Askep Asma Ibu Hamil

33
PEDOMAN MAHASISWA KEPERAWATAN 2012 KUMPULAN ASUHAN KEPERAWATAN (Askep Asma Ibu Hamil) WWW . SAKTYAIRLANGGA . WORDPRESS . COM

Transcript of Askep Asma Ibu Hamil

PEDOMAN MAHASISWA KEPERAWATAN

2012

KUMPULAN ASUHAN

KEPERAWATAN

(Askep Asma Ibu Hamil)

W W W . S A K T Y A I R L A N G G A . W O R D P R E S S . C O M

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 2

Definisi

Asma adalah radang kronis pada jalan nafas yang berkaitan dengan

obstruksi reversible dari spasme, edema, dan produksi mucus dan respon yang

berlebihan terhadap stimuli (Varney, Helen. 2003).

Asma adalah keadaan klinis yang ditandai oleh masa penyempitan

bronkus yang reversibel, dipisahkan oleh masa di mana ventilasi jalan nafas

terhadap berbagai rangsang (Sylvia Anderson (1995 : 149).

Asma adalah suatu inflamasi kronis saluran nafas yang melibatkan sel

eosinofil, sel mast, sel netrofil, limfosit dan makrofag yang ditandai dengan

wheezing, sesak nafas kumat-kumatan, batuk, dada terasa tertekan dapat pulih

kembali dengan atau tanpa pengobatan (Cris Sinclair, 1994).

Asma dalam kehamilan adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas

terutama sel mast dan eosinofil sehingga menimbulkan gejala periodik berupa

mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk yang ditemukan pada wanita

hamil. Asma yang terkendali dengan baik tidak memiliki efek yang berarti pada

wanita yang hamil, melahirkan ataupun menyusui. Asma mungkin membaik,

memburuk atau tetap tidak berubah selama masa hamil, tetapi pada kebanyakan

wanita gejala-gejalanya cenderung meningkat selama tiga bulan terakhir dari

masa kehamilan. Dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi serta

membesarnya rahim, sebagian wanita mungkin semakin sering mengalami

kehabisan nafas. Tetapi ibu hamil yang tidak menderita asmapun mengalami hal

tersebut karena gerakan diafragma/sekat rongga badan menjadi terbatas.

Etiologi

Sebagian besar penyempitan pada saluran nafas disebabkan oleh

semacam reaksi alergi. Alergi adalah reaksi tubuh normal terhadap alergen,

yakni zat-zat yang tidak berbahaya bagi kebanyakan orang yang peka. Alergen

menyebabkan alergi pada orang-orang yang peka. Alergen menyebabkan otot

saluran nafas menjadi mengkerut dan selaput lendir menjadi menebal. Selain

produksi lendir yang meningkat, dinding saluran nafas juga menjadi

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 3

membengkok. Saluran nafas pun menyempit, sehingga nafas terasa sesak. Alergi

yang diderita pada penderita asma biasanya sudah ada sejak kecil. Asma dapat

kambuh apabila penderita mengalami stres dan hamil merupakan salah satu stress

secara psikis dan fisik, sehingga daya tahan tubuh selama hamil cenderung

menurun, daya tahan tubuh yang menurun akan memperbesar kemungkinan

tersebar infeksi dan pada keadaan ini asma dapat kambuh. (Ilmu Penyakit

Dalam).

Berdasarkan etiologinya, asma dapat dikelompokkan menjadi dua jenis

yaitu asma intrinsik dan asma ektrinsik.

1. Asma ektrinsik (atopi)

Asma yang timbul karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh

adanya IgE yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat di udara (antigen-

inhalasi) ditandai dengan reaksi alergik terhadap pencetus-pencetus spesifik

yang dapat diidentifikasi seperti : serbuk-serbuk, debu, bulu binatang, susu,

telor, ikan, obat-obatan serta bahan-bahan alergen yang lain.

2. Asma Intrinsik (non atopi)

Asma intrinsik ditandai dengan mekanisme non alergik yang bereaksi

terhadap pencetus, antara lain :

a. Tidak spesifik seperti : udara dingin, zat kimia, minyak wangi, asap rokok,

polutan udara

b. Bersifat sebagai iritan seperti : ozon ,eter, nitrogen, perubahan musim dan

cuaca, perubahan tekanan udara, suhu udara, angin dan kelembaban,

aktifitas fisik yang berlebih, ketegangan mental (Antoni C, 1997 dan Tjen

Daniel, 1991 )

c. Infeksi :

1) Virus misalnya influenza virus, respiratory syncytial virus (RSV)

2) Bakteri, misalnya pertusis dan streptokokkus

3) Jamur, misalnya aspergillus

Faktor Predisposisi

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 4

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asma bronkiale atau

sering disebut sebagai faktor pencetus adalah :

1. Alergen

Alergen adalah zat-zat tertentu bila dihisap atau di makan dapat

menimbulkan serangan asthma, misalnya debu rumah, tungau debu

rumah (Dermatophagoides pteronissynus), spora jamur, serpih kulit

kucing, bulu binatang, beberapa makanan laut dan sebagainya.

2. Infeksi saluran nafas

Infeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influenza merupakan

salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asthma

bronkiale. Diperkirakan dua pertiga penderita asthma dewasa serangan

asthmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran nafas (Sundaru, 1991).

3. Stres

Adanya stressor baik fisik maupun psikologis akan menyebabkan suatu

keadaan stres yang akan merangsang HPA axis. HPA axis yang

terangsang akan meningkatkan Adeno Corticotropic Hormon (ACTH)

dan kadar kortisol dalam darah. Peningkatan kortisol dalam darah akan

mensupresi immunoglobin A (IgA). Penurunan IgA menyebabkan

kemampuan untuk melisis sel radang menurun yang direspon oleh tubuh

sebagai suatu bentuk inflamasi pada bronkhus sehingga menimbulkan

asma.

4. Olah raga/kegiatan jasmani yang berat

Sebagian penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila

melakukan olah raga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan

bersepeda paling mudah menimbulkan serangan asthma. Serangan asma

karena kegiatan jasmani (Exercise Induced Asthma /EIA) terjadi setelah

olah raga atau aktivitas fisik yang cukup berat dan jarang serangan

timbul beberapa jam setelah olah raga.

5. Obat-obatan

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 5

Beberapa pasien asma sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti

penicillin, salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya.

