Aspal Minyak

22
ASPAL MINYAK 1

description

Teknik Sipil

Transcript of Aspal Minyak

Page 1: Aspal Minyak

ASPAL MINYAK

DAFTAR ISI

1

Page 2: Aspal Minyak

Halaman Judul............................................................................................ 1

Kata Pengantar.......................................................................................... 2

Daftar Isi...................................................................................................... 3

BAB.I PENDAHULUAN............................................................................ 4

I.1 Latar Belakang ....................................................................... 4

I.2 Rumusan Masalah................................................................... 4

I.3 Batasan Masalah...................................................................... 4

I.4 Tujuan Penulisan .................................................................... 4

BAB.II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5

II.1 Sejarah Perkembangan Aspal .............................................. 5

II.2 Definisi Aspal Minyak ........................................................... 7

II.3 Proses Pembuatan Aspal Minyak ........................................ 8

II.4 Jenis Jenis Aspal ................................................................. 10

II.5 Sifat Fisika dan Kimia Aspal Minyak .................................... 11

II.6 Aspal Minyak Pertamina Cilacap............................................ 14

II.7 Pemanfaatan Aspal................................................................. 15

BAB.III PENUTUP..................................................................................... 16

III.1 Kesimpulan............................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 17

BAB IPENDAHULUAN

2

Page 3: Aspal Minyak

I.1 Latar Belakang

Aspal sejak dulu hingga sekarang masih dan kelihatannya akan tetap

dianggap sebagai bagian tidak terpisahkan dari konstruksi perkerasan jalan. Dari

pertimbangan lingkungan hidup, maka penggunaan aspal untuk perkerasan jalan

sangat menguntungkan, karena dapat menyerap sisa produksi minyak yang

berpotensi sebagai limbah berbahaya, maka layak kiranya perhatian untuk

meningkatkan kegunaan aspal pada konstruksi jalan raya dapat teliti lebih jauh

untuk meningkatkan kinerjanya agar semakin dapat diandalkan untuk mendukung

pengembangan jaringan jalan yang akan semakin meluas untuk meningkatkan

kesejahteraan manusia.

I.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

a. Sejarah perkembangan aspal

b. Definisi aspal minyak

c. Proses pembuatan aspal minyak

d. Sifat fisika dan kimia aspal minyak

e. Jenis dan spesifikasi aspal minyak

f. Pemanfaatan aspal minyak

I.3 Batasan Masalah

Sesuai dengan tugas yang diberikan, pembahasan dalam makalah ini

dibatasi seputar aspal minyak.

I.4 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan adalah untuk memberikan gambaran seputar aspal

minyak, sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa pasca sarjana program

magister teknik sipil untuk mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

3

Page 4: Aspal Minyak

II.1 Sejarah Perkembangan Aspal

Sejarah penggunaan aspal telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum

masehi oleh bangsa Sumeria dan Mesopotamia. Mereka menggunakan aspal

(bitumen) sebagai lapis pengedap untuk bak mandi maupun kolam – kolam air di

istana dan kuil. Aspal yang digunakan adalah aspal yang didapat secara alami,

aspal ini terdapat di alam bentuk lake aspal dan rock asphalt.

Aspal tercatat pertama kali digunakan sebagai bahan konstruksi jalan, terjadi di

babilonia sekitar tahun 625 SM, pada masa kekuasaan Raja Naboppolassar

seperti yang tercatat dalam prasasti peninggalannya.

Istilah aspal berasal dari bahasa Yunani kuno asphaltos, kemudian

bangsa Romawi mengubahnya menjadi asphaltus, lalu diadaptasi ke dalam

bahasa Inggris menjadi asphalt, dan kita menerjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia menjadi aspal.

