askep hipertensi
description
Transcript of askep hipertensi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN HIPERTENSI
DI SUSUN OLEH : KELOMPOK II
NURAPITA SURYANI
MUPLIHUN MAULANA
RIRI FEBRINA
RUBIANTI
SITI SRIYANTI
WAYAN SENANTI
WAHYUNA
MAYA CITRA YANTI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES)
MATARAM
2008
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana atas
limpahan rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi “ tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kami mengharapkan saran dan kritik perbaikan yang bersifat membangun demi
sempurnanya makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Mataram, September 2008
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan resiko morbiditas dan mertalitas prematur yang
meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi
penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83
per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih banyak
menderita hipertensi dibandingkan dengan pria. Penyakit hipertensi sering disebut
sebagai the silent disease. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya
mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Penyakit ini
dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang
siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial-ekonomi.
Tingginya tekanan darah yang lama tentu saja akan merusak pembuluh
darah diseluruh tubuh, yang paling jelas pada mata, jantung, ginjal dan otak. Maka
konsekwensi yang biasa pada penderita hipertensi yang lama dan tidak terkontrol
adalah terjadinya gangguan pengelihatan, oklusi koroner, gagal ginjal dan stoke.
Selain itu terjadi pembesaran jantung karena jantung dipaksa untuk meningkatkan
beban kerja jantung saat memompa melawan tinggimya tekanan darah.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah seminar mahasiswa diharapkan dapat mengelola asuhan keperawatan pada
klien dengan hipertensi
2. Tujuan Khusus
Setelah seminar mahasiswa diharapkan mampu untuk
a. Memahami definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik dan penatalaksanaan
pada hipertensi.
b.Memahami asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi.
c.Menerapkan tindakan keperawatan pada klien dengan hipertensi.
3
C. BATASAN MASALAH
Pembahasan makalah ini membatasi pada “ Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi”.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg dan pada usia lanjut
hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan sistololik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg.
Menurut WHO (1978), batas tekan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai Hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi
disebut borderline hypertension.
Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya gagal jantung, stroke dan
gagal ginjal. Dalam penelitian didapatkan angka sekitar 20% populasi orang
dewasa mengalami hipertensi, 90% diantara mereka menderita hipertensi primer
atau esensial, dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya. Oleh karena itu,
upaya penanganan hipertensi primer lebih mendapat prioritas.
B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi adalah :
Gangguan emosi
Obesitas
Mengkonsumsi alkohol dan kopi secara berlebihan
Perokok
Keturunan
Obat-obatan
Proses penuaan
C. DIAGNOSA
5
Diagnosa hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya
dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang
berbeda kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis.
Klasifikasi Tekanan Darah untuk yang berumur 18 Tahun atau lebih
Katagori Sistoliok Diastolik
Optimal
Normal
Normal-tinggi
Hipertensi
Derajat 1
Derajat 2
Derajat 3
< 120
< 130
130-139
140-159
160-179
≥ 180
Dan < 80
Dan < 85
Atau 85-89
Atau 90-99
Atau100-109
≥ 110
Rekomendasi untuk Observasi Lebih Lanjut Setelah Pengukuran Tekanan Darah
Pertama Kali
Tekanan Dara Pertama Kali(mmHg) Observasi yang dianjurkan
Sistolik Diastolik
< 130 < 85
130-139 85-89
140-159 90-99
160-179 100-109
≥ 180 ≥ 110
Pemeriksaan ulang dalam 2 tahun
Pemeriksaan ulang dalam 1 tahun
Dipastikan dalam 2 bulan
Evaluasi dalam 1 bulan
Evaluasi segera / dalam 1 minggu,
tergantung situasi klinis
D. PATOFISIOLOGI
6
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
E. MANIFESTASI KLINIS
7
FAKTOR PENDUKUNG: GENETIK GENDER & USIA DIET OBESITAS LIFE STYLE
FAKTOR PENCETUSPENY GINJALGG THYROIDKONTRASEPSI ORALFR NEUROGENIK (TMOR OTAK)KEHAMILAN
MEMPENGARUHI SISTEM KONTROL T D:SISTM BARORESEPTOR ARTERIPENGATURAN VOL CAIRANN TBH SISTM R AAUTOREGULASI VASKULER
PENGARUH YG TERUS MENERUS
KEGAGALAN STM KONTROL
PE ↑ TKN ARTERI SISTEMIK PERUBAHAN VOL CAIRAN
PE ↑ ALIRAN BALIK VENAKE JANTUNG
COP MENINGKAT
PE ↑ AKTVITAS SRF SIMPATIKPE ↑ AKT N TRANMITER
PEMB DARAHPE ↑ VASOKONTRIKSIPE ↑ ALDOSTERON
JANTUNGHR ME↑
KONTRAKSI ME ↑
GINJALPLPSAN RENIN MRBH ANGIOTENSINOGEN ANGIOTENSIN I ACE ANGIOTENSIN II
RASA NYAMAN NYERI
PE ↓ CO
VASO KONTRIKSI
PELEPASAN ALDOSTERON
RETENSI DARAH DAN AIR
HIPERTENSI
INTOLERAN AKTIVITAS
Perub Keb Nutrisi
KopingTdk
Effektif
Pemeriksaan fisik jarang dijumpai selain peningkatan tekanan darah, dapat
pula ditemukan perubahan pada retina seperti perdarahan, exudat,
penyempitan pembuluh darah dan pada kasus hipertensi barat dapat ditemukan
edema pupil.