6. Polusi udara

Pasien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap

pabrik/kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran

dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.

7. Lingkungan kerja

Diperkirakan 2-15% pasien asma pencetusnya adalah lingkunagn kerja

(Sundaru, 1991).

Manifestasi Klinis

Keluhan yang biasanya dirasakan saat terjadi asma, yaitu :

1. Nafas pendek

2. Wheezing

3. Dyspnea dengan lama ekspirasi, penggunaan otot-otot asesori pernapasan.

4. Pernapasan cuping hidung

5. Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan napas

sempit

6. Diaphoresis

7. Sianosis

8. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan

9. Kecemasan, labil dan penurunan tingkat kesadaran

10. Tidak toleran terhadap aktifitas : makan, bermain, berjalan, bahkan bicara

Pada kehamilan, biasanya serangan asma akan timbul pasa usia

kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu dan pada akhir kehamilan serangan

jarang terjadi. Penilaian secara subyektif tidak dapat secara akurat menentukan

derajat asma. Gejala klinik bervariasi mulai dari wheezing ringan sampai

bronkokonstriksi berat. Pada keadaan ringan, hipoksia dapat dikompensasi

hiperventilasi. Namun, bila bertambah berat akan terjadi kelelahan yang

menyebabkan retensi O2 akibat hiperventilasi. Bila terjadi gagal napas, ditandai

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 6

asidosis, hiperkapnea, adanya pernapasan dalam, takikardi, pulsus paradoksus,

ekspirasi memanjang, penggunaan otot asesoris pernapasan, sianosis sentral,

sampai gangguan kesadaran. Keadaan ini bersifat reversible dan dapat

ditoleransi. Namun, pada kehamilan sangat berbahaya akibat adanya penurunan

kapasitas residu.

Berikut adalah derajat asma :

1. Tingkat pertama : secara klinis normal, tetapi asma timbul jika ada faktor

pencetus.

2. Tingkat kedua : penderita asma tidak mengeluh dan pada pemeriksaan fisik

tanpa kelainan tetapi fungsi parunya menunjukkan obstruksi jalan nafas.

Disini banyak ditemukan pada penderita yang baru sembuh dari serangan

asma.

3. Tingkat ketiga : penderita tidak ada keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik

maupun maupun fungsi paru menunjukkan tanda-tanda obstruksi jalan

nafas.

4. Tingkat keempat : penderita mengeluh sesak nafas, batuk dan nafas

berbunyi.Pada pemeriksaan fisik maupun spirometri akan dijumpai tanda-

tanda obstruksi jalan napas.

5. Tingkat kelima : adalah status asmatikus, yaitu suatu keadaan darurat

medik berupa serangan akut asma yang berat, bersifat refrakter terhadap

pengobatan yang biasa dipakai.

Modifikasi asma berdasarkan National Asthma Education Program (NAEPP)

yaitu :

1. Asma Ringan

a. Singkat (< 1 jam ) eksaserbasi symptomatic < dua kali/minggu

b. Puncak aliran udara ekspirasi > 80% diduga akan tanpa gejala

2. Asma Sedang

a. Gejala asma kambuh >2 kali / mingggu

b. Kekambuhan mempengaruhi aktivitasnya

c. Kekambuhan mungkin berlangsung berhari-hari

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 7

d. Kemampuan puncak ekspirasi /detik dan kemampuan volume ekspirasi

berkisar antara 60-80%.

3. Asma Berat

a. Gejala terus menerus menganggu aktivitas sehari-hari

b. Puncak aliran ekspirasi dan kemampuan volume ekspirasi kurang dari

60% dengan variasi luas

c. Diperlukan kortikosteroid oral untuk menghilangkan gejala

Patofisiologi

Asma adalah suatu gangguan peradangan kronik pada jalan nafas

dengan komponen herediter mayor. Menurut Lemanske dan Busse (1997),

peningkatan responsivitas dan peradangan jalan nafas berkaitan dengan

kromosom 11q13 (reseptor IgE afinitas –kuat), 5q (kelompok gen sitokin), dan

14q (reseptor antigen sel T). Selain itu, juga harus terdapat pemicu di lingkungan

bagi orang yang rentan. Tanda utama adalah obstruksi reversible jalan napas

akibat kontraksi otot polos bronkus, hipersekresi mucus, dan edema mukosa.

Terjadi peradangan jalan napas dan responsivitas terhadap sejumlah rangsangan,

antara lain iritan, infeksi virus, aspirin, udara dingin dan olah raga. Sel mast dan

eosinovil terangsang oleh faktor sel induk, sitokin, dan kinase (Holgate, 1997).

Aktifasi sel mast menyebabkan bronkokonstiksi akibat pembebasan histamine,

prostaglandin D2, dan leukontrien. Karena prostaglandin seri F dan ergonovin

menyebabkan eksaserbasi asma, kedua obat yang sering di gunakan di bidang

obstertri ini mungkin bisa dihindari.

Pada asma terdapat penyempitan saluran pernafasan yang disebabkan

oleh spasme otot polos saluran nafas, edema mukosa dan adanya hipersekresi

yang kental. Penyempitan ini akan menyebabkan gangguan ventilasi

(hipoventilasi), distribusi ventilasi tidak merata dalam sirkulasi darah pulmonal

dan gangguan difusi gas di tingkat alveoli. Akhirnya akan berkembang menjadi

hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis pada tingkat lanjut.

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 8

Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan mempengaruhi

hidung, sinus, dan paru. Peningkatan hormon estrogen menyebabkan kongesti

kapiler hidung, terutama selama trimester ketiga, sedangkan peningkatan kadar

hormon progesteron menyebabkan peningkatan laju pernapasan (ACAAI, 2002).

