ASUHAN KEPERAWATAN POLIB

download ASUHAN KEPERAWATAN POLIB

of 36

description

grafandhi

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN POLIB

BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN3.1. PengkajianAnamnesaData demografi Nama : Tn. RJUmur : 27 thJenis kelamin : Laki-LakiStatus : KawinAgama : islamSuku bangsa : jawaPendidikan : SarjanaPekerjaan : swastaAlamat : kenjeran baru 2ADx medis : PolipRiwayat penyakit sekarang : klien merasaan buntu pada hidung dan nyeri kronis pada hidung.Keluhan utama: sulit bernapas.a) Riwatan penyakit dahulu: Klien memiliki riwayat penyakit sinusitis, rhinitis alergi, serta riwayat penyakit THT. Klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma. Selain itu, klien pernah menderita sakit gigi geraham.b) Riwayat penyakit keluarga: -c) Riwayat psikososial- Intrapersonal : klien merasa cemas akibat nyeri yang kronis.- Interpersonal : gangguan citra diri yang berhubungan dengan suara sengau akibat massa dalam hidung.d) Pemeriksaan fisik persistem1) B1 (breath): RR dapat meningkat atau menurun, terjadi perubahan pola napas akibat adanya massa yang membuntu jalan napas, adanya suara napas tambahan seperti ronchi akibat penumpukan secret, serta terlihat adanya otot bantu napas saat inspirasi2) B2 (blood): -3) B3 (brain): adanya nyeri kronis akibat pembengkakan pada mukosa, gangguan penghidu atau penciuman4) B4 (bladder): terjadi penurunan intake cairan5) B5 (bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun, klien terlihat lemas6) B6 (bone): -3.2. Analisa DataNoDataEtiologiMasalah

1DS: nafsu makan berkurangDO: berat badan turun, porsi makan tidak habisPolipPenurunan indera penciumanGangguan persepsi sensori: penciuman

2DS: klien merasa ada sumbatan di hidungDO : RR 24 x/menit, pola nafas tidak teratur, terlihat adanya otot bantu napas saat inspirasi, adanya suara napas tambahan (ronchi)Adanya masaaliran/drainase sekret tertahanHidung tersumbatBersihan jalan nafas tidak efektif

3.DS:klien merasa lemas, nafsu makan turun.DO:kurus, BB menurun (dari 65 kg menjadi 61 kg), albumin 11INTERVENSIRASIONAL

Observasi: Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai. Pantau masukan dan pengeluaran dan berat badan secara pariodik. Kaji turgor kulit pasien Pantau nilai laboratorium, seperti Hb, albumin, dan kadar glukosa darahMandiri: Pertahankan berat badan dengan memotivasi pasien untuk makan Menyediakan makanan yang dapat meningkatkan selera makan pasien Berikan makanan kesukaan pasien Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan (misalkan, pindahkan barang- barang yang tidak enak dipandang) Dorong makan sedikit demi sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi karbohidrat Auskultasi bising usus, palpasi/observasi abdomenKolaborasi: Kolaborasi dengan tim analis medis untuk mengukur kandungan albumin, Hb, dan kadar glukosa darah. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang TKTP pada pasien Diskusikan dengan dokter mengeni kebutuhan stimulasi nafsu makan atau makanan pelengkapEdukasi: Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal Dukung keluarga untuk membawakan makanan favorit pasien di rumah Untuk mendukung peningkatan nafsu makan pasien Mengetahui keseimbangan intake dan pengeluaran asuapan makanan Sebagai data penunjang adanya perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan Untuk dapat mengetahui tingkat kekurangan kandungan Hb, albumin, dan glukosa dalam darah Mempertahankan berat badan yang ada agar tidak semakin berkurang Meningkatkan nafsu makan pasien Merangsang nafsu makan pasien Meningkatkan rasa nyaman pasien untuk makan Meningkatkan asupan makanan pada pasien Mengetahui adanya bising atau peristaltik usus yang mengindikasikan berfungsinya saluran cerna Mengetahui kandungan biokimiawi darah pasien Memberikan asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien Memberi rangsangan pada pasien untuk menimbulkan kembali nafsu makannya Agar pasien mengetahui kebutuhan nutrisinya dan cara memenuhinya yang sesuai dengan kebituhan Agar pasien mendapatkan gizi yang seimbang dengan harga yang relatif terjangkau Merangsan nafsu makan pasien

