ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARUrepository.stikespantiwaluya.ac.id/445/4/Manuskrip... ·...

12

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARUrepository.stikespantiwaluya.ac.id/445/4/Manuskrip... ·...

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARUrepository.stikespantiwaluya.ac.id/445/4/Manuskrip... · Living) dengan menggunakan indeks barthel, membantu kemampuan klien dalam melakukan
Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARUrepository.stikespantiwaluya.ac.id/445/4/Manuskrip... · Living) dengan menggunakan indeks barthel, membantu kemampuan klien dalam melakukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARU

OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK) DENGAN MASALAH

INTOLERANSI AKTIVITAS DI RUMAH SAKIT

PANTI WALUYA SAWAHAN MALAN

Flowersia Siahaan, Sr. Felisitas A Sri, Wisoedhanie Widi A

Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit kronis saluran napas

yang ditandai dengan adanya penyumbatan aliran udara pada saat proses inspirasi

maupun ekspirasi. Klasifikasi PPOK ada 2 yaitu Bronkitis kronis dan Emfisema.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dengan masalah intoleransi aktivitas di

Rumah Sakit Panti Waluya Malang. Desain penelitian yang ditetapkan adalah

study kasus dengan 2 klien yang mengalami masalah intoleransi aktivitas sebagai

responden. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2020 dengan lama

perawatan 3 hari pada masing-masing klien. Berdasarkan asuhan keperawatan

yang diberikan, didapatkan masalah teratasi pada klien pertama setelah dilakukan

implementasi sampai hari ketiga dengan kriteria hasil 7 dari 7 berhasil. Sedangkan

pada klien kedua didapatkan hasil masalah tidak teratasi pada klien dengan

kriteria keberhasilan 3 dari 7 kriteria yang sudah ditetapkan. Kesimpulan : dari

hasil tindakan keperawatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa masalah

intoleransi aktivitas pada klien 1 teratasi dan tidak teratasi untuk klien 2.

Kata kunci : Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Intoleransi Aktivitas

ABSTRACT

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is. a chronic airway disease

charactherized by blockage of airflow during the process of inspiration and

expiration. COPD Classification there are 2 namely chronic bronchitis and

emphysema. This research aims to provide care nursing in clients with Chronic

Obstructive Pulmonary Disease (COPD) with Intolerance Activity Problem In

Panti Waluya Hospital The research design determined was study the case with 2

clients who experienced activity intolerance problems as respondents. Time The

study was conducted in March 2020 with a length of treatment of 3 days each

client. Based on the nursing care provided, the problem was resolved in the client

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARUrepository.stikespantiwaluya.ac.id/445/4/Manuskrip... · Living) dengan menggunakan indeks barthel, membantu kemampuan klien dalam melakukan

first after the implementation is carried out until the third day with criteria 7 out

of 7 results. Whereas on the second client, the results of the problem are not

resolved on the client's criteria success 3 out of 7 predefined criteria. Conclusion:

from the results of nursing actions conducted can be concluded that the problem

of intolerance of activity on client 1 is resolved and not resolved for clients 2.

Key words : Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), activity

1ntolerance

Pendahuluan

Penyakit Paru Obstruktif Kronis

(PPOK) adalah penyakit kronis

saluran napas yang ditandai dengan

adanya penyumbatan aliran udara

pada saat proses inspirasi maupun

ekspirasi. Penyakit Paru Obstruktif

Kronis disebabkan oleh emfisema

dan bronkitis kronis. Penyakit ini

bersifat menetap dan progresif

lambat, yaitu semakin lama akan

memburuk seiring dengan

perjalanan penyakitnya. Hal tersebut

menyebabkan terjadinya kerusakan

fungsi pada organ paru (Nurmayanti

et. All 2019).

PPOK disebabkan oleh adanya

paparan udara luar, seperti asap

rokok, polusi udara juga riwayat

kesehatan paru. Faktor tersebut

menyebabkan iritasi pada jalan

nafas yang menyebabkan

peningkatan mukus dan obstruksi

jalan nafas. Klien PPOK akan

muncul keluhan seperti batuk

disertai dengan sesak nafas. Hal

tersebut menyebabkan pasokan

oksigen kedalam tubuh menjadi

menurun dan karbondioksida

meningkat hingga menyebabkan

gangguan metabolisme pada tubuh.

