Asuhan Keperawatan BBLr_nELLy.docx
-
Upload
queenesa-amora-fox -
Category
Documents
-
view
114 -
download
2
Transcript of Asuhan Keperawatan BBLr_nELLy.docx
Asuhan Keperawatan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR)
Disusun oleh :
1. Danil Rachman
2. Jeffry Siswanto
3. Nelly Khasanah
4. Dewi Agus
5. Era Faradila P.
6. Bobby Rachman
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2012
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR)” ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini di susun oleh penulis
guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Reproduksi II pada semester VII.
Penulis berharap dengan di susunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan para
pembaca, terkhusus untuk mahasiswa program studi S1 Keperawtan STIKES ICME
JOMBANG mengenai asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR.” Tak ada gading yang
tak retak” penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
demi penyempurnaan makalah ini.
Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Jombang, 19 November 2012
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang masalah
Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya
angka kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat
badan lahir rendah. Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan
low birth weight baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak
semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature.
Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo tahun
1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70
% dan 73 % dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR( Prawirohardjo, 2005 )
Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang
mutlak terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari
frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 – 10,8 %, di Negara berkembang
berkisar antara 10 – 43 %. Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan
Negara berkembang adalah 1 : 4.
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi
normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan
mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental. Prognosis akan lebih buruk
lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh
seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia,
perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai
kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan
lainnya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis membahas materi tentang asuhan
keperawatan bayi dengan bblr dengan harapan dapat menambah pengetahuan para pembaca
terkhusus untuk mahasiswa program studi S1 Keperawatan STIKES ICME JOMBANG
mengenai konsep dasar penatalaksanaan asuhan keperawatan bayi dengan bblr.
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan BBLR?
2. Bagaimana etiologi dari BBLR?
3. Apa sajakah manifestasi klinis dari BBLR?
4. Apa saja komplikasi dari BBLR?
5. Bagaimanakah penatalaksanaan bayi dengan BBLR?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat antara 1500 – 2500 gram (Sarwono
Prawirohardjo, 2002)
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan berat badan
kurang atau sama dengan 250 gram (WHO, 1961), sedangkan bayi dengan berat badan
kurang dari 1500 gr termasuk bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Pada kongres
European Prenatal Medicine II (1970) di London diusulkan definisi sebagai berikut:
a. Preterin Infant (bayi kurang bulan: masa gestasi kurang dari 269 hari (37mg).
b. Term infant (bayi cukup bulan: masa gestasi 259-293 hari (37 – 41 mg).
c. Post term infant (bayi lebih bulan, masa gestasi 254 hari atau lebih (42 mg/lebih).
2.2.Klasifikasi BBLR
2.2.1.Prematur Murni
Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamillan atau disebut juga neonatus
preterm / BBLR / SMK.
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Persalinan Prematur atau BBLR
adalah
1. Faktor Ibu
a. Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
b. Gizi saat hamil kurang
c. Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
d. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
e. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
f. Perdarahan antepartum, kelainan uterus, Hidramnion
3
g. Faktor pekerja terlalu berat
h. Primigravida
i. Ibu muda (<20 tahun)
2. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil seprti
preeklamsia, eklamsi, ketuban pecah dini
3. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda., anomali kongenital
4. Faktor kebiasaan : Pekerjaan yang melelahkan, merokok
5. Faktor yang masih belum diketahui.
Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah :
1. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm
2. Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
3. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
4. Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
5. Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
6. Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
7. Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
8. Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu
9. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis
dahi dan lengan
10. Lemak subkutan kurang
11. Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia
mayora
12. Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah
Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh
karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan dengan prematuritas (BBLR)
4
2.2.2 DISMATUR
Dismatur (Intra Uterine Growth Retardation) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan. Dismatur juga di sebut KMK yaitu bayi yang kecil untuk
masa pertumbuhan
Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu
1. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu sampai berbulan bulan sebelum bayi lahir sehingga berat,panjang dada
lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah
masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya Wasted oleh karena
retardasi pada janin terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue
2. Disporpotionate IUGR
Trejadi karena distres subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari
sampai janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat
tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda tanda sedikitnya
jaringan lemak di bawah kulit , kulit kering keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan
kurus dan lebih panjang
Faktor Faktor yang mempengaruhi BBLR pada Dismatur
1. Faktor ibu : Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, pendrita penyakit diabetes
militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu, (tinggal didaerah pegunungan ,
hemoglobinopati, penyakit paru kronik ) gizi buruk, Drug abbuse, peminum alkohol
1. Faktor utery dan plasenta : Kelainan pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali pusat
yang tidak normal, uterus bicornis, infak plasenta, tranfusi dari kembar yang satu kekembar
yang lain, sebagian plasenta lepas
3. Faktor janin : Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan,
(toxoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpez, sifillis)
Penyebab lain :Keadaan sosial ekonomi yang rendah, tidak diketahui
5
2.3.WOC
Semakin kecil dan semakin iasosti bayi, maka akan semakin tinggi risiko gizinya.
Beberapa iaso yang memberikan efek pada masalah gizi;
1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng
dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan
BBLC.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara
reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneoumonia
belum berkembang denan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu. Penundaan pengosongan
lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyia
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi
lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim
yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar
laktose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34
minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang
meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. Potensial
untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan sedikitnya
jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan akan
kalori.
6
Gambar Pathway
7
2.4. Pemeriksaan Diagnostik
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3,
hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).
2. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic
prenatal/perinatal ).
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan ).
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl
pada 3-5 hari.
5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-
50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
7. Pemeriksaan Analisa gas darah.
2.5.Penatalaksanaan
1. Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat
konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi dengan
BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi dengan BB 2 – 2,5 kg adalah 34C. Bila tidak ada
inkubator, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-
botol hangat yang telah dibungkus dengan handuk atau lampu petromak di dekat tidur bayi.
Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan mengenai
keadaan umum, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit dapat
dikenali sedini mungkin.
2. Pengaturan makanan/nutrisi
8
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi sedikit.
Secara perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini berupa glukosa, ASI atau
PASI atau mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi atau hiperbilirubinia. Bayi yang daya
isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut. Umumnya bayi
dengan berat kurang dari 1500 gram memerlukan minum pertama dengan pipa lambung
karena belum adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan.
Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5 % yang steril
untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram, 2 – 4 ml untuk bayi dengan berat antara
1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 Gr.
Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran,
pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam.
3. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena daya tubuh bayi
terhadap infeksi kurang antibodi relatif belum terbentuk dan daya fagositosis serta reaksi
terhadap peradangan belum baik. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut:
a. Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit
sebelum masuk ke ruang rawat bayi.
b. Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah memegang
seorang bayi.
c. Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang berhubungan
dengan bayi.
d. Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan.
e. Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang rawat bayi.
4.Pemberian vitamin K1 :
- Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
- Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10
hari, dan umur 4-6 minggu).
9
2.6.Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan lahir rendah adalah sebagai
berikut :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)
2. Hipoglikemi simptomatik, terutama pada laki-laki.
3. Penyakit membrane hialin : disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/
sukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal
udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi
untuk pernapasan berikutnya.
4. Asfiksia neonatorum
5. Hiperbilirubinemia, bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini
mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.
10
BAB III
KONSEP ASKEP
3.1.Pengkajian
Anamnesa
a. Identitas bayi: Nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD.
b. Identitas orang tua: Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat.
c. Keluhan utama: BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi.
d. Riwayat penyakit sekarang.
e. Riwayat penyakit keluarga.
f. Riwayat penyakit dahulu.
- Riwayat antenatal
Yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu:
Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.
Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan
kongenital, riwayat persalinan preterm.
Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan
periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau
preterm).
- Riwayat natal
Komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan
pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
11
Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang
(narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
- Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat,
AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram lingkar kepala
kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar
cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna
sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
Hidung
terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi,
frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
12
Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae pada garis papila
mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung
adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi,
sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada
tali pusat.
Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada
neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya
sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya
kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro
dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah
tulang.
3.2. Diagnosa Keperawatan
1.Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan
2.Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan kurang, paparan
lingkungan dingin/panas.
3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
ingest/digest/absorb
13
4.Ketidakefektifan pola minum bayi b/d prematuritas
5.Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin
3.3. Intervensi Keperawatan
N
o
Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil Intervensi Rasional
1 Pola nafas tidak
efektif
berhubungan
dengan imaturitas
organ pernafasan
NOC :
Respiratory status :
Ventilation
Respiratory status :
Airway patency
Vital sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama
NIC :
Airway
Management
Buka jalan nafas,
guanakan teknik
chin lift atau jaw
thrust bila perlu
Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
Lakukan
fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan sekret
untuk
mencegah
adanya
penyempitan
jalan nafas.
posisi ini
menghasilkan
perbaikan
oksigenasi,
pembrian
makan
ditoleransi
dengan lebih
baik, dan
lebih
mengatur
pola tidur.
Menentukan
pentingnya
pemasangan
14
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
Tanda Tanda vital
dalam rentang
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan)
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
Berikan
bronkodilator bila
perlu
Berikan
pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake
untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2
Oxygen Therapy
Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
Pertahankan jalan
nafas yang paten
Atur peralatan
oksigenasi
alat jalan
nafas buatan
Mengeluarka
n sekret
Membersihka
n jalan nafas
Mengevaluas
i bersihan
jalan nafas
Mengencerka
n sekret dan
sputum
Menjaga
kelembaban
udara
pernafasan.
Mengghyinda
ri dehidrasi
Mengevaluasi
keadaan
pernafasan
15
Monitor aliran
oksigen
Pertahankan posisi
pasien
Onservasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign
Monitoring
Monitor TD,
nadi, suhu,
dan RR
Catat adanya
fluktuasi
tekanan
darah
Monitor VS
saat pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
Auskultasi
TD pada
kedua lengan
dan
dan
oksigenasi
pasien
- Menjaga
kebersihan
jalan nafas
- Memastikan
aliran oksigen
- Terjangkau
dan
memudahkan
tindakan
perawat
- Menjaga
kepatenan
pemberian
- Membantu
kepatenan
jalan nafas
- Mengetahui
secara dini
kelainan
pernafasan
- Mencegah
kecemasan
pasien
16
bandingkan
Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum,
selama, dan
setelah
aktivitas
Monitor
kualitas dari
nadi
Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
Monitor
suara paru
Monitor pola
pernapasan
abnormal
Monitor
suhu, warna,
dan
kelembaban
kulit
Monitor
sianosis
perifer
terhadap
tindakan
- Memonitor
keadaan
umum pasien
- Mengetahui
keadaan
tekanan darah
dan keadaan
- Mengetahui
perbedaan
dan
perubahan
tekanan darah
-
Mengevaluasi
kepatenan
pemeriksaan
- Mengetahui
pengaruh
aktifitas
terhadap vital
sign
- Mengetahui
kemampuan
17
jantung dalam
memaompaka
n darah
- Mengetahui
keadaan
pernafasan
pasien
- Mengetahui
kelaianan
pada paru
- Mengetahui
gangguan
pernafasan
pasien
-
Mengevaluasi
oksigensai
jaringan
-
Mengevaluasi
oksigenasi
jaringan
perifer
2 Risiko
ketidakseimbangan
temperatur tubuh
berhubungan
dengan BBLR, usia
NOC :
Hydration
Adherence Behavior
NIC :
Temperature
Regulation
18
kehamilan kurang,
paparan
lingkungan
dingin/panas
Immune Status
Infection status
Risk control
Risk detection
(pengaturan suhu)
Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
Monitor TD, nadi,
dan RR
Monitor warna dan
suhu kulit
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat
panas
Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
Berikan anti piretik
jika perlu
- Untuk
memonitor
suhu tbuh
- Mengetahui
keadaan
umum pasien
- Mengetahui
keadaan suhu
dengan visual
kulit
- Untuk
mncegah
dehidrasi
evaporasi
- Membantu
mencegah
keletihan
pada pasien
-
Memberikan
pemahaman
kepada pasien
19
-
Menurunkan
suhu tubuh.
3 Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh berhubungan
dengan
ketidakmampuan
ingest/digest/absor
b
NOC :
Nutritional Status :
Nutritional Status :
food and Fluid
Intake
Nutritional Status :
nutrient Intake
Weight control
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
Beratbadan ideal
sesuai dengan
tinggi badan
Mampumengidentif
ikasi kebutuhan
nutrisi
Tidk ada tanda
tanda malnutrisi
Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
NIC :
Nutrition
Management
Berikan substansi
gula
Berikan makanan
yang terpilih (sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Mencegah
dan
mensuplay
kalori
Mensuplai
asupan gizi
Mengetahui
masukan
nutrisi pasien
Kelaurga
mampu
berperan serta
aktif dalam
keperawatan
Mengevaluasi
masukan
nutridsi
20
Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti
4 Ketidakefektifan
pola minum bayi
berhubungan
dengan
prematuritas
NOC :
Breastfeeding
Estabilshment :
infant
Knowledge :
breastfeeding
Breastfeeding
Maintenance
Kriteria Hasil :
Klien dapat
menyusui dengan
efektif
Memverbalisasikan
tehnik untk
mengatasi masalah
menyusui
Bayi menandakan
kepuasan menyusu
Ibu menunjukkan
harga diri yang
positif dengan
menyusui
NIC :
Breastfeeding
assistance
Fasilitasi kontak ibu
dengan bayi seawal
mungkin (maksimal
2 jam setelah lahir )
Sediakan
kenyamanan dan
privasi selama
menyusui
Monitor kemampuan
bayi untuk
menggapai putting
Dorong ibu untuk
tidak membatasi
bayi menyusu
Instruksikan
perawatan putting
untuk mencegah
lecet
Diskusikan
penggunaan pompa
ASI kalau bayi
tidakmampu
Mengenalkan
bayi kepada
ibunya
Meningkatka
n nyaman
akan
meningkatkan
motivasi
menyusui
Menentukan
tindakan
lanjutan bila
bayi tidak ias
menyusui
Ibu
mengetahui
kebutuhan
bayi
21
menyusu
Dorong ibu untuk
minum jika sudah
merasa haus
menyusui
Meningkatka
n
kenyamanan
bayi dan ibu
dalam
menyusui
Membantu
mengeluarkan
ASI
Mensuplai
masukan
cairan untuk
memproduksi
susu
5 Hipotermi
berhubungan
dengan paparan
lingkungan dingin
NOC :
Thermoregulation
Thermoregulation :
neonate
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam
rentang normal
Nadi dan RR dalam
rentang normal
NIC :
Temperature
regulation
Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
Monitor TD, nadi,
dan RR
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
Mengevaluasi
suhu tubuh
pasien
Mengetahui
keadaan suhu
pasien
22
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
Berikan anti piretik
jika perlu
Mengevaluasi
sedini
mungkin
adanya
kelaianan
suhu
Mencegah
kehilangan
kehangatan
lewat kulit
Menurunkan
suhu tubuh
BAB IV
PENUTUP
23
4.1.Kesimpulan
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada
saat kelahiran kurang dari 2500gr. BBLR dapat dibagi 2 golongan yaitu :
1. prematuritas murni
2. dismaturitas
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah sering mengalami masalah sukar
bernafas, sukar dalam pemberian munim,ikterus berat dan infeksi.Bayi juga rentan
menalami hipotermi jika tidak dalm incubator. Bayi ini memerlukan perawatan khusus. Bila
fasilitas tempat bayi dilahirkan tidak memadai untuk perawatan bayi, maka bayi harus
segera dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas khusus untuk bayi yang lahir dengan
berat badan rendah. Selama perjalanan ke tempat rujukan pastikan bahwa bayi terjaga tetap
hangat . Bungkus bayi dengan kain lembut,kering,selimuti dan pakai topi untuk
menghindari kehilangan panas.
Prognosis BBLR akan baik bila ditangani dengan cepat dan perawatan yang intensif.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada bayi dengan BBLR :
1.Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan
2.Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan kurang, paparan
lingkungan dingin/panas.
3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
ingest/digest/absorb
4.Ketidakefektifan pola minum bayi b/d prematuritas
5.Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin.
4.1.Saran
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi
normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan
mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental. Prognosis akan lebih buruk
lagi bila berat badan makin rendah. Maka di harapkan mahasiswa keperawatan yang kelak
menjadi care provider harus mampu menguasai materi tentang BBLR sebagai dasar
pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif.
24
DAFTAR PUSTAKA
- Ramadhan. http://stikeskabmalang.wordpress.com/2011/10/02/asuhan-keperawatan-pada-
bayi-dengan-bblr. diakses tanggal 14 november 2012.
- Donna L. Wong,.2004.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4.Jakarta:EGC.
- Mansjoer, Arif dkk . 2000 . Kapita Selekta kedokteran Jilid I Edisi Ketiga . Jakarta :
Media Aesculapius.
- Prawirohardjo, Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
25