.400) dengan kadar asam urat.

Sebagai kesimpulan terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan dengan kadar asam urat darah

pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru berumur 40-80 tahun.

Kata Kunci : Asam urat, gout, berat badan

Abstrak

* E-mail: [email protected]

Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Page 2: Artikel Penelitian Asam Urat 2014

Artikel Penelitian

Relationship between Blood Uric Acid Level with Body Weight and Related Factors

upon Visitors of Jelambar Baru Village Health Center

24 March – 28 March 2014

Emir Afif bin Mohamad Azlan*, Muhammad Syafiz bin Ruzain, Muhammad Faizul bin Ibrahim

Christian Krida Wacana University, Faculty of Medicine students

___________________________________________________________________________________________

Abstract

Uric acid is the end result of purine metabolism found in the blood . Increased blood levels of uric acid

can cause gout characterized by symptoms of joint pain . In Indonesia , the proportion of the incidence of

gouty arthritis was 29.2 % and in certain ethnic approximately 50 % of patients . Data obtained from

RSCM Jakarta , showed increase in the number of gout sufferers , of 9 people in the year 1993 to 1994 ,

to about 19 people from 1994 to 1995 . A number of factors can lead to the onset of the disease is

identified. The general objective of this study was to determine the relationship between blood levels of

uric acid by weight. Research design is an analytical study with cross sectional approach to the

relationship between blood uric acid levels and body weight of visitors in Jelambar Baru Village Health

Center from 24th March 2014 till 28

th March 2014. Research conducted on the visitors aged between 40-

80 years with a sample of 106 people. Samples were obtained by the method of non-probability

consecutive sampling and were given questionnaire. Results obtained for the highest weight range of

respondents was between 50-55 kg with an average body weight 59.7 kg and the result showed that body

weight significantly posiively correlated ( p = 0.00 , r = 0.400 ) to the levels of uric acid . In conclusion

there is a significant correlation between body weight and blood uric acid levels for visitors aged 40-80

years of Jelambar Baru Village Health Center.

Keywords : Uric Acid, gout, body weight

* E-mail: [email protected] Community Medicine Department

Faculty of Medicine Christian Krida Wacana University

Page 3: Artikel Penelitian Asam Urat 2014

Artikel Penelitian

Asam urat lebih dikenal di masyarakat

sebagai sebutan untuk suatu penyakit, tetapi sebenarnya asam urat merupakan produk akhir

metabolisme purin yaitu hasil degradasi purine

nucleotide yang merupakan bahan penting dalam tubuh sebagai komponen dari asam nukleat dan

penghasil energi dalam inti sel. Asam urat selalu

ada dalam tubuh manusia, yang apabila

kadarnya meningkat dapat menimbulkan beberapa keluhan. Peningkatan kadar asam urat

darah atau hiperurisemia adalah kadar asam urat

darah di atas 7 mg/dl pada laki-laki dan di atas 6 mg/dl pada perempuan.

1,2 Hiperurisemia dapat

terjadi karena peningkatan metabolisme asam

urat (overproduction), penurunan pengeluaran

asam urat urin (under excretion), atau gabungan keduanya. Peningkatan kadar asam urat dalam

darah ini akan mengakibatkan penyakit asam

urat.2

John Darmawan, Pakar Penyakit Rematik

WHO (1990) menyatakan bahwa pada gout menahun tanpa adanya pengendalian kadar asam

urat akan terjadi komplikasi setelah 10 tahun dan

timbul risiko cacat sendi seumur hidup. Sendi

akan hancur total karena pembengkakan parah. Penyakit asam urat merupakan suatu penyakit

tidak menular atau penyakit degeneratif yang

memiliki nama lain yaitu arthritis pirai atau arthritis gout (atau sering juga disebut gout).

Menurut Tjokroprawiro (2007), prevalensi

artritis gout di Indonesia diperkirakan 1,6-13,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat

seiring dengan meningkatnya umur dan cukup

bervariasi antara satu daerah dengan daerah yang

lain.2

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah (2007), kasus

hiperurisemia dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan di bandingkan dengan kasus penyakit tidak menular lainnya.

