Asma Bronchiale

31
kumpulan asuhan keperawatan from htpp://keperawatanku.blogspot.com

Transcript of Asma Bronchiale

Page 1: Asma Bronchiale

kumpulan asuhan keperawatan from

htpp://keperawatanku.blogspot.com

Page 2: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ASMA BRONCHIALE

A. PENGERTIAN ASMA

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana

trachea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Brunner

and Suddarth, 2000; 611).

Asma adalah gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel

inflamasi (Arief Mansjoer, 2000; 476).

Asma adalah penurunan fungsi paru dan hiperresponsivitas jalan nafas terhadap

berbagai rangsang (Linda Juall Carpenito, 1999; 128).

Dari pengertian dapat disimpulkan bahwa asma adalah penyakit jalan nafas

intermitten dan revesible dimana terjadi hiperresponsivitas yang melibatkan

berbagai sel inflamasi.

B. ANATOMI FISIOLOGI

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring,

trachea, bronchus, bronchiolus, alveoli dan alveolus. Hidung merupakan salauran

udara yang pertama, mempunyai 2 (dua) lubang, dipisahkan oleh sekat hidung atau

Page 3: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

septum nasi. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara,

debu dan kotoran-kotoran yang masuk dalam lubang hidung. Pada hidung terdapat

beberapa sinus paranasalis yaitu sinus maxilaris pada rongga rahang atas, sinus

frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sphenoidalis pada rongga tulang baji dan

sinus etmoid pada rongga tulang tapis. Pada hidung di bagian mukosa terdapat

serabut-serabut syaraf atau reseptor pada syaraf penciuman disebut nervus

olfaktorius

Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai

persambungannya dengan esophagus pada ketinggian kartilago krikoid. Fungsi dari

faring terutama untuk pernafasan, menelan, resonansi suara dan artikulasi.

Faring dapat dibagi 3 bagian utama yaitu : nasofaring (terletak di belakang

hidung), orofaring (dibelakang mulut) dan hipoparing/ laringofaring (di belakang

laring).

Ruang nasofaring yang relatif kecil terdiri dari atau mempunyai hubungan yang

erat dengan beberapa struktur yang secara klinis mempunyai arti penting, yaitu:

1. Pada dinding posterior meluas ke arah kubah adalah jaringan adenoid.

2. Terdapat jaringan limfoid pada dindind faringeal lateral, dan pada resesus

faringeus, yang dikenal sebagai fosa rosenmuller.

Page 4: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

3. Torus tubariu, refleksi mukosa faringeal di atas bagian kartilago saluran tuba

eustacius yang berbentuk bulat dan menjulang tampak sebagai tonjolan seperti

ibu jari ke dinding lateral nasofaring tepat di atas perlekatan palatum mole.

4. Koana posterior rongga hidung.

5. Foramina karnial, yang terletak berdekatan dan dapat terkena akibat perluasan

dari penyakit nasofaring, termasuk foramen jugulare yang dilalui oleh syaraf

cranial glosofaringeus, vagus, dan asesorius spinalis.

6. Struktur pembuluh darah yang penting yang letaknya berdekatan termasuk

sinus petrosus inferior, vena jugularis interna, cabang-cabang meningeal dari

oksipital dan arteri faringeal asenden dan foramen hipoglosus yang dilalui syaraf

hipoglosus.

7. Tulang temporalis bagian petrosus dan foramen laserum yamg terletak dekat

bagian lateral atap nasofaring.

8. Ostium dari sinus-sinus sfenoid.

Trachea disokong oleh tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda yang

panjangnya ±5 inci. Tempat trachea bercabang menjadi bronchus disebut carina

yang memiliki banyak syaraf yang dapat menyebabkan broncho spasme.bronchus

kiri lebih panjang dan sempit merupakan kelanjutan dari trachea dengan sudut yang

Page 5: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

lebih panjang. Cabang utama bronchus kanan dan kiri menjadi bronchus lobaris dan

bronchus segmentalis yang semakin kecil sampai dengan bronchus terminalis

memiliki diameter 1 mm. Bronchiolus dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya

dapat berubah. Setelah bronchiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit

fungsional paru-paru yaitu tempat pertukara gas yang terdiri dari bronchiolus

respiratorius, duktus alveolaris dan sakus alveolaris terminal. Asinus/lobulus primer

memiliki garis tengah kira-kira 0,5-1 cm. Terdapat sekitar 23x percabangan mulai

trachea sampai sakus alveolaris terminalis.

