Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

36
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KOLELITIASIS Disusun dalam Rangka Tugas Terstruktur Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I pada Semester III Tahun Akademik 2010/2011 Oleh: DIAH NURLITASARI NIM P3.73.20.1.09.010

description

Koleliatisis

Transcript of Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

Page 1: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KOLELITIASIS

Disusun dalam Rangka Tugas Terstruktur Mata Kuliah

Keperawatan Medikal Bedah I pada Semester III Tahun

Akademik 2010/2011

Oleh:

DIAH NURLITASARI

NIM P3.73.20.1.09.010

Page 2: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN KIMIA 17

POLTEKKES KEMKES JAKARTA III

2010

KATA PENGANTAR

            Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat-Nya makalah

yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien Kolelitiasis” ini dapat terselesaikan tepat pada

waktunya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

Keperawatan Medikal Bedah di Akademi Keperawatan POLTEKKES KEMKES Jakarta III.

            Seiring dengan terselesaikannya penyusunan makalah ini, secara khusus saya

mengucapkan terima kasih kepada:

1.      Ns. Sunardi, M.Kep. Sp.KMB selaku koordinator,

Page 3: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

2.      S. Haeryanto, SKM., M.Kes selaku dosen mata kuliah,

3.      Orang tua yang telah mendoakan, dan

4.      Teman-teman yang telah banyak membantu.

            Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan kemampuan yang saya miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun

sangat saya harapkan untuk perbaikan tugas di masa yang akan datang. Saya berharap semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan bagi khasanah ilmu

pengetahuan.

                                                                                               Jakarta, Oktober 2010

                                                                                                        Penyusun

Page 4: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Kolelitiasis adalah adanya batu empedu dalam kandung empedu. Batu empedu lebih

sering ditemukan pada wanita dibanding laki-laki karena wanita mempunyai faktor resiko,

diantaranya adalah obesitas, kehamilan, dan pemakaian alat kontrasepsi per oral.

Berdasarkan berbagai teori, ada empat penjelasan yang mungkin untuk pembentukan

batu empedu, yaitu: perubahan komposisi empedu, adanya peradangan pada empedu, adanya

proses infeksi, dan genetik.

Kolelitiasis mempunyai tanda dan gejala, yaitu rasa nyeri, ikterus, perubahan warna

urin dan feses dan defisiensi vitamin. Kolelitiasis dapat disembuhkan dengan mengonsumsi

obat seperti chenodiol dan menggunakan teknik Pelarutan batu empedu dengan

Page 5: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

menggunakan monooktanion atau metil tertiet butil eter (MTBE). Namun, tak jarang

kolelitiasis harus diobati dengan cara pembedahan jika sudah masuk dalam kategori kronis.

Berdasarkan masalah yang kompleks di atas, maka perlu dilakukan asuhan

keperawatan yang komprehensif mencakup biopsiko-sosiospiritual. Berdasarkan masalah di

atas, maka penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut.

B.    TUJUAN PENULISAN

1.      Agar mahasiswa mengetahui definisi kolelitiasis.

2.      Agar mahasiswa mengetahui insiden kolelitiasis.

3.      Agar mahasiswa mengetahui patofisiologi kolelitiasis.

4.      Agar mahasiswa mengetahui tanda dan gelaja kolelitiasis.

5.      Agar mahasiswa mengetahui komplikasi yang terjadi akibat kolelitiasis.

6.      Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan kolelitiasis.

7.      Agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan yang dilakukan dalam mengatasi

masalah kolelitiasis.

Page 6: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

C.     SISTEMATIKA PENULISAN

1.      Kata Pengantar

2.      Daftar Isi

3.      BAB I Pendahuluan

4.      BAB II Tinjauan Pustaka

5.      BAB IV Penutup

6.      Daftar Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.   KONSEP DASAR

1.            Definisi/pengertian

Menurut Ignatavicius, 1991, kolelitiasis adalah gangguan yang paling umum dari

saluran empedu. Kolelitiasis adalah adanya batu empedu dalam kandung empedu (Black,

Page 7: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

1997). Kolelitiasis adalah batu empedu yang biasanya terbentuk dari kandung empedu

dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner & Suddarth, 2002).

Kolelitiasis adalah pembentukan batu, juga disebut batu, di dalam kantung empedu atau

sistem saluran empedu (Lewis dkk, 2000).