Hubungan PPOK dengan intoleransi

aktivitas yaitu pada proses

ketidakmampuan tubuh

memproduksi energi yang cukup

untuk aktivitas (Herrington 2016).

Angka kejadian menurut World

Health Organization pada tahun

2015 mendata sebanyak 251 juta

kasus yang terjadi di dunia. Tercatat

sebanyak 3,17 juta orang meninggal

karena PPOK secara global (WHO

2015). Prevalensi PPOK meningkat

seiring bertambahnya usia dan

meningkat pada usia lebih dari 30

tahun dan di dominasi oleh laki-laki.

Indonesia menurut Riskesdas 2013

memiliki sebesar 3,7% atau sekitar

9,2 juta penduduk menderita PPOK.

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARUrepository.stikespantiwaluya.ac.id/445/4/Manuskrip... · Living) dengan menggunakan indeks barthel, membantu kemampuan klien dalam melakukan

Jawa timur didapatkan prevalensi

data dari Riskesdas sebesar 3,6%.

Sedangkan data yang peneliti

peroleh dari Rekam Medik, tercatat

bahwa pada tahun 2018 didapatkan

klien dengan diagnosa medis PPOK

sebanyak 17 pasien (Data RM

RSPW, 2018)

Intoleransi aktivitas yaitu

ketidakcukupan energi dalam

melakukan aktivitas yang dapat

dialami oleh klien PPOK.

Terjadinya penurunan fungsi paru

pada klien meningkatkan risiko

terjadinya hipoksia. Jika hal tersebut

tidak ditangani dengan tepat, maka

tubuh menjadi kekurangan energi

dan menyebabkan tidak

terpenuhinya kebutuh aktivitas pada

klien. Kejadian hipoksemia pada

klien PPOK menyebabkan dampak

berupa berkurangnya toleransi

terhadap latihan, penurunan kualitas

hidup, hingga meningkatkan risiko

kematian (Nurmayanti, dkk, 2019).

Perawat dalam melakukukan asuhan

keperawatan yaitu dengan cara

memberikan terapi farmakologis

pada klien PPOK untuk

meringankan gejala sesak dan batuk.

Penanganan klien PPOK dengan

intoleransi aktivitas yaitu membantu

klien untuk memenuhi kebutuhan

dan memonitor ADL (Activity Daily

Living) dengan menggunakan indeks

barthel, membantu kemampuan

klien dalam melakukan aktivitas

secara bertahap, dan mengukur

tanda-tanda vital klien setelah atau

sebelum melakukan aktivitasnya.

Berdasarkan uraian diatas, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian

studi kasus mengenai “Asuhan

Keperawatan pada klien PPOK

dengan masalah intoleransi aktivitas

di Rumah Sakit Panti Waluya

Malang” (Muttaqin 2014).

Metode Penelitian

Studi kasus ini adalah studi untuk

mengeksplorasi Asuhan

Keperawatan Pada Klien Penyakit

Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

dengan Masalah Intoleransi

Aktivitas di Rumah Sakit Panti

Waluya Sawahan Malang. Batasan

istilah dalam studi kasus ini adalah

klien dengan kriteria pemilihan

1. Diagnosa medis PPOK (Penyakit

Paru Obstruktif Kronis)

2. Klien secara verbal mengeluhkan

kelelahan dan tidak dapat

menyelesaikan aktivitas secara

mandiri

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARUrepository.stikespantiwaluya.ac.id/445/4/Manuskrip... · Living) dengan menggunakan indeks barthel, membantu kemampuan klien dalam melakukan

3. Terjadi perubahan abnormal pada

frekuensi nadi dan tekanan darah

> 20% dari kondisi istirahat, saat

atau setelah melakukan aktivitas

4. Dispnea

5. Klien merasa tidak nyaman

setelah beraktivitas

6. Mengalami penurunan saturasi

oksigen < 95%.

Pada penelitian ini yang menjadi

partisipan adalah Ny. S (55 Tahun)

dan Ny. S (84 Tahun) dwngan

masalah intoleransi aktivitas di

Rumah Sakit Panti Waluya Malang.

