AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

50
AsKep GADAR ASMATIKUS ASMATIKUS PENGERTIAN Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996). Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996). Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001). Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespons terhadap terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Infeksi, ansietas, penggunaan tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi, peningkatan blok adrenergic, dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini. Epidsode akut mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap penisilin. Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medic berupa seranganasam berat kemudian bertambah berat yang refrakter bila serangan 1 – 2 jam pemberian obat untuk serangan asma akut seperti adrenalin subkutan, aminofilin intravena, atau antagonisβ 2 tidak ada perbaikan atau malah memburuk. PATOFISIOLOGI

description

a

Transcript of AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

Page 1: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

AsKep GADAR ASMATIKUS

ASMATIKUS

PENGERTIAN

Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh

periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).

Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme

yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).

Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan

bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).

Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespons terhadap

terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Infeksi, ansietas, penggunaan

tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi, peningkatan blok adrenergic, dan

iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini. Epidsode akut mungkin dicetuskan oleh

hipersensitivitas terhadap penisilin.

Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medic berupa seranganasam berat

kemudian bertambah berat yang refrakter bila serangan 1 – 2 jam pemberian obat untuk serangan

asma akut seperti adrenalin subkutan, aminofilin intravena, atau antagonisβ2 tidak ada perbaikan

atau malah memburuk.

PATOFISIOLOGI

Karakteristik dasar dari asma ( konstriksi otot polos bronchial, pembengkakan mukosa

bronchial, dan pengentalan sekresi ) mengurangi diameter bronchial dan nyata pada status

asmatikus. Abnormalitas ventilasi – perfusi yang mengakibatkan hipoksemia dan respirasi

alkalosis pada awalnya, diikuti oleh respiratori asidosis.

Terhadap penurunan PaO2 dan respirasi alkalosis dengan penurunan PaCO2 dan

peningkatan pH. Dengan meningkatnya keparahan status asmatikus, PaCO2 meningkat dan pH

turun, mencerminkan respirasi asidosis.

 

MANIFESTASI KLINIK

Page 2: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

Manifestasi klinik status asmatikus adalah sama dengan manifestasi yang terdapat pada

asma hebat – pernapasan labored, perpanjangan ekshalasi, perbesaran vena leher, mengi.

Namun, lamanya mengi tidak mengindikasikan keparahan serangan. Dengan makin besarnya

obstruksi, mengi dapat hilang, yang sering kali menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan.

Mengenal suatu serangan suatu asma akut pada dasarnya sangat mudah. Dengan

pemeriksaan klinis saja diagnosis sudah dapat ditegakkan, yaitu dengan adanya sesak napas

mendadak disertai bising mengi yang terdengar diseluruh lapangan paru. Namun yang sangat

penting dalam upaya penganggulangannya adalah menentukan derajat serangan terutama

menentukan apakah asam tersebut termasuk dalam serangan asma yang berat.

Asma akut berat yang mengancam jiwa terutama terjadi pada penderita usia pertengahan

atau lanjut, menderita asma yang lama sekitar 10 tahun, pernah mengalami serangan asma akut

berat sebelumnya dan menggunakan terapi steroid jangka panjang. Asma akut berat yang

potensial mengancam jiwa, mempuyai tanda dan gejala sebagai berikut.

a.       Bising mengi dan sesak napas berat sehingga tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan

sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak.

b.      Frekuensi napas lebih dari 25 x / menit

c.       Denyut nadi lebih dari 110x/menit

d.      Arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah

dicapai atau kurang dari 120 lt/menit

e.       Penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi. Pulsus paradoksus, lebih dari 10 mmHg.

EVALUASI DIAGNOSTIC

1.      Pemeriksaan fungsi paru adalah cara yang paling akurat dalam mengkaji obstruksi jalan napas

akut. Fungsi paru yang rendah mengakibatkan dan menyimpangkan gas darah ( respirasi asidosis

), mungkin menandakan bahwa pasien menjadi lelah dan akan membutuhkan ventilasi mekanis,

adalah criteria lain yang menandakan kebutuhan akan perawatan di rumah sakit. Meskipun

kebanyakan pasien tidak membutuhkan ventilasi mekanis, tindakan ini digunakan bila pasien

dalam keadaan gagal napas atau pada mereka yang kelelahan dan yang terlalu letih oleh upaya

bernapas atau mereka yang kondisinya tidak berespons terhadap pengobatan awal.

2.      Pemeriksaan gas darah arteri

Page 3: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

dilakukan jika pasien tidak mampu melakukan maneuver fungsi pernapasan karena obstruksi

berat atau keletihan, atau bila pasien tidak berespon terhadap tindakan. Respirasi alkalosis ( CO 2

rendah ) adalah temuan yang paling umum pada pasien asmatik. Peningkatan PCO2 ( ke kadar

normal atau kadar yang menandakan respirasi asidosis ) seringkali merupakan tanda bahaya

serangan gagal napas. Adanya hipoksia berat, PaO2 < 60 mmHg serta nilai pH darah rendah.

3.      Arus puncak ekspirasi

APE mudah diperiksa dengan alat yang sederhana, flowmeter dan merupakan data yang objektif

dalam menentukan derajat beratnya penyakit. Dinyatakan dalam presentase dari nilai dungaan

atau nilai tertinggi yang pernah dicapai. Apabila kedua nilai itu tidak diketahui dilihat nilai

mutlak saat pemeriksaan.

4.      Pemeriksaan foto thoraks

Pemeriksaan ini terutama dilakukan untuk melihat hal – hal yang ikut memperburuk atau

komplikasi asma akut yang perlu juga mendapat penangan seperti atelektasis, pneumonia, dan

pneumothoraks. Pada serangan asma berat gambaran radiologis thoraks memperlihatkan suatu

hiperlusensi, pelebaran ruang interkostal dan diagfragma yang meurun. Semua gambaran ini

akan hilang seiring dengan hilangnya serangan asma tersebut.

5.      Elektrokardiografi

Tanda – tanda abnormalitas sementara dan refersible setelah terjadi perbaikanklinis adalah

gelombang P meninggi ( P pulmonal ), takikardi dengan atau tanpa aritmea supraventrikuler,

tanda – tanda hipertrofi ventrikel kanan dan defiasi aksis ke kanan. 

PENATALAKSANAAN MEDIS

Semua penderita yang dirawat inap di rumah sakit memperlihatkan keadaan obstruktif

jalan napas yang berat. Perhatian khusus harus diberikan dalam perawatan, sedapat mungkin

dirawat oleh dokter dan perawat yang berpengalaman. Pemantauan dilakukan secara tepat

berpedoman secara klinis, uji faal paru ( APE ) untuk dapat menilai respon pengobatan apakah

membaik atau justru memburuk. Perburukan mungkin saja terjadi oleh karena konstriksi bronkus

yang lebih hebat lagi maupun sebagai akibat terjadinya komplikasiseperti infeksi,

pneumothoraks, pneumomediastinum yang sudah tentu memerlukan pengobatan lainnya. Efek

samping obat yang berbahaya dapat terjadi pada pemberian drips aminofilin. Dokter yang

Page 4: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

merawat harus mampu dengan akurat menentukan kapan penderita meski dikirim ke unit

perawatan intensif.

