ASKEP PRESBIAKUSIS

44
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PRESBIAKUSIS DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH SISTEM SENSORI PERSEPSI APLONIA FARIDA DJAMI, SST OLEH KELOMPOK III KELAS C SEMESTER IV 1. YULITA LOBO 2. NADYA R. RADJAH 3. GLADYS O. RAMBU BOBA 4. BENYAMIN ROHI NAWA 5. ENNY P. N. PUARERA 6. SANTI L. MANTOLAS 7. HERANATA SOMI PAYON 8. ELVIANA HOAR 9. YENI W. FAHIK 10. ETNAN E. TEFU 11. MARIAM M. BLORTON PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

description

KONSEP DASAR PENYAKIT, KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN, SATUAN ACARA PENYULUHAN, SATUAN OPERASIONAL PROSEDUR, LEAFLET DAN POSTER

Transcript of ASKEP PRESBIAKUSIS

ASUHAN KEPERAWATAN DENGANPRESBIAKUSISDOSEN PENGAMPU MATA KULIAH SISTEM SENSORI PERSEPSIAPLONIA FARIDA DJAMI, SST

OLEHKELOMPOK III KELAS C SEMESTER IV1. YULITA LOBO2. NADYA R. RADJAH3. GLADYS O. RAMBU BOBA4. BENYAMIN ROHI NAWA5. ENNY P. N. PUARERA6. SANTI L. MANTOLAS7. HERANATA SOMI PAYON8. ELVIANA HOAR9. YENI W. FAHIK10. ETNAN E. TEFU11. MARIAM M. BLORTON

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANCITRA HUSADA MANDIRI KUPANGANGKATAN VITAHUN 2015BAB IITINJAUAN PUSTAKA

I. AnatomiTelinga sebagai organ pendengaran dan ekuilibrium, berisi reseptor-reseptor yang menghantarkan gelombang suara ke dalam impuls-impuls saraf dan reseptor yang berspon pada gerakan kepala. Telinga terbagi dalam tiga bagian : telinga luar, tengah dan dalam.1. Telinga luarTerdiri dari aurikula (pinna) dan kanal auditorius eksternal. Fungsinya untuk menerima suara. Aurikel tersusun atas sebagian besar kartilago yang tertutup dengan kulit. Lobus satu-satunya bagian yang tidak disokong oleh kartilago. Sesuai pertambahan usia kartilago terus dibentuk dalam telinga dan kulit telinga berkurang elastisitasnya; kemudian aurikel tampak lebih besar dari lobulus. Perubahan-perubahan yang menyertai proses penuaan ini adalah pengeriputan lobulus dalam suatu pola oblique linier. Saluran auditorius berbentuk S panjangnya 2,5 cm dari aurikel sampai membran timpani. Serumen disekresi oleh kelenjar yang menangkap benda asing dan melindungi epitelium kanalis. Pada proses penuaan, saluran menjadi dangkal sebagai akibat lipatan ke dalam, pada dinding kanalis silia menjadi lebih kasar dan lebih kaku dan produksi serumen agak berkurang dan lebih kering.

Gambar 1. Anatomi Telinga Luar2. Telinga tengahRuangan berisi udara terletak dalam tulang temporal. Fungsinya memperkuat bunyi yang ditangkap. Terdiri dari 3 tulang artikulasi : maleus, inkus dan stapes yang dihubungkan ke dinding ruang timpanik oleh ligamen. Membran timpani memisahkan telinga tengah dari kanalis auditorius eksternal. Vibrasi membran menyebabkan tulang-tulang bergerak dan mentransmisikan gelombang bunyi melewati ruang ke jendela lonjong. Vibrasi kemudian bergerak melalui cairan dalam telinga tengah dan merangsang reseptor pendengaran. Bagian membran yang tegang yaitu pars tensa sedangkan sedikit tegang adalah pars flaksida. Perubahan atrofik pada membran karena proses penuaan mengakibatkan penampilan dangkal, teregang, putih atau abu-abu. Perubahan ini tidak mempunyai pengaruh jelas pada pendengaran.3. Telinga dalam (Labirin)Labirin tulang dibagi dalam tiga area : vestibula, kanalis semisirkularis dan koklea. Koklea adalah struktur yang menggulung berisis organ Corti, unit fungsional pendengaran. Sel-sel rambut organ Corti dibengkokkan dan diubah oleh vibrasi kemudian diubah menjadi impuls-impuls elektrokimia. Perubahan-perubahan degeneratif pada koklea dan neuron jaras auditorius mengakibatkan Presbiakusis, bilateral, penurunan pendengaran sensorineural yang dimulai pada usia pertengahan. (Lueckenotte,1997).

Gambar 2. Anatomi TelingaII. FisiologiNOSTRUKTURFUNGSI

A. TELINGA LUARMenangkap suara

1.