Guna pernafasan adalah:

1. Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh atau sel-

selnya untuk mengadakan pembakaran.

2. Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisadaripembakaran, kemudian dibawa

oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.

3. Menghangatkan dan melembabkan udara.

setelah udara di luar diproses di dalam hidung masih memerlukan perjalanan

panjang menuju paru-paru atau alveoli. Pada laring terdapat epiglotis yang berguna

untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trchea,

sedangkan pada waktu bernafas epiglotis terbuka. Jika makanan masuk ke dalam

Page 6: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

laring maka kita mendapat serangan batuk untuk menoba mengeluarkan makanan

tersebut dari laring dan dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yaitu gunanya

untuk menyaring debu, kotoran dan benda asing. Adanya benda sing atau kotoran

tersebut memberikan rangsangan kepada selaput lendir dan bulu-bulu getar

sehingga terjadi bersin kadang terjadi batuk akibatnya benda asing tersebut bisa

dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Dengan kejadina tersebut di atas udara yang

masuk ke dalam alat-alat pernafasan benar-benar bersih.

C. ETIOLOGI

1. Asma alergik/ektrinsik

Disebabkan oleh alergen, pasien dengan alergik biasanya mempunyai riwayat

keluarga yang alergik dan riwayat medis masa lalu ekzema atau rinitis alergik

2. Asma idiopatik/non alergik/intrinsik

Diakibatkan oleh commom cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi dan

polutan lingkungan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk

alergik maupun non alergik.

Page 7: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Bising mengi atau wheezing yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop

2. Batuk produktif sering pada malam hari.

3. Nafas atau dada seperti tertekan.

Gejalanya bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk

pada malam hari.

E. PATOFISIOLOGI

Asma adalah obstuksi jalan nafas difus reversible. Obstruksi disebabkan oleh

satu atau lebih dari yang berikut ini:

1. Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronchi yang menyempitkan jalan nafas.

2. Pembengkakan membran yang melapisi bronchi.

3. Pengisian bronchi dengan mukus yag kental.

Selain itu,otot-otot bronchial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang

kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi dengan udara

terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini tidak

diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis

dan sistem syaraf otonom.

Page 8: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

Anti bodi yang dihasilkan atau Ige kemudian menyerang dalam sel-sel mast

dalam paru. Pemajanan ulang pada antigen menyebabkan ikatan antigen dengan

anti bodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast seperti histamin, bradikinin

dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lama (SRS-A).

Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhiotot polos dan kelenjar

jalan nafas, menyebabkan bronchospasme, pembengkakan membran mukosa, dan

pembentukan mukus yang sangat banyak.

Pada asma idiopatik atau non alergi, ketika ujung syaraf dalam jalan nafas

dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan,

jumlah asetil kolin yang dilepaskan meningkat menyebabkan bronchokontriksi juga

merangsang pembentukan mediator kimiawi seperti di atas. Individu dengan asma

dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.

F. KLASIFIKASI ASMA

1. Asma alergik/ektrinsik

Disebabkan oleh alergen, pasien dengan alergik biasanya mempunyai riwayat

keluarga yang alergik dan riwayat medis masa lalu ekzema atau rinitis alergik.

2. Asma gabungan

Page 9: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

Diakibatkan oleh commom cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi dan

polutan lingkungan.

3. Asma idiopatik/non alergik/intrinsik

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk

alergik maupun non alergik.

Klasifikasi derajat asma:

1. Intermitten mingguan

a. Gejala kurang 1x/minggu

b. Tanpa gejala di luar serangan

c. Serangan singkat

d. Fungsi paru asimtomatik dan normal di luar serangan

2. Persisten mingguan ringan

a. Gejala kurang 1/minggu, tapi kurang 1x/hari

b. Serangan dapat menggangu aktivitas dan tidur

3. Persisten sedang harian

a. Gejala harian

b. Menggunakan obat setiap hari

Page 10: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

c. Serangan mengganggu aktivitas dan tidur

d. Serangan 2x/minggu, bisa berhari-hari

4. Persisten berat kontinue

a. Gejala terus-menerus

b. Aktivitas fisik terbatas

c. Sering serangan

G. KOMPLIKASI

1. Pneumotorak

2. Pneumodiatinum dan empisema subkutis

3. Atelektasis

4. Aspergilosis broncho pulmoner alergik

5. Gagal nafas

6. Bronchitis

7. Fraktur iga

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Spinometri

Page 11: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

Pemeriksaan spinometri dilaukan sebelum dan sesudah pemberian broncho

dilator hirup (inhaler/nebulizer). Golongan adenergik betha. Pemeriksaan

spinometri selain penting untuk menegakkan diagnosis juga penting untuk

menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan.