Penderita status asmatikus yang dirawat inap di ruangan, setelah dikirim dari UGD

dilakukan penatalaksaanan sebagai berikut.

1)      Pemberian terapi oksigen dilanjutkan

Terapi oksigen dilakukan megnatasi dispena, sianosis, danhipoksemia. Oksigen aliran rendah

yang dilembabkan baik dengan masker Venturi atau kateter hidung diberikan. Aliran oksigen

yang diberikan didasarkan pada nilai – nilai gas darah. PaO2 dipertahankan antara 65 dan 85

mmHg. Pemberian sedative merupakan kontraindikasi. Jika tidak terdapat respons terhadap

pengobatan berulang, dibutuhkan perawatan di rumah sakit.

2)         Agonis β2

Dilanjutkan dengan pemberian inhalasi nebulasi 1 dosis tiap jam, kemudian dapat diperjarang

pemberiannya setiap 4 jam bila sudah ada perbaikan yang jelas. Sebagian alternative lain dapat

diberikan dalam bentuk inhalasi dengan nebuhaler / volumatic atau secara injeksi. Bila terjadi

perburukan, diberikan drips salbutamol atau terbutalin.

3)         Aminofilin

Diberikan melalui infuse / drip dengan dosis 0,5 – 0,9 mg/kg BB / jam. Pemberian per drip

didahului dengan pemberian secara bolus apabila belum diberikan. Dosis drip aminofilin

direndahkan pada penderita dengan penyakit hati, gagal jantung, atau bila penderita

menggunakan simetidin, siprofloksasin atau eritromisin. Dosis tinggi diberikan pada perokok.

Gejala toksik pemberian aminofilin perlu diperhatikan. Bila terjadi mual, muntah, atau anoreksia

dosis harus diturunkan. Bila terjadi konfulsi, aritmia jantung drip aminofilin segera dihentikan

karena terjadi gejala toksik yang berbahaya.

4)         Kortikosteroid

Kortikosteroid dosis tinggi intraveni diberikan setiap 2 – 8 jam tergantung beratnya keadaan

serta kecepatan respon. Preparat pilihan adalah hidrokortison 200 – 400 mg dengan dosis

keseluruhan 1 – 4 gr / 24 jam. Sediaan yang lain dapat juga diberikan sebagai alternative adalah

triamsiolon 40 – 80 mg, dexamethason / betamethason 5 – 10 mg. bila tidak tersedia

Page 5: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

kortikosteroid intravena dapat diberikan kortikosteroid per oral yaitu predmison atau

predmisolon 30 – 60 mg/ hari.

5)         Antikolonergik

Iptropium bromide dapt diberikan baik sendiri maupun dalam kombinasi dengan agonis β2 secara

inhalasi nebulisasi terutama penambahan – penambahan ini tidak diperlukan bila pemberian

agonis β2 sudah memberikan hasil yang baik.

6)         Pengobatan lainnya

a)      Hidrasi dan keseimbangan elektrolit

Dehidrasi hendaknya dinilai secara klinis, perlu juga pemeriksaan elektrolit serum, dan penilaian

adanya asidosis metabolic. Ringer laktat dapat diberikan sebagai terapi awal untuk dehidrasi dan

pada keadaan asidosis metabolic diberikan Natrium Bikarbonat.

b)      Mukolitik dan ekpetorans

Walaupun manfaatnya diragukan pada penderita dengan obstruksi jalan berat ekspektorans

seperti obat batuk hitam dan gliseril guaikolat dapat diberikan, demikian juga mukolitik

bromeksin maupun N-asetilsistein.

c)      Fisioterapi dada

Drainase postural, fibrasi dan perkusi serta teknik fisioterapi lainnya hanya dilakukan pada

penderita hipersekresi mucus sebagai penyebab utama eksaserbasi akut yang terjadi.

d)     Antibiotic

Diberikan kalau jelas ada tanda – tanda infeksi seperti demam, sputum purulent dengan neutrofil

leukositosis.

e)      Sedasi dan antihistamin

Obat – obat sedative merupakan indikasi kontra, kecuali di ruang perawatan intensif. Sedangkan

antihistamin tidak terbukti bermanfaat dalam pengobatan asma akut berat malahan dapat

menyebabkan pengeringan dahak yang mengakibatkan sumbatan bronkus.

Penatalaksanaan lanjutan

Setelah diberikan terapi intensif awal, dilakukan monitor yang ketat terhadap respon

pengobatan dengan menilai parameter klinis seperti sesak napas, bising mengi, frekuensi napas,

Page 6: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

frekuensi nadi, retraksi otot bantu napas. APE, fotothoraks, AGD, kadar serum aminofilin, kadar

kalium dan gula darah diperiksa sebagai dasar tindakan selanjutnya.

Indikasi perawatan intensif

Penderita yang tidak menunjukkan respon terhadap terapi intensif yangdiberikan perlu dipikirkan

apakah penderita akan dikirim ke unit perawatan intensif. Adapun penderita yang memerlukan

perawatan intensif yaitu

a.       Terdapat tanda- tanda kelelahan

b.      Gelisah, bingung, kesadaran menurun

c.       Terjadi henti napas ( PaO2 < 40 mmHg atau PaCO2 > 45 mmHg ) sesudah pemberian oksigen.

Penatalaksanaan lanjutan diruangan

Pada penderita yang telah menunjukkan respon yang baik terhadap pengobatan, terapi intensif

dilanjutkan paling sedikit 2 hari. Pada 2 – 5 hari pertama semua pengobatan intravena diganti,

diberikan steroid oral dan aminofilin oral serta agonis β2 dengan inhaler dosis terukur 6 – 8 x/

hari atau preparat oral 3 – 4 x/hari. Pada hari 5 – 10, steroid oral ( predmison, predmisolon  )

diturunkan, obat agonis β2 dan aminofilin diteruskan.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Tanda – tanda dehidrasi diidentifikasi dengan memeriksa turgor kulit. Masukan cairan

penting untuk melawan dehidrasi, mengencerkan sekresi, dan untuk memudahkan ekspektorasi.

Cairan intravena diberikan sesuai dengan yang diharuskan, hingga 3 sampai 4 L/hari, kecuali bila

ada kontraindikasi.

Pemantauan terhadap pasien oleh perawat secara terus – menerus, penting dilakukan

dalam 12 sampai 24 jam pertama, atau sampai status asmatikus dapat diatasi. Energy pasien

harus dihemat dan ruangan harus tenang serta bebas dari iritan pernapasan, termasuk bunga,

asap, tembakau, parfum, atau bau bahan pembersih. Bantal nonalergik harus digunakan.

