Asah Asih Asuh Upload

34
LAPORAN KELOMPOK BLOK XXI PEDIATRI SKENARIO 2 Keterlambatan Perkembangan Akibat Kurang Asah Asih Asuh

Transcript of Asah Asih Asuh Upload

LAPORAN KELOMPOKBLOK XXI PEDIATRI

SKENARIO 2

Keterlambatan Perkembangan Akibat Kurang Asah Asih Asuh

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAHBahasa merupakan salah satu parameter dalam perkembangan anak. Kemampuan

bicara dan bahasa melibatkan perkembangan kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara). Kemahiran dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik (dari anak) dan faktor ekstrinsik (dari lingkungan). Faktor intrinsik yaitu kondisi pembawaan sejak lahir termasuk fisiologi dari organ yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan berbicara. Sementara itu faktor ekstrinsik berupa stimulus yang ada di sekeliling anak terutama perkataan yang didengar atau ditujukan kepada si anak.

Gangguan bahasa dan berbicara adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Dari penelitian didapatkan bahwa gangguan bahasa dan berbicara terjadi 1% sampai 32% dari populasi normal.

Pada skenario ini datang seorang ibu memeriksakan anak laki-lakinya yang berusia 2 tahun dengan keluhan utama belum bisa bicara. Dari hasil anamnesis, ibu tidak mengalami keluhan yang berarti selama kehamilan anak tersebut dan melahirkan secara spontan. Riwayat pemberian ASI saja hanya dilakukan sampai anak berusia 2 bulansaja karena ibunya harus kembali bekerja sebagai sekretaris direksi di sebuah perusahaan multinasional. Karena kesibukan ibunya, setiap hari anak itu diasuh oleh pembantu.

Pada pemeriksaan fisik diperoleh data berat badan anak 14 kg dengan tinggi badan 90cm. Berat badan dan tinggi badan anak tidak bertambah selama 3 bulan ini. Hasil inspeksi di rongga mulut menunjukkan tidak ada kelainan alat bicara. Hasil pemeriksaan jantung dan paru-paru dalam batas normal. Ketika dipanggil dan diajak bicara, anak tersebut menunjukkan perhatian.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka gangguan bahasa dan bicara harus menjadi prioritas bagi dokter untuk dideteksi secara dini agar penyebabnya dapat segera dicari, sehingga pengobatan dan pemulihannya dapat diberikan sesegera mungkin karena akan sangat mempengaruh perkembangan anak di masa depan.

B. RUMUSAN MASALAH1. Bagaimanakah proses tumbuh kembang fisik dan mental secara normal?2. Bagaimana proses pembentukan organ pada waktu janin (embriologi fetus)?3. Apa pengaruh pemberian ASI terhadap tumbuh kembang anak?4. Bagaimana cara pemantauan status gizi bayi dan balita?5. Bagaimana alur penegakan diagnose pada kasus dan pemeriksaan apa saja yang

diusulkan?6. Bagaimana pemantauan perkembangan dengan menggunakan metode screening

Denver?7. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik yang telah dilakukan?8. Apa saja penatalaksaan yang akan diberikan pada kasus tersebut?

C. TUJUAN PENULISAN1. Tujuan Umum

Mampu menatalaksana pasien dengan keterlambatan bicara secara mandiri dalam tingkat individual, keluarga, dan masyarakat dengan bekerja bersama-sama, menyeluruh dan holistik dengan perilaku yang profesional, bermoral dan beretika.

2. Tujuan Khususa. Mengetahui ilmu-ilmu dasar tentang anak dan proses bicara (anatomi, embriologi,

dan fisiologi).b. Mengetahui patogenesis dan patofisiologi keluhan penyakit anak.c. Menjelaskan pemeriksaan fisik dan penunjang yang diperlukan dalam penegakkan

diagnosis penyakit anak serta interpretasi hasilnya.d. Menjelaskan penatalaksanaan dan tindakan preventif pada penyakit anak.

D. MANFAAT PENULISANBagi mahasiswa kedokteran, laporan ini diharapkan menambah prior knowledge

mengenai ilmu kesehatan anak terutama kelainan-kelainan yang berhubungan dengannya. Bagi penulis, laporan merupakan suatu sarana untuk melatih kemampuan menganalisis kasus.

E. HIPOTESISDari gejala dan hasil pemeriksaan yang didapatkan pada anak tersebut diduga anak

mengalami keterlambatan bicara akibat kurangnya asuh asih dan asah dari orang tua..

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. FISIOLOGI FETUS

Selama 2-3 minggu pertama setelah implantasi blastokista, fetus masih tetap berukuran mikroskopik, tetapi sesudah itu panjang dan berat fetus akan terus meningkat selaras dengan usianya. Berat badan fetus sangat meningkat di trimester akhir. Ketika bayi lahir aterm (minggu ke-40), panjang badan bayi ± 53 cm dan berat badannya 2,5-3,5 kg.

Perkembangan sistem organ pada janin sudah dimulai sejak 1 bulan pasca fertilisasi. Selama 2 bulan berikutnya sebagian besar bagian-bagian organ telah terbentuk. Lalu ketika mencapai usia 4 bulan, organ-organ fetus pada khususnya sudah sama dengan yang terdapat pada neonatus.