3 Sebuah

penelitian di Jawa Tengah mendapatkan

prevalensi artritis gout sebesar 1,7% sementara di Bali didapatkan prevalensi hiperurisemia

mencapai 8,5%.4

Di Indonesia, penyakit asam urat bahkan

terjadi pada usia yang lebih muda, sekitar 32% pada pria berusia kurang dari 34 tahun. Di

Minahasa, pada tahun 2003, tercatat proporsi

kejadian arthritis gout sebesar 29,2% dan pada

etnik tertentu di Ujung Pandang sekitar 50% penderita rata-rata telah menderita gout 6,5

tahun atau lebih setelah keadaan menjadi lebih

parah.Sementara di Bandungan, Jawa Tengah,

prevalensi pada kelompok usia muda, yaitu antara 15-45 tahun, sebesar 0,8%; meliputi pria

1,7% dan wanita 0,05%.2,3

Arthritis pirai merupakan kelompok

penyakit heterogen sebagai akibat deposisi atau

penumpukan kristal monosodium urat di dalam cairan ekstraselular. Deposisi asam urat ini

terjadi pada jaringan yang dapat menimbulkan

beberapa manifestasi klinis, yaitu terjadinya

arthritis gout akut; pembentukan tophus/tofi (akumulasi kristal pada jaringan yang dapat

merusak tulang); pembentukan batu asam urat

pada saluran kencing; dan gout nefropati/kegagalan ginjal, namun jarang

terjadi.1,2

Penyakit asam urat ini pada umumnya

dapat mengganggu aktivitas harian penderitanya.

Penyakit asam urat ditandai oleh gangguan linu-

linu, terutama di daerah persendian tulang. Tidak jarang timbul rasa amat nyeri bagi penderitanya.

Rasa sakit tersebut diakibatkan adanya radang

pada persendian. Radang sendi tersebut ternyata disebabkan oleh penumpukan kristal di daerah

persendian. Penderita penyakit asam urat tingkat

lanjut akan mengalami radang sendi yang timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Penderita

tidur tanpa ada gejala apapun, namun ketika

bangun pagi harinya terasa sakit yang sangat

hebat hingga tidak bisa berjalan. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu

pergelangan tangan atau kaki, lutut, dan siku.2

Peningkatan kadar asam urat atau

hiperurisemia dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor-faktor yang berkaitan, diantaranya

resistensi insulin, sindrom metabolik, obesitas, insufisiensi ginjal, hipertensi, gagal jantung

kongestif, dan transplantasi organ. Risiko

kejadian gout meningkat pada orang yang

banyak mengkonsumsi makanan dengan kandungan purin tinggi (terutama daging dan

makanan laut), etanol (bir dan alkohol),

minuman ringan dan fruktosa. Gout sering terjadi pada laki-laki, yaitu sekitar 95%, dan

Latar Belakang Penelitian

Page 4: Artikel Penelitian Asam Urat 2014

Artikel Penelitian

jarang terjadi pada perempuan. Ada prevalensi

familial dalam penyakit gout yang mengesankan suatu dasar genetik dari penyakit ini. Namun,

ada sejumlah faktor yang mempengaruhi

timbulnya penyakit ini, termasuk diet, berat

badan, dan gaya hidup.3,4

Berat badan yang berlebih atau kegemukan

sering dihubungkan dengan kadar asam urat serum dan merupakan salah satu faktor risiko

terjadinya pirai pada hiperurisemia asimtomatis.

Hal ini dihubungkan dengan insiden hiperurisemia yang sesuai dengan beratnya

kegemukan. Penelitian pada wanita di Hongkong

didapatkan adanya hubungan yang kuat antara

peningkatan indeks masa tubuh dan kadar asam urat.

2,3

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi analitik dengan

metode cross sectional, mengenai hubungan

antara berat badan dengan kadar asam urat darah

dan faktor-faktor yang berhubungan pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar

Baru, Jakarta Barat. Dengan menggunakan

metode cross sectional, peneliti melakukan pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

pada waktu yang bersamaan.7 Kelompok yang

menjadi sampel penelitian dilakukan penimbangan berat badan dengan menggunakan

alat penimbang (kilogram) dan setelah itu

dilakukan pemeriksaan kadar asam urat darah.

Data yang diperoleh dianalisis untuk membuktikan hipotesis kerja.

Populasi target adalah seluruh pengunjung

Puskesmas Jelambar Baru, Jakarta Barat.

Populasi terjangkau adalah seluruh pengunjung Puskesmas yang datang ke Puskesmas Jelambar

Baru, Jakarta Barat pada tanggal 24-28 Maret.

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh

pengunjung yang datang ke Puskesmas Jelambar Baru, Jakarta Barat pada tanggal 24-28 Maret

2014 dan memenuhi kriteria inklusi.

Seluruh pengunjung Puskesmas Kelurahan

Jelambar Baru, Jakarta Barat mulai tanggal 24

Maret 2013 hingga 28 Maret 2014 yang berusia antara 40-80 tahun dan bersedia menjadi

responden.

Seluruh pengujung Puskesmas

Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat mulai tanggal 24 Maret 2013 hingga 28 Maret 2014

yang sedang mendapat terapi asam urat yang

teratur, pengunjung yang tidak bersedia untuk

menjadi responden dan responden yang tidak mengembalikan kuesioner.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik non-

probability sampling yaitu consecutive

sampling. Pengambilan sampel sebanyak 106

orang pengunjung Puskesmas yang memenuhi kriteria dilakukan pada tanggal 24-28 Maret

2014 sampai jumlah sampel terpenuhi.

