ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA “Tn. N” DENGAN SALAH … LENGKAP.pdfTuberkulosis Paru Di Desa...
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA “Tn. N” DENGAN SALAH … LENGKAP.pdfTuberkulosis Paru Di Desa...
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA “Tn. N” DENGAN SALAH
SATU ANGGOTA KELUARGA “An. A” MENDERITA
TUBERKULOSIS PARU DI DESA WANSERIWU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KECAMATAN TIWORO TENGAH
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
ALIMATURRAHIM
NIM. 14401 2017 00006 1
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
KENDARI
2018
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA “Tn. N” DENGAN SALAH
SATU ANGGOTA KELUARGA “An. A” MENDERITA
TUBERKULOSIS PARU DI DESA WANSERIWU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KECAMATAN TIWORO TENGAH
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program
Diploma III Keperawatan
Oleh :
ALIMATURRAHIM
NIM. 14401 2017 00006 1
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
KENDARI
2018
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
1. Nama : Alimaturrahim
2. Tempat / Tgl Lahir : Raha / 14 Mei 1964
3. Jenis Kelamin : Laki - laki
4. Agama : Islam
5. Suku / Bangsa : Muna / Indonesia
6. Alamat ` : Desa Wandoke Kec. Tiworo Kepulauan
7. No Telp/ Hp : 0852 5660 6164
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tamat SD Negeri 1 Raha, Tahun 1972 - 1978
2. Tamat SMP Negeri 1 Raha, Tahun 1978 - 1980
3. Tamat SMA Negeri 1 Raha, Tahun 1980 – 1983
4. Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun 2017 – 2018
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada
kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari
suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan
yang lain)” (QS 94: 6-7)
“Sedikit pengetahuan yang diterapkan jauh lebih
berharga daripada banyak pengetahuan tetapi tidak
dimanfaatkan”
“Ketahuilah hasil dari kerja keras yang sudah
di raih itu adalah awal dari niat yang kuat dan
ikhlas “
“Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan kepada ayah
dan ibu tercinta,
Istri dan anak- anakku tersayang, Agama, bangsa dan
negaraku “INDONESIA”
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
A. Latar Belakang................................................................... ........ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 3
E. Metode Penelitian…………………………………………….. 3
F. Sistematika Penelitian………………………………………… 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7
A. Konsep Keluarga ....................................................................... 7
1. Definisi ................................................................................ 7
2. Ciri-ciri dan sifat keluarga ................................................... 6
3. Tipe keluarga ....................................................................... 8
4. Struktur keluarga………………………………………….. 9
5. Fungsi keluarga……………………………………………. 9
6. Peran keluarga…………………………………………….. 11
B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga .................................... 17
1. Pengkajian . ........................................................................... 17
2. Perumusan Diagnosa keperawatan ...................................... 19
3. Perencanaan keperawatan Keluarga ................................... 23
4. Pelaksanaan ..................................................................... .... 24
5. Tahap Evaluasi .................................................................... 25
C. Konsep Dasar Medis Tuberkulosis ......................................... 26
1. Definisi................................................................................ 26
2. Anatomi dan Fisiologi......................................................... 26
3. Etiologi ............................................................................... 29
4. Patofisiologi......................................................................... 29
5. Manisfetasi klinik................................................................ 30
6. Komplikasi.......................................................................... 32
7. Pemeriksaan diagnostik...................................................... 32
8. Penatalaksanaan................................................................. 34
BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................................... 36
A. Pengkajian .................................................................................. 36
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 47
C. Perencanaan Keperawatan.......................................................... 50
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan................................... 52
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 54
A. Pengkajian ................................................................................... 54
B. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 55
C. Perencanaan Keperawatan.......................................................... 58
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan................................... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 67
A. Kesimpulan ................................................................................. 68
B. Saran ............................................................................................ 68
ABSTRAK
ALIMATURRAHIM. NIM: 14401 2017 00006 1 “ Asuhan Keperawatan
Keluarga Pada Tn. N Dengan Salah Satu Anggota Keluarga An.A Menderita
Tuberkulosis Paru Di Desa Wanseriwu kecamatan Tiworo Tengah Tahun 2018
Dibimbing oleh Muslimin, L.A.Kep, SPd.M.Si NIP. 19560311 1 98706 1 001
“.Secara umum penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih
menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat. Penyakit Tuberkulosis paru adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis, bakteri
berbentuk batang (basil). Penularan penyakit ini melalui perantara ludah atau dahak
penderita yang mengandung basil saat penderita batuk, butir-butir air ludah
berterbangan di udara dan terhisap oleh orang sehat, sehingga masuk kedalam paru-
parunya, yang kemudian menyebabkan penyakit Tuberkulosis paru. Tujuan Karya
Tulis Ilmiah ini adalah agar penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan keluarga
pada Tn. N dengan salah satu anggota keluarga An. A menderita Tuberkulosis Paru
mulai dari proses pengkajian sampai proses evaluasi. Hasil studi kasus yang telah
dilakukan pada keluarga Tn. N ditemukan dua masalah keperawatan keluarga yaitu;
“ Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan Tuberkulosis paru “ dan
“ Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga
yang sakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan
Tuberkulosis paru “. Setelah dievaluasi, masalah kesehatan tersebut dapat teratasi.
Kesimpulan dari studi kasus ini adalah masih adanya sebagian kesenjangan data data
yang terjadi antara teori dan kasus kemungkinan disebabkan oleh persepsi yang
berbeda antara peneliti dan responden serta tehnik peneliti menggali informasi agak
kurang tepat, mekanisme pertahanan tubuh pada setiap individu berbeda
menyebabkan respon terhadap penyakit berbeda-beda pula. Adapun saran yang dapat
penulis berikan khususnya untuk keluarga Tn. N agar dapat memelihara,
meningkatkan serta mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam
kehidupan sehari-hari dan menerapkan pengetahuan tentang kesehatan yang
didapatkan pada saat kegiatan penyuluhan. Adapun isi dari karya tulis ilmiah yaitu:
terdiri dari 5 bab, 58 halaman, jumlah referensi 9 (mulai tahun 2002 sampai 2016).
Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Konsep keluarga, Tuberkulosis
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur terhadap Tuhan yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan berkatnnya sehingga penulis dapat menyususn dan
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Adapun judul Karya
Tulis Ilmiah ini adalah “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA “Tn. N”
DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA “An. A” MENDERITA
TUBERKULOSIS PARU DI DESA WANSERIWU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KECAMATAN TIWORO TENGAH TAHUN 2018”.
Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, banyak pihak yang terlibat
membantu penulis dalam berbagai aspek seperti bimbingan, arahan, saran, motivasi,
dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada
waktunya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terima kasih Kepada Bapak Muslimin, L.A.Kep,SPd.M.Si yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya, tak lupa
pula kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya
kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes Selaku Direktur di Poltekkes Kemenkes
Kendari
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep,Ns,M.kes Selaku Ketua Jurusan Keperawatan di
Poltekkes Kemenkes Kendari
3. Ibu Hj. St. Rahmi Misbah, Skp,M.Kes selaku Penguji I yang telah banyak
memberikan masukan dan saran.
4. Bapak H. Taamu, A.Kep,SPd.M.Kes selaku Penguji II yang telah memberikan
masukan dan saran.
5. Ibu Lena Atoy, SST.MPH Selaku Penguji III yang telah meberikan masukan
dan saran.
6. Seluruh staf dosen di Program Studi Poltekkes Kemenkes Kendari yang telah
memberikan waktu dalam mendidik dan mengajar penulis.
7. Bapak Ns. Hidayat S.Kep Selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Muna
Barat yang memfasilitasi dan mendukung sehingga Penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Kedua orang tua tercinta yang selalu mendukung dan memotivasi, baik dalam
do’a dan materi dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
9. Terkhusus buat keluarga, istri dan anak – anakku, yang telah memberikan
dorongan moril, material dan spiritual.
10. Teman – teman Baik dari pihak kampus atau tempat bekerja yang telah
membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis mengharapkan masukan dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan
di masa mendatang. Akhir kata penulis mohon maaf atas kesalahan dalam menulis
Karya Tulis Ilmiah ini.
Kendari, 2018
Alimaturrahim
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
2.1. Skala Bailon dan Maglaya ……………………………………………... 30
2.2. Intervensi Keperawatan Tuberkulosis Paru.............................................. 37
3.1. Komposisi Keluarga …………………………………………………… 54
3.2. Analisa Data …………………………………………………………… 63
3.3. Skoring Prioritas Masalah …………………………………………...... 65
DAFTAR GAMBAR
Tabel Judul Halaman
2.1. Anatomi sistem pernafasan manusia......………………………………... 7
3.1. Genogram Keluarga Tn. N……………………………………………… 55
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran:
1. Surat Izin Penelitian Dari Institusi Akper Poltekkes Kendari
2. Surat Izin Penelitian Dari Dinas Kesehatan
3. Surat Izin Penelitian Dari Puskesmas
4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Dari Desa Wanseriwu
5. SAP Dan Leaflet Tuberculosis
6. Dokumentasi Kegiatan Penyuluhan
7. Riwayat Hidup Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga mempunyai peranan dalam upaya peningkatan kesehatan dan
pengurangan resiko penyakit dalam masyarakat karena keluarga merupakan
unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga menempati posisi di antara individu
dan masyarakat sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada
keluarga perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama
adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang kedua adalah
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pelayanan kesehatan perawat harus
memperhatikan nilai-nilai dan budaya yang ada dalam keluarga sehingga dalam
pelaksanaanya kehadiran perawat dapat di terima oleh keluarga, (Andarmoyo,
2012: 2).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga dengan tujuan
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan keluarga, (Setiadi, 2008: 34).
Secara umum penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi
yang masih menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat. Penyakit
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosis, bakteri berbentuk batang (basil). Penularan
penyakit ini melalui perantara ludah atau dahak penderita yang mengandung
basil saat penderita batuk, butir-butir air ludah berterbangan di udara dan
terhisap oleh orang sehat, sehingga masuk kedalam paru-parunya, yang
kemudian menyebabkan penyakit Tuberkulosis paru, (Naga: 2013 308).
Pada tahun 2016 di Sulawesi Tenggara ditemukan 3.105 kasus baru BTA
positif (BTA+), menurun dibandingkan tahun 2015 dengan 3.268 kasus. Seperti
trend yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, penemuan kasus baru tertinggi
yang dilaporkan masih berasal dari 3 kabupaten yaitu Kabupaten Muna,
Konawe dan Kota Kendari. Jumlah kasus baru di tiga kabupaten tersebut
mencapai ˃50% dari keseluruhan kasus baru BTA+ di Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan jenis kelamin, seperti tahun sebelumnya, rata-rata kasus baru
BTA+ pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan dengan 59% berbanding
41%. Secara rata-rata provinsi, di hampir semua kabupaten jumlah penderita
laki-laki lebih tinggi.