PENYULUHAN PASIEN

Penatalaksanaan lepas rawat

Sebagai patokan, penderita dapat dipulangkan bila :

a.       Tidak ada sesak waktu istirahat

b.      Bising mengi tidak ada atau minimal

Page 7: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

c.       Retraksi otot bantu napas minimal

d.      Tidur sudah normal

e.       APE > 70 % dari nilai normal atau nilai terbaik

Selama minggu pertama penderita dipulangkan, diberikan pengobatan yang sama dengan

hari – hari terakhir perawatan di rumah sakit. Yang terpenting adalah mengenai penggunaan

steroid. Penurunan dosis steroid 5 mg / hari baru dilakukan pada minggu kedua pasca perawatan.

Pada penderita asma kronik yang tergantung steroid penurunan steroid dilakukan sampai dosis

rendah yang masih ditoleransi penderita, sebaiknya diberikan dosis tunggal di pagi hari setiap

hari atau selang hari. Kalau memungkinkan lebih baik diberikan steroid aerosol.

Mendidik pasien merupakan bagian penting dari perawatan jika kekambuhan dan

perwatan ulang dipertahankan minimal. Pasien diinstruksikan untuk dengan segera melaporkan

tanda – tanda dan gejala – gejala yang menyulitka, seperti bangun saat malam hari dengan

serangan akut, tidak mendapatkan peredaan komplit dari penggunaan inhaler, atau mengalami

infeksi pernapasan. Bronkodilator mungkin diperlukan sepanjang waktu. Obat – obat tertentu

( yaitu teofilin dan kortikosteroid ) dapat ditambahkan atau dosisnya dinaikkan ketika terjadi

serangan asmatik. Hidrasi adekuat harus dipertahankan di rumah untuk menjaga sekresi agar

tidak mengental. Pasien harus diingatkan bahwa infeksi harus dihindari karena infeksi dapat

mencetuskan serangan.

Aktivitas perawatan diri tertentu meningkatkan penggagalan serangan hebat dan

memberikan suatu kemadirian. Jika diresepkan teofilin oral kerja lama, instruksi yang cermat

diberikan tentang bahaya penggunaan yang berlebihan. Adrenergic β2-selektif, seperti

metaproterenol atau albuterol, mungkin juga diresepkan untuk pemberian mandiri dengan inhaler

genggam dosis terukur. Bila bronkodilator ini tidak berhasil, kortikosteroid ( kerja cepat, dosis

besar ), biasanya prednisone, diresepkan. Intruksi tentang penggunaan obat – obat ini juga

diberikan dan pasien disarankan untuk mencari perawatan tindak lanjut sesuai kebutuhan.

KAJIAN KEPERAWATAN KRITIS

AIRWAY

Pengkajian: 

Pada pasien dengan status asmatikus ditemukan adanya penumpukan sputum pada jalan nafas.

Page 8: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini memperlihatkan

kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan oksigen semakin sedikit yang dapat diperoleh.

Diagnose keperawatan :

Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum

Intervensi :

a.       Amankan pasien ke tempat yang aman

R/ lokasi yang luas memungkinkan sirkulasi udara yang lebih banyak untuk pasien

b.      Kaji tingkat kesadaran pasien

R/  dengan melihat, mendengar, dan merasakan dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat

kesadaran pasien

c.       Segera minta pertolongan

R/ bantuan segera dari rumah sakit memungkinkan pertolongan yang lebih intensif

d.      Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga ke mulut pasien

R/ mengetahui tingkat pernapasan pasien dan mengetahui adanya penumpukan sekret

e.       Berikan teknik membuka jalan napas dengan cara memiringkan pasien setengah telungkup dan

membuka mulutnya

R/ memudahkan untuk mengeluarkan sputum pada jalan napas

BREATHING

Pengkajian :

Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha napas pasien untuk

memperoleh oksigen yang diperlukan oleh tubuh. Namun pada status asmatikus pasien

mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas. Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha

ventilasi pasien tidak efektif. Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga

pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam

bergerak. Pada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25 x / menit. Pantau

adanya mengi.

Diagnose keperawatan :

Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas

Intervensi :

a.       Kaji usaha dan frekuensi napas pasien

R/ mengetahui tingkat usaha napas pasien

Page 9: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

b.      Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga pada hidung pasien serta pipi ke mulut

pasien

R/ mengetahui masih adanya usaha napas pasien

c.       Pantau ekspansi dada pasien

R/ mengetahui masih adanya pengembangan dada pasien

CIRCULATION

Pengkajian :

Pada kasus status asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka

jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya

peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula penurunan tekanan darah sistolik

pada waktu inspirasi. Pulsus paradoksus, lebih dari 10 mmHg. Arus puncak ekspirasi ( APE )

kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120

lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap

circulation ini.

Diagnose Keperawatan :

perubahan perfusi jaringan perifer b/d kekurangan oksigen

Intervensi :

        pantau tanda – tanda vital ( nadi, warna kulit ) dengan menyentuh nadi jugularis

R/ mengetahui masih adanya denyut nadi yang teraba

 

DISABILITY

Pengkajian :

Pada tahap pengkajian ini diperoleh hasil bahwa pasien dengan status asmatikus mengalami

penurunan kesadaran. Disamping itu pasien yang masih dapat berespon hanya dapat

mengeluarkan kalimat yang terbata – bata dan tidak mampu menyelesaikan satu kalimat akibat

usaha napas yang dilakukannya sehingga dapat menimbulkan kelelahan . Namun pada penurunan

kesadaran semua motorik sensorik pasien unrespon.

EXPOSURE

Pengkajian :

Page 10: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

Setelah tindakan pemantauan airway, breathing, circulation, disability, dan exposure dilakukan,

maka tindakan selanjutnya yakni transportasi ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan

yang lebih intesif.

Diposkan 23rd February 2011 oleh Lia Tipa

Lia Tipa

AsKep GADAR ASMATIKUS

Sistem Saraf

AsKep Anak - Asma Bronkial

AsKep GADAR ASMATIKUS

ASMATIKUS

Page 11: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

PENGERTIAN

Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh

periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).

Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme

yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).

Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan

bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).

Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespons terhadap

terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Infeksi, ansietas, penggunaan

tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi, peningkatan blok adrenergic, dan

iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini. Epidsode akut mungkin dicetuskan oleh

hipersensitivitas terhadap penisilin.

Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medic berupa seranganasam berat

kemudian bertambah berat yang refrakter bila serangan 1 – 2 jam pemberian obat untuk serangan

asma akut seperti adrenalin subkutan, aminofilin intravena, atau antagonisβ2 tidak ada perbaikan

atau malah memburuk.

PATOFISIOLOGI

Karakteristik dasar dari asma ( konstriksi otot polos bronchial, pembengkakan mukosa

bronchial, dan pengentalan sekresi ) mengurangi diameter bronchial dan nyata pada status

asmatikus. Abnormalitas ventilasi – perfusi yang mengakibatkan hipoksemia dan respirasi

alkalosis pada awalnya, diikuti oleh respiratori asidosis.