Langkah-langkah pengambilan sampel :

Menghubungi dan meminta ijin kepada Kepala Puskesmas Kelurahan Jelambar

Baru, Jakarta Barat yang menjadi tempat

penelitian untuk melaporkan tujuan dan meminta ijin untuk mengadakan penelitian

di Puskesmas.

Melakukan pengumpulan data-data dengan

menimbang berat badan dan kadar asam uratserta penyebaran kuesioner terhadap

pengunjung di Puskesmas Kelurahan

Jelambar Baru, Jakarta Barat dari tanggal 24 Maret 2014 hingga 28 Maret 2014.

Melakukan pengolahan, analisis, dan

interpretasi data.

Penulisan laporan penelitian. Pelaporan penelitian

Kriteria Inklusi

Metodologi Penelitian

Populasi dan Sampel

Kriteria Eksklusi

Teknik Pengambilan Sampel

Page 5: Artikel Penelitian Asam Urat 2014

Artikel Penelitian

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah

disebarkan, diperoleh hasil gambaran

karakteristik responden yang terdapat pada tabel

di bawah ini.

Histogram 1. Distribusi Berat Badan Pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar

Baru Periode 24 Maret 2014 - 28 Maret 2014

Histogram 2. Distribusi Kadar Asam Urat Darah

Pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru Periode 24 Maret 2014 - 28 Maret 2014

Tabel 1. Sebaran Usia, Jenis kelamin, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi purin, Konsumsi alkohol,

Konsumsi soda Pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru Periode 24 Maret 2014 - 28 Maret 2014

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia

Dewasa Lanjut (≥ 61 tahun)

Dewasa Madya (41 – 60 tahun)

27

79

25.5

74.5

Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

21

85

19.8

80.2

IMT

≥ 27 (Obesitas)

< 27 (Tidak obesitas)

42

64

39.6

60.4

Konsumsi Purin

Konsumsi purin tinggi (68-80)

Konsumsi purin sedang (56-67)

Konsumsi purin rendah (20-55)

5 9

92

4.7 8.5

86.8

Konsumsi Alkohol

Minum

Tidak Minum

13

93

12.3

87.7

Konsumsi Minuman Soda Minum

Tidak Minum

28 78

26.4 73.6

Hasil Penelitian

Page 6: Artikel Penelitian Asam Urat 2014

Artikel Penelitian

Tabel 2. Tabel korelasi antara berat badan dengan kadar asam urat darah

Variabel Mean SD Uji Statistik p

Berat badan 59,74 11,04 0,400 0,000

Kadar asam urat darah 5,11 1,28

Tabel 3. Tabel Tabel korelasi antara usia dengan kadar asam urat darah

Variabel Mean SD Uji

Statistik r p

Usia 52.68 13,01 Korelasi 0.145 0.137

Kadar asam urat darah 5,11 1,28

Tabel 4. Tabel perbedaan mean kadar asam urat darah antara jenis kelamin lelaki dan perempuan

Jenis Kelamin Jumlah

responden

Mean kadar asam

urat darah (mg/dl) Uji Statistik p

Lelaki 21 5.89 T- test 0.002

Perempuan 85 4.91

Tabel 5. Tabel korelasi antara IMT dengan kadar asam urat darah

Variabel Mean SD Uji

Statistik r p

Indeks Massa Tubuh 25.88 4.41 Korelasi 0.341 0,000

Kadar asam urat darah 5,11 1,28

Tabel 6. Tabel korelasi antara konsumsi purin dengan kadar asam urat darah

Variabel Mean SD Uji

Statistik r p

Skoring konsumsi purin 34,31 13,01 Korelasi 0.578 0,000

Kadar asam urat darah 5,11 1,28

Tabel 7. Tabel perbedaan mean kadar asam urat darah antara responden yang minum dan tidak minum

alkohol

Konsumsi alkohol Jumlah

responden

Mean kadar asam

urat darah (mg/dl) Uji Stastistik p

Minum 13 5.15 T- test 0.886

Tidak minum 93 5.10

Page 7: Artikel Penelitian Asam Urat 2014

Artikel Penelitian

Tabel 8. Tabel perbedaan mean kadar asam urat darah antara responden minum dan tidak minum

minuman bersoda

Konsumsi minuman

bersoda

Jumlah

responden

Mean kadar asam

urat darah (mg/dl) Uji Stastistik p

Minum 21 5.89 T-test 0.924

Tidak minum 85 4.91

1. Gambaran distribusi berat badan

responden di Puskesmas Kelurahan

Jelambar Baru

Berdasarkan histogram 1 didapatkan

gambaran distribusi normal pada berat badan

responden di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta. Didapatkan rentang berat badan

yang tertinggi pada responden adalah antara 50 –

55 kg sedangkan rata-rata berat badan responden

adalah 59,74 kg. Berdasarkan US Enviromental Protection Agency, dalam analisis National