Metode pengumpulan data dalam

studi kasus ini sebagai berikut :

Wawancara pewawancara dalam

hal ini adalah penulis dan

terwawancara dalam hal ini klien

dan keluarga. Pada klien 1 dan 2

didapatkan hasil wawancara melalui

anak nya.

Observasi dan Pemeriksaan fisik

yang dilakukan dengan

menggunakan pendekatan inspeksi,

palpasi, perkusi, dan auskultasi serta

melengkapi hasil penelitian

didapatkan dari data rekam medik.

Hasil

Penelitian ini dilakukan di Rumah

Sakit Panti Waluya Malang di ruang

Placida Paviliun.

1. Pengkajian

Klien 1 Ny S berusia 55 Tahun,

didapatkan data bahwa pada tanggal

05 Maret klien datang ke poli paru

untuk kontrol. Saat klien kontrol,

klien mengeluh lemas selama

kurang lebih 4 hari, batuk yang tak

kunjung berhenti disertai sesak yang

hilang-timbul yang menyebabkan

aktivitas klien terhambat seperti saat

berjalan. Aktivitas klien yang

terhambat dirumah yaitu menyapu,

memasak, mengepel, melipat baju

dan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Klien masuk melalui IGD dan

segara diukur tanda-tanda vital nya,

TD : 139/74 mmHg, N : 78 x/menit,

RR : 22x/menit, S : 36,8C, SaO2 :

92%. Klien lalu diberikan terapi O2

nassal 3 lpm, dan setelah diberikan

terapi Saturasi oksigen klien

meningkat menjadi 97-98%.

Lalu, pada tanggal 06 maret 2020 di

ruang PP dilakukan pengkajian,

klien mengeluh sesak ketika

melakukan aktvitas yaitu saat klien

pergi kekamar mandi tidak dengan

O2 nassal saturasi : 94%, batuk,

lemas serta pusing. Pemenuhan

aktivitas nya, klien memerlukan

bantuan orang lain seperti keluarga

dan perawat. Selama di rumah sakit,

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARUrepository.stikespantiwaluya.ac.id/445/4/Manuskrip... · Living) dengan menggunakan indeks barthel, membantu kemampuan klien dalam melakukan

klien tidak dapat menyelesaikan

secara mandiri.

- Saat klien berjalan ke

brankar/tempat tidur, TD : 134/80

mmHg, S : 36.8C, N: 92x/menit,

RR : 27x/menit, SaO2 : 94%

(tidak menggunakan O2)

- Kondisi istirahat, TD : 118/75

mmHg, S : 36.6 C, N :

70x/menit, RR : 23x/menit, SaO2

: 98% (dengan O2 nassal 3 lpm)

Klien mengatakan pernah MRS dan

dilakukan tindakan OP pada tahun

2002 dikarenakan adanya benjolan

pada paru. Klien juga pernah masuk

RS dengan diagnosa TB paru dan

menjalani pengobatan kurang lebih

6 bulan serta rutin kontrol.

Klien 2 Ny. S berusia 84 tahun,

didapatkan data bahwa pada tanggal

09 Maret 2020 klien dengan keluhan

batuk, pilek semenjak 1 minggu

yang lalu. Sesak memberat pada

malam hari dan juga dirasakan oleh

klien sejak 3 hari sebelum masuk

rumah sakit. Aktivitas klien dirumah

hanya berbaring ditempat tidur dan

duduk saja. Setelah dilakukan

pemeriksaan, didapatkan hasil

pemeriksaan TTV, TD: 143/76

mmHg, N: 99x/menit, S: 36,5C,

RR: 27x/menit SaO2: 91%. Klien

diberi terapi O2 6 lpm dan setelah

pemberian O2, SaO2 meningkat

menjadi 96-97%.

Lalu, saat dilakukan pengkajian di

ruang PP pada tanggal 10 Maret

2020, klien mengeluh batuk, lemas

disertai sesak ketika melakukan

aktivitas. Klien juga melepas O2

nassal karena hidung berair, dan

diukur SaO2 : 93%

Pemenuhan aktivitas klien total

dibantu oleh perawat dan keluarga.

Klien dengan posisi fowler.