Terhadap penurunan PaO2 dan respirasi alkalosis dengan penurunan PaCO2 dan

peningkatan pH. Dengan meningkatnya keparahan status asmatikus, PaCO2 meningkat dan pH

turun, mencerminkan respirasi asidosis.

 

MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinik status asmatikus adalah sama dengan manifestasi yang terdapat pada

asma hebat – pernapasan labored, perpanjangan ekshalasi, perbesaran vena leher, mengi.

Namun, lamanya mengi tidak mengindikasikan keparahan serangan. Dengan makin besarnya

obstruksi, mengi dapat hilang, yang sering kali menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan.

Page 12: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

Mengenal suatu serangan suatu asma akut pada dasarnya sangat mudah. Dengan

pemeriksaan klinis saja diagnosis sudah dapat ditegakkan, yaitu dengan adanya sesak napas

mendadak disertai bising mengi yang terdengar diseluruh lapangan paru. Namun yang sangat

penting dalam upaya penganggulangannya adalah menentukan derajat serangan terutama

menentukan apakah asam tersebut termasuk dalam serangan asma yang berat.

Asma akut berat yang mengancam jiwa terutama terjadi pada penderita usia pertengahan

atau lanjut, menderita asma yang lama sekitar 10 tahun, pernah mengalami serangan asma akut

berat sebelumnya dan menggunakan terapi steroid jangka panjang. Asma akut berat yang

potensial mengancam jiwa, mempuyai tanda dan gejala sebagai berikut.

a.       Bising mengi dan sesak napas berat sehingga tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan

sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak.

b.      Frekuensi napas lebih dari 25 x / menit

c.       Denyut nadi lebih dari 110x/menit

d.      Arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah

dicapai atau kurang dari 120 lt/menit

e.       Penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi. Pulsus paradoksus, lebih dari 10 mmHg.

EVALUASI DIAGNOSTIC

1.      Pemeriksaan fungsi paru adalah cara yang paling akurat dalam mengkaji obstruksi jalan napas

akut. Fungsi paru yang rendah mengakibatkan dan menyimpangkan gas darah ( respirasi asidosis

), mungkin menandakan bahwa pasien menjadi lelah dan akan membutuhkan ventilasi mekanis,

adalah criteria lain yang menandakan kebutuhan akan perawatan di rumah sakit. Meskipun

kebanyakan pasien tidak membutuhkan ventilasi mekanis, tindakan ini digunakan bila pasien

dalam keadaan gagal napas atau pada mereka yang kelelahan dan yang terlalu letih oleh upaya

bernapas atau mereka yang kondisinya tidak berespons terhadap pengobatan awal.

2.      Pemeriksaan gas darah arteri

dilakukan jika pasien tidak mampu melakukan maneuver fungsi pernapasan karena obstruksi

berat atau keletihan, atau bila pasien tidak berespon terhadap tindakan. Respirasi alkalosis ( CO 2

rendah ) adalah temuan yang paling umum pada pasien asmatik. Peningkatan PCO2 ( ke kadar

Page 13: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

normal atau kadar yang menandakan respirasi asidosis ) seringkali merupakan tanda bahaya

serangan gagal napas. Adanya hipoksia berat, PaO2 < 60 mmHg serta nilai pH darah rendah.

3.      Arus puncak ekspirasi

APE mudah diperiksa dengan alat yang sederhana, flowmeter dan merupakan data yang objektif

dalam menentukan derajat beratnya penyakit. Dinyatakan dalam presentase dari nilai dungaan

atau nilai tertinggi yang pernah dicapai. Apabila kedua nilai itu tidak diketahui dilihat nilai

mutlak saat pemeriksaan.

4.      Pemeriksaan foto thoraks

Pemeriksaan ini terutama dilakukan untuk melihat hal – hal yang ikut memperburuk atau

komplikasi asma akut yang perlu juga mendapat penangan seperti atelektasis, pneumonia, dan

pneumothoraks. Pada serangan asma berat gambaran radiologis thoraks memperlihatkan suatu

hiperlusensi, pelebaran ruang interkostal dan diagfragma yang meurun. Semua gambaran ini

akan hilang seiring dengan hilangnya serangan asma tersebut.

5.      Elektrokardiografi

Tanda – tanda abnormalitas sementara dan refersible setelah terjadi perbaikanklinis adalah

gelombang P meninggi ( P pulmonal ), takikardi dengan atau tanpa aritmea supraventrikuler,

tanda – tanda hipertrofi ventrikel kanan dan defiasi aksis ke kanan. 

PENATALAKSANAAN MEDIS

Semua penderita yang dirawat inap di rumah sakit memperlihatkan keadaan obstruktif

jalan napas yang berat. Perhatian khusus harus diberikan dalam perawatan, sedapat mungkin

dirawat oleh dokter dan perawat yang berpengalaman. Pemantauan dilakukan secara tepat

berpedoman secara klinis, uji faal paru ( APE ) untuk dapat menilai respon pengobatan apakah

membaik atau justru memburuk. Perburukan mungkin saja terjadi oleh karena konstriksi bronkus

yang lebih hebat lagi maupun sebagai akibat terjadinya komplikasiseperti infeksi,

pneumothoraks, pneumomediastinum yang sudah tentu memerlukan pengobatan lainnya. Efek

samping obat yang berbahaya dapat terjadi pada pemberian drips aminofilin. Dokter yang

merawat harus mampu dengan akurat menentukan kapan penderita meski dikirim ke unit

perawatan intensif.

Penderita status asmatikus yang dirawat inap di ruangan, setelah dikirim dari UGD

dilakukan penatalaksaanan sebagai berikut.

Page 14: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

1)      Pemberian terapi oksigen dilanjutkan

Terapi oksigen dilakukan megnatasi dispena, sianosis, danhipoksemia. Oksigen aliran rendah

yang dilembabkan baik dengan masker Venturi atau kateter hidung diberikan. Aliran oksigen

yang diberikan didasarkan pada nilai – nilai gas darah. PaO2 dipertahankan antara 65 dan 85

mmHg. Pemberian sedative merupakan kontraindikasi. Jika tidak terdapat respons terhadap

pengobatan berulang, dibutuhkan perawatan di rumah sakit.

2)         Agonis β2

Dilanjutkan dengan pemberian inhalasi nebulasi 1 dosis tiap jam, kemudian dapat diperjarang

pemberiannya setiap 4 jam bila sudah ada perbaikan yang jelas. Sebagian alternative lain dapat

diberikan dalam bentuk inhalasi dengan nebuhaler / volumatic atau secara injeksi. Bila terjadi

perburukan, diberikan drips salbutamol atau terbutalin.

3)         Aminofilin

Diberikan melalui infuse / drip dengan dosis 0,5 – 0,9 mg/kg BB / jam. Pemberian per drip

didahului dengan pemberian secara bolus apabila belum diberikan. Dosis drip aminofilin

direndahkan pada penderita dengan penyakit hati, gagal jantung, atau bila penderita

menggunakan simetidin, siprofloksasin atau eritromisin. Dosis tinggi diberikan pada perokok.

