Asuhan Keperawatan Tutorial
-
Upload
elma-dira-nugroho -
Category
Documents
-
view
80 -
download
2
Transcript of Asuhan Keperawatan Tutorial
ASUHAN KEPERAWATAN TUTORIAL
PADA KLIEN An. I DENGAN MENINGOENSEFALITIS TB DI RUANG
ASTER (RKK) RSD Dr. SOEBANDI JEMBER
OLEH KELOMPOK 1:
ADDITYA PRASETYAWAN, S. Kep.
BISMO NUGROHO, S. Kep.
DENY PRASETYANTO, S. Kep.
DIAN RATNA ELMAGHFUROH, S. Kep.
ERILYANI P, S. Kep.
RIRIN KRISNAWATI, S. Kep.
DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAKPROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2012
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Meningitis merupakan salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang mengenai selaput
otak dan selaput medulla spinalis yang juga disebut sebagai meningens. Meningitis dapat
disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan parasit.
Meningitis Tuberkulosis tergolong ke dalam meningitis yang disebabkan oleh bakteri yaitu
Mycobacterium Tuberkulosa. Bakteri tersebut menyebar ke otak dari bagian tubuh yang lain.
Meningitis tuberkulosa terjadi akibat komplikasi penyebaran tuberkolosis primer, biasanya
dari paru. Meningitis bukan karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran
hematogen, tetapi biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak,
sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah ke dalam rongga arakhnoid.
Meningitis adalah radang umum pada arakhnoid dan piamater yang dapat terjadi secara akut
dan kronis. Sedangkan ensefalitis adalah radang jaringan otak. Meningoensefalitis
tuberculosis adalah peradangan pada meningen dan otak yang disebabkan oleh
Mikobakterium tuberkulosis (TB). Penderita dengan meningoensefalitis dapat menunjukkan
kombinasi gejala meningitis dan ensefalitis (Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).
Meningoencephalitis tuberculosis adalah suatu reaksi peradangan akibat infeksi sekunder
bakteri tuberculosis yang mengenai parenkim otak, satu atau semua lapisan selaput yang
membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus
atau serosa (Mardjono, 2008).
2. Fakto Resiko
Faktor resikodari meningoencephalitis tuberculosis antara lain adanya fraktur terbuka di
daerah kepala sehingga meningkatkan kemungkinan untuk terpapar agen penyebab infeksi.
Selain itu, adnya infeksi di daerah lain seperti sinusitis, otitis media, mastoiditis, dan
tuberculosis. Pada orang-orang dengan imunocompromise seperti pada penderita HIV juga
sangat rentan terkena meningoencephalitis (Mardjono, 2008).
3. Etiologi dan Patogenesis
Infeksi TB pada SSP disebabkan oleh Mycobakterium tuberkulosis, bakteri obligat aerob
yang secara alamiah reservoirnya manusia. Organisme ini tumbuh perlahan, membutuhkan
waktu sekitar 15 sampai 20 jam untuk berkembang biak dan menyebar. Seperti semua jenis
infeksi TB, infeksi SSP dimulai dari inhalasi partikel infektif. Tiap droplet mengandung
beberapa organisme yang dapat mencapai alveoli dan bereplikasi dalam makrofag yang ada
dalam ruang alveolar dan makrofag dari sirkulasi. Pada 2-4 minggu pertama tak ada respons
imun untuk menghambat replikasi mikobakteri, maka basil akan menyebar ke seluruh tubuh
menembus paru, hepar, lien, sumsum tulang. Sekitar 2 sampai 4 minggu kemudian akan
dibentuk respons imun diperantarai sel yang akan menghancurkan makrofag yang
mengandung basil TB dengan bantuan limfokin. Kumpulan organisme yang telah dibunuh,
limfosit, dan sel sel yang mengelilingnya membentuk suatu fokus perkejuan. Fokus ini akan
diresorbsi oleh makrofag disekitarnya dan meninggalkan bekas infeksi. Bila fokus terlalu
besar maka akan dibentuk kapsul fibrosa yang akan mengelilingi fokus tersebut, namun
mikorobakteria yang masih hidup didalamnya dapat mengalami reaktivasi kembali. Jika
pertahanan tubuh rendah maka fokus tersebut akan semakin membesar dan encer karena
terjadi proliferasi mikrobakterium. Pada penderita dengan daya tahan tubuh lemah, focus
infeksi primer tersebut akan mudah ruptur dan menyebabkan TB ekstra paru yang dapat
menjadi TB milier dan dapat menyerang meningen.