2.            Insiden

            Menurut (Ignatavicius, 2006) kasus kolelitiasis terjadi lebih banyak pada wanita

dibandingkan pria karena wanita memiliki beberapa faktor resiko, diantaranya kehamilan,

obesitas, pemakaian KB dan genetik. Tampaknya ada beberapa hal yang menyebabkan

keluarga menjadi faktor terhadap perkembangan kolelitiasis, tapi ini mungkin terkait

dengan kebiasaan makan keluarga (asupan kolesterol berlebihan dalam makanan) dan

gaya hidup menetap di beberapa keluarga. Batu empedu terlihat lebih sering pada orang

obesitas, mungkin sebagai akibat gangguan metabolisme lemak. Kehamilan cenderung

memperburuk pembentukan batu empedu. Kehamilan dan obat-obatan seperti pil

Page 8: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

estrogen dan pil KB yang mengubah kadar hormon dan menunda kontraksi otot kandung

empedu, menyebabkan tingkat penurunan mengosongkan empedu.

3.            Patofisiologi

                        Belum jelas apa penyebab terjadinya

kolelitiasis, tapi metabolisme abnormal kolesterol dan garam

empedu memainkan peran penting dalam pembentukan

mereka. Faktor terkait dapat mencakup hal berikut:

supersaturasi empedu dengan kolesterol, kekurangan garam

empedu secara berlebih, penurunan pengosongan kandung

empedu, perubahan dalam konsentrasi empedu atau stasis

empedu dalam kandung empedu (Ignatavicius, 2006).

Black, 1997, menambahkan ada tiga tipe utama batu empedu, yaitu:

a.       Batu pigmen, kemungkinan terbentuk bila pigmen tak terkonjugasi dalam empedu

melakukan pengendapan sehingga terjadi batu.

Page 9: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

b.      Batu kolestrol. Terjadi akibat konsumsi makanan berkolesterol seperti fast food

dengan jumlah tinggi. Kolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu

tidak dapat larut dalam air. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan

terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam

hati. Keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang

kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan menjadi batu.

c.       Batu campuran. Batu campuran dapat terjadi akibat kombinasi antara batu pigmen

dan batu kolesterol atau salah satu dari batu dengan beberapa zat lain seperti kalsium

karbonat, fosfat, dan garam empedu.

Penyebab terjadinya penyakit batu empedu belum dipahami dengan baik.

Berdasarkan berbagai teori, ada empat penjelasan yang mungkin untuk pembentukan batu

empedu, yaitu:

Page 10: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

a.       Perubahan komposisi empedu. Perubahan komposisi ini membentuk inti, lalu lambat

laun menebal dan mengkristal. Proses pengkristalan dapat berlangsung lama, bisa

sampai bertahun-tahun dan akhirnya akan menghasilkan batu empedu.

b.      Adanya peradangan pada empedu. Peradangan empedu dalam kandung empedu dapat

mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia, dan pengedapan 

beberapa unsur konstituen empedu seperti kolesterol, kalsium, bilirubin.

c.       Adanya proses infeksi. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan

sebagian dalam pembetukan batu, melalui peningkatan deskuamasi sel dan

pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler atau bakteri

dapat berperanan sebagai pusat presipitasi. Adanya proses infeksi ini terkait

mengubah komposisi empedu dengan meningkatkan reabsorpsi garam empedu dan

lesitin.

Page 11: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

d.      Genetik. Salah satu faktor genetik yang menyebabkan terjadinya batu empedu adalah

obesitas karena orang dengan obesitas cenderung mempunyai kadar kolesterol yang

tinggi. Kolesterol tersebut dapat mengendap di saluran pencernaan juga di saluran

kantung empedu, yang lama kelamaan akan berubah menjadi batu empedu.

4.      Tanda dan Gejala/Manifestasi klinik

a.       Perubahan warna urin dan feses

Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna sangat gelap.

Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan

biasanya pekat yang disebut “clay-colored” (Ignatavicius, 2006).

b.      Ikterus

Perubahan warna kulit, membran mukosa lain dan sklera menjadi warna kuning

(Ignatavicius, 2006).

c.       Rasa nyeri

Page 12: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

Pasien mungkin akan merasa nyeri pada abdomen kanan atas yang dapat menjalar ke

punggung dan bahu kanan disertai dengan mual dan muntah, dan akan merubah

posisinya secara terus-menerus untuk mengurangi intensitas nyeri (Black, 1997)

d.      Intoleransi terhadap makanan berlemak (LeMone, 2000)

5.            Komplikasi

a.       Kolik bilier

Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung

empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat dari tersumbatnya

saluran oleh batu (Ignatavicius, 2006).