1. Resiko infeksi b.d terhambatnya drainase sekret.Tujuan : Meningkatnya fungsi indera penciuman klienKriteria hasil:- Klien tidak merasa lemas- Mukosa mulut klien tidak keringINTERVENSIRASIONAL

Observasi: Pantau adanya gejala infeksi Kaji faktor yang dapat meningkatkan serangan infeksiMandiri : Awasi suhu sesuai indikasi Pantau suhu lingkungan Health Education : Menjaga lingkungan, ventilasi, dan juga pencahayaan dirumah tetap bersihRasional Menjaga timbulnya infeksi Menjaga perilakudan keadaan yang mendukung terjadinya infeksiRasional Reaksi demam indicator adanya infeksi lanjut Suhu ruangn atau jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal

1. Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul akibat sumbatan polip Tujuan: peningkatan sosialisasiKriteria Hasil:- Menunjukkan keterlibatan sosial- Menunjukkan penampilan peranINTERVENSIRASIONAL

Observasi: Kaji pola interaksi antara pasien dengan orang lainMandiri: Tetapkan jadwal interaksi. Identifikasi perubahan perilaku yang spesifik Libatkan pendukung sebaya dalam memberikan umpan balik pada pasien dalam interaksi sosialKolaborasi: Kolaborasi dengan psikolog untuk memberikan motivasi diri pada pasienEdukasi: Berikan informasi tentang sumber-sumber di komunitas yang akan membantu pasien untuk melanjutkan dengan meningkatkan interaksi sosial setelah pemulangan Mengetahui tingkat sosialisasi pasien dengan orang lain. Pasien dapat beristirahat dan bersosialisasi dengan maksimal. Perawat dapat mengerti kondisi psikis pasien. Keberadaan pendukung sebaya akan menjadi teman untuk bersosialisasi. Motivasi diperlukan dalam mengubah persepsi pasien menjadi lebih baik. Pasien dapat meningkatkan sosialisasi dengan dengan baik pada komunitas masyarakat dan sekitarnya.

1. Ansietas b.d kegelisahan adanya sumbatan pada hidungTujuan : pengurangan ansietasKriteria hasil :- Pasien tidak menunjukkan kegelisahan- Pasien dapat mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif- Tidak terjadi insomniaINTERVENSIRASIONAL

Observasi: Kaji tingkat kecemasan pasien Tanyakan kepada pasien tentang kecemasannyaMandiri: Ajak pasien untuk berdiskusi masalah penyakitnya dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan pilihan Berikan posisi yang nyaman pada pasien Berikan hiburan kepada pasienKolaborasi: Berikan obat- obatan penenang jika pasien mengalami insomniaEdukasi: Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, perawatan, dan prognosis Ajarkan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dirasakan selama prosedur Mengetahui tingkat kecemasan pasien Mengetahui penyebab kecemasan pasien Meningkatkan motivasi diri pasien Tingkat kenyamanan pasien dapat mempengaruhi kecemasan pada pasien Hiburan akan mengalihkan fokus pasien dari kecemasannya Memberikan bantuan farmakologik untuk menenangkan pasien Memberi pengetahuan yang faktual pada pasien Relaksasi membantu menurunkan kecemasan pada pasien Kejelasan mengenai prosedur dapan mengurangi kecemasan pasien

1. Nyeri kronis b.d penekanan polip pada jaringan sekitarTujuan : nyeri berkurang atau hilangKriteria hasil :- Klien mengungkapakan kualitas nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang- Klien tidak menyeringai kesakitan- Tidak ada kegelisahan dan ketegangan otot- Tidak terjadi perubahan pola tidur pada pasienINTERVENSIRASIONAL

Observasi: Kaji tingkat nyeri klien Observasi tanda-tanda vital dan keluhan klien Kaji pola tidur , pola makan, serta pola aktivitas pasienMandiri: Ajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi (misal: baca buku atau mendengarkan music)Kolaborasi: Kolaborasi dengan tim medis untuk terapi konservatif: pemberian obat acetaminofen; aspirin, dekongestan hidung; pemberian analgesikEdukasi: Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya Jelaskan pada keluarga dan pasien bahwa dalam penatalaksanaan ini membutuhkan kepatuhan penderita utk menghindari penyebab / pencetus alergi Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya. Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien. TTV dapat menunjukkan kualitas nyeri dan respon nyeri oleh tubuh pasien tersebut Untuk mengetahui pengaruh nyeri yang timbul pada pola kesehatan pasien Klien mengetahui teknik distraksi dan relaksasi sehingga dapat mempraktekannya bila mengalami nyeri. Menghilangkan/ mengurangi keluhan nyeri klien. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri. Memberikan pengetahuan pada klien dan keluarga Untuk memaksimalkan tindakan (mengurangi ketidak patuhan)