Pada meningoencephalitis kasus ini terjadi infeksi meningitis terlebih dahulu oleh
Mycobacterium tuberculosis yang kemudian berlanjut menyebabkan inflamasi pada
parenkim otak. Patogenesis menigoencephalitis yang disebakan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis ini terjadi dalam dua langkah. Langkah pertama adalahketika bakteri masuk ke
dalam tubuh melalui inhalasi droplet, dan langkah kedua adalah ketika fokus bakteri rupture
dan menyebar melalui spatium subarachnoidea.
inhalasi droplet yang mengandung Mycobacterium tuberculosis
difagosit oleh makrofag
M. tuberculosis berkembang biak di dalam makrofag
M. tuberculosis terbawa sampai paru, dan membentuk kompleks primer melalui penyebaran
secara limfatogen regional
bakterimia
bakteri basil M. tuberculosis menyebar sampai ke meninges dan parenkim otak
pembentukan fokus lesi kaseosa (Rich Foci) di subpial atau subependimal
fokus lesi kaseosa bertambah besar dan rupture di spatium subarachnoidea
meningitis menyebar sampai parenkim otak membentuk tuberkuloma encephalitis
(Ramachandran, 2011)
4. Manifestasi Klinis
Stadium meningitis TB telah diperkenalkan sejak tahun 1947 dan sejak itu banyak kalangan
yang menerapkannya untuk penanganan awal sekaligus menentukan prognosis. Penderita
dengan stadium pertama hanya memiliki manifestasi klinis yang tidak khas karena tanpa
disertai dengan gejala dan tanda neurologis. Sedangkan penderita dengan stadium kedua
(intermediet) telah menunjukkan gejala iritasi meningeal disertai dengan kelumpuhan saraf
kranial namun tak ada defek kerusakan lain serta tidak ada penurunan kesadaran. Pada
stadium tiga, penderita mengalami kerusakan neurologis yang besar, stupor, dan koma.
Penyakit ini lebih samar pada penderita dewasa, anamnesis tentang riwayat pernah
mengalami penyakit TB biasanya jarang. Lamanya gejala biasanya tidak berhubungan
dengan derajat klinis.
5. Patofisiologi
Lokal Invasi
Bakterimia
Inflamasi pada otak Demam
Invasi meningenKaku
kuduk
Peningkatan permeabilitas
BBB
Edema vasogenik
Inflamasi subarakhnoid
Serebral vaskulitis
Edema sitotoksik
Peningkatan resistensi aliran
LCS
Hidrosefalus
Edema intertisial
Peningkatan TIK
Herniasi Sefalgia
Muntah
Penurunan ADO
Iskemia jaringan otak Epilepsi
6. Penegakan diagnosis meningoencephalitis tuberculosisa.
a. Kebanyakan pasien meningoensefalitis menunjukkan gejala meningitis seperti demam,
sakit kepala, kekakuan pada leher, vomiting, diikuti oleh penurunan kesadaran,
konvulsi, dan kadang-kadang tanda-tanda neurologik, tanda peningkatan tekanan
intrakranial atau gejala-gejala psikiatri. Mungkin juga gejala-gejala yang muncul
berhubungan dengan infeksi di bagian tubuh lain. Gejala-gejala meningoensefalitis TB
yang muncul berupa gejala peningkatan tekanan intrakranial seperti sakit kepala,
vertigo, nause, konvulsi dan perubahan mental. Gejala lain yang mungkin timbul
termasuk photophobia, perubahan sensorik, dan kekakuan leher. Penegakan diagnosis
dilakukan dengan prosedur seperti yang dilakukan pada meningitis dan eksefalitis
diantaranya pemeriksaan cairan serebrospinal; pemeriksaan darah termasuk didalamnya
kultur, pemeriksaan imaging, diantaranya CT scan, MRI dan elektroencephalogram.
b. Diagnosis meningomeningoensefalitis TB pada pasien dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesa dan pemeriksaan fisik serta penunjang yang dilakukan pada pasien. pada pasien
didapatkan keluhan demamyang berlangsung selama 5 hari, merupakan salah satu keluhan atau gejala
pada meningitis, selain demam juga didapatkan adanya keluhan mual tapi tidak sampai
muntah ini menunjukkan adanyapeningkatan tekanan intrakranial pada pasien: Agen
penyebab → reaksi local pada meninges → inflamasi meninges → peningkatan
permiabilitas kapiler → kebocoran cairan dari intravaskuler keinterstisial →
peningkatan volume cairan interstisial → edema → Postulat Kellie Monroe, kompensasi
tidak adekuat → peningkatan tekanan intracranial menurunkan kesadaran.