Sirkulasi fetus pertama kali berlangsung sejak minggu ke-4 pasca fertilisasi, jantung berdenyut 65 kali/menit, dan akan terus meningkat hingga 140 kali/menit ketika lahir. Dimulainya pembentukkan sel-sel darah dilakukan oleh yolk sac pada minggu ke-3, lalu hati mulai minggu ke-6, limpa dan organ limfoid pada bulan ke-3 serta sumsum tulang.

Di dalam kandungan, tidak terjadi pernapasan selama kehidupan fetus. Tetapi gerakan pernapasan dapat dilihat pertama kali saat akhir trimester pertama, terutama oleh karena stimulus taktil atau asfiksia fetus.penghambatan pernapasan selama berbulan-bulan akhir

keehidupan fetus mencegah terisinya paru-paru dengan kotoran mekonium yang dieksresikan oleh saluran pencernaan fetus ke dalam amnion.

Untuk sistem saraf fetus, sebagian besar refleks kulit terbentuk pada bulan ke-3 sampai bulan ke-4, tetapi mielinisasi menjadi sempurna kira-kira pada usia 1 tahun kehidupan postnatal.

Sampai pertengahan masa kehamilan, fetus mencerna dan mengabsorbsi sejumlah besar cairan amnion, dan selama 2 sampai 3 bulan terakhir, fungsi gastrointestinal mendekati fungsi normal neonatus.

Penyesuaian Bayi terhadap Kehidupan Extrauterin (Neonatus)Setelah persalinan normal, bayi mulai bernapas dalam beberapa menit dan menjadi

teratur kurang dari 1 menit. Awalnya terjadi asfiksia ringan akibat pemaparan yang tiba-tiba oleh udara dunia luar dan juga terjadi impuls sensoris akibat pendinginan kulit yang tiba-tiba.

Saat lahir, dinding alveoli pertama kali dipertahankan kolaps, sehingga dibutuhkan tekanan negatif lebih dari 25 mmHg untuk melawan pengaruh tekanan permukaan ini untuk membuka alveoli pertama kali. Inspirasi neonatus yang pertama sangat kuat, biasanya mampu memuat tekanan negative sebesar 60 mmHg dalam ruang intrapleura. Pernapasan yang kedua kali jauh lebih mudah , dan tekanan negative dan positif yang dibutuhkan jauh lebih kecil. Pernapasan tidak seluruhnya menjadi normal sampai kira-kira 40 menit setelah lahir. (Guyton, A.C. dan Hall, J.E., 2006)

B. FISIOLOGI TUMBUH KEMBANG ANAKPertumbuhan Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran fisik tubuh (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya. Parameternya ialah berat badan dan tinggi badan. Masa pertumbuhan pada anak dibagi menjadi 4:

- Masa pertumbuhan cepat (0-2 tahun)- Masa pertumbuhan lambat (2-12 tahun)- Masa pertumbuhancepat kembali (12-18 tahun)- Masa pertumbuhan lambat sampai berhenti (laki-laki hingga usia 20 tahun, perempuan

hingga usia 18 tahun)Perkembangan

Perkembangan ialah proses pematangan atau maturasi pada fungsi alat-alat atau organ-organ tubuh, termasuk berkembangnya kemampuan mental atau intelegensi, serta perilaku anak. Parameter diantaranya ialah kemampuan anak untuk duduk, berjalan, bicara dan mengenal lingkungan.1. Faktor Penentu Tumbuh Kembang Anak

Secara garis besar tumbuh kembang seorang anak ditentukan oleh:a. Faktor genetik herediter-konstitusional

Faktor ini merupakan ciri khas anak yang biasanya diturunkan dari orang tuanyab. Faktor lingkungan atau ekosistem

Yang dimaksud lingkungan dalam konteks tumbuh kembang anak adalah suasana dimana anak tersebut berada dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak.

2. Kebutuhan Dasar AnakSecara garis besar, kebutuhan dasar anak terbagi menjadi tiga hal, yaitu:

a. Kebutuhan Fisis – Biomedis (Asuh)Asuh meliputi pangan (gizi/nutrisi), perawatan kesehatan dasar (imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi teratur dan periodik), papan (pemukiman layak), higiene, sanitasi, sandang, kesegaran jasmani, dan rekreasi.

b. Kebutuhan Emosi/Kasih Sayang (Asih)Ikatan yang erat dan mesra antara anak dan ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan merupakan syarat mutlak terwujudnya suatu proses tumbuh kembang yang selaras, baik fisis, mental maupun psikososial.

c. Kebutuhan Stimulasi Mental (Asah)Stimulasi mental merupakan cikal bakal proses pembelajaran pada anak. Asah ini harus sedini mungkin dilakukan, terutama pada 4 tahun pertama. Stimulasi mental ini mengasah perkembangan mental psikososial seperti agama, moral etika, kecerdasan, kreativitas, ketrampilan, kepribadian, dan sebagainya. Asuh dan asih menyebabkan perkembangan fungsi organ-organ tubuh terutama otak menjadi baik sehingga anak dapat mencerna asah dengan baik. Asuh, asih, dan asah yang baik menghasilkan tumbuh kembang anak yang optimal.