Dilakukan pengukuran TTV setelah

ambulasi TD : 137/84 mmHg, S :

36.5CN: 106 x/menit, RR : 26

x/menit, SaO2 : 95% (menggunakan

O2 nassal 4lpm)

- Kondisi istirahat, TD : 110/60

mmHg, S : 36.9 C, N : 84

x/menit, RR : 24 x/menit, SaO2 :

98% (dengan O2 nassal 4 lpm).

Klien mengatakan pernah rawat inap

di RS pada bulan Maret 2019

dengan keluhan batuk sesak secara

terus menerus hingga adanya

penurunan berat badan.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian pada

klien 1 dan 2 dapat ditegakkan

diagnosa keperawatan Intoleransi

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARUrepository.stikespantiwaluya.ac.id/445/4/Manuskrip... · Living) dengan menggunakan indeks barthel, membantu kemampuan klien dalam melakukan

Aktifitas b/d ketidakseimbangan

suplai oksigen dalam tubuh.

3. Rencana Keperawatan

Pada klien 1 dan 2 ditetapakan

rencana keperawatan sesuai dengan

tinjauan pustaka :

1. Identifikasi gangguan fungsi

tubuh yang menyebabkan

kelelahan

2. Monitor pola dan jam tidur

3. Monitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama

melakukan aktivitas.

4. Monitor kemampuan klien

dalam beraktivitas

menggunakan indeks barthel

5. Anjurkan melakukan aktivitas

secara bertahap

6. Identifikasi defisit tingkat

aktivitas

7. Identifikasi kemampuan

berpartisipasi dalam aktivitas

tertentu.

8. Fasilitasi memilih aktivitas dan

tetapkan tujuan aktivitas yang

konsisten sesuai kemampuan.

9. Koordinaksikan pemilihan

aktivitas sesuai usia.

10. Jadwalkan aktivitas dan

rutinitas aktivitas klien sehari-

hari.

11. Monitor frekuensi jantung

sebelum memulai ambulasi.

12. Monitor kondisi umum selama

melakukan ambulasi.

13. Monitor tekanan darah, nadi,

pernapasan, saturasi oksigen,

suhu tubuh dan Identifikasi

penyebab perubahan tanda vital.

14. Bantu klien dalam memenuhi

kebutuhan ADL (makan,

minum, toiletting)

15. Berikan posisi semi fowler atau

fowler

16. Ajarkan melakukan teknik

relaksasi napas dalam

17. Ajarkan teknik batuk efektif

18. Dalam pemberian oksigen dan

bronkodilator

19. Kolaborasi dengan ahli gizi

tentang cara meningkatkan

asupan makanan (Tim Pokja

SIKI DPP PPNI 2018)

4. Implementasi Keperawatan

Pada klien 1 dilakukan 14 tindakan

mandiri dan 2 tindakan kolaborasi.

Sedangkan pada klien 2 dilakukan

16 tindakan mandiri dan 2 tindakan

tindakan kolaborasi seperti yang

telah disebutkan diatas.

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Tim pokja SLKI DPP

PPNI (2016) berdasarkan rencana

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARUrepository.stikespantiwaluya.ac.id/445/4/Manuskrip... · Living) dengan menggunakan indeks barthel, membantu kemampuan klien dalam melakukan

atau intervensi keperawatan yang

telah disusun, hasil yang ingin

dicapai adalah frekuensi nadi pada

klien dalam rentang normal, klien

dapat melakukan dan menyelesaikan

aktivitas nya secara mandiri,

Saturasi Oksigen dalam rentang

normal, Klien tidak mengeluh lelah

setelah melakukan aktivitas,

Dispnea menurun, Keluhan sesak

pada klien menurun dan RR dalam

batas normal, dan pola napas

normal, tekanan darah normal.

Pembahasan

1. Pengkajian

Berdasarkan data yang diperoleh

dari pengkajian klien dengan kasus

PPOK dengan masalah intoleransi

aktivitas di RS Panti Waluya

Malang menunjukkan bahwa Klien

1 berumur 55 tahun dan Klien 2

berumur 84 tahun.

Klien 1 didapatkan data bahwa klien

mengeluuh lemas selama kurang

lebih 4 hari, batuk yang tak kunjung

berhenti disertai sesak yang hilang-

timbul, tidak bisa tidur dan pusing.