Dalam kasus TB anak, khususnya pada kelompok umur 0-14 tahun,
jumlah kasus yang ditemukan di Sulawesi Tenggara sebesar 0,79% dari seluruh
kasus TB (tahun 2015; 1%), meskipun proporsi tersebut tampak kecil, tapi
masih berada sedikit di atas proporsi nasional tahun 2016 yang hanya sebesar
0,7%, namun demikian trendnya makin mendekati angka nasional.
(Profil Kesehatan Kab/Kota dan Program P2PL Dinkes Sultra Tahun 2016)
Menurut data dari Puskesmas Tiworo Tengah didapatkan bahwa data
penderita Tuberkulosis Paru yang didapatkan pada tahun 2017 sebanyak 5
orang dengan kasus baru. Untuk data penderita Tuberkulosis Paru yang
didapatkan sampai april 18 sebanyak 2 orang. (Laporan Puskesmas Tiworo
Tengah).
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dikemukakan sebelumnya,
maka penulis tertarik untuk mengadakan studi kasus dengan judul: “Asuhan
Keperawatan Keluarga Tn. N Dengan Salah Satu Anggota Keluarga An. A
Menderita Tuberkulosis paru Di Desa Wanseriwu Kecamatan Tiworo Tengah
Tahun 2018 “.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah penerapan
Asuhan keperawatan keluarga Tn N dengan salah satu anggota keluarga An. A
menderita Tuberkulosis paru ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga Tn. N dengan salah
satu anggota keluarga An. A menderita Tuberkulosis paru
2. Tujuan khusus
a. Dapat melakukan pengkajian Asuhan keperawatan keluarga Tn. N dengan
salah satu anggota keluarga An. A menderita Tuberkulosis paru
b. Dapat merumuskan diagnosa penerapan Asuhan keperawatan keluarga
Tn. N dengan salah satu anggota keluarga An. A menderita Tuberkulosis
paru
c. Dapat menyusun rencana Asuhan keperawatan keluarga Tn. N dengan
salah satu anggota keluarga An. A menderita Tuberkulosis paru
d. Dapat melakukan implementasi keperawatan pada keluarga Tn. N dengan
salah satu anggota keluarga An. A menderita Tuberkulosis paru
e. Dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada keluarga Tn. N
dengan salah satu anggota keluarga An. A menderita Tuberkulosis paru
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang luas bagi penulis dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan kasus Tuberkulosis paru
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III
Keperawatan untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Jurusan Keperawatan
Poltekes Kemenkes Kendari.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat / Pasien
Masyarakat dapat mengetahui apa itu penyakit Tuberkulosis paru dan
cara pencegahannya.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya studi kasus ini diharapkan dapat menjadi tambahan
informasi dan referensi bagi mahasiswa Akademi Keperawatan Poltekes
Kemenkes Kendari serta institusi khususnya dalam penerapan asuhan
keperawatan keluarga dengan Tuberkulosis paru
c. Bagi Unit Pelayanan Kesehatan Puskesmas Tiworo Tengah
Sebagai informasi dalam mengambil kebijakan mengenai penanganan
kasus Tuberkulosis paru
E. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu:
1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan
anamnesa. Wawancara berlangsung untuk menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu
komunikasi yang direncanakan.
2. Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh
data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan
dengan menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan,
sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan
data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra.
Mengobservasi tanda dan gejala yang dialami klien dan observasi
keberhasilan standar asuhan keperawatan yang diberikan.
3. Studi kasus
Melakukan Asuhan keperawatan keluarga Tn. N dengan salah satu anggota
keluargan An. A menderita Tuberkulosis paru di Desa Wanseriwu
Kecamatan Tiworo Tengah.
4. Studi perpustakaan
Dengan mempelajari beberapa buku yang berhubungan dengan Tuberkulosis
Paru termasuk bahan – bahan perkuliahan agar makalah ini mempunyai nilai
ilmiah untuk dipertahankan. Cara yang digunakan dalam pengumpulan data
yaitu anamnesa, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi.
F. Sistematika Penulisan
Pada bagian ini diuraikan sistematika penulisan yang terdiri dari bab I sampai
dengan bab V dengan susunan sebagai berikut:
Bab I : Pada bab ini berisi pendahuluan, latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian dan
sistematika penulisan
Bab II : Pada bab ini berisi tinjauan pustaka, konsep keluarga, konsep
keperawatan keluarga, konsep penyakit Tuberkulosis paru, konsep
asuhan keperawatan keluarga.
Bab III : Pada bab ini berisi tentang pengkajian data anggota keluarga sampai
dengan evaluasi asuhan keperawatan keluarga.
Bab IV : Pada bab ini membahas tentang kesenjangan antara teori yang didapat
dan fakta yang ada dalam praktik.
Bab V: Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari hasil pelaksanaan
studi kasus yang telah dilakukan oleh penulis serta berisi saran-saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Tuberculosis Paru
1. Definisi
Secara umum penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi
yang masih menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat. Penyakit
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosis, bakteri berbentuk batang (basil). Penularan
penyakit ini melalui perantara ludah atau dahak penderita yang mengandung
basil saat penderita batuk, butir-butir air ludah berterbangan di udara dan
terhisap oleh orang sehat, sehingga masuk kedalam paru-parunya, yang
kemudian menyebabkan penyakit Tuberkulosis paru, (Naga: 2013 308).
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit, (Taqiyyah Bararah,2013 :
293).
2. Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan.
Gambar 2.1 : Sistem Pernafasan Manusia
a. Hidung
Hidung adalah bangunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat di
tengah menjadi rongga hidung kiri dan kanan. Masing-masing rongga di
bagian depan berhubungan keluar melalui nares (cuping hidung) anterior
dan di belakang berhubungan dengan bagian atas farings (nasofarings).
Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi bagian vestibulum, yaitu
bagian lebih lebar tepat di belakang nares anterior, dan bagian repirasi.
b. Farings
Faring dapat dibagi menjadi nasofarings, terletak di bawah dasar
tengkorak, belakang dan atas palatum molle, orofarings di belakang
rongga mulut dan permukaan belakang lidah, dan laringofarings di
belakang larings.
c. Larings
Larings (kotak suara) bukan hanya jalan jalan udara dari farings ke
saluran nafas lainnya, namun juga menghasilkan sebagian besar suara
yang dipakai berbicara dan berbunyi. Larings ditunjang oleh tulang-tulang
rawan, di ataranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid yang khas
nyata pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya terdapat
tulang krikoid, yang berhubungan dengan trakea.
Anatomi saluran pernapasan bawah: (Jan Tambayong, 2001 : 82).
a. Trakea
Trakea adalah tabung terbuka berdiameter 2,5 cm dam panjang 10
sampai 12 cm. Ia meluas dari larings sampai ke puncak paru, tempat
ia bercabang menjadi bronkus kiri dan kanan. Tetap terbukanya
trakea disebabkan tunjangan sederetan tulang rawan (16-20 buah)
yang berbentuk tapal kuda, dengan bagian terbuka mengarah ke
posterior (esophagus). Trakea dilapisi epitel bertingkat dengan silia
dan sel goblet.
b. Percabangan Bronkus
Trakea bercabang menjadi bronkus utama (primer) kiri dan kanan.
Bronkus kanan bercangan lagi menjadi bronkus (sekunder) lobus atas
dan bawah. Setiap bronkus lobaris bercabang lagi menjadi bronkus
tersier (segmental). Setelah Sembilan atau dua belas generasi
percabangan, ukuran saluran telah mengecil sampai berdiameter 1
mm. Saluran ini disebut bronkiolus, yang turut menyusun lobulus
paru.
c. Alveolus
Alveolus adalah unit fungsional paru. Setiap paru mengandung lebih
dari 350 juta alveoli, masig-masing dikelilingi banyak kapiler darah.
Alveoli berkelompok mirip anggur dan menyediakan permukaan
yang amat luas bagi pertukaran gas, yaitu 60 sampai 70 m2, yang 20
kali lebih luas dari permukaan kulit. Setiap kali menarik nafas, anda
memaparkan daerah paru kira-kira seluas lapangan tenis terhadap
udara segar.
Fisiologi pernapasan, (Irman Somantri, 2008 :11).
Proses respirasi dapat dibagi menjadi tiga proses utama, yaitu:
Ventilasi Pulmonal adalah proses keluar masuknya udara antara
atmosfer dan alveoli paru-paru. Difusi adalah proses pertukaran
oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) antara alveoli dan darah.
Transportasi adalah proses beredarnya gas (O2 dan CO2) dalam darah
dan cairan tubuh ke dalam sel-sel.
Proses fisiologi respirasi dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
Difusi gas-gas antara alveolus dengan kapiler paru-paru (respirasi
eksterna) dan darah sistemik dengan sel-sel jaringan.
Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuiannya dengan
distribusi udara dalam alveolus-alveolus.
Reaksi kimia dan fisik oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2)
dengan darah.
3. Etiologi
Penyebab terjadinya Tuberculosis Paru adalah Mycrobacterium
Tuberculosis, yang merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran
panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen
Mycrobacterium Tuberculosis adaah berupa lemak/lipid sehingga kuman
mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor
fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang
banyak oksigen. Oleh karena itu, Mycrobacterium Tuberculosis senang
tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandugan oksigennya tinggi. Daerah
tersebut menjadi daerahnya kondusif untuk penyakit Tuberculosis Paru,
(Irman Somantri, 2008 : 59).
4. Patofisiologi
Penularan terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droflet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam
udara bebas selama 1-2 jam, tegantung ada atau tidaknya sinar ultraviolet
dan ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan
lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahkan berbulan, bila
partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan menempel pada
alveoli kemudian partikel ini akan berkembang bisa sampai puncak apeks
paru sebelah kanan atau kiri dan dapat pula keduanya dengan melewati
pembulu limfe, basil berpindah kebagian paru-paru yang lain atau jaringan
tubuh yang lain, (Taqiyyah, 2013).
Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama
teransang adalah limfokinse yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk
merangsang macrophage, berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada
jumlah magrofage. Karena fungsinya adalah membunuh kuman atau basil
apabila proses ini berhasil dan magrofage lebih banyak maka kien akan
sembuh dan daya tahan tubuhnya meningkat. Tetapi apabila kekebalan
tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang di dalam jaringan paru-
paru dengan membentuk jaringan tuberkel. Tuberkel lama-kelamaan akan
bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul
perkejuan di tempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan
saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien
akan batuk darah, (Taqiyyah, 2013).