2. Uji provokasi bronchus

Untuk menunjukkan hipereaktivitas bronchus

3. Pemeriksaan sputum

Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma.

4. Pemeriksaan eosinofil total

Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat pada pasien asma,

pemeriksaan ini juga dapat dipakai sebagai patokan untuk menentukan cukup

tidaknya dosis kortikosteroid yang dibutuhkab pasien asma.

5. Uji kulit

Tujuan uji kulit adalah untuk menunjukkan adanya antibodi igE dalam tubuh.

6. Pemeriksaan kadar ige total dan igE spesifik dalam sputum

Kegunaan pemeriksaan igE total hanya untuk menyokong adanya atopi.

Pemeriksaan ige spesifik lebih bermakna bila dilakukan bila uji kulit tidak dapat

dilakukan atau hasilnya kurang dapat dipercaya.

Page 12: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

7. Foto dada

Dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain obstruksi saluran nafas dan

adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru atau komplikasi asma.

8. Analisa gas darah

Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma yang berat

I. DAMPAK ASMA TERHADAP SISTEM TUBUH

1. Sistem pernafasan

Penyempitan saluran nafas mengakibatkan nafas cepat dan dangkal, tachipneu

dan dipsneu serta penggunaaan otot-otot aseroris. Akumulasi sekret dapat

menyebabkan batuk.

2. Sistem cardiovaskuler

Tidak adekuatnya O2 dalam darah yang masuk ke dalam jantung menyebabkan

tachicardi dan tekanan darah menurun.

3. Sistem gastrointestinal

Dengan penurunan kadar O2 dalam darah merangsang nervus vagus untuk

mengeluarkan asetil kolin, merangsang lambung, sekresi asam lambung

meiningkat maka akan terjadi mual.

Page 13: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

4. Sistem muskuloskeletal

Menurunnya kadar O2, suplai O2 ke jaringan berkurang sehingga metabolisme

tidak adekuat, pembentukan energi berkurang, klien lelah dan lemah.

5. Sistem persyarafan

Tidak adekuat kadar O2 ke otak akan menyebabkan gelisah, bingung sampai

somnolen, bila batuk dan sesak akan merangsang ras sehingga terjadi gangguan

tidur.

6. Aspek psikologi

Serangan asma menyebabkab klein harus selalu waspada dan berusaha

menjauhkan diri dari pencetus, bila serangan tidak dapat dihindari maka klien

akan merasa seperti dicekik.

J. PENATALAKSAAN MEDIK

1. Epineprin (adrenalin, aminopilin, kortikosteroid)

2. Nebulasi aerosol

3. Ventilasi mekanik

4. Bronchoscopi

5. Fisiotherapi, purslip breathing

Page 14: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

K. ASUHAN KEPERAWATAN

Menurut Wolf dan Weltzel, proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan

atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan

keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara

kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan

secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis (Nasrul E., 1995: 2).

Adapun proses keperawatan ini terdiri dari 5 tahap yaitu pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat

mengidentifikasi, mengenali masalah – masalah kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien baik fisik mental, sosial dan lingkungan (Nasrul E., 1995: 18).

a. Pengumpulan data

1) Identitas

a) Identitas Klien

Meliputi nama, umur (lebih banyak ditemukan pada usia lebih dari 40

tahun), jenis kelamin (lebih banyak laki-laki dari pada perempuan),

Page 15: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

agama, pendidikan, pekerjaan, status marital, suku/bangsa, tanggal

masuk RS, tanggal pengkajian, no. RM, diagnosa medis dan alamat.

b) Identitas Penanggung Jawab

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

hubungan dengan klien dan alamat.

2) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan utama saat masuk rumah sakit

Menjelaskan keluhan yang menceritakan tentang kronologis

awalnya klien merasakan penyakitnya hingga klien dibawa ke RS.

Umumnya klien datang dengan keluhan adanya sesak.