3. Periode Kritis Tumbuh Kembang AnakGrafik tumbuh kembang anak baik fisis, fungsional maupun pikososial bukan

merupakan suatu garis linier. Hal itu karena tumbuh kembang terdiri dari fase cepat yang diselingi oleh periode lambat (yang seakan-akan terlihat stagnan). Periode kritis adalah suatu periode dimana sensitivitas organ dalam fase pertumbuhan cepat meningkat terhadap faktor-faktor yang memacu atau menghambat proses tumbuh kembang itu. Yang termasuk periode kritis ini adalah periode intrauterin dan periode balita. Oleh karena itu, pemberian asuh, asih, dan asah harus dilakukan dengan benar.

Kemahiran berbahasa dan bicara merupakan salah satu aspek penting periode kritis. Menurut Well (1981), pada bayi dan anak kecil kemampuan umum berbicara dan berbahasa dalam bahasa aslinya didapatkan secara spontan melalui pembentukan kata-kata dan kalimat secara endogen, dengan membandingkan serta meniru ungkapan-ungkapan yang dipakai orang dewasa atau anak-anak lain, dengan pengulangan dan penguatan serta komunikasi yang baik, namun semuanya itu selalu tanpa pengetahuan tentang aturan-aturan tata bahasa. Hal lain yang harus diperhatikan adalah sektor perkembangan berbicara dan berbahasa merupakan salah satu dimensi yang sangat rentan terhadap lingkungan yang kurang baik. Kecepatan dan kemajuan dalam sektor perkembangan linguistik sangat sensitif terhadap pola pengasuhan, suasana emosi, dan pola interaksi antara anak dan pengasuhnya. Oleh karena itu, diperlukan ibu/substitusi yang sehat secara fisik, mental, sosial, dan berpendidikan memadai. ( Sularyo, Titi Sunarwati, 1996 )

C. PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIRPengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan

penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat. Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir

a. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan b. Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan

c. Pastikan pencahayaan baikd. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi

telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat

e. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruhPeralatan dan perlengkapan seperti: kapas, senter, termometer, stetoskop, selimut bayi, bengkok, timbangan bayi, pita ukur/metlin, pengukur panjang badanProsedur

a. Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaanb. Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan,

sosial,faktor ibu (maternal),faktor perinatal, intranatal, dan neonatalc. Susunalat secara ergonomis d. Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk bersihe. Memakai sarung tanganf. Letakkan bayi pada tempat yang rata

Pengukuran Antropometria. Penimbangan berat badan

Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi

b. Pengukuran panjang badanLetakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.

c. Ukur lingkar kepalaPengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi.

d. Ukur lingkar dadaUkur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu)Pemeriksaan FisikKepala

Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21

Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak

Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya

WajahWajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini

dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom

down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.Mata

Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka. Periksa jumlah, posisi atau letak mata Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran

kemudian sebagai kekeruhan pada kornea Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak

bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina

Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi

panoftalmia dan menyebabkan kebutaan Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down

Hidung Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan

ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring

Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis kongenital

Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan

Mulut Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir

menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari

dasar mulut) Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan

lunak Perhatika adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi

akibatvEpistein’s pearl atau gigi Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau

tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote) Telinga Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang Dauntelinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat

pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin) Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan

abnormalitas ginjalLeher Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus

baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher

Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya

pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya

kemungkinan trisomi 21.Klavikula

Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya frakturTangan Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke

bawah Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan

neurologis atau fraktur Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan

abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21 Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga

menimbulkan luka dan perdarahanDada Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan

bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan

Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal

Abdomen Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat

bernapas. Kaji adanya pembengkakan Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus

omfaloentriskus persistenGenetalia Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra.

Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis Periksa adanya hipospadia dan epispadia Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh

pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding)Anus dan rectum Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar

kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan

Tungkai Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan

keduanya dan bandingkan Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya

trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis. Periksa adanya polidaktili atau sidaktili pada jari kaki

SpinalPeriksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas

seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebraKulit

Perhatikan kondisi kuli bayi. Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir Periksa adanya pembekakan Perhatinan adanya vernik kaseosa Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan Jelaskan pada ibu atau kelurga tentang hasil pemeriksaan Rapikan bayi Bereskan alat Lakukan pendokumentasian tindakan dan hasil pemeriksaan (Matondang, 2003)

D. ASI

1. DefinisiAir Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang tepat bagi bayi yang baru lahir sampai

dengan umur 2 tahun. ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Utami Roesli 2000)

Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu minimal 4 bulan dan akan lebih baik lagi apabila diberikan sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, dan pemberian ASI dapat diteruskan sampai ia berusia 2 tahun (Utami Roesli, 2001).

2. Macam ASIMenurut lama hari menyusui, ASI memiliki komposisi berbeda dari hari ke hari: Kolostrum.

Kolostrum merupakan cairan pertama yang berwarna kekuning-kuningan (lebih kuning dibandingkan susu matur). Cairan ini dari kelenjar payudara dan keluar pada hari kesatu sampai hari keempat-tujuh dengan komposisi yang selalu berubah dari hari kehari. Kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan ASI matur. Selain itu, kolostrum dapat berfungsi sebagai pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.

ASI Transisi (Peralihan).

ASI transisi diproduksi pada hari ke-4 sampai 7 hari ke-10 sampai 14. Pada masa ini kadar protein berkurang, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak serta volumenya semakin meningkat.

