Asuhan Keperawatan CA

27
Asuhan Keperawatan Gangguan sistem pengindaraan akibat benda asing pada permukaan mata CORPUS ALIENUM Oleh Septia Reni Yusri Juanda Nurrahman Dosen Pembimbing : Ni Ketut Sujati, M. Kes.

Transcript of Asuhan Keperawatan CA

Page 1: Asuhan Keperawatan CA

Asuhan Keperawatan

Gangguan sistem pengindaraan akibat benda asing pada permukaan mata

CORPUS ALIENUM

Oleh

Septia Reni

Yusri Juanda Nurrahman

Dosen Pembimbing : Ni Ketut Sujati, M. Kes.

Page 2: Asuhan Keperawatan CA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PRODI KEPERAWATAN BATURAJA

2011

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

CORPUS ALIENUM

1. PENGERTIAN

Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan dalam istilah medis.

Merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai sclera, kornea, dan

konjungtiva. Trauma mata adalah cidera mata yang dapat mengakibatkan kelainan mata

(mangunkusumo, 1988)

Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa berakibat serius . Apabila

suatu korpus alienum masuk ke dalam bola mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat

serta timbul kerusakan dari isi bola mata dan terjadi iridocylitis serta panophthmitis. Karena itu perlu

cepat mengenali benda asing tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk

kemudian mengeluarkannya.

Page 3: Asuhan Keperawatan CA

Beratnya kerusakan pada organ – organ di dalam bola mata tergantung dari besarnya corpus

alienum, kecepatannya masuk, ada atau tidaknya proses infeksi dan jenis bendanya sendiri.Bila ini

berada pada segmen depan dari bola mata, hal ini kurang berbahaya jika dibandingkan dengan bila

benda ini terdapat di dalam segmen belakang. Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka

akan terjadi salah satu dari ketiga perubahan berikut :

1. Mecanical effect

Benda yang masuk ke dalam bola mata hingga melalui kornea ataupun sclera. Setelah benda

ini menembus kornea maka ia masuk ke dalam kamera oculi anterior dan mengendap ke dasar. Bila

kecil sekali dapat mengendap di dalam sudut bilik mata. Bila benda ini terus, maka ia akan

menembus iris dan kalau mengenai lensa mata akan terjadi catarack, traumatic. Benda ini bisa juga

tinggal di dalam corpus vitreus. Bila benda ini melekat di retina biasanya kelihatan sebagai bagian

yang dikelilingi oleh eksudat yang berwarna putih serta adanya endapan sel – sel darah merah,

akhirnya terjadi degenerasi retina.

2. Permulaan terjadinya proses infeksi

Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata kemungkinan akan timbul infeksi.

Corpus vitreus dan lensa dapat merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman sehingga

sering timbul infeksi supuratif. Juga kita tidak boleh melupakan infeksi kuman tetanus.

3. Terjadi perubahan – perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses kimiawi

( reaction of ocular tissue )

Jenis Benda Asing pada Mata

Benda logam

Page 4: Asuhan Keperawatan CA

Terbagi menjadi benda logam magnit dan bukan magnit

Contoh : emas, perak, timah hitam, seng, nikel, aluminium, tembaga, besi.

Benda bukan logam

Contoh : batu, kaca, porselin, karbon, bahan pakaian dan bulu mata.

Benda Insert

Adalah benda yang terdiri atas bahan bahan yang tidak menimbulkan reaksi jaringan mata,

ataupun jika ada reaksinya sangat ringan dan tidak mengganggu fungsi mata.

Contoh : emas, perak, platina, batu, kaca, porselin, plastik tertentu

2. ETIOLOGI

Trauma mata dapat terjadi secara mekani dan non mekanik

1. Mekanik, meliputi :

1. Trauma oleh benda tumpul, misalnya :

1. Terkena tonjokan tangan

2. Terkena lemparan batu

3. Terkena lemparan bola

4. Terkena jepretan ketapel, dan lain-lain

2. Trauma oleh benda tajam, misalnya:

1. Terkena pecahan kaca

2. Terkena pensil, lidi, pisau, besi, kayu

3. Terkena kail, lempengan alumunium, seng, alat mesin tenun.

3. Trauma oleh benda asing, misalnya:

Page 5: Asuhan Keperawatan CA

Kelilipan pasir, tanah, abu gosok dan lain-lain

2. Non Mekanik, meliputi :

1. Trauma oleh bahan kimia:

1. Air accu, asam cuka, cairan HCL, air keras

2. Coustic soda, kaporit, jodium tincture, baygon

3. Bahan pengeras bakso, semprotan bisa ular, getah papaya, miyak

putih

2. Trauma termik (hipermetik)

1. Terkena percikan api

2. Terkena air panas

3. Trauma Radiasi

1. Sinar ultra violet

2. Sinar infra merah

3. Sinar ionisasi dan sinar X

(Ilyas, 1985)

Gangguan-gangguna trauma pada mata

1. Trauma mata karena benda tajam

1. Plasits

2. Gangguan pergerakan bola mata

3. Ketajaman penglihatan buruk

4. Perdarahan didalam bola mata

5. Lensa yang pecah

6. Rusaknya susunan jaringan bola mata

7. Terlihat bintik mata yan dangkal karena perforasi kornea

Page 6: Asuhan Keperawatan CA

8. Bentuk pupil yang lonjong / terjadi perubahan bentuk pupil akibat perlengkapan iris

dengan bbir luka kornea

9. Tekanan bola mata akan rendah akibat cairan mata keluar melalui luka

2. Trauma mata oleh benda asing

1. Mata terasa mengganjal dan ngeres

2. Mendadak merasa tidak enak jika mengedikan mata

3. Bila tertanam dalam kornea nyeri sangat hebat

4. Fototobia

5. Gangguan gerak bola mata dan lain-lain

3. Trauma karena bahan kimia

1. Trauma Akali

1. Dapat menyebabkan pecah atau rusaknya jaringan

2. Meningkatkan tekanan infra akuler

3. Karena keruh dalam beberapa menit

4. Pembentukan jaringan parut pada kelenjar asesari air mata, yang

mengakibatkan mata menjadi kering

5. Lensa keruh diakibatkan kerusakan kaps lensa

2. Trauma Asam

1. Terjadi koogulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekerutan pada

kornea

2. Akibat koogulasi kadang seluruh kornea terkelupas

3. Bila terjadi penetrasi jaringan yang lebih dalam akan terjadi edema kornea

dan iris

4. Keadaan terburuk apabila terkena trauma asam berupa vaskularisasi berat

pada kornea

4. Trauma Mata Mekanik (hipertemik)

1. Bila siperficila dan bulu mata hangus kulit palpebra hipermis dan terjadi edema

palpebra

2. Bila lebih berat terjadi nekrosis sehingga dapat kehilangan sebagian palpebra

Page 7: Asuhan Keperawatan CA

3. Bila kornea terkena dapat terjadi erosi karena adanya reflek menutup pada kelopak

umumnya kornea tidak terkena

5. Trauma Mata karena radiasi

3. FAKTOR PREDIPOSISI

1. Mengendarai motor tanpa menggunakan helm yang disertai kaca penutup

2. Berjalan dibawah terik matahari dalam waktu begitu lama tanpa menggunakan topi

atau kaca mata pelindung

3. pekerja las dalam pekerjaannya tanpa menggunakan kaca pelindung mata

4. KLASIFIKASI

Berdasarkan keparahannya trauma mata diklasifikasi sebagai berikut:

1. Trauma Ringan

1. Trauma disembuhkan tanpa tindakan atau pengobatan yang berarti

2. Kekerungan ringan pada kornea

3. Pragnosis baik

2. Trauma sedang

1. Kekeruhan kornea sehingga detail iris tidak dapat dilihat, tapi pupil masih

tampak

2. Iskemik mekrosis pada konjungtiva dan sklera

3. Pragnosis sedang

3. Trauma berat

1. Kekeruhan kornea sehingga pupil tidak dapat dinilai

2. Konjungtiva dan sklera sangat pucat karena istemik nekrosis berat

3. Pragnosis buruk

Page 8: Asuhan Keperawatan CA

5. GAMBARAN KLINIK

1. Trauma mata karena benda tumpul

1. Penurunan ketajaman penglihatan

2. Adanya kelainan disekitar mata, seperti :

1. Adanya perdarahan sekitar mata

2. Pembengkakan di dahi, pipi dan hidung

3. Adanya eksuftalmos dan gangguan gerak bola mata akibat perdarahan di

dalam rongga orbita

4. Adanya hematomom dan edema pada kelopak mata

5. Konjungtiva akan tampak merah dengan batas tegas

6. Terjadi erosi kornea

7. Pupil akan menyempit, dapat juga juga melebar dan reaksi terhadap cahaya

akan menjadi lembat atau hilang

8. Timbul raptur yang tidak langsung pada kapsul lensa

9. Edema retina

10. Perubahan tekanan bola mata

11. Terjadi gangguan gerak bola mata, kelopak mata tidak dapat menutup atau

tidak dapat membuka dengan jelas.

1. Lesi termis ditimbulkan oleh sinar infra red berupa : kekeruhan kornea, atrati, iris,

kerusakan macula karena berfokusnya sinar pada mocula, jaringan berpigmen

seperti ovea dan retina lebih mudah mengalami kerusakan

2. Lesi obiotik ditimbulkan oleh UV (ultra violet) : setelah periode laten terlihat eriterna

yang terbatas jelas hanya pada daerah yang teriritasi.

Page 9: Asuhan Keperawatan CA

3. Lesi ionisasi ditimbulkan oleh sinar X; terjadi perubahan vaskulariasi, korpus siliarsis

menjadi edema dan dilatasi yang mengakibatkan terjadinya glaukoma.

(Mangunkusumo, 1988)

6. TANDA DAN GEJALA

1. Ekstra Okular

1. Mendadak merasa tidak enak ketika mengedipkan mata

2. Ekskoriasi kornea terjadi bila benda asing menggesek kornea, oleh kedipan

bola mata.

3. Lakrimasi hebat.

4. Benda asing dapat bersarang dalam torniks atas atau konungtiva

5. Bila tertanam dalam kornea nyeri sangat hebat

2. Infra Okuler

1. Kerusakan pada tempat masuknya mungkin dapat terlihat di kornea, tetapi

benda asing bisa saja masuk ke ruang posterior atau limbus melalui

konjungtiva maupun sklera.

2. Bila menembus lensa atau iris, lubang mungkin terlihat dan dapat terjadi

katarak.

3. Masalah lain diantaranya infeksi skunder dan reaksi jaringan mata terhadap

zat kimia yang terkandung misalnya dapat terjadi siderosis.

Page 10: Asuhan Keperawatan CA

7. MANIFESTASI KLINIK

1. Lagaltafmas : Keadaan tidak menutupnya mata secara sempurna (Ramali, dkk. 2005)

2. Katarak : Kekeruhan pada lensa yang terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi proteksi lensa, atau akibat kedua-duanya.

3.

4.

a. Akut :

b. Kronik :

Kebutaan :

Penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan infra akuler yang meningkat mendadak sangat tinggi

Penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanent. (ilyas 1997)

Tidak dapat melihat karena kerusakan mata (Ramali, dkk. 2005)

8. PATOFISIOLOGI

Trauma mata bisa disebabkan oleh karena mekanik dan non mekanik, semua ini

menciderai organ-organ mata yang menyebabkan terjadinya trauma mata. Trauma mata yang

diakibatkan oleh cedera mekanik pada jaringan bola mata akan menimbulkan suatu atau

berbagai akibat klasik seperti: rasa sakit akibat trauma, gangguan penglihatan berupa

penglihatan kabur, perabengkalan, perdarahan atau luka terbuka dan bentuk mata berubah.

Trauma yang diakibatkan oleh cidera non mekanik pada bola mata akan menimbulkan

berbagai akibat seperti : erosi epitel kornea, kekeruhan kornea. Bila pada cidera radiasi juga

terjadi efek kumulasi. Bila radiasi berkurang maka lesi terimis yang ditimbulkan sinar red (irivisible

rays) dapat berupa kekeruhan kornea, atratosi iris, katarak.

(Mangunkusumo, 1988)

Page 11: Asuhan Keperawatan CA

9. PATHWAY

Page 12: Asuhan Keperawatan CA
Page 13: Asuhan Keperawatan CA

10. TES DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan pada kasus trauma mata dilakukan baik subyektf maupun obyektif.

1. Pemeriksaan subyektif

Pemeriksaan ketajaman penglihatan. Hal ini berkaitan dengan pembutatan visum et

repertum. Pada penderita yang ketajamannya menurun, dilakukan pemeriksaan retraksi

untuk mengetahui bahwa penurunan penglihatan mungkin bukan disebabkan oleh

trauma tetapi oleh kelainan retraksi yang sudah ada sebelum trauma (Widodo, 2000)

2. Pemeriksaan Obyektif

Saat penderita kita inspeksi sudah dapat diketahui adanya kelainan di sekitar mata

seperti adanya perdarahan sekitar mata. Pembengkakan di dahi, pipi, hidung dan lain-

lain yang diperiksa pada kasus trauma mata ialah: keadaan kelopak mata kornea, bilik

mata depan, pupil, lensa dan tundus, gerakan bola mata dan tekanan bola mata.

Pemeriksaan segmen anterior dilakukan dengan sentotop, loupe slit lamp dan

atlalmoskop. (Widodo, 2000).

2. Pemeriksaan Khusus

1. Pembiakan kuman dari benda yang merupakan penyebab trauma untuk

menjadi petunjuk pemberian obat antobiotik pencegah infeksi.

2. Pemeriksaan radiology foto orbita

Untuk melihat adanya benda asing yang radioopak, bila ada dilakukan pemeriksaan

dengan lensa kontak combrang dan dapat ditentukan apakah benda asing intra okuler

atau ektra okuler.

3. Pemeriksaan ERG : untuk mengetahui fungsi retina yang rusak atau

Page 14: Asuhan Keperawatan CA

yang masih ada.

4. Pemeriksaan VER : untuk melihat fungsi jalur penglihatan pusat

penglihatan

11. PENATALAKSAAN

1. Trauma Mata Benda Tumpul

Penanganan ditekankan pada utama yang menyertainya dan penilaian terhadap

ketajaman penglihatan. Setiap penurunan ketajaman penglihatan tanda mutlak untuk

melakukan rujukan kepada dokter ahli mata. (mangunkusumo, 2000)

Pemberian pertolongan pertama berupa:

1. Obat-obatan analgetik : untuk mengurangi rasa sakit. Untuk pemeriksaan mata dapat

diberikan anesteshi local: Pantokain 0,5% atau tetracain 0,5% - 1,0 %.

2. Pemberian obat-obat anti perdarahan dan pembengkakan

3. Memberikan moral support agar pasien tenang

4. Evaluasi ketajaman penglihatan mata yang sehat dan mata yang terkena trauma

5. Dalam hal hitema ringan (adanya darah segar dala bilik mata depan) tanpa penyulit

segera ditangani dengan tindakan perawatan:

1. Tutup kedua bola mata

2. Tidur dengan posisi kepala agar lebih tinggi

3. Evaluasi ketajaman penglihatan

4. Evaluasi tekanan bola mata

6. Setiap penurunan ketajaman penglihatan atau keragu-raguan mengenai mata

penderita sebaiknya segera di rujuk ke dokter ahli mata.

Page 15: Asuhan Keperawatan CA

2. Trauma mata benda tajam

Keadaan trauma mata ini harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat

menimbulkan bahaya; infeksi, siderosis, kalkosis dan atlalmia dan simpatika.

Pertimbangan tindakan bertujuan :

1. Mempertahankan bola mata

2. Mempertahankan penglihatan

Bila terdapat benda asing dalam bola mata, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk

mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada penderita diberikan:

1. Antibiotik spectrum luas

2. Analgetik dan sedotiva

3. Dilakukan tindakan pembedahan pada luka yang terbuka

1. Trauma mata benda asing

1. Ekstra Okular

1. Tetes mata

2. Bila benda asing dalam forniks bawah, angkat dengan swab.

3. Bila dalam farniks atas, lipat kelopak mata dan angkat

4. Bila tertanam dalam konjungtiva, gunakan anestesi local dan angkat dengan jarum

5. Bila dalam kornea, geraka anestesi local, kemudian dengan hat-hati dan dengan keadaan

yang sangat baik termasuk cahaya yang baik, angkat dengan jarum.

6. Pada kasus ulerasi gunakan midriatikum bersama dengan antibiotic local selama beberapa

hari.

Page 16: Asuhan Keperawatan CA

7. Untuk benda asing logam yang terlalu dalam, diangkat dengan jarum, bisa juga dengan

menggunakan magnet.

1. Intra okuler

1. Pemberian antitetanus

2. Antibiotic

3. Benda yang intert dapat dibiarkan bila tidak menybabkan iritasi

1. Trauma mata bahan kimia

1. Trauma akali

1. Segera lakukan irigasi selama 30 menit sebanyak 2000 ml; bila dilakukan irigasi lebih lama

akan lebih baik.

2. Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi bisa dapat dilakukan pemeriksaan dengan kertas

lokmus; pH normal air mata 7,3

3. Diberi antibiotic dan lakukan debridement untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunie.

4. Diberi sikoplegik karena terdapatnya iritis dan sineksis posterior

5. Beta bloker dan diamox untuk mengatasi glukoma yang terjadi

6. Steroid diberikan untuk menekan radang akibat denoturasi kimia dan kerusakan jaringan

kornea dan konjungtiva namun diberikan secara hati-hati karena steroid menghambat

penyembuhan.

7. Kolagenase intibitor seperti sistein diberikan untuk menghalangi efek kolagenase.

8. Vitamin C diberikan karena perlu untuk pembentukan jaringan kolagen.

9. Diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek.

10. Karataplasti dilakukan bila kekerutan kornea sangat menganggu penglihatan.

1. Trauma Asam

1. Irigasi segera dengan gara fisiologis atau air.

2. Control pH air mata untuk melihat apakah sudah normal

Page 17: Asuhan Keperawatan CA

3. Selanjutnya pertimbangan pengobatan sama dengan pengobatan yang diberikan pada

trauma alkali.

Tindakan pada trauma kimia dapat juga tergantung dari 4 fase peristiwa, yaitu:

1. Fase kejadian (immediate)

Tujuan dari tindakan adalah untuk menghilangkan materi penyebab sebersih mungkin,

yaitu meliputi:

1. Pembilasan dengan segera, denan anestesi tapical terlebih dahulu.

2. Pembilasan dengan larutan non toxic (NaCl 0,9% ringer lastat dan sebagainya)

sampai pH air mata kembali normal.

2. Fase Akut (sampai hari ke-7)

Tujuan tindakan adalah mencegah terjadinya penyulit dengan prinsip sebagai berikut:

1. Mempercepat proses re-epitelisasi kornea

2. Mengontrol tingkat peradangan

3. Mencegah infeksi sekunder

4. Mencegah peningkatan tekanan bola mata

5. Suplemen / anti oksidan

6. Tindakan pembedahan

3. Fase Pemulihan Dini (early repair : hari ke 7 – 21)

Tujuannya membatasi penyakit setelah fase 2

4. Fase pemulihan akhir (late repair : setelah hari ke 21)

Tujuannya adalah rehabilitasi fungsi penglihatan

5. Trauma Mata Termik (hipertemik)

Page 18: Asuhan Keperawatan CA

Daerah yang terkena dicuci dengan larutan steril dan diolesi dengan salep atau kasa

yang menggunakan jel. Petroleum setelah itu ditutup dengan verban steril.

6. Trauma Mata Radiasi

Bila panas merusak kornea dan konjungtiva maka diberi pada mata

o Lokal anastesik

o Kompres dingin

o Antibiotika lokal

Page 19: Asuhan Keperawatan CA

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TRAUMA BENDA ASING PADA PERMUKAAN MATA

1. PENGKAJIAN

1. Data biografi (meliputi identitas pasien seperti : Nama, Jenis kelamin, pekerjaan,

agama)

2. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan masalah primer pasien

seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, rasa terbakar pada mata, mata basah,

pandangan ganda, bercak dibelakang mata dan lain-lain.

3. Riwayat penyakit apa yang terakhir di derita oleh pasien

1. Masa anak : Strabismus, ambliopia, cedera

2. Dewasa : Glausoma, katarak, cidera / trauma mata.

3. Penyakit keluarga : Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga

4. Pemeriksaan fisik

1. Pemeriksaan bagian luar mata

1. Posisi mata : dikaji simetris / tidak. Apakah exaptalamus

2. Alis mata bulu mata dan kelopak mata. Respon tutup mata dan

berkedip.

2. Inspeksi area antara kelopak mata bawah dan atas apakah bebas ederma.

3. Inspeksi sclera dan konjugtiva: melihat warna, perubahan tekstur dan lain-

lain.

Page 20: Asuhan Keperawatan CA

4. Iris dan pupil diinspeksi normalnya saat diberikan cahaya. Iris kontraksi dan

nervus optikus terstimulasi.

5. Tes Diagnostik

Untuk menilai :

1. Ketajaman serta fungsi penglihatan

2. Pemeriksaan keadaan organ mata

3. Penggolongan keadaan trauma

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berdasarkan dengan inflamasi

2. Resiko injuri berdasar dengan peningkatan Tekanan Infra Okuler

(TIO)

3. Ansietas berdasar dengan proses pembedahan

4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berdasarka dengan mual,

muntal (anoveksie)

5. Perubahan persepsi sensori (penglihatan) berdasar dengan

penurunan virus

6. Defisit perawatan diri berdarkan kebutuhan

3. RENCANA TINDAKAN

1. Nyeri akut berdasarkan dengan infeksi

Tujuan :

1. Menyatakan nyeri berkurang / hilang

2. Pasien mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi

Page 21: Asuhan Keperawatan CA

3. Menunjukkan menurunnya tegangan relak

Intervensi

1. Kaji skala nyeri (P, Q, R, S, T)

Rasional : Mengidentifikasi intervensi yang tepat dan menganalisa keaktitan

analgesia

2. Pantau tanda-tanda vital

Mengidentifikasi raa sakit dan ketidaknyamanan

3. Berikan tindakan nyaman seperti kompres pada daerah edema

Rasional : Mengurangi rasa ketidaknyamanan

4. Kolaborasi : berikan analgetik

Rasional : Mengontrol mengurangi nyeri

2. Resiko injuri berdasarkan peningkatan tekanan infra okuler (TIO)

Tujuan :

1. Menyatakan pemahaman factor yang terlibat akibat dalam kemungkinan cidera

2. Menunjukkan perubahan untuk menurunkan factor resiko dan melindungi diri dari cidera

Intervensi :

1. Batasi aktivitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok

Rasional : Menurunkan Tekanan Infra Okuler (TIO)

2. Anjurkan menggerakkan teknik manajemen stress seperti: bimbingan imajinasi

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan koping, menurunkan TIO

Page 22: Asuhan Keperawatan CA

3. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi

Rasional : Melindungi dari cidera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata.

4. Kolaburasi : berikan asetazolamid (diamox)

Rasional : Menurunkan TIO bila terjadi peningkatan

3. Ansietas berdasarkan Proses Pembedahan

Tujuan :

1. Menyatakan keadaan perasaan ansietas

2. Menunjukkan relaksasi

Intervensi :

1. Pantau respon fisik seperti takikardi, gelisah

Rasional : Membantu menentukan derajad cemas

2. Berikan tindakan kenyamanan seperti : perubahan posisi

Rasional :Meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping

3. Anjuran pasien melakukan teknik relaksasi

Rasional :Memberikan arti penghilangan respon ansietas

4. Libatkan orang terdekat dalam rencana perawatan

Rasional :Membantu mefokuskan penglihatan pasien

4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berdasarkan Anoreksia

Tujuan :

Page 23: Asuhan Keperawatan CA

1. Pasien mendapat nutrisi yang adekuat

2. Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat

3. Pasien tidak mengalami penurunan berat badan

4. Menunjukkan nafsu makan pasien meningkat

Intervensi :

1. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu / kedua mata

Rasional :Untuk diperbaiki prosedur

2. Orientasi pasien terhadap lingkungan

Rasional :Memberikan peningkatan kenyamanan dann kekeluargaan

3. Observasi tanda-tanda dan gejala-gejala disosientasi

Rasional :Menurukan resiko jatuh bila pasien bingung

4. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien

Rasional :Memberikan rangsangan sensori tepat terhadap isolasi

5. Defisit perawatan diri berdasarkan kebutuhan

Tujuan :

1. Mengidentifikasi kebersihan optimal setelah bantuan dalam perawatan diberikan.

2. Berpartisipasi secara fisik / verbal dalam melakukan ADL

Intervensi :

1. Kaji faktor penyebab terjadinya kebutaan

Rasional :Untuk menentukan intervensi yang tepat

Page 24: Asuhan Keperawatan CA

2. Tingkatkan partisipasi optimal

Rasional :Meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan ADL

3. Bantu dalam melakukan ADL

Rasional :Meringankan beban pasien dalam melakukan ADL

Page 25: Asuhan Keperawatan CA

BAB III

PENUTUP

Otot optik adalah otot interior dan superior. Otot dolik superior menggerakan mata

kebawah dan kesisi luar. Sementara otot oblik inferior menggerakan mata keatas dan juga kesisi

luar.

Sklera adalah pembungkus mata yang kuat dan fibrus, skelara membentuk putih mata dan

bersambang pada bagian depan dengan sebuah jendela membentuk yang bening yaitu kornea.

Retina adalah lapisan sarafi pada mata, yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut yaitu

sel-sel saraf,b batang-batang dan kerucut. Kornea yang merupakan bagian depan yang

transaparan dan bersambung dengan sklera yang putih dan tidak tembus cahaya, kornea terdiri

atas beberapa lapisan (lapisan tepi adalah epitalicum berlapis yang bersambung dengan

konjangtiva).

Bilik enterior (kamera akali anteriror) yang terletak antara kornea dan iris. Iris adalah tirai

berwarna didepan lensa yang tersambung dengan selaput kloreia.

Pupil, bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris melalui mana cahaya

masuk gara mencapai retina.