Klien mengatakan aktivitasnya

kurang lebih menganggu karena

tidak bisa bebas untuk melakukan

hal berat. Klien hanya melakukan

aktivitas ringan saja, dan ketika

sesak muncul klien langsung duduk

dan istirahat untuk meredakan sesak

nya. Selama di rumah sakit pada

hari pertama klien bedrest.

Klien 2 didapatkan bahwa klien

mengatakan sesak ketika melakukan

aktivitas dan batuk dahak susah

keluar dan pilek. Klien dapat

melakukan aktivitas makan, duduk,

berjalan secara mandiri, tetapi klien

mengatakan bahwa sudah tidak kuat

jika mandi sendiri, aktivitas yang

dilakukan klien juga banyak

dirumah sehingga aktivitas yang

dilakukan klien cenderung monoton.

Setelah masuk RS klien hanya

berbaring di tempat tidur. Aktivitas

semua tergantung orang lain dan

dilakukan diatas tempat tidur.

Kedua klien sesuai dengan kondisi

diatas sesuai dengan teori Menurut

Muttaqin (2014) menyebabkan

gangguan pada fungsi paru yaitu

jalan nafas menyempit sehingga

kadar CO2 dalam tubuh berlebih

yang mengakibatkan gangguan

metabolisme pada tubuh hingga

muncul keluhan kelemahan dan

keletihan.

Masalah keperawatan intoleransi

aktivitas dibuktikan dengan adanya

klien mengeluh lelah, dispnea saat

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARUrepository.stikespantiwaluya.ac.id/445/4/Manuskrip... · Living) dengan menggunakan indeks barthel, membantu kemampuan klien dalam melakukan

atau setelah aktivitas, merasa tidak

nyaman setelah beraktivitas, merasa

lemah, frekuensi jantung dan

tekanan darah berubah >20% dari

kondisi istirahat dan sianosis,

gambaran EKG menunjukkan

aritmia saat/setelah melakukan

aktivitas (Tim Pokja SDKI DPP

PPNI, 2016).

2. Diagnosa Keperawatan

Data yang diperoleh baik subyektif

maupun obyektif pada kedua klien

sama, yaitu muncul keluhan lelah

dan lemas, dispnea saat/setelah

aktivitas, merasa tidak nyaman

detelah beraktivitas dan terjadi

peningkatan tanda-tanda vital pada

klien sebesar 20% saat melakukan

dan menyelesaikan aktivitas serta

penurunan kadar Saturasi Oksigen.

Berdasarkan analisa data tersebut

diagnosa yang muncul pada klien

PPOK adalah intoleransi aktivitas

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).

Dari data yang diperoleh, yang

terjadi pada kedua klien yaitu

mengalami masalah keperawatan

intoleransi aktifitas b/d

ketidakcukupan suplai oksigen

dalam tubuh.

3. Intervensi Keperawatan

Pada klien 1 dan 2 ditegakkan

dagnosa keperawatan intoleransi

aktifitas b/d ketidakcukupan suplai

oksigen dalam tubuh. Hal ini sesui

dengan teori menurut (Muttaqin

2014)

4. Implementasi Keperawatan

Pada klien 1 dan 2 terdapat

perbedaan tindakan keperawatan

pada kedua klien dikarenakan

adanya perbedaan umur yang

terpaut cukup jauh yaitu 29 tahun.

Tingkat kemandirian pada klien 1

dan 2 juga berbeda tingkat.

Implementasi yang tidak dilakukan

pada klien 1 yaitu melakukan

ambulasi, sedangkan pada klien 2

membantu klien dalam memenuhi

ADL (makan dan berpakaian).

Kesulitan yang dialami yaitu saat

membantu klien untuk melakukan

ambulasi. Perbedaan tindakan

keperawatan pada kedua klien

terdapat pada pemberian

bronkodilator, pemberian posisi, dan

kolaborasi pemberian oksigen

nassal. Hal tersebut sudah sesuai

menurut (Tarwoto dan Wartonah

2015), tindakan keperawatan

dilakukan untuk membantu klien

akan masalah kesehatan saat ini ke

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARUrepository.stikespantiwaluya.ac.id/445/4/Manuskrip... · Living) dengan menggunakan indeks barthel, membantu kemampuan klien dalam melakukan

status kesehatan yang baik dengan

menggambarkan kriteria hasil dan

tujuan yang diharapkan.