Kehamilan akan menimbulkan perubahan yang luas terhadap fisiologi

pernapasan. Ada 4 faktor penting yang terjadi dalam kehamilan yang erat

hubungannya dengan fungsi pernapasan, yaitu rahim yang membesar, perubahan

hormonal, meningkatnya volume darah dan cardiac output serta perubahan

imunologik. Kehamilan akan mendorong diafragma ke atas sehingga rongga

dada menjadi sempit. Gerakan paru akan terbatas untuk mengambil oksigen

selama pernapasan dan untuk mengatasi kekurangan oksigen ini, pernapasan

akan menjadi cepat (hiperventilasi). Pada umumnya penyakit paru-paru tidak

banyak mempengaruhi jalannya kehamilan, persalinan dan nifas, kecuali jika

penyakitnya berat atau proses penyakitnya luas sehingga disertai hipoksia. Asma

merupakan penyakit paru-paru yang paling sering dijumpai dalam kehamilan dan

persalinan. Beecroft dkk mengatakan bahwa jenis kelamin janin dapat

mempengaruhi serangan asma pada kehamilan. Pada studi prospektif blind,

ditemukan 50% ibu bayi perempuan mengalami peningkatan gejala asma selama

kehamilan dibandingkan dengan 22,2% ibu bayi laki-laki. Ibu dengan bayi laki-

laki menunjukkan perbaikan gejala asma (44,4%), sementara tidak satu pun ibu

dari bayi perempuan mengalami perbaikan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

gejolak adrenergik yang dialami ibu selama mengandung janin laki-laki dapat

meringankan gejala asma (Frezzo et al., 2002).

Ada hubungan antara keadaan asma sebelum hamil dan morbiditasnya

pada kehamilan. Pada asma ringan 13% mengalami serangan pada kehamilan,

pada asma moderat 26 %, dan asma berat 50 %. Sebanyak 20 % dari ibu dengan

asma ringan dan moderat mengalami serangan intrapartum, serta peningkatan

risiko serangan 18 kali lipat setelah persalinan dengan seksio sesarea jika

dibandingkan dengan persalinan per vaginam.

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 9

Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya serangan asma pada setiap

penderita tidaklah sama, bahkan pada seorang penderita asma serangannya tidak

sama pada kehamilan pertama dan kehamilan berikutnya. Biasanya serangan

akan timbul mulai usai kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu, dan akan

berkurang pada akhir kehamilan.

Penderita asma kebanyakan tidak mengalami kesulitan selama

berlangsungnya kehamilan dan nifas. Infeksi jalan nafas seperti bronkhitis dan

bronkopneumonia, dan kadang-kadang tekanan emosional dapat menimbulkan

atau memperberat serangan asma. Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat

tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan

kekurangan oksigen (hipoksia). Keadaan hipoksia bila tidak segera ditangani

tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan

prematur atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan (pertumbuhan

janin) (Hanifa Wiknjosastro, 1976). Penderita asma selama kehamilan perlu

mendapatkan perawatan yang baik untuk mengurangi timbulnya serangan asma

saat kehamilan.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan asma selama kehamilan membutuhkan pendekatan

kooperatif antara dokter kandungan, bidan, dokter paru serta perawat yang

khusus menangani asma dan ibu hamil itu sendiri. Tujuan serta terapi pada

prinsipnya sama dengan pada penderita asma yang tidak hamil. Terapi medikasi

asma selama kehamilan hampir sama dengan terapi penderita asma tidak hamil,

dengan pelega kerja singkat serta terapi harian jangka panjang untuk mengatasi

inflamasi (Nelson and Piercy, 2001). Pentingnya pengobatan asma adalah

mencegah kematian, kegagalan pernapasan, status asmatikus, perawatan di ruang

emergensi, dan cacat wheezing. Penatalaksaan asma kronis pada kehamilan harus

mencakup hal-hal berikut.

1. Terapi Non-Farmako

a. Penilaian Obyektif Fungsi Paru dan Kesejahteraan Janin

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 10

Pasien harus mengukur PEFR 2 kali sehari dengan target 380 – 550

liter/menit. Tiap pasien memiliki nilai baseline masing-masing sehingga

terapi dapat disesuaikan.

b. Menghindari Faktor Pencetus Asma

Mengenali serta menghindari faktor pencetus asma dapat

meningkatkan kesejahteraan ibu dengan kebutuhan medikasi yang minimal

(NAEPP, 2005). Asma dapat dicetuskan oleh berbagai faktor termasuk

alergi, infeksi saluran napas atas, sinusitis, exercise, aspirin, obat-obatan

anti inflamasi non steroid (NSAID), dan iritan, misalnya: asap rokok, asap

kimiawi, kelembaban, emosi (Kramer, 2001; ACAAI, 2002). Di samping

itu, pencetus terkemuka serangan asma termasuk serbuk/tepung, tungau,

jamur, amukan hewan, makanan, dan hormone. Pada umumnya kucing

merupakan hewan kesayangan yang menyebabkan asma. Semua hewan

pengerat, kelinci, dan hewan peliharaan dapat menyebabkan asma,

termasuk kecoak.

Gastroesophageal reflux (GER) dikenal sebagai pencetus asma

dan terjadi pada hampir 1/3 wanita hamil. Asma yang dicetuskan oleh GER

dapat disebabkan oleh aspirasi isi lambung kedalam paru sehingga

menyebabkan bronkospasme, maupun aktivasi arkus refleks vagal dari

esofagus ke paru sehingga menyebabkan bronkokonstriksi (Kahrilas,

1996).

Wanita hamil perokok harus berhenti merokok, dan menghindari

paparan asap tembakau serta iritan lain di sekitarnya. Wanita hamil yang

merokok berhubungan dengan peningkatan risiko wheezing dan kejadian

asma pada anaknya (Blaiss, 2004; Nelson and Piercy, 2001; NAEPP,

2005).

c. Edukasi

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 11

Mengontrol asma selama kehamilan penting bagi kesejahteraan janin. Ibu

hamil harus mampu mengenali dan mengobati tanda-tanda asma yang

memburuk agar mencegah hipoksia ibu dan janin. Ibu hamil harus mengerti

cara mengurangi paparan agar dapat mengendalikan faktor-faktor pencetus

asma (NAEPP, 2005).

2. Terapi Farmakologi

A. Anti Inflamasi Golongan Steroid:

a. Obat inhalasi (MDI, Nebulisasi), antara lain: Budesonide,

Beclomethasone dipropionate, Fluticasone, Flunisolide, dll.

b. Obat minum (oral), antara lain: Prednison, Prednisolon,

Methylprednisolon, dll.

c. Obat injeksi (parenteral): methylprednisolon, dll.