5. Manifestasi Klinik
Secara rinci tanda dan gejala Tuberculosis Paru ini dapat dibagi atas :
a. Gejala sistemik
1) Demam
Demam merupakan gejala pertama dari Tuberculosis Paru, biasanya
timbul pada sore hari disertai dengan keringat mirip demam
influenza yang segara mereda. Tergantung dari daya tahan tubuh
dan virulensi kuman, serangan demam yang berikut dapat terjadi
setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan. Demam seperti influenza ini
hilang timbul dan semakin lama makin panjang masa serangannya,
sedangkan masa bebas serangan akan makin pendek. Demam dapat
mencapai suhu tinggi yaitu 400 – 410C.
2) Malaise.
Malaise karena Tuberculosis Paru bersifat radang menahun, maka
dapat terjadi rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan
berkurang, badan makin kurus, sakit kepala, mudah lelah dan pada
wanita kadang-kadang dapat terjadi gangguan siklus haid.
b. Gejala respiratorik adalah:
1) Batuk.
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan
bronkhus. Batuk mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkhus,
selanjutnya akibat adanya peradangan pada ronkhus, batuk akan
menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna untuk membuang
produk-produk ekskresi peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid
atau purulen.
2) Batuk Darah.
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan
ringannya batuk darah yang timbul, tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat
pecahnya aneurisma pada dinding kavitas, juga dapat terjadi karena
ulserasi pada mukosa broncus. Batuk darah inilah yang paling
sering membawa penderita berobat ke dokter.
3) Sesak Nafas.
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan
paru yang cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah di
temukan.
4) Nyeri dada.
Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang terdapat di pleura
terkena, gejala ini dapat bersifat local pleuritik.
6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada klien Tuberculosis Paru dapat
berupa: malnutrisi, empiema, efusi pleura, hepatitis, ketulian dan gangguan
gastrointestinal.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis Tuberculosis (TBC), maka test diasnostik yang
sering dilakukan adalah:
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
b. Laboratorium darah rutin ( laju endap darah (LED) normal atau
meningkat, limfositosis ).
c. Foto thoraks PA dan lateral. Gambaran foto thoraks yang menunjang
diagnosis Tuberculosis (TBC), yaitu, bayangan lesi terletak di lapangan
atau paru sekmen apical lobus bawah, bayangan berawan atau
berbercak, adanya kavitas, tunggal atau ganda, kelainan bilateral,
terutama dilapangan atas paru, adanya kalsifikasi, bayangan menetap
pada foto ulang beberapa minggu kemudian, bayangan milier
Pemeriksaan sputum bakteri tahan asam (BTA) memastikan diagnosis
Tuberculosis Paru, namun pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya
30-70 % pasien Tuberculosis Paru yang dapat di diagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini.
d. Test peroksidase anti peroksidase (PAP) merupakan uji serologi
imunoperoksidase memakai alat histogen imunoperoksidase staining
untuk menentukan adanya imunoglobulin (IgG) spesifik terhadap basil
Tuberculosis Paru
e. Test Mantoux/tuberculin
Tehnik Polymerase Chain Reaction Deteksi DNA kuman secara spesifik
melalui amplifikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi
meskipun hanya ada 1 mikroorganisme Dalam spesimen. Juga dapat
mendeteksi adanya resistensi.
f. Becton Dicknson Diagnostic Istrument System (BACTEC)
Deteksi growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari
metabolisme asam lemak oleh Mycobacterium Tuberculosis
g. Enzyme linked immunosorbent Assay
Deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibodi yang terjadi.
Pelaksanaanya rumit dan antibody dapat menetap dalam waktu lama
sehingga menimbulkan masalah.
h. Mycodot
Deteksi antibodi memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan
pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan
dalam serum pasien. Bila terdapat antibodi spesifik dalam jumlah
memadai maka warna sisir akan berubah.
8. Penatalaksanaan
Menurut Depkes, (2002: 38) prinsip pengobatan TBC diberikan dalam
bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, jumlah dan dosis yang tepat
selama 6 – 8 bulan. Pengobatan Tuberculosis (TBC) di Indonesia sesuai
program nasional menggunakan panduan obat anti Tuberculosis (OAT)
terdiri dari Isoniasid (H) yang dikenal dengan INH, Rifampisin (R)
Pirasinamid (Z), Streptomisin (S), dan Etambutol (E) diberikan dalam
bentuk kombipak, sebagai berikut : (Santa Manurung, 2008):
a. Kategori I 2 RHZE/4H3 R3
Diberikan untuk, penderita baru Tuberculosis (TBC) Paru dengan bakteri
tahan asam (BTA) (+). Penderita baru Tuberculosis (TBC) Paru, bakteri
tahan asam (BTA) (+), rontgen (RO) (+), dengan kerusakan yang luas.
Penderita baru Tuberculosis (TBC) dengan kerusakan yang berat pada
Tuberculosis (TBC) ekstra pulmons.
b. Kategori II : 2 RHZES/HRZE/ 5 R3 H3 E3.
Diberikan untuk :
Penderita Tuberculosis (TBC) bakteri tahan asam (BTA) (+) dengan
riwayat pengobatan sebelumnya kambuh, kegagalan pengobatan atau
pengobatan tidak selesai.
c. Kategori I 2 RHZE/4H3 R3
Diberikan untuk, penderita baru bakteri tahan asam (BTA) (-) dan rontgen
(RO) (+) sakit ringan.
Penderita ekstra paru ringan, yaitu Tuberculosis (TBC) kelenjar limfe,
pleuritis eksudatif unilateral, Tuberculosis (TBC) kulit, Tuberculosis
(TBC) tulang.
Pembedahan paru pada klien biasanya dilakukan apabila klien mengalami
resisutasi teradap berbagai racun obat anti Tuberculosis (OAT).
Pembedahan dilakukan dengan mengangkut bagian paru yang tertutup
kavietas.
B. Konsep Teori Keluarga
1. Definisi Keluarga
Menurut Setiadi, (2008: 3), Keluarga adalah dua atau lebih individu
yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu
rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Sedang Andarmoyo,
(2012: 3), Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang
atau lebih yang masing–masing mempunyai hubungan kekerabatan yang
terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.
Padila (2012: 19), mengemukakan keluarga sebagai dua atau lebih
yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
2. Ciri-ciri Keluarga
Ciri-ciri keluarga menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton dan Ali,
(2010: 5), adalah:
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau
dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu sistem tatanama (Nomen Clautur)
termasuk perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota–
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah
tangga.
Ciri keluarga Indonesia, menurut Setiadi, ( 2008) adalah:
a) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat
gotong royong.
b) Dijiwai oleh kebudayaan ketimuran.
c) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan
dilakukan secara musyawarah.
3. Tipe keluarga
Tipe keluarga menurut Harmoko, (2012: 22), tergantung pada konteks
keilmuan dan orang yang mengelompokkan:
a. Secara Tradisional
1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri
dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau
adopsi keduanya.
2) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga yang lain yang masih mempunyi hubungan darah
(kakek – nenek, paman, bibi).
b. Secara Modern
1) Tradisional nuclear, merupakan keluarga inti ayah, ibu, dan anak
tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatu suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja
diluar rumah.
2) Reconstituted nuclear, pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu
rumah dengan anak-anaknya, baik itu dari bawaan dari perkawinan
lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
3) Middle Age/Aging Couple, suami sebagai pencari uang, istri di
rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
4) Dyadic Nuclear, suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar
rumah.
5) Single Parent, satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar
rumah.
6) Dual Carrier, suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7) Commuter Married, suami istri atau keduanya orang karier dan
tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada
waktu-waktu tertentu.
8) Single Adult, wanita atau pria dewasa tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk kawin.
9) Three Generation, tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institusional, anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam
suatu panti.
11) Comunal, satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang
monogamy dengan ank-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.
12) Group marriage, suatu perumahan terdiri dari orang tua dan
keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu
adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari
anak-anak.
13) Unmaried Parent and Child, ibu dan anak dimana perkawinan tidak
dikehendaki, anaknya diadopsi.
14) Cohibing Coiple, dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa kawin.
15) Gay and lesbian family, keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang
berjenis kelamin sama.
4. Struktur keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat. Menurut Padila (2012: 24), ada beberapa
struktur keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam
diantaranya adalah:
a. Patrilineal adalah keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ayah.
e. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
Ciri struktur keluarga menurut Setiadi (2008: 6) adalah:
a. Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-
masing.
6. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Setiadi (2008: 7), secara umum fungsi
keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk meningkatkan kemampuan
individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi.
Menurut Setiadi, (2008: 11), ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap
anggota keluarganya, adalah:
a. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan, kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka
tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan anak
agar kesehatan selalu terpelihara, sehingga diharapakan menjadikan
mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
c. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.
Namun dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi,
fungsi keluarga dalam Setiadi (2008), dikembangkan menjadi:
a. Fungsi biologis
Untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,
memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota
keluarga.
b. Fungsi psikologis
Memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian
diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga, memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
Membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku
sesuai tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya
keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, pengaturan pengguanaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan,
dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa, mendidik
anak sesuai tingkat-tingkat perkembangannya.
7. Peran Keluarga
Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang
dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran
keluarga adalah tingakah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang
dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkap
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan dalam individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Menurut Setiadi (2008: 14), setiap anggota keluarga mempunyai
peran masing-masing antara lain adalah:
a. Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung/pengayong, pemberi rasa aman bagi setiap
anggota keluarga, dan juga sebagai anggota masyarakat, kelompok sosial
tertentu
b. Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak,
pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafka tambahan keluarga dan
juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu
c. Anak berperan sebagai spisikososial sesuai dengan perkembangan fisik,
mental, sosial, dan spiritual
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Asuhan Keperawatan Keluarga
Proses keperawatan merupakan intisari dari keperawatan yang menjadi
pusat semua tindakan keperawatan. Langkah-langkah proses keperawatan
keluarga, (Ali, 2010: 57). adalah:
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya,
(Harmoko, 2012: 70). Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah:
a. Pengumpulan Data
1) Data umum terdiri dari: identitas kepala keluarga, tipe keluarga,
suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, aktivitas
rekreasi
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga terdiri dari: tahap
perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga
yang belum terpenuhi, riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat
kesehatan keluarga sebelumnya
3) Data lingkungan terdiri dari: karakteristik dan denah rumah,
karakteristik tetangga dan komunitasnya, mobilitas keluarga,
perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem
pendukung keluarga.