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan pada PPOK

dengan masalah intoleransi aktivitas

untuk klien 1 dan 2 mencapai hasil

yang berbeda dan pada kedua klien

mengalami peningkatan dalam

tingkat kemandirian. Klien 1

menunjukkan hasil klien

mengatakan sudah tidak sesak, dapat

menyelesaikan aktivitas makan, dan

berganti pakaian secara mandiri,

dalam tahap ambulasi sekitar tempat

tidur dapat melakukan secara

mandiri, indeks barthel : mandiri,

dapat mendemonstrasikan teknik

relaksasi nafas dalam dengan

mandiri, tanda-tanda vital klien

dalam batas normal dan tidak terjadi

peningkatan sebesar > 20 % dari

kondisi istirahat. Untuk klien 2,

evaluasi yang didapatkan klien

mengatakan dalam melakukan

aktivitas di atas tempat tidur

dilakukan dengan pengawasan dan

bantuan orang lain, masih sesak jika

melakukan banyak pergerakan,

ADL klien dapat dilakukan secara

mandiri kecuali mandi, berpakaian.,

indeks barthel : ketergantungan

sedang, tanda-tanda vital klien saat

melakukan aktivitas menunjukkan

hasil yang mengalami peningkatan

sebesar > 20 % dari kondisi

istirahat.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan baik secara

farmakologi dan non farmakologi

dengan intervensi yang paling

efektif dilakukan kepada klien yaitu

nomor 1, 3, 4, 6, 9, 10, 11, 12, 13,

14, 15, 16, 17, 18, dan 19.

Kesimpulan

Setelah dilakukan Asuhan

Keperawatan pada 2 klien Penyakit

Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

dengan masalah intoleransi aktivitas

di Rumah Sakit Panti Waluya

Sawahan Malang, klien 1 dan klien

2 telah dilakukan pengkajian sampai

dengan hasil evaluasi selama 3 hari

sesuai dengan tujuan serta kriteria

hasil yang telah ditetapkan,

didapatkan hasil masalah teratasi

untuk penanganan masalah

keperawatan intoleransi aktivitas

pada klien 1 dan belum teratasi

untuk klien 2.

Daftar Pustaka

Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar

Kebutuhan Dasar Manusia.

Tangerang Selatan: Binarupa

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARUrepository.stikespantiwaluya.ac.id/445/4/Manuskrip... · Living) dengan menggunakan indeks barthel, membantu kemampuan klien dalam melakukan

Aksara.

Herrington, Simon. 2017. MUIR

Buku Ajar Patologi. 15th ed.

Allen. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan

Keperawatan Klien Dengan

Gangguan Sistem Pernapasan.

Jakarta: Salemba Medika.

Nurmayanti, Agung Waluyo, Wati

Jumaiyah, Rohman Azzam.

2019. " Pengaruh Fisioterapi

Dada, Batuk Efektif Dan

Nebulizer Terhadap

Peningkatan Saturasi Oksigen

Dalam Darah Pada Pasien

PPOK." Jurnal Keperawatan

Silampari Volume 3 No.1

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2017.

Dewan Pengurus Pusat PPNI

Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia

Definisi Dan Indikator

Diagnostik Edisi 1.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018.

Standar Intervensi

Keperawatan. Jakarta: DPP

PPNI.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. 2018.

Standar Luaran Keperawatan

Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

World Health Organization (WHO).

2015. Chronic Obstructive

Pulmonary Disease.

COPD:Journal of Chronic

Obstructive Pulmonary

Disease: Vol:16, No 5-6

Tarwoto dan Wartonah. 2015.

Kebutuhan Dasar Manusia Dan

Proses Keperawatan. 5th ed.

ed. Peni Puji Lestari. Jakarta:

Salemba Medika

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARUrepository.stikespantiwaluya.ac.id/445/4/Manuskrip... · Living) dengan menggunakan indeks barthel, membantu kemampuan klien dalam melakukan