Asuhan Keperawatan Pada Dc

77
5/25/2018 AsuhanKeperawatanPadaDc-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-pada-dc 1/77 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.P DENGAN DECOMP. CORDIS FC IV DI RUANG RAWAT INAP KARDIO RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOETOMO SURABAYA Tempat/ tanggal pengkajian: Ruang rawat inap kardio / senin, 8 Oktober 2001. I.  Biodata a. Identitas klien: 1.   Nama : Tn. P 2. Usia : 54 th 3. Jenis kelamin : Laki-laki 4. Suku/ bangsa : flores/ Indonesia 5. Agama : Islam 6. Status marital : Menikah 7. Pendidikan/ pekerjaan : SLTA/ Swasta 8. Bahasa yang di gunakan : Indonesia 9. Alamat : Surabaya  b. Penanggung jawab klien 1.   Nama : Ny. S 2. Hubungan dengan klien : Istri 3. Umur : 50 th 4. Pendidikan/ pekerjaan : SD/ -

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Dc

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.P DENGAN DECOMP. CORDIS FC IV DI RUANG RAWAT INAP KARDIO RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOETOMO SURABAYA

Tempat/ tanggal pengkajian: Ruang rawat inap kardio / senin, 8 Oktober 2001.I. Biodataa. Identitas klien:1. Nama: Tn. P2. Usia : 54 th3. Jenis kelamin: Laki-laki4. Suku/ bangsa: flores/ Indonesia5. Agama: Islam6. Status marital: Menikah7. Pendidikan/ pekerjaan: SLTA/ Swasta8. Bahasa yang di gunakan: Indonesia9. Alamat: Surabaya

b. Penanggung jawab klien1. Nama: Ny. S2. Hubungan dengan klien: Istri3. Umur: 50 th4. Pendidikan/ pekerjaan: SD/ -5. Alamat: Surabaya

II. Alasan masuk rumah sakita. Alasan di rawat:Nyeri dada sebelah kiri dan sesak selama 1 hari ini ( 22/10/01). Klien MRS pada tgl 23-10-2001.b. Keluhan utama:1. Pada saat di kaji klien mengungkapkan sesak pada saat beristirahat dan dada terasa nyeri pada saat bernafas sudah berkurang. 2. Klien mengatakan bahwa rasa nyeri di rasakan di dada kiri menyebar ke punggung dan tangan.3. Klien mengatakan bahwa saat ini rasa sesak dan nyeri dada akan datang jika ia beraktivitas secara berlebihan.III. Riwayat kesehatana. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini1. Penyakit yang pernah di alami: Hipertensi sejak + 1 th yang lalu dan DM 4 th.2. Penyebab penyakitnya: Merokok, diet yang tidak seimbang.3. Pernah di rawat/ tempat: Pernah di Ruang kardio RSUD Dr. Soetomo4. Tindakan yang dilakukan: Echo dan ECG5. Lamanya di rawat: + 20 hari6. Riwayat alergi obat/ makanan: -b. Riwayat kesehatan sekarangMenurut Ny. S istri klien, klien mulai merasakan rasa sesak dan dadanya terasa berat sejak + 2 hari yang lalu (sebelum MRS), dan keadaan itu semakin memburuk karena klien mengatakan sesak yang di rasakan semakin hebat sejak 1 hari sebelum MRS (22-10-2001), lalu oleh keluarga dibawa ke RSUD Dr. Soetomo (IRD) pada malam hari sekitar pukul 23.00, lalu klien di sarankan untuk rawat inap di ruang kardio.

c. Riwayat kesehatan keluargaDi dalam keluarga klien menurut Tn. P tidak ada yang menderita penyakit keturunan atau penyakit menular seperti TBC, liver, jantung, kencing manis dan ginjal.

Genogram:

Keterangan:

: Laki-laki. : Perempuan

: Klien : Meninggal: Tinggal dalam satu rumah.

IV. Pola aktivitas hidup sehari-hariAktivitas sehari-hariSebelum MRSDi rumah sakit

A. Makan & minum1. Nutrisia. Pola makanb. Makanan yang disukaic. Makanan pantangan

3 x sehari bebas.Sayur dan buah.-

3 x sehari menu sesuai diet.Sayur dan buahRendah garam.

Aktivitas sehari-hariSebelum MRSDi rumah sakit

2. Minuma. Jenis minumanb. Banyaknya/ 24 jamc. Minuman kesukaanAir putih, teh & kopi.+ 8 gelas/ hariteh & kopi.Air putih3 gelas/ 24 jamair putih & kacang hijau

B. Eliminasi BAB & BAK1. BABa. Frekwensib. Banyaknyac. Warnanyad. Kelainan dan bau2. BAKa. Frekwensib. Banyaknyac. Warnanyad. Kelainan dan bau3. Keringat a. Banyaknyab. Kelainan & bau

1x/ 2 hari.Sedikit Kuning kecoklatanBau khas faeces

2x sehariSedikitKuning jernihKhas urine

Cukupan -

1x/ 2 hariSedikit CoklatBau khas faeces

4 kali perhariCukupan Kuning Khas urine

Cukupan -

C. Istirahat tidur1. Istirahata. Siang2. Tidura. Siangb. Malam c. Kesulitan tidur

-

Tidak pernah tidur siangPukul 24.00-05.30Rasa sesak dan nyeri dada.

Klien bed rest

13.00-14.0022.00-05.00-

Aktivitas sehari-hariSebelum MRSDi rumah sakit

D. Aktivitas1. Pekerjaan yang dilakukan tiap hari2. Pernah bekerja3. Sedang bekerja4. Sebagai5. Jumlah jam kerja dalam 24 jamSelama menderita sakit pasien tidak bekerjaYa, Swasta.-pekerja.10 jam

Klien bed rest dengan aktivitas yang terbatas karena sesak yang di alami.

E. Kebersihan diri1. Mandi2. Gosok gigi3. Cuci rambut4. Potong kuku5. Hambatan untuk melakukan HP2x/ hari2x/ hari3x/ semingguKalau panjangSesak dan nyeri dada

Seluruh kebutuhan HP terpenuhi dengan bantuan dari keluarga dan petugas.Rasa sesak yang di alaminya

F. Rekreasi1. Mendengarkan radio2. Menonton TV3. Olah raga4. Ke tempat hiburan JarangSetiap sore bila senggangKadang-kadang-Tidak pernahTidakTidak pernah-

V. Psikososiala. PsikososialKlien mengatakan bahwa penyakit yang di alaminya saat ini adalah akibat kebiasaan merokoknya pada waktu muda dulu. Klien tampak sering berkomunikasi dengan teman sebangsal. b. Spiritual Klien mengatakan di rumah melaksanakan sholat 5 waktu tetapi di rumah sakit tidak dilakukannya karena sesak jika beraktivitas.VI. Pemeriksaan fisika. Keadaan UmumKlien memakai iva cath pada tangan kanan, klien menggunakan otot bantu nafas saat respirasi. Kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, nadi 100 x/mnt, respirasi 24 x/mnt, tensi 130/90 mmHg. b. Head to toe1. Kepala dan rambut:Kepala simetris, rambut agak berombak, banyak yang rontok.2. Penglihatan :Sklera putih, konjungitva merah muda, pupil isokor, reflek cahaya +/+, strabismus (-), klien menggunakan kaca mata.3. Hidung:Bentuk normal, tidak ada sekret, tidak ada epistaksis, polip (-).4. Telinga:Klien masih mampu mendengarkan dengan baik, klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran, tidak ada perdarahan atau peradangan.5. Mulut dan gigi:Tidak ada perdarahan maupun peradangan pada cavum oris, tidak ada stomatitis, ada caries gigi. Tidak ada bengkak atau kemerahan pada faring. 6. Leher:Tidak terdapat peningkatan tekanan vena jugular (JVP 7), tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada nyeri telan.7. Thorax/ fungsi pernafasan:Pada inspeksi pengembangan dada simetris, pergerakan dada sedikit mengembang, pada perkusi terdengar suara sonor, fremitus vokal (+), pada auskultasi suara nafas vesikuler.Suara jantung S1 dan S2 tunggal, ictus cordis bergeser ke ICS VI MCL sinistra.8. Abdomen:Tidak terdapat pembesaran hepar, acites (-), bising usus (+) lemah.9. Ektrimitas:Tidak terdapat oedema, klien mampu menggerakkan seluruh ekstrimitas dengan baik.10. Integumen :Wajah tampak pucat, tidak ada lecet pada seluruh tubuh, terdapat luka tusukan iv cath pada tangan kiri.VII.Pemeriksaan penunjang - Thorax foto: Kesimpulan: CTR 51 %.- ECG: Kesimpulan: PJK Old Myocard Infarct anteroseptal- Echo: EF 50 % (FC IV)- Hasil Blood Gas tgl 30/9/01: pH 7,322; PCO2 31,3; PO2 75,3; HCO3 15,8, BE 10,2, Kalium 4,2; Natrium 142.- Hasil pemeriksaan lab tgl 1/10/01:Hb 11,7; Leko 8,6; Thrombo 176; Srum Creatinin 2,61;SGOT 51

Masalah yang mungkin timbul antara lain1. Perubahan dalam kardiak output.2. Perubahan dalam perfusi jaringan.3. Intoleransi aktivitas.4. Tidak efektifnya pola pernafasan.5. Perubahan dalam volume cairan.6. Gangguan pertukaran gas.7. Kurangnya perawatan diri.8. Kurangnya pengetahuan.

ANALISA DATANODATAMASALAHETIOLOGI

1.S:

O:Klien mengungkapkan sesak saat ber-aktivitas..- Nadi 100 x/mnt.- Respirasi 24 x/mnt. - Hasil thorax foto: CTR 51 %.- Hasil Echo: EF 51 % Penurunan kardiak output(resiko)Kegagalan jantung dalam melakukan pemompaan mekanik

2.S:

O:- Klien mengungkapkan segala ke- butuhan dibantu oleh petugas dan keluarga.- Klien mengungkapkan bila ber- aktivitas timbul rasa sesak.- Klien bed rest.- ADL dilakukan diatas tempat tidur.Defisit self care Ketidak simbangan antara kebutuhan dan suplai O2

3.S:

O:- Klien mengungkapkan kakinya tidak bengkak saat ini.- Tidak terdapat oedem pada ekstrimitas.- Natrium 142, Kalium 4,62.- Intake cairan 3 gls/ 24 jam.- Produksi urine cukupan.- Klien mendapatkan obat lasix.Resiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (excess)Peningkatan SVR di daerah perifer

Pengembalian cairan ke jantung menurun

Retensi cairan oleh jaringan

Oedem

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko terjadinya Penurunan kardiak output berhubungan dengan kegagalan jantung dalam melakukan pemompaan. 2. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kegagalan jantung melakukan pemompaan.3. Defisit self care berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 yang ditandai dengan klien mengungkapkan segala kebutuhan dibantu oleh petugas dan keluarga, klien mengungkapkan bila beraktivitas rasa sesak bertambah, dada terasa berat, klien bed rest.