Daun telingaBagian telinga luar berupa gelambirMengumpulkan dan menyalurkan gelombang bunyi ke dalam telinga

2.

Liang telingaSaluran menuju membran timpaniMembantu mengkonsentrasikan gelombang suara

3.

RambutBerupa bulu-bulu halusMenahan dan menjerat kotoran yang melewati lubang telinga

4.

Kelenjar minyakBagian yang menghasilkan minyakMeminyaki dan menahan kotoran yang melewati lubang telinga

B. TELINGA TENGAHMenjaga tekanan udara agar seimbang

5.

Membran timpaniBerupa selaput tipis (selaput gendang) yang kuatMenangkap getaran bunyi dan menyalurkan ke tulang-tulang pendengar

6.Tulang-tulang pendengaranTerdiri dari Maleus, Inkus, dan Stapesmeneruskan getaran yang disampaikan gendang telinga

7.Kanalis semisirkularis (3 saluran setengah lingkaran) Berupa 3 saluran berlengkung-lengkungAlat keseimbangan tubuh

8.Sakulus dan utrikulus Pangkal kanalis semisirkularis berisi cairan endolimfe dan butiran kalsiumMenjaga keseimbangan tubuh

C.TELINGA DALAMMenerima rangsangan bunyi dan mengirimkannya berupa implus ke otak

9.Rumah siput (koklea) Saluran seperti spiral (berisi cairan endolimfe)Meneruskan rangsang getaran bunyi

10.Organ korti Bagian koklea yang peka terhadap rangsang bunyiMeneruskan getaran bunyi ke saraf auditori

11.Saluran EstachiusSaluran yang menghubungkan telinga tengah dengan hidung dan tenggorokanMenyeimbangkan tekanan udara di luar dan di dalam telinga sehingga gendang telinga tidak rusak.

12.Sel-sel saraf pendengaranSel-sel rambut yang peka terhadap rangsangan bunyiMengendalikan keseimbangan tubuh, untuk mendeteksi posisi tubuh, dan meneriskan bunyi ke otak

III. Konsep Dasar PenyakitA. Penyakit1) PengertianPresbiakusis adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnnya usia. (Boedhi & Hadi, 1999)Presbiakusis adalah penurunan pendengaran normal berkenaan dengan proses penuaan. (Lueckenotte, 1997)Menurut kelompok kami, presbiakusis adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murniberfrekuensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang berhubungandengan lanjutannya usia.

2) EpidemiologiTerjadi pada usia 60-80 tahun. Dapat terjadi mulai umur 40 tahun. Paling banyak ditemukanpada umur 60-65 tahun. Tentang jenis kelamin, kebanyakan penulis menulis laki-laki lebih banyak dari pada wanita.3) Etiologi1) InternalDegenerasi primer aferen dan eferen dari koklea, degenerasi primer organ corti penurunan vascularisasi dari reseptor neuro sensorik mungkin juga mengalami gangguan. Sehingga baik jalur auditorik dan lobus temporalis otak sering terganggu akibat lanjutnya usia.2) EksternalTerpapar bising yang berlebihan, penggunaan obat ototoksik dan reaksi pasca radang. (Boedhi & Hadi, 1999)