B. Bronkodilator (melonggarkan saluran pernafasan):

a. Obat inhalasi (MDI, DPI, nebulisasi), antara lain: Salbutamol MDI,

Fenoterol, Formoterol, Salmeterol, kombinasi Formoterol dan

budesonide, kombinasi Salmeterol dan fluticasone, dll.

b. Obat minum (oral), antara lain: Salbutamol, Terbutalin sulfat,

Aminophyllin, Theophyllin, dll.

c. Obat injeksi (parenteral): Terbutalin sulfat, Aminophyllin, dll.

C. Obat lain: obat antikolinergik: Ipratropium bromide.

D. Obat Pencair Dahak : jika asma disertai batuk, dapat ditambahkan obat

batuk pencair dahak (expectorant), diantaranya: Ambroxol, Bromhexine,

GG (Glyceryl guaiacolate), dll.

Serangan asma akut selama kelahiran dan persalinan sangat jarang

ditemukan. Ibu hamil dapat melanjutkan penggunaan inhaler rutin sampai

persalinan. Pada ibu dengan asma yang selama kehamilan telah menggunakan

steroid oral (>7,5 mg prednisolon setiap hari selama lebih dari 2 minggu) saat

awal kelahiran atau persalinan harus mendapatkan steroid parenteral

(hidrokortison 100mg setiap 6-8 jam) selama persalinan, sampai ia mampu

memulai kembali pengobatan oralnya.

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 12

Pada kehamilan dengan asma yang terkontrol baik, tidak diperlukan

suatu intervensi obstetri awal. Pertumbuhan janin harus dimonitor dengan

ultrasonografi dan parameter-parameter klinik, khususnya pada penderita-

penderita dengan asma berat atau yang steroid dependen, karena mereka

mempunyai resiko yang lebih besar untuk mengalami masalah pertumbuhan

janin. Onset spontan persalinan harus diperbolehkan, intervensi preterm hanya

dibenarkan untuk alasan obstetrik.

Karena pada persalinan kebutuhan ventilasi bisa mencapai 20 l/menit,

maka persalinan harus berlangsung pada tempat dengan fasilitas untuk

menangani komplikasi pernapasan yang berat; peneliti menunjukkan bahwa

10% wanita memberat gejala asmanya pada waktu persalinan.

Selama persalinan kala I pengobatan asma selama masa prenatal harus

diteruskan, ibu yang sebelum persalinan mendapat pengobatan kortikosteroid

harus hidrokortison 100 mg intravena, dan diulangi tiap 8 jam sampai

persalinan. Bila mendapat serangan akut selama persalinan, penanganannya

sama dengan penanganan serangan akut dalam kehamilan seperti telah

diuraikan di atas.

Pada persalinan kala II persalinan per vaginam merupakan pilihan

terbaik untuk penderita asma, kecuali jika indikasi obstetrik menghendaki

dilakukannya seksio sesarea. Jika dilakukan seksio sesarea. Jika dilakukan

seksio sesarea lebih dipilih anestesi regional daripada anestesi umum karena

intubasi trakea dapat memacu terjadinya bronkospasme yang berat.

Pada penderita yang mengalami kesulitan pernapasan selama

persalinan pervaginam, memperpendek, kala II dengan menggunakan

ekstraksi vakum atau forceps akan bermanfaat.

Prostaglandin E2 adalah suatu bronkodilator yang aman digunakan

sebagai induksi persalinan untuk mematangkan serviks atau untuk terminasi

awal kehamilan. Prostaglandin F2α yang diindikasikan untuk perdarahan post

partum berat, harus digunakan dengan hati-hati karena menyebabkan

bronkospasme (Nelson and Piercy, 2001).

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 13

Dalam memilih anestesi dalam persalinan, golongan narkotik yang

tidak melepaskan histamin seperti fentanyl lebih baik digunakan daripada

meperidine atau morfin yang melepas histamin.

Bila persalinan dengan seksio sesarea atas indikasi medik obstetrik

yang lain, maka sebaiknya anestesi cara spinal.

Selama kehamilan semua bentuk penghilang rasa sakit dapat

digunakan dengan aman, termasuk analgetik epidural. Hindarkan penggunaan

opiat pada serangan asma akut. Bila dibutuhkan tindakan anestesi, sebaiknya

menggunakan epidural anestesi daripada anestesi umum karena peningkatan

risiko infeksi dada dan atelektasis. Ergometrin dapat menyebabkan

bronkospasme, terutama pada anestesi umum. Sintometrin

(oksitosin/ergometrin) yang digunakan untuk mencegah perdarahan post

partum, aman digunakan pada wanita asma. Sebelum menggunakan obat-obat

analgetik harus ditanyakan mengenai sensitivitas pasien terhadap aspirin atau

NSAID (Nelson and Piercy, 2001).

Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya serangan hebat selama hamil hendaknya asma

diperiksa dan dipantau sejak awal, termasuk derajat berat-ringannya asma.

Kategori ringan, bila gejala kambuh sampai terjadinya serangan maksimal dua

kali/minggu ditambah batuk dan mengi sehabis berlatih olahraga. Kondisi

sedang, bila gejala timbul lebih dari dua kali/minggu, kadang disertai gejala

sering kencing malam hari. Sementara asma dikatakan berat, kalau gejala terjadi

terus menerus selama seminggu penuh.

Pemantauan Janin

Bagi ibu hamil dengan asma sangat danjurkan untuk memeriksakan

janinnya sejak awal kehamilan. Pemeriksaan dengan USG dapat dilakukan sejak

usia kehamilan 12-20 minggu untuk mengetahui pertumbuhan janin. USG dapat

diulang pada trisemester ke-2 dan ke-3 terutama bila derajat asmanya berada

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 14

pada tingkat sedang-berat. Pemeriksaan janin juga dapat dilakukan dengan

electronic fetal heart rate monitoring untuk memeriksa detak jantung janin.

Selain pemeriksaan teratur, ibu hamil juga perlu mencermati alergen

penyebab tercetusnya asma, seperti: binatang piaraan, kasur kapuk, termasuk

tempat yang lembap. Soalnya, tempat yang lembab banyak ditumbuhi jamur.

Alergen pencetus itu merupakan alergen poten yang merangsang pembentukan

zat antibodi IgE (Imunoglobulin E). Zat antibodi ini dibentuk untuk menjaga

kesehatan tubuh, tetapi adakalanya malah membawa ulah. Ia terkadang membabi

buta, tak tahu mana kawan, mana lawan. Akhirnya tubuh menjadi korban.