Health and Nutrition Examination

Survey (NHANES) pada tahun 1999-2006, didapatkan rata-rata umur pada usia di atas 40

tahun adalah 94.56 kg. Nilai rata-rata yang

didapatkan dalam penelitian ini adalah lebih rendah karena faktor ras dan keturunan

masyarakat Eropah yang umumnya memiliki

berat badan lebih tinggi berbanding masyarakat

Asia.18

2. Gambaran distribusi kadar asam urat

darah responden di Puskesmas

Kelurahan Jelambar Baru

Berdasarkan histogram 2, didapatkan gambaran distribusi normal untuk kadar asam

urat darah responden di Puskesmas Kelurahan

Jelambar Baru, Jakarta. Didapatkan rentang kadar asam urat yang tertinggi pada responden

dalam penelitian ini adalah antara 5.0 – 5.5

mg/dl dan nilai rata-rata kadar asam urat

responden adalah 5,11 mg/dl. Data dari RSCM Jakarta menunjukkan peningkatan jumlah

penderita asam urat dari tahun ke tahun. Dengan

demikian, angka kejadian hiperurisemia sebesar 16.7% perlu mendapat perhatian dan tindakan

pencegahan agar tidak berlanjut ke arah

komplikasi yang lebih buruk.8

3. Sebaran Usia, Jenis kelamin, Indeks

Massa Tubuh, Konsumsi purin,

Konsumsi alkohol, Konsumsi soda

Pengunjung Puskesmas Kelurahan

Jelambar Baru

Menurut usia, responden terbanyak adalah dari kelompok usia dewasa madya yaitu usia 41-

60 tahun yaitu sejumlah 27 orang (25,5%)

diikuti kelompok usia dewasa lanjut, yaitu lebih dari 61 tahun sejumlah 79 orang (74,5%). Hal ini

menggambarkan bahwa golongan usia dewasa

yang mempunyai masalah kesehatan mulai

meningkat yang dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah terkait pola hidup. Pola

hidup yang tidak sehat dapat menjadi faktor

risiko untuk menderita penyakit asam urat.

Dari jumlah 106 responden, jumlah

responden laki-laki adalah 21 orang (19.8%) sedangkan 85 orang (80.2%) lagi merupakan

responden perempuan. Saat proses penelitian

berlangsung, sampel yang datang lebih banyak

dari jenis kelamin perempuan dikarenakan rata-ratanya adalah ibu rumah tangga dan

mempunyai waktu untuk ikut serta menjadi

responden di lokasi penelitian sedangkan yang laki-laki kebanyakannya berada di tempat kerja.

Menurut Putra (2006), kadar asam urat

umumnya lebih tinggi pada laki-laki disebabkan

laki-laki tidak memiliki hormon estrogen yang tinggi seperti pada perempuan. Peran hormon

estrogen ini membantu mengeluarkan asam urat

melalui urin, sehingga pada laki-laki, asam urat sulit dieksresikan melalui urin.

8

Berdasarkan status gizi responden menurut IMT, sebanyak 64 orang (60,4%) tergolong

dalam kategori tidak obesitas, diikuti mereka

yang tergolong dalam obesitas berjumlah 42

Pembahasan

Page 8: Artikel Penelitian Asam Urat 2014

Artikel Penelitian

orang (39,6%). Tingginya angka ini antara lain dapat disebabkan oleh status sosio-ekonomi

masyarakat setempat yang rata-ratanya adalah

dari golongan menengah bawah yang mana merupakan golongan berpenghasilan rendah. Hal

ini secara tidak langsung berpengaruh dalam

pemilihan makanan, tabiat makan serta frekuensi

makan mereka.

Sebanyak 5 subyek penelitian (4,7%)

mengkonsumsi purin tinggi, 9 orang (8,5%) mengkonsumsi purin sedang dan 92 orang

(86,8%) mengkonsumsi purin secara rendah.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa lebih banyak subyek penelitian yang

mengkonsumsi makanan tinggi purin dalam

jumlah yang sedikit.

Distribusi pengunjung Puskesmas

Kelurahan Jelambar Baru yang mengkomsusi

alkohol adalah sejumlah 13 orang (12,3%) sedangkan frekuensi orang yang tidak minum

alkohol pula adalah sejumlah 93 orang (87,7%).