ASI MatureASI mature merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan seterusnya dengan komposisi yang relatif konstan. Pada ibu yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik bagi bayi sampai umur enam bulan (Utami Roesli, 2001:25).

3. Volume ASIHasil penyelidikan Suhardjo yang dikutip oleh Yeni Yenrina dan Diah Krisnatuti (2002:9), volume ASI dari waktu ke waktu berubah, yaitu: 1 Enam bulan pertama : 500-700 ml ASI/ 24 jam2 Enam bulan kedua : 400-600 ml ASI/ 24 jam3 Setelah satu tahun : 300-500ml ASI/ 24 jam

4. Kandungan susu berubah selama pemberian ASI : Susu awal

Susu ini muncul pada awal pemberian, berwama bim dan encer. Susu ini kaya akan protein, laktosa, vitamin, mineral dan air.

Susu akhirSusu ini muncul diakhir pemberian ASI. Kelihatannya lebih putih daripada susu awal karena susu akhir mengandung lebih banyak lemak. Lemak ini membuat susu akhir kaya akan energi. Lemak memasok lebih dari 50 % energi dalam ASI.

5. Kandungan ASIPerbandingan Komposisi ASI dibanding susu sapia. Kandungan total protein

ASI1.0%Susu Sapi 3.5%

b. Kandungan protein seketika(Secara biologis sangat penting)ASI >70%Susu Sapi <20%

c. Perbandingan asam amino Phenylalanine and tyrosine ASI lebih sedikit (berlebihan dapat berbahaya bagi

neonatus) Cystine Lebih banyak pada ASI (essensial untuk pertumbuhan) Methionine Susu sapi lebih banyak (neonatus tidak dapat mengubahnya menjadi sistin

karena enzim belum berfungsi sempurna) Taurine 30-40 kali lebih banyak pada ASI (penting untuk perkembangan otak) Kandungan ASI lainnya secara biokimia

d. Kandungan lainnya Protein: Laktoalbumin dan laktoglobulin lebih banyak, penting untuk pertahanan tubuh

dan antibody Kasein lebih banyak, sehingga lebih mudah dicerna tubuh Karbohidrat: Laktosa lebih banyak, penting untuk pertumbuhan Lactobacillus bifidus,

menghilangkan infeksi saluran cerna, pertumbuhan sel otak, retensi kalium, fosfor dan magnesium

Lemak: Asam lemak tak jenuh lebih banyak dan mudah diserap Kolesterol lebih banyak Asam lemak esensial lebih banyak Asam palmitat lebih banyak Garam empedu lebih banyak lebih banyak membuat absorpsi lebih baik Laktoferin, lysozime, IgA : melindungi bayi dari infeksi gastroenteritis, radang saluran

pernafasan dan paru-paru, otitis media, dan diare Mineral: Kadar Natrium lebih banyak, melindungi neonatus dari dehidrasi dan

hipernatremia. 50-70% besi diserap dari ASI bila dibandingkan dari susu sapi yang hanya diserap 10-

30% ASI mengandung molekul pengikat seng, asam pikolinik, membuat penyerapan seng

lebih efisien Rasio kalsium dan fosfor ASI sesuai untuk mineralisasi tulang bila dibandingkan

dengan susu sapi6. Keunggulan ASI

Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.

a. Aspek Gizi.

Manfaat Kolostrum:

Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.

Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.

Komposisi ASI ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga

mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.

ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.

Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.

Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI

Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.

Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).

b. Aspek Imunologik ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi.

Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.

Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.

Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.

Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

c. Aspek Psikologik Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi

ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.

Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.

Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

d. Aspek Kecerdasan Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan

system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3

point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.

e. Aspek Neurologis Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang

terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

f. Aspek Ekonomis Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan

bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.

g. Aspek Penundaan KehamilanDengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).

7. Cara Pemberian ASIBayi yang mendapat cukup ASI mempunyai tanda-tanda sebagai berikut : Bayi yang cukup ASI akan kencing 6-8 kali dalam sehari Terdapat kenaikan berat badan rata-rata 500 gram perbulan Bila menyusui sering, tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, anak cukup aktif.

8. Faktor – Faktor yang memengaruhi penggunaan ASIa. Perubahan sosial budaya.1) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya, meniru

teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol.b. Faktor psikologis: Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita, Tekanan batin c. Faktor fisik ibu: Ibu sakit, seperti mastitis biasanya enggan menyusui bayinya karena

payudaranya terasa nyeri bila digunakan untuk menyusui bayinya.d. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat

penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI.e. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.f. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang

menganjukan penggantian ASI dari susu kaleng (Soetjiningsih, 1997:17).Menurut Syahmien Moehji (2002:41), minuman buatan yang terbuat dari susu hewan

terutama susu sapi, dapat diberikan kepada bayi sebagai pelengkap atau sebagai pengganti ASI dalam keadaan sebagai berikut:a. Air susu ibu tidak keluar sama sekali, dalam keadaan seperti ini satu-satunya makanan

yang dapat menggantikan ASI adalah susu sapi.b. Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau waktu bayi masih memerlukan ASI.c. ASI keluar tetapi jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi bayi karena itu perlu

tambahan.d. Pemberian makanan atau minuman pengganti ASI berbahaya bagi bayi karena saluran

pencernaan bayi belum cukup kuat untuk mencernakan makanan atau minuman selain ASI (Dep Kes, 1997).