Gejala toksik pemberian aminofilin perlu diperhatikan. Bila terjadi mual, muntah, atau anoreksia

dosis harus diturunkan. Bila terjadi konfulsi, aritmia jantung drip aminofilin segera dihentikan

karena terjadi gejala toksik yang berbahaya.

4)         Kortikosteroid

Kortikosteroid dosis tinggi intraveni diberikan setiap 2 – 8 jam tergantung beratnya keadaan

serta kecepatan respon. Preparat pilihan adalah hidrokortison 200 – 400 mg dengan dosis

keseluruhan 1 – 4 gr / 24 jam. Sediaan yang lain dapat juga diberikan sebagai alternative adalah

triamsiolon 40 – 80 mg, dexamethason / betamethason 5 – 10 mg. bila tidak tersedia

kortikosteroid intravena dapat diberikan kortikosteroid per oral yaitu predmison atau

predmisolon 30 – 60 mg/ hari.

5)         Antikolonergik

Page 15: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

Iptropium bromide dapt diberikan baik sendiri maupun dalam kombinasi dengan agonis β2 secara

inhalasi nebulisasi terutama penambahan – penambahan ini tidak diperlukan bila pemberian

agonis β2 sudah memberikan hasil yang baik.

6)         Pengobatan lainnya

a)      Hidrasi dan keseimbangan elektrolit

Dehidrasi hendaknya dinilai secara klinis, perlu juga pemeriksaan elektrolit serum, dan penilaian

adanya asidosis metabolic. Ringer laktat dapat diberikan sebagai terapi awal untuk dehidrasi dan

pada keadaan asidosis metabolic diberikan Natrium Bikarbonat.

b)      Mukolitik dan ekpetorans

Walaupun manfaatnya diragukan pada penderita dengan obstruksi jalan berat ekspektorans

seperti obat batuk hitam dan gliseril guaikolat dapat diberikan, demikian juga mukolitik

bromeksin maupun N-asetilsistein.

c)      Fisioterapi dada

Drainase postural, fibrasi dan perkusi serta teknik fisioterapi lainnya hanya dilakukan pada

penderita hipersekresi mucus sebagai penyebab utama eksaserbasi akut yang terjadi.

d)     Antibiotic

Diberikan kalau jelas ada tanda – tanda infeksi seperti demam, sputum purulent dengan neutrofil

leukositosis.

e)      Sedasi dan antihistamin

Obat – obat sedative merupakan indikasi kontra, kecuali di ruang perawatan intensif. Sedangkan

antihistamin tidak terbukti bermanfaat dalam pengobatan asma akut berat malahan dapat

menyebabkan pengeringan dahak yang mengakibatkan sumbatan bronkus.

Penatalaksanaan lanjutan

Setelah diberikan terapi intensif awal, dilakukan monitor yang ketat terhadap respon

pengobatan dengan menilai parameter klinis seperti sesak napas, bising mengi, frekuensi napas,

frekuensi nadi, retraksi otot bantu napas. APE, fotothoraks, AGD, kadar serum aminofilin, kadar

kalium dan gula darah diperiksa sebagai dasar tindakan selanjutnya.

Indikasi perawatan intensif

Page 16: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

Penderita yang tidak menunjukkan respon terhadap terapi intensif yangdiberikan perlu dipikirkan

apakah penderita akan dikirim ke unit perawatan intensif. Adapun penderita yang memerlukan

perawatan intensif yaitu

a.       Terdapat tanda- tanda kelelahan

b.      Gelisah, bingung, kesadaran menurun

c.       Terjadi henti napas ( PaO2 < 40 mmHg atau PaCO2 > 45 mmHg ) sesudah pemberian oksigen.

Penatalaksanaan lanjutan diruangan

Pada penderita yang telah menunjukkan respon yang baik terhadap pengobatan, terapi intensif

dilanjutkan paling sedikit 2 hari. Pada 2 – 5 hari pertama semua pengobatan intravena diganti,

diberikan steroid oral dan aminofilin oral serta agonis β2 dengan inhaler dosis terukur 6 – 8 x/

hari atau preparat oral 3 – 4 x/hari. Pada hari 5 – 10, steroid oral ( predmison, predmisolon  )

diturunkan, obat agonis β2 dan aminofilin diteruskan.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Tanda – tanda dehidrasi diidentifikasi dengan memeriksa turgor kulit. Masukan cairan

penting untuk melawan dehidrasi, mengencerkan sekresi, dan untuk memudahkan ekspektorasi.

Cairan intravena diberikan sesuai dengan yang diharuskan, hingga 3 sampai 4 L/hari, kecuali bila

ada kontraindikasi.

Pemantauan terhadap pasien oleh perawat secara terus – menerus, penting dilakukan

dalam 12 sampai 24 jam pertama, atau sampai status asmatikus dapat diatasi. Energy pasien

harus dihemat dan ruangan harus tenang serta bebas dari iritan pernapasan, termasuk bunga,

asap, tembakau, parfum, atau bau bahan pembersih. Bantal nonalergik harus digunakan.

PENYULUHAN PASIEN

Penatalaksanaan lepas rawat

Sebagai patokan, penderita dapat dipulangkan bila :

a.       Tidak ada sesak waktu istirahat

b.      Bising mengi tidak ada atau minimal

c.       Retraksi otot bantu napas minimal

d.      Tidur sudah normal

e.       APE > 70 % dari nilai normal atau nilai terbaik

Page 17: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

Selama minggu pertama penderita dipulangkan, diberikan pengobatan yang sama dengan

hari – hari terakhir perawatan di rumah sakit. Yang terpenting adalah mengenai penggunaan

steroid. Penurunan dosis steroid 5 mg / hari baru dilakukan pada minggu kedua pasca perawatan.

Pada penderita asma kronik yang tergantung steroid penurunan steroid dilakukan sampai dosis

rendah yang masih ditoleransi penderita, sebaiknya diberikan dosis tunggal di pagi hari setiap

hari atau selang hari. Kalau memungkinkan lebih baik diberikan steroid aerosol.

Mendidik pasien merupakan bagian penting dari perawatan jika kekambuhan dan

perwatan ulang dipertahankan minimal. Pasien diinstruksikan untuk dengan segera melaporkan

tanda – tanda dan gejala – gejala yang menyulitka, seperti bangun saat malam hari dengan

serangan akut, tidak mendapatkan peredaan komplit dari penggunaan inhaler, atau mengalami

infeksi pernapasan. Bronkodilator mungkin diperlukan sepanjang waktu. Obat – obat tertentu

( yaitu teofilin dan kortikosteroid ) dapat ditambahkan atau dosisnya dinaikkan ketika terjadi

serangan asmatik. Hidrasi adekuat harus dipertahankan di rumah untuk menjaga sekresi agar

tidak mengental. Pasien harus diingatkan bahwa infeksi harus dihindari karena infeksi dapat

mencetuskan serangan.