4) WOC PRESBIAKUSIS

Proses penuaan

Hilangnya sel-sel rambut pada basal koklea

PRESBIAKUSIS

B6B3

Degenerasi tulang-tulang pendengaran

Kerusakan nervus ke-8

Gangguan neuron-neuron kokhlea keseimbangan

Pendengaran terhadap kata-kata/rangsang suara menurunFungsi pendengaran menurun

Resiko cedera

Gangguan Sensori Persepsi Pendengaran

Kesulitan mengerti pembicaraan

Berdasarkan patologinya dapat dibagi dalam :1) Presbiakusis sensoris (terjadi atrofi organ Corti)Mula-mula sel-sel rambut hilang yang kemudian akan menyebabkan gangguan neuron-neuron kokhlea. Biasanya melibatkan hilangnya sel-sel rambut pada gelang basal kokhlea dan menyebabkan ketulian nada tinggi.2) Presbiakusis neural (neuron pada SSP berkurang)Neuron-neuron kokhlea terganggu sehingga terjadi gangguan terhadap pengertian kata-kata.3) Presbiakusis strial (atrofi stria vaskularis)Proses degenerasi yang menyebabkan tuli sedang hingga berat, dalam hal ini stria vaskularis tampak berdegenerasi dan menciut.4) Presbiakusis koklear-konduktifTerjadi gangguan pergerakan membrane basilaris5) Gejala Klinis1) Kesulitan mengerti pembicaraan2) Ketidakmampuan untuk mendengarkanbunyi-bunyi dengan nada tinggi.3) Kesulitan membedakan pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau ataubergumam.4) Latar belakang bunyi berdering atau berdesis yang konstan5) Perubahan kemampuan mendengar konsonan seperti s, z, t, f dan g6) Suara vokal yang frekuensinya rendah seperti a, e, i, o, u umumnya relatifditerima dengan lengkap. (Lueckenotte, 1997)6) Pemeriksaan Diagnostik dan Hasila. Pemeriksaan Otoskopik Untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan membrane timpani dengan cara inspeksi.Hasil: Serumen berwarna kuning, konsistensi kental serta dinding liang telinga berwarna merah mudab. AudiometriAudiogram nada murni menunjukkan tuli perseptif bilateral simetris, dengan penurunan pada frekuensi diatas 1000 Hz.c. Tes Ketajaman Pendengaran (SOP) Tes penyaringan sederhanaHasil :klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan Klien tidak mendengar dengan jelas detak jarum jam pada jarak 1-2 inchid. Uji RinneHasil: klien tidak mendengar adanya getaran garpu tala dan tidak jelas mendengar adanya bunyi dan saat bunyi menghilang.e. Uji Schwabachf. Uji Weber (SOP)7) Penatalaksanaan1) Terapi Medikamentosa Vasodilator: Asam Nikotinat. Vitamin B kompleks, vitamin A. Keduanya diberikan dalam sebulan (dihentikan bila tidak ada perbaikan). Dipasang alat bantu pendengaran (Hearing Aid).2) Tindakan keperawatan Presbiakusis merupakan penyakit yang sampai sekarang belum dapat disembuhkan, namun beberapa cara untuk mengurangi efek dari penyakit pada kehidupan penderita seperti: Penggunaan alat bantu pendengaran khusus, melatih membaca bibir (lip reading). Implan koklea yang menjadi pengobatan pilihan pada penderita dengan jaras audiosensoris normal.Beberapa cara yang dapat coba dilakukan penderita atau lawan bicara penderita presbiakusis, antara lain: Berhadapan ketika berbicara, bicara sedikit lebih keras, menghindarai lingkungan yang berisik. Merefleksi atau meresume kalimat yang agak panjang, dan berbicara dengan tempo agak lambat.Tidak ada pantangan diet atau pantangan aktivitas khusus untuk penderita presbiakusis, namun beberapa penelitian menyatakan bahwa pengurangan porsi diet sebanyak 30% dan suplemen antioksidan dapat mengurangi produksi radikal bebas yang juga dapat mengakibatkan presbiakusis. Selain itu, pasien juga menghindari suara keras.3) Pencegahana) Pencegahan Primer Hindari paparan dengan bising yang terlalu sering. Membersihkan telinga secara teratur. Membiasakan olahraga. Makan makanan yang bergizi.b) Pencegahan Sekunder Gunakan alat bantu pendengaran. Lakukan latihan untuk meningkatkan keterampilan membaca gerak bibir dan latihan mendengar. Berbicaralah kepada penderita presbiakusis dengan nada rendah dan jelas.c) Pencegahan Tersier Lakukan permeriksaan pendengaran secara rutin.8) Komplikasi1) Trauma akustik (karena kebisingan)2) Penyakit Meniere3) Otosklerosis stadium lanjut

B. Konsep Asuhan Keperawatan1) Pengkajian Keperawatana. Anamnesaa. Identitas klien/: Usia : terjadi pada 60-80 tahun. Dapt terjadi mulai usia 40 tahun.b. Keluhan utama: Pendengaran berkurang, sulit berkomunikasi, telinga berdenging, diplakusis, dapat disertai vertigo, klien susah mendengar pesan atau rangsangan suara.c. Riwayat penyakit sekarang :Pendengaran berkurang, sulit berkomunikasi, telinga berdenging, diplakusis, dapat disertai vertigo yang disebabkan oleh gangguan vestibular ditandai oleh mual dan penglihatan kaburd. Riwayat penyakit dahulu : Kebisingan, Diet lemak tinggi, Merokok dan ketegangan, Proses degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian dalam, Faktor intrinsik seperti genetike. Akitvitas dan Latihan:klien tidak bekerja dan sulit mengikuti perintah untuk melakukan aktivitas di rumah seperti berolahraga ringan.f. Kebutuhan Nutrisi :Diet lemak tinggig. Riwayat Psikososial : Pola koping : klien mengekspresikan perasaan sedih, murung Aktivitas sosial: klien tidak mau mengikuti kegiatan sehari-hari di masyarakat dan lebih senang tinggal di rumah. Hubungan dengan keluarga: kurang baik karena klien mudah tersinggung dan curiga.b. Pemeriksaan FisikPemeriksaan berfokus pada pendengaran.Inspeksi: Periksa struktur daun telinga Periksa kebersihan dan struktur liang telinga Kesulitan dalam mengungkapkan kembali kata-kata yang telah didengar. Adanya ketidakseimbangan antara telinga yang satu dengan telinga yang lain.c. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan Otoskopik :Untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan membrane timpani dengan cara inspeksi.Hasil: Serumen berwarna kuning, konsistensi kental Dinding liang telinga berwarna merah mudab. Audiometri: Audiogram nada murni menunjukkan tuli perseptif bilateral simetris, dengan penurunan pada frekuensi diatas 1000 Hz.c. Tes Ketajaman Pendengaran Tes penyaringan sederhanaHasil : klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan. Klien tidak mendengar dengan jelas detak jarum jam pada jarak 1-2 inchi.d. Uji RinneHasil: klien tidak mendengar adanya getaran garpu tala dan tidak jelas mendengar adanya bunyi dan saat bunyi menghilang.d. Klasifikasi DataSubjektifObjektif