RENCANA DAN PELAKSANAANTGLDIAGNOSA KEPERAWATANTUJUANINTERVENSIIMPLEMENTASIEVALUASI

8/10/01Resiko terjadinya Penurunan kardiak output berhubungan dengan kegagalan jantung dalam melakukan pemompaan.Tidak terjadi penurunan kardiak output selama dalam perawatan, dengan kriteria:- Klien mengungkapkan sesak berkurang/ tidak sesak saat beraktivitas.- Respirasi dalam batas normal 20 x/mnt.- Nadi < 100 x/mnt.- Tensi dalam batas normal.- Wajah tidak pucat, sianosis.1. Jelaskan pada klien tentang pen-tingnya istirahat jika dada terasa berat atau sesak atau pusing.

2. Anjurkan pada pasien untuk beristirahat dalam posisi duduk.3. Kolaborasi dalam pemberian obat digitalis.4. Observasi KU pasien, TTV dan keluhan klien.1. Menjelaskan pada klien bahwa istirahat jika terasa sesak akan mengurangi kerja jantung yang berlebihan.2. Menata bantal tinggi agar klien dapat istirahat setengah duduk.

3. Memberikan obat pagi 1 tablet ISDN 5 mg.4. Mengamati KU pasien, menghitung frekwensi pernafas- an, mengukur tekanan darah, menanyakan keluhan klien tentang rasa sesak.Tanggal 10/10/01Klien pulang:S: -O: pasien tidak pucat, nadi 96 x/mnt, tensi 130/90 mmHg, respirasi 20 x/mnt.A: Masalah keperawatan tidak terjadi.P: Rencana perawatan di hentikan.

TGLDIAGNOSA KEPERAWATANTUJUANINTERVENSIIMPLEMENTASIEVALUASI

8/10/01Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (excess) berhubungan dengan kegagalan jantung melakukan pemompaanTidak terjadi peningkatan retensi cairan dan elektrolit yang berlebihan selama dalam perawatan dengan kriteria:- Klien mengungkapan tubuh tidak ada yang bengkak.- Oedem (-).- Natrium dan Kalium da-lam batas normal.- Produksi urine dalam batas normal.1. Jelaskan pada klien tentang pen-tinnya pembatasan minum dan diet rendah garam.2. Berikan diet TKTPRG.

3. Kolaborasi dalam pemberian diuretika: Furosemid.

4. Observasi TTV, keluhan, keadaan umum dan oedem.1. Menjelaskan pada klien dan keluarga agar minum sesuai dengan instruksi dokter dan me-ngurangi makanan yang asin.2. Menyajikan makanan dan meng- anjurkan klien untuk menghabis kan makanan yang telah disedia-kan.3. Memberikan obat Furosemid 1 tablet pada pagi hari sesudah makan. 4. Melihat penampilan umum klien, mengukur tensi, nadi dan suhu, menanyakan keluhan klien.Tanggal 10/10/01Klien pulang,S: pasien mengungkap kan pagi sudah kencing.O: Tidak ada oedem.A: masalah keperawatan tidak terjadi.P: Rencana perawatan di hentikan.

TGLDIAGNOSA KEPERAWATANTUJUANINTERVENSIIMPLEMENTASIEVALUASI

8/01/01Defisit self care ber- hubungan dengan ke- tidakseimbangan antara suplai dan kebutuha O2 yang ditandai dengan klien mengungkapkan se-gala kebutuhan dibantu oleh petugas dan keluarga klien mengungkapkan bi-la beraktivitas rasa sesak bertambah, dada terasa berat, klien bed rest. Klien mampu melakukan aktivitas secara bebas se-telah mendapat perawatan 2 x 24 jam dengan kriteria:- Klien mengungkapkan sesak berkurang saat melakukan aktivitas.- Klien mampu melaku-kan aktivitas secara mandiri. - Klien mampu meme nuhi kebutuhan dengan bantuan yang minimal.1. Jelaskan pada klien tentang pe-nyebab dari aktivitas yang ter-batas.2. Anjurkan pada klien untuk me-lakukan aktivitas secara ber- tahap.3. Bantu klien dalam melakukan aktivitas.4. Observasi TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.1. Menjelaskan pada klien pe- ningkatan aktivitas dapat mem-perhebat rasa sesak.2. Menganjurkan pada klien agar tidak melakukan aktivitas yang berat terlebih dahulu.3. Membantu memenuhi kebutuh- an klien.4. Melakukan pengukuran tekanan darah, nadi dan respirasi se- belum dan sesudah melakukan aktivitas.Tanggal 10/10/01Klien pulang S: Pasien mengungkap kan sudah beraktivitas cukup tanpa ada sesak.O: pasien nampak berjalan di dalam ruangan.A: Masalah teratasi.P: Rencana perawatan di hentikan.

CATATAN PERKEMBANGANTGLNO DPSOAPIE

9/10/01I

II

IIIS:O:

A:P:I:

E:

S:O:

A:P:I:

E:

S:O:

A:P:Klien mengungkap sesak berkurang saat beraktivitas- Pernafasan 20 x/mnt.- Pola nafas normal.- KU baik.- Pasien tidak nampak pucat.Masalah teratasi sebagian.Rencana perawatan dilanjutkan.- Mengobservasi KU, TTV dan keluhan klien.- Mengobservasi produksi urine.Jam 19.30- Klien mengungkapkan tidak sesak lagi, pernafasan 20 x/mnt, produksi urine cukupan.- Tensi 130/80 mmHg, nadi 92 x/mnt.

- Ny. S mengatakan kaki Tn. P Tidak bengkak selam di RS.- Oedem (-).- Intake cairan 2 gls.- Urine sedikit.Masalah tidak terjadi.Rencana perawatan dilanjutkan.- Menganjurkan klien untuk mengurangi konsumsi garam.- Menghitung balance cairan.- Mengobservasi adanya oedem dan TTV.Jam 19.30- Tidak ada oedem, pasien menghabiskan makan yang di hidang kan dengan diet rendah garam, produksi urine + 450 cc.

- Klien mengatakan sudah bisa melakukan mandi di belakang.- Kebutuhan klien masih ada yang dibantu oleh keluarga dan petugas.Masalah teratasi.Rencana dihentikan.

Penyuluhan yang di berikan pada saat pasien pulang:1. Lakukan aktivitas secukupnya dan beristirahat jika terasa sesak atau nyeri2. Minum obat secara teratur.3. Kurangi konsumsi garam dan minuman.4. Kontrol dokter secara teratur.5. Bila sesak atau nyeri tidak berkurang dengan istirahat segera bawa ke rumah sakit.

TGLNO DPSOAPIE

3/10/01I

II

IIIS:O:

A:P:I:

E:

S:O:

A:P:I:

E:

S:O:A:P:I:E:Klien mengungkapkan masih terasa sesak.- Pernafasan 30 x/mnt.- Pola nafas cepat dan dangkal.- Menggunakan otot bantu pernafasan.- Klien masih menggunakan O2 nasal 3 lt/mnt.Masalah belum teratasi.Rencana perawatan dilanjutkan.- Mengatur posisi setengah duduk.- Mengobservasi TTV dan keluhan klien.Jam 13.30- Klien mengungkapkan sesak, pernafasan 28 x/mnt, cepat dan dangkal.

- Tn. Nmengungkapkan kaki masih bengkak.- Oedem (+).- Intake cairan 3 gls.- Urine sedikit.Masalah belum teratasi.Rencana perawatan dilanjutkan.- Menganjurkan klien untuk mengurangi konsumsi garam.- Menghitung balance cairan.- Mengobservasi oedem dan TTV.- Jam 13.30 kaki dan tangan masih oedem.

- - Kebutuhan klien masih dibantu oleh keluarga dan petugas.Masalah belum teratasi.Rencana dilanjutkan.- Membantu memenuhi kebutuhan klien.Jam 13.30 klien belum mampu melakukan aktivitas secara mandiri.

TGLNO DPSOAPIE

4/10/01I

II

IIIS:O:

A:P:I:

E:

S:O:

A:P:I:

S:O:A:P:I:E:Klien mengungkapkan masih terasa sesak.- Pernafasan 32 x/mnt.- Pola nafas cepat dan dangkal.- Menggunakan otot bantu pernafasan.- Klien masih menggunakan O2 nasal 3 lt/mnt.Masalah belum teratasi.Rencana perawatan dilanjutkan.- Mengatur posisi setengah duduk.- Mengobservasi TTV dan keluhan klien.Jam 13.30- Klien mengungkapkan sesak, pernafasan 26 x/mnt, cepat dan dangkal.

- Ny. I mengatakan kaki Tn. N masih bengkak.- Oedem (+).- Intake cairan 3 gls.- Urine sedikit.Masalah belum teratasi.Rencana perawatan dilanjutkan.- Menganjurkan klien untuk mengurangi konsumsi garam.- Menghitung balance cairan.- Mengobservasi oedem dan TTV.- Jam 13.30 kaki dan tangan masih oedem.

- - Kebutuhan klien masih dibantu oleh keluarga dan petugas.Masalah belum teratasi.Rencana dilanjutkan.- Membantu memenuhi kebutuhan klien.Jam 13.30 klien belum mampu melakukan aktivitas secara mandiri.

LAPORAN PENDAHULUANDECOMPENSASI CORDISA. PENGERTIANDecompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.(Dr. Ahmad ramali.1994)Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung ( Tabrani, 1998; Price ,1995).B. ETIOLOGIMekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokard atau kardiomyopati. Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan ventrikel ( stenosis katup atrioventrikuler ), gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil ( Price. Sylvia A, 1995).Penyebab kegagalan jantung dikategori kepada tiga penyebab : Stroke volume : isi sekuncup Kontraksi kardiak Preload dan afterload