Banyaknya sampel penelitian yang terdiri dari masyarakat yang beragama Islam menjadi salah

satu alasan mengapa sebagian besar responden

tidak mengkonsumsi alkohol. Hal ini secara

terang dijelaskan dalam ajaran agama Islam bahwa penganut agama tersebut dilarang untuk

mengkomsumsi minuman beralkohol.

Berdasarkan pola konsumsi soda subyek

penelitian Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru,

didapatkan sejumlah 28 orang (26,4%) yang mengaku mengkonsumsi minuman soda

sedangkan sejumlah 78 orang (73,6%) lagi tidak

mengkonsumsi minuman soda. Hal ini

dikarenakan lebih banyak responden dalam penelitian ini tidak mengkomsumsi minuman

soda atas alasan minuman berkarbonasi selain

mengandung kadar gula yang tinggi. Menurut He et al, konsumsi terbanyak minuman ini

terdapat pada golongan remaja berusia 15 tahun

dengan persentase terhadap total konsumsi

cairan sebesar 33%.7

4. Hubungan antara Berat Badan dengan

Kadar Asam Urat Darah

Untuk menilai kekuatan hubungan antara

kedua variabel tersebut, dilakukan interpretasi dari nilai koefisien korelasi Pearson. Menurut

Wahyuni, 2007, berdasarkan besar nilai r, maka

tingkat hubungannya dapat ditafsirkan sebagai berikut:

18

0,000 – 0,199 : Hubungan sangat lemah 0,200 – 0,399 : Hubungan lemah

0,400 – 0,599 : Hubungan sedang

0,600 – 0,799 : Hubungan kuat

0,800 – 1,000 : Hubungan sangat kuat

Pada tabel 2, didapatkan nilai koefisien

korelasi Pearson (r = 0.400). Tanda positif pada nilai r menyatakan arah hubungan, yakni bila

semakin meningkat berat badan maka semakin

tinggi kadar asam urat darah. Sedangkan nilai 0.400 menyatakan besarnya kekuatan hubungan

antara berat dengan kadar asam urat darah dalam

penelitian ini adalah sedang. Nilai p = 0,000 lebih kecil dari 0,05 berarti H0 ditolak untuk

menyatakan adanya hubungan bermakna antara

berat badan dengan kadar asam urat darah. Maka

dapat disimpulkan bahwa semakin bertambah berat badan semakin tinggi risiko untuk terjadi

hiperurisemia.

5. Hubungan antara Usia dengan Kadar

Asam Urat Darah

Berdasarkan hasil uji statistik tes korelasi

pada tabel 3, didapatkan nilai koefisien korelasi

Pearson (r = 0.145) yang berarti semakin meningkat usia maka semakin tinggi kadar asam

urat darah. Sedangkan nilai 0.145 menyatakan

besarnya kekuatan hubungan antara usia dengan

kadar asam urat darah dalam penelitian ini adalah sangat lemah. Nilai p = 0,137 lebih besar

dari 0,05 berarti H0 diterima untuk menyatakan

tidak adanya hubungan bermakna antara usia dengan kadar asam urat darah.

Hal ini sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Andry et al di Brebes yang

menunjukan bahwa variabel umur sama sekali

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kadar asam urat. Begitu juga dengan hasil penelitian Kuzuya et al di Jepang pada tahun

1989-1998, yang menunjukkan bahwa laki-laki

usia muda mempunyai kadar asam urat darah yang lebih tinggi berbanding laki-laki yang usia

lebih tua. Penelitian tersebut juga membuktikan

bahwa tidak selalu orang yang berusia lebih tua

cenderung memiliki kadar asam urat darah yang lebih tinggi.

9

Page 9: Artikel Penelitian Asam Urat 2014

Artikel Penelitian

6. Perbedaan Mean Kadar Asam Urat

Darah Hubungan antara Jenis Kelamin

Laki-laki dan Perempuan

Berdasarkan hasil uji statistik tes korelasi

pada tabel 4, didapatkan nilai koefisien korelasi

Pearson (r = 0.145) yang berarti semakin meningkat usia maka semakin tinggi kadar asam

urat darah. Sedangkan nilai 0.145 menyatakan

besarnya kekuatan hubungan antara usia dengan

kadar asam urat darah dalam penelitian ini adalah sangat lemah. Nilai p = 0,137 lebih besar

dari 0,05 berarti H0 diterima untuk menyatakan

tidak adanya hubungan bermakna antara usia dengan kadar asam urat darah.

Hal ini sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Andry et al di Brebes yang

menunjukan bahwa variabel umur sama sekali

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kadar asam urat. Begitu juga dengan hasil penelitian Kuzuya et al di Jepang pada tahun

1989-1998, yang menunjukkan bahwa laki-laki

usia muda mempunyai kadar asam urat darah yang lebih tinggi berbanding laki-laki yang usia

lebih tua. Penelitian tersebut juga membuktikan

bahwa tidak selalu orang yang berusia lebih tua

cenderung memiliki kadar asam urat darah yang lebih tinggi.