BAB IVPENUTUPAN4.1. SimpulanPolip nasi ialah massa lunak yang bertangkai di dalam rongga hidung yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Permukaannya licin, berwarna putih keabu-abuan dan agak bening karena mengandung banyak cairan. Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral.Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitifatau reaksi alergi pada mukosa hidung. Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama. Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi.Diagnos keperawatan yang mungkin ditegakkan pada klien penderita polip antara lain:1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya masa dalam hidung2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d menurunnya nafsu makan3. Resiko infeksi b.d penurunan fungsi indra penciuman1. Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul akibat sumbatan polip2. Ansietas b.d kegelisahan adanya sumbatan pada hidung3. Nyeri kronis b.d infeksi pada mukosa hidung (sinusitis kronis dan rinitis alergi)4.2. SaranMahasiswa keperawatan dan seseorang yang profesinya sebagai perawat diharapkan mampu memahami dan menguasai berbagai hal tentang polip seperti etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan lainnya, serta asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien yang menderita polip, agar gangguan pada daerah hidung ini dapat teratasi dengan baik.Daftar PustakaArief Mansoer dkk. 1999. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius fakultas kedokteran universitas IndonesiaDoenges, E. Mari Lynn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGCGreenberg J, 1998. Current Management of Nasal Polyposis. Diakses dari www.bcm.comJual, linda.1998.Rencana asuhan dan dokumentasi keperawatan-diagnosa keperawatan dan masalah kolaborasi. Jakarta : EGC

McClay JE, 2007. Nasal Polyps. Diakses dari www.emedicine.comSzema AM, Monte DC, 2005. Nasal Polyposis: What Every Chest PhysicianProf H.Nurbaiti Iskandar. 1993. dokter DSTHT. Jakarta : Fakultas kedokteran universitas Indonesia . balai penerbit FKUI.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIP

1.1 Pengkajian 1. Biodata Nama, umur, sex, alamat, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan2. Keluhan utama Biasanya klien mengeluh sulit bernafas, hidung rasa tersumbat tidak hilang dan semakin lama semakin berat.3. Riwayat penyakit sekarang Klien mengeluh hidung tersumbat, Sumbatan ini menetap, tidak hilang dan semakin lama semakin berat. Pasien sering mengeluhkan terasa ada massa didalam hidung dan sukar membuang ingus. Klien juga mengeluh mengalami gangguan penciuman. Gejala sekunder dapat terjadi bila sudah di seratai kelainan organ di dekatnya berupa : adanya post nasal drip, sakit kepala, nyeri muka, suara nasal (bindeng), telinga terasa penuh, mendengkur, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.4. Riwayat penyakit dahulu - Klien pernah menderita penyakit akut seperti asma- Pernah mempunyai riwayat penyakit THT seperti rhinitis alergi- Intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat serta makanan.- Pernah menderita sakit gigi geraham 5. Riwayat penyakit keluarga Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang6. Riwayat psikososialInterpersonal seperti perasaan yang dirasakan klien (cemas,sedih). Hubungan dengan orang lain (minder)7. Pola istirahat tidurKlien mengeluh gangguan istirahat karena hidung tersumbat dan pilek8. Pola sensorikBiasanya pola penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen, serous, mukopurulen)

1.2 Pemeriksaan fisikB1 (Breathing)Daya penciuman terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen, serous, mukopurulen), hidung terasa tersumbat, susah bernafas, mukosa merah dan bengkak, merasa banyak lendir dan keluar darah.B2 (Blood)Takikardi, disritmia, sakit kepala, pucat (anemia), Klien merasa lesu dan pusing, demam,keringat malam, diaforesisB3 (Brain)Kesadarn komposmentis.B4 (Bladder)Dalam batas normalB5 (Bowel) Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung dan proses penciuman,kelelahan, kelemahanB6 (Bone)Nyeri tekan pada daerah hidung, Nyeri pada tulang pipi

1.3 Diagnosa Keperawatan1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi/sumbatan pada hidung2. Nyeri akut berhubungan dengan edema cavum nasal3. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan proses penciuman4. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya penyakit sekunder