Meliputi :1. Kerusakan langsung pada jantung (berkurang kemampuan berkontraksi), infark myocarditis, myocarial fibrosis, aneurysma ventricular2. Ventricular overload terlalu banyak pengisian dari ventricle Overload tekanan (kebanyakan pengisian akhir : stenosis aorta atau arteri pulmonal, hipertensi pulmonari Keterbatasan pengisian sistolik ventricular Pericarditis konstriktif atau cardomyopati, atau aritmi, kecepatan yang tinggi,tamponade, mitra; stenosis Ventrucular overload (kebanyakan preload) regurgitasi dari aourta, defek seftum ventricalarDecompensai cordis terbagi atas dua macam meliputi :1. Decompensasi cordis kiri/gagal jantung kiriDengan berkurangnya curah jantung pada gagal jantung mengakibatkan pada akhir sistol terdapat sisa darah yang lebih banyak dari keadaan keadaan normal sehingga pada masa diatol berikutnya akan bertambah lagi mengakibatkan tekanan distol semakin tinggi, makin lama terjadi bendungan didaerah natrium kiri berakibat tejadi peningkatan tekanan dari batas normal pada atrium kiri (normal 10-12 mmHg) dan diikuti pula peninggian tekanan vena pembuluh pulmonalis dan pebuluh darah kapiler di paru, karena ventrikel kanan masih sehat memompa darah terus dalam atrium dalam jumlah yang sesuai dalam waktu cepat tekanan hodrostatik dalam kapiler paru-paru akan menjadi tinggi sehingga melampui 18 mmHg dan terjadi transudasi cairan dari pembuluh kapiler paru-paru..Pada saat peningkatan tekanan arteri pulmonalis dan arteri bronkhialis, terjadi transudasi cairanin tertisiel bronkus mengakibatkan edema aliran udara menjadi terganggu biasanya ditemukan adanya bunyi eksspirasi dan menjadi lebih panjang yang lebih dikenal asma kardial fase permulaan pada gagal jantung, bila tekanan di kapiler makin meninggi cairan transudasi makin bertambah akan keluar dari saluran limfatik karena ketidaka mampuan limfatik untuk, menampungnya (>25 mmHg) sehingga akan tertahan dijaringan intertissiel paru-paru yang makain lama akan menggangu alveoli sebagai tempat pertukaran udara mengakibatkan udema paru disertai sesak dan makin lama menjadi syok yang lebih dikenal dengan syak cardiogenik diatandai dengan tekanan diatol menjadi lemah dan rendah serta perfusi menjadi sangat kurang berakibat terdi asidosis otot-otot jantung yang berakibat kematian.Gagalnya kkhususnya pada ventrikel kiri untuk memompakan darah yang mengandung oksigen tubuh yang berakibat dua antara lain: Tanda-tanda dan gejela penurunan cardiak output seperit dyspnoe de effort (sesak nafas pada akktivitas fisik, ortopnoe (sesak nafas pada saat berbaring dan dapat dikurangi pada saat duduk atau berdiri.kemudian dispnue noktural paroksimalis (sesak nafas pada malam hari atau sesak pada saat terbangun) Dan kongesti paru seperti menurunnya tonus simpatis, darah balik yang bertambah, penurunan pada pusat pernafasan, edema paru, takikakrdia, Disfungsi diatolik, dimana ketidakmampuan relaksasi distolik dini ( proses aktif yang tergantung pada energi ) dan kekakuan dindiing ventrikel2. Decompensasi cordis kananKegagalan venrikel kanan akibat bilik ini tidak mampu memeompa melawan tekanan yang naik pada sirkulasi pada paru-paru, berakibat membaliknya kembali kedalam sirkulasi sistemik, peningkatan volume vena dan tekanan mendorong cairan keintertisiel masuk kedalam(edema perier) (long, 1996). Kegagalan ini akibat jantung kanan tidak dapat khususnya ventrikel kanan tidak bisa berkontraksi dengan optimal , terjadi bendungan diatrium kanan dan venakapa superior dan inferiordan tampak gejal yang ada adalah udemaperifer, hepatomegali, splenomegali, dan tampak nyata penurunan tekanan darah yang cepat., hal ini akibaat vetrikel kanan pada saat sisitol tidak mampu mempu darah keluar sehingga saat berikutnya tekanan akhir diatolik ventrikel kanan makin meningkat demikin pula mengakibatkan tekanan dalam atrium meninggi diikuti oleh bendungan darah vena kava supperior dan vena kava inferior serta selruh sistem vena tampak gejal klinis adalah erjadinya bendungan vena jugularis eksterna, bven hepatika (tejadi hepatomegali, vena lienalis (splenomegali) dan bendungan-bedungan pada pada ena-vena perifer. Dan apabila tekanan hidristik pada di pembuluh kapiler meningkat melampui takanan osmotik plasma maka terjadinya edema perifer.C. PATOFISIOLOGI Gangguan kontraktilitas miokardium ventrikel kiri yang menurun pada gagal jantung akan mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel, sehingga volume residu ventrikel menjadi meningkat akibat berkurangnya stroke volume yang diejeksikan oleh ventrikel kiri tersebut. Dengan meningkatnya EDV ( End Diastolic Volume ), maka terjadi pula peningkatan LVEDP ( Left Ventricle End Diastolic Pressure ), yang mana derajat peningkatannya bergantung pada kelenturan ventrikel. Oleh karena selama diastol atrium dan ventrikel berhubungan langsung, maka peningkatan LVEDP akan meningkatkan LAP ( Left Atrium Pressure ), sehingga tekanan kapiler dan vena paru-paru juga akan meningkat. Jika tekanan hidrostatik di kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik vaskular, maka akan terjadi transudasi cairan ke interstitial dan bila cairan tersebut merembes ke dalam alveoli, terjadilah edema paru-paru. Peningkatan tekanan vena paru yang kronis dapat meningkatkan tekanan arteri paru yang disebut dengan hipertensi pulmonari, yang mana hipertensi pulmonari akan meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Bila proses yang terjadi pada jantung kiri juga terjadi pada jantung kanan, akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan edema (Carleton,P.F dan M.M. ODonnell, 1995 ; Ignatavicius and Bayne, 1997 ). Berdasarkan hubungan antara aktivitas tubuh dengan keluhan dekompensasi dapat dibagi berdasarkan klisifikasi sebagai berikut (kategori NYHA):I. Pasien dg P. Jantung tetapi tidak memiliki keluhan pd kegiatan sehari-hariII. Pasien dengan penyakit jantung yang menimbulkan hambtan aktivitas hanya sedikit, akan tetapi jika ada kegaiatn berlebih akan menimbulkan capek, berdebar, sesak serta anginaIII. Pasien dengan penyakit jantung dimana aktivitas jasmani sangat terbatas dan hanya merasa sehat jika beristirahat.IV. Pasien dengan penyakit jantung yang sedikit saja bergerak langsung menimbulkan sesak nafas atau istirahat juga menimbulkan sesak nafas.

D. TANDA DAN GEJALADampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau sisitem pulmonal antara lain : Lelah Angina Cemas Oliguri. Penurunan aktifitas GI Kulit dingin dan pucat Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balikdari ventrikel kiri, antaralai : Dyppnea Batuk Orthopea Reles paru Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan : Edema perifer Distensi vena leher Hari membesar Peningkatan central venous pressure (CPVE. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Keluhan penderita berdasarkan tanda dan gejala klinis2. Pemeriksaan fisik EKG untuk melihat ada tidaknya infark myocardial akut, dan guna mengkaji kompensaai sepperti hipertropi ventrikel3. Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik pada penyakit jantung kotoner4. Film X-ray thorak untuk melihat adanya kongesti pada paru dan pembesaran jantung5. esho-cardiogram, gated pool imaging, dan kateterisasi arteri polmonal.utuk menyajikan data tentang fungsi jantungF. PENATALAKSANAANPada dasarnya pengobnatan penyakit decompensasi cordis adalah sbb:1. Pemenuhan kebutuhan oksigen Pengobatan faktor pencetus Istirahat2. Perbaikan suplai oksigen /mengurangi kongesti Pengobatan dengan oksigen Pengaturan posisi pasien deni kebcaran nafas Peningkatan kontraktilitas myocrdial (obat-obatan inotropis positif) Penurunan preload (pembatan sodium, diuretik, obat-obatan, dilitasi vena) Penurunan afterload (obat0obatan dilatasi arteri, obat dilatasi arterivena, inhibitor ACEG. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Foto polos dada Proyeksi A-P; konus pulmonalis menonjol, pinggang jantung hilang, cefalisasi arteria pulmonalis. Proyeksi RAO; tampak adanya tanda-tanda pembesaran atrium kiri dan pembesaran ventrikel kanan.2. EKGIrama sinus atau atrium fibrilasi, gel. mitral yaitu gelombang P yang melebar serta berpuncak dua serta tanda RVH, LVH jika lanjut usia cenderung tampak gambaran atrium fibrilasi.3. Kateterisasi jantung dan Sine AngiografiDidapatkan gradien tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri pada saat distol. Selain itu dapat dideteksi derajat beratnya hipertensi pulmonal. Dengan mengetahui frekuensi denyut jantung, besar curah jantung serta gradien antara atrium kiri dan ventrikel kiri maka dapat dihitung luas katup mitral.

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajiana. Aktivitas dan IstirahatGejala : Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa berdenyut dan berdebar. Mengeluh sulit tidur (ortopneu, dispneu paroksimal nokturnal, nokturia, keringatmalam hari).Tanda: Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan karena kerja, takpineu, dispneu.b. SirkulasiGejala: Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik hipertensi, kongenital: kerusakan arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung dan palpitasi, serak, hemoptisisi, batuk dengan/tanpa sputum, riwayat anemia, riwayat shock hipovolema.Tanda: Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung; S1 keras, pembukaan yang keras, takikardia. Irama tidak teratur; fibrilasi arterial.c. Integritas EgoTanda: menunjukan kecemasan; gelisah, pucat, berkeringat, gemetar. Takut akan kematian, keinginan mengakhiri hidup, merasa tidak berguna. kepribadian neurotik,d. Makanan/CairanGejala: Mengeluh terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan diuretik.Tanda: Edema umum, hepatomegali dan asistes, pernafasan payah dan bising terdengar krakela dan mengi.e. NeurosensorisGejala: Mengeluh kesemutan, pusingTanda: Kelemahanf. PernafasanGejala: Mengeluh sesak, batuk menetap atau nokturnal.Tanda: Takipneu, bunyi nafas; krekels, mengi, sputum berwarna bercak darah, gelisah.

g. KeamananGejala: Proses infeksi/sepsis, riwayat operasiTanda: Kelemahan tubuhh. Penyuluhan/pembelajaranGejala: Menanyakan tentang keadaan penyakitnya.Tanda: Menunjukan kurang informasi.

2. Kemungkinan diagnosa keperawatan1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler-alveoli2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen sekunder penurunan cardiac output3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, penurunan metabolism energy sekunder penurunan suplay oksigen

3. Intervensi KeperawatanNoDxTujuan dan Keriteria HasilIntervensittd

1. Isetelah dilakuakn asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pertukaran gas efektif dengan keriteria hasil :- RR : 16-24 x/menit- SaO2 : 95-100 %- Tidak ada retraksi dada- Tidak ada nafas dangkal- I:E = 2:1- Berikan posisi semifowler- Berikan terapi O2 sesuai indikasi- Pantau frekuensi pernafasan, upaya bernafas- Kaji bunyi nafas, warna kulit, status mental- Pantau AGD- Pantau oksimetri nadi untuk status oksigenasi

2. IISetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan membaik dengan criteria hasil :- Tidak ada sianosis- Tidak ada odema- CRT < 3 detik- Turgor kulit elastic- Pantau status neurologis- Pantau fungsi haemodinamik- Kaji oksigenasi dengan oksimetri- Pantau hasil laboratorium bilirubin, BUN, kreatinin- Kaji warna kulit,suhu,adanya diaferosis- Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi

3. IIIsetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan terjadi keseimbangan cairan dengan keriteria hasil :- Mukosa lembab- Turgor kulit baik- Balance cairan- Odem berkurang/tidak ada- Batasi pemberian cairan- Pantau laporan hasil laboratorium- Pantau kelembaban kulit dan turgor- Pantau masukan dan haluaran- Pantau tekanan darah dan nadi- Berikan posisi trendelenberg- Berikan obat sesuai indikasi

4. IVsetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi gangguan intoleransi aktivitas dengan keriteria hasil :- Klien mampu melakukan ADL secara mandiri- Klien nyaman dan relax- Evaluasi keadaan dan tingkat kesadaran klien- Kaji tingkat kemampuan aktivitas klien- Anjurkan kepada klien untuk memperbanyak tirah baring- Batasi pengunjung dan atau kunjungan klien- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman- Anjurkan pada klien untuk jangan mengedan defekasi- Bantu klien dalam memenuhi ADL- Latih ROM aktif dan gerak aktif klien

DAFTAR PUSTAKABaradero, M dkk. 2008. Klien gangguan kardiovaskuler. Jakarta: EGC

Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.

Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.

Guyton hall. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran ed.2. Jakarta: EGC

Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta.Mansjoer, Arif.200.kapita selekta kedokteran.ed 3.jilid 2.jakarta:media AesculapiusNanda. 2002. Nursing diagnostic definition and classification.philadehelphia:USASmeltzer, Suzzane C. & Brennda G Bare. 2002. Keperawatan edikal bedah. Jakarta: EGCTambayong, jean. 2000. Phaofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC (1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Penyakit Jantung. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya

BAB IISTUDI KASUSA. PengkajianTanggal pengkajian: 31 Mei 2010Metode: Wawancara, pemeriksaan fisik, studi DokumenSumber Informasi: Keluarga klien dan status klienOleh: 1. Identitasa. Pasien1) Nama: An R2) Umur: 10 bulan3) Jenis kelamin: perempuan 4) Agama: Islam5) Status perkawinan: Belum Kawin6) Pendidikan : -7) Pekerjaan: -8) Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia9) Alamat: Wonosari, Gunung Kidul, Yk.10) Diagnosa medis: Decomp Cordis11) No.RM: 01.44.03.22b. Keluarga/Penanggung jawab1) Nama: Ny. T2) Umur: 26 tahun3) Pendidikan terakhir: SMK4) Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga5) Alamat: Wonosari, Gunun Kidul, Yk.6) Hubungan dengan klien: Ibu Klien2. Riwayat Kesehatana. Kesehatan pasien1) Keluhan utama a. Sumber data : Ibu klienb. Masalah : akhir-akhir ini Ibu klien mengatakan cemas dan was-was terhadap tindakan yang akan dilakukan pada putrinya yaitu tindakan ADO (Amplatz Duct Occluder), yang Ibu klien khawatirkan kalau klien mengalami perdarahan dan pikiran-pikiran negative yang akan terjadi. Ibu klien terlihat sayu dan lelah. Ibu klien kadang merasa menyesal mengapa dulu tidak memeriksakan saat telat haid 2 minggu sehingga penularan virus rubella dapat dicegah sedini mungkin. Tetapi Ibu klien juga pasarh dengan semua yang telah Alloh anugerahkan kepada keluarganya. Klien selalu ikhtiar untuk kesembuhan anaknya.c. Serangan : -d. Lama keluhan : Ibu klien merasa cemas baru akhir-akhir ini saat An. R mau dilakukan tindakan ADO.2) Riwayat kesehatan sekarangIbu klien mengatakan klien terdiagnosis Decomp Cordis sudah sejak klien melakukan cek Lab pada An. R berumur 2 bln. Ibu klien selalu melakukan kontrol ke Poliklinik Jantung untuk perkembangan anaknya, dan klien selalu mentaati pengobatan dan program yang telah diprogramkan oleh pihak rumah sakit. An. R sedang menunggu tindakan ADO yang akan dilakukan pada tanggal 2 Juni 2010.3) Riwayat kesehatan laluIbu klien mengatakan bahwa pada umur 2 bulan An R belum mempunyai respon melihat dengan baik. Pada pupil klien ada putih-putihnya, kemudian An. R dibawa ke dokter spesialis mata, kemudian oleh Dokter mata, klien dirujuk ke RS Sardjito. Oleh pihak RS Sardjito klien An. R di diagnose Katarak, klien juga mengalami cek lab ternyata An. R positif terdapat Virus Rubella, kemudian setelah diobservasi lebih lanjit, klien mengalami gangguan pada jantungnya, yaitu Deconp Cordis dan pada telinga mengalami gangguan terutama pada telinga kanan. Klien telah dioperasi mata, karena kataraknya pada umur 3 bulan, rencana akan dipasang ADO pada tanggal 2 Juni 2010 dan Agustus nanti klien akan dilakukan operasi telinga kanannya.4) Kesehatan Keluarga1) Genogram

Keterangan := Laki-laki:Laki-laki meninggal= Klien= Pasien= Garis perkawinan= Garis keturunan= Garis serumah2) Riwayat kesehatan keluargaKeluarga tidak ada yang menderita penyakit serupa dengan klien. Namun nenek klien menderita Hipertensi ibu dari ibu klien. Selain itu, keluarga juga tidak ada yang menderita penyakit mental (masalah psikososial). Pada saat ibu klien mengandung klien berusia 2 minggu inu klien menderita penyakit yang disebabkan oleh virus yaitu campak muncul demam dan ruam kemerahan diseluruh tubuh ibu klien.3) Riwayat PengobatanKlien menjalani pengobatan di RSUP Dr. Sardjito sejak tahun 2009 dengan penyakit Pertama katarak, kemudian baru Jantung sekarang ini.1. Pola Kebiasaan Kliena. Aspek Fisik-Biologis1) Pola nutrisia) Sebelum sakit - Ibu klien mengatakan makan 3x sehari. Klien makan bubur yang dibuat dari roti milna, setiap makan habis satu keping milna. - Ibu klien mengatakan, klien tidak ada gangguan dalam menelan, klien hanya mampu minum ASI dari Ibunya sendiri,.b) Selama sakit- Ibu klien mengatakan, bahwa klien tidak ada perubahan dalam pola makannya, tetap seperti sebelum klien sakit.2) Pola eliminasia) Sebelum sakit- Ibu klien mengatakan buang air besar 1X sehari. Tidak ada keluhan saat BAB. Warna feses kuning, lunak, berbentuk. Ibu klien mengatakan tidak menggunakan obat pencahar untuk anaknya tersebut.- Ibu klien mengatakan buang air kecil 5-7Xsehari sekitar 900cc. Tidak ada keluhan saat BAK Warna urin kuning jernih, bau khas amoniak.b) Selama sakit- Ibu klien mengatakan selama dirawat di rumah sakit anaknya tidak ada perubahan dalam pembuangannya.3) Pola Aktivitas Istirahat dan Tidura) Keadaan aktivitas sehari-hari (1) Sebelum sakitIbu klien mengatakan bisa bahwa anaknya melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Seperti mengguling, tengkurap, duduk dengan dibantu dan aktivitas yang lainnya.Selama sakitKemampuan perawatan diri01234

Makan/minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilitas tempat tidur

Berpindah

Ambulansi/ROM

Keterangan :0 = mandiri; 1 = alat bantu; 2 = dibantu orang lain; 3 = dibantu orang lain dan alat; 4 = tergantung total.Ayah klien mengatakan sejak dirawat di RS, anaknya tidak pernah sekolah lagi. b) Kebutuhan tidur(1) Sebelum sakitIbu klien mengatakan anaknya tidur 12 jam setiap harinya. Klien tidur malam dari jam 19.00-05.00 WIB. Klien terbiasa tidur siang kurang lebih selama 2 jam.(2) Selama sakitIbu klien mengatakan anaknya bisa tidur saat malam hari. Ibu klien mengatakan anaknya selalu tidur siang 2jam. Ibu klien mengatakan selama sakit klien tidak ada perubahan dalam tidur dan istirahatnya.4) Pola Kebersihan Diria) Sebelum sakitIbu Kien mengatakan sebelum sakit anakya dimandikan 2x sehari,pagi dan sore hari dengan sabun mandi Ibu klien mengatakan anaknya keramas 2 hari sekali dengan shampoo bayi. b) Selama sakitIbu klien mengatakan ibu klien tidak ada perubahan dalam memandikan anaknya, dan Ibu klien selalu memandikan klien dengan menggunakan air cemtetapi klien hanya dilap dalam memandikannya.1. Pemeriksaan Fisika. Keadaan UmumKesadaran: Compos Mentisb. Tanda Vital Nadi : 110 kali/menit RR : 32 kali/menit S: 36,40Cc. Keluhan fisik : ibu klien mengeluhkan pada mata, jantung dan telinga anaknya mengalami gangguan.d. Status gizi:BB: 5.3 kgLK: 39cmLLA: 13cmTB: 63 cmLD: 30cm2. Pemeriksaan Chepalo-Caudal1.Kepala dan Lehera.Bentuk:Mikrosocepal,rambut agak kemerahan , dan terlihat jarang tidak ada lesi,kulit kepala terlihat bersih,muka bersih.b.Mata:Mata bersih,Sklera mata tidak ikterik,kelopak mata simetris. Mata klien terlihat sipit dan kecil. Klien menggunakan kacamata post katarak pada anak-anak. Klien post op katarak yang dilakukan pada saat klien berumur 3 bulan.c.Telinga:Simetris,tidak keluar cairan dari lubang telinga,pendengaran klien terdapat gangguan terutama pada telinga kanan klien sejak klien bayi dikarenakan virus rubella.d.Hidung:Terlihat bersih,tidak keluar cairan dari lubang hidung,tidak ada pernafasan cuping hidung.e. Mulut: gigi klien belum tumbuh, dan mukosa terlihat lembab.2.Leher:Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid maupun peningkatan JVP3.Dada:Bentuk simetris, tidak ada retraksi dan bunyi nafas tambahan.4.Abdomen:Kulit bersih, tidak ada nyeri tekan,tidak ada lesi dan asites.5.Ekstremitas:Ekstremitas atas dan bawah lengkap,simetris. Klien mengalami gangguan dalam pertumbuhannya, klien belum dapt duduk sendiri dan klien baru dapat tengkurap dan mengguling dan duduk dengan bantuan prang tua klien.3. Hasil pemeriksaanPemeriksaan PTT dan APTTTanggal 30 Mei 2010 Hasil PemeriksaanSatuanNilai Normal

PTTINRKontrolAPTTKontrolBT23.52.2213.2.535.34DetikDetikDetikDetikmenit13.3-16.028.0-35.91-6

Tanggal 31 Mei 2010 Hasil PemeriksaanSatuanNilai Normal

PTTINRKontrolAPTTKontrolBT20.71.8912.234.828.4DetikDetikDetikDetikmenit13.3-16.028.0-35.91-6