c. Pada pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky sign (+) menandakan bahwa infeksi
atau iritasi sudah mencapai ke medulla spinalis bagian bawah. Pada pemeriksaan Kernig
sign posterior L4 apabila ditemukan ada kelainan di medula spinalistimbul nyeri.
d. Hasil pemeriksaan dan laboratorium yang menunjukkan adanya leukositosis menunjang
terjadinya demam pada pasien, hasil pemeriksaan fisik juga menunjukkan adanya
infeksi pada meningen yang belum mencapai medulla spinalis, oleh karena itu gejala
yang didapat pada pasien ditunjang dengan pemeriksaan fisik dan penunjang maka
sesuai dengan diagnosis meningitis.untuk mengetahui penyebab pastinya dibutuhkan
adanya kultur.
e. Pemeriksaan penunjang Laboratorium; Pungsi lumbal penting sekali untuk pemeriksaan
bakteriologik dan laboratorium lainnya. Likuor serebrospinalis berwarna jernih,
opalesen atau kekuning-kuningan (xantokrom). Tekanan dan jumlah sel meninggi
namun umumnya jarang melebihi 1.500/3 mm3 dan terdiri terutama dari limfosit. Kadar
protein meninggi sedangkan kadar glukosa dan klorida total menurun. Bila cairan otak
didiamkan maka akan timbul fibrinous web (pelikel), tempat yang sering ditemukannya
basil tuberkulosis.Pungsi lumbal ulangan dapat memperkuat diagnosis.
7. Penanganan
Penatalaksanaan (farmako dan non farmako) meningoencephalitis tuberculosis dapat
dilakukan beberapa pengobatan yaitu sebagai berikut :
a. Pengobatan medika medika mentosa sesuai rekomendasi American Academy of
Pediatries 1994, pemberian 4 macam obat selama 2 bulan, diteruskan dengan
pemberian LNH dan Rifampisin selama 10 bulan.
1) Isoniazid (INH) 5-10 mg/kgBB/hari, dosis maksimum 300 mg/hari
2) Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari, dosis masksimum 600 mg /hari
3) Pirazinamid 20-40 mg/kgBB/hari, dosis maksimum 2000 mg/hari
4) Etambutol 15-25 mg/kgBB/hari, dosis maksimum 2500 mg/hari
5) Prednizon 1-2 mg/kgBB/hari selama 2-3 minggu, dilanjutkan dengan lapering-off
b. Jika didapatkan hidrosefalus dapat dilakukan pemasangan VP-Shunt. Pengobatan
suportif meliputi restriksi cairan, posisi kepala lebih tinggi dan fisioterapi pasif.
(Caroline, 2010). Steroid diberikan untuk :
1) Menghambat reaksi inflamasi
2) Mencegah komplikasi infeksi
3) Menurunkan edema serebri
4) Mencegah perlekatan
5) Mencegah arteritis / infark otak
Indikasi pemakaian steroid :
1) Penurunan kesadaran
2) Defisit nemologis fokal Steroid yang biasa dipakai yaitu dexametason
c. Pengobatan simptomatis
1) Menghentikan kejang:
a) Diazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6 mg/KgBB/dosis rektal
suppositoria, kemudian dilanjutkan dengan:
b) Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi dalam 3 dosis atau
c) Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosisb.
2) Menurunkan panas:
a) Antipiretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen
10mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehari
b) Kompres air hangat/biasa
d. Pengobatan suportif
1) Cairan intravena
2) Oksigen. Usahakan agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-50%.
e. Perawatan:
1) Pada waktu kejang :
a) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka
b) Hisap lender
c) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi
d) Hindarkan penderita dari rudapaksa (misalnya jatuh)
2) Bila penderita tidak sadar lama:
a) Beri makanan melalui sonde
b) Cegah dekubitus dan pnemonia ortostatik dengan merubah posisi penderita
sesering mungkin, minimal ke kiri dan ke kanan setiap 6 jam
c) Cegah kekeringan kornea dengan boorwater/salep antibiotika
3) Bila mengalami inkontinensia urin lakukan pemasangan kateter
4) Bila mengalami inkontinensia alvi lakukan lavemente
5) Pemantauan ketat
a) Tekanan darah
b) Pernafasan
c) Nadi
d) Produksi air kemih
e) Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini ada DIC
f. Fisioterapi dan rehabilitasi. (Caroline, 2010)
8. Diagnosis Banding Meningoencephalitis Tuberculosis
a. Tumor otak
Karena ada gejala-gejala peningkatan tekanan intracranial (muntah di pagi hari, nyeri
kepala sangat hebat) sehingga curiga ada pendesakan di ruang intracranial.