Keluhan utama saat dikaji

Keluhan yang dirasakan oleh klien pada saat dikaji lalu

dikembangkan dengan metoda PQRST. Keluhan utama biasanya

ditemukan pada klien dengan asma bronchiale adalah sesak nafas

b) Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya akan didapat riwayat serangan asma sebelumnya, kebiasaan

merokok, alergi terhadap sesuatu

Page 16: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

c) Riwayat kesehatan keluarga

Pada klien gagal jantung perlu ditanyakan pada keluarganya apakah

dari keluarga ada yang mengalami penyakit jantung, hipertensi, gaya

hidup penuh stres dan diet tinggi lemak. Kaji juga tentang riwayat

penyakit menular infeksi seperti TB dan hepatitis. Bila ada cantumkan

dalam genogram.

3) Pola aktifitas sehari – hari

Membandingkan pola kehidupan sehari – hari sebelum sakit dan setelah

sakit

a) Nutrisi

Biasanya klien mengeluh tidak ada nafsu makan karena mual dan

merasa ingin muntah. Porsi makan habis sedikit karena peurt terasa

lebih cepat kenyang. Selain itu juga tanyakan pada klien mengenai

frekuensi, menu, porsi, jumlah cairan dan jenis cairan yang

dikonsumsi.

b) Eliminasi

BAB frekuensinya tidak teratur bahkan bisa sampai konstipasi,

disamping itu perlu dikaji adanya kelelahan saat mengedan. BAK

Page 17: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

biasanya sedikit – sedikit kecuali bila klien telah mendapatkan

diuretik.

c) Istirahat tidur

Biasanya klien dengan gagal jantung akan mengalami gangguan

istirahat tidur karena sesak, selain itu perlu dikaji adanya lingkaran

hitam disekitar mata tanyakan lamanya tidur tiap hari dan kebiasaan

sebelum tidur.

d) Personal hygiene

Biasanya klien tidak dapat melakukan personal hygiene sendiri

karena merasa lemah dan lelah.

4) Pemeriksaan fisik

Dilakukan dengan cara insfeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi, meliputi:

a) Keadaan umum berupa penampialan klien, tanda – tanda vital: tensi

naik, tachikardi, HR gallop, suhu normal/turun, RR dipsnea.

b) Pemeriksaan fisik per system:

Sistem Pernapasan

Dypsnea, pasien mengalami batuk yang terjadi sewaktu

effert/tidur, cepat lelah, dari auskultasi paru-paru ronchi dan

Page 18: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

rales, pasien juga mengalami paroksismal nokturnal dypsnea,

tempat retraksi dan otot-otot pernafasan tambahan, perkusi

redup (adanya cairan pada paru).

Sistem Kardiovaskuler

Terjadi peningkatan tekanan vena sentral ditandai dengan

peningkatan vena jugularis. Tedapat pelebaran ictus cordis

bergeser ke kiri sampai ke linea aksilaris anterior karena adanya

hipertropi dari ventrikel kiri. Frekuensi nadi meningkat, terdapat

irama gallop dan suara murmur. Akral teraba dingin, tampak

sianotik, CRT lebih dari 3 detik dan terdapat clubbing finger.

Sistem Gastrointestinal

Ditemukan ascites dan pembesaran hepar, klien mengeluh tidak

nafsu makan, mual, muntah, bising usus lemah, cepat kenyang,

dan adanya nyeri tekan pada daerah epigastrium. Kaji juga

terhadap adanya penurunan berat badan secara signifikan.

Sistem Integument

Terdapat oedema ekstremitas atau seluruh tubuh, sianosis,

diaphoresis, akral dingin, CRT lebih dari 3 detik.

Page 19: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

Sistem Muskuloskeletal

Terdapat kelemahan otot, kekuatan otot kurang dari 5, pada

umumnya klien mengeluh lemah setelah beraktivitas.

Sistem Perkemihan

Penurunan pola berkemih, urine berwarna pekat, nokturia, oliguri

(sirkulasi retensicairan akan targanggu). Nilai laboratorium ureum

kreatinin dan elektrolit meningkat.

Sistem Persyarafan

Akan didapatkan keluhan pusing, kelemahan badan, dan dengan

hipoksia berat terjadi penurunan kesadaran.

Sistem Endokrin

Proses ADH akan menimbulkan dampak berupa penurunan

output, proses antidiuretik hormon akan menimbulkan adanya

peningkatan Na urine.