Susah mendengar suara

Tidak mengerti terhadap pembicaraan orang lain Telinga terdengar berdering Raut wajah meringis, tampak binggung saat diajak bicara Tidak adanya umpan balik dari pasien saat diajak bicara Tidak adanya keseimbangan antara telinga yang satu dengan teliga lainnya (saat dilakukan uji weber)

e. Analisa DataSign and SymptonEtiologiProblem

DS: Susah mendengar suaraDO: Tampak bingung saat diajak bicara, Tidak adanya umpan balik dari pasien saat diajak bicara, Tidak adanya keseimbangan antara telinga yang satu dengan teliga lainnya (saat dilakukan uji weber)Perubahan penerimaan sensoriGangguan persepsi sensori (pendengaran)

DS: -DO: -Disfungsi sensoriResiko cedera

2) Diagnosa Keperawatana. Gangguan sensori persepsi: pendengaran b.d perubahan penerimaan sensori yang ditandai dengan tampak bingung saat diajak bicara.b. Resiko cedera b.d disfungsi sensori

3) Intervensi KeperawatanDiagnosa KeperawatanTujuanIntervensi keperawatanRasional

Gangguan sensori persepsi: pendengaran b.d perubahan penerimaan sensoriyang ditandaiDS: Susah mendengar suaraDO: Tampak bingung saat diajak bicara, Tidak adanya umpan balik dari pasien saat diajak bicara, Tidak adanya keseimbangan antara telinga yang satu dengan teliga lainnya (saat dilakukan uji weber)

Goal: klien tidak akan mengalami gangguan sensori persepsi: pendengaran

Objektif: Dalam waktu 3X24 jam klien tidak akan mengalami perubahan penerimaan sensori.

Outcomes: setelah dalam perawatan klien mudah tidak susah mendengar suara, Tidak lagi tampak bingung saat diajak bicara, adanya umpan balik dari pasien saat diajak bicara, adanya keseimbangan antara telinga yang satu dengan teliga lainnya (saat dilakukan uji weber)1. Kaji fungsi pendengaran pasien

2. Berikan edukasi kepada pasien tentang cara koping alternatif terhadap penurunan pendengaran; perawatan alat bantu dengar, bila diprogramkan.

3. Menolong pasien dalam menggunakan alat bantu pendengaran

4. Berikan penjelasan tentang penanganan, prosedur, dan lain-lain kepada pasien dengan jelas dan singkat.

5. Tentukan cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan pasien menggunakan sikap tubuh, isyarat, menuliskan kata-kata dan mengidentifikasi gerak bibir.

6. Minta pasien mengungkapkan perasaannya tentang penurunan pendengaran.1. Untuk melihat sejauh mana fungsi dan tingkat pendengaran pasien

2. Pasien yang berpengetahuan luas dapat melakukan koping terhadap penurunan pendengaran secara lebih baik.

3. Agar pasien bisa menggunakan sesuai dengan instruksi yang diberikan

4. Dengan lebih memahami rencana perawatan, pasien akan bekerja sama lebih baik dalam perawatannya

5. Komunikasi yangterencana dengan pasien akan meningkatkan pemberian perawatan.

6. Kesempatanpasien berbicara tentang penurunan pendengarannya akan meningkatkan penerimaannya terhadap kehilangan.

Resiko cedera b.d disfungsi sensoriGoal: klien tidak akan mengalami resiko cedera

Obective: Dalam waktu 2X24 jam klien tidak akan mengalami disfungsi sensori

Outcomes: Setelah dalam perawatan klien tidak akan mengalami resiko cedera dan disfungsi sensori1. Berikan pendidikan tambahan pada pasien

2. Anjurkan pada pasien untuk pengunaan alat bantu dengar

3. Observasi factor-fakor yang dapat berkonstribusi terhadap cedera

4. Dampingi pasien dalam pemenuhan ADL1. Pendidikan kesehatan dapat membantu pasien dala mengambil langkah untuk menghadapi cedera

2. Untuk meminimalkan pendengaran.

3. Untuk meningkatakan kesadaran pasien dan pemberi asupan.

4. Agar pasien dapat memenuhi pola ADL

4) Implementasi KeperawatanTindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan / intervensi keperawatan yang telah ditetapkan / dibuat.