Pencetus lain bisa berasal dari latihan olahraga yang terlalu dipaksakan, infeksi

saluran pernapasan (batuk-pilek), perubahan cuaca, dan emosi. Kebiasaan

merokok juga dapat memperburuk asma, karena memudahkan terjadinya

komplikasi bronkitis serta sinusitis.

Penderita juga harus berhati-hati dalam pemakaian obat. Berbagai obat

dapat menimbulkan efek sampingan pada janin ataupun ibu. Misalnya abortus,

kematian janin, kelainan kongenital (terutama pada trisemester pertama), efek

terhadap gangguan pertumbuhan janin, dan gangguan fungsi organ seperti sistem

saraf serta otot polos uterus.

Walaupun sejumlah ahli menyatakan sejumlah obat tidak menimbulkan

efek sampingan, tapi secara statistik dan pertimbangan etis tidak dapat dikatakan

bahwa semua obat aman. Pada umumnya pasien dianjurkan menggunakan obat

yang memberikan pengaruh pada kadar dalam darah sesedikit mungkin, seperti

obat suntikan, bukan oral. Obat hirup atau inhaler yang digunakan satu-dua

semprotan tiap beberapa menit, juga acapkali bisa membantu. Penggunaan

inhaler harus dipelajari dan dipraktikkan dengan benar agar bila kumat sewaktu-

waktu dapat mengatasi sendiri.

Dalam keadaan mendesak, dapat digunakan obat steroid yang sangat

efektif sebagai antiperadangan, baik secara oral maupun suntikan. Sedangkan

obat mengandung tetrasiklin tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 15

gangguan pertumbuhan tulang pada janin, perubahan warna gigi dan

perkembangan jaringan tak normal khususnya pada email.

Bagi ibu menyusui, obat asma yang mengandung teofilin sebaiknya

dihindari, karena akan masuk ke ASI sehingga bisa menimbulkan kegelisahan

pada bayi. Antihistamin juga kurang baik untuk ibu menyusui, karena di samping

mengurangi produksi ASI dapat menyebabkan bayi gelisah.

Apabila asma kambuh, sementara inhaler atau obat-obatan di rumah tidak

menolong, tentu ibu hamil harus segera dibawa ke rumah sakit.

Mengingat karena pengaruh asam ibu yang sedang hamil meyebabkan ibu

hamil lebih sensitif dan emosional, pendekatan psikologis diperlukan. Fisioterapi

nafas adakalanya diperlukan untuk membuang dahak yang berlebihan.

Stamina tubuh merupakan faktor utama lain yang perlu dipertahankan

selama hamil. Jalan kaki santai di udara yang bersih dan segar sangat dianjurkan.

Makanan dengan gizi cukup dan sehat jelas akan menambah kebugaran.

Penderita asma yang hamil masih tetap bisa bekerja di kantor, namun perlu

dihindari ruangan berpolusi tinggi.

Komplikasi

1. Status asmatikus

2. Bronkhitis kronik bronkhiolus.

3. Ateletaksis : lobari segmental karena obstruksi bronchus oleh lender

4. Pneumothoraks : kerja pernapasan meningkat, kebutuhan oksigen meningkat.

Orang asam tidak sanggup memenuhi kebutuhan oksigen yang sangat tinggi

yang dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus,

pembengkakan bronkhiolus, dan m ukus yang kental. Situasi ioni dapat

menimbulkan pneumothoraks akibat besarnya teklanan untuk melakukan

ventilasi

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 16

5. Kematian

Secara umum, wanita dengan asma dan bayinya tidak memiliki

komplikasi kehamilan. Dibandingkan dengan wanita yang tidak punya asma,

maka wanita dengan asma sedikit lebih memiliki risiko kelainan sbb:

1. Tekanan darah tinggi atau preeklampsia

2. Persalinan kurang bulan

3. Persalinan dengan cesar

4. Ukuran bayi yang lebih kecil dibanding usia kehamilan

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 17

WOC

1. 2. 3. 4. 5.

Faktor Ekstrinsik : serbuk-serbuk, debu, bulu binatang, susu,

telor, ikan, obat-obatan serta bahan-bahan alergen yang

lain

Faktor Intrinsik : udara dingin, zat kimia, minyak wangi, asap rokok, polutan udara, ozon ,eter, nitrogen, perubahan musim dan cuaca, perubahan tekanan udara, suhu udara, angin dan kelembaban, aktifitas fisik yang berlebih, ketegangan mental, virus (influenza virus, respiratory syncytial virus), bakteri (pertusis dan streptokokkus) jamur (aspergillus)

Alergi

Reaksi Ag Ab sel mast paru

Pelepasan mediator inflamasi (Histamin, Bradikinin, Prostaglandin)

Kehamilan (24-36 minggu)

Hipereaktivitas bronkus

Edema mukosa dan dinding bronkus

Hipersekresi mukus

Spasme otot saluran nafas

B1 (Breath)

MK : Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan

Tubuh

Kebutuhan O2 tubuh tidak tercukupi

Penyempitan bronkus/asma

Saluran nafas terhambat

MK : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

B1 (Breath)

Gangguan ventilasi (hipoventilasi)

B5 (Bowel)

Kompensasi tubuh (Hiperventilasi)

Nafas pendek, wheezing, dispnea, pernapasan cuping hidung,

MK : Pola Nafas Tidak

Efektif

Penggunaan otot-otot asesori pernapasan

Mual

MK : Gangguan Pertukaran Gas

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 18

MK : Gangguan Kesadaran

Kebutuhan O2 tubuh tidak tercukupi

MK : Penurunan Perfusi Serebral

Otak Jaringan kekurangan

O2

Sianosis

MK : Gangguan

Perfusi Jaringan Perifer

Ibu

Kelemahan/Kelelahan

Pucat

MK : Intoleransi Aktivitas

Janin

MK : Resiko Cedera

Distress fetus Hipoksia

Hipoksia

MK : Perubahan Pola Seksualitas Kurangnya keinginan melakukan hubungan seksual

Perkembangan sel dan jaringan terhambat

MK : Gangguan Pertumbuhan dan

Perkembangan

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 19

Pengkajian tanggal: 23 Januari 2008 Jam : Tanggal MRS : 23 Januari 2008 No. RM : Ruang/Kelas : B3 Ginekology Dx. Medis:

Iden

tita

s

Nama Ibu: Ny. A Umur: 30 tahun Agama: Islam Pendidikan: SMA Pekerjaan: - Suku/Bangsa: Jawa/ Indonesia Alamat: Surabaya

Nama Suami: Tn. K Ke: II Umur: 36 Tahun Agama: Islam Pendidikan: SMA Pekerjaan: Swasta Suku/Bangsa: Jawa/Indonesia Alamat: Surabaya

Riw

ayat

Sak

it d

an K

eseh

atan

Keluhan Utama: pasien mengatakan sesak dan lemah Riwayat penyakit/prenatal/ intranatal/ postpartum (coret yang tidak perlu) saat ini: Ny. A yang hamil 34 minggu mengalami sesak napas saat tidur, kesulitan bernapas jika berjalan jauh dan bekerja agak berat, serta menderita batuk pilek sehingga hidung tersumbat. Kehamilan Ny A adalah kehamilan pertama, belum pernah melahirkan sebelumnya serta tidak pernah melakukan aborsi Penyakit/operasi yang pernah diderita: asma Penyakit yang pernah diderita keluarga: Keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama Riwayat alergi: O ya O tidak Keterangan: alergi debu, asap rokok, cuaca

dingin Lain-lain:

Riw

ayat

M

enst

ruas

i Menarche: Usia 12 tahun Siklus: 28 hari Banyaknya: Lama: 7 hari HPHT: 24 Maret 2007 Dismenorhea: kadang-kadang Usia Kehamilan: 34 minggu Taksiran Partus: 1 Juli 2008 Lain-lain:

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 20

Riw

ayat

Obs

tetr

i

G.I P 0

Hamil ke-

Usia kehamilan

Jenis persalinan

Penolong Penyulit BB/PB Usia anak

saat ini

KB/ Jenis/ Lama

1 34 mgg

Gen

ogra

m

Keterangan: Pasien :

Laki-laki :

Perempuan

Meninggal

Tinggal serumah

Obs

erva

si

Keadaan umum: lemah Kesadaran: compos mentis Berat badan: 75 kg ; Tinggi badan:154 cm Tanda Vital: TD:130/90 mmHg ; Nadi: 90 x/mnt ; Suhu: 36,80C ; RR: 30x/mnt CRT: 3detik ; Akral:lembab, basah ; GCS: 456 Lain-lain:

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 21

Kep

ala

dan

lehe

r Rambut: Mata: konjungtiva : normal; Sklera : normal; Pupil : simetris O Edema palpebra ; O Penglihatan kabur ; lain-lain: _________________ Hidung: O Epistaksis ; lain-lain: ________________________________________ Mulut: mukosa bibir : lembab ; lidah: lembab ; gigi : normal Kebersihan mulut: bersih; lain-lain:- Telinga: gangguan pendengaran:tidak ada ; O Otorhea ; O otalgia ; O tinitus ; kebersihan: ________________ ; lain-lain: _________________ Cloasma: Ada ; Jerawat: ________________ O Nyeri telan ; tidak ada pembesaran kelenjar tiroid ; ada O Vena jugularis Lain-lain: Masalah keperawatan: Gangguan citra diri

Dad

a (T

hora

ks)

Jantung: Irama: regular ; S1/S2: normal ; Nyeri dada: tidak ada Bunyi: normal / murmur / gallop ; Nafas: Suara nafas: vesikuler / wheezing / stridor / Ronchi, Keterangan: Jenis: dispnoe / kusmaul / ceyne stokes, Keterangan: Batuk: ada(kering) ; Sputum: kental ; Nyeri: tidak ada Payudara: membesar, tegang, sakit ; areola : hiperpigmentasi ; papilla : menonjol Simetris/asimetris ; Produksi ASI belum ; Nyeri tekan : ada Lain-lain: Masalah keperawatan: Pola nafas tidak efektif

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 22

Per

ut (

Abd

omen

) � Ginekologi:

Pembesaran: ada / tidak ; benjolan: ada / tidak , area: mammae Ascites: ada / tidak ; Peristaltik: 8 ; Nyeri tekan: ada Luka: tidak ada Lain-lain: -

� Prenatal dan Intranatal: Inspeksi: Striae: Ada ; Línea: ada Palpasi: Leopold I : Kepala janin teraba di fundus

Leopold II : Bagian punggung teraba jelas, cembung Tangan dan kaki teraba kecil dg bentuk/posisi tidak jelas dan menonjol

Leopold III: Teraba kepala, masih dapat digerakkan Leopold IV: Teraba kepala, konvergen

DJJ: 150 x/menit Lain-lain: -

� Postpartum: Fundus uteri: TFU: 40 cm ; kontraksi uterus: _______________________ Luka: _____________________ ; Lain-lain: _____________________________

Lain-lain: Masalah keperawatan: Gangguan rasa nyaman Gangguan citra tubuh

Gen

ital

ia

Keputihan: tidak ada ; Perdarahan: _______________________ Laserasi: __________________________ ; VT: Ø ____________; eff: ___________ Miksi: ____________________________ ; Defekasi: _________________________ Lain-lain: Masalah keperawatan: Tidak ada

Tan

gan

dan

kaki

Kemampuan pergerakan: bebas / terbatas ; Kekuatan otot: Refleks: Patella ____ ; Triceps ____ ; Biceps ____ ; Babinsky: _____ Brudzinsky: ____ ; Kernig ____ Keterangan: Edema: √ ; Luka: - Lain-lain: Masalah keperawatan: Gangguan perfusi jaringan

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 23

Aspek Sebelum

hamil*/melahirkan*/sakit* Sesudah

hamil*/melahirkan*/sakit* Nutrisi 3x sehari, porsi normal habis 3x sehari, porsi normal tidak

habis Elimi asi 1500 ml/hari 2000ml/hari Istirahat/tidur 6 jam sehari, teratur 5 jam, tidak teratur Aktivitas Aktivitas normal Aktivitas berkurang Seksual Sering Berkurang Kebersihan Diri

Baik Baik

Koping Baik Baik Ibadah Tidak pernah meninggalkan

ibadah Kadang-kadang meninggalkan ibadah

Konsep diri Baik Merasa malu (gemuk, besar) *) coret yang tidak perlu *) Keterangan:

1. Kadang-kadang meninggalkan ibadah karena ketidaknyamanan yang dirasakan ibu hamil, terasa beban tubuhnya yang berat ditambah bila ibu mangalami asma akan merasa sesak nafas.

