Askep Postnatal

22
ASUHAN KEPERAWATAN POST NATAL Disusun oleh : KURNIAWAN SETYO HADI A21000322 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 1

Transcript of Askep Postnatal

ASUHAN KEPERAWATAN

POST NATAL

Disusun oleh :

KURNIAWAN SETYO HADI

A21000322

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

2011

1

ASKEP POST NATAL

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002)

1. Inti Post Partum

a. Involusi (Lokea)

b. Laktasi

c. Mobilisasi

2. Pembagian Masa Nifas

a. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang

lamanya 6 – 8 minggu.

c. Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

3. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

a. Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil

1. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr

2. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat

dengan berat uterus 750 gr.

3. Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan pusat

simpisis dengan berat uterus 500 gr

4. Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis

dengan berat

5. uterus 350 gr

6. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat

uterus 50 gr

2

b. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium

eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu

persalinan serviks menutup

c. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar

selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah

proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3

minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae

dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia

manjadi lebih menonjol.

d. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.

Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian

besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum

melahirkan.

e. Payudara

Perubahan pada payudara dapat meliputi :

1) Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon

prolaktin setelah persalinan.

2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2

atau hari ke-3 setelah persalinan.

3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi

4. Perawatan Pasca Persalinan

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam

pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk

mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan

duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang.

Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan,

nifas dan sembuhnya luka-luka.

1. Adaptasi Psikologis Post Partum

Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres, terutama ibu primipara.

Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi

3

orang tua. Respon dan support dari keluarga dan teman dekat sangat

dibutuhkan .Riwayat pengalaman hamil dan melahirklan yang lalu dan harapan /

keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan melahirkan dapat mempengaruhi

psikologis ibu . 

Periode ini diexpresikan oleh reva rubin yang terjadi 3 tahap yaitu :

a. Taking in period

Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat

tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat

pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, kebutuhan tidur

meningkat, nafsu makan meningkat

b. Taking hold periode

Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada

kemampuannya menerima tanggungjawab sepenuhnya terhadap perawatan

bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehingga membutuhkan

bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.

c. Letting go period

Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama

keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau

merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.

d. Honneymoon

Fase dimana terjadi intiminasi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi

serta saling memperhatikan bayi mereka dan menciptakan sesuatu yang baru

2. Perawatan Pasca Persalinan

a. Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8

jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri

ubtuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2

diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah

diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada

komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

b. Diet 

Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan

makanan yang mengandung protein, banyak cairan, tinggi serat ,sayur-

sayuran dan buah-buahan.

4

c. Miksi

Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang

wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala

janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani selama persalinan. Bila

kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan

kateterisasi.

d. Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit

buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat

laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.

e. Perawatan Payudara

Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu

lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.

Dianjurkan sekali ibu untuk meyusukan bayinya karena sangat baik untuk

kesehatan bayi dan ibunya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan

dengan cara :

1) Pembalutan mamma sampai tertekan.

2) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan

parlodel

f. Laktasi

Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah

terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma yaitu :

1) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak

bertambah.

2) Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum,

berwarna kuning putih susu.

3) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena

berdilatasi sehingga tampak jelas.

4) Setelah persalinan, pengaruh supresiastrogen dan progesteron hilang.

Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan

merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan

mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi

akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan

g. Perawatan perineum

5

h. Senam nifas

Ibu yang baru melahirkan mungkin enggang banyak bergerak karena merasa

letih dan sakit. 

Tujuan :

1) Membantu mencegah pembentukan bekuan (trombosis) pada pembuluh

tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit

menjadi sehat dan tidak bergantung

2) Berguna bagi semua system tubuh, terutama fungsi usus, kandung

kemih, sirkulasi dan paru-paru

3) Memungkinkan tubuh ibu menjadi sembuh.

Adapun cara senam nifas adalah :

1) Baringkan pada punggung, kedua lutut ditekuk. Letakkan kedua belah

tangan pada perut dibawah bagian iga. Tarik nafas perlahan-lahan dan

dalam lewat hidung, kemudian keluarkan lewat mulut sambil

mengencangkan dinding perut untuk membantu mengosongkan paru-paru.

2) Berbaring pada punggung, kedualengan diluruskan di atas kepala dengan

telapak tangan menghadap ke atas. Kendurkan sedikit lengan kiri dan

kencangkan tungkai kanan sehingga seluruh sisi tubuh yang kiri menjadi

kencang sepenuhnya. Ulangi hal yang sama pada sisi tubuh yang kanan.