b. Tuberculosis
Hal ini didasarkan pada anamnesis diketahui bahwa 1 bulan yang lalu pasien
didiagnosis menderita infeksi pada paru-parunya dan diharuskan meminum obat tanpa
putus selama 6 bulan. Selain itu pasien juga mengeluh batuk, sering berkeringat pada
malam hari dan pasien merasakan berat badannya turun yang menunjukkan adanya tuberculosis
paru. Karena pengobatan terputus kurang dari 1 bulan pengobatan, maka kemungkinan
pasien masih menderita tuberculosis paru. Untuk dapat menegakkan diagnosis
diperlukan pemeriksaan fisik, tes darah lengkap, foto thorak, tes SPS (Hariadi, 2010).
c. Meningitis
Meningitis merupakan radang pada selaput otak. Kondisi pasien yang menderita TB
paru merupakan salah satu faktor resiko timbulnya meningitis, karena TB paru dapat
menimbulkan komplikasi berupa meningitis TB akibat penyebaran kuman TB dari paru
ke meningens secara hematogen. Saat terjadi penyebaran muncul gejala prodormal
berupa demam yang juga dirasakan oleh pasien 1 minggu sebelumnya. Gejala klinis
meningitis yang juga ada pada pasien adalah penurunan kesadaran, kejang, sakit kepala.
Untuk dapat menegakkan diagnosis ini diperlukan pemeriksaan tambahan berupa
pemeriksaan fisik, tes babinsky, tes darah lengkap, CT scan, lumbal pungsi, tes kaku kuduk, tes
brudzinski, tes kernig.
d. Meningoencephalitis
Meningitis sering dijumpai bersama dengan encephalitis. Tidak menutup kemungkinan
pasien menderita encephalitis yang diakibatkan perluasan infeksi dari meningens. Tanda
dan gejala pada encephalitis tidak jauh beda dengan meningitis. Untuk menegakan
diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan seperti pada meningitis ditambah pemeriksaan
nervus kranialis untuk memastikan adanya lesi di otak
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada meningoensefalitis TB menurut Tsumoto (2001)adalah :
a. Komplikasi akut :
1) Edema otak
2) Ventrikulitis
3) Kejang
4) Meningkatnya tekanan intracranial
b. Komplikasi intermediet :
1) Efusi dubdural
2) Abses otak
3) Hidrosefalus
c. Komplikasi kronik
1) Memburuknya fungsi kognitif
2) Ketulian
3) Kecacatan motorik
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Data-data yang di identifikasikan masalah kesehatan yang dihadapi penderita, meliputi :
a. Biodata.
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan
diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang
lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan kotor dapat mempercepat atau
memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk rumah sakit
keluhan utama pada penderita meningoencephalitis TB yaitu sakit kepala, kaku
kuduk, gangguan kesadaran, demam dan kejang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya
keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami
sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari ditandai
dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri
ekstrimitas dan pucat. Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya
tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala terebut berupa gelisah,
irritable, screaning attack, perubahan perilaku, gangguan kesadaran dan kejang
kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis,
hemiplegia, ataksia dan paralisi saraf otak.
d. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal. Dalam
riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu
terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi lahi rdalam
usia kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi system kekebalan terhadap
penyakit pada anak. Trauma persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit
contohnya aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk
mengetahui keadaan anak setelah lahir. Contoh : BBLR, apgar score, yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya
e. Riwayat penyakit yang lalu
Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan meningkatkan
kemungkinan terjdinya peradangan atau infeksi pada jaringan otak (J.G. Chusid,
1993). Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana kekebalan tubuh anak.