Dari pemeriksaan PTT dan APTT tersebut klien mempunyai riwayat faktor perdarahan atau riwayat pembekuan darah yang lama.Golongan Darah : B4. TreapiCaptopril2X1Igastrum1X0,5ccAmoxicillin syr3X50mg atau sendok tehFrelin Syr1X tetesInjeksi Ampisillin270mg jam sebelum dilakukan ADO5. Psikososiala. Konsep Diri1) Gambaran DiriIbu klien dapat menerima kondisi anaknya, Ibu klien tetap mensyukuri apa yang sudah diberikan sampai saat ini, namun Ibu klien kadang merasa cemas, akan tindakan yang akan dilakukan yaitu tindakan pemasangan ADO. 2) Identitas DiriIbu klien mengatakan anaknya seorang wanita dan sebagai anak pertama dan belum mempunyai adik. Ibu klien klien hanya berharap semoga anaknya lekas sembuh dengan mentaati program yang direncanakan oleh Dokter.3) Peran DiriIbu klien menyatakan saat ini anaknya berumur 10 bulan. Ibu klien selalu merawat anaknya dan selalu memberikan kaish sayang kepadanya, tanpa ada rasa putus asa untuk anaknya yang penting Ibu klien selalu iktiar pasti Alloh mengabulkan doanya agar klien cepat sembuh dari pnyakit kelainan yang dideritanya.4) Ideal DiriIbu klien berharap bahwa klien agar cepat sembuh dan pertumbuhan fisik dan fikirannya sesuai dengan garis umur anaknya.5) Harga DiriIbu klien tidak merasa malu atau hal menutup-nutupi tentang penyakit yang diderita anaknya, klien merasa tidak rendah diri hanya gara-gara penyakit anaknya tersebut.b. Hubungan Sosial1) Orang yang terdekat dan berarti bagi klien adalah ibu klien yang setiap hari merawat dan menemaninya dan klien masi sangat bergantung pada ASI ibunya.2)Peran serta dalam kegiatan/kelompok/masyarakat kurang, berhubung klien masih kecil dan belum bisa bicara bahkan klien mempunyai gangguan dalam bicaranya.3)Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : karena klien mengalami gangguan dalam pendengaran, sehingga klien belum mampu mengucapkan kata yang sempurna, klien baru dapat berceloteh. Sehingga tak ada hambatan dalam hal berhubungan maupun berkomunikasi.Spiritual1) Nilai dan KeyakinanIbu klien mengatakan seluruh anggota keluarganya beragama islam termasuk anaknya.2) Kegiatan IbadahIbu klien mengatakan bahwa anak klien sering dinyanyikan lagu-lagu sholawatan dan ayat-ayat Al-Quran saat klien sedang rewel atau menangis. c. Status Mental1) PenampilanKlien terlihat rapi dalam berpakaian,rambut kemerahan dan jarang.2) Alam PerasaanIbu klien mengatakan kondisi anaknya belum mengalami perkembangan yang signifikan.3) AfekAfek datar, kadang tersenyum dan tertawa dan berceloteh saat ibu klien mengajak bicara, kadang klien juga menangis jika klien tidak nyaman.4) Interaksi Selama WawancaraSelama wawancara klien sedang tidur dan hanya mewawancarai ibu klien.5) PersepsiMenurut Ibu klien anak R tidak mengalami halusinasi karena klien masih kecil.6) Proses PikirProses pikir klien belum dapat dikaji, dan sulit untuk dimengerti, karena klien belum dapt berkomunikasi dengan baik, Ibu klien hanya menebak sesuai kebiasaan klien dan jika klien nangis klien terus diberi ASI.7) Isi pikirPikiran klien belum dapat dinilai.8) Tingkat Kesadarana. Kesadaran klien baik ( Composmentis )b. Orientasi- Orientasi Orang : baik, klien dapat membedakan antara perawat dan Ibunya. Terlihat dari tingkah laku anak R.- Orientasi Tempat : klien masih belum dapat membedakan dirumah ataupun di rumah sakit, karena klien masih sangat kecil.- Orientasi Waktu : klien masih belum dapat membedakan pagi, siang dan malam karena masih kecil.- Situasi : keinginan klien belum dapat terkaji.9) MemoriKlien belum dapat mengungkapkan kejadian yang telah terjadi padanya.10) Tingkat Konsentrasi dan BerhitungKlien belum mampu berhitung.11) Kemampuan PenilaianIbu klien mengatakan anaknya belum mampu melakukan penilaian pada dirinya karena usia masih kecil.12) Daya Tilik DiriIbu klien mengatakan anaknya belum mampu melihat daya titik dirinya karena masih kecil.

ANALISA DATADATAMASALAHPENYEBAB

DO: wajah Ibu klien terlihat lelah dan sayuDS: Ibu klien mengatakan merasa cemas dan was-was akan tindakan yang akan dilakukan oleh dokter yaitu tindakan ADO yang akan dilakukan pada tanggal 2 juni 2010 Ibu klien mengatakan cemas pada akhir-akhir ini saat anaknya mau dilakukan Operasi pemasangan ADO Ibu klien kadang merasa menyesal mengapa dulu tidak memeriksakan saat telat haid 2 minggu sehingga penularan virus rubella dapat dicegah sedini mungkinCemas keluargaAkan dilakukan tindakan pembedahan(pemasangan ADO)

DIAGNOSA KEPERAWATANCemas keluarga berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan(pemasangan ADO) ditandai dengan :DO: wajah Ibu klien terlihat lelah dan sayuDS: Ibu klien mengatakan merasa cemas dan was-was akan tindakan yang akan dilakukan oleh dokter yaitu tindakan ADO yang akan dilakukan pada tanggal 2 juni 2010 Ibu klien mengatakan cemas pada akhir-akhir ini saat anaknya mau dilakukan Operasi pemasangan ADO Ibu klien kadang merasa menyesal mengapa dulu tidak memeriksakan saat telat haid 2 minggu sehingga penularan virus rubella dapat dicegah sedini mungkin

NO.Dx. KeperawatanPerencanaan

TujuanIntervensiRasional

1.Senin, 31 Mei 2010Pukul: 13.00 WIBCemas keluarga berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan(pemasangan ADO) ditandai dengan :DO: wajah Ibu klien terlihat lelah dan sayuDS: Ibu klien mengatakan merasa cemas dan was-was akan tindakan yang akan dilakukan oleh dokter yaitu tindakan ADO yang akan dilakukan pada tanggal 2 juni 2010 Ibu klien mengatakan cemas pada akhir-akhir ini saat anaknya mau dilakukan Operasi pemasangan ADO Ibu klien merasa cemas jika operasi tidak berhasil dan anaknya mengalami perdarahan karena hasil PTT dan APTT testnya klien mempunyai resiko perdarahan Ibu klien kadang merasa menyesal mengapa dulu tidak memeriksakan saat telat haid 2 minggu sehingga penularan virus rubella dapat dicegah sedini mungkinSenin, 31 Mei 2010Pukul: 13.00 WIBSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3X24 jam kecemasan keluarga klien berkurang dengan criteria: Ibu klien tidak merasa was-was dan cemas akan tindakan yang akan dilakukan pada anaknya yaitu tindakan pemasangan ADO Ibu klien tidak menyesali semua yang telah terjadi dan mau menerima semua ini dengan hati lapang. Ibu klien terlihat bersemangat dan optimis akan keberasilan pemasangan ADOSenin, 31 Mei 2010Pukul: 13.00 WIB1. Kaji tingkat kecemasan2. Jelaskan prosedur asuhan, terapi yang diberikan3. Dorong dan berikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan masalah4. Anjurkan tekhnik relaksasi (nafas dalam)Senin, 31 Mei 2010Pukul: 13.00 WIB1. Membantu menentukan jenis intervensi yang diperlukan 2. Rasa cemas dan takut akan ketidaktahuan diperkecil dengan informasi/pengetahuan3. Membuat perasaan terbuka, bekerjasama dan memberikan informasi yang akan membantu dalam identifikasi/mengatasi masalah4. Nafas dalam dapat mengurangi kecemasan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASIIMPLEMENTASIEVALUASI

Selasa, 1 Juni 2010 pukul 16.00WIB1. Mengkaji tingkat kecemasan2. Menjelaskan prosedur asuhan terapi yang diberikan (pemeberian obat ampisilin jam sebelum pemasangan ADO3. Menmotivasi dan berikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan masalah4. Anjurkan tekhnik relaksasi (nafas dalam)Selasa, 1 Juni 2010 pukul 16.00WIB1. S : klien mengatakan kadang-kadang masih merasa cemas dan khawatir terhadap pemasangan ADOO :-A : tujuan tercapai sebagianP : lanjutkan intervensi2. S : klien mengatakan mengerti mengapa ampisilin diberikan jam sebelum operasiO : klien mempu mengulang informasi yang diberikanA : tujuan tercapaiP : hentikan intervensi3. S : klien mengatakan sudah pasarah sama Alloh atas kesembuhan anaknya, yang penting klien terus ikhtiarO : klien menganggukA : tujuan tercapai sebagianP : Lanjutkan intervensi4. S : klien menyatkan lebih lega saat melakukan nafas dalamO : klien mampu mengulang teknik nafas dalam yang baik dan benarA : tujuan tercapai sebagianP : lanjutkan intervensi

Rabu, 2 Juni 2010 pukul 09.30 WIB1. Mengkaji tingkat kecemasan2. Memotivasi Ibu klien agar selalu berfikiran psositif dan mendoakan pasien janagn mengutamakan cemasnyaPukul: 11.45 WIB3. Mengkaji kecemasan Ibu klienRabu, 2 Juni 2010 pukul 09.30 WIB1. S : Ibu klien mengatakan rasa cemasnya malah sedikit bertambahO : wajah Ibu klien tampak lebih tegangA : tujuan tercapai sebagianP : lanjutkan intervensi2. S : Ibu klien mengatakan akan berfikiran positif dan selalu mendoakan anaknyaO : -A : tujuan tercapaiP : hentikan intervensiPukul: 11.45 WIB3. S : Ibu klien menyatakan sudah merasa lega, karena anaknya sudaj=h dioperasi dengan lancerO : wajah Ibu klien tampak lebih senang daripada sebelum klien dioperasiA : tujuan tercapaiP : hentikan intervensi

BAB IIIKESIMPULANDari data hasil pengkajian pada anak R dan keluarga klien didapatkan diagnosa : Cemas keluarga berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan (pemasangan ADO). Dari diagnose tersebut masalah kecemasan keluarga klien telah teratasi setelah klien selesai operasi tanpa ada perdarahan.

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPerkardium terdiri dari perikardium viseralis yang melekat ke miokardium dan bagian luar yaitu perikardium parietalis yang terdiri dari jaringan elastis dan kolagen serta vili-vili penghasil cairan perikardium dan membungkus perikardium. Rongga perikardium normal berisi 15-50ml cairan perikardium yang mengandung elektrolit, protein dan cairan limfe dan berfungsi sebagai lubrikan.Efusi perikardial dapat berkembang pada pasien dengan perikarditis akut atau dengan hubungan dengan berbagai gangguan sistemik. Ini mungkin memiliki implikasi penting untuk prognosis (seperti pada pasien dengan neoplasma intrathoracic, untuk diagnosis (seperti dalam myoperikarditis atau perikarditis akut), atau keduanya (seperti pada diseksi dari aorta mendaki).Efusi pericardial mendefinisikan kehadiran sejumlah abnormal dan / atau karakter dalam ruang pericardial. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai gangguan lokal dan sistemik, atau mungkin idiopatik. Efusi pericardial dapat akut atau kronis dan tentu saja waktu pembangunan memiliki dampak yang besar pada gejala pasien. Pengobatan berpariasi, dan diarahkan pada kedua penghapusan cairan pericardial dan pengentasan dari penyebab yang mendasari, yang biasanya ditentukan oleh kombinasi dari analisis fluida dan korelasi dengan penyakit komorbid.