Sakit kepala, epistaksis, pusing, dan migren, cepat marah, telinga berdenging,
sukar tidur, rasa berat ditengkuk dam mata berkunang-kunang.
Gejala lain yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti gangguan
pengelihatan, gangguan neurologi, gagal jantung, dan gangguan fungsi ginjal.
Gangguan serebral yang disebabkan oleh hipertensi dapat berupa kejang,
gejala akibat perdarahan pembuluh darah otak berupa kelumpuhan, gangguan
kesadaran bahkan sampai koma.
F. PENATALAKSANAAN
Penanggulangan Hipertensi secara garis besar dibagi dua jenis penatalaksanaan :
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Penurunan berat badan dan pengurangan asupan garam
Diet rendah lemak jenuh
Olahraga yang teratur
Menghindari faktor resiko seperti merokok, minum alkohol, hiperlipidemia
dan stres.
2. Penatalaksanaan Farmakologis
Diuretik
Diuretik mempunyai efek antihipertensi dengan cara menurunkan volume
ekstraselular dan plasma sehingga terjadi penurunan curah jantung. Dosis yang
sering dipakai adalah 25-50 mg, 1-2 kali tiap hari. Penggunan diureti pada
orang tua sebaiknya menggunakan furosemid umumnya 40 mg tiap hari tetapi
beberapa pasien dibutuhkan dosis sampai 160 mg. Efek samping yang serng
dijumpai adalah hipokalemia, hiponatremia, hiperuresemia dan ganggua lain
seperti kelemahan otot, muntah, dan pusing.
Golongan Penghambat Simpatetik
8
Penghambat aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak,
seperti pada pemberian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer
seperti reserpin dan guanetidin.
Metildopa mempunyai efek antihipertensi dengan menurunkan tonus
simpatik secara sentral. Dosis yang dipakai adalah 250 mg, 2-3 kali tiap hari
dan jika diperlukan dapat dinaikkan sampai dosis 2000 mg tiap hari. Efek
samping dapat berupa anemia hemolitik, gangguan faal hati dan kadang-
kadang depat timbul hepatitis kronis.
Klonidin mempunyai cara kerja yang sama dengan metildopa, dosis yang
diperlukan 0,1-1,2 mg tiaphari dengan dosis terbagi. Efek samping yang
timbul adalah sedasi, rasa lelah, rasa kering pada mukosa mulut dan bibir,
impotensi dan pusing.
Penyeket Beta
Mekanisme antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan curah jantung
dan penekanan sekresi renin. Berdasarkan kelarutan dalam air dan lemak,
penyekat beta dibedakan menjadi dua golongan :
(1) golongan yang larut dalam lemak seperti asebutolol, alprenolol,
metoprolol, oksprenolol, pindolol, propranolol, dan timilol yang mempunyai
waktu paruh yang relatif pendek, yaitu 2-6 jam.
(2) golongan yang lebih larut dalam air dan dieliminasi melalui ginjal
seperti atenolol, nadolol, praktolol dan satalol yang mempunyai waktu paruh
yang lebih panjang, yaitu 6-24 jam, sehingga dapat diberikan satu kali sehari.