1.4 Intervensi Keperawatan1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi/sumbatan pada hidungTujuan : Mempertahankan pola pernapasan normal/efektif bebas dispnea, sianosis atau tanda lain seperti distress pernapasanKriteria Hasil :- Frekuensi nafas normal 16-20 x/menit- Tidak ada suara nafas tambahan- Tidak menggunakan otot pernafasan tambahan- Tidak terjadi dispnea dan sianosisIntervensi :1. Kaji/awasi frekuensi pernapasan, kedalaman, irama. Perhatikan laporan dispnea dan/atau penggunaan otot bantu pernapasan cuping hidung, gangguan pengembangan dada.R/ : Perubahan (seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesori) dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan/pengaruh pernapasan yang membutuhkan upaya intervensi.2. Beri posisi dan bantu ubah posisi secara periodikR/ : Meningkatkan kenyamanan klien3. Anjurkan/bantu dengan tehnik napas dalam dan/atau pernapasan bibir atau pernapasan diafragmatik abdomen bila diindikasikanR/ : Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan napas kecil, memberikan klien beberapa kontrol terhadap pernapasan, membantu menurunkan ansietas.4. Awasi/evaluasi warna kulit, perhatikan pucat, terjadinya sianosis (khususnya pada dasar kulit, daun telinga dan bibir)R/ : proliferasi SDP dapat menurunkan kapasitas pembawa oksigen darah, menimbulkan hipoksemia.5. Kaji respon pernafasan terhadap aktifitas. Perhatikan keluhan dispnea/lapar udara meningkat kelelahan. Jadwalkan period istirahat antara aktivitas.R/ : penurunan oksigen seluler menurunkan kebutuhan oksigan dan mencegah kelelahan 6. Tingkatkan tirah baring dan berikan perawatan sesuai indikasi selama eksaserbasi akut/panjangR/ : Memburuknya keterlibatan pernafasan/hipoksia dapat mengindikasika penghentian aktivitas untuk mencegah pengaruh pernafasan lebih serius7. Berikan lingkungan tenangR/ : Meningkatkan relaksasi, penyimpanan energi dan menurunkan kebutuhan oksigen8. Observasi distensi vena leher, sakit kepala, pusing, edema periorbital/fasial, dispnea dan stridorR/ : Klien non-hodgkin pada resiko sindrom vena cava superior dan obstruksi jalan nafas, menunjukkan kedaruratan onkologis9. Kolaborasi pemberian oksigenR/ : Memaksimalkan ketersediaan untuk kebutuhan sirkulasi, membantu menurunkan hipoksemia\

2. Nyeri akut berhubungan dengan edema cavum nasalTujuan : Nyeri berkurang atau hilangKriteria Hasil :- Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang- Ekspresi wajah rileks- Skala nyeri turun antara 0-3 Intervensi :1. Kaji tingkat nyeri klienR/ : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya2. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganyaR/ : Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri3. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksiR/ : Klien mengetahui tehnik distraksi dan relaksasi sehingga dapat mempraktekannya bila mengalami nyeri4. Observasi tanda vital dan keluhan klienR/ : Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien 5. Kolaborasi dengan tim medis dengan terapi konservatif dalam pemberian obat acetaminopen, aspirin, dekongestan hidung.R/ : Menghilangkan / mengurangi keluhan nyeri klien

3. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan proses penciumanTujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makanKriteria Hasil :- Peningkatan masukan makanan- Tidak ada penurunan berat badan lebih lanjutIntervensi :1. Pastikan pola diet biasa klien, yang disukai atau tidak disukaiR/ : membentu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus2. Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodikR/ : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan lingkunganb cairan3. Berikan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi karbohidratR/ : Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster

4. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya penyakit sekunderTujuan : infeksi tidak terjadiKriteria Hasil :- Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi- Meningkatkan penyambuhan luka- Bebas eritema (kemerahan,gatal)- Tidak terjadi demamIntervensi1. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan klienR/ : Mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bakterial2. Pertahankan tehnik aseptik ketat pada prosedur/perawatan lukaR/ : Menurunkan risiko kolonisasi infeksi bakteri3. Berikan perawatan kulit, perianal, dan oral dengan cermatR/ : Menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi4. Bantu perubahan posisi/ambulasi yang seringR/ : Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah decubitus pencetus infeksi5. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardi dengan/tanpa demamR/ : adnaya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi pengobatan6. Pantau/batasi kunjunganR/ : Membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi7. Kolaborasi dalam pemberian antiseptik topikal, antibiotik sistemikR/ : Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi lokal.