Alergi pada anak perlu diketahui untuk dihindarkan karena dapat memperburuk
keadaan.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan penyakit
yang dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu diketahui,
apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular yang ada
hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh klien.
g. Riwayat social
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Perjalanan klinik dari penyakit sehingga mengganggu status
mental, perilaku dan kepribadian. Perawat dituntut mengkaji status klien atau
keluarga agar dapat memprioritaskan maslaah keperawatannya.
h. Kebutuhan dasar (aktfitas sehari-hari)
Pada penderita meningoensepalitis TB sering terjadi gangguan pada kebiasaan
sehari-hari antara lain : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi karena mual
muntah, hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial.
Pola istirahat pada penderita sering kejang, hal ini sangat mempengaruhi penderita.
Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur karena penderita lemah
atau tidak sadar dan cenderung tergantung pada orang lain. Perilaku bermain perlu
diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui akibat hospitalisasi pada anak.
i. Pemeriksaan fisik
Pada klien meningoensefalitis TB pemeriksaan fisik lebih difokuskan pada
pemeriksaan neurologis. Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum
meliputi :
a. Keadaan umum.
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami perubahan atau
penurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkat kesadaran dapat disebabkan
oleh gangguan metabolisme dan difusi serebral yang berkaitan dengan kegagalan
neural akibat prosses peradangan otak.
b. Gangguan system pernafasan.
Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial menyebabakan
kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila
tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan.
c. Gangguan system kardiovaskuler.
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada
daerah tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan menyebabkan
tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan
meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
d. Gangguan system gastrointestinal
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan intrakranial
yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga
meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjd diare akibat terjadi
peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).
e. Pertumbuhan dan perkembangan
Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau
mengalami hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada keadaan
sakit fungsi tubuh menurun termasuk fungsi social anak. Tahun-tahun pertama
pada anak merupakan “tahun emas” untuk kehidupannya. Gangguan atau
keterlambatan yang terjadi saat ini harus diatasi untuk mencapai tugas-tugas
pertumbuhan selanjutnya. Pengkajian pertumbuhna dan perkembangan anak ini
menjadi penting sebagai langkah awal penanganan dan antisipasi. Pengkajian
dapat dilakukan dengan menggunakan format DDST.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebrum berhubungan dengan peningkatan TIK
b. Risiko cedera sekunder akibat kejang
c. Hipertermia berhubungan dengan infeksi
3. Intervensi Keperawtan
Diagnosa keperawatan :Gangguan perfusi jaringan serebrum berhubungan dengan
peningkatan TIK.
Tujuan : gangguan perfusi jaringan serebrum teratasi.
Kriteria hasil : anak tidak menunjukan tanda peningkatan TIK.
Rencana tindakan :
a. Kaji status neurologis anak setiap 2-4 jam catat tanda letargi, penonjolan ubun-ubun
(pada bayi), perubahan pupil, atau kejang-kejang.
R/ pengkajian status neurologis yang sering digunakan sebagai dasar
mengidentifikasi tanda-tanda dini peningkatan TIK.
b. Pantau asupan dan haluaran cairan setiap pergantian dinas.
R/ peningkatan volume cairan akan meningkatkan TIK.
c. Pantau tanda vital setiap 2-4 jam.
R/ perubahan tanda-tanda vital yang disertai dengan penigkatan TIK.
d. Catat kualitas dan nada tangisan anak.
R/ tangisan bernada tinggi menunjukan penungkatan TIK.
Diagnosa Keperawatan : Risiko cedera sekunder akibat kejang yang berhubungan
dengan iskemia jaringan otak
Tujuan : risiko cedera sekunder akibat kejang tidak terjadi.
Kriteria hasil : anak tidak akan mengalami cedera akibat kejang.
Rencana tindakan :
a. Lakukan kewaspadaan kejang, seperti menggunakan jalan nafas buatan, dan
peralatan penghisapan lendir, dan pasang penghalang tempat tidur.
R/ kewaspadaan ini mencegah anak jatuh, cedera kepala, anoksia, tersedak, dan mati
serta mengurangi risiko komplikasi lebuh jauh.
b. Beri pengobatan antikonvulsan, sesuai program.
R/ pengobatan antikonvulsan dapat mengendalikan kejang.
c. Selama kejang, lakukan tindakan sebagai berikut:
1) bantu anak berbaring miring ditempat tidur atau di lantai.
R/ langkah ini mencegah cedera akibat jatuh dan sentakan selama kejang.
2) singkirkan barang-barang yang ada di area tempat tidur.
R/ pengikatan atau pemindahan anak dengan paksa dapat menyebabkan cedera.
3) jangan mengikat anak tetapi menemani disampingnya.
R/ mencoba memasukan benda ke dalam mulut anak dapat merusak gigi dan
gusinya.