2. Merasa malu: parubahan fisik yang dialami ibu hamil tidak jarang menimbulkan perasaan yang tidak percaya diri atau menjadikan seorang ibu hamil merasa malu dengan perubahan badannya yang menjadi besar.

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 24

Pen

geta

huan

dan

Per

ilaku

Kes

ehat

an Kontrasepsi: Ny. A belum memiliki pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi

karena masih hamil pertama. Perawatan bayi/diri: Ny. A belum mengerti mengenai perawatan bayi yang baik karena belum berpengalaman untuk mengurus bayi. Merokok: suami seorang perokok sehingga menambah faktor pencetus terjadinya asma. Obat-obatan/Jamu: obat asma (Bronkodilator spiriva) Lain-lain:- Masalah keperawatan: Kurang Pengetahuan

Pem

erik

saan

Pen

unja

ng

dan

Ter

api

Laboratorium Foto/Radiologi USG Lain-lain

Terapi/ Tindakan medis:

Surabaya,…………………….

Ners,

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 25

FORMAT ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH DS: pasien mengeluh sesak nafas DO: frekuensi pernafasan : 30 x/menit, penggunaan otot-otot asesori pernapasan, nafas pendek, wheezing, dispnea

Penyempitan bronkus/asma ↓

Hipoventilasi ↓

Kompensasi tubuh (hiperventilasi) ↓

Penggunaan otot-otot asesori pernapasan, nafas pendek,

wheezing, dispnea,

Pola nafas tidak efektif

DS: Hidung tersumbat DO: frekuensi pernafasan : 30 x/menit, batuk kering

Alergen ↓

Pelepasan mediator inflamasi ↓

Reaksi Ag Ab sel mast paru ↓

Edema mukosa dan dinding bronkus

↓ Saluran nafas terhambat

Bersihan jalan nafas tidak efektif

DS: Klien mengeluh tidak bisa mengeluarkan sekret DO: frekuensi pernafasan : 30 x/menit, adanya sputum kental

Penyempitan bronkus/asama ↓

Gangguan ventilasi (hipoventilasi) ↓

Tubuh kekurangan O2 ↓

Suplai O2 ke otak tidak adekuat ↓

Hipoksia

Gangguan pertukaran gas

DS:

Pasien mengatakan tidak

memiliki keinginan untuk

melakukan hubungan

Asma ↓

↑ RR ↓

Kurangnya keinginan untuk

Perubahan pola seksualitas

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 26

seksual ketika asma

muncul.

DO: Pasien mengatakan

tentang frekuensi

seksualitas kepada

perawat

melakukan hubungan seksual ↓

Perubahan pola seksual

DS: Klien menyatakan bahwa klien tidak nafsu makan DO: porsi makan hanya separuh yang dihabiskan, mual, muntah

Penyempitan bronkus/asma ↓

Gangguan ventilasi (hipoventilasi) ↓

Kompensasi tubuh (Hiperventilasi)

↓ Nafas pendek, wheezing, dispnea

↓ Mual

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Diagnosa Keperawatan

1. Pola napas tak efektif berhubungan dengan bronkospasme

2. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

sekret

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan spasme/penyempitan bronkus

4. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan sesak nafas akibat asma.

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah akibat dispnea

6. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit (kehamilan disertai asma)

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah mengerti

8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan dispnea

9. Risiko cidera pada janin berhubungan dengan fetal distress.

Intervensi Keperawatan

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 27

1. Diagnosa : Pola napas tak efektif berhubungan dengan bronkospasme.

Tujuan : Perbaikan pola napas.

Kriteria hasil :

a. Mempertahankan ventilasi adekuat dengan menunjukan RR:18-20 x/menit

dan irama napas teratur

b. Tidak terjadi wheezing.

c. Tidak mengalami sianosis atau tanda hipoksia lain.

d. Pasien dapat melakukan pernafasan dalam.

e. Ekspansi paru mengembang.

Intervensi Rasional

Kolaborasi

Berikan oksigen tambahan.

Mandiri

a. Tinggikan kepala dan bantu

Mengubah posisi. Berikan posisi

semi fowler.

b. Ajarkan pasien pernapasan dalam.

c. Auskultasi bunyi nafas dan catat

adanya bunyi nafas seperti

wheezing.

d. Kaji frekuensi kedalaman

pernafasan dan ekspansi dada.

e. Observasi pola batuk dan karakter

sekret.

Memaksimalkan bernapas dan

menurunkan kerja napas.

a. Duduk tinggi memungkinkan

ekspansi paru dan memudahkan

pernapasan.

b. Membantu pasien memperpanjang

waktu ekspirasi sehingga pasien

akan bernapas lebih efektif dan

efisien.

c. Wheezing menyertai obstruksi jalan

nafas atau kegagalan pernafasan.

d. Kecepatan biasanya mencapai

kedalaman pernafasan bervariasi

tergantung derajat gagal nafas.

Expansi dada terbatas yang

berhubungan dg nyeri dada.

e. Kongesti alveolar mengakibatkan

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 28

batuk sering/iritasi.

2. Diagnosa : Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan

produksi sekret.

Tujuan : Pencapaian bersihan jalan napas.

Kriteria hasil :

a. Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih atau jelas.

b. Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas misalnya

batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi Rasional

Kolaborasi

Bronkodilator, misal albuterol

(Ventolin)

Mandiri

a. Tinggatkan masukan cairan

terutama air hangat.

b. Berikan pasien posisi yang nyaman,

misal peninggian kepala tempat

tidur, duduk pada sandaran tempat

tidur.

c. Pertahankan polusi lingkungan

minimum, misal debu, asap dan

Memberikan pasien beberapa cara

untuk mengatasi dan mengontrol

dispnea. Merilekskan otot halus

dan Menurunkan kongesti lokal,

menurunkan spasme jalan napas,

mengi dan produksi mukosa.

a. Penggunaan cairan hangat dapat

menurunkan spasme bronkus,

kekentalan skret dan

mempermudah penggeluaran.

b. Peninggian kepala tempat tidur

mempermudah fungsi pernapasan

dengan menggunakan gravitasi.

c. Pencetus tipe reaksi alergi

Pernapasan.