Vasopresin
Yang termasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin,
minoksidil, diazoksid dan sodium nitroprusid. Obat golongan ini bekerja
langsung pada pembulu darah dengan cara relaksasi otot polos yang akan
mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah akan diikuti oleh
peningkatan aktifitas simpatik dan akan menimbulkan takikardia dan
peninggian kontraktilitas otot miokard yang akan mengakibatkan peningkatan
curah jantung.
9
Sodium nitroprusid biasanya diberikan dengan infus dengan kecepatan
rata-rata 3 mikrogram/kgBB/menit dengan kisaran antara 0,5-8
microgram/kgBB/menit.
Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Kaptopril yang dapat diberikan secara oral menurunkan tekanan darah
dengan cara menghambat enzim konversi angiotensin sehingga terjadi
penurunan kadar angiotensin II, yang mengakibatkan penurunan aldosteron
dan dilatasi arteriol.
Pada hipertensi ringan dan sedangdapat diberikan dosis 2 kali 12,5 mg tiap
hari. Dosis yang biasa adalah 25-50 mg tiap hari.
Efek samping yang timbul adalah kemerahan kulit, gangguan pengecapan,
agranulasi, proteinuria, dan gagal ginjal.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Kelihan utama
Pada klien hipertensi keluhan utamanya sakit kepala/pusing yang disertai
dengan peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh peningkatan tekanan
vaskular serebral.
2. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat yang menyebabkan klien masuk rumah sakit saat ini. Klien biasa
mengeluh sakit kepala/pusing disertai peningkatan tekanan darah.
3. Riwayat penyakit yang lalu
Merupakan gambaran keadaan kesehatan klien dimasa lalu apabila telah
diketahui adanya hipertensi sebelumnya, perlu informasi mengenai
pengobatannya, mengenai efektivitas, dan efek samping obat yang dipakai.
Selain itu, diperlukan keterangan tentang penyakit yang diderita lainnya seperti
DM, penyakit ginjal, serta faktor resiko terjadinya hipertensi seperti rokok,
alkohol, faktor stress, dan data berat badan.
4. Riwayat penyakit keluarga
Apakah terdapat riwayat penyakit keluarga, gejala-gejala penyakit yang
berkaitan dengan hipertensi seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan
lain-lain.
5. Riwayat Psikologis
Meliputi kondisi ekonomi, sosial, lingkungan, budaya, dan emosional dari
klien dan keluarga terhadap kondisi klien pada saat pengkajian dan selama
dirawat dirumah sakit.
6. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : keadaan umum,
Palpasi
Auskultasi : Bunyi Nafas, Nadi, Tekanan darah, frekuensi jantung meningkat,
perubahan irama jantung, takipnu, bunyi jantung.
11
8. Pemeriksaan Penunjang
Hb atau hematokrit, BUN keratin, glukosa, kalium serum, kolesterol dan
TG, kadar aldosteron urine atau serum, urinalisa, asam urat, Ivp, foto thorak dan
EKG ( peninggian gelombang P).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan bagi pasien dapat
mencangkup hal sebagai berikut:
1. Gangguan rasa nyaman atau nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskular serebral.
2. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi iskemia miokardia.
3. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
berlebihan, pola hidup monoton, keyakinan budaya.
5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional atau
maturasional, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, nutrisi
buruk, olahraga tidak teratur, harapan tidak terpenuhi, kerja berlebihan, metoda
koping tidak efektif.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana pengobatan berhubungan
dengan mis intepretasi, menyangkal diagnosis.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman atau nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskular serebral.
Kriteria evaluasi:
Melaporkan rasa nyer atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
Mengungkapkan metoda yang memberikan pengurangan
Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
Intervensi
12
No Intervensi Rasional
a
b
c
d
e
f
Mandiri
Mempertahankan tirah baring selama fase
akut
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
Meminimalkan aktifitas vasokontriksi
Bantu ambulasi sesuai kebutuhan
Berikan makanan lunak, minum dan
perawatan mulut
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
meminimalkan stimulus atau
meningkatkan relaksasi
menurunkan rangsangan simpatis
yang menimbulkan stress, membuat
efek tenang guna menurunkan
tekanan darah.
mengurangi peningkatan tekanan
vaskular
pusing dan pengelihatan kabur
sering berhubungan dengan sakit
kepala, pasien juga dapat
mengalami episoda hipotensi
postural
meningkatkan kenyamanan umum
ketepatan pemberian obat sesuai
indikasi dapat membantu
mempercepat proses penyembuhan.
2. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi iskemia miokardia.
Kriteria evaluasi:
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan beban kerja jantung
Mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal
Mempertahankan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal
Intervensi
13
No Intervensi Rasional
a
b
c
d
e
f
g
h
Mandiri
Observasi tekanan darah secara berkala
Observasi adanya oedema umum atau
tertentu
Observasi adanya perubahan warna kulit,
kelembaban, suhu, dan masa pengisian
kapiler
Atur lingkungan secara nyaman dan
batasi pengunjung
Pertahankan pembatasan aktifitas dan
istirahat
Atur posisi secara nyaman
Ajarkan teknik relaksasi distraksi
Monitor respon terapi obat
perbandingan dari tekanan darah
dapat memberikan gambaran lebih
engkap tentang keterlibatan masalah
vaskuler
adanya oedema mengindikasikan
terjadinya gagal jantung, kerusakan
ginjal atau vaskular
adanya warna pucat, dingin, kulit
lembab, dan masa mengisi kapiler
lambat mungkin berkaitan dengan
vasokontriksi atau penurunan curah
jantung
membantu menurunkan rangsangan
simpatis dan dapt meningkatkan
relaksasi
menurunkan stress dan ketegangan
yang mempengaruhi tekanan darah
menurunkan ketegangan dan
menurunkan rangsangan simpatis
menurunkan rangsangan yang
menimbulkan stress, membantu
efek tenang, dan membantu
menurunkan tekanan darah
respon terapi obat dapat
14
i
j
Kolaborasi
Berikan pembatasan cairan dan diet
natrium
Berikan obat-obat sesuai indikasi
memberikan evaluasi
ataskeberhasilan pengobatan
mengurangi retensi cairan sehingga
mengurangi beban kerja jantung
ketepatan pemberian obat dapat
mempercepat proses penyenbuhan
3. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Kriteria evaluasi:
Berpartisipasi dalam aktifitas yang diharapkan
Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi aktifitas
Interensi
No Intervensi Rasional
a
b
c
Mandiri
Kaji respon pasien terhadap kemampuan
aktifitas, peningkatan tekanan darah dan
nadi
Anjurkan teknik penghematan energi
Berkan dorongan untuk melakukan
aktivitas serta bantu sesuai kebutuhan
respon fisiologis terhadap stress
aktifitas merupakan indikator dari
kelebihan beban kerja yang
berkaitan dengan tingkat aktifitas.
mengurangi penggunaan energi
guna membantu keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
memberikan bantuan hanya
sebatas kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan
aktifitas.Kemajuan aktifitas
15
bertahap dapat memberikan
gambaran dari kemampuan kerja
jantung.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
berlebihan, pola hidup monoton, keyakinan budaya.
Kriteria evaluasi:
Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan
Menunjukkan perubahn pola makan
Mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual
Intervensi
No Intervensi Rasional
a
b
Mandiri
Kaji pemahaman pasien tentang hubungan
langsung antara hipertensi dengan
kegemukan
Bicarakan pentingnya menurunkan
masukan kalori dan batasi masukan lemak,
garam, dan gula sesuai dengan indikasi
kegemukan adalah resiko
tambahan pada tekanan darah
tinggi karena disproporsi antara
kapasitas aorta dan peningkatan
curah jantung berkaitan dengan
peningkatan masa tubuh
kesalahan kebiasaan makan
menunjang terjadinya aterosklesis
dan kegemukan, yang merupakan
predisposisiuntuk hipertensi dan
komplikasinya seperti stoke,
penyakit ginjal dan gagal jantung.