Aktivitas perawatan diri tertentu meningkatkan penggagalan serangan hebat dan

memberikan suatu kemadirian. Jika diresepkan teofilin oral kerja lama, instruksi yang cermat

diberikan tentang bahaya penggunaan yang berlebihan. Adrenergic β2-selektif, seperti

metaproterenol atau albuterol, mungkin juga diresepkan untuk pemberian mandiri dengan inhaler

genggam dosis terukur. Bila bronkodilator ini tidak berhasil, kortikosteroid ( kerja cepat, dosis

besar ), biasanya prednisone, diresepkan. Intruksi tentang penggunaan obat – obat ini juga

diberikan dan pasien disarankan untuk mencari perawatan tindak lanjut sesuai kebutuhan.

Page 18: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

KAJIAN KEPERAWATAN KRITIS

AIRWAY

Pengkajian: 

Pada pasien dengan status asmatikus ditemukan adanya penumpukan sputum pada jalan nafas.

Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini memperlihatkan

kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan oksigen semakin sedikit yang dapat diperoleh.

Diagnose keperawatan :

Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum

Intervensi :

a.       Amankan pasien ke tempat yang aman

R/ lokasi yang luas memungkinkan sirkulasi udara yang lebih banyak untuk pasien

b.      Kaji tingkat kesadaran pasien

R/  dengan melihat, mendengar, dan merasakan dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat

kesadaran pasien

c.       Segera minta pertolongan

R/ bantuan segera dari rumah sakit memungkinkan pertolongan yang lebih intensif

d.      Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga ke mulut pasien

R/ mengetahui tingkat pernapasan pasien dan mengetahui adanya penumpukan sekret

e.       Berikan teknik membuka jalan napas dengan cara memiringkan pasien setengah telungkup dan

membuka mulutnya

R/ memudahkan untuk mengeluarkan sputum pada jalan napas

BREATHING

Pengkajian :

Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha napas pasien untuk

memperoleh oksigen yang diperlukan oleh tubuh. Namun pada status asmatikus pasien

mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas. Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha

ventilasi pasien tidak efektif. Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga

pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam

bergerak. Pada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25 x / menit. Pantau

adanya mengi.

Page 19: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

Diagnose keperawatan :

Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas

Intervensi :

a.       Kaji usaha dan frekuensi napas pasien

R/ mengetahui tingkat usaha napas pasien

b.      Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga pada hidung pasien serta pipi ke mulut

pasien

R/ mengetahui masih adanya usaha napas pasien

c.       Pantau ekspansi dada pasien

R/ mengetahui masih adanya pengembangan dada pasien

CIRCULATION

Pengkajian :

Pada kasus status asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka

jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya

peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula penurunan tekanan darah sistolik

pada waktu inspirasi. Pulsus paradoksus, lebih dari 10 mmHg. Arus puncak ekspirasi ( APE )

kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120

lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap

circulation ini.

Diagnose Keperawatan :

perubahan perfusi jaringan perifer b/d kekurangan oksigen

Intervensi :

        pantau tanda – tanda vital ( nadi, warna kulit ) dengan menyentuh nadi jugularis

R/ mengetahui masih adanya denyut nadi yang teraba

 

DISABILITY

Pengkajian :

Pada tahap pengkajian ini diperoleh hasil bahwa pasien dengan status asmatikus mengalami

penurunan kesadaran. Disamping itu pasien yang masih dapat berespon hanya dapat

mengeluarkan kalimat yang terbata – bata dan tidak mampu menyelesaikan satu kalimat akibat

Page 20: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

usaha napas yang dilakukannya sehingga dapat menimbulkan kelelahan . Namun pada penurunan

kesadaran semua motorik sensorik pasien unrespon.

EXPOSURE

Pengkajian :

Setelah tindakan pemantauan airway, breathing, circulation, disability, dan exposure dilakukan,

maka tindakan selanjutnya yakni transportasi ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan

yang lebih intesif.

Page 21: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

Askep Asmatikus

A.      Pengertian

Status Asmatikus adalah suatu keadaan dimana penyakit asma yang tidak dapat ditangani

dengan pengobatan biasa, melainkan harus dengan menggunakan alat, seperti Bronkodilator.

Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh

periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif (bersifat menghambat, menyumbat) intermiten

(terjadi berkala setelah interval tertentu), reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara

hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).

Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit gangguan

jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode

bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang

menyebabkan penyempitan jalan nafas.

B.     Etiologi

Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :

1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.

2) Pembengkakan membran bronkus.

3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.

C.    Patofisiologi

         Pencetus serangan (alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi).

         Kontraksi otot polos.

         Edema (penimbunan cairan yang berlebih didalam jaringan) mukusa.

         Hipersekresi (sekresi yang berlebih).

         Penyempitan saluran pernapasan (obstruksi).

         Hipoventilasi (keadaan nafas yang lambat dan dangkal).

         distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru

         Gangguan difusi gas di alveoli

         Hipoxemia (keadaan kadar oksigen yang menurun dalam darah).

Page 22: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

         Hiperkarpia

Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis, kedua

faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret

abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi

mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di

terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan

ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru,

gangguan difusi gas di tingkat alveoli.

Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang disebabkan

alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis

(radang kulit), demam tinggi dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma

intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang

spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.

Mediator kimiaPatofisiologi: WOC

 

Bronkokonstriksi, Edema Mukosa, Sekresi Berlebihan

Penyumbatan jalan nafas  Ventilasi tidak seragamHiperinflasiatelektasisKelenturan berkurangKetidakseimbangan ventilasi dan perfusi

 

Hipoventilasi alveolarasidosis

Surfaktan berkurang

Kerja pernapasan bertambah↑Pco2Vasokonstriksi pulmonal↓Po2

a.        Manifestasi klinis

Manifestasi klinik pada pasien asmatikus adalah batuk, dyspnoe (sesak nafas), dan wheezing

(terengah-engah). Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang

sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak

Page 23: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

penderita bernafas cepat, dalam, gelisa, duduk dengan tangan menyangga ke depan serta tampak

otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.

Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :

1) Tingkat I :

a) Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.

b) Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di

laboratorium.

2) Tingkat II :

a) Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda

obstruksi jalan nafas (batuk, sesak nafas, wheezing).

b) Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

3) Tingkat III :

a) Tanpa keluhan.

b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

c) Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.

4) Tingkat IV :

a) Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.

b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

5) Tingkat V :

a) Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat

bersifat refrakter (tak beraksi) sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.

b) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.

b.        Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :

a. Spirometri (pengukuran kapasitas udara paru) :

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

b. Tes provokasi :

1). Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.

2). Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.

3). Tes provokasi bronkial seperti :

Page 24: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

Tes provokasi histamin (suatu senyawa amin depressor yang didapat dengan dekarboksilasi

histidin), metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi (keadaan nafas yang cepat) dengan

udara dingin dan inhalasi (penghirupan) dengan aqua destilata.

4). Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E (kependekan immunoglobulin, protein

penting dalam mekanisme imunologis) yang spesifik dalam tubuh.

c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.

d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.

e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.

f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.

g. Pemeriksaan sputum.

c.         Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks, atelektasis, gagal

nafas, bronchitis.

d.        Terapi/Pengobatan

1. Bronchodilator Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara oral, tetapi dipakai secara

inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatomimetik (obat

yang efeknya serupa perangsangan saraf ortosimpatik), maka sebaiknya diberikan aminofilin

secara parenteral sebab mekanisme yang berlainan, demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah

digunakan obat golongan Teofilin oral maka sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik

secara aerosol atau parenteral. Obat-obat bronchodilator golongan simpatomimetik bentuk

selektif terhadap adreno reseptor (Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin, Ispenturin, Fenoterol )

mempunyai sifat lebih efektif dan masa kerja lebih lama serta efek samping kecil dibandingkan

dengan bentuk non selektif (Adrenalin, Efedrin, Isoprendlin). Obat-obat Bronkhodilator serta

aerosol bekerja lebih cepat dan efek samping sistemik lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak

nafas berat pada anak-anak dan dewasa. Mula-mula diberikan 2 sedotan dari suatu metered

aerosol defire ( Afulpen metered aerosol ). Jika menunjukkan perbaikan dapat diulang tiap 4 jam,

jika tidak ada perbaikan sampai 10-15 menit berikan aminofilin intrvena. Obat-obat

Bronkhodilatator Simpatomimetik memberi efek samping takhikardi, penggunaan perentral pada

orang tua harus hati-hati, berbahaya pada penyakit hipertensi, kardiovaskuler dan

serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan epineprin 1 : 1000 secara subkutan.

Anak-anak 0.01mg / kg BB subkutan (1mg per mil ) dapat diulang tiap 30 menit untuk 2 - 3 x

Page 25: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

tergantung kebutuhan. Pemberian Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg BB

dewasa/anak-anak, disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10 menit. untuk dosis penunjang 0,9

mg/kg BB/jam secara infus. Efek samping TD menurun bila tidak perlahan-lahan.

2. Kortikosteroid Jika pemberian obat-obat bronkhodilator tidak menunjukkan perbaikan,

dilanjutkan dengan pengobatan kortikosteroid 200 mg hidrokortison atau dengan dosis 3-4

mg/kg BB intravena sebagai dosis permulaan dapat diulang 2-4 jam secara parenteral sampai

serangan akut terkontrol, dengan diikuti pemberian 30-60 mg prednison atau dengan dosis 1-2

mg/kg BB/hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian dosis dikurangi secara bertahap.

3. Pemberian Oksigen Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit dan

dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran seperti Gliserolguayakolat

dapat juga digunakan untuk memperbaiki dehidrasi, maka intik cairan peroral dan infus harus

cukup, sesuai dengan prinsip rehidrasi, antibiotik diberikan bila ada infeksi.

a.        Asuhan Keperawatan Asmatikus

i.        Pengkajian

a. Identitas klien

1). Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin

- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.

- Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.

- Kaji riwayat pekerjaan pasien.

2). Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.

3). Riwayat keluarga: riwayat keturunan

4). Status mental : lemas, takut, gelisah

5). Pernapasan

- Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.

- Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.

- Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung.

- Adanya bunyi napas mengi.

- Adanya batuk berulang.

6). Gastro intestinal : adanya mual, muntah.

7). Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah

ii.      Pemeriksaan Fisik

Page 26: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

Dada:

1). Contour, Confek, tidak ada defresi sternum

2). Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal

3). Keabnormalan struktur Thorax

4). Contour dada simetris

5). Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata

6). RR dan ritme selama satu menit.

Palpasi :

1). Temperatur kulit

2). Premitus : fibrasi dada

3). Pengembangan dada

4). Krepitasi (bunyi seperti gesekan rambut dengan jari)

5). Massa

6). Edema (penimbunan cairan yang berlebih didalam jaringan).

Auskultasi:

1). Vesikuler

2). Broncho vesikuler

3). Hyper ventilasi

4). Rochi

5). Wheezing

6). Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.

iii.    Diagnosa Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUANKRITERIA

HASILINTERVENSI RASIONAL

1. Tidak efektifnya

bersihan jalan

nafas

berhubungan

dengan akumulasi

mukus.

Jalan nafas

kembali

efektif.

Sesak berkurang,

batuk berkurang,

klien dapat

mengeluarkan

sputum,

wheezing

berkurang/hilang,

1.   Auskultasi bunyi nafas,

catat adanya bunyi

nafas, misalnya :

wheezing, ronkhi.

1.    Beberapa derajat

spasme bronkus terjadi

dengan obstruksi jalan

nafas. Bunyi nafas

redup dengan ekspirasi

mengi (empysema),

tak ada fungsi nafas

Page 27: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

vital dalam batas

normal keadaan

umum baik.

(asma berat).

2.   Kaji / pantau frekuensi

pernafasan catat rasio

inspirasi dan ekspirasi.

2.   Takipnea biasanya ada

pada beberapa derajat

dan dapat ditemukan

pada penerimaan

selama strest/adanya

proses infeksi akut.

Pernafasan dapat

melambat dan

frekuensi ekspirasi

memanjang dibanding

inspirasi.

3.   Kaji pasien untuk

posisi yang aman,

misalnya : peninggian

kepala tidak duduk

pada sandaran

3.   Peninggian kepala

tidak mempermudah

fungsi pernafasan

dengan menggunakan

gravitasi.

4.   Observasi karakteristik

batuk, menetap, batuk

pendek, basah. Bantu

tindakan untuk

keefektipan

memperbaiki upaya

batuk.

4.   batuk dapat menetap

tetapi tidak efektif,

khususnya pada klien

lansia, sakit

akut/kelemahan.

5.   Berikan air hangat. 5.   penggunaan cairan

hangat dapat

menurunkan spasme

bronkus.

2. Tidak efektifnya

pola nafas

berhubungan

Pola nafas

kembali

Pola nafas

efektif, bunyi

nafas normal

1.   Kaji frekuensi

kedalaman pernafasan

dan ekspansi dada.

1.   kecepatan biasanya

mencapai kedalaman

pernafasan bervariasi

Page 28: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

dengan penurunan

ekspansi paru.

efektif. atau bersih, TTV

dalam batas

normal, batuk

berkurang,

ekspansi paru

mengembang.

Catat upaya pernafasan

termasuk penggunaan

otot bantu pernafasan /

pelebaran nasal.

tergantung derajat

gagal nafas. Expansi

dada terbatas yang

berhubungan dengan

atelektasis dan atau

nyeri dada

2. Auskultasi bunyi nafas

dan catat adanya bunyi

nafas seperti krekels,

wheezing.

2.   ronki dan wheezing

menyertai obstruksi

jalan nafas / kegagalan

pernafasan.

3. Tinggikan kepala dan

bantu mengubah posisi.

3.   duduk tinggi

memungkinkan

ekspansi paru dan

memudahkan

pernafasan.

4. Observasi pola batuk

dan karakter sekret.

4.   Kongesti alveolar

mengakibatkan batuk

sering/iritasi.