5) Evaluasi KeperawatanEvaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagian dengan mengacu pada kriteria evaluasi.

C. Lampiran1) SOPSTANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)PEMERIKSAAN PENDENGARAN (TEST BISIKAN)A. FASE PRAINTERAKSI

Membaca status keperawatan pasien/identifikasi pasien (nama pasien, No RM, ruangan, diagnose medis, indikasi/kontraindikasi) Evaluasi diri perawat (mental, persiapan diri dalam pengetahuan, skill/keterampilan) Cuci tangan Persiapan alat: Otoskop Spekulum Arloji Sarung tangan PENILAIAN

B. YATIDAKBOBOT

C. 10

D. FASE INTERAKSI Ucapkan salaam Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan Memberikan kesempatan bertanya kepada pasien Memberikan kontrak waktu dan tempat Mempersiapkan lingkungan yang nyaman bagi pasien10

E. FASE KERJA Mencuci tangan Pakai sarung tangan (jika perlu) Inspeksi dan palpasi telinga luar Bantu klien dalam posisi duduk, jika memungkinkan Posisi pemeriksa menghadap ke sisi telinga yang dikaji Atur pencahayaan dengan menggunakan otoskop, lampu kepala, atau sumber cahaya lain sehingga tangan pemeriksa bebas bekerja (Bila tidak ada otoskop bisa menggunakan spekulum). Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk, higiene, adanya lesi/massa, dan kesimetrisan. Bandingkan dengan hasil normal Lakukan palpasi dengan memegang telinga menggunakan jari telunjuk dan jempol Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis, yaitu dari jaringan lunak ke jaringan keras dan catat jika ada nyeri Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang telinga di bawah daun telinga Bandingkan telinga kiri dan telinga kanan Inspeksi lubang pendengaran : pegang daun telinga/heliks dan perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke belakang sehingga lurus dan menjadi mudah diamati Periksa adanya peradangan, perdarahan, atau kotoran/serumen pada lubang telinga Pemeriksaan pendengaran menggunakan bisikan1. Menggunakan bisikan Atur posisi klien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4,56 m Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa Bisikkan suatu bilangan, misal tujuh enam Minta klien untuk mengulangi bilangan yang didengar Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri klien2. Menggunakan arloji Ciptakan suasana ruangan yang tenang Pegang arloji dan dekatkan ke telinga klien Minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia mendengar detak arloji Pindahkan posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia tidak mendengar detak arloji. Normalnya, klien masih mendengar sampai jarak 30 cm dari telinga Bandingkan telinga kanan dan kiri20

F. FASE TERMINASI/EVALUASI Respon klien Memberikan reinforcement/pujian balik10

G. DOKUMENTASI Waktu pemeriksaan Hasil pemeriksaan Respon klien selama dan sesudah pemeriksaan

10

H. SIKAP Cermat Teliti Tepat20

I. PENGETAHUAN20

J. TOTAL

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)PEMERIKSAAN PENDENGARAN (TEST WEBER)A. FASE PRAINTERAKSI Membaca status keperawatan pasien/identifikasi pasien (nama pasien, No RM, ruangan, diagnose medis, indikasi/kontraindikasi) Evaluasi diri perawat (mental, persiapan diri dalam pengetahuan, skill/keterampilan) Cuci tangan Persiapan alat: Otoskop Spekulum Arloji Sarung tangan PENILAIAN

B. YATIDAKBOBOT

C. 10

D. FASE INTERAKSI Ucapkan salam Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan Memberikan kesempatan bertanya kepada pasien Memberikan kontrak waktu dan tempat Mempersiapkan lingkungan yang nyaman bagi pasien10

E. FASE KERJA Mencuci tangan Pakai sarung tangan (jika perlu) Inspeksi dan palpasi telinga luar Bantu klien dalam posisi duduk, jika memungkinkan Posisi pemeriksa menghadap ke sisi telinga yang dikaji Atur pencahayaan dengan menggunakan otoskop, lampu kepala, atau sumber cahaya lain sehingga tangan pemeriksa bebas bekerja (Bila tidak ada otoskop bisa menggunakan spekulum). Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk, higiene, adanya lesi/massa, dan kesimetrisan. Bandingkan dengan hasil normal Lakukan palpasi dengan memegang telinga menggunakan jari telunjuk dan jempol Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis, yaitu dari jaringan lunak ke jaringan keras dan catat jika ada nyeri Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang telinga di bawah daun telinga Bandingkan telinga kiri dan telinga kanan Inspeksi lubang pendengaran : pegang daun telinga/heliks dan perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke belakang sehingga lurus dan menjadi mudah diamati Periksa adanya peradangan, perdarahan, atau kotoran/serumen pada lubang telinga Pemeriksaan pendengaran menggunakan tes weberUntuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari tangan yang berlawanan Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut(Bila klien mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisasi ke kanan, Normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya).20