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 29

3. Diagnosa : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan spasme/penyempitan

bronkus

Tujuan : Pertukaran gas adekuat

Kriteria hasil : perbaikan ventilasi (dispnea hilang, oksigenasi adekuat), GDA

rentang normal (PO2 : 80-100 mmhg, PCO2 : 35-45 mmHg, HCO3 : 22-26 ,

SaO2 : >95 %)

Intervensi Rasional

Mandiri

a. Dorong pasien untuk mengeluarkan

sputum

b. Tinggikan kepala dan bantu

Mengubah posisi. Berikan posisi

semi fowler

c. Auskultasi bunyi nafas

Kolaborasi

a. Berikan oksigen tambahan

a. Sekresi yang kental dan banyak

adalah sumber utama gangguan

pertukaran gas pada jalan nafas

kecil

b. Duduk tinggi memungkinkan

ekspansi paru dan memudahkan

pernapasan

c. Adanya mengi mengindikasikan

spasme bronkus atau tertahannya

sekret

a. Memaksimalkan bernapas dan

menurunkan kerja napas.

bulu bantal yang berhubungan

dengan kondisi individu.

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 30

4. Diagnosa : Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan sesak nafas akibat

asma.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam klien dan pasangan

dapat memahami bahwa seksualitas tidak hanya terbatas pada aktivitas

fisik.

Kriteria hasil :

Suami memberikan dukungan psikologis terhadap pengobatan istri.

Intervensi Rasional

1. Ciptakan hubungan terapeutik atas

dasar saling percaya dan saling

menghargai, berikan privasi dan

kepercayaan diri klien.

2. Anjurkan klien untuk

mengungkapkan ketakutan dan

menanyakan masalah.

3. Diskusikan bentuk alternatif

ekspresi seksual yang dapat

diterima pada klien sesuai

kebutuhan.

4. Libatkan pasangan dalam diskusi.

1. Mempermudah asuhan

keperawatan untuk pasien.

2. Menggali masalah yang dihadapi

klien.

3. Menyesuaikan rencana tindakan

dengan kebutuhan klien.

4. Akan meningkatkan motivasi klien

dalam proses penyembuhan.

5. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual, muntah akibat dispnea.

Tujuan : Memenuhi kebutuhan nutrisi adekuat.

Kriteria hasil :

a. Menunjukkan berat badan yang stabil atau meningkat sesuai dengan

yang diharapkan nilai laboratorium normal.

b. Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi.

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 31

c. Klien mengetahui makanan yang dapat menyebabkan serangan asma.

Intervensi Rasional

Mandiri

a. Berikan makan porsi kecil tapi

sering.

b. Hindari makanan penghasil gas dan

minuman karbonat.

c. Timbang berat badan sesuai

indikasi.

d. Anjurkan klien untuk menghindari

alergen berupa makanan yang dapat

menimbulkan serangan asma.

Kolaborasi

Konsul ahli gizi/nutrisi untuk

memberikan makanan yang mudah

cerna, secara nutrisi seimbang.

a. Memberikan kesempatan untuk

meningkatkan masukan kalori total.

b. Dapat menghasilkan distensi

abdomen yang mengganggu napas

abdomen dan gerakan diafragma,

dan dapat meningkatkan dispnea.

c. Berguna untuk menentukan

kebutuhan kalori, menyusun tujuan

berat badan dan evaluasi

keadekuatan rencana nutrisi.

d. Menghindari alergen akan

mencegah timbulnya serangan

asma.

Metode makan dan kebutuhan kalori

didasarkan pada situasi/kebutuhan

individu untuk memberikan nutrisi

maksimal dengan upaya minimal

pasien.

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 32

PENUTUP

Kesimpulan

Asma dalam kehamilan adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas

terutama sel mast dan eosinofil sehingga menimbulkan gejala periodik berupa

mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk yang ditemukan pada wanita

hamil.

Berdasarkan etiologinya, asma dapat dikelompokkan menjadi dua jenis

yaitu asma intrinsik ( disebabkan oleh allergen antara lain : serbuk-serbuk, debu,

bulu binatang, susu, telor, ikan, obat-obatan serta bahan-bahan alergen yang lain)

dan asma ektrinsik (udara dingin, zat kimia, polutan udara, perubahan tekanan

udara, aktifitas fisik yang berlebih, ketegangan mental dan lain-lain).

Manifestasi klinis dari asma antara lain : nafas pendek, wheezing, dispnea

dengan lama ekspirasi, penggunaan otot-otot asesori pernapasan, pernapasan

cuping hidung, batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen

jalan napas sempit, sianosis, kecemasan dan lain-lain.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asma bronkiale atau

sering disebut sebagai faktor pencetus adalah : allergen, infeksi saluran nafas,

stress, olah raga/kegiatan jasmani yang berat, obat-obatan, polusi udara, dan

lingkungan kerja.

Saran

Perawat dalam membuat asuhan keperawatan sebaiknya benar-benar

memperhatikan setiap keluhan dari pasien sehingga nantinya tidak akan

melewatkan hal-hal penting yang mungkin dapat berakibat buruk bagi janin.

Selain itu, perawat juga harusberkolaborasi dengan tim medis lain untuk

memberi terapi pada ibu dan janin serta keluarga sehingga akan dapat

memperbaiki kualitas hidup dari ibu maupun janinnya.

w w w . s a k t y a i r l a n g g a . w o r d p r e s s . c o m Page 33

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Unair.(2011). Asma. Diakses tanggal 6 Oktober 2011, dari www.fk.unair.ac.id/docfiles/ASMA%20patol.docx

Khanzima.(2010). Asma dalam Kehamilan. Diakses tanggal 6 Oktober 2011, dari http://khanzima.wordpress.com/2010/10/20/asma-dalam-kehamilan/

Fakhrudin.(2009). Hamil dengan Asma. Diakses tanggal 7 Oktober 201, dari http://www.emir-fakhrudin.com/2009/12/hamil-dengan-asma-bronkhial.html

Vitahealth.2008.Informasi Lengkap Untuk Penderita & Keluarganya Asma. Jakarta : GM.

Fakultas Kedokteran Unair.(2011). Asma. Diakses tanggal 5 Oktober 2011, dari www.fk.unair.ac.id/pptfiles/asma%20new%20baru!!!.ppt

Cunningham, F. Gary dkk. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. EGC: Jakarta. Mansjoer, Arief. Kapita Selekta Kedokteran. 1999. Jakarta: Media Aesculapius.