4) Struktur keluarga terdiri dari: pola komunikasi keluarga, struktur
kekuatan keluarga, struktur dan peran keluarga, nilai dan norma
keluarga.
5) Fungsi Keluarga terdiri dari Fungsi Afektif, Fungsi Sosial, Fungsi
pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan, Fungsi
reproduksi, Fungsi ekonomi
6) Stres dan koping keluarga terdiri dari stresor jangka pendek dan
panjang, kemampuan keluarrga berespon terhadap situasi/streaos,
strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi disfungsional
7) Pemeriksaan Fisik
8) Harapan Keluarga
b. Analisa Data
Setelah data terkumpul (dalam format pengkajian) maka selanjutnya
dilakukan analisa data yaitu mengkaitkan data dan menghubungkan
dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga.
Cara analisa data adalah :
1) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam
format pengkajian
2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko – social
dan spiritual
3) Membandingkan dengan standart
4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan,
(Setiadi, 2008: 48).
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan kesimpulan yang ditarik dari data
yang dikumpulkan tentang pasien. Diagnosa keperawatan berfungsi
sebagai alat untuk menggambarkan masalah pasien yang dapat
ditangani oleh perawat, (Andarmoyo, 2012: 95). Diagnosa
keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan
pada pengkajian, komponen diagnose keperawatan meliputi :
a. Masalah (Problem)
Adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan masalah (tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga atau anggota keluarga) yang
diidentifikasi oleh perawat melalui pengkajian. Tujuan penulisan
pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan secara
jelas dan sesingkat mungkin. Daftar diagnosa keperawatan keluarga
pada masalah fungsi perawatan kesehatan berdasarkan NANDA
(North American Nursing Diagnosis Association) dalam Setiadi
(2008:50) adalah sebagai berikut:
1) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
2) Perubahan pemeliharaan kesehatan
3) Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
4) Perilaku mencari pertolongan kesehatan
5) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga
6) Resiko terhadap penularan penyakit
b. Penyebab (etiologi)
Adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan
mengacu kepada lima tugas keluarga yaitu sebagai berikut:
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari
diagnosis keperawatan keluarga menurut Mubarak (2011:105)
adalah :
1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan
kesalahan persepsi).
2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).
3) Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu
prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga, baik
financial, fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik, dan
psikologis).
c. Tanda (sign)
Adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung
masalah dan penyebab, (Suprajitno, 2004: 43). Tipologi diagnosa
keperawatan keluarga menurut Suprajitno (2004: 43) dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang
dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat
dengan cepat.
2) Diagnosis risiko/risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang
belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan
aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat
bantuan perawat.
3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga
ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya
dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan dapat tingkatkan.
d. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis keperawatan
lebih dari satu masalah. Prioritas masalah kesehatan keluarga
dengan menggunakan proses skoring sebagai berikut.
Tabel 2.1: Skala Bailon dan Maglaya (1978)
No Kriteria Skor Bobot
1
2
3
4
Sifat Masalah
- Tidak/kurang sehat
- Ancaman kesehatan
- Krisis
Kemungkinan masalah dapat diubah
- Dengan mudah
- Hanya sebagian
- Tidak dapat
Potensial masalah untuk dicegah
- Tinggi
- Cukup
- Rendah
Menonjolnya masalah
- Masalah berat dan harus segera
diatasi
- Masalah dirasakan tetapi tidak perlu
segera diatasi
- Masalah tidak dirasakan
3
2
1
2
1
0
3
2
1
2
1
0
1
2
1
1
Sumber : (Wahit Iqbal Mubarak, 2011 : 105).
Skoring:
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
3) Jumlahkan skor untuk semua criteria, (Andarmoyo, 2012:100).
3. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan tindakan yang
direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan
atau mengatasi masalah kesehatan / masalah keperawatan yang telah
diidentifikasi, (Mubarak, 2011: 106). Langkah-langkah dalam
mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga menurut Wahit
Iqbal Mubarak (2011: 106) adalah:
a. Menentukan sasaran atau goal
Sasaran merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala
upaya.
b. Menentukan tujuan atau objektif
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih
terperinci tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan
yang akan dilakukan.
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan
Tindakan keperawatan yang dipilih sangat bergantung pada sifat
masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan
masalah.
d. Menentukan kriteria dan standart kriteria
Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk
mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standar menunjukkan
tingkat penampilan yang diinginkan untuk membandingkan bahwa
perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai.
Klasifikasi intervensi menurut Wright dan Leahay dalam Sulistyo
Andarmoyo (2012: 104).
a. Kognitif
Intervensi diarahkan pada aspek kognitif pada fungsi keluarga,
yang meliputi pemberian informasi, gagasan baru tentang suatu
keadaan dan mengemukakan pengalaman.
b. Afektif
Intervensi diarahkan pada aspek afektif fungsi keluarga, dirancang
untuk mengubah emosi keluarga agar dapat memecahkan masalah
secara afektif.
c. Psikomotor
Intervensi diarahkan untuk membantu keluarga berinteraksi /
bertingkah laku, berkomunikasi secara afektif dengan anggota
keluarga lainnya yang sifatnya berbeda – beda.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan salah satu tahap dari proses
keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan kea rah
perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga
didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah disusun, (Harmoko
2012: 97).
5. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil
sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru.
Metode evaluasi
a Evaluasi formatif (proses)
Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan
dan bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap
sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, sistem penulisan evaluasi
formatif ini biasanya ditulis dalam catatan kemajuan atau
menggunakan sistem SOAP.
b. Evaluasi sumatif (hasil)
Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara
keseluruhan, sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk
catatan naratif atau laporan ringkasan.
2. Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru
2.1 Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien ( Doengoes, Marilynn E : 2000 )
adalah sebagai berikut:
a. Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak
(nafas pendek), demam, menggigil.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40 -410C) hilang timbul.
b. Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat
badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak
sub kutan.
c. Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris
(effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
d. Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi,
gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga timbul pleuritis.
e. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah tersinggung.
f. Keamanan
Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.
g. Interaksi Sosial
Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas
fisik untuk melaksanakan peran.
2.2 Diagnosa Keperawatan
a.) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau
sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
b.) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan
permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret
yang kental, edema bronchial.
c.) Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea,
anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
d.) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
e.) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
f.) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
g.) Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan
berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang
salah, informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, terbatasnya
pengetahuan/kognitif
h.) Risiko tinggi infeksi penyebaran / aktivitas ulang infeksi berhubungan
dengan pertahanan primer tidak adekuat, fungsi silia menurun/ statis
sekret, kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, malnutrisi,
terkontaminasi oleh lingkungan, kurang informasi tentang infeksi kuman.
2.3 Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Bersihan jalan
napas tidak
efektif
berhubungan
dengan sekret
kental atau sekret
darah,
kelemahan,
upaya batuk
buruk, edema
trakeal/faringeal.
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
kebersihan jalan
napas efektif,
dengan criteria
hasil:
Mempertaha
nkan jalan
napas
pasien.
Mengeluark
an sekret
tanpa
bantuan.
Menunjukka
n prilaku
untuk
a. Kaji ulang
fungsi pernapasan:
bunyi napas,
kecepatan, irama,
kedalaman dan
penggunaan otot
aksesori
b. Catat
kemampuan untuk
mengeluarkan secret
atau batuk efektif,
catat karakter, jumlah
sputum, adanya
hemoptisis.
c. Berikan pasien
posisi semi atau
Fowler,
Bantu/ajarkan batuk
a. Penurunan bunyi napas
indikasi atelektasis, ronki
indikasi akumulasi
secret/ketidakmampuan
membersihkan jalan
napas sehingga otot
aksesori digunakan dan
kerja pernapasan
meningkat
b. Pengeluaran sulit bila
sekret tebal, sputum
berdarah akibat kerusakan
paru atau luka bronchial
yang memerlukan
evaluasi/intervensi lanjut
c. Meningkatkan ekspansi
paru, ventilasi maksimal
memperbaik
i bersihan
jalan napas.
Berpartisipa
si dalam
program
pengobatan
sesuai
kondisi.
Mengidentif
ikasi
potensial
komplikasi
dan
melakukan
tindakan
tepat.
efektif dan latihan
napas dalam.
d. Bersihkan sekret
dari mulut dan
trakea, suction bila
perlu.
e. Pertahankan
intake cairan minimal
2500 ml/hari kecuali
kontraindikasi.
f. Lembabkan
udara/oksigen
inspirasi.
Kolaborasi:
g. Berikan obat:
agen mukolitik,
bronkodilator,
kortikosteroid sesuai
indikasi.
membuka area atelektasis
dan peningkatan gerakan
sekret agar mudah
dikeluarkan.
d. Mencegah
obstruksi/aspirasi.
Suction dilakukan bila
pasien tidak mampu
mengeluarkan sekret.
e. Membantu
mengencerkan secret
sehingga mudah
dikeluarkan.
f. Mencegah pengeringan
membran mukosa.
g. Menurunkan
kekentalan sekret,
lingkaran ukuran lumen
trakeabronkial, berguna
jika terjadi hipoksemia
pada kavitas yang luas.
Gangguan
pertukaran gas
berhubungan
dengan
berkurangnya
keefektifan
permukaan paru,
atelektasis,
kerusakan
membran
alveolar kapiler,
sekret yang
kental, edema
bronchial.
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
pertukaran gas
efektif, dengan
kriteria hasil:
Melaporkan
tidak terjadi
dispnea.
Menunjukka
n perbaikan
ventilasi dan
oksigenasi
jaringan
adekuat
dengan
GDA dalam
rentang
normal.
Bebas dari
a. Kaji dispnea,
takipnea, bunyi
pernapasan
abnormal.
Peningkatan upaya
respirasi,
keterbatasan ekspansi
dada dan
kelemahan.b.
Evaluasi perubahan-
tingkat kesadaran,
catat tanda-tanda
sianosis dan
perubahan warna
kulit, membran
mukosa, dan warna
kuku.
c.
Demonstrasikan/anju
rkan untuk
a. Tuberkulosis paru
dapat rnenyebabkan
meluasnya jangkauan
dalam paru-pani yang
berasal dari
bronkopneumonia yang
meluas menjadi
inflamasi, nekrosis,
pleural effusion dan
meluasnya fibrosis
dengan gejala-gejala
respirasi distress. b.