E. PENILAIAN STATUS GIZI BAYI DAN BALITA

Status gizi didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak dinyatakan oleh pertumbuhan antropometri, antara lain :a. Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Berat badan ialah salah satu parameter gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terinfeksi suatu penyakit, menurunnya nafsu makan dan menurunnya jumlah konsumsi makanan.

b. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)Normalnya perkembangan berat badan akan sebanding dengan pertumbuhan tinggi

badan menurut kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini.

c. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)Pengukuran antropometri ini menggambarkan pertumbuhan skeletal. Namun

pertumbuhan tinggi badan kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek sebab pengaruh defisiensi zat gizi dengan tinggi badan akan Nampak dalam waktu yang lama (Supariasa [et. al], 2001).

d. Lingkar kepala, lingkar lengan, dan lingkaran dada Ini diukur dengan pita pengukur yang tidak molor.

e. Tebal kulit Penilaian tebal kulit penting untuk menilai kegemukan yang diukur dengan alat

Skinfold caliper pada kulit lengan, subskapula dan daerah pinggul. f. Body Mass Index (BMI)

BMI dinyatakan dalam berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). BMI mulai disosialisasikan untuk penilaian obesitas pada anak dalam kurva persentil. Tingkat kelebihan berat badan dinyatakan dengan SD (standard deviasi) dari mean (rerata) BMI untuk populasi umur tertentu. Mean BMI juga bervariasi seperti pada berat badan normal pada status gizi dan frekuensi kelebihan berat pada rerata BMI dan standard deviasi yang dihitung. Batas obesitas dalam kaitan persentil adalah BMI 25 kg/m2 dan BMI 30kg/m2

pada orang dewasa. Tabel 1. Definisi pada CDC BMI terhadap umur

Underweight BMI - for – age < 5th percentile At risk of overweight BMI – for - age 85th percentile Overweight BMI - for – age ≥ 95th percentile

PEMANTAUAN STATUS GIZI BAYI DAN BALITA DENGAN KMSKartu Menuju Sehat untuk balita (KMS-balita) adalah alat yang digunakan untuk

memantau kesehatan, status gizi dan pertumbuhan anak usia balita. Di dalamnya berisi catatan penting tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI, pemberian makanan dan rujukan ke rumah sakit.

Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti grafik pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya.

Interpretasi grafik KMS adalah sebagai berikut:a. Balita naik berat badannya bila : Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita

warna, atau Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.b. Balita tidak naik berat badannya bila : Garis pertumbuhannya turun, atau Garis

pertumbuhannya mendatar, atau Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya.

c. Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

d. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

e. Balita tumbuh baik bila : Garis berat badan anak naik setiap bulannya.f. Balita sehat jika : berat badannya selalu naik, mengikuti salah satu pita warna atau pindah

ke pita warna di atasnya.Dalam buku panduan KMS yang diterbitkan oleh Depkes, disebutkan bahwa grafik

pertumbuhan KMS dibuat berdasarkan baku WHO/NCHS yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Kurva garis merah dibentuk dengan menghubungkan angka-angka 70% median, grafik berwarna kuning di atas merah pada batas 75%-80% median, daerah hijau muda adalah 85–90% median, dan daerah hijau tua adalah 95 – 100% median. Hal ini sesuai dengan klasifikasi status gizi menurut standar WHO/NCHS.

Manfaat KMS-Balita adalah :a. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap,

meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.

b. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anakc. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan

penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi. d. Sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang

tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatannya.

Beberapa kemungkinan dari hasil pencatatan berat badan balita pada KMS adalah : Grafik pertumbuhan anak naik : berkaitan dengan nafsu makan anak yang baik/meningkat

berarti ibu telah cukup memberikan makanan dengan gizi seimbang. Jika garis pertumbuhan naik, diberikan pujian serta nasehat agar meneruskan cara pemberian makanan kepada anaknya, namun dianjurkan agar makan lebih banyak lagi karena anak akan terus tumbuh dan diupayakan berat badannya bulan depan naik lagi..

Grafik pertumbuhan tidak naik bisa dikaitkan dengan nafsu makan anak menurun karena sakit, atau karena ibunya sakit (pola asuh tidak baik), atau sebab lain yang perlu digali dari ibu. Jika garis pertumbuhan tidak naik :a. Timbangan tidak naik 1 kali (1T), tanyakan riwayat makanan dan penyakitnya,

kemudian berikan nasehat makanannya. Berikan motivasi agar bulan depan naik BB nya.

b. Timbangan tidak naik 2 kali (2T), tanyakan riwayat makanan dan penyakit kemudian berikan nasehat makanannya. Apabila anak kelihatan sakit segera dikirim ke puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lain.

c. Timbangan tidak naik 3 kali (3T), anak dirujuk ke puskemas /fasilitas pelayanan kesehatan lain.

Jika garis pertumbuhan di bawah garis merah (BGM), anak harus segera dirujuk ke puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lain :a. jika tanda klinis (-), berikan Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-Pemulihan).

Jika tanda klinis (+), lakukan 10 langkah Tata laksana Gizi Buruk dan obati jika ada penyakit penyerta (Depkes RI, 2000).