            Black, 1997, menambahkan beberapa komplikasi dari kolelitiasis, yaitu:

a.       Kolesistitis

Kolesistitis adalah peradangan pada kandung empedu akibat dari adanya batu

kandung empedu.

Page 13: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

b.      Kolangitis

Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu.

c.       Koledokolitiasis

Koledokolitiasis adalah adanya batu pada saluran empedu.

6.            Penatalaksanaan

a.       Nonbedah (Ignatavicius, 1991)

1)        Terapi diet

Diet rendah lemak dilakukan untuk mencegah datangnya nyeri kembali. Hindari

vitamin yang larut lemak seperti vitamin A, D, E, K.

2)        Farmakologi

Obat-obatan yang digunakan untuk penderita batu empedu biasanya adalah asam

ursodeoksilat (urdafalk) dan kenodioksilat (chenodiol dan chenofalk), yang

digunakan untuk melarutkan batu empedu yang berukuran kecil dan terutama

Page 14: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

tersusun oleh kolesterol. Mekanisme kerjanya adalah menghambat sintesis

kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga terjadi desaturasi getah empedu.

Batu yang sudah ada dapat dikurangi besarnya, batu yang kecil dilarutkan dan

batu yang baru dicegah pembentukannya.

3)        Extracorporeal Shock-Wave Lithotripsy (ESWL).

Prosedur noninvasif ini menggunakan gelombang kejut berulang yang diarahkan

kepada batu empedu di dalam kandung empedu dengan maksud memecah batu

tersebut menjadi sejumlah fragmen. Gelombang kejut tersebut dihasilkan dalam

media cairan oleh percikan listrik, yaitu piezoelektrik, atau oleh muatan

elektromagnetik. Energi ini disalurkan ke dalam tubuh lewat rendaman air atau

kantong yang berisi cairan.gelombang kejut yang dikonvergensikan tersebut

diarahkan kepada batu yang akan dipecah. Setalah batu dipecah secara bertahap,

pecahannya akan bergerak spontan dari kandung empedu dan dikeluarkan

Page 15: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

melalui endoskop atau dilarutkan dengan pelarut atau asam empedu yang

diberikan per oral.

b.      Bedah (Ignatavicius, 1991)

1)        Koledokoskopi

Dalam koledokostomi, insisi dilakukan pada duktus koledokus untuk

mengeluarkan batu. Setelah batu dikeluarkan biasanya dipasang sebuah kateter

ke dalam duktus tersebut untuk drainase getah empedu sampai edema mereda.

            Penatalaksanaan bedah menurut Black, 1997:

1)        Kolesistektomi

Merupakan salah satu prosedur bedah yang paling sering dilakukan. Dalam

prosedur ini, kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus

diligasi.

2)        Endoskopi

Page 16: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

Dilakukan lewat luka insisi yang kecil atau tusukan melalui dinding abdomen.

Pada prosedur kolesistektomi endoskopik, rongga abdomen ditiup dengan gas

CO2 untuk membantu pemasangan endoskop dan menolong dokter bedah

melihat struktur abdomen

3)        Kolesistostomi perkutan

Kolesistostomi dilakukan dengan cara penusukan sebilah jarum yang halus lewat

dinding abdomen dan tepi hati ke dalam kandung empedu dengan dipandu oleh

USG atau pemindai CT dengan pemberian anestesi lokal terlebih dahulu. Getah

empedu diaspirasi untuk memastikan bahwa penempatan jarum telah adekuat,

dan kemudian sebuah kateter dimasukkan ke dalam kandung empedu untuk

dekompresi saluran empedu.

4)        Bedah kolesistostomi

Page 17: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

Kolesistostomi dilakukan apabila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk

dilakukan operasi yang lebih luas atau bila reaksi inflamasi yangakut membuat

sistem billier tidak jelas. Bedah ini dilakukan dengan cara kandung empedu

dibuka melalui pembedahan, batu serta getah empedu atau cairan yang purulen

dikeluarkan, dan kateter untuk drainase diikat dengan jahitan kantong tembakau

(Brunner & Suddarth, 2002).

B.   ASUHAN KEPERAWATAN

1.            Pengkajian

a.       Riwayat:

Menurut Ignatavicius, 1991, pengkajian riwayat klien meliputi:

1)        Kaji informasi tambahan dapat diperoleh jika ada keluarga klien sebelumnya

yang mengalami batu empedu.

Page 18: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

2)        Tanyakan klien apakah ada manajemen medis paliatif (kontrol diet dan obat-

obatan) atau apakah pernah dilakukan intervensi bedah.