Akumulasi secret dapat
menggangp oksigenasi di
organ vital dan jaringan.
c. Meningkatnya
resistensi aliran udara
untuk mencegah
kolapsnya jalan napas.
d. Mengurangi konsumsi
gejala
distress
pernapasan.
mengeluarkan napas
dengan bibir
disiutkan, terutama
pada pasien dengan
fibrosis atau
kerusakan parenkim.
d. Anjurkan untuk
bedrest, batasi dan
bantu aktivitas sesuai
kebutuhan.
e. Monitor GDA.
f. Kolaborasi:
Berikan oksigen
sesuai indikasi.
oksigen pada periode
respirasi.
e. Menurunnya saturasi
oksigen (PaO2) atau
meningkatnya PaC02
menunjukkan perlunya
penanganan yang lebih.
adekuat atau perubahan
terapi.
f. Membantu mengoreksi
hipoksemia yang terjadi
sekunder hipoventilasi
dan penurunan
permukaan alveolar paru.
Gangguan
keseimbangan
nutrisi, kurang
dari kebutuhan
berhubungan
dengan
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
diharapkan
kebutuhan nutrisi
adekuat, dengan
a. Catat status
nutrisi pasien: turgor
kulit, timbang berat
badan, integritas
mukosa mulut,
kemampuan
a. Berguna dalam
mendefinisikan derajat
masalah dan intervensi
yang tepat b. Membantu
intervensi kebutuhan
yang spesifik,
kelelahan, batuk
yang sering,
adanya produksi
sputum, dispnea,
anoreksia,
penurunan
kemampuan
finansial.
kriteria hasil:
Menunjukka
n berat
badan
meningkat
mencapai
tujuan
dengan nilai
laboratoriur
n normal
dan bebas
tanda
malnutrisi.
Melakukan
perubahan
pola hidup
untuk
meningkatk
an dan
mempertaha
nkan berat
menelan, adanya
bising usus, riwayat
mual/rnuntah atau
diare.b. Kaji ulang
pola diet pasien yang
disukai/tidak
disukai.
c. Monitor intake
dan output secara
periodik.
d. Catat adanya
anoreksia, mual,
muntah, dan tetapkan
jika ada
hubungannya dengan
medikasi. Awasi
frekuensi, volume,
konsistensi Buang
Air Besar (BAB).
e. Anjurkan
meningkatkan intake diet
pasien.
c. Mengukur keefektifan
nutrisi dan cairan.
d. Dapat menentukan
jenis diet dan
mengidentifikasi
pemecahan masalah
untuk meningkatkan
intake nutrisi.
e. Membantu menghemat
energi khusus saat
demam terjadi
peningkatan metabolik.
f. Mengurangi rasa tidak
enak dari sputum atau
obat-obat yang digunakan
yang dapat merangsang
muntah.
badan yang
tepat.
bedrest.
f. Lakukan
perawatan mulut
sebelum dan sesudah
tindakan pernapasan.
g. Anjurkan makan
sedikit dan sering
dengan makanan
tinggi protein dan
karbohidrat.
Kolaborasi:
h. Rujuk ke ahli
gizi untuk
menentukan
komposisi diet.
i. Awasi
pemeriksaan
laboratorium. (BUN,
protein serum, dan
g. Memaksimalkan intake
nutrisi dan menurunkan
iritasi gaster.
h. Memberikan bantuan
dalarn perencaaan diet
dengan nutrisi adekuat
unruk kebutuhan
metabolik dan diet.
i. Nilai rendah
menunjukkan malnutrisi
dan perubahan program
terapi.
albumin).
Nyeri akut
berhubungan
dengan inflamasi
paru, batuk
menetap
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan rasa
nyeridapat
berkurang atau
terkontrol, dengan
KH:
Menyatakan
nyeri
berkurang
atauterkontr
ol
Pasien
tampak
rileks
a. Observasi
karakteristik nyeri,
mis tajam, konstan ,
ditusuk. Selidiki
perubahan karakter
/lokasi/intensitas
nyeri.b. Pantau
TTV
c. Berikan tindakan
nyaman mis, pijatan
punggung, perubahan
posisi, musik tenang,
relaksasi/latihan
nafas
d. Tawarkan
pembersihan mulut
dengan sering..
e. Anjurkan dan
bantu pasien dalam
a. Nyeri merupakan
respon subjekstif yang
dapat diukur.b. Perubahan
frekuensi jantung TD
menunjukan bahwa
pasien mengalami nyeri,
khususnya bila alasan
untuk perubahan tanda
vital telah terlihat.
c. Tindakan non analgesik
diberikan dengan
sentuhan lembut dapat
menghilangkan
ketidaknyamanan dan
memperbesar efek terapi
analgesik.
d. Pernafasan mulut dan
terapi oksigen dapat
mengiritasi dan
mengeringkan membran
teknik menekan dada
selama episode
batukikasi.
f. Kolaborasi
dalam pemberian
analgesik sesuai
indikasi
mukosa, potensial
ketidaknyamanan umum.
e. Alat untuk mengontrol
ketidaknyamanan dada
sementara meningkatkan
keefektifan upaya batuk.
f. Obat ini dapat
digunakan untuk
menekan batuk non
produktif, meningkatkan
kenyamanan
Hipertermi
berhubungan
dengan proses
inflamasi aktif.
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
diharapkan suhu
tubuh kembali
normal dengan KH
:
Suhu tubuh
36°C-37°C
a. Kaji suhu tubuh
pasien
b. Beri kompres air
hangat
c. Berikan/anjurkan
pasien untuk banyak
minum 1500-2000
cc/hari (sesuai
toleransi)
a. Mengetahui
peningkatan suhu tubuh,
memudahkan intervensib.
Mengurangi panas
dengan pemindahan
panas secara konduksi.
Air hangat mengontrol
pemindahan panas secara
perlahan tanpa
menyebabkan hipotermi
d. Anjurkan
pasien untuk
menggunakan
pakaian yang tipis
dan mudah menyerap
keringat
e. Observasi
intake dan output,
tanda vital (suhu,
nadi, tekanan darah)
tiap 3 jam sekali atau
sesuai indikasi
f. Kolaborasi :
pemberian cairan
intravena dan
pemberian obat
sesuai program.
atau menggigil.
c. Untuk mengganti
cairan tubuh yang hilang
akibat evaporasi
d. Memberikan rasa
nyaman dan pakaian yang
tipis mudah menyerap
keringat dan tidak
merangsang peningkatan
suhu tubuh.
e. Mendeteksi dini
kekurangan cairan serta
mengetahui
keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh.
Tanda vital merupakan
acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
f. Pemberian cairan
sangat penting bagi
pasien dengan suhu tubuh
yang tinggi. Obat
khususnya untuk
menurunkan panas tubuh
pasien.
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbang
an antara suplai
dan kebutuhan
oksigen.
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan pasien
diharapkan mampu
melakukan aktivitas
dalam batas yang
ditoleransi dengan
kriteria hasil:
Melaporkan
atau
menunjukan
peningkatan
toleransi
terhadap
aktivitas
yang dapat
a. Evaluasi respon
pasien terhadap
aktivitas. Catat
laporan dispnea,
peningkatan
kelemahan atau
kelelahan.b.
Berikan lingkungan
tenang dan batasi
pengunjung selama
fase akut sesuai
indikasi.
c. Jelaskan
pentingnya istirahat
dalam rencana
pengobatandan
a. Menetapkan
kemampuan atau
kebutuhan pasien
memudahkan pemilihan
intervensi.b. Menurunkan
stress dan rangsanagn
berlebihan, meningkatkan
istirahat.
c. Tirah baring
dipertahankan selama
fase akut untuk
menurunkan kebutuhan
metabolic, menghemat
energy untuk
penyembuhan.
d. Pasien mungkin
diukur
dengan
adanya
dispnea,
kelemahan
berlebihan,
dan tanda
vital dalam
rentan
normal.
perlunya
keseimbangan
aktivitas dan
istirahat.
d. Bantu pasien
memilih posisi
nyaman untuk
istirahat.
e. Bantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan. Berikan
kemajuan
peningkatan aktivitas
selama fase
penyembuhan.
nyaman dengan kepala
tinggi, tidur di kursi atau
menunduk ke depan meja
atau bantal.
e. Meminimalkan
kelelahan dan membantu
keseimbanagnsuplai dan
kebutuhan oksigen.
Risiko tinggi
infeksi
penyebaran /
aktivitas ulang
infeksi
berhubungan
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan tidak
terjadi penyebaran/
aktivitas ulang
infeksi, dengan
a. Review patologi
penyakit fase
aktif/tidak aktif,
penyebaran infeksi
melalui bronkus pada
jaringan sekitarnya
a. Membantu pasien agar
mau mengerti dan
menerima terapi yang
diberikan untuk
mencegah komplikasi. b.
Orang-orang yang
dengan
pertahanan
primer tidak
adekuat, fungsi
silia menurun/
statis sekret,
malnutrisi,
terkontaminasi
oleh lingkungan,
kurang informasi
tentang infeksi
kuman.
kriteria hasil:
Mengidentif
ikasi
intervensi
untuk
mencegah/m
enurunkan
resiko
penyebaran
infeksi.
Menunjukka
n/melakuka
n perubahan
pola hidup
untuk
meningkatk
an
lingkungan
yang. aman.
–
atau aliran darah atau
sistem limfe dan
resiko infeksi melalui
batuk, bersin,
meludah, tertawa.,
ciuman atau
menyanyi.
b. Identifikasi
orang-orang yang
beresiko terkena
infeksi seperti
anggota keluarga,
teman, orang dalam
satu perkumpulan.
c. Anjurkan pasien
menutup mulut dan
membuang dahak di
tempat penampungan
yang tertutup jika
batuk.
d. Gunakan masker
beresiko perlu program
terapi obat untuk
mencegah penyebaran
infeksi.
c. Kebiasaan ini untuk
mencegah terjadinya
penularan infeksi.
d. Mengurangi risilio
penyebaran infeksi.
e. Febris merupakan
indikasi terjadinya
infeksi.
f. Pengetahuan tentang
faktor-faktor ini
membantu pasien untuk
mengubah gaya hidup
dan
menghindari/mengurangi
keadaan yang lebih
setiap melakukan
tindakan.
e. Monitor
temperatur.
f. Identifikasi
individu yang
berisiko tinggi untuk
terinfeksi ulang
Tuberkulosis paru,
seperti: alkoholisme,
malnutrisi, operasi
bypass intestinal,
menggunakan obat
penekan imun/
kortikosteroid,
adanya diabetes
melitus, kanker.
g. Tekankan untuk
tidak menghentikan
terapi yang dijalani.
buruk.
g. Periode menular dapat
terjadi hanya 2-3 hari
setelah permulaan
kemoterapi jika sudah
terjadi kavitas, resiko,
penyebaran infeksi dapat
berlanjut sampai 3 bulan.
h. INH adalah obat
pilihan bagi penyakit
Tuberkulosis primer
dikombinasikan dengan
obat-obat lainnya.