Kelebihan masukan garam
memperbanyak volume cairan
intravaskular dan dapat merusak
ginjal sehingga memperburuk
16
c
d
e
f
g
h
Tetapkan keinginan pasien untuk
menurunkan berat badan
Kaji ulang masukan kalori dan pilihan diet
Tetapkan rencana penurunan berat badan
yang relistik dengan pasien
Dorong pasien untuk mempertahankan
masukan makanan harian
Intruksikan dan bantu memilih makanan
yang tepat
Kolaborasi
hipertensi
motivasi untuk penurunan berat
badan adalah internal. Individu
harus berkeinginan untuk
menurunkan berat badan bila
tidak maka program sama sekali
tidak berhasil
mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan dalam program diet
terakhir. Membant dalam
menentukan kebutuhan individu
untuk penyesuaian guna
pendidikan kesehatan dalam
pemberian diet seimbang
penurunan masukan kalori per
hari dapat secara teori
menurunkan berat badan
memberikan data dasar tentang
keadekuatan nutrisi yang dimakan
dan membantu untuk
memfokuskan perhatian pada
faktor pengontrol perubahan diet
menghindari makanan tinggi
lemak jenuh dan kolesterol
penting untuk mencegah
perkembangan aterogenesis
17
Rujuk ke ahli gizi memberikan konsling dan bantuan
dengan memenuhi kebutuhan diet
individu.
5.Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional atau
maturasional, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, nutrisi
buruk, olahraga tidak teratur, harapan tidak terpenuhi, kerja berlebihan, metoda
koping tidak efektif.
Kriteria evaluasi:
mengidentifikasi prilaku koping efektif dan konsekkuensinya
menyatakn kesadaran kemampuan koping atau kekuatan pribadi
mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk
menghindari atau merubahnya
mendemontrasikan penggunaan ketrampilan atau metoda koping
efektif
Intervensi:
No Intervensi Rasional
a
b
c
Mandiri
Kaji keefektifan strategi koping dengan
mengobservasi perilaku
Catat setiap laporan gangguan tidur,
peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsang, penurunan
toleransi sakit kepala, dan katidakmampuan
menyelesaikan masalah
Bntu pasien untuk mengidentifikasi stresor
mekanisme adaptif perlu untuk
mengubah pola hidup seseorang,
mengatasi hipertensi kronis dan
mengidentifikasi terapi yang
diharuskan kedalam kehidupan
sehari-hari
mekanisme maladaptive mungkin
merupakan indikator marah yang
ditekan dan telah diketahui dapat
menjadi penentu utama tekanan
darah diastolik
pengenalan terhadap stresor
18
d
e
f
spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya
Libatkan pasien dalam rencana perawatan
dan beri dorongan partisipasi maksimal
dalam rencana pengobatan
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas
dan tujuan hidup
Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan
mulai merencanakan perubahan hidup
adalah langkah pertama dalam
mengubah respon seseorang
terhadap stresor
keterlibatan memberikan pasien
perasaan kontrol diri yang
berkelanjutan, memperbaiki
ketrampilan koping dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam
regimen terapiutik
fokus perhatian pasien pada
realitas situasi yang ada relatif
terhadap pandangan pasien
tentang apa yang diinginkan
perubahan yang perlu harus
diprioritaskan secara realistik
untuk menghindari rasatidak
menentu dan tidak berdaya
6.Kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana pengobatan berhubungan
dengan mis intepretasi, menyangkal diagnosis.
Kriteria evaluasi:
Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen penyakit
Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang
perlu diperhatikan
Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal
Intervensi:
No Intervensi Rasional
19
a
b
c
d
Mandiri
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
Ajarkan cara mengidentifikasi cara hidup
sehat
Jelaskan tentang obat yang diresepkan
bersama dengan rasional, dosis, dan efek
samping yang ada
Berikan informasi tentang sumber-
sumber dimasyarakat dan dukungan
pasien dalam membuat perubahan pola
hidup
kesalahan konsep dan menyangkal
diagnosa dapat mempengaruhi
minat pasien dalam mempelajari
penyakit, kemajuan dan prognosis
faktor-faktor resiko dapat
meningkatkan proses penyakit atau
memperburuk gejala dan dukungan,
petunjuk dan empati dapat
meningkatkan keberhasilan pasien
dalam menyelesaikan tugas
pengobatan
informasi yang adekuat dan adanya
pemahaman tentang obat dapat
meningkatkan kerja sama dalam
proses pengobatan
sumber-sumber kesehatan di
masyarkat dan tempat konsling
dapat membantu pasien dalam
upaya mengawali dan
mempertahankan perubahan pola
hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA
20
Doenges. M.E,dkk. 1999. Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, edisi 3. Jakarta. EGC.
Mansjoer. M.E, dkk. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media aesculapius. Pring, silvia andderson. 1990. patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta, EGC. Tarwoto Arif. 2000. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan.
Jakarta : salemba medika.
21