F. PERKEMBANGAN BAHASA NORMAL

Usia Perkembangan Bahasa6 bulan Mengoceh satu suku kata12 bulan Berbicara kata yang sesungguhnya pertama kali15 bulan Berbicara 4 sampai 6 kata,

Dapat mengikuti perintah sederhanaDapat menamai objek yang familiar (contoh: bola)

18 bulan Berbicara 10 sampai 15 kataDapat memberi nama gambarDapat mengidentifikasi satu atau lebih bagian tubuh

19 bulan Berbicara dua kata dalam satu kalimat (contoh: sepatu mama)24 bulan Perbendaharaan kata berjumlah 100 atau lebih

Mulai menggabungkan kata-kata, mengajukan 3 kata bersama (contoh: subjek - kata kerja – objek)

30 bulan Menyebut dirinya dengan sebutan “saya”Mengetahui nama seluruhnya.

36 bulan Mengetahui umur dan jenis kelaminMenghitung 3 objek dengan benarMengulangi 3 angka atau 6 kalimat

48 bulan Dapat menceritakan sesuatu60 bulan Dapat memberi nama 4 warna

Mengulangi 10 kalimat.(Kliegman, Behrman, 2000).

G. GANGGUAN TUMBUH KEMBANG ANAK

1. Gangguan bicara dan bahasa. Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak.  Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan berbicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.

2. Cerebral palsy. Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.

3. Sindrom Down. Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang menjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang lebih. Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia

yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.

4. Perawakan pendek. Penyababnya dapat karena variasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.

5. Gangguan autisme. Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

6. Retardasi mental. Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ<70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.

7. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.

H. GANGGUAN BICARA

a. Etiologi dan Patogenesis Gangguan Bicara dan Bahasa pada AnakGangguan bicara dan bahasa pada anak dapat disebabkan oleh kelainan berikut :

1. Lingkungan sosial dan emosional anak. Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak, termasuk lingkungan keluarga. Misalnya, gagap dapat disebabkan oleh kekhawatiran dan perhatian orang tua yang berlebihan pada saat anak mulai belajar bicara, tekanan emosi pada usia yang sangat muda sekali, dan dapat juga sebagai suatu respon terhadap konflik dan rasa takut. Sebaliknya, gagap juga dapat menimbulkan problem emosional pada anak.

2. Sistem masukan/input. Gangguan pada sistem pendengaran, penglihatan, dan defisit taktilkinestetik dapat menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak. Dalam perkembangan bicara, pendengaran merupakan alat yang sangat penting. Anak seharusnya sudah dapat mengenali bunyi-bunyian sebelum belajar bicara. Anak dengan otitis media kronis dengan penurunan daya pendengaran akan mengalami keterlambatan kemampuan menerima atau mengungkapkan bahasa. Anak dengan gangguan penglihatan yang berat, akan terganggu pola bahasanya. Pada anak dengan defisit taktilkinestetik akan terjadi gangguan artikulasi, misalnya pada anak dengan. anomali alat bicara perifer, seperti pada labioskizis, palatoskizis dan kelainan bentuk rahang, bisa didapati gangguan bicara berupa disartria.

3. Sistem pusat bicara dan bahasa. Kelainan pada susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, interpretasi, formulasi, dan perencanaan bahasa, juga aktivitas dan kemampuan intelektual dari anak. Dalam hal ini, terdapat defisit kemampuan otak untuk memproses informasi yang komplek secara cepat.

4. Sistem produksi. Sistem produksi suara meliputi laring, faring, hidung, struktur mulut dan mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk

berbicara, bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring, faring dan rongga mulut.

b. Penyebab Gangguan Bicara dan Bahasa menurut Blager BF15Penyebab Efek pada Perkembangan Bicara

1. Lingkungana. Sosial ekonomi kurangb. Tekanan keluargac. Keluarga bisud. Dirumah menggunakan bahasa bilingual

2. Emosia. Ibu yang tertekanb. Gangguan serius pada orang tuac. Gangguan serius pada anak

3. Masalah pendengarana. Kongenitalb. Didapat

4. Perkembangan terlambata. Perkembangan lambatb. Perkembangan lambat, tetapi masih dalam batas rataratac. Retardasi mental

5. Cacat bawaana. Palatoschizisb. Sindrom Down

6. Kerusakan otaka. Kelainan neuromuskular

b. Kelainan sensorimotor

c. Palsi serebral

d. Kelainan persepsi

a. Terlambatb. Gagapc. Terlambat pemerolehan bahasad. Terlambat pemerolehan struktur bahasa

a. Terlambat pemerolehan bahasab. Terlambat atau gangguan perkembanganbahasac. Terlambat atau gangguan perkembanganbahasa

a. Terlambat atau gangguan bicarapermanenb. Terlambat atau gangguan bicarapermanen

a. Terlambat bicarab. Terlambat bicara

c. Pasti terlambat bicara

a. Terlambat dan terganggu kemampuan bicarab. Kemampuan bicaranya lebih rendah

a. Mempengaruhi kemampuan menghisap, menelan, mengunyah dan akhirnya timbul gangguan bicara dan artikulasi seperti disartriab. Mempengaruhi kemampuan menghisap, menelan, akhirnya menimbulkan gangguan artikulasi, seperti dispraksiac. Berpengaruh pada pernapasan, makan dan timbul juga masalh artikulasi yang dapat mengakibatkan disartria dan dispraksiad. Kesulitan membedakan suara, mengertibahasa, simbolisaasi, mengenal konsep,akhirnya menimbulkan kesulitan belajar

di sekolah

c. Beberapa cara menstimulasi anak diantaranya:1. Berbicara

Setiap hari bicara dengan bayi sesering mungkin. Gunakan setiap kesempatan seperti waktu memandikan bayi, mengenakan pakaiannya, memberi makan, dll. Anak tidak pernah terlalu muda untuk diajak bicara.