Pengobatan jangka
pendek INH dan
Rifampisin selama 9
bulan dan Etambutol
untuk 2 bulan pertama.
i. Obat-obat sekunder
diberikan jika obat-obat
Kolaborasi:
h. Pemberian terapi
INH, etambutol,
Rifampisin.
i. Pemberian
terapi Pyrazinamid
(PZA)/Aldinamide,
para-amino salisik
(PAS), sikloserin,
streptomisin.
j. Monitor sputum
BTA.
primer sudah resisten
j. Untuk mengawasi
keefektifan obat dan
efeknya serta respon
pasien terhadap terapi
2.4 IMPLEMENTASI
Implementasi Keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dalam masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Dalam hal ini implementasi ini merupakan tahap dimana asuhan
keperawatan dilakukan sesuai dengan asuhan keperawatan yang telah
direncanakan.
3 2.5 EVALUASI
A. Dx I : Kebersihan jalan napas efektif, dengan kriteria evaluasi:
1. Mempertahankan jalan napas pasien.
2. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
3. Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
4. Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.
5. Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan
tepat.
B. Dx II : Pertukaran gas efektif, dengan kriteria evaluasi:
1. Melaporkan tidak terjadi dispnea.
2. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan GDA dalam rentang normal
3. Bebas dari gejala distress pernapasan.
4. Kebutuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria evaluasi:
5. Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai
laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.
6. Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat badan yang tepat.
C. Dx III : Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan
1. Nutrisi terpenuhi
2. Porsi makan 1 piring habis
3. Berat badan naik setia bulannya
D. DX IV : Nyeri dapat berkurang atau terkontrol, dengan kriteria evaluasi:
1. Menyatakan nyeri berkurang atau terkontrol
2. Pasien tampak rileks
E. DX V : Suhu tubuh kembali normal dengan kriteria evaluasi :
1. Suhu tubuh 36°C-37°C.
F. DX VI : Pasien mampu melakukan aktivitas dalam batas yang
ditoleransi dengan kriteria evaluasi :
Melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
yang dapat diukur dengan adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan
tanda vital dalam rentan normal.
G. DX VII : Tingkat pengetahuan pasien meningkat, dengan kriteria
evaluasi :
1. Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosisdan kebutuhan
pengobatan.
2. Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki
kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang
luberkulosis paru.
3. Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi.
4. Menerima perawatan kesehatan adekuat.
H. DX VIII : Tidak terjadi penyebaran/ aktivitas ulang infeksi, dengan
kriteria evaluasi:
1. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
penyebaran infeksi.
2. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang. aman.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan oleh keluarga Tn. N pada
anggota keluarga An. A menderita penyakit Tuberkulosis Paru di Rt. 01 Rw. 01 Desa
Wanseriwu Kabupaten Muna Barat, sejak tanggal 14 Mei 2018 sampai 16 Mei 2018
yang meliputi 5 tahap yaitu: pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas kepala keluarga
Nama KK : Tn. N, umur 52 tahun, pendidikan tidak Tamat
Sekolah Dasar, pekerjaan Petani
Tabel 3.1 : Komposisi Keluarga
No Nama Sex Hub.
Dgn KK Umur Pend Pekerjaan
Status
Kes
1 Y P Isteri 50 - IRT Sehat
2 A L Anak 29 - Petani Sakit
3 W P Anak 14 SMP Murid Sehat
4 T L Anak 12 SD Murid Sehat
Genogram
Ket: = Laki Laki
= Perempuan
= Klien
= Meninggal
= Tinggal serumah
Gambar : 3.1 Genogram Keluarga Tn. N
Generasi pertama dari garis keturunan ayah (kakek-nenek) meninggal dunia
akibat Stroke, sedang dari ibu meninggal akibat tekanan darah tinggi.
Tipe keluarga
Keluarga Tn. N merupakan tipe keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak yang tinggal serumah.
a. Kewarganegaraan/suku
Keluarga Tn. N adalah Indonesia/suku bugis
b. Agama
Keluarga Tn. N menganut agama Islam dan menjalankan kewajiban sholat
lima waktu.
c. Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga < Rp. 1.000.000
d. Aktivitas rekreasi keluarga
Kelurga Tn N mempunyai kebiasaan rutin untuk berkumpul nonton TV.
2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini berada pada perkembangan
keluarga dengan anak usia sekolah dan perkembangan keluarga dengan
anak usia remaja. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
adalah kebutuhan kesehatan fisik bagi anak-anak dan anggota keluarga.
b. Riwayat kesehatan keluarga
An. A menderita Tuberkulosis Paru dan sedang menjalani pengobatan
rutin sejak tanggal 14 Mei 2018 di Puskesmas Tiworo Tengah
c. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Kelarga Tn N tidak ada yang menderita Tuberkulosis Paru sebelum dan
belum pernah dirawat di RS.
3. Keadaan Lingkungan
a. Karakteristik rumah dan denah rumah
Rumah yang ditempati keluarga Tn N adalah milik sendiri dengan ukuran
8 x15 m2, terdiri dari 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1
dapur dan 1 WC. Berdinding tembok dan berlatai semen kasar yang
dilapisi plastik dan tampak bersih. Ventilasi dan pencahayaan rumah baik.
Denah Rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Lingkungan tempat tinggal Tn N penduduknya mayoritas suku Bugis dan
bekerja sebagai petani Pedagang dan Nelayan.
c. Mobilitas geografis keluarga
Rumah yang ditinggali Tn N adalah rumah sendiri dan berdampingan
dengan tetangga yang masih ada hubungan keluarga.
Dapur
Kamar Mandi/WC
Kamar Tidur
Kamar Keluarga
Kamar Tidur
Kamar Tamu
Kamar Tidur
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn N sekeluarga aktif dalam kegiatan sosial masyarakat dan saling
berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
e. Sistem pendukung keluarga
Keluarga Tn N terdiri dari suami isteri dengan 3 orang anak 1 anak sudah
tidak sekolah dan yang 2 masih bersekolah. Fasilitas penunjang kesehatan
dari Puskesmas Tiworo Tengah.
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka, apabila ada masalah
didiskusikan bersama seluruh anggota keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Tn N merupakan keluarga inti
c. Struktur peran keluarga
Tn N adalah kepala keluarga dan bertanggung jawab dalam mengatur
rumah tangganya yang sekaligus bertugas nafkah. Ny Y sebagai ibu
rumah tangga. An A, W dan T sebagai anak.
d. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma keluarga yang berlaku pada Tn N sesuai dengan ajaran
agama Islam dan mengharapkan anaknya yang sakit cepat sembuh
Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Semua anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain.
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga selalu mengajarkan perilaku yang baik paada anak anak dan
berpartisipasi jika ada kegiatan kemasyarakatan.
c. Fungsi perawatan kesehatan keluarga
Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan terutama tentang
Tuberkulosis Paru.
Keluarga juga tidak mengetahui bahwa Tuberkulosis Paru dapat menular
dan kambuh serta bagimana upaya pencegahannya dan cara penularannya.
Keluarga tidak tahu cara pengelolaan dahak bagi penderita.
d. Fungsi reproduksi
Tn N dengan usia 52 tahun dan Ny Y usia 50 tahun sudah dalam kategori
non produktif.
e. Fungsi ekonomi
Tn N bekerja sebagai petani.
5. Stres dan Koping Keluarga
a. Stressor yang dimiliki keluarga
Stresor yang dirasakan oleh keluarga Tn. N adalah salah satu anaknya
menderita Tuberkulosis paru.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Keluarga Tn N mampu beradaptasi dengan masalah yang dihadapi, hal ini
dapat dilihat dengan keikutsertaan An. A pada program pengobatan
Tuberkulosis paru di Puskesmas Tiworo Tengah.
c. Strategi koping yang digunakan
Keluarga mengatakan jika ada masalah selalu mendiskusikan dalam
keluarga
d. Strategi adaptasi disfungsional
An A setelah di diagnosa oleh dokter bahwa menderita Tuberkulosisi Paru
keluarga mengikutsertakan An. A pada program pengobatan Tuberkulosis
paru di Puskesmas Tiworo Tengah.
7. Pemeriksaan fisik
a. Tn N
Pemeriksaan fisik umum; keadaan umum tampak kuat, TD 120/80 mmHg,
N 70 x/menit, P 20 x/menit dan S 37 ‘
Pemeriksaan fisik khusus; kepala dan leher tidak ada kelainan, mata
konjungtiva tidak tampak ademis, tidak ada katarak dan tidak ada
gangguan penglihatan, telinga, hidung dan teggorokan tidak ada kelainan.
Pergerakan dada simetris dan abdomen tidak ada pembesaran hati.
Ektremitas atas dan bawah tidak kelainan. Tn. N mengatakatan bahwa
anak (An.A), sering berkeringat dimalam hari, batuk berdahak dan kadang
merasa sesak dan nyeri pada daerah dada terutama sebelum berobat di
Puskesmas. Saat sekarang hal itu sudah mulai berkurang sejak tanggal 28
November 2017 mengikuti program pengobatan Tuberkulosis paru di
Puskesmas. Alasan orang tua membawa anaknya berobat di Puskesmas
karena batuknya tidak sembuh sembuh selama lebih dari 2 mingggu.
b. Ny Y
Pemeriksaan fisik umum; keadaan umum tampak kuat, TD 110/70 mmHg,
N 76 x/menit, P 20 x/menit dan S 36,5 ‘
Pemeriksaan fisik khusus; kepala dan leher tidak ada kelainan, mata
konjungtiva tidak tampak ademis, tidak ada katarak dan tidak ada
gangguan penglihatan, telinga, hidung dan teggorokan tidak ada kelainan.
Pergerakan dada simetris dan abdomen tidak ada pembesaran hati.
Ektremitas atas dan bawah tidak kelainan.
c. An A
Pemeriksaan fisik umum; keadaan umum tampak kurus dan lemah, makan
dan minum normal, TD 120/80 mmHg, N 80 x/menit, P 28 x/menit dan S
36,5 ‘, TB 171, BB 50 kg.
Pemeriksaan fisik khusus; kepala dan leher tidak ada kelainan, mata
konjungtiva tidak tampak ademis, tidak ada katarak dan tidak ada
gangguan penglihatan, telinga, hidung dan teggorokan tidak ada kelainan.