F. FASE TERMINASI/EVALUASI Respon klien Memberikan reinforcement/pujian balik10

G. DOKUMENTASI Waktu pemeriksaan Hasil pemeriksaan Respon kliselama dan sesudah pemeriksaan

10

H. SIKAP Cermat Teliti Tepat20

I. PENGETAHUAN20

J. TOTAL

2) SAPSATUAN ACARA PENYULUHANPRESBIAKUSISDOSEN PENGAMPU MATA KULIAH SISTEM SENSORI PERSEPSIAPLONIA FARIDA DJAMI, SST

OLEHKELOMPOK III KELAS C SEMESTER IV1. NADYA R. RADJAH2. YULITA LOBO3. GLADYS O. RAMBU BOBA4. BENYAMIN ROHI NAWA5. ENNY P. N. PUARERA6. SANTI L. MANTOLAS7. HERANATA SOMI PAYON8. ELVIANA HOAR9. YENI W. FAHIK10. ETNAN E. TEFU11. MARIAM M. BLORTON

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANCITRA HUSADA MANDIRI KUPANGANGKATAN VITAHUN 2015SATUAN ACARA PENYULUHAN PRESBIAKUSIS

A. Topik : Penyakit PresbiakusisB. Waktu: 20 MenitC. Sasaran : Mahasiswa Keperawatan 4CD. Tempat: STIKes Citra Husada Mandiri KupangE. Tujuan 1. Tujuan Umum : Setelah dilakukan penyuluhan, mahasiswa dapat mengetahui tentang penyakit Prebiakusis.2. Tujuan Khusus : Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x20 menit, mahasiswa mampu menyebutkan :a. Pengertian Presbiakusisb. Penyebab Presbiakusisc. Tanda dan Gejala Presbiakusisd. Perawatan Presbiakusise. Prognosis PresbiakusisF. Metode : Diskusi , Ceramah dan DemontrasiG. Media : Poster, leaflet.H. Materi : TerlampirI. Kegiatan Penyuluhan:NoTahapan WaktuKegiatan pembelajaranKegiatan peserta

1Pembukaan(5 menit)1. Mengucapkan salam1. Memperkenalkan diri

1. Kontrak waktu1. Menjelaskan tujuan pembelajaran1. Apersepsi konsep Presbiakusis4. Menjawab salam4. Mendengarkan dan memperhatikan 4. Menyetujui4. Mendengarkan dan memperhatikan4. Mendengarkan dan memperhatikan

2Kegiatan Inti( 10 menit )1. Menjelaskan tentang pengertian Presbiakusis1. Menjelaskan etiologi dari Presbiakusis1. Menjelaskan manifestasi Klinis

1. Menjelaskan patofisiologi Presbiakusis

1. Memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya

1. Menjelaskan bahaya Presbiakusis

1. Menjelaskan penatalaksanaan Presbiakusis

1. Memberikan kesempatan peserta untuk bertanya1. Mendengarkan dan memperhatikan

2. Mendengarkan dan memperhatikan3. Mendengarkan dan memperhatikan

4. Mendengarkan dan memperhatikan

5. Peserta didik bertanya

6. Mendengarkan dan memperhatikan 7. Mendengarkan

8. Bertanya

3Penutup 5 menit 1. Mengajukan dua pertanyaan tentang materi pembelajaran 2. Kesimpulan dari pembelajaran

3. Salam penutup1. Menjawab

2. Mendengarkan dan memperhatikan

3. Menjawab salam.

J. Evaluasi Dengan membarikan pertanyaan apakah mahasiswa mampu :1. Menyebutkan Pengertian Presbiakusis2. Menyebutkan Penyebab Presbiakusis3. Menyebutkan Tanda dan Gejala Presbiakusis4. Menyebutkan Perawatan Presbiakusis5. Menyebutkan Prognosis PresbiakusisLampiranMATERI PENYULUHANPRESBIAKUSISA. DefinisiPresbiakusis adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnnya usia. (Boedhi & Hadi, 1999).Presbiakusis adalah penurunan pendengaran normal berkenaan dengan proses penuaan. (Lueckenotte, 1997).

B. Perubahan Fungsi Pendengaran berhubungan dengan Usia LanjutPerubahan-perubahan dalam struktur dan fungsi pada telinga bagian dalam membuat sulit untuk memahami tipe bunyi bicara tertentu dan menyebabkan intoleran terhdap bunyi keras. Bunyi-bunyi yang biasanya hilang pertama kali adalah: f, s, th, ch dan sh. Saat penurunan pendengaran berlanjut, kemampuan untuk mendengar bunyi b, t, p, k dan t juga rusak. (Luekenotte, 1997).