B. Tujuan - Tujuan UmumYaitu, agar Mahasiswa/i memahami tentang Efusi Perikardial- Tujuan KhususYaitu, agar Mahasiswa/i mengetahui dan memahami tentang :1. Definisi Efusi Perikardial2. Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler3. Etiologi 4. Tanda dan Gejala5. Patofisiologi6. Penatalaksanaan Medis7. Pengobatan8. Asuhan Keperawatan.

C. Metode PenulisanMetode yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini adalah metode narasi yang dilakukan dengan cara : Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku sumber catatatan kuliah dan makalah yang berhubungan dengan judul makalah ilmiah yang dibahas.

D. Ruang LingkupDalam penyusunan makalah ini, penulis membatasi topik pada materi Efusi Perikardial, pembahasan mengenai : 1) Definisi Obstruksi Usus Besar2) Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler3) Etiologi4) Tanda dan Gejala5) Patofisiologi6) Penatalaksanaan Medis7) Pengobatan8) Asuhan Keperawatan

E. Sistematika PenulisanSistematika penulisan makalah ilmiah tentang materi Efusi perikardial ini terdiri dari 3 BAB, masing-masing BAB terdiri dari sub-sub bahasan yaitu :1. BAB I PendahuluanTerdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup penulisan dan sistematika penulisan.2. BAB II PembahasanTerdiri dari definisi, anatomi fisiologi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, penatalaksanaan medis, pengobatan, asuhan keperawatan.3. BAB III PenutupTerdiri dari kesimpulan, saran dan daftar pustaka.BAB IITINJAUAN TEORI2.1 Definisi Efusi PerikardialEfusi perikardial maligna (malignant pericardial effusion) adalah penimbunan cairan dalam vakum perikardial sebagai akibat dari proses keganasan ( . Apabila jumlah cairan ini semakin banyak sehingga mengganggu pengisian diastolik jantung dan menimbulkan gangguan hemodinamik maka disebut sebagai temponade jantung.Jumlah cairan dapat bervariasi dari 200 ml sampai lebih dari 2000 ml. Temponade jantung akibat keganasan merupakan gawat darurat onkologi yang serius dan harus mendapat penanganan dengan segera.

Gambar 1. Efusi perikardiumKelainan perikardial akibat keganasan tidak jarang dijumpai. Dilaporkan bahwa 0,1 21% penderita kanker yang sudah bermetastasis disertai metastasis pada perikardium ketika otopsi. Dalam satu seri kasus kanker yangdi otopsi didapatkan bahwa metastase perikardial merupakan penyebab kematian langsung pada 35% kasus kanker dan penyebab tambahan pada 50% kasus. Radang menimbulkan pencurahan cairan kedalam kavitas perikardialis. Sifat cairan ini berfariasi sesuai dengan etiologinya, bisa jernih atau berwarna jerami (perikarditis virus dan non specifik), keruh atau jejas pulurenta (bakteri dan agen infeksi lain) atau berdarah secara mikroskopik (uremia dan tumor). Kadang-kadang efusi menahun berkolesterol tinggi ditemukan (perikarditis kolesterol). Efusi ini mempunyai fluoresen, penampilan cat emas. Efusi demikian lazim bagi pertukaran kolesterolnya berkurang (miksedema), tetapi juga bisa menimbulkan respon nonspesifik terhadap berbagai rangsangan.Perikardium mempunyai sifat elastik dan jika efusi tumbuh lambat, maka bisa terkumpulnya volume besar tanpa kompresi jantung yang bermakna. Pemeriksaan fisik pasien dengan efusi perikardium yang besar umumnya akan menunjukan tingkatan tekanan vena yang diperlihatkan oleh distensi vena servikalis. Impuls apeksnya yang difus atau tak ada serta bunyi jantung mufflet atau jauh. Tetapi bunyi jantung bisa jelas terdengar pada efusi posterior atau berlokulasi. Tanda eward atau redup pada efusi dibawah skapula kiri bisa ditemukan, tetapi tak dapat diandalkan dengan adanya efusi fleura kiri, jika ada kompresi jantung, maka ada gambaran dramatis tamponade jantung.

2.1.1 Temponade JantungTemponade jantung merupakan syndrom kompresi jantung serta menimbulkan sifatfisiologi. Perikardektomi memperbaiki kelainan fisiologi ini, tetapi mungkin keadaan pasien tidak akan kembali normal. Tak adanya respon ini karena adanya perikadektomi tak lengkap atau lebih sering karena pengurangan fungsi miokardium. Telah didalilkan bahwa kontriksi yang lama menyebabkan atrofi karena tak dipakai dan jejas beberapa pasien bisa membaik secara bermakna dengan berlalunya waktu, sayangnya beberapa pasien memburuk, mungkin akibat fibrosis miokardium serta kerusakanakibat proses radang asli dan efek kompresi menahun.

2.2 Anatomi Fisologi Jantung2.2.1 Pengertian Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium) yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.

Gambar2. Jantung tampak depan

2.2.2 Fungsi Jantung Secara ringkas fungsi sistem kardiovaskuler adalah1. Transfortasi oksigen,nutrisi, hormon dan sisamotabolisme.Fungsi utama sistem kardiovaskuler adalah memenuhi kebutuhan sistem kapiler dan mikrosirkulasi. Komponen darah akan membawa oksigen, glukosa, asam amino, asam lemak, hormon dan elektrolit kesel dan kemudian mengangkut karbondioksida, urea, asam laktat dan sifat sisa metabolisme lainnya dari sel tersebut.

2. Tranfortasi dan distribusi panas tubuh Sistem kardiovaskuler membantu meregulasi panas tubuh melalui serangkaian pengiriman panas oleh komponen darah dari jaringan yang aktif seperti pengiriman panasdari jaringan otot menuju kekulit dan di sebarkan kelingkungan luar. Aliran darah yangaktifdi regulasi oleh pengatur suhu tubuh di medula spinalis setelah menerima pesan di dari pusat pengatur suhu tubuh di hipotalamus. Sistem kardiovaskuler menerima pesan dari hipotalamus kemudian meregulasi aliran darah ke jaringan perifer sehingga menyebabkan vasodilatasidan vasokontriksi pembuluh darah dikulit. Dengan demikian panas tubuh akan keluar dari tubuh.

3. Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolitSistem kardiovaskuler berfungsi sebagai media penyimpanan serta transport cairan tubuh dan elektrolit.kedua substansi ini dikirim kesel-sel tubuh melalui cairan intestinal dengan proses filtrasi, difusi, dan reabsosbsi. Sistem kardiovaskuler memompa 1700 liter darah menuju ginjal setiap harinya agar sel-sel tubuh memiliki cairan dan elektrolit yang seimbang.

2.2.3 lapisan JantungJantung terdiri atas 3 bagian diantaranya 1. Lapisan luar di sebut EpikardiumPerikardium adalah suatu kantong fibrosa yang sangat kuat yang terdiri dari jaringan elastik dan kolagen. Lapisan dalam melipat kedalam dan menutup jantung secara erat sebahgai perikardium veserale. Jaringan serosa yang dihasilkan mengandung 30ml cairan dan memberikan lingkunganpada hakekatnya tanpa gesekan untuk kontraksi dan relaksasi jantung. Di rateral kapitas di perikardialis berbatasan dengan pleura, di inferior dengan diafragma, di anterior dengan sternum, di superior dengan timus, serta di posterior karina danesofagus.

2. Lapisan tengah disebut miokardiumMiokardium terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi untuk memompa darah. Ketebalan miokardium berfariasi dari satu ruang jantung keruang lainnya. Serabut otot yang tersusun dalam berkas-berkas spiral melapisi ruang jantung. Kontraksi miokardium menekan darah keluar dari ruang menuju pembuluh darah aorta.

3. Lapisan dalam disebut endokardiumTersusun dari lapisan endotelial yang terletakdi atas jaringan ikat. Lapisan ini melapisi jantung, katup, dan menyambung dengan lapisan endotelial yang melapisi pembuluh darah yang memasuki dan meninggalkan jantung.

Gambar 3 epikardium, miokardium endokardium

2.2.3 Pembuluh darah Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri, arteriola, kapiler, venula dan vena. 1. Ateri : Arteri (kuat dan lentur) membawa darah dari jantung dan menanggung tekanan darah yang paling tinggi. Kelenturannya membantu mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung. Arteri yang lebih kecil 2. Arteriola : Arteriola memiliki dinding berotot yang menyesuaikan diameternya untuk meningkatkan atau menurunkan aliran darah ke daerah tertentu.

Gambar 4. Pembuluh darah jantung

3. Kapiler : Kapiler merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis, yangberfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan vena (membawa darah kembali ke jantung). Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah. 4. Venula : Dari kapiler, darah mengalir ke dalam venula lalu ke dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung. 5. Vena : Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar daripada arteri, sehingga vena mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan.

2.3 Etiologi Penyebab tersering efusi perikardium pada keganasan ialah kanker paru dan kanker payudara (25-35%) penyebab lainnya adalah limfoma kanker saluran cerna dan melanoma. Tumor primer perikardium seperti mesotelioma atau rhabkomiosarkoma jarang sebagai penyebab efusi perikardial. Perluasan langsung keganasan disekitar jantung seperti kanker esofagus dan paru dapat juga menyebabkan efusi perikardial. Perikardititis pasca radiasi pada penderita kanker dapat menimbulkan efusi perikardial yang dapat timbul setelah beberapa minggu sampai 12 bulan.

2.3.1 Penyebab efusi perikardial1. kanker paruDari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

2. kanker payudara Kanker payudara menyerang secara lokal dan menyebar awalnya melalui kelenjar getah bening regional, aliran darah atau keduanya. Kanker payudara metastatik dapat mempengaruhi hampir setiap organ dalam, paru- paru tubuh yang paling sering, hati, tulang, kulit otak. Kanker payudara metastatik sering muncul tahun atau dekade setelah diagnosis awal dan pengobatan. Kanker payudara menyebabkan efusi pericardial karena letak fisiologis dengan jantung berdekatan sehingga kanker payudara yang bermetastasis menyerang jantung terutama dibagian selaput atau pericardium.

2.4 Tanda dan Gejala Tanda dan gejala tergantung dari jumlah cairan dan kecepatan penimbunan cairan dalam kavum perikardium. Penderita efusi perikardial tanpa temponade sering asimtomatik, kurang dari 30% penderita menunjukan tanda dan gejala seperti nyeri dada, nafas pendek, ortopnea atau disfagia. Pada pemeriksaan fisik tampak vena leher, terbendung suara jantung terdengar jauh, tekanan nadi mengecil dan takikardia. Temponade jantung memberi gejala gelisah, sesak nafas hebat pada posisi tegak dan sesak nafas berkurang jika penderita membungkuk kedepan, takikardia, tekanan nadi menyempit, pulsus paradoksus (tekanan sistolik turun lebih dari 10mmhg pada inspirasi), hipotensi sampai syok. Batas jantung melebar suara jantung terdengar jauh, terdengar gesekan perikardial, serta vena leher melebar dan berdenyut.