9

7. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh

(IMT) dengan Kadar Asam Urat Darah

Dengan memakai uji statistik tes korelasi, pada tabel 5 didapatkan nilai koefisien korelasi

Pearson (r = 0.341). Tanda positif pada nilai r

menyatakan arah hubungan, yakni bila semakin meningkat IMT maka semakin tinggi kadar asam

urat darah. Sedangkan nilai 0.341 menyatakan

besarnya kekuatan hubungan antara IMT dengan

kadar asam urat darah dalam penelitian ini adalah lemah. Nilai p = 0,000 yang mana lebih

kecil dari 0,05, berarti H0 ditolak untuk

menyatakan ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan kadar asam urat darah.

Menurut Halls & Hanson, IMT laki-laki yang berusia di bawah 30 tahun lebih tinggi

daripada perempuan, dikarenakan laki-laki

memiliki aktivitas yang lebih tinggi dan masa

otot yang lebih besar. Namun, setelah usia 30 tahun, IMT perempuan lebih tinggi daripada

laki-laki, disebabkan perempuan memiliki simpanan lemak pada jaringan adiposa yang

lebih banyak. IMT pada perempuan meningkat

secara bertahap pada usia 50-60 tahun, kemudian terjadi penurunan IMT pada usia yang

lebih lanjut disebabkan oleh degradasi sel yang

terjadi pada usia lanjut.8

8. Hubungan antara Konsumsi Purin

dengan Kadar Asam Urat Darah

Menurut Emmerson (1996) Yu (1974)

dalam Fam (2002), gangguan metabolisme asam

urat secara signifikan dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang banyak mengandung purin. Diet

tinggi purin akan menyebabkan kenaikan

sementara serum urat sekitar 60-120 μmol/l (1-2 mg/dl). Sebaliknya apabila seseorang

mengkonsumsi makanan dengan kadar purin

rendah selama 7 sampai dengan 10 hari maka

dapat menurunkan serum urat sebanyak 60-120 μmol/l (1-2 mg/dl).

Menurut Weaver et al, adanya konsumsi makanan yang mengandung purin menyebabkan

pembentukan asam urat dalam tubuh meningkat

melalui hasil metabolisme asam amino yang kemudian dioksidasi menjadi glutamin.

Seterusnya glutamin akan disintesis dan

terbentuk inosin yang dioksidasi menjadi

xantin.7 Berdasarkan penjelasan tersebut, nutrisi

dengan kadar purin tinggi memiliki kontribusi

yang besar dalam peningkatan kadar asam urat

darah.

Dalam penelitian ini, pada analisis bivariat

menggunakan uji statistik tes korelasi didapatkan nilai koefisien korelasi Pearson (r =

0.578). Tanda positif pada nilai r menyatakan

arah hubungan, yakni bila semakin meningkat

konsumsi purin maka semakin tinggi kadar asam urat darah. Sedangkan nilai 0.578 menyatakan

besarnya kekuatan hubungan antara IMT dengan

kadar asam urat darah dalam penelitian ini adalah sedang. Nilai p = 0,000 yang mana lebih

kecil dari 0,05, berarti H0 ditolak untuk

menyatakan ada hubungan yang bermakna

antara IMT dengan kadar asam urat darah. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Choi et al

pada tahun 1998 yang menunjukkan bahwa

konsumsi purin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kadar asam urat.

8

Page 10: Artikel Penelitian Asam Urat 2014

Artikel Penelitian

9. Perbedaan Mean Kadar Asam Urat

Darah Hubungan antara Responden

Minum dan Tidak Minum Alkohol

Konsumsi alkohol juga dikaitkan dengan

kejadian hiperurisemia. Pada tahun 1876, Alfred

Garrod menulis: "penggunaan cairan fermentasi merupakan faktor predisposisi paling kuat dari

faktor lain pada kejadian gout (Fam, 2002).7,17

Dalam penelitian ini, dari 13 responden yang

minum alkohol, didapatkan 2 orang (15,4%) daripadanya mempunyai kadar asam urat darah

yang tinggi dan 11 orang (84,6%) lagi tidak

mengalami peningkatan kadar asam urat darah.

Pada tabel 7, didapatkan hasil uji statistik

T-test yang dilakukan untuk membandingkan mean kadar asam urat antara responden yang

minum alkohol dan yang tidak minum. Pada

responden yang minum alkohol didapatkan

mean sebesar 5,15 mg/dl sedangkan pada tidak minum alkohol didapatkan mean kadar asam

urat sebesar 5.10 mg/dl. Dengan uji statistik ini

didapatkan nilai p adalah 0,886 iaitu lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan perbedaan kadar

asam urat tidak bermakna secara statistik antara

responden yang minum alkohol dengan

responden yang tidak minum alkohol.