4) jangan meletakkan sesuatu di mulut anak.
R/ anak memerlukan resusitasi pernapasan, jika mengalami apnea selama atau
setelah kejang.
5) observasi status pernapasan anak, catat berbagai gerakan tubuh anak dan
lamanya kejang.
R/ jenis gerakan dan lamanya kejang membantu memastikan jenis kejang apakah
yang dialami anak.
Diagnosa Keperawatan : Hipertermia berhubungan dengan inflamasi pembuluh darah di
otak
Tujuan : hipertermia teratasi.
Kriteria hasil : suhu badan anak akan tetap kurang dari 37,8oC
Rencana tindakan :
a. Pantau suhu tubuh anak setiap 2-4 jam.
R/ pemantauan dapat mendeteksi kenaikan suhu.
b. Beri obat antipiretik sesuai program.
R/ antipiretik mengurangi demam dengan cara mengurangi set point ke nilai normal.
c. Beri obat antimikroba, sesuai program.
R/ antimikroba mengobati infeksi yang menjadi pennyebab penyakit.
d. Pertahankan lingkungan yang sejuk.
R/ lingkungan yang sejuk mengurangi demam, melalui kehilangan panas secara
radiasi.
e. Beri kompres dengan suhu 37oC, sesuai program.
R/ kompres hangat mendinginkan permukaan tubuh melalui proses konduksi.
Diagnosa Keperawatan : Deficit pengetahuan orang tua berhubungnan dengan
ketidaktahuan tentang sumber informasi
Tujuan : deficit pengetahuan teratasi.
Kriteria hasil : orang tua akan mengekspresikan pemahamannya tentang intruksi
perawatan di rumah.
Rencana tindakan :
a. Ajarkan orangtua bagaimana dan kapan member obat, termasuk uraian tentang dosis
dan efek obat.
R/ pemahaman pentingnya pengobatan yang konsisten dapat meningkatkan
kepatuhan. Mengetahui efek samping potensial dapat mengarahkan orang tua untuk
meminta bantuan medis bila diperlukan.
b. Ajarkan orang tua pentingnya memberikan istirahat yang adekuat pada anak.
R/ setelah infeksi, istirahat yang sering akan meningkatkan pemilihan.
ASUHAN KEPERAWATANPADA ANAK I DENGAN MENINGOENSEFALITIS TB
Tgl/jam MRS : 11 November 2012/00.45
Ruang : Aster
No. Register : 40.98.15
Dx. Medis : Meningoensefalitis TB
Tgl/Jam Pengkajian : 19 November 2012/10.00
A. Identitas Klien
Nama : An. I
Nama Panggilan : An. I
Umur/Tgl Lahir : 1 tahun 10 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Tn. M Nama Ibu : Ny. T
Umur : 23 tahun Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Madura/Indonesia Suku/Bangsa : Madura/Indonesia
Bahasa : Madura Bahasa : Madura
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani Pekerjaan : IRT
Penghasilan : - Penghasilan : -
Alamat : Curah manis 4/3 Alamat : Curah manis 4/3
Sidomulyo Silo Sidomulyo Silo
B.Keluhan Utama
Pasien mengalami penurunan kesadaran.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Kejang sejak 6 hari yang lalu, Px demam kejang seluruh tubuh selama 5 menit, sehari
2-3 x, sebelum kejang px mengalami penurunan kesadaran sejak 2 hari yang lalu
sampai sekarang. Px gelisah tidak berespon ketika dipanggil disertai batuk, pasien jg
mengeluarkan cairan dari telinga kiri 6 hari yang lalu, px muntah sejak 2 hari yang
lalu sampai sekarang px gelisah tidak berespon ketika dipanggil, disertai batuk.
Akhirnya keluarga klien membawa ke RSD Dr. soebandi kemudian klien mendapat
perawatan di ruang picu selama 4 hari dan kemudian dipindah ke Ruang Aster
(RKK).
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Penyakit yang pernah diderita
Pasien pernah sakit sesak nafas sebelumnya, selain itu menurut keterangan ibu
pasien, pasien sering jatuh dan kepalanya terbentur lantai.
b. Riwayat Operasi
Tidak ada riwayat operasi
c. Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi
d. Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah diimunisasi hanya sekali yaitu
suntik di paha (imunisasi DPT).
2. Riwayat Perkembangan
1. Motorik Kasar : sebelum sakit klien mampu berjalan-jalan
2. Motