Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Gangguan Sistem Pencernaan 2
-
Upload
anickz-shareefah -
Category
Documents
-
view
684 -
download
122
Transcript of Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Gangguan Sistem Pencernaan 2
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (GASTRITIS)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gerontik
Oleh : Rusdianingseh, S.Kep.,Ns
Disusun Oleh :
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN / VII B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN RS ISLAM SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
1
Ahmad Yaebky Akbar
Anik Nur Syarifah
Arista K Rianto
Kartika Eka W
Miftahur Rofiah
Vivi Aprilia C
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN..................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 3
1.2 Tujuan ............................................................................................ 3
1.3 Manfaat ......................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia................................................................................. 4
2.2 Konsep Gastritis ............................................................................. 8
BAB 3 PROSES KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ...................................................................................... 153.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................... 283.3 Intervensi Keperawatan .................................................................... 303.4 Implementasi ................................................................................... 313.5 Evaluasi ........................................................................................... 32
BAB 4 SIMPULAN
4.1 Simpulan .......................................................................................... 33
4.2 Saran ............................................................................................... 33
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-
lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
terjadi. Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan
struktural disebut penyakit degeneratif.
Akibat dari proses menua seluruh sistem tubuh pada lansia akan mengalami penurunan
fungsi, salah satunya adalah gangguan pada sistem pencernaan. Akibat dari gigi yang
ompong, penuruan peristaltik usus, dan kemampuan indera pengecap melemah. Hal ini akan
menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang
ditimbulkan dari gangguan sistem pencernaan adalah gastritis. Sebagian besar lansia akan
mengalami gastritis. Gastritis adalah suatu penyakit pada sistem pencernaan yang berbentuk
peradangan pada lapisan mukosa lambung. Oleh karena itu diperlukan intervensi khusus
untuk membantu lansia mengahadapi maslah kesehatan. Karena lansia dianggap sebagai
individu dalam suatu komunitas.
B. Tujuan
Menjelaskan proses asuhan keperawatan gerontik dengan gangguan sistem pencernaan.
C. Manfaat
Diharapkan dengan terselesaikan makalah ini dapat mengaplikasikan asuhan
keperawatan gerontik dengan gangguan sistem pencernaan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Pengertian
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).Karena
itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural
disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan
episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes
dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
1) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki
lansia.
2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Menurut Lumbantobing, (1997;3), menua yang sukses akan mencakup hal-hal, 1)
hambatan fisik yang minimal dan mampu mengatasinya, 2) sehat mental dan mampu
mempertahankan harga dirinya, 3) dapat mempertahankan aktivitas fisik dan mental, 4)
berdikari, 5) melanjutkan gaya hidup, 6) puas dengan hidup atau keadaannya (stabil
secara sosioekonomi, punya peran di lingkungan).
4
2. Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Lansia
1) Perubahan Fisik Yang Terjadi Pada Proses Menua
Jumlah sel lebih sedikit dan ukurannya lebih besar, proporsi protein pada sel menurun
mengakibatkan terganggunya mekanisme perbaikan sel (Nugroho, 2000) Otak menjadi
kecil dan atrofi, saraf panca indra mengecil sehingga berkurangnya penglihatan ,
hilangnya pendengaran , mengecilnya saraf penciuman dan perasa , lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. Pada sistem
kardio vaskuler terhadap perubahan elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung untuk memompa darah berkurang.
Perubahan sistem respirasi, otot–otot pernafasan kehilangan kekuatan, menurunnya
aktifitas dari silia, paru–paru kehilangan elastisitas dan kemampuan pegas dinding dada,
kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan bertambahnya usia (Depkes
RI,1994). Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, rasa lapar menurun, asam lambung
menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi. Fungsi absorpsi melemah,
hati makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan adalah perubahan yang
terjadi pada sistem gastroitestinal. Sistem endokrin, produksi hampir semua hormon
menurun, dan menurunya aktivitas tiroid, basal metabolisme rate dan daya pertukaran zat
menurun. Pada sistem integumen : kulit mengkerut atau keriput akibat kehilangan
jaringan lemak, menurunnya respon terhadap trauma, dan menurunnya mekanisme
proteksi kulit. Perubahan pada muskuloskeletal : tulang kehilangan densitas dan makin
rapuh , persendian membesar, kaku, discus intervertebralis menipis dan terdapat kifosis
(Depkes, RI, 1994).
5
Perubahan yang terjadi pada sistem genitourinaria, ginjal merupakan alat untuk
mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urine, mengalami perubahan unit terkecil
dari ginjal mengecil dan menjadi atrofi, aliran darah keginjal menurun sampai 50 %,
fungsi tubulus berkurang akibatnya kemampuan mengkonsentrasikan urine berkurang
(Nugroho, 2000). Vesika urinaria, secara umum dengan bertambahnya usia kapasitas
kandung kemih menurun. Sisa urine setiap selesai berkemih cenderung meningkat dan
kontraksi otot – otot kandung kemih yang tidak teratur makin sering terjadi (Darmojo
dan Martono, 1999). Penurunan kapasitas kandung kemih sampai 200 ml akan
menyebabkan frekwensi buang air seni meningkat (Kozier, 1995).
Sehubungan dengan faktor usia, seorang wanita akan mengalami perubahan yang
disebut sebagai masa menopause. Kapasitas reproduksi menurun dan organ kelamin turut
mengalami atrofi. Pada awalnya menstruasi menjadi tidak teratur dan tidak lancar, darah
haid yang keluar bisa sangat sedikit atau sangat banyak. Muncul gangguan vasomotoris
berupa penyempitan atau pelebaran pembuluh darah. Mengeluh pusing atau sakit kepala,
keluar keringat terus-menerus dan terjadi neuralgia atau gangguan syaraf (Kartono,K.,
1992;318).
2) Perubahan Aspek Psikologis dan Sosial Lansia
Menurut Departemen Sosial RI (1998) yang dikutip dari Hardywinoto dan Setiabudhi
(1999;41), permasalahan khusus lansia meliputi :
a. Berlangsungnya proses menua akan menimbulkan masalah fisik, mental maupun
sosial. Mundurnya kadaan fisik akan menyebabkan perubahan peran sosial lansia dan
lebih tergantung pada pihak lain.
6
b. Berkurangnya integrasi sosial lansia akibat penurunan produktifitas dan kegiatan akan
memberikan pengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis lansia.
c. Rendahnya produktifitas kerja lansia dibanding tenaga kerja muda.
d. Banyaknya lansia yang miskin dan terlantar yang memerlukan bantuan supaya bisa
mandiri.
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada masyarakat
individuaalistik menyebabkan lansia merasa tersisih dan kurang dihormati. Sebagian
generasi muda menganggap bahwa lansia tidak perlu lagi aktif dalam urusan hidup
sehari-hari.
f. Dampak negatif dari proses pembangunan, polusi, dan urbanisasi dapat mengganggu
kesehatan fisik dan terjadi ketimpangan jumlah lansia di desa dan di kota.
Masalah-masalah yang dialami lansia akibat purna tugas, menurut Darmojo dan
Martono (1999;22) diantaranya :
a. Kehilangan finansial, yaitu menurunnya sumber penghasilan umumnya terjadi,
kecuali pada orang yang kaya-raya.
b. Kehilangan status, terutama pada orang yang dulunya punya status dan posisi cukup
penting dengan berbagai fasilitasnya.
c. Kehilangan teman/kenalan, mereka akan jarang berinteraksi dengan teman sejawat
yang dulu hampir tiap hari dijumpai.
d. Kehilangan kegiatan/pekerjaan yang teratur dilakukan. Ini berarti mereka kehilangan
rutinitas yang telah dilakukan bertahun-tahun (Brocklehurst, 1987)
7
B. Konsep Gastritis
1. Pengertian
Gastritis adalah inflamasi dari dinding lambung terutama pada mukosa gaster (Hadi,
1995). Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronik, atau lokal (Price & Wilson, 1992). Gastritis adalah peradangan lokal atau
menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa
dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (Charlene J, Reeves, 2001).
Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi jaringan
mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal dengan magh berasal
dari bahasa Yunani yaitu ‘gastro’ yang berarti perut atau lambung, dan itis yang berarti
inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk
dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
2. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
1) Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang
dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Bahan kimia
misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
2) Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini
merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan
merokok.
8
3. Patofisiologi
Terdapat gangguan keseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensif, antara
lain:
1) Gastritis akut
Adanya zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa
lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang mungkin terjadi :
a) Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasinya lambung akan
meningkatkan sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan
berikatan dengan NaCl sehingga menghasilkan HCl dan NaCO3. Hasil dari
persenyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung
meningkat maka akan menimbulkan rasa mual muntah yang berakibat pada
gangguan nutrisi cairan dan elektrolit.
b) Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus
yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCl maka
akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika
mukus gagal melindung mukosa lambung, maka yang akan terjadi adalah erosi
pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan
pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri
dan hypovolemik.
2) Gastritis kronis
Gastritis kronik dapat diklasifikasikan sebagai Tipe A atau Tipe B. Tipe A (sering
disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang
menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
autoimun seperti anemia permisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung. Tipe B (kadang disebut dengan gastritis H. pylory mempengaruhi
9
antrum dan pilorus. Gastritis kronik dihubungkan dengan bakteri H. pylory , faktor
diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan alkohol dan obat-obatan,
merokok atau refluks isi usus kedalam lambung.
4. Manifestasi Klinis
1) Gatritis akut
a) Nyeri epigastrum
b) Nausea, muntah-muntah, anorexia
c) Cepat sembuh bila penyebab cepat dihilangkan
Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan
sakit pada perut bagian atas.
2) Gastritis kronik
a) Tampak pucat, Hb tidak normal
b) Perut terasa panas
c) Anorexia, epigstrum terasa tegang
d) BAO/MAO ( Basal acid output/maximal acid output) rendah dapat diketahui
dengan biopsi ( Mansjoer Arief M, dkk, 2001 ).
Sedangkan gastritis kronik yang berkembang secara bertahap biasanya
mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa
penuh atau kehilangan selera.
10
5. Komplikasi
1) Gastritis Akut
Terdapat perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan
melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik, khusus untuk perdarahan SCBA
perlu dibedakan dengan tukan peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir
sama, namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi. Helicobakteri
pulori sebesar 100% pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan
dengan endoskopi
2) Gastritis Kronik
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, periforasi, dan anemia karena
gangguan absorbsi vitamin B12 ( Mansjoer Arief M, dkk, 2001 ).
6. Pencegahan
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk
dapat mengurangi resiko terkena Gastritis.
1) Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam,
gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan
yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan
jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
2) Hindari Alkohol
Penggunaan Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan mucosa lambung
dan dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
11
3) Jangan merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih rentan
terhadap Gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung,
sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama
terjadinya kanker lambung.
4) Lakukan olah raga secara teratur
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga dapat
menstimulasi aktivitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah
makanan dari usus secara lebih cepat.
5) Kendalikan stress
Stres meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stres juga
dapat meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat kecepatan
pencernaan. Karena stres bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka
kuncinya adalah dengan mengendalikannya secara efektif dengan cara diet yang
bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
6) Ganti obat penghilang nyeri
Jika memungkinkan hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan
menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah
ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung
Acetaminophen.
7) Ikuti rekomendasi dokter
12
7. Penatalaksanaan Medis
1. Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa
proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi
obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.
2. Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau
inhibitor pompa proton.
8. Pemeriksaan Penunjang
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan ini meliputi :
a) Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah, dan
untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat
Gastritis.
b) Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau
tidak.
c) Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang
positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
d) Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian
atas yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X.
13
e) Rontgen Saluran Cerna Bagian Atas
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan Rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika dirontgen.
14
BAB 3
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian (Pengkajian tanggal 5 Desember 2012)
Pengkajian Umum :
1. Identitas
Nama : Ny. A
TTL : Surabaya, 17 Agustus 1943
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SR
Agama : Islam
Status Perkawinan : Duda
TB / BB / IMT : 152 cm / 50 Kg / 20,08 Kg (Normal)
Penampilan : Rapi dan bersih
Alamat : Jl. Merdeka No. XX Kel. Karah Surabaya
Orang yang Dekat : Ny. E
Hubungan : Anak kandung
Alamat / Telepon : Jl. Merdeka No.XX Kel. Karah Surabaya
2. Riwayat Keperawatan
a. Genogram
v
15
74 69 60
50 47 4540
20
Tahun 1991 sakit
Tahun 1989 sakit
Tahun 1990 sakit
Tahun 1987 DM
Tahun 2010 sakit
dimensia Tahun 2000 sakit
Gastritis, HT
DM
HTSehat
Sehat Sehat , perokok
Sehat
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: tinggal serumah
: klien
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ny. A tinggal serumah dengan anak perempuannya Ny. E, anggota yang tinggal
serumah tidak punya riwayat penyakit menular. Ibu Ny. A memiliki riwayat
penyakit DM.
3. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Pedagang
Alamat pekerjaan : Pasar Wonokitri Surabaya
Jarak dari rumah : ± 1km
Alat transportasi : Di antar menantu naik sepeda motor
Pekerjaan sebelumnya : Pedagang
Jarak dari rumah : ± 3 Km
Alat transportasi : Sepeda Motor
Sumber-sumber Pendapatan : Pendapatan berasal dari hasil berdagang
dibiayai oleh anak.
4. Riwayat Lingkungan Hidup
Type tempat tinggal : Rumah permanen
Jenis lantai rumah : keramik
Kondisi lantai : kering
Tangga rumah : tidak ada
Penerangan : cukup
Tempat tidur : aman
16
Alat dapur : aman
WC : aman
Kebersihan lingkungan : bersih
Jumlah keluarga serumah : 3 orang(anak, menantu, dsan cucu)
Derajat privasi : terjaga
Tetangga terdekat : Ada
Alamat : Jl. Merdeka No. XX Kel. Karah Surabaya
5. Riwayat Rekreasi
Hobbi / Minat : menyulam
Keanggotaan Organisasi : kelompok pengajian
Liburan / Perjalanan : berkunjung ketempat anak dan saudara
6. Sistem Pendukung
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : Perawat
Jarak Dari Rumah : ±1 Km
Rumah Sakit : Ada Jarak ±5 Km
Klinik : Ada Jarak ±4 Km
Pelayanan Kes. Dirumah : Tidak ada
Perawatan yang Dilakukan Keluarga : Periksa ke Puskesmas
7. Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan Ritual : klien shalat 5 waktu, klien kadang menjalankan shalat tahajud
Yang Lainnya : Tidak ada
17
8. Status Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Ny. A mengatakan pernah sakit demam berdarah dan di rawat di Puskesmas
selama 3 hari.
b. Keluhan Utama : Ny. A mengeluh sakit perut
Provokatif : Ny. A telat makan
Quality : nyeri perutnya seperti tertusuk dan melilit
Region : daerah abdomen
Skala : skala nyeri 3 dari 5, tingkat keparahan Ny. A sampai tidak
bisa jalan
Time : sejak tadi pagi
c. Riwayat Alergi :
Obat-Obatan : Tidak ada
Makanan : Tidak ada
Lingkungan : Tidak ada
Pengkajian Khusus
1. Pemeriksaan Fisik (B1 – B6)
a. Sistem Pernafasan (B1)
1) Inspeksi
Bentuk dada simetris, pasien mengeluh sesak saat kecapekan, irama teratur,
tidak ada suara nafas tambahan, tidak ada tarikan intercostal, tidak ada jejas,
respiratory rate (RR) = 24x/menit
18
2) Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada polip.
3) Perkusi
Suara terdengar sonor
4) Auskultasi
tidak ada suara nafas tambahan
b. Sistem Kardiovaskuler (B2)
1) Inspeksi
Tidak ada keluhan nyeri dada, konjungtiva pucat.
2) Palpasi
Irama jantung teratur HR = 110 x/mnt
3) Auskultasi
Terdengar suara jantung normal, Tekanan darah 130/90 mmHg
c. Sistem Persarafan (B3)
1) Inspeksi
Kesadaran composmetis, pupil isokor, tidak ada keluhan pusing
d. Sistem Perkemihan (B4)
1) Inspeksi
Produksi urine = 500cc/hari, warna = kuning, bau = khas, intake oral =
1500cc/hari
2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran kandung kemih
19
e. Sistem Pencernaan (B5)
1) Inspeksi
Mukosa bibir kering, tidak ada keluhan susah menelan, 3 gigi tanggal, klien
mengeluh mual dan tidak nafsu makan
2) Auskultasi
Bising usus 12x/menit
3) Palpasi
Terdapat nyeri tekan di daerah ulu hati, skala nyeri 3 dari 6, dan tidak teraba
pembesaran hepar
4) Perkusi
Terdengar suara tympani
f. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
1) Inspeksi
Kulit terlihat kering dan keriput, tidak terdapat kelainan pada bagian ekstremitas
dan tulang belakang, kulit sawo matang, kulit bersih
2) Palpasi
Turgor kulit kurang, akral hangat
g. Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
20
2. Pengkajian Status Fungsional
a. Index Katz : Skor A
Ny. A memiliki kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian, dan mandi.
b. Index Barthel (ADL)
No KriteriaDengan Bantuan
MandiriSkor Yg Didapat
Ket
1 Makan
5 10 10
Frekuensi : 2x/hari
Jumlah : 1 piring
Jenis : nasi, lauk, sayur
2 Minum
5 10 10
Frekuensi : 5 – 6 gelas
Jumlah : 500 cc
Jenis : air putih, teh
3 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau sebaliknya
5-10 15 15
4 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi)
0 5 5Frekuensi : 2x/hr
5 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, menyiram)
5 10 10
6 Mandi5 15 15
Frekuensi : 2x/hr
7 Jalan di permukaan datar 0 5 5
8 Naik turun tangga 5 10 5
9 Mengenakan pakaian
5 10 10
21
10 Kontrol bowel (BAB)
5 10 10
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : padat
11 Kontrol Bladder (BAK)
5 10 10
Frekuensi : 5x/hari
Warna : kuning
12 Olah raga/latihan
5 10 10
Jenis : jalan kecil
Frekuensi : 1x/hari
13 Rekreasi/pemanfaatan waktu luang
5 10 10
Jenis : nonton TV
Frekuensi : 1x/hari
Jumlah : 125Penilaian
Nilai 130 : Mandiri
Nilai 60 – 125 : Ketergantungan Sebagian
Nilai 60 : Ketergantungan Total
Kesimpulan : Ny. A memiliki Tingkat ketergantungan sebagian dengan skor 125
3. Perubahan Kognitif
a. Konsep diri : Klien merasa kehidupannya cukup terpenuhi
b. Emosi : Stabil
c. Adaptasi : Baik
d. Dimensia : Tidak
e. Tingkat Keasadaran : Composmentis
f. Afasia : Tidak
22
g. Orientasi : Normal
h. Bicara : Normal
i. Bahasa : Bahasa Jawa
j. Kemampuan Membaca : Bisa
k. Kemampuan Interaksi : Sesuai
l. Penyalahgunaan zat : tidak
4. Pengkajian Status Kognitif
a. Tingkat kerusakan intelektual
Dengan menggunakan SPMSQ (short portable mental status quesioner)
Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini.
Benar Salah Nomor Pertanyaan Jawaban 1 0 1 Tanggal berapa hari ini? 26 November 20121 0 2 Hari apa sekarang? Senin1 0 3 Apa nama tempat ini? Rumah1 0 4 Dimana alamat anda? Jl. Merdeka No.XX Kel.
Karah Surabaya
1 0 5 Berapa umur anda? 69 tahun1 0 6 Kapan anda lahir? 17 Agustus 19431 0 7 Siapa presiden Indonesia? SBY0 1 8 Siapa presiden Indonesia
sebelumnya?Suharto
1 0 9 Siapa nama ibu anda? Ibu K0 1 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka baru, secara menurun
17, 13, 9, dst
8 2 JUMLAHIntreprestasi :
Salah 0 – 3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : fungsi intelektual kerusakan berat
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan salah = 2, fungsi intelektual Ny. A utuh
23
b. Identifikasi Fungsi Mental Dan Aspek KognitifDengan Menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek Kognitif
Nilai Maksimal
Nilai Klien
Kriteria
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
Tahun : 2012
Musim : hujan
Tanggal : 26 November 2012
Hari : senin
Bulan : November2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ? Rumah
Negara : Indonesia
Propinsi : Jawa Timur
Kabupaten / kota : Surabaya3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan kepada klien, menjawab:
Kursi Meja Kertas
4 Perhatian dan
kalkulasi
5 3 Meminta klien berhitung mulai dari 100 kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
9386767164
5 Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada poin ke – 2 (tiap poin nilai 1)
Jawaban : meja, kursi, pen6 Bahasa 9 9 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukkan benda tersebut)
1. Minta klien untuk mengulangi kata
24
berikut : ”tidak ada, dan, jika atau tetapi”Klien menjawab :”tidak ada, dan, jika atau tetapi”
2. Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri 3 langkah. Ambil kertas ditangan anda, lipat
dua dan taruh dilantai. Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai perintah nilai 1 poin) ”tutup mata anda”
Perintahkan kepada klien untuk menulis kalimat dan menyalin gambar.
Total nilai 30 27 Intrepetasi : Tidak ada gangguan kognitifIntrepetasi hasil :
24-30 : tidak ada gangguan kognitif18-23 : gangguan kognitif sedang0-17 : gangguan kognitif berat
5. Pengkajian Sosial
No. Uraian Ya Kadang-kadang
Tidak Fungsi Skor
1 Saya puas bahwa saya bisa kembali kepada keluarga (teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya.
√ Adaptation
2
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkap masalah dengan saya
√
Partnership 1
3 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas
√
Growth 1
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya mengekspresikan afek dan
√ Affection 1
25
berespon terhadap emosi-emosi saya seperti marah, sedih/ mencintai
5 Saya puas dengan cara teman- teman saya dan menyediakan waktu bersama-sama
√
Resolve 1
6 Penilaian;Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab;Selalu: skore 2Kadang-kadang : skore 1Hampir tidak pernah : skore 0
Total 6
Intrepretasi Hasil :
Nilai ≤ 3 : disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai 4 – 6 : disfungsi keluarga sedang
Nilai 7 – 10 : tidak ada disfungsi keluarga
Kesimpulan : total nilai 6, Ny. A mengalami disfungsi keluarga sedang
6. Pengkajian Keseimbangan
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Bangun dari kursi* (Normal)
Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong
tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih
dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.
Duduk ke kursi* (Normal)
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Keterangan (*): kursi yang keras dan tanpa lengan
Menahan dorongan pada sternum (Normal)
Pemeriksa mendorong sternum perlahan-lahan sebanyak 3 kali, klien mampu
menahan dorongan
Mata tertutup (Normal)
Perputaran leher (Normal)26
Gerakan menggapai sesuatu (Normal)
Membungkuk (Normal)
b. Komponen gaya berjalan atau gerakan
Minta klien untuk berjalan pada tempat yang ditentukan ragu-ragu,
tersandung, memegang obyek untuk dukungan. (Normal)
Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki pada saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi (> 2 inchi). (Normal)
Kontunuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping pasien)
(Normal)
Setelah langkah-langkah awal, tidak konsisten memulai mengangkat satu kaki
sementara kaki yang lain menyentuh lantai.
Panjangnya langkah yang tidak sama (sisi yang patologis biasanya memiliki
langkah yang lebih panjang : misalnya dapat terdapat pada pinggul, lutut,
pergelangan kaki atau otot sekitarnya)
Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari belakang
klien) (Normal)
Berbalik (Normal)
Intrepretasi Hasil :
0 – 5 : risiko jatuh rendah
6 – 10 : risiko jatuh sedang
11 – 15: risiko jatuh tinggi
Kesimpulan : Ny. A memiliki risiko jatuh rendah, dengan total nilai 2
27
B. Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
Data Problem Etiologi
DS :
Klien mengeluh sakit perut
DO :
Keluhan utama:
- P : Ny. A telat makan
- Q : nyeri perutnya
seperti tertusuk dan
melilit
- R : daerah abdomen
- S : skala nyeri 3 dari 5,
tingkat keparahan Ny. A
sampai tidak bisa jalan
- T : sejak tadi pagi
Klien tampak merintih
kesakitan
Nyeri akut Inflamasi mukosa lambung
DS :
Klien mengeluh tidak nafsu
makan
DO :
Mukosa bibir kering
Risiko Gangguan
pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
intake yang tidak adekuat
28
Turgor kulit jelek
Frekwensi makan 2x/hari
DS :
Klien mengeluh akibat
sakitnya klien tidak dapat
berjalan
DO :
Index Barthel : tingkat
ketergantungan Ny. A
sebagian
Klien tampak lemah
Keterbatasan aktivitas kelemahan fisik
Daftar Diagnosa Keperawatan Gerontik dengan Gangguan Sistem Pencernaan :
1) Nyeri akut pada Ny. A berhubungan dengan Inflamasi mukosa lambung, yang
ditandai dengan Klien mengeluh sakit perut, skala nyeri 3 dari 5
2) Risiko Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
3) Keterbatasan aktivitas berhunbungan dengan kelemahan fisik, yang ditandai dengan
tingkat ketergantungan Ny. A sebagian
29
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diangnosa Keperawatan : Nyeri akut pada Ny. A berhubungan dengan Inflamasi mukosa lambung
No. Tujuan Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24 jam,
nyeri pada lansia Ny. A dapat
berkurang, dengan kriteria hasil :
1) Klien mengeluh nyeri berkurang
2) Skala nyeri berkurang ≤ 3 atau
hilang skala nyeri 0
3) Klien nampak rileks
1) Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri
2) Observasi TTV
3) Berikan lingkungan yang tenang dan
nyaman
4) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
5) Lakukan kolaborasi dalam pemberian obat
sesuai dengan indikasi untuk mengurangi
nyeri
1) Menentukan derajat nyeri yang dikeluhkan
klien
2) Mengetahui fungsi vital dari keadaan klien
3) Memberikan kenyamanan untuk membantu
menurunkan nyeri klien
4) Relaksasi dan distraksi dapat membantu
menurunkan nyeri klien
5) Agen farmakologis dapat mengurangi nyeri
30
IMPLEMENTASI
No. Hari/tanggal Tindakan Paraf
1. Jumat, 6 Desember
2012
1) Mengkaji skala nyeri dan lokasi nyeri Ny. A
R/ skala nyeri klien 3 dari 5 lokasinya di ulu
hati
2) Mengobservasi TTV
T :130/90 mmHg N : 110x/menit
S :37C RR : 24x/menit
3) Memberikan lingkungan yang tenang dan
nyaman
R/ klien merasa nyaman saat diberikan posisi
nyaman
4) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
R/ klien mampu mempraktikan teknik relaksasi
5) Lakukan kolaborasi dalam pemberian obat
sesuai dengan indikasi untuk mengurangi nyeri
R/ klien meminum obat analgesik
31
EVALUASI
No. Hari / tanggal Evaluasi
1. Sabtu, 7 Desember 2012 S : Klien sudah tidak mengeluh sakit perut
O :
Skala nyeri 0
Klien sudah nampak rileks
Klien sudah tidak mengeluh nyeri perut
A : tujuan teratasi
P : intervensi dihentikan
32
BAB 4
SIMPULAN
4.1 Simpulan
Akibat dari proses menua seluruh sistem tubuh pada lansia akan mengalami penurunan
fungsi, salah satunya adalah gangguan pada sistem pencernaan. Akibat dari gigi yang
ompong, penuruan peristaltik usus, dan kemampuan indera pengecap melemah. Hal ini akan
menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang
ditimbulkan dari gangguan sistem pencernaan adalah gastritis. Sebagian besar lansia akan
mengalami gastritis. Gastritis adalah suatu penyakit pada sistem pencernaan yang berbentuk
peradangan pada lapisan mukosa lambung. Oleh karena itu diperlukan intervensi khusus
untuk membantu lansia mengahadapi maslah kesehatan. Karena lansia dianggap sebagai
individu dalam suatu komunitas.
4.2 Saran
Lansia merupakan individu yang membutuhkan peran perawat untuk membantu
memenuhi kebutuhan lansia
Lansia merupakan bagian dari komunitas yang merupakan kelompok berisiko
terhadap masalah kesehatan karena terjadi penurunan berbagai sistem fungsi tubuh
33