5. Dorong/bantu pasien

dalam nafas dan latihan

batuk.

5.  dapat

meningkatkan/banyak

nya sputum dimana

gangguan ventilasi dan

ditambah ketidak

nyaman upaya

bernafas.

3. Gangguan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan intake

Kebutuhan

nutrisi dapat

terpenuhi.

Keadaan umum

baik, mukosa

bibir lembab,

nafsu makan

baik, tekstur kulit

baik, klien

1. Kaji status nutrisi

klien (tekstur kulit,

rambut, konjungtiva).

1.  menentukan dan

membantu dalam

intervensi selanjutnya.

2. Jelaskan pada klien

tentang pentingnya

nutrisi bagi tubuh.

2.   peningkatan

pengetahuan klien

dapat menaikan

Page 29: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

yang tidak adekuat. menghabiskan

porsi makan yang

disediakan, bising

usus 6-12

kali/menit, berat

badan dalam batas

normal.

partisipasi bagi klien

dalam asuhan

keperawatan.

3. Timbang berat badan

dan tinggi badan.

3.   Penurunan berat badan

yang signifikan

merupakan indikator

kurangnya nutrisi.

4.    Anjurkan klien minum

air hangat saat makan.

4.air hangat dapat

mengurangi mual.

5.Anjurkan klien

makan sedikit-sedikit

tapi sering

5.   memenuhi kebutuhan

nutrisi klien.

4. Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan kelemahan

fisik.

Klien dapat

melakukan

aktivitas

sehari-hari

secara mandiri.

KU klien baik,

badan tidak

lemas, klien

dapat beraktivitas

secara mandiri,

kekuatan otot

terasa pada skala

sedang

1. Evaluasi respons

pasien terhadap

aktivitas. Catat laporan

dyspnea peningkatan

kelemahan/kelelahan

dan perubahan tanda

vital selama dan setelah

aktivitas.

1.     menetapkan

kebutuhan/kemampua

n pasien dan

memudahkan pilihan

intervensi.

2. Jelaskan pentingnya

istirahat dalam rencana

pengobatan dan

perlunya keseimbangan

aktivitas dan istirahat.

2.     Tirah baring

dipertahankan selama

fase akut untuk

menurunkan

kebutuhan metabolik,

menghemat energi

untuk penyembuhan.

3. Bantu pasien memilih

posisi nyaman untuk

istirahat dan atau tidur.

4. Bantu aktivitas

3.pasien mungkin nyaman

dengan kepala tinggi

atau menunduk

kedepan meja atau

Page 30: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

keperawatan diri yang

diperlukan. Berikan

kemajuan peningkatan

aktivitas selama fase

penyembuhan

bantal.

4. meminimalkan

kelelahan dan

membantu

keseimbangan suplai

dan kebutuhan

oksigen.

5. Berikan lingkungan

tenang dan batasi

pengunjung selama fase

akut sesuai indikasi.

5.menurunkan stress dan

rangsangan berlebihan

meningkatkan

istirahat.

5. Kurangnya

pengetahuan

tentang proses

penyakitnya

berhubungan

dengan kurangnya

informasi

Pengetahuan

klien tentang

proses

penyakit

menjadi

bertambah.

Mencari tentang

proses penyakit :

- Klien mengerti

tentang definisi

asma

- Klien mengerti

tentang penyebab

dan pencegahan

dari asma

- Klien mengerti

komplikasi dari

asma

1. Diskusikan aspek

ketidak nyamanan dari

penyakit, lamanya

penyembuhan, dan

harapan kesembuhan.

1.   informasi dapat

manaikkan koping dan

membantu

menurunkan ansietas

dan masalah

berlebihan.

2. Berikan informasi

dalam bentuk tertulis

dan verbal.

2.   kelemahan dan depresi

dapat mempengaruhi

kemampuan untuk

mangasimilasi

informasi atau

mengikuti program

medik.

3. Tekankan

pentingnya

melanjutkan batuk

efektif atau latihan

pernafasan.

3.     selama awal 6-8

minggu setelah

pulang, pasien

beresiko besar untuk

kambuh dari

penyakitnya.

4. Identifikasi tanda 4.     upaya evaluasi dan

Page 31: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

atau gejala yang

memerlukan pelaporan

pemberi perawatan

kesehatan.

intervensi tepat waktu

dapat mencegah

meminimalkan

komplikasi.

5. Buat langkah untuk

meningkatkan

kesehatan umum dan

kesejahteraan, misalnya

: istirahat dan aktivitas

seimbang, diet baik.

5.  menaikan pertahanan

alamiah atau imunitas,

membatasi terpajan

pada patogen.

N

ODIAGNOSA INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Tidak efektifnya bersihan

jalan nafas berhubungan

dengan akumulasi mukus.

Atur posisi klien semi

fowler

Berikan terapi oksigen

Anjurkan istirahat yang

cukup

Mengatur posisi klien

semi fowler

Memberikan terapi

oksigen

Menganjurkan istirahat

yang cukup

S: klien mengatakan jalan

nafas kembali efektif.

O: Klien tidak sesak nafas

: masalah teratasi

:Intervensi diberhentikan

2. Tidak efektifnya pola

nafas berhubungan dengan

penurunan ekspansi paru.

Atur posisi klien semi

fowler

Berikan terapi oksigen

Anjurkan istirahat yang

cukup

Mengatur posisi klien

semi fowler

Memberikan terapi

oksigen

Menganjurkan istirahat

yang cukup

S: klien mengatakan pola

nafas kembali efektif

O: klien tidak sesak nafas

A: masalah teratasi

P: Intervensi diberhentikan

3. Gangguan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat.

Anjurkan klien minum

air hangat saat makan

Anjurkan klien makan

sedikit demi sedikit tapi

sering

Menganjurkan klien

minum air hangat saat

makan

Menganjurkan klien

makan sedikit demi

sedikit tapi sering

S: Klien mengatakan

kebutuhan nutrisi

terpenuhi

O: klien tidak kekurangan

nutrisi

A: Masalah teratasi

P: Intervensi diberhentikan

Page 32: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx

4. Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

kelemahan fisik.

Anjurkan istirahat yang

cukup

Anjurkan minum air

yang banyak

Menganjurkan istirahat

yang cukup

Menganjurkan minum

air yang banyak.

S: Klien mengatakan dapat

melakukan aktifitas.

: klien tidak mengalami

kelemahan fisik

: masalah teratasi

: intervensi diberhentikan

5. Kurangnya pengetahuan

tentang proses penyakitnya

berhubungan dengan

kurangnya informasi

Anjurkan untuk lebih

banyak membaca Koran

atau buku-buku lain

atau juga dengan

browsing internet

Menganjurkan untuk

lebih banyak membaca

Koran atau buku-buku

lain atau juga dengan

browsing internet.

S: klien mengatakan

pengetahuan tentang

proses penyakit menjadi

bertambah.

O: klien tidak kekurangan

informasi

A: masalah teratasi

P: intervensi diberhentikan.

Page 33: AsKep GADAR ASMATIKUS.docx