2. Mengenali berbagai suaraAjak anak mendengarkan berbagai suara seperti musik, radio, televisi. Juga buatlah suara dari kerincingan, mainan, kemudian perhatikan bagaiman reaksi anak terhadap suara yang berlainan.

3. Menunjuk dan menyebutkan nama gambarAjak anak melihat gambar-gambar, kemudian gambar ditunjuk dan namanya disebutkan, usahakan anak mengulangi kata-kata, lakukan setiap hari. Bila anak sudah bisa menyebutan nama gambar, kemudian dilatih untuk bercerita tentang gambar tersebut

4. Mengerjakan perintah sederhanaMulai memberikan perintah kepada anak misal “letakkan gelas di meja”. Kalau perlu tunjukkan kepada anak cara mengerjakan perintah tadi, gunakan katakata yang sederhana.

(Effendi, Irwan dr., 2008 )

BAB IIIPEMBAHASAN

Pada kasus ini terdapat seorang ibu yang memeriksakan anak laki-lakinya yang berusia 2 tahun dengan keluhan utama belum bisa bicara. Ibu tidak mengalami keluhan yang berarti selama kehamilan dan melahirkan secara spontan. Pemberian ASI hanya hingga usia 2 bulan karena sang ibu harus kembali bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan multinasional. Karena kesibukan ibunya, setiap hari anaknya diasuh oleh pembantu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan anak : 14 kg dengan tinggi badan : 90 cm. Berat badan anak tersebut tidak bertambah dalam 3 bulan ini. Tidak didapatkan kelainan alat bicara. Hasil pemeriksaan jantung dan paru-paru dalam batas normal. Ketika dipanggil dan diajak bicara, anak tersebut menujukkan perhatian. Dokter kemudian merujuk anak tersebut ke klinik tumbuh kembang anak.

Pada tumbuh kembang normal, anak usia 2 tahun seharusnya sudah memiliki kemampuan berbicara. Gangguan yang terjadi dapat berupa gangguan bicara ataupun keterlambatan berbicara yang dapat disebabkan gangguan pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autisme, mutisme elektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Adanya perhatian saat dipanggil dan diajak bicara serta tidak adanya kelainan pada alat bicara menunjukkan tidak adanya kelainan pada organ untuk kemampuan bahasa reseptif ataupun ekspresif pada anak. Hal ini menunjukkan adanya faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan gangguan bicara selain kemungkinan adanya kelainan organ untuk berbicara.

Faktor yang mendukung kemampuan untuk berbicara antara lain tingkat intelegensi, kesempatan untuk berbicara, motivasi, stimulasi dan perhatian dari orang tua. Adanya kelainan tersebut menunjukkan adanya gangguan pada proses tumbuh kembang. Untuk dapat mendukung tumbuh kembang optimal, maka diperlukan ASUH, ASIH, dan ASAH yang merupakan kebutuhan dasar anak. Kebutuhan ASAH berupa stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar pada anak. Kebutuhan ASAH akan terpenuhi dengan optimal, jika kebutuhan ASUH (pangan, gizi, perawatan kesehatan dasar, higiene, sandang) dan ASIH (kasih sayang) terpenuhi dengan baik. Pola pengasuhan yang dipercayakan kepada pembantu, menyebabkan kebutuhan ASIH (kasih sayang) dan ASAH (stimulasi mental) berkurang. Dalam hal ini, kita tidak mengetahui sejauh mana tingkat pendidikan dan kepedulian si pembantu terhadap anak asuhnya. Pendidikan yang kurang tentang pertumbuhan dan perkembangan seorang anak menyebabkan sang anak tidak mendapat stimulasi yang optimal sesuai usianya. Rasa kepedulian dan kasih sayang akan berbeda apabila kedua hal tersebut didapat dari orangtuanya. Sehingga, semua hal terebut dapat menyebabkan gangguan proses tumbuh kembang dan dapat berakibat pada terganggunya kemampuan untuk berbicara. Sejak lahir, anak sudah memiliki kemampuan untuk berbahasa (LAD : language acquisition device). Selain itu, gangguan bicara dapat disebabkan adanya bingung bahasa akibat penggunaan bahasa yang berbeda antara keluarga dengan pembantu yang mengasuhnya dalam kehidupan sehari-hari.

ASI ekslusif merupakan pemberian ASI selama 6 bulan tanpa pemberian makanan ataupun minuman apapun. ASI ekslusif penting dalam pertumbuhan dan perkembangan terutama perkembangan anak karena mengandung zat-zat yang dibutuhkan bayi pada awal-awal kehidupan seperti laktoferin, imunoglobulin A, vitamin A, B, C. Pemberian ASI eksklusif yang kurang optimal yakni hanya sampai usia 2 bulan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan terutama kecerdasan.