2.5 Patofisiologi Pada kasus efusi perikardial metastasis perikardial multipel lebih sering dijumpai pada perikardium parietalis dibandingkan dengan efusi perikardium viseralis. Tumor ini secara langsung dapat mensekresi cairan (eksudat), tetapi dapat juga menghalangi cairan limfe. Adanya tumor, timbunan cairan serta penebalan perikardium akan menggangu gerak jantung. Penimbunan cairan akan mengganggu pengisian diastolik ventrikel kanan sehingga menurunkan isi sekuncup (stroke volume). Hal ini diimbangi olehmekanisme kompensasiberupa takikardia dan peningkatan kontraksi miokardium. Tetapi jika mekanisme kompensasi ini dilewati, curah jantung (cardiac output) menurun, maka akan terjadi gagal jantung, syok sampai kematian bagi penderita. Berapa jumlah cairan agar dapat menimbulkan keadaan ini tergantung dari kecepatan pembentukan cairan dan distensibilitas perikardium.

Bagan PatofisiologiEfusi Perikardial

2.6 Penatalaksanaan MedisPengobatan penyakit dasar merupakan tujuan utama, tetapi beberapa kronis idiopatik dapat diobati dengan menggunakan indometasin atau kartisol. Bila efusi kronis tetap menimbulkan gejala keluhan maka perlu dipertimbangkan perikardiektomi.Penatalaksanaan pada efusi perikardium yang masif adalah dengan melakukan perikardisintesis kedalam kantong perikardium dengan tujuan agar drainase dari aspirasi dapat adekuat (Rubin 1990).Penatalaksanaan dengan temponade jantung dilakukan pengobatan dengan sesegera miungkin dapat menyelamatkan klien dari kematian, maka pemeriksaan yang cepat dan tepat untuk menegakkan diagnosis secara tepat, misalnya pemeriksaan ekokardiografi yang diikuti dengan katerisasi jantung harus dilaksanakan. Temponade jantung memerlukan aspirasi perikardium dengan jarum. Monitor EKG memerlukan perhatian dan kecurigaan yang lebih cermat, karena dalam banyak hal, tidak ada penyebab yang jelas terlihat yang menyatakan adanya penyakit perikardium. Pada klien dengan hipotensi dan evaluasi tekanan vena jungularis, dengan lekuk X yang menonjol, bahkan tanpa adanya lekuk Y, kemungkinan adanya temponade jantung dan harus diperhatikan.Temponade jantung harus dicapai bila terdapat perluasan daerah perkusi yang redup didaerah dada anterior, nadi paradoksal, gambaran paru yang cukup bersih, pulpasi bayangan jantung yang berkurang pada flouroskopi. Pengurangan amplitude QRS, gangguan listrik dari P, QRS, T serta hal-hal tersebut diawal.Pada temponade jantung dengan tekanan yang rendah, klien biasanya tanpa gejala atau mengeluh sesak dan kelemahan badan yang ringan dan dalam hal ini diagnosis ditegakkan dengan ekokardiografi. Kelainan hemodinamik dan gejala klinis segera membaik setelah dilakukan perikardiosentesis.

2.6.1 Evaluasi Diagnostik 1. Foto thoraks : akan menunjukan jantung membesar berbentuk globuler (water bottle heart). Gambaran jantung seperti ini baru tampak jika cairan lebih dari 250ml serta sering juga dijumpai efusi pleura.

Gambar 5: water bottle heart

2. Ekokardiografi : merupakan pemeriksaan nonivasif yang paling akurat. Disini akan tampak akumulasi cairan didalam kavum perikardium, kadang-kadang tampak juga adanya metastasis pada dinding perikardium.

Gambar 6: Hasil pemeriksaan ekokardiografi

3. Perikardiosimtesis diagnostik : sebaiknya memakai tuntunan ekokardiografi sehingga lebih aman. Sekitar 50% cairan aspirat bersifat hemoragik dan 10% serosanguinus. Pada cairan ini dilakukan pemeriksaan kultur, hitung sel dan sitologi. Pemeriksaan sitologi cukup sensitif dengan kemempuan diagnostik sekitar 80%, tetapi hasil negatif palsu sering terjadi pada limfoma maligna dan mesotelioma. Dalam keadaan demikian dilakukan biopsi perikardium.4. Pemeriksaan lain : katerisasi jarang di perlukan. Disini dijumpai tekanan diastolik dalam atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis hampir sama.

Gambar 7: katerisasi jantung

2.7 PengobatanPerlakuan dari efusi perikardial tergantung pada tingkat keparahan dan penyebabnya. Efusi perikardial Kecil tanpa gejala dan (gagal ginjal misalnya,) karena penyebab dikenal tidak memerlukan perlakuan khusus. Untuk efusi perikardial karena perikarditis, mengobati perikarditis juga memperlakukan efusi perikardial.

2.7.1 Pengobatan untuk efusi perikardial karena perikarditis meliputi: 1. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) seperti Motrin , Aleve , dan Indocin.2. Kortikosteroid, seperti prednison dan Solu-Medrol .3. Colchicine Jika infeksi berat atau gangguan jantung (tamponade jantung) yang muncul, efusi perikardial harus segera dikeringkan.

2.7.2 Drainase efusi perikardial dilakukan dalam dua cara: 1. Pericardiocentesis: Seorang dokter memasukkan jarum melalui dada ke dalam efusi perikardial. kateter adalah maju ke fluida, dan efusi perikardial adalah disedot keluar. 2. Pericardiectomy (jendela perikardial): Seorang ahli bedah membuat sayatan di dada, mencapai, dan memotong kembali sebagian dari pericardium. Hal ini menguras efusi perikardial dan biasanya mencegah dari datang kembali. Pericardiectomy membutuhkan anestesi umum dan membawa risiko lebih besar dari pericardiocentesis. Efusi perikardial yang berumur tiga bulan atau lebih disebut efusi perikardial kronis. Seringkali, tidak menyebabkan diidentifikasi. Efusi kronis perikardial sering dimonitor tanpa pengobatan. Jika mereka mulai menyebabkan gejala atau gangguan jantung, drainase dari efusi perikardial biasanya diperlukan. efusi perikardial banyak disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti infeksi HIV, lupus, atau TBC . Dalam kasus ini, merawat kondisi-kondisi medis yang mendasari sering akan membantu mengobati efusi perikardial.

2.8 Asuhan Keperawatan2.8.1 Pengkajian 1. Aktifitas dan istirahata. Gejala : kelelahan, kelemahan.b. Tanda : takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktifitas.2. Sirkulasi a. Gejala : riwayat demmam rematik, penyakit jantung kongenial, CA paru, kanker payudara.b. Tanda : takikardi, disritmia, edema, murmur aortik, mitral, stenosis/insufisiensi trikupid; perubahan dalam murmur yang mendahului. Disfungsi otot papilar.

3. Eliminasi a. Gejala : riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi jumlah urine. b. Tanda : urine pekat gelap.

4. Nyeri/ketidaknyamanan.a. Gejala : nyeri pada dada (sedang sampai berat), diperberat oleh inspirasi, gerakan menelan, berbaring : hilang dengan duduk, bersandar kedepan (perikarditis). Nyeri dada/punggung/sendi (endokarditis).b. Tanda : gelisah.

5. Pernapasan a. Gejala : nafas pendek: nafas pendek kronis memburuk pada malam hari (miokarditis)b. Tanda : dispnea, dispnea noktural, batuk, inspirasi mengi, takipnea, krekels, ronki, pernapasan dangkal.

6. Keamanan a. Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis: trauma dada: penyakit keganasan/iradiasi torakal.b. Tanda : demam

2.8.2 Tujuan dan kriteria hasil1. Menghilangkan nyeri 2. Meningkatkan istirahat, memberikan bantuan dalam perawatan diri.3. Membantu dalam pengobatan/penghilangan penyebab yang mendasari.4. Mengatasi penyakit sistemik dasar/mencegah komplikasi.5. Memberitahu tentang etiologi penyakit, pengobatan dan pencegahan.

2.8.3 Diagnosa keperawatan1. Nyeri b/d inflamasi pericardium2. Intoleransi aktivitas b/d penurunan curah jantung3. Curah jantung b/d akumulasi cairan dalam kantung perikardia4. Perfusi jaringan b/d embolisasi trombus5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang proses penyakit

2.8.4 Intervensi 1. Nyeri b/d inflamasi pericardium yang ditandai dengan nyeri dada, penyebaran ke leher/punggung, nyeri sendi, nyeri meningkat dengan inspirasi dalam, gerakan/aktifitas, posisi, demam dan menggigil.a. Hasil yang diharapkan / kriterial evaluasi pasien akan - Melaporkan nyeri berkurang/hilang/terkontrol.- Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas pengalih sesuai dengan indikasi untuk situasi individual.

b. Intervensi keperawatan.NO.Dx 1MANDIRIRASIONAL

1.Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurunan. Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misal; berbaring dengan diam/gelisah. Tegangan otot, menangis.Nyeri perikarditis secara khas terletak subternal dan dapat menyebar ke lehar dan punggung. Namun, ini berbeda dari iskemia miokard/nyeri infark, pada nyeri ini menjadi memburuk pada inspirasi dalam, gerakan, atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk. Catatan: nyeri dada dapat atau mungkin tidak menyertai endokarditis dan miokarditis, tergantung pada adanya iskemia.

2.Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan. Misal; perubahan posisi, gosokan punggung, penggunaan kompres panas/dingin, dukungan emosional.Tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.

3.Berikan aktivitas hiburan yang tepat.Mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.

KOLABORASIRASIONAL

1.Berikan obat-obatan sesuai indikasi:Agen nonsteroid, misal; indometasin (Indocin), ASA (Aspirin).Antiseptik, misal; ASA/asetaminofen (Tylenon)Steroid.Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi.Untuk menurunkan demam dan meningkatkan kenyamanan.Dapat diberikan untuk gejala yang lebih berat.

2.Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi.Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk ambilan untuk menurunkan beban kerja jantung dan menurunkanketidaknyamanan berkenaan dengan iskemia.

2. Intoleransi aktivitas b/d penurunan curah jantung ditandai dengan keluhan kelemahan/keletihan/dispnea dengan aktifitas, perubahan dalam tanda vital karena aktifitas.

a. Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan- Melaporkan/menunjukan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktifitas.- Mendemonstrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi.- Mengungkapkan pemahaman tentang pembatasan terapeutik yang diperlukan.

b. Intervensi keperawatan.NO.Dx 2MANDIRIRASIONAL

1.Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya dan perubahan dalam keluhan kelemahan, keletihan dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.Miokarditis menyebabkan inflamasi dankemungkinan kerusakan dan fungsi sel-selmiokardial, sebagai akibat GJK. Penurunanpengisian dan curah jantung danmenyebabkan pengumpulan cairan dalam kantung perikardial bila ada perikarditis. Akhirnya, endokarditis dapat terjadi dengan disfungsi katup, secara negatif mempengaruhi curah jantung.

2.Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernafasan sebelum/setelah aktivitas dan selama diperlukan.Membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.

3.Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.Meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut dari perikarditis/endokarditis. Catatan: demam meningkatkan kebutuhan dan konsumsi oksigen, karenanya meningkatkan beban kerja jantung dan menurunkan toleransi aktivitas.