3) kontraksi vagina

berbaring pada punggung atau jika terdapat luka jahitan. Pada oerut-

karena posisi ini lebig nyaman. Kedua tungkai sedikit dijauhkan.

Kencangkan dasar panggul, pertahankan selama 3 detik dan kemudian

lemaskan. Teruskan gerakan ini dengan berdiri dan duduk.

4) Memiringkan panggul

Berbaring pada punggung dengan kedua lutut ditekuk. Kontraksikan otot-

otot perut untuk membuat tulang belakang menjadi datar. Dan otot-otot

pantat menjadi kencang-pertahankan selama 3 detik dan kemudian

lemaskan.

5) Sesudah hari ketiga

Berbaring pada punggung, kedua lutut ditekuk dan kedua lengan

direntangkan. Angkat kepala dan bahu hingga sudut sekitar 45 derajat,

pertahankan selama 3 detik dan kemudian perlahan-lahan lemaskan.

letakkan kedua lengan disebelah luar lutut kanan.

3. Post Partum Patologis

6

a. Post Partum Blues

Fenomena post partum blum merupakan sekuel umum kelahilan bayi dan

terjadi hinggga 70 % wanita melahirkan. Berbagai penyebab telah diteliti

termasuk lingkungan kelahiran yang tidak mendukung, perubahan hormin

yang cepat atau keraguan terhadap pran yang baru. Namun, tak satupun dari

dari hal tersebut tampak sebagai latar belakang penyebab yang konsisten.

Post partum blues biasanya dimulai beberapa hari setelah kelahiran dan

selesai 10-14 hari. Karakterisik post partum bluesmeliputi menangis, merasa

letih karena melahirkan, agitasi atau gelisah, perubahan alam perasaan,

menarik diri dan reaksi negatif dari terhadap anak atau keluarga.

Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini adalah dukungan

yang konsisten dari keluarga dan pemberi perawatan, meyakinkan kembali

bahwa ia ”tidak gila” dan memberkan kesempatan untuk meningkatkan

istirahat. Selain itu, dukungan positif terhadap keberhasilannya dalam

menjadi orang tua bayi yang baru lahir dapat membgantu memulihkan

kepercayaan diri terhadap kemampuannya.

b. Perdarahan Post Partum

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24

jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta.

Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600

cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam

Mochtar,MPH,1998).

c. Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml

dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998). HPP biasanya

kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E

Dongoes, 2001). 

d. Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

- Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir

- Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan

komplikasi perdarahan post partum :

1. Menghentikan perdarahan.

2. Mencegah timbulnya syok.

3. Mengganti darah yang hilang.

Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan.

7

Berdasarkan penyebabnya :

1. Atoni uteri (50-60%).

2. Retensio plasenta (16-17%).

3. Sisa plasenta (23-24%).

4. Laserasi jalan lahir (4-5%).

5. Kelainan darah (0,5-0,8%).

e. Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.

Tanda yang sering dijumpai :

- Perdarahan yang banyak.

- Solusio plasenta.

- Kematian janin yang lama dalam kandungan.

- Pre eklampsia dan eklampsia.

- Infeksi, hepatitis dan syok septik.

f. Hematoma

g. Inversi Uterus

h. Subinvolusi Uterus

i. Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan

yaitu :

1) Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya riwayat perdarahan pada

persalinan yang terdahulu.

2) Grande multipara (lebih dari empat anak).

3) Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).

4) Bekas operasi Caesar.

5) Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.

6) Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya :

- Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah

ekstraksi vakum, forsep.

- Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan

kembar, anak besar.

- Uterus yang kelelahan, persalinan lama.

- Uterus yang lembek akibat narkosa.

- Inversi uteri primer dan sekunder.

Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang

banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing,

gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah,

8

ekstremitas dingin, mual.

Gejala Klinis berdasarkan penyebab:

1) AtoniaUteri:

Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan

segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)

Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi

cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)

2) Robekan jalan lahir

Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera

setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.

Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.

3) Retensio plasenta

Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan

segera, kontraksi uterus baik

Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan,

inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan

4) Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)

Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung

pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera

Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi

fundus tidak berkurang.

5) Inversio uterus

Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak

tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau

berat.

Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat

Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk

meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus

menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh

darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi

terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi

perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya

pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau

hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu

proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan

9

postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan

shock hemoragi

Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi

dengan kuat, uterus harus diurut :

- Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus

bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan.

Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat

meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan

nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi

karena penyebab lain selain atoni uteri.

- Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus

uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus

dilakukan.

- Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang

menyertai selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah

yang berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni

uteri atau fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna

merah terang dan kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan

akibat adanya laserasi.

- Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang

beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk,

gunakan rendam duduk setelah 12 jam.

- Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan

ukuran jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim

contoh darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika

pemeriksaan ini belum dilakukan diruang persalinan.

- Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline

normal, terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt

bersama dengan mengurut uterus secara efektif

Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara

IV, dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan

baik, untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.

- Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan

kateter foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran.

10

- Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10

L/menit bila terdapat tanda kegawatan pernafasan.

11

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang

benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan

evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara

sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh

dari wawancara dan pemeriksaan fisik

Pengkajian terhadap klien post meliputi :

a. Identitas klien

Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical

record dan lain – lain

b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu

riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia,

riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh

darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta

2) Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah

banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing,

gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual

3) Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi,

penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan

penyakit menular.

4) Riwayat obstetri dan ginekologi

a) Riwayat obstetric

- Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus,

banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT

- Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa,

Usia mulai hamil

- Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu

a) Riwayat kehamilan sekarang

- Hamil muda, keluhan selama hamil muda

12

- Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan,

tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah,

keadaan gizi akibat mual, keluhan lain

- Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan,

beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat

5) Pola aktifitas sehari-hari

Meliputi kebiasaan makan, istirahat, eliminasi, kegiatan-kegiatan aktifitas

fisik terutama selama hamil

6) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dengan pendekaran

pendokumentasian secara sistematis.

7) Pemeriksaan Psikososial

8) Pemerilsaan Penunjang

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin timbul diantaranya :

a. Resiko tinggi shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan post

partum

b. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelelahan 

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

d. Nyeri berhubungan terputusnya integritas jaringan

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka trauma post partum

f. Konstipasi berhubungan dengan ketakutan untuk defekasi

3. Intervensi

a. Resiko tinggi shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan post

partum

1) Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, perhatikan faktor-faktor

penyebab atau memperberat perdarahan seperti laserasi, retensio plasenta,

sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion.

2) Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung

pembalut; simpan bekuan darah, dan jaringan untuk dievaluasi oleh

dokter

3) Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan

masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatakan

tangan kedua tepat diatas simfisis pubis

13

4) Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan pengisian kapiler atau

sianosis dasar, kuku, membran mukosa dan bibir.

5) Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan

bagi arteri pulmonal secara berkala.

6) cek kadar hemoglobin dan hematokrit darah dan segera lakukan koreksi

jika terjadi penurunan

b. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelelahan 

1) Kaji ulang dan catat tingkat kemampuan aktifitas klien

2) Bantu pemenuhan aktifitas sehari-hari

3) Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktifitas klien

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

1) kaji ulang kebutuhan nutrisi klien

2) berikan makan porsi sedikit tapi sering

3) berikan kesempatan untuk memilih makanan/ kudapan untuk memenuhi

kebutuhan

4) Timbang berat badan setiap minggu

5) tinjau ulang nilai labolatorium misalnya glukosa, albumi serun dan

elektrolit

6) Kolaborasi untuk mendapat obat anti mual

d. Nyeri berhubungan terputusnya integritas jaringan

1) Kaji ulang tingkat nyeri dihubungkan dengan aktifitas klien.

2) Ajarkan klien reknik untuk mengontrol nyeri seperti teknik relaksasi dan

distraksi.

3) Kolaborasi pemberian analgetik

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka trauma post partum

1) Observasi tanda- tanda vital

2) Lakukan perawatan luka dan perawatan perinium secara berkala

3) lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan anti septic

4) Pantau hasil labilatorium terutama leukosit

5) Ciptakan lingkungan yang sehat

f. Konstipasi berhubungan dengan ketakutan untuk defekasi

1) Dorong perasaan klien untuk mengungkapkan perasaannya

2) bantu klien dan orang terdekat untuk mengklarifikasi rasa takutnya

3) Berikan informasi yang akurat dan jelas tentang kebutuhan eliminasi.

14