10. Perbedaan Mean Kadar Asam Urat

Darah Hubungan antara Responden

Minum dan Tidak Minum Minuman

Bersoda

Pada tabel 8, didapatkan hasil uji statistik

T-test yang dilakukan untuk membandingkan

mean kadar asam urat antara responden yang minum minuman bersoda dan yang tidak minum

minuman bersoda. Pada responden yang minum

minuman bersoda didapatkan mean sebesar 5,89

mg/dl sedangkan pada tidak minum minuman bersoda didapatkan mean kadar asam urat

sebesar 4.19 mg/dl. Nilai p yang didapatkan

adalah 0,924 iaitu lebih besar dari 0,05 . Hal ini menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna

antara kadar asam urat dalam darah responden

yang minum alkohol dengan responden yang tidak minum minuman bersoda. Menurut He et

al, konsumsi terbanyak minuman bersoda

terdapat pada golongan remaja berusia 15 tahun

dengan persentase terhadap total konsumsi cairan sebesar 33%.

7,17

Dari hasil penelitian hubungan antara berat badan dengan kadar asam urat darah dan faktor-

faktor yang berhubungan di Puskesmas

Kelurahan Jelambar Baru, Kecamatan Grogol

Pertamburan Jakarta Barat periode 24 Maret − 28 Maret 2014, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Dari 106 responden, ditemukan 18 orang

(17 %) mempunyai kadar asam urat darah

yang tinggi. 2. Dari sebaran responden menurut variabel

tertentu, tampak bahwa:

Sebagian besar responden berusia diatas

41 tahun, yaitu sebanyak 79 orang (74,5 %)

Kebanyakan responden berjenis kelamin

perempuan, yaitu sebanyak 80.2 %. Kebanyakan responden memiliki indeks

massa tubuh kategori tidak obesitas,

yaitu sebesar 60.4%. Rata - rata berat badan responden adalah

59.74 kg.

Sebagian besar responden

mengkonsumsi purin secara rendah 86,8 %.

Kebanyakan responden tidak

mengkonsumsi alkohol, yaitu sebesar 87.7 %.

Kebanyakan responden tidak

mengkonsumsi minuman soda, yaitu

sebesar 73.6 %. 3. Terdapat hubungan yang bermakna antara

berat badan dengan kadar asam urat darah.

4. Tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kadar asam urat darah.

5. Terdapat perbedaan yang bermakna antara

mean kadar asam urat kelamin laki-laki dengan perempuan.

6. Tidak ada hubungan yang bermakna antara

indeks massa tubuh dengan kadar asam urat

darah. 7. Terdapat hubungan yang bermakna antara

konsumsi purin dengan kadar asam urat

darah. 8. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara

kadar asam urat darah responden yang

minum alkohol dengan yang tidak minum alkohol.

Kesimpulan

Page 11: Artikel Penelitian Asam Urat 2014

Artikel Penelitian

9. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara kadar asam urat darah responden yang

minum minuman bersoda dengan yang tidak

minum minuman bersoda.

Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa

mayoritas pengunjung pengunjung Puskesmas Jelambar Baru pada periode 24 Maret sampai

dengan 28 Maret 2014 berjenis kelamin

perempuan (64,2%).

Disarankan agar waktu penelitian lebih

lama serta subjek penelitian yang diteliti

diharapkan lebih besar dan cakupan tempat penelitian yang lebih luas sehingga

mempunyai sampel lebih banyak serta lebih

heterogen. Pada hasil penelitian didapatkan adanya

hubungan bermakna antara kadar asam urat

darah dengan asupan purin, disarankan kepada pengunjung Puskesmas agar dapat

mengurangi asupan makanan yang tinggi

purin sehingga risiko menderita penyakit

gout dapat dicegah dan lebih mengamati pola makan sehari-hari dengan menerapkan

prinsip “3 J” yaitu jenis, jumlah dan jadwal

makan agar dapat mencapai serta mempertahankan berat badan yang ideal.

Bagi seluruh pengunjung yang mempunyai

hiperurisemia dengan keluhan klinis diharapkan untuk tetap datang mengontrol

pemeriksaan kadar asam urat darah secara

berkala dan dianjurkan melakukan

pengobatan secara teratur untuk mencegah terjadinya komplikasi.

1. Conger JD, In : Acute Uric acid

Nephropathy, US National Library of

Medicine, National Institute of Health,

United States of America. Downloaded on

24 March 2014 from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2195

258

2. Hidayat R. Gout dan hiperurisemia. Medicinus. EdisiJuni-Agustus 2009; 22:47-

50.

3. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Survailence Penyakit Tidak Menular pada

Puskesmas dan Rumah Sakit di Jawa

Tengah, Semarang, 2007.

4. Raka Putra T. Prevalensi hiperurisemia pada Suku Bali di Kecamatan Ubud. In

Press. 2007.

5. Mellado J., Cruz J, Guzman S,. Severe tophaceous gout. Characterization of low

socioeconomic level patients from México.

Clinical and Experimental Rheumatology

2006; 24: 233-238. 6. Setiati N. Dalam : Penelitian Hubungan

antara Usia dan Jenis Kelamin dengan

Kadar Asam Urat, Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Diunduh

tanggal 16 Maret 2014 dari :

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311121/bab%20II.pdf

7. Putrie IP, Dalam : Penelitian Faktor-faktor

yang Berhubungan dengan Kadar Asam

Urat Darah Masyarakat di Puskesmas Kecamatan Rejasari, Universitas Jenderal

Soedirman, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-

ilmu Kesehatan, Jurusan Keperawatan, Purwokerto 2014. Diunduh tanggal 16

Maret 2014 dari :

http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/GABUNGAN%20SKRIPSI%20ISN

ANY.pdf

8. Fauzia YFH, Faktor yang Mempengarahui

Kadar Asam Urat Darah, Dalam : Penelitian Hubungan Indeks Massa Tubuh

dan Usia dengan Kadar Asam Urat Remaja

Pra-Obese dan Obese di Purwokerto, Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan,

Jurusan Keperawatan, Purwokerto 2013 .

Diunduh tanggal 25 Maret 2014 dari : http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/def

ault/files/YUNIKO%20FEBBY%20HU

SNUL%20FAUZIA_G1D009057.pdf 9. Sistem Kesehatan Nasional, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. 2009.

Jakarta 10. Schneiter, Jodi. In : Gout and Diet,

Australian Rheumatolgy Association,

Australia, January 2012. Downloaded on

23 March 2014 from :

Daftar Pustaka

Saran

Page 12: Artikel Penelitian Asam Urat 2014

Artikel Penelitian

https://www.arthritisvic.org.au/Useful-Information/Information-to-

Download/PDFs/Gout-and-diet.aspx

11. Tabel Pengaturan Makanan. Dalam : Diet Rendah Purin, Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

2011. Diunduh tanggal 24 Maret 2014

dari :http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/09/Brosur-Diet-

Rendah-Purin.pdf

12. Hector D, et al, Soft Drink Consumption. In : Soft Drinks, Weight

Status, and Health: A Review,NSW

Centre for Public Health Nutrition,

Faculty of Health and Behavioural Science. University of Wollongong,

Sydney, 2009.Downloadedon31 March

2014 from : http://ro.uow.edu.au/cgi/viewcontent.cgi

?article=1317&context=hbspapers

13. Hardy, Minuman soda. Dalam : Penelitian Hubungan antara Tingkat

Pengetahuan dengan Komsumsi

Terhadap Soft-drink pada Siswa Kelas

XI SMA Sutomo I, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan,

2010. Diunduh pada 04 April 2014 dari:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21455

14. Ahimsa T. Gambaran Artritis Gout dan

Beberapa Faktor yang mempengaruhi Kadar Asam Urat di Minahasa [Tesis].

Manado; Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Ratulangi; 2003. 15. Wildman RP et al., BMI Cuttoff for

Asians. In : American Asian Diabetes

Innitiative, Joslin Diabetes Center, United States of America, 2004.

Downloaded on 28 March 2014 from :

http://aadi.joslin.org/content/bmi-

calculator 16. Kartika B, Pengertian Alkohol. Dalam

:Makalah Alkohol, Universitas

Muhammadiyah,Semarang, 2004. Diunduh pada 31 Maret 2014 dari :

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/13

9/jtptunimus-gdl-srisuwanti-6946-3-babii.pdf

17. Ariany, Friska, Definisi Berat Badan.

Dalam : Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kelebihan Berat Badan

pada Orang Dewasa Muda di Bandung Universitas Kristen Maranatha,

Bandung, 2012. Diunduh pada 31 Maret

2014 dari : http://repository.maranatha.edu/1842/

18. Theresia L, Definisi Berat Badan.

Dalam : Penelitian Hubungan

Overweight dengan Peningkatan Kadar Gula Darah Pedagang Pusat Pasar

Medan, Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, Medan, 2012. Diunduh pada 04 April 2014 dari:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123

456789/35364/3/Chapter%20lll-VI.pdf

19. Liu B, Wang T, Zhao HN, Yue WW, Yu HP, Liu CX, et al. The Prevalence of

hyperuricemia in China: a Meta-

Analysis.BMC Public Health. 2011;11:832