Berabad kemudian setelah jaman Babilonia, Sir Walter Raleigh

menuliskan dalam catatannya (tahun 1595) tentang penemuan deposit lake

asphalt di Trinidad,dekat pantai Venezuela, dia menggunakan aspal tersebut

sebagai pelapis dinding kapalnya. Sejarah penggunaan aspal untuk pembuatan

jalan di abad modern dimulai pada abad ke 18 yaitu tahun 1870 campuran aspal

digunakan untuk pembangunan jalan, yang dilakukan oleh seorang ahli kimia

Belgia yang bernama Edmun J Desmedt, ketika membangun jalan di depan balai

kota Newark, New Jersey, USA. Campuran yang digunakan adalah pasir dan

aspal alam dari Trinidad. Hasil yang memuaskan membuat para kontraktor

pembangun jalan segera memanfaatkan aspal sebagai bahan konstruksi pada

proyek pembangunan jalan di Amerika Serikat.

Sampai tahun 1900an, hampir seluruh aspal yang digunakan berasal dari

aspal alam Trinidad. Di sisi lain, mulai banyaknya penemuan sumur-sumur minyak

bumi membuat perkembangan kilang (refinery) semakin banyak dan meluas. Dari

pengoperasian kilang ternyata juga dihasilkan aspal. Akhirnya, pada tahun 1907

aspal yang dihasilkan dari kilang telah menggeser penggunaan aspal alam

Trinidad, karena aspal kilang lebih murah harganya. Produksi HMA (Hot-Mix

Asphalt, selanjutnya disebut hotmix saja) pertama kali dilakukan secara manual

dengan cara memanaskan batuan atau pasir di atas plat besi dengan

menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Lalu aspal dituang, dan pekerja

4

Page 5: Aspal Minyak

kemudian mengaduk-aduk (membolak-balik) secara manual. Penggunaan alat

pengaduk, mixer, secara mekanis  pertama kali dilakukan di Paris pada tahun

1854, namun masih sangat sederhana dan terbatas, sehingga untuk memproduksi

satu batch saja perlu waktu empat jam. Fasilitas produksi hotmix pertama yang

memiliki komponen-komponen dasar seperti yang kita pahami sekarang dibangun

oleh perusahaan Warren Brothers di East Cambridge tahun 1901. Rotary drum

dan rotary drier pertama kali digunakan untuk  produksi hotmix pada tahun 1910.

Mekanisasi sistem pengumpan dingin mulai diterapkan tahun 1920, sementara

vibrating screen dan sistem injeksi tekanan (untuk  pembakaran) mulai

ditambahkan sejak tahun 1930.

J.S. Helm, President of the Asphalt Institute, pada tahun 1939

menyatakan bahwa aspal sudah menjadi material yang sangat penting untuk

pembangunan maupun  pemeliharaan jalan. Dalam waktu empat tahun, 1934-

1937, jalan yang dibangun dengan HMA (hotmix asphalt) sudah lebih dari 80%.

Selama perang dunia kedua teknologi peningkatan kualitas aspal maupun metode

konstruksi jalan berkembang pesat seiring dengan kebutuhan dunia militer untuk

mengakomodasi pergerakan dan mobilisasi alat-alat perang yang relatif berat.

Ketika  perang selesai dan orang banyak berpindah ke perkotaan, proyek-jproyek

jalan di Amerika mengalami masa booming. Pada tahun 1956, Konggres Amerika

menyetujui undang-undang pembangunan jalan yang menelan dana hingga USD

51 milyar untuk  pembangunan jalan nasional saja (bandingkan dengan anggaran

Binamarga untuk  pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional tahun 2008 ini

yang hanya berkisar USD 2 milyar; inipun setelah ada kesadaran dari Pemerintah

Indonesia untuk memperbaiki infrastruktur jalan, masa-masa sebelumnya hanya

maksimal separuhnya.

Di Indonesia sendiri penggunaan aspal minyak dari tahun ke tahun

semakin meningkat, hal ini ditandai dengan besarnya impor aspal yang mencapai

1,2 juta ton pada tahun 2009 (aabi.2009), ini disebabkan produksi dalam negeri

yang terbatas hanya berkisar 560.000 – 720.000 ton pertahun.

II.2 Definisi Aspal Minyak

Aspal dalam bahasa yang umum dikenal juga dengan “tar”. Untuk kata “tar”

atau “aspal” sering digunakan secara bergantian, mereka memiliki arti yang

5

Page 6: Aspal Minyak

berbeda. Salah satu alasan untuk kebingungan ini disebabkan oleh fakta bahwa,

di antara negara-negara lain, ada perbedaan substansial dalam arti dihubungkan

dengan periode yang sama. Sebagai contoh, aspal minyak di Amerika Serikat

disebut dengan aspal, sedangkan di Eropa “aspal” adalah campuran agregat batu

dan aspal yang digunakan untuk pembangunan jalan. Di Eropa, istilah aspal

menunjukkan residu dari  penyulingan minyak bumi.

Aspal dikenal sebagai bahan/material yang bersifat viskos atau padat,

berwarna hitam atau coklat, yang mempunyai daya lekat (adhesif), mengandung

bagian-bagian utama yaitu hidokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau

kejadian alami (aspal alam) dan terlarut dalam karbondisulfida. Ada juga yang

mengatakan bahwa aspal adalah material berwarna hitam atau coklat tua. Pada

temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, jika dipanaskan sampai

temperatur tertentu dapat menjadi lunak / cair sehingga dapat membungkus

partikel agregat pada waktu pembuatan campuran aspal  beton atau sapat masuk

kedalam pori-pori yang ada pada penyemprotan/ penyiraman  pada perkerasan

macadam atau pelaburan. Jika temperatur mulai turun. Aspal akan mengeras dan

mengikat agregat pada tempatnya (sifat Termoplastis Menurut Silvia Sukirman

(2007:26), Aspal didefinisikan sebagai material perekat (cementitious) berwarna

hitam atau coklat tua, dengan unsure utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di

alam ataupun merupakan residu dari pengilangan minyak bumi. Tar adalah

material berwarna coklat atau hitam, berbentuk cair atau semipadat, dengan

unsure utama bitumen sebagai hasil kondensat dalam destilasi destruktif dari

batubara, minyak bumi, atau material organic lainnya. Pitch diperoleh sebagai

residu dari destilasi fraksional tar. Tar dan pitch tidak diperoleh di alam, tetapi

merupakn  produk kimiawi. Dari ketiga material pengikat diatas, aspal merupakan

material yang umum digunakan untuk bahan pengikat agregat, oleh karena itu

seringkali bitumen disebut pula sebagai aspal

Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran

perkerasan jalan. (Sukirman, 2003).

Aspal dikenal sebagai bahan atau material yang bersifat viskos atau

padat, berwarna hitam atau coklat, yang mempunyai daya lekat (adhesif),

mengandung bagian-bagian utama yaitu hidokarbon yang dihasilkan dari minyak

bumi atau kejadian alami (aspal alam) dan terlarut dalam karbondisulfida. Aspal

6

Page 7: Aspal Minyak

sendiri dihasilkan dari minyak mentah yang dipilih melalui proses destilasi minyak

bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga temperatur

350oC dibawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi ringan, seperti

gasoline (bensin), kerosene (minyak tanah), dan gas oil (Wignall, 2003).

Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi.

Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil yang

banyak mengandung aspal, paraffin base crude oil yang banyak mengandung

parafin, atau mixed base crude oil yang mengandung campuran antara parafin

dan aspal. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis

asphaltic base crude oil.

II.3 Proses Produksi Aspal Minyak

Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah diperoleh melalui proses

destilasi minyak bumi. Proses destilasi ini dilakukan dengan pemanasan hingga

suhu 350oC di bawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak

seperti bensin, minyak tanah dan minyak.

Minyak tanah kasar dari sumur minyak dipisahkan pada suatu instalasi

penyulingan yang disebut proses penyulingan. Selama proses, minyak tanah

kasar diberi umpan ke dalam suatu tabung dengan perbedaan temperatur,

kemudian dengan cepat diangkat karena masih proses-proses penyulingan awal.

lalu masuk ke suatu menara fraksinasi di mana bagian-bagian lebih mudah

menguap akan dipisahkan dari minyak tanah yang kasar melalui suatu instalasi

penyulingan. Residu dari proses fraksinasi ini adalah yang memiliki berat

komponen yang kasar, termasuk aspal. Bagaimanapun, penyulingan/perbaikan

lebih lanjut perlu dilakukan untuk menghasilkan semen aspal. (S.joon lee,

Y.Richard Kim, 2005)

Proses pemisahan dari bahan bakar minyak bumi dapat dilihat pada gambar

2.1 dibawah ini (Wignall,2003).

7

Page 8: Aspal Minyak

Gambar 2.1 Proses pemisahan aspal

II.4 Jenis- Jenis Aspal

Secara umum, jenis aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan

proses pembentukannya adalah sebagai berikut :

8

Page 9: Aspal Minyak

a. Aspal Alam

Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di pulau

buton, dan ada pula yang diperoleh di pulau Trinidad berupa aspal danau. Aspal

alam terbesar di dunia terdapat di Trinidad, berupa aspal danau. Indonesia

memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal dengan nama Asbuton

(Aspal Pulau Buton). Penggunaan asbuton sebagai salah satu material

perkerasan jalan telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat

konvensional. Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal. Asbuton

merupakan material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen

yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi.

b. Aspal Minyak

Aspal minyak bumi adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak

bumi. Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude

oil yang mengandung banyak aspal, parafin base crude oil yang mengandung

banyak parafin, atau mixed base crude oil yang mengandung campuran aspal

dengan parafin. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan asphaltic base crude

oil. Hasil destilasi minyak bumi menghasilkan bensin, minyak tanah, dan solar

yang diperoleh pada temperatur berbeda-beda, sedangkan aspal merupakan

residunya. Residu aspal berbentuk padat, tetapi dapat pula berbentuk cair atau

emulsi pada temperatur ruang. Jadi, jika dilihat bentuknya pada temperatur ruang,

maka aspal dibedakan atas beberapa bagian, yaitu :

1. Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu

ruang dan mencair jika dipanaskan. Aspal padat dikenal dengan nama semen

aspal (asphalt cement). Oleh karena itu, semen aspal harus dipanaskan terlebih

dahulu sebelum digunakan sebagai bahan pengikat agregat.

2. Aspal cair (asphalt cut-back) yaitu aspal yang berbentuk cair pada suhu ruang.

Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan dengan bahan pencair dari

hasil penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar. Bahan

pencair membedakan aspal cair menjadi tiga bagian, yaitu :

- Slow Curing dengan bahan pencair solar

- Medium Curing dengan bahan pencair minyak tanah

- Rapid Curing dengan bahan pencair bensin.

9

Page 10: Aspal Minyak

3. Aspal emulsi, yaitu campuran aspal (55%-65%) dengan air (35%-45%) dan

bahan pengemulsi 1% sampai 2% yang dilakukan di pabrik pencampur. Aspal

emulsi ini lebih cair daripada aspal cair. Dimana dalam aspal emulsi, butir-butir

aspal larut dalam air. Untuk menghindari butiran aspal saling menarik

membentuk butir-butir yang lebih besar, maka butiran tersebut diberi muatan

listrik. Aspal emulsi dapat dibedakan berdasarkan muatan listriknya, antara lain

yaitu :

- Aspal emulsi anionik atau disebut juga dengan emulsi alkali

- Aspal emulsi kationik atau disebut dengan emulsi asam

- Aspal emulsi nonionik (tidak mengalami ionisasi).

Sedangkan berdasarkan kecepatan mengerasnya, aspal emulsi dapat

dibedakan atas tiga bagian yaitu :

- Rapid Setting

- Medium Setting

- Slow Setting

II.5 Sifat Fisik dan Kimia Aspal Minyak

a. Sifat fisik aspal minyak.

Sifat fisik aspal minyak dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Uraian Sifat

Warna Coklat - Hitam

Bentuk Cair - Padat

Larut Dalam CS2 / CCI4

Tidak Larut Dalam air

Bau Berbau Biasa

b. Sifat kimia aspal minyak.

Aspal dipandang sebagai sebuah sistem koloidal yang terdiri dari

komponen molekul berat yang disebut asphaltene, dispersi/hamburan di dalam

10

Page 11: Aspal Minyak

minyak perantara disebut maltene. Bagian dari maltene terdiri dari molekul

perantara disebut resin yang menjadi instrumen di dalam menjaga dispersi

asphaltene (Koninklijke, 1987).

Aspal merupakan senyawa hidrogen (H) dan karbon (C) yang terdiri dari

bebebrapa senyawa seperti: paraffin, siklo paraffin. naften dan aromatis. Fungsi

kandungan aspal dalam campuran juga berperan sebagai selimut agregat dalam

bentuk film, dimana aspal yang berperan menahan gaya gesek permukaan dan

mengurangi kandungan pori udara yang juga berarti mengurangi penetrasi air

masuk ke dalam campuran (Rianung, 2007).

Aspal seperti pada Gambar 2.2 dibawah ini, merupakan senyawa yang

kompleks, bahan utamanya disusun oleh hidrokarbon dan atom-atom Nitrogen

(N), Sulfur (S), dan Oksigen (O) dalam jumlah yang kecil. Dimana unsur-unsur

yang terkandung dalam aspal atau bitumen adalah Karbon (82-88%), Hidrogen (8-

11%), Sulfur (0-6%), Oksigen (0-1,5%), dan Nitrogen (0-1%).

Gambar 2.2 Struktur Aspal

Berikut sifat-sifat dari senyawa penyusun dari aspal :

a. Asphaltene

11

Page 12: Aspal Minyak

Asphaltene, seperti pada Gambar 2.3, merupakan senyawa komplek

aromatis yang berwarna hitam atau coklat amorf, bersifat termoplatis dan sangat

polar, perbandingan komposisi untuk H/C yaitu 1 :1, memiliki berat molekul besar

antara 1000 – 100000, dan tidak larut dalam n-heptan. Asphaltene juga sangat

berpengaruh dalam menentukan sifat reologi bitumen, dimana semakin tinggi

asphaltene, maka bitumen akan semakin keras dan semakin kental, sehingga titik

lembeknya akan semakin tinggi, dan menyebabkan harga penetrasinya semakin

rendah.

Gambar 2.3 Struktur Asphaltene

b. Maltene

Di dalam maltene terdapat tiga komponen penyusun yaitu saturate,

aromatis, dan resin. Dimana masing-masing komponen memiliki struktur dan

komposisi kimia yang berbeda, dan sangat menentukan dalam sifat rheologi

bitumen.

Resin merupakan senyawa yang berwarna coklat tua, dan berbentuk solid

atau semi solid dan sangat polar, dimana tersusun oleh atom karbon dan

hidrogen, dan sedikit atom oksigen, Sulfur, dan Nitrogen, untuk perbandingan

hidrogen dengan karbon H/C yaitu 1.3 – 1.4, memiliki berat molekul antara 500 –

50000, serta larut dalam n-heptan.

Aromatis merupakan senyawa yang berwarna coklat tua, berbentuk cairan

kental, bersifat non polar, dan di dominasi oleh cincin tidak jenuh, dengan berat

molekul antara 300 – 2000, terdiri dari senyawa naften aromatis, dengan

komposisinya antara 40 - 65% dari total bitumen.

12

Page 13: Aspal Minyak

Saturate merupakan senyawa ini berbentuk cairan kental, bersifat non

polar, dan memiliki berat molekul hampir sama dengan aromatis., serta tersusun

dari campuran hidrokarbon berantai lurus, bercabang, alkil naften, dan aromatis,

dengan komposisinya berjumlah antara 5-20% dari total bitumen. Gambar 2.4

merupakan struktur kimia dari senyawa saturate dengan bentuk susunan rantai

yang berbeda.

Gambar 2.4 Struktur Saturate

Dengan demikian maka aspal atau bitumen adalah suatu campuran cairan

kental senyawa organik, berwarna hitam, lengket, larut dalam karbon disulfida

(CS2), dan struktur utamanya merupakan ”polisiklik aromatis hidrokarbon” yang

sangat kompak. (Nuryanto, 2008).

II.6 Aspal Minyak Pertamina Cilacap

Aspal Pertamina Diproduksi di kilang Pertamina UP IV Cilacap dari Cure Oil

jenis Asphallic berbentuk semisolid, bersifat non metallic larut dalam CS2 (carbon

disulphide), mempunyai sifat water proofing dan adhesive. Kapasitas produksi

mencapai 650.000 ton/tahun dan di produksi dalam 2 grade yaitu penetrasi 60/70

dan penetrasi 80/100.

II.7 Pemanfaatan Aspal

13

Page 14: Aspal Minyak

Aspal digunakan sebagai bahan material perkerasan jalan berfungsi

sebagai :

1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan agregat

dan antara sesama aspal.

2. Bahan pengisi, mengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang ada dalam

butir agregat itu sendiri.

Untuk dapat memenuhi kedua fungsi aspal itu dengan baik, maka aspal

haruslah memiliki sifat adhesi dan kohesi yang baik, serta pada saat dilaksanakan

mempunyai tingkat kekentalan tertentu. Penggunaan aspal pada perkerasan jalan

dapat melalui dicampurkan pada agregat sebelum dihamparkan (prahampar),

seperti lapisan beton aspal atau disiramkan pada lapisan agregat yang telah

dipadatkan dan ditutupi oleh agregat-agregat yang lebih halus (pascahampar).

Fungsi utama aspal untuk kedua jenis proses pembentukan perkerasan

jalan yaitu proses pencampuran prahampar dengan pascahampar itu berbeda.

Pada proses prahampar aspal yang dicampurkan dengan agregat akan

membungkus atau menyelimuti butir-butir agregat, mengisi pori antar butir, dan

meresap ke dalam pori-pori masing-masing butir.

Pada proses pascahampar, aspal disiramkan pada lapisan agregat yang

dipadatkan, lalu di atasnya ditaburi butiran agregat halus. Pada proses ini aspal

akan meresap ke dalam pori-pori antar butir agregat dibawahnya. Fungsi

utamanya adalah menghasilkan lapisan perkerasan bagian atas yang kedap air

dan tidak mengikat agregat sampai ke bagian bawah pasitas produksi.

BAB IIIPENUTUP

14

Page 15: Aspal Minyak

III.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa aspal minyak

merupakan salah satu dari beberapa jenis aspal yang digunakan dalam

perkerasan jalan. Aspal minyak di Indonesia di produksi oleh Pertamina Kilang

Cilacap dengan menghasilkan dua produk yaitu grade 60/70 dan 80/100.

Aspal digunakan sebagai bahan material perkerasan jalan berfungsi

sebagai :

1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan agregat

dan antara sesama aspal.

2. Bahan pengisi, mengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang ada dalam

butir agregat itu sendiri.

III.2 Saran

Mengingat adanya keterbatasan waktu, pengetahuan dan pemahaman atas

bahan aspal, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu diharapkan

partisipasi dari peserta diskusi untuk menambahkan materi bahan aspal ini,

sehingga dapat memberi pengetahuan yang lebih luas mengenai bahan aspal.

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: Aspal Minyak

Ir. Soehartono. 2010. Teknologi aspal dan penggunaanya dalam konstruksi perkerasan jalan, penerbit Mediatama Saptakarya, Jakarta

Koninklijke,1987. The Teasting of Bituminous Material.Shell-Laboratorium

Sukirman, S (2003), Perkerasan Jalan Raya, Penerbit Nova Bandung.

Sukirman, S (2007), Beton Aspal Campuran Panas, Penerbit Obor Indonesia Jakarta

Rianung, Sih. 2007. Kajian Laboratorium Pengarh Bahan Tambah Gondorukem pada Asphalt Concrete - Binder Course (AC-BC) Terhadap Nilai Propertis Marshall dan Durabilitas. Tesis, Universitas Dipenogoro

Wignal Arthur, Peter S, dkk (2003) Proyek Jalan : Teori dan Praktek, Penerbit Erlangga Jakarta

16