DAFTAR PUSTAKAAdams, George L, Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6, Buku Kedokteran EGC, jakarta : 1997Broek, Van Den, Ilmu Kesehatan Tenggorok Hidung dan Telinga edisi 12, Buku kedokteran EGC, Jakarta : 2010Lucente, Frank E, Ilmu THT, Buku kedokteran EGC, Jakarta : 2011Mansjoer, Arief. Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid I. Penerbit Media Aesculapius FK-UI. Jakarta : 2000

ASUHAN KEPERAWATAN POLIP HIDUNG

AnamnesaPada anamnesa kasus polip, keluhan utama biasanya ialah hidung tersumbat. Sumbatan ini menetap, tidak hilang dan semakin lama semakin berat. Pasien sering mengeluhkan terasa ada massa di dalam hidung dan sukar membuang ingus. Gejala lain adalah gangguan penciuman. Gejalasekunder dapat terjadi bila sudah disertai kelainan organ didekatnya berupa: adanya post nasal drip, sakit kepala, nyeri muka, suara nasal (bindeng), telinga terasa penuh, mendengkur, gangguantidur dan penurunan kualitas hidup.Selain itu juga harus di tanyakan riwayat rhinitis alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat serta makanan.PENGKAJIAN :1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,2. Riwayat Penyakit sekarang :3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh sulit bernafas, tenggorokan.4. Riwayat penyakit dahulu :- Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma- Pernah mempunyai riwayat penyakit THT- Pernah menedrita sakit gigi geraham5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.6. Riwayat spikososiala. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih0b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.7. Pola fungsi kesehatana. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat- Untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek sampingb. Pola nutrisi dan metabolisme :- biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidungc. Pola istirahat dan tidur- selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilekd. Pola Persepsi dan konsep diri- klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsep diri menurune. Pola sensorik- daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).8. Pemeriksaan fisika. status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).Data subyektif :- Hidung terasa tersumbat, susah bernafas- Keluhan gangguan penciuman- Merasa banyak lender, keluar darah- Klien merasa lesu, tidak nafsu makan- Merasa pusingData Obyektif1. Demam, drainage ada : Serous Mukppurulen Purulen2. Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami radang ? Pucat, edema keluar dari hidung atau mukosa sinus3. Kemerahan dan edema membran mukosa4. Pemeriksaan penunjung :a. Kultur organisme hidung dan tenggorokan

E. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang ditandai dengan mukosa hidung yang berisi banyak cairanF. Perencanaan Keperawatan1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang ditandai dengan mukosa hidung yang berisi banyak cairan.Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektifKriteria : Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak menggunakan otot pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnoe dan sianosis.

No. Intervensi Rasional1 2 31 Mandiri Kaji bunyi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada. Catat kemampuan mengeluarkan mukosa/batuk efektif Penurunan bunyi nafas dapat menyebabkan atelektasis, ronchi dan wheezing menunjukkan akumulasi sekret Sputum berdarah kental atau cerah dapat diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronchial Berikan posisi fowler atau semi fowler tinggi Bersihkan sekret dari mulut dan trakea Pertahankan masuknya cairan sedikitnya sebanyak 250 ml/hari kecuali kontraindikasi Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan Mencegah obstruksi/aspirasi Membantu pengenceran sekret 2 Kolaborasi Berikan obat sesuai dengan indikasi mukolitik, ekspektoran, bronkodilator Mukolitik untuk menurunkan batuk, ekspektoran untuk membantu memobilisasi sekret, bronkodilator menurunkan spasme bronkus dan analgetik diberikan untuk menurunkan ketidaknyamanan

5. IMPLEMENTASI1. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.2. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.3. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi.5. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.

6. EVALUASI Evaluasi menurut Nursalam (2001) yaitu :Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan dalam asuhan keperawatan dan proses ini berlangsung terus menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan.Ada 4 yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu :- Masalah teratasi- Masalah teratasi sebagian- Masalah tidak teratasi- Timbul masalah baru.

DAFTAR PUSTAKA1. Soepardi, Efiaty. Iskandar, Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok edisi IV cetakan I. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 20001. Soepardi, Efiaty. Hadjat, Fachri. Iskandar, Nurbaiti. Penatalaksanaan dan Kelainan Telinga Hidung Tenggorok edisi II. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 20001. Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid I hal. 113 114. Penerbit Media Aesculapius FK-UI 20001. Adams, George. Boies, Lawrence. Higler, Peter. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. W.B. Saunders, Philadelphia 19891. Ballenger, John Jacob. Diseaes of The Nose Throat Ear Head and Neck. Lea & Febiger 14th edition. Philadelphia 1991