3)        Minta klien untuk menjelaskan kegiatan setiap harinya atau rutinitas untuk

menentukan bagaimana gaya hidupnya

4)        Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap proses diagnostik dan adanya alergi

terhadap obat-obatan tertentu, misalnya analgesik (Black, 1997)

Lewis, 2007 menambahkan hal-hal yang perlu dikaji, yaitu:

1)       Sejarah kesehatan masa lalu: obesitas, infeksi, kanker, puasa yang luas,

kehamilan

2)       Riwayat kesehatan masa lalu: kehamilan, obesitas, penggunaan KB per oral.

3)       Riwayat pembedahan atau perawatan lainnya: pembedahan perut sebelumnya.

b.      Pemeriksaan Fisik:

Page 19: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

1)      Kaji kondisi fisik pasien: adanya kelemahan hingga sangat lemah, takikardi,

diaforesis, wajah pucat dan kulit berwarna kuning, perubahan warna urin dan

feses (Ignatavicius, 1991).

2)      Kaji adanya nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu

kanan, mual dan muntah, gelisah dan kelelahan (Black, 1997).

3)      Kaji perubahan gizi-metabolik: penurunan berat badan, anoreksia,  intoleransi

lemak, mual dan muntah, dispepsia, menggigil, demam, takikardi, takipnea,

terabanya kandung empedu (Lewis, 2007)

c.       Pemeriksaan diagnostik:

1)      Ultrasonografi digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis kolelitiasis dan

membedakan antara obstruktif dan non obstruktif ikterus (Ignatavicius, 1991).

Pemeriksaan diagnostik tambahan menurut LeMone, 2000, yaitu:

Page 20: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

1)      Darah lengkap : Menunjukkan WBC (sel darah putih) tinggi akibat infeksi dan

peradangan

2)      Kadar bilirubin serum diukur untuk memastikan obstruksi adanya dalam sistem

saluran empedu

3)      X-ray perut, yang disebut plat datar, dilakukan untuk batu yang divisualisasikan

ke layar monitor.

4)      Kolesistogram oral dilakukan dalam situasi darurat.

5)      Gallbladder nonacute scan, juga disebut HIDA scan, dilakukan melalui teknik

kedokteran nuklir untuk menilai kolesistitis akut

d.      Psikososial:

1)      Klien dengan kolelitiasis menunjukkan banyak ekspresi emosional seperti

perasaan takut akan nyeri, cemas akan prosedur diagnostik atau pembedahan dan

biaya (Ignatavicius, 1991).

Page 21: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

Pengkajian psikososial menurut (LeMone, 2000):

1)      Kaji kecemasan terkait dengan operasi tertunda.

2)      Kaji ketakutan yang belum diketahui dan pembedahan.

3)      Dorong verbalisasi adanya rasa kekhawatiran.

4)      Berikan dukungan emosional kepada klien dan keluarga.

5)      Berikan informasi tentang pengalaman bedah.

6)      Minimalkan stimulus eksternal.

2.            Diagnosa Keperawatan

Diagnosa menurut (Ignatavicius, 1991) adalah:

a.       Potensi untuk infeksi yang berkaitan dengan resiko obstruksi di saluran empedu

kandung empedu

b.      Potensi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan risiko gangguan pada

saluran empedu

c.       Potensi untuk pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan bedah insisi

menyakitkan, penurunan gerakan diafragma, atau kecemasan

Page 22: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

d.      Potensi untuk infeksi yang berkaitan dengan pemasangan T-tabung dengan invasi

bakteri peritonium

Diagnosa keperawatan terkait kolelitiasis menurut (Black, 1997):

a.       Nyeri berhubungan dengan penegangan kandung empedu

b.      Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah dan penghisapan

nasogastrik.

c.       Resiko injuri berhubungan dengan sisa obat prosedur endoskopi untuk

menghilangkan batu.

Menurut (LeMone dkk, 2000):

a.       Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d insisi bedah.

b.      Gangguan pertukaran gas b.d. insisi bedah abdomen (jika dilakukan bedah

kolesistektomi tradisional).

c.       Gangguan nutrisi b.d. nyeri, mual, muntah.

3.            Perencanaan dan Implementasi

Perencanaan dan implementasi menurut Black, 1997:

Page 23: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

a.       Nyeri berhubungan dengan penegangan kandung empedu

1)       Berikan analgesik, biasanya adalah meperidin.

2)       Beri analgesik lain (mungkin diberikan), seperti nitrogliserin yang diberikan

secara sublingual.