5) Aspek Psikologis

a) Gambaran diri

Bagaimana klien memandang dirinya, pandangan yang realistik

terhadap dirinya, menerima atau menyukai bagian tubuh. Biasanya

Page 20: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

klien tidak menerima dengan keadaan atau perubahan yang terjadi

pada dirinya.

b) Ideal diri

Bagaimana perilaku klien tentang harus berperilaku yang diharapkan

dan keinginan dari klien dengan keadaan klien saat ini, cita – cita

sekarang dan yang akan datang, misalnya klien mempunyai keinginan

untuk cepat sembuh.

c) Harga diri

Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa

seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Pada pengkajian biasanya

klien tampak ragu – ragu dan ketidakpastian diri, membenci atau

menolak diri sendiri.

d) Peran diri

Pada pengkajian biasanya klien mengeluh perannya dirumah ataupun

aktivitas sehari – hari merasa terganggu.

e) Identitas diri

Kesadaran klien akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi

dan penilaian, pengakuan terhadap jenis kelamin sendiri.

Page 21: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

6) Aspek Sosial

Kaji tentang hubungan klein dalam keluarga terhadap hospitalisasi,

pekerjaan dan perubahan kondisi klien.mengenai penyakitnya.

7) Aspek Spiritual

Kaji tentang hubungan klien dalam keluarga terhadap hospitalisasi,

pekerjaan dan perubahan kondisi klien.

8) Pemeriksaan penunjang

Laboratorium : Peningkatan ureum kreatinin, pada urine

kemungkinan proteinuria, pada analisa gas darah

menyatakan penurunan tekanan oksigen dikarenakan

gangguan pada difusi, kadar HDL, trigliserida,

kolesterol total dan nilai glukosa meningkat.

Radiologi : Pada foto rontgen dada, terlihat adanya

kardiomegali, terutama ventrikel kiri. Juga ditemukan

adanya bendungan paru dan efusi pleura

Elektrokardiograf : Ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial dan

ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan

gangguan konduksi intraventrikular. Kadang-kadang

Page 22: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

ditemukan voltase QRS yang rendah, atau gelombang

Q patologis, akibat nekrosis miokard.

Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel

kiri, dan kelainan katup mitral waktu diastolik, akibat

complience dan tekanan pengisian yang abnormal.

Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan

septum menjadi paradoksal. Volume akhir diastolik

dan akhir sistolik membesar dan parameter fungsi

pompa ventrikel, fraksi ejeksi (EF) mengurang.

Penutupan katup mitral terlambat dan penutupan

katup aorta bisa terjadi lebih dini dari normal.

Trombus ventrikel kiri dapat ditemukan dengan

pemeriksaan 2D-ekokardiografi, juga aneurisma

ventrikel kiri dapat disingkirkan dengan pemeriksaan

ini.

Radionuklear : Pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri

disertai fungsinya yang berkurang.

Page 23: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

Sadapan jantung : Pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri

membesar serta fungsinya berkurang, regurgitasi

mitral dan atau trikuspid, curah jantung berkurang

dan tekanan pengisian intraventrikular meninggi dan

tekanan atrium meningkat.

Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan

akhir diastolik ventrikel kanan, atrium kanan dan

desakan vena sentralis akan tinggi. Dengan angiografi

ventrikel kiri dapat disingkirkan dana neurisma

ventrikel sebagai penyebab gagal jantung.

b. Analisa data

Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan

data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk

membuat kesimpulan dalam menentukan masalah keperawatan klien.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Yura diagnosa keperawatan adalah pernyataan atau kesimpulan yang

diambil dari pengkajian status kesehatan klien/pasien (Nasrul E., 1995: 26).

Page 24: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

Diagnosa keperawatan yang muncul:

a. Gangguan oksigenasi ventilasi berhubungan dengan:

1) Penyempitan jalan nafas

2) Obstruksi jalan nafas oleh sekresi

3) Spasme bronkhus

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, mual atau muntah.

c. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan terakumulasinya secret

di jalan nafas.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas.

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan

yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.

a. Gangguan oksigenasi ventilasi berhubungan dengan:

1) Penyempitan jalan nafas

2) Obstruksi jalan nafas oleh sekresi

3) Spasme bronchus

Page 25: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

Tujuan: Ventilasi adekuat

Kriteria hasil:

1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat

dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress

pernapasan.

2) Berpatisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan

atau situasi.

Intervensi Rasional

1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot assesoris, warna bibir, kemampuan berbicara.

1. Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya proses penyakit.

2. Tinggikan kepala tempat tidur, Bantu klien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas. Dorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.

2. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk kolaps jalan nafas dan dipsneu, dan jalan nafas.

3. Kaji atau awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.

3. Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir atau daun telinga). Keabu – abuan dan sianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.

4. Dorong mengeluarkan sputum, lakukan pengisapan bila diindikasikan.

4. Kental, tebal, dan banyak sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil. Pengisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.