4.Rencanakan perawatan dengan periode istirahat/tidur tanpa gangguan.Memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung; meningkatkanproses penyembuhan dan kemampuan koping emosional.

5.Bantuan pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun dari tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas.Saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi.

6.Evaluasi respons emosional terhadap situasi/berikan dukungan.Ansietas akan ada karena inflamasi/infeksi dan respons jantung (fisiologis), serta derajat takut pasien serta kebutuhan keterampilan koping emosional diakibatkan oleh potensial penyakit yang mengancam hidup (psikologis). Dorongan dan dukungan akan diperlukan untuk mengatasi frustrasi terhadap tinggal diRS yang lama/periode pemulihan.

KOLABORASIRASIONAL

1.Berikan oksigen suplemenPeningkatan ketersediaan oksigen untuk ambilan miokard untuk mengimbangi peningkatan konsumsi oksigen yang terjadi dengan aktivitas.

3. Curah jantung b/d akumulasi cairan dalam kantung pericardia ditandai dengan adanya tanda-tanda dan gejala yang membuat diagnosa aktual.a. Hasil yang di harapkan/kriteria evaluasi, pasien akan.- melaporkan/menunjukan penurunan episode dispnea, angina, dan disritmia.- Mengidentifikasi prilaku untuk menurunkan kerja beban jantung.

b. Intervensi keperawatan.

NODx3MANDIRIRASIONAL

1.Pantau frekuensi/irama jantungTakikardia dan disritmia dapat terjadi saat jantung berupaya untuk meningkatkan curahnya berespons pada demam, hipoksia, dan asidosis karena iskemia.

2.Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4Memberikan deteksi dini dari terjadi nya komplikasi, misal; GJK, tamponade jantung.

3.Dorong tirah baring dalam posisi semi-Fowler.Menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.

4.Berikan tindakan kenyamanan, misal; gosokan punggung dan perubahan posisi, dan aktivitas hiburan dalam toleransi jantung.Meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.

5.Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misal; bimbingan imajinasi, latihan pernapasan.Perilaku yang bermanfaat untuk mengontrol ansietas, meningkatkan relaksasi, menurunkan beban kerja jantung.

6.Selidiki nadi cepat, hipotensi, penyempitan tekanan nadi, peningkatan CVP/DVJ, perubahan tonus jantung, penurunan tingkat kesadaran.Manifestasi klinis dari tamponade jantung yang dapat terjadi pada perikarditis bila akumulasi cairan/eksudat dalam kantung perikardia membatasi pengisian dan curah jantung.

7.Evaluasi keluhan lelah, dispnea, palptasi, nyeri dada kontinu. Perhatikan adanya bunyi napas adventisius, demam.Manifestasi klinis dari GJK yang dapat menyertai endokarditis (infeksi/disfungsi katup) atau miokarditis (disfungsi otot miokard akut).

KOLABORASIRASIONAL

1.Berikan oksigen suplemenMeningkatkan ketersediaan oksigen untuk fungsi miokard dan menurunkan efek metabolisme anaerob, yang terjadi sebagai akibat dari hipoksia dan asidosis.

2.Berikan obat-obatan sesuai indikasi, misal; digitalis, diuretik.

Antibiotik/antimikrobial intravena.Dapat diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan menurunkan beban kerja jantung pada adanya GJK (miokarditis).Diberikan untuk mengatasi patogen yang teridentifikasi (endokarditis, perikarditis, miokarditis) yang mencegah keterlibatan/kerusakan jantung lebih lanjut.

3.Bantu dalam perikardiosentesis darurat.Prosedur dapat dilakukan di tempat tidur untuk menurunkan tekanan cairan disekitar jantung, yang dapat dengan cepat memperbaiki curah jantung (perikarditis).

4.Siapkan pasien untuk pembedahan, bila diindikasikan.Penggantian katup mungkin perlu untuk memperbaiki curah jantung (endokarditis). Perikardektomi mungkin diperlukan karena akumulasi cairan perikardial berulang atau jaringan parut dan konstriksi fungsi jantung (perikarditis).

4. Perfusi jaringan b/d embolisasi thrombus ditandai dengan adanya tanda dan gejala membuat diagnosa aktual.a. Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi, pasien akan.- Mempertahankan dan mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara individual, misalnya: mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan kering, nadi perifer ada/kuat, masukan seimbang.b. Intervensi keperawatan.NODx4MANDIRIRASIONAL

1.Evaluasi status mental. Perhatikan terjadinya hemiparalisis, afasia, kejang, muntah, peningkatan TD.Indikator yang menunjukan embolisasi sistemik pada otak.

2.Selidiki nyeri dada, dispnea tiba-tiba yang disertai dengan takipnea, nyeri pleuritik, sianosis pucat.Emboli arteri, mempengaruhi jantung dan/atau organ vital lain, dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit katup, dan/atau disritmia kronis. Kongesti/statis vena dapat meninbulkan pembentukan trombus di vena dalam dan embolisasi paru.

3.Observasi ekstremitas tehadap pembengkakan, eritema. Perhatikan nyeri tekan/nyeri, tanda homan positif.Ketidakaktifan/tirah baring lama mencetuskan stasis vena, meningkatkan resiko pembentukan trombosis vena.

4.Observasi hematuria, disertai dengan nyeri punggung/pinggang, oliguria.Menandakan emboli ginjal.

5.Perhatikan keluhan nyeri pada abdomen kiri atas yang menyebar ke bahu kiri, nyeri tekan lokal, kekakuan abdominal.Dapat menandakan emboli splenik.

6.Tingkatkan tirah baring dengan tepat.Dapat membantu mencegah pembentukan atau migrasi emboli pada pasien dengan endokarditis. Tirah baring lama (sering diperlukan untuk pasien dengan endokarditis dan miokarditis), namun, membawa risikonya sendiri tentang terjadinya fenomena tromboembolik.

7.Dorong latihan aktif/bantu dengan rentang gerak sesuai toleransi.sirkulasi perifer dan aliran balik vena, karenanya menurunkan risiko pembentukan trombus.

KOLABORASIRASIONAL

1.Berikan/lepaskan stoking antiembolisme sesuai indikasi.Penggunaannya kontroversial, tetapi dapat meningkatkan sirkulasi vena dan menurunkan risiko pembentukan trombus vena superfisial/dalam.

2.Berikan antikoagulan, contoh heparin, warfarin (Coumadin).Heparin dapat digunakan secara profilaksis bila pasien memerlukan tirah baring lama, mengalami sepsis atau GJK, dan/atau sebelum/sesudah bedah penggantian katup. Catatan: Heparin kontraindikasi pada perikarditis dan tamponade jantung. Coumadin adalah obat pilihan untuk terapi setelah penggantian katup jangka panjang, atau adanya trombus perifer.

5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang proses penyakit ditandai dengan permintaan informasi, kegagalan membaik, terulangnya komplikasi yang dapat dicegaha. Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi, pasien akan.- Menyatakan pemahaman tentang proses inflamasi, kebutuhan pengobatan, dan kemungkinan komplikasi.- Mengidentifikasi/melakukan pola hidup yang perlu atau perubahan prilaku untuk mencegah terulangnya/terjadinya komplikasi.b. Intervensi keperawatan.

NODx5MANDIRIRASIONAL

1.Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarkan untuk memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan dengan segera pada pemberi perawatan, contoh demam, peningkatan/nyeri dada tak biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap aktivitas.Untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami penyebab khusus, pengobatan, dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.

2.Anjurkan pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat; kebutuhan diet/pertimbangan khusus; aktivitas yang diizinkan/dibatasi.Informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada program terapeutik, mencegah komplikasi.

3.Kaji ulang perlunya antibiotik jangka panjang/terapi antimikrobial.Perawatan diRS lama/pemberian antibiotik IV/antimikrobial perlu sampai kultur darah negatif/hasil darah lain menunjukan tak ada infeksi.

4.Diskusikan penggunaan antibiotik profilaksis.Pasien dengan riwayat demam reumatik berisiko tinggi untuk kambuh dan biasanya memerlukan profilaksis antibiotik jangka panjang. Pasien dengan masalah katup yang tidak mengalami riwayat demam reumatik memerlukan perlindungan antibiotik jangka pendek untuk prosedur yang menyebabkan pemindahan bakteri. Seperti prosedur meliputi prosedur gigi, tonsilektomi dan/atau adenoidektomi; prosedur bedah/biopsi mukosa pernapasan; bronkoskopi; insisi/drainase jaringan terinfeksi; dan prosedur GI/GU, melahirkan.

5.Identifikasi tindakan pencegahan endokarditis seperti:Pembersihan mulut dan perawatan gigi yang baik.

Hindari orang yang mengalami proses infeksi (khususnya pernapasan).

Pilih metode KB yang tepat (untuk pasien wanita).

Hindari penggunaan obat narkotik IV.

Bakteri umumnya ditemukan dimulut dapat masuk dengan mudah ke sirkulasi sistemik melalui gusi.

Terjadinya infeksi, khususnya pernapasan streptokokal/pneumokokal atau influenza. Meningkatkan risiko keterlibatan jantung.Penggunaan IUD telah dihubungkan dengan peningkatan risiko proses inflamasi/infeksi pelvis.

Menurunkan risiko masuknya patogen langsung ke sistem sirkulasi.

6.Tingkatkan praktik kesehatan seperti nutrisi yang baik, keseimbangan antara aktivitas/istirahat, pantau status kesehatan sendiri dan melaporkan tanda infeksi.Kekuatan sistem imun dan tahanan terhadap infeksi.

KOLABORASIRASIONAL

1.Berikan imunisasi; contoh vaksin influenza sesuai indikasi.Menurunkan risiko mengalami infeksi berat yang dapat menimbulkan infeksi jantung.

2.Identifikasi dukungan individu/sumber yang tersedia pasca pulang untuk memenuhi perawatan/kebutuhan pemeliharaan dirumah.Ketidaktoleransian terhadap aktivitas dapat mengganggu kemampuan pasien melakukan tugas yang dibutuhkan.

3.Tekankan pentingnya evaluasi perawatan medis teratur. Anjurkan pasien membantu perjanjian.Pemahaman alasan untuk pengawasan medis dan rencana untuk/penerimaan tanggung jawab untuk evaluasi menurunkan risiko kambuh/komplikasi.

4.Identifikasi faktor risiko pencetus yang dapat dikontrol pasien, contoh penggunaan obat IV (endokarditis) dan penanganan masalah.Pasien mungkin termotivasi dengan adanya masalah jantung untuk mencari dukungan untuk menghentikan penyalahgunaan obat/perilaku perusak.

BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan Efusi perikardial maligna (malignant pericardial effusion) adalah penimbunan cairan dalam vakum perikardial sebagai akibat dari proses keganasan ( Apabila jumlah cairan ini semakin banyak sehingga mengganggu pengisian diastolik jantung dan menimbulkan gangguan hemodinamik maka disebut sebagai temponade jantung.

3.2 Saran Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya serta buku ini dapat menjadi referensi untuk pembuatan makalah selanjutnya.