3)       Beri situasi yang nyaman

4)       Ajarkan teknik relaksasi

b.      Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah dan penghisapan

nasogastrik.

1)      Beri cairan iv sesuai intruksi

2)       Kaji kondisi klien untuk manifestasi dari dehidrasi: keringnya membran

mukosa, turgor kulit buruk, dan eliminasi urin kurang dari 30 ml/jam.

c.       Resiko injuri berhubungan dengan sisa obat prosedur endoskopi untuk

menghilangkan batu.

Page 24: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

1)      Cek kondisi kesadaran pasien sebelum pemberian makanan per oral

2)      Jika pasien masih dalam pengaruh anestesi, pasang side rel pada tempat tidur

Perencanaan dan implementasi menurut LeMone dkk, 2000:

a.       Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d insisi bedah.

1)       Jika terapi diet tidak efektif, beri obat yang diresepkan seperti nitrogliserin.

2)       Jika nyeri tidak teratasi dengan metode lain atau dengan obat, beri analgesia

narkotik sesuai dengan yang diresepkan

3)       Monitor peningkatan suhu setiap 4 jam dan bantu klien untuk posisi fowler

b.      Gangguan pertukaran gas b.d. insisi bedah abdomen (jika dilakukan bedah

kolesistektomi tradisional).

1)      Ajarkan teknis napas dalam dan batuk efektif minimal 2 jam sekali

Page 25: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

2)      Gunakan spirometer insentif setiap jam saat terjaga, dan mulai pergerakan

setidaknya empat kali sehari.

3)      berikan analgesia yang tepat untuk klien pasca operasi

c.       Gangguan nutrisi b.d. nyeri, mual, muntah, dengan intervensi menurut (Carpenito-

Moyet, Lynda Juall. 2003):

1)      Ajarkan klien untuk menghindari lemak pada diet mereka.

2)      Tanyakan kebiasaan makan klien

3)      Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

4)      Timbang berat badan sesuai indikasi

5)      Berikan kebersihan oral sebelum makan

4.            Discharge Planning

a.      Perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang potensi terjadinya

sindrom setelah kolesistektomi. Berikan instruksi ke klien atau anggota keluarga,

Page 26: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

termasuk: perawatan lanjutan, tanda-tanda kekurangan gizi kateter, infeksi, rawat

jalan dan janji kolangiografi berikutnya (Ignatavicius, 1991).

b.      Ajarkan klien tentang manajemen nyeri, terapi diet, perawatan luka insisi,

pembatasan aktivitas dan perawatan kesehatan tindak lanjut (Ignatavicius, 2006).

c.       Ingatkan pasien untuk meminum obat-obatan harian yang diperlukan untuk proses

penyembuhan (Black, 1997).

d.      Beri tahu klien untuk melakukan diet rendah lemak dan menghindari makanan

berlemak tinggi seperti susu, gorengan, alpukat, mentega dan cokelat (Black, 1997).

e.      Ajarkan klien cara perawatan diri di rumah dan semua hal yang diperlukan untuk

perawatan di rumah (Black, 1997).

5.            Evaluasi

Hasil yang diharapkan meliputi bahwa klien:

Page 27: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

a.       Menyatakan bahwa rasa sakit berkurang dan atau hilang, tidak menunjukkan

manifestasi dari infeksi seperti demam atau peningkatan nyeri di perut, tidak

menunjukkan manifestasi perubahan perfusi jaringan, seperti peningkatan nyeri di

perut, kembung, atau hipotensi (Ignatavicus, 1991).

b.      Menurut (Black, 1997), evaluasi yang diharapkan adalah klien sembuh tanpa

kesulitan dalam waktu sekitar 3 sampai 5 hari setelah operasi (lebih pendek dengan

operasi laparoskopi)

  DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M. 1997. Medical-Surgical Nursing, Clinical Management for Continuity of Care

Fifth Edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 2 Vol 2. Jakarta: EGC.

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2003. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Page 28: Asuhan Keperawatan Klien Kolelitiasis

Ignatavicius, Donna D. & Workman M.L. 1991. Medical-Surgical Nursing, A Nursing Process

Approach. Philadelphia: WB Saunders Company.

Ignatavicius, Donna D. & Workman M.L. 2006. Medical-Surgical Nursing, Critical Thinking for

Collaborative Care. St. Louis: Elsevier Saunders.

Lewis, dkk. 2007. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems.

St. Louis: Mosby Elsevier.

LeMone, P and Burke, K.M. 2000. Medical-Surgical Nursing, Critical Thinking in Client Care.

New Jersey: Prentice Hall Health Upper Sadle River.