Page 26: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

5. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi tambahan

5. Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronchus atau tertahannya secret. Krekel basah menyebar menunjukan cairan padea interstisial atau dekompensasi jantung.

6. Palpasi fremitus 6. Penurunan getaran fibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak

7. Awasi tingkat kesadaran atau status mental. Selidiki adanya perubahan

7. Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umu pada hipoksia. Gda memburuk disertai bingung atau somnolen menunjukan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia

8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan nyaman. Batasi aktivitas klien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi pada fase akut. Mungkin klien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu.

8. Istirahat diselingi aktifitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditunjukkan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dipsneu berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat

9. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi klien

9. Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia

Page 27: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, mual atau muntah.

Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil:

1) Peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat

2) Menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan

dan atau mempertahankan berat yang tepat

Intervensi Rasional

1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat klesulitan makan, evaluasi berat badan dan ukuran tubuh

1. Klien dengan distress pernafasan akut sering anoreksia karena dispneu, produksi sputum dan obat

2. Berikan makan porsi makan sedikit tapi sering

2. Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total

3. Hindarkan makanan penghasil gas dan minuman karbonat

3. Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dipsneu

4. Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin

4. Suhu ekstrem dapat mencetuskan/ meningkatkan spasme batuk

5. Timbang berat badan sesuai indikasi 5. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, evaluasi keadekuatan rencana nutrisi

Page 28: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

c. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan terakumulasinya

secret di jalan nafas.

Tujuan: Bersihan jalan nafas efektif

Kriteria hasil:

1) Mengidentifikasi/menunjukan perilaku mencapai bersihan jalan nafas.

2) Menunjukan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada

dispneu, sianosis.

Intervensi Rasional

1. Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.

1. Takhipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena ketidak nyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru

2. Auskultasi area paru, catat area penurunan tak ada aliran udara dan bunyi nafas adventusius, mis: krekels, mengi, ronki

2. Beberapa derajat spsme brongkhus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat atau tudak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius

3. Catat adanya distress pernafasan, ansietas, gelisah, penggunaan otot Bantu pernafasan

3. Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, misal infeksi, reaksi alergi

4. Kaji pasien untuk posisi nyaman, mis: peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur

4. Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi

Page 29: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

5. Pertahankan polusi lingkungan minimum mis: debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu

5. Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat mentriger episode akut

6. Dorong atau Bantu klien latihan nafas abdomen atau bibir

6. Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan menggontrol dispneu

7. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan masukan cairan antara makan, sebagai pengganti makan

7. Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret, mempermudah penggeluaran

8. Berikan obat bronchodilator 8. Menurunkan otot halus dan menurunkan kongesti local, menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa

9. Berikan humidifikasi tambahan misal: nebulizer ultranik, humidifier aerosol ruangan

9. Kelembaban menurunkan kekentalan secret, mempermudah pengeluaran dan dapat membantu menurunkan/ mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronchus

d. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas.

Tujuan: infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil:

1) Menyatakan pemahaman penyebab/factor risiko indivdu

2) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi

Page 30: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

3) Menunjukan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan

lingkungan yang aman

Intervensi Rasional

1. Pantau suhu badan klien 1. Demam terjadi karena infeksi atau dehidrasi

2. Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering, dan masukan cairan adekuat

2. Aktifitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran secret untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi paru

3. Observasi warna, karakter, bau sputum 3. Secret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru

4. Dorong keseimbangan antara aktifitas dan istirahat

4. Menurunkan konsumsi atau kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki ketahanan klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan

5. Diskusikan kebutuhan asupan nutrisi adekuat

5. Malnutrisi dapat mempengruhi kesehatan umum dan menurunkan ketahanan terhadap infeksi

4. Pelaksanaan/Implementasi

Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan

yang telah tersusun pada tahap perencanaan (Nasrul E.,1995 : 40). Pada tahap

ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang disesuaikan

dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal.

Page 31: Asma Bronchiale

askep asma bronchiale Sanco Irianto A, S. Kep. Ns

e-mail: [email protected]

[email protected]

5. Evaluasi

Merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana mengenai kesehatan

klien yang disesuaikan dari tujuan yang telah ditetapkan serta dilakukan secara

berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tim kesehatan lain.

(Nasrul E., 1995 : 5).

Download Asuhan Keperawatan Yang Lain, klik: htpp://keperawatanku.blogspot.com

BPRS DADI MAKASSAR, 5 Mei 2008