Tumbuh kembang anak adalah proses yang hakiki, khas, unik, positip, dinamik, total, dan berkesinambungan. Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran-ukuran atau dimensi

karena pertambahan jumlah dan ukuran.Pertumbuhan tercermin dari tinggi badan, berat badan, dan usia tulang. Pertumbuhan anak yang cepat sekali terjadi dalam tahun pertama yang kemudian mulai berkurang pada tahun ketiga dan keempat.Pertumbuhan yang lambat dan teratur terjadi sampai usia remaja.Pada usia remaja pertumbuhan kembali cepat dan berkurang pada usia 18 tahun. Pada usia prasekolah, seperti pada skenario, dan pada usia sekolah anak akan tampak kurus karena pertumbuhan beberapa organ, jumlah jaringan lemak di kulit berkurang. Pertumbuhan pada anak juga dipengaruhi faktor genetis dan hormon-hormon pertumbuhan. Pada usia dua tahun, anak mengalami fase pertumbuhan lambat di mana tidak terjadi penambahan berat badan dan tinggi badan yang signifikan seperti pada tahun pertama. Pada umur 1-4 tahun seorang anak masih bergantung pada orang tuanya tetapi sifat ketergantungan sudah menurun dan kemampuan berdiri sendiri bertambah matang. Anak usia dua tahun biasanya mengharapkan agar ia ditemani terutama waktu bermain. Anak usia dua tahun biasanya sudah mengikuti rombongan yang terdiri dari dua anak. Pada usia dua tahun seharusnya anak sudah bisa berlari dan menyusun tumpukan kubus untuk kemampuan motoriknya, tingkah laku adaptif diharapkan bisa meniru coretan lingkaran, ia juga seharusnya memakai perkataan yang tidak berarti dan mengerti beberapa petunjuk mudah, dan sudah dapat bermain misalnya boneka dan mengatakan hendak buang air. Faktor lingkungan memiliki peran penting dalam tumbuh dan kembang anak, asah asih asuh, menentukan seberapa optimalnya tumbuh dan kembang anak karena faktor lingkungan menyediakan kebutuhan dasar anak.

Namun, jika tidak ada peningkatan berat badan dan tinggi badan dalam waktu tiga bulan, perlu ditentukan penyebabnya karena menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan. Hal-hal yang dapat menyebabkan tidak naiknya berat badan maupun tinggi badan antara lain kurangnya asupan gizi, penyakit infeksi, aktivitas yang tinggi, maupun adanya kelainan pada organ-organ vital (jantung dan paru). Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak disebabkan kelainan organ pada jantung ataupun paru-paru.

Memasuki usia dua tahun, anak-anak sudah mulai menyukai permainan, sehingga sering melupakan keinginannya untuk makan. Hal itu akan berakibat pada berkurangnya nafsu makan sehingga kebutuhan nutrisi yang diperlukan untuk beraktivitas juga akan berkurang. Perhatian yang lebih sangat dibutuhkan ketika anak memasuki usia itu. Anak pada usia ini sering membantah dan menolak makanan hanya sebagai tanda menentang walaupun dia lapar sekalipun (periode membangkang). Asupan makanan harus tetap terjaga sebanding dengan aktivitas yang dilakukannya.

BAB IVSIMPULAN DAN SARAN

Simpulan :

Pasien dalam skenario tersebut kemungkinan mengalami keterlambatan bicara akibat kurangnya ASIH, ASAH, dan ASUH dari orang tua

Berat dan tinggi badan yang tidak naik selama 3 bulan dimungkinkan karena anak tersebut mulai memasuki fase lambat pertumbuhan dan kurangnya asupan karena anak-anak sudah mulai menyukai permainan, sehingga sering melupakan keinginannya untuk makan.

Pemberian ASI sampai usia 2 bulan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan terutama kecerdasan.

Saran : Orang tua sebaiknya memberikan ASAH, ASIH, dan ASUH yang cukup kepada anaknya. Pemberian ASI eksklusif sebaiknya hingga 6 bulan..

DAFTAR PUSTAKA

Arifin siregar. Faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian asi oleh ibu

melahirkan. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-arifin.pdf (21 Februari 2010).

Dina kamalia, 2005. Hubungan pemberian asi eksklusif dengan kejadian diare pada

bayi usia 1-6 bulan di Wilayah kerja puskesmas kedungwuni I tahun 2004/2005.

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/hash01da/90431471.dir/doc.pdf

(28 Februari 2010)

Effendi, Irwan dr. dan dr. Rahmi Lestari. 2008. Gangguan Bicara dan Bahasa pada

Anak. http://www.dokteranakku.com

Guyton, A.C. dan Hall, J.E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, alih bahasa

Irawati et.al, ed. edisi bahasa Indonesia Luqman Yanuar R. et.al. Jakarta: EGC.

Halaman: 1323-1327

Kliegman, Behrman.2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.

Matondang, 2003Wahidiyat, Sastroasmoro. 2003. Diagnosis fisis pada anak. Edisi ke-

2. CV Sagung seto. Jakarta

Sularyo, Titi Sunarwati. 1996. Periode Kritis pada Tumbuh Kembang Balita. In :

Deteksi dan Intervensi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak dalam Upaya

Optimalisasi Kualitas Sumber Daya Manusia. Jakarta: FKUI