C. Penyebab1. InternalDegenerasi primer aferen dan eferen dari koklea, degenerasi primer organ corti penurunan vascularisasi dari reseptor neuro sensorik mungkin juga mengalami gangguan. Sehingga baik jalur auditorik dan lobus temporalis otak sering terganggu akibat lanjutnya usia.2. EksternalTerpapar bising ynag berlebihan, penggunaan obat ototoksik dan reaksi pasca radang. (Boedhi & Hadi, 1999)

D. Tanda dan GejalaBeberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan pendengaran: 1. Kesulitan mengerti pembicaraan2. Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada tinggi.3. Kesulitan membedakan pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau atau bergumam4. Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang bising5. Latar belakang bunyi berdering atau berdesis yang konstan6. Perubahan kemampuan mendengar konsonan seperti s, z, t, f dan g7. Suara vokal yang frekuensinya rendah seperti a, e, i, o, u umumnya relatif diterima dengan lengkap. (Luekenotte, 1997)

E. Perawatan PresbiakusisPresbiakusis merupakan penyakit yang sampai sekarang belum dapat disembuhkan, namun beberapa cara untuk mengurangi efek dari penyakit pada kehidupan penderita seperti penggunaan alat bantu pendengaran khusus, melatih membaca ucapan (lip reading), atau implan koklea yang menjadi pengobatan pilihan pada penderita dengan jaras audiosensoris normal.Beberapa cara yang dapat coba dilakukan penderita atau lawan bicara penderita presbiakusis, antara lain: berhadapan ketika berbicara, bicara sedikit lebih keras, menghindarai lingkungan yang berisik, merefleksi atau meresume kalimat yang agak panjang, dan berbicara dengan tempo agak lambat.Tidak ada pantangan diet atau pantangan aktivitas khusus untuk penderita presbiakusis, namun beberapa penelitian menyatakan bahwa pengurangan porsi diet sebanyak 30% dan suplemen antioksidan dapat mengurangi produksi radikal bebas yang juga dapat mengakibatkan presbiakusis. Selain itu, pasien juga menghindari suara keras.F. Prognosis (perkiraan kesembuhan penyakit)Prognosis dari prebiakusis adalah degenerasi lebih lanjut fungsi pendengaran karena penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun perjalanan penyakit dapat diperlambat dengan menghindari penyebab atau faktor resiko yang memperburuk penyakit yang diderita.Penderita presbiakusis tidak memerlukan perawatan khusus, namun sebaiknya penderita melakukan pemeriksaan berkala pada otolaryngist atau audiologist untuk memonitor ambang pendengaran (hearing threshold), untuk mendapatkan atau menyesuaikan amplifikasi alat bantu pendengaran3) Leaflet

4) Glosarium Telinga adalah Organ tubuh manusia yang berfungsi sebagai indra pendengaran dan organ yang menjaga keseimbangan. Aurikula (Pinna) adalah bagian telinga terluar yang membatasi bagian luar kepala dengan saluran telinga Kartilago Kartilago adalah tulang rawan yang terbentuk dari jaringan ikat padat, elastis dan kenyal yang menjadi bantalan di ujung tulang pada sendi yang memungkinkan sendi dapat bergerak dengan bebas dan menghindarkan gesekan yang dapat menimbulkan rasa sakit. Tulang martil atau malleus adalah tulang kecil yang berbentuk seperti martil yang menyusun tulang pendengaran pada telinga tengah. Tulang ini terlekat pada bagian permukaan dalam gendang telinga dan ujung lainnya pada tulang landasan. Tulang ini berfungsi menghantarkan getaran suara dari gendang telinga ke tulang landasan. Tulang landasan atau incus adalah tulang kecil yang berbentuk seperti landasan. Tulang ini merupakan salah satu tulang pendengaran dan menghubungkan tulang martil dan tulang sanggurdi Tulang sanggurdi atau stapes merupakan tulang kecil yang menyerupai sanggurdi kuda. Tulang ini merupakan tulang pendengaran terakhir pada telinga tengah. Tulang sanggurdi adalah tulang terkecil dan teringan pada tubuh manusia. Tulang sanggurdi menerima getaran suara dari tulang landasan dan diantar ke membran di telinga dalam melalui tingkap oval. Gendang telinga/membran timpani/tympanic membrane/eardrum adalah suatu membran/selaput yang terletak antara telinga luar dan telinga tengah. Fungsi membran ini sangat vital dalam proses mendengar. Labirin tulang (Labirin Osea) merupakan rongga yang terbentuk pada tonjolan tulang pelipis yang berisikan cairan perilimfe. Terdiri dari : koklea, vestibuli dan kanalis semisirkulasis. Koklea adalah organ telinga dalam yang berbentuk seperti tabung bengkok ke belakang lalu berlilit mengelilingi tulang dan membentuk seperti kerucut di ujungnya. Koklea berfungsi sebagai reseptor karena memiliki sel sel saraf di dalamnya. Vestibuli adalah bagian yang terdiri dari sakula dan utrikula. Sakula dan Utrikula ini disusun oleh sel rambut yang memiliki struktur khusus, sel rambut ini disebut macula acustika. Sel rambut pada sakula tersusun secara vertikal, sedangkan pada utrikula tersusun secara horizontal. Pada sel rambut macula austica ini tersebar partikel serbuk protein kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolith. Fungsinya lebih kepada menjaga keseimbangan. Kanalis Semisirkularis adalah saluran setengah lingkarang yang terdiri dari 3 saluran semisirkularis yang tersusun menjadi satu kesatuan dengan posisi yang berbeda. Kanalis Semisirkularis Horizontal, Kanalis Semisirkularis Vertikal Superior (Vertikal Atas) dan Kanalis Semirikularis Vertikal Posterior (Vertikal Belakang). Fungsinya lebih kepada menjaga keseimbangan. Presbiakusis adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnnya usia. Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia dalam sel, jaringan, atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya. Degenerasi dapat diakibatkan dari penuaan dan disebabkan oleh penyakit. Ototoksisitas adalah kerusakan koklea atau saraf pendengaran dan organvestibuler yang berfungsi mengirimkan informasi keseimbangan dan pendengarandari labirin ke otak yang disebabkan oleh zat-zat kimia atau toxin (obat-obatan) Saraf Kranial VIII Nervus Vestibulokokhlearis (atau nervus vestibulo-auditorius atau nervus statoakustikus) adalah nervus yang bersifat sensoris. Terletak di lateral nervus facialis (sudut serebelopontin). Inti pada vestibular, dan kokhlear. Menerima rangsang suara, rotasi dan gravitasi (untuk keseimbangan dan gerakan tubuh). Lebih spesifik, cabang vestibular membawa impuls untuk pendengaran; terletak di kanalis akustikus interna. Pemeriksaan Otoskopik adalah pemeriksaan untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan membrane timpani dengan cara inspeksi. Audiometri adalah pemeriksaan untuk menentukan jenis dan derajat ketulian (gangguan dengar). Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis ketulian apakah : Tuli Konduktif atau Tuli Saraf (Sensorineural) Tes Rinne merupakan sebuah tes pendengaran yang dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan pendengaran pada satu telinga (tuli unilateral). Hal ini membedakan persepsi suara yang dihantarkan oleh konduksi udara dengan suara yang dihantarkan oleh konduksi tulang melalui mastoid. Dengan demikian dapat dinilai dengan cepat suatu keadaan tuli konduksi. Tes Rinne harus dibandingkan dengan Tes Weber untuk mendeteksi tuli sensorineural. Tes Weber adalah tes pendengaran yang dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan pendengaran dan membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Tes Schwabach adalah tes pendengaran yang dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan pendengaran dan membandingkan hantaran tulang antara pemeriksa dengan pasien. Terapi Medikamentosa yaitu pengobatan yang diberikan dalam bentuk obat/bahan kimia. Obat vasodilator adalah golongan obat yang telah terbukti dapat menyebabkan peningkatan diameter vaskuler baik sistim arteri ataupun vena melalui mekanisme relaksasi otot polos vaskuler Hearing Aid (Alat Bantu Dengar) merupakan suatu perangkat elektronik yang dipasang pada telinga, dengan maksud untuk memperkeras (amplifikasi) suara disekitar pemakainya. Kemudian suara tersebut di teruskan ke dalam telinga, sehingga para pemakainya dapat mendengar dan berkomunikasi dengan jelas. Otoskop adalah sebuah alat berlampu untuk memeriksa saluran eksternal telinga dan gendang telinga. Operasi koklea atau rumah siput merupakan tindakan menanam elektroda untuk organ pendengaran yang berisi saraf-saraf pendengaran yang terletak di telinga dalam. Elektroda inilah yang yang menggantikan fungsi koklea sebagai organ pendengaran. Penyakit Meniere adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kelainan pada salah satu telinga dalam. Otosklerosis adalah gangguan atau kondisi yang terutama mempengaruhi sanggurdi (stapes), salah satu ossicles tulang kecil di telinga tengah. Trauma Akustik merupakan kerusakan sistim pendengaran unilateral atau bilateral akibat paparan energi akustik yang kuat dan mendadak tunggal atau berulang seperti ledakan, dentuman atau tembakan senjata api. Diplacusis Binauralis Rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Chody, Thane, D.R. 1981. Penyakit Hidung, Telinga, dan Tenggorokan. Jakarta : EGC.Higler, Adam Boies. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT.Jakarta : EGC.Muscari, Mary E. 1996. Lippincotts Review Series.USA : Lippincotts.