Palpasi mur mur negatif (-), ronci positif (+). Pergerakan dada simetris
dan abdomen tidak ada pembesaran hati. Ektremitas atas dan bawah tidak
kelainan. An. A juga mengatakatan bahwa sering berkeringat dimalam
hari, batuk berdahak dan kadang merasa sesak dan nyeri pada daerah dada
terutama sebelum berobat di Puskesmas. Saat sekarang hal itu sudah mulai
berkurang sejak mengikuti program pengobatan Tuberkulosis paru di
Puskesmas
d. Nn W
Pemeriksaan fisik umum; keadaan umum tampak kuat, TD 120/80 mmHg,
N 76 x/menit, P 20 x/menit dan S 36 ‘.
Pemeriksaan fisik khusus; kepala dan leher tidak ada kelainan, mata
konjungtiva tidak tampak ademis, tidak ada katarak dan tidak ada
gangguan penglihatan, telinga, hidung dan teggorokan tidak ada kelainan.
Pergerakan dada simetris dan abdomen tidak ada pembesaran hati.
Ektremitas atas dan bawah tidak kelainan.
e. An T
Pemeriksaan fisik umum; keadaan umum tampak kuat, TD 110/70 mmHg,
N 80 x/menit, P 22 x/menit dan S 36,5 ‘
Pemeriksaan fisik khusus; kepala dan leher tidak ada kelainan, mata
konjungtiva tidak tampak ademis, tidak ada katarak dan tidak ada
gangguan penglihatan, telinga, hidung dan teggorokan tidak ada kelainan.
Pergerakan dada simetris dan abdomen tidak ada pembesaran hati.
Ektremitas atas dan bawah tidak kelainan.
8. Harapan Keluarga
Keluarga menyatakan sangat senang dengan kehadiran perawat dan
berharap dapat membantu keluarga mengatasi masalah yang dihadapi.
Analisa Data
Tabel 3.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1
Data Subjektif :
Tn N, mengatakatan bahwa
anaknya (An A) batuk berdahak
dan kadang merasa sesak dan nyeri
pada daerah dada
Data objektif :
Keadaan umum An A lemah dan
tampak kurus, BB 50 kg, ronchi
(+),TD 110/80 mmHg, N 80
x/menit, P 28 x/menit dan S 37
Kurangnya pengetahuan
keluarga tentang merawat
penyakit Tuberkulosis
Paru
Bersihan jalan
napas tidak efektif
2
Data Subjektif :
Tn N, mengatakatan bahwa
anaknya (An A) sering berkeringat
dimalam hari, batuk berdahak dan
kadang merasa sesak dan nyeri
pada daerah dada terutama
sebelum berobat di Puskesmas.
Saat sekarang hal itu sudah mulai
berkurang sejak mengikuti
program pengobatan Tuberkulosis
Data objektif :
Keadaan umum An A lemah dan
tampak kurus, BB 50 kg, ronchi
(+),TD 110/80 mmHg, N 80
x/menit, P 28 x/menit dan S 37
TB 171, BB 50 kg.
Kurangnya pengetahuan
keluarga tentang cara
pencegahan, penularan
Tuberkulosis Paru
Resiko terjadinya
penularan pada
anggota keluarga
3
Data Subjektif :
Tn N, mengatakatan bahwa
anaknya (An A) sering
berkeringat dimalam hari, batuk
berdahak dan kadang merasa
Ketidakmampuan
keluarga mengambil
keputusan dalam merawat
amggota keluarga sakit
Kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
cara perawatan
sesak dan nyeri pada daerah dada
Data Objektif :
Keadaan umum An A lemah dan
tampak kurus, BB 50 kg, rochi
(+),TD 110/80 mmHg, N 80
x/menit, P 28 x/menit dan S 37
TB 171, BB 50 kg. Alasan orang
tua membawa anaknya berobat di
Puskesmas karena batuknya
Tuberkulosis Paru
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas yang tidak efektif berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga terhadap perawatan Tuberkulosis paru.
2. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan
Tuberkulosis paru.
3. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota
keluarga yang sakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan Tuberkulosis paru.
Skoring Prioritas Masalah
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang perawatan penyakit Tuberkulosis
Tabel 3.2: Skoring Prioritas Masalah
No Kriteria Skor Bobot Skorsing Pembenaran
1 Sifat masalah :
Aktual
2 1 3/3x1=1 Masalah bersifat aktual karena
An. A dalam keadaan kurang
sehat dan memerlukan
pengobatan
2 Kemungkinan
masalah dapat diubah:
Mudah
1 2 2/2x2=2 Masalah kesehatan yang di
alami An. A mudah untuk di
lakukan pengobatan
3 Potensi masalah untuk
dicegah :
Tinggi
3 1 3/3x1=1 Keluarga Tn. N tidak mengerti
banyak tentang masalah
kesehatan, hal tersebut di
karenakan kurang
pengetahuan yang di miliki
keluarga.
4 Masalah yang
menonjol :
Segera ditangani
2 1 2/2x1=1 Penyakit An. A harus segera
di tangani karena dapat
mengakibatkan kematian.
Total 5
Skoring Prioritas Masalah
2. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan
Tuberkulosis paru.
Tabel 3.3: Skoring Prioritas Masalah
No Kriteria Skor Bobot Skorsing Pembenaran
1 Sifat masalah :
Ancaman kesehatan
2 1 2/3x1=2/3 Keluarga tidak tahu penyakit
anaknya mudah menular
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah:
Mudah
1 2 1/2x2=1 Klien tahap usia sekolah
sehingga mempengaruhi
penyapain informasi
3 Potensi masalah untuk
dicegah :
Tinggi
3 1 3/3x1=1 Keluarga kooperatif
4 Masalah yang menonjol :
Segera ditangani
2 1 2/2x1=1 Bila tidak ditangani
memungkinkan penyembuhan
lama dan terjadi penularan
pada anggota keluarga
Total 3 2/3
Skoring Prioritas Masalah
3. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota
keluarga yang sakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan Tuberkulosis paru.
Tabel 3.4: Skoring Prioritas Masalah
No Kriteria Skor Bobot Skorsing Pembenaran
1 Sifat masalah :
Ancaman kesehatan
2 1 2/3x1=2/3 Tuberkulosis Paru adalah
penyakit menular sehingga
memungkinkan penularan
pada anggota keluarga lain
dalam serumah
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah:
Mudah
1 2 1/2x2=1 Klien tidak tahu jika
penyakitnya butuh
pengobatan rutin
3 Potensi masalah untuk
dicegah :
Tinggi
3 1 3/3x1=1 Klien kooperatif dalam
penyuluhan dan
penatalaksanaan
4 Masalah yang menonjol:
Segera ditangani
2 1 2/2x1=1 Bila tidak ditangani
memungkinkan
penyembuhan lama dan
terjadi penularan pada
anggota keluarga
Total 3 2/3
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dikemukakan mengenai kesenjangan antara teori dan
kenyataan yang ditemukan di keluarga selama melakukan asuhan keperawatan
keluarga pada Tn. N dengan salah satu anggota keluarga An. A menderita
Tuberkulosis Paru di Desa Wanseriwu Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna
Barat. Kesenjangan tersebut dapat terlihat dengan memperhatikan aspek-aspek
tahapan proses keperawatan, mulai dari pengkajian, diagnosa, rencana tindakan
keperawatan, implementasi, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Setelah peneliti melakukan pengkajian pada keluarga Tn. N khususnya An.A
yang menderita penyakit Tuberkulosis Paru dan melakukan analisa maka peneliti
menemukan masih adanya beberapa kesenjangan sebagai berikut:
1. Demam merupakan gejala pertama dari Tuberculosis Paru, biasanya timbul
pada sore hari disertai dengan keringat mirip demam influenza yang segera
mereda. Hal ini tidak didapatkan lagi pada kasus An. A karena telah menjalani
program pengobatan sejak beberapa bulan lalu. Demam dapat mencapai suhu
tinggi yaitu 390 – 400C.
2. Malaise karena Tuberculosis Paru bersifat radang menahun, maka dapat
terjadi rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan
makin kurus, sakit kepala, mudah lelah. Hal ini masih terjadi pada kasus An.A
3. Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkhus. Batuk
mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkhus, selanjutnya akibat adanya
peradangan pada ronkhus, batuk akan menjadi produktif. Batuk darah terjadi
akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan ringannya batuk darah yang
timbul, tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. Batuk
darah inilah yang paling sering membawa penderita berobat ke dokter.
4. Sesak Nafas.
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang
cukup luas, hal ini masih terlihat pada An.A
5. Nyeri dada.
Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang terdapat di pleura terkena,
gejala ini dapat bersifat local pleuritik, hal ini masih terlihat pada An.A
6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada klien Tuberculosis Paru dapat berupa:
malnutrisi, empiema, efusi pleura, hepatitis, ketulian dan gangguan
gastrointestinal, hal ini tidak didapatkan pada kasus An.A
B. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Menurut Mubarak (20012: 102), diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan
berdasarkan data yang didapat pada pengkajian. Komponen diagnosa keperawatan
meliputi; problem (P), etiologi (E), dan sign (S).
Setelah dilakukan pengkajian pada keluarga Tn N khususnya An. A maka,
ditemukan masalah keperawatan keluarga yaitu:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga terhadap perawatan tuberkulosis.
2. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan
Tuberkulosis paru.
3. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota
keluarga yang sakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan Tuberkulosis paru.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu :
1. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
2. Diagnosis risiko/risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum
terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat
terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.
3. Diagnosis potensial adalah suatu kedaan sejahtera dari keluarga ketika
keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai
sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat tingkatkan.
Menentukan penyebab atau etiologi dalam perumusan diagnosa
keperawatan dengan model single diagnosis diangkat dari 5 (lima) tugas
keluarga antara lain:
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
Dalam penetapan diagnosa keperawatan keluarga pada klien An. A dengan
Tuberkulosis Paru terdapat kesenjangan antara teori dan hasil pengkajian kasus
An. A, dimana diagonasa keperawatan keluarga yang ditemukan resiko dan
ketidak mampuan keluarga dalam mengambil keputusan. Hal ini dapat terjadi
karena terdapat data yang menunjukan munculnya masalah keperawatan resiko
tinggi sedangkan masalah keperawatan potensial tidak didukung oleh data yang
memadai. Selanjutnya dalam menentukan penyebab atau etiologi dalam
perumusan diagnosa keperawatan dengan model single diagnosis diangkat dari 5
(lima) tugas keluarga yang antara lain; ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan, dan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan,
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga, ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan dan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
C. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Intervensi keperawatan keluarga sebagai tindakan perawatan untuk
kepentingan pasien, untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik,
emosional, psikososial, spiritual, budaya dan lingkungan tempat mereka mencari
bantuan. Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan :
1. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu yang
sesuai dengan kondisi klien.
2. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi
dengan panca indera perawat yang objektif.
3. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki
oleh keluarga dan mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat
ketergantungan dapat diminimalkan.
Dalam menetapkan intervensi harus :
1. Rencana tindakan harus berorientasi pada pemecahan masalah.
2. Rencana tindakan yang dibuat dapat dilakukan mandiri oleh keluarga.
3. Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan masalah kesehatan.
4. Rencana tindakan sederhana dan mudah dilakukan.
5. Rencana tindakan perawatan dapat dilakukan secara terus-menerus oleh
keluarga.
Dalam mengatasi masalah keperawatan yang muncul pada keluarga Tn. N
khususnya An. A, perawat melakukan intervensi sesuai diagnosa keperawatan
yaitu:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga terhadap perawatan tuberkulosis.
Intervensi:
a. Kaji pengetahuan keluarga
b. Kaji kemampuan keluarga yang telah dilakukan pada keluarga Tn N
untuk menghindari bersihan jalan nafas yang tidak efektif
c. Diskusikan dengan keluarga tentang bersihan jalan nafas yang tidak
efektif.
d. Diskusikan alternatif yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
bersihan jalan nafas yang tidak efektif
e. Evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan keluarga
f. Berikan pujian terhadap ungkapan keluarga yang mendukung
2. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan
Tuberkulosis paru.
Intervensi:
a. Kaji pengetahuan keluarga
b. Kaji kemampuan keluarga yang telah dilakukan pada keluarga Tn N
untuk menghindari penularan
c. Diskusikan dengan keluarga tentang akbat penyakit TBC terhadap diri
dan keluarganya
d. Diskusikan alternatif yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
penularan
e. Evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan keluarga
f. Berikan pujian terhadap ungkapan keluarga yang mendukung
3. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota
keluarga yang sakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan Tuberkulosis paru.
Intervensi:
a. Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit TBC, penyebab, gejala dan
cara penanganannya.
b. Berikan penyuluhan pada keluarga mengenai cara mengidentifikasi
kekambuhan
c. Anjurkan berobat kembali ke Puskesmas bila penyakitnya kambuh
d. Jelaskan bahwa pengobatan TBC gratis yang merupakan program
pemerintah
e. Berikan kesempatan keluarga menentukan sikap dan rencana selanjtnya
dalam pengobatan
f. Berikan pujian terhadap kemampuan, ide/sikap yang positif yang
diungkapkan keluarga dalam menyikapi kekambuhan penyakitnya
D. Implementasi
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi
rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. (Sudiharto, 2007 : 48).
Dalam tahapan implementasi penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan, penulis melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat dengan
mengacu pada teori yang ada serta tindakan-tindakan yang dapat memecahkan
atau meringankan masalah yang sedang dihadapi.
Untuk diagnosa keperawatan keluarga.1
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga terhadap perawatan tuberkulosis.
Adapun tindakan yang dilakukan antara lain :
1. Senin, 14 Mei 2018 Jam. 16.00 WITA
Memberi penyuluhan tentang bersihan jalan nafas yang tidak efektif dan
memberi penyuluhan tentang pencegahan TBC
2. Selasa, 15 Mei 2018 Jam. 17.00 WITA
Memberi penyuluhan tentang bersihan jalan nafas yang tidak efektif dan
memberi penyuluhan tentang upaya untuk mencegah terjadinya penularan
TBC
3. Rabu, 16 Mei 2018 jam 16 : 30 WITA
Memberi konseling kesehatan tentang pencegahan dan penularan TBC di
rumah.
Untuk diagnosa keperawatan keluarga. 2
Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan Tuberkulosis
paru.
Adapun tindakan yang dilakukan antara lain :
1. Kamis, 28 Desember 2017 Jam. 16.00 WITA
Memberi penyuluhan tentang bersihan jalan nafas yang tidak efektif dan
memberi penyuluhan tentang pencegahan TBC
2. Jum’at, 29 Desember 2017 Jam. 17.00 WITA
Memberi penyuluhan tentang bersihan jalan nafas yang tidak efektif dan
memberi penyuluhan tentang upaya untuk mencegah terjadinya penularan
TBC
3. Sabtu, 30 Desember 2017 Jam. 16.30 WITA
Penyuluhan tentang cara mengelolah/menyimpan sputum dalam tabung dahak
Untuk diagnosa keperawatan keluarga. 3
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota
keluarga yang sakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan Tuberkulosis paru.
Adapun tindakan yang dilakukan antara lain :
Selasa, 2 Januari 2018 jam 15.00 WITA
Memberikan penyuluhan tentang:
a. Pengertian TBC
b. Penyebab
c. Tanda dan gejala TBC
d. Penatalaksanaan TBC (Kepatuhan berobat secara rutin)
Rabu, 3 Januari 2018 Jam. 16.00 WITA
Memberikan penyuluhan tentang faktor resiko yang menyebabkan TBC
Kamis, 4 Januari 2018 Jam. 08.00 WITA
Memberikan penyuluhan tentang akibat yang dapat muncul jika tidak melakukan
pengobatan secara rutin dan perawatan TBC
E. Evaluasi
Tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi, berdasarkan tujuan yang
hendak dicapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.
Saat evaluasi perawat hendaknya selalu memberi kesempatan keluarga untuk
menilai keberhasilannya, kemudian diarahkan sesuai dengan tugas keluarga di
bidang kesehatan, (Suprajitno, 2012: 77).
Evaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada keluarga Tn. N
khususnya An. A akan diuraikan berdasarkan diagnosa keperawatan keluarga
dibuat yaitu:
Untuk diagnosa keperawatan keluarga. 1
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga terhadap perawatan tuberkulosis.
Evaluasi yang dilakukan berupa:
1. Struktur
a. Keluarga Tn N bekerjasama dengan mahasiswa
b. Keluarga Tn N khususnya klien (An. A) mengerti kunjungan yang
dilakukan
2. Proses
a. Keluarga dapat terlihat aktif dalam diskusi
b. Keluarga menunjukkan minat terhadap kegiatan atau tindakan
keperawatan yang dilakukan
c. Keluarga dapat memberikan respon verbal dan non verbal yang baik
d. Keluarga kooperatif selama kiatan berlangsung
e. Keluarga bersedia menyiapkan tabung tempat dahak
3. Hasil
a. Keluarga Tn N dapat menjelaskan upaya penanganan bersihan jalan nafas
yang tidak efektif
b. Keluarga Tn N dapat melakukan masage dan fibrasi punggung daerah
sekitar permukaan paru dan menyimpan sputum dalam tabung dahak
Untuk diagnosa keperawatan keluarga. 2
Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan Tuberkulosis
paru.
Evaluasi yang dilakukan berupa:
1. Struktur
a. Keluarga Tn N bekerjasama dengan mahasiswa
b. Keluarga Tn N khususnya klien (An. A) mengerti kunjungan yang
dilakukan
2. Proses
a. Keluarga dapat terlihat aktif dalam diskusi
b. Keluarga menunjukkan minat terhadap kegiatan atau tindakan
keperawatan yang dilakukan
c. Keluarga dapat memberikan respon verbal dan non verbal yang baik
d. Keluarga kooperatif selama kiatan berlangsung
e. Keluarga bersedia menyiapkan tabung tempat dahak
3. Hasil
a. Keluarga dapat menjelaskan akibat TBC bagi diri dan keluarga
b. Menyebutkan bagian tubuh yang rawan terinfeksi TBC
c. Menyebutkan upaya untuk mencegah terjadinya penularan
Untuk diagnosa keperawatan keluarga. 3
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota
keluarga yang sakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan Tuberkulosis paru.
Evaluasi yang dilakukan berupa:
1. Struktur
a. Keluarga Tn N bekerjasama dengan mahasiswa
b. Keluarga Tn N khususnya klien (An. A) mengerti kunjungan
2. Proses
a. Keluarga dapat terlihat aktif dalam diskusi
b. Keluarga menunjukkan minat terhadap kegiatan atau tindakan
keperawatan yang dilakukan
c. Keluarga dapat memberikan respon verbal dan non verbal yang baik
d. Keluarga kooperatif selama kiatan berlangsung
e. Keluarga bersedia kontrol/ berobat secara rutin ke Puskesmas
3. Hasil
a. Keluarga dapat menyebutkan pengertian TBC
b. Menyebutkan tanda dan gejala TBC
c. Menyebutkan faktor resiko yang menyebabkan TBC
d. Menyebutkan akibat yang dapat muncul jika tidak dilakukan pengobatan
secara rutin dan perawatan TBC
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dalam pengkajian ditemukan masalah kesehatan yaitu penyakit Tuberkulosis
Paru. Penulis juga menemukan sedikit perbedaan antara teori dan kasus
dimana informasi dari klien tentang penyakitnya masih kurang jika
dibandingkan teori yang ada.
2. Diagnosa keperawatan pada penelitian ini adalah “ Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap
perawatan tuberkulosis “ , “ Resiko penularan pada anggota keluarga yang
lain berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap
pencegahan penularan Tuberkulosis paru “ serta “ Ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan Tuberkulosis
paru “
3. Rencana tindakan keperawatan keluarga yang akan dilakukan sesuai dengan
masalah keperawatan yang ditemukan pada keluarga Tn N khusunya An A
selaku klien.
4. Implementasi berpedoman pada rencana tindakan yang sudah dibuat yaitu
dalam tahapan implementasi penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dan kasus.
5. Evaluasi dari tindakan keperawatan keluarga yang dilakukan pada keluarga
Tn N khusunya An A selaku klien semua masalah keperawatan keluarga
teratasi.
B. Saran
1. Untuk keluarga yang dijadikan obyek penelitian diharapkan dapat
menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat dan melakukan pengobatan
sampai sembuh serta patuh pada program pengabatan yang dijalaninya.
2. Untuk Puskesmas kiranya lebih banyak memberikan penyuluhan kesehatan
tentang penyakit Tuberkulosis Paru dan program pengobatannya agar tingkat
kekambuhan penderita dapat diminimalkan dan tingkat penderita baru dapat di
turunkan.
3. Untuk institusi, hasil studi kasus yang dilakukan pada keluarga Tn N
khususnya An. A yang menderita Tuberkulosis dapat dijadikan sebagai bahan
masukan kepada institusi khususnya kepada teman yang akan melaksanakan
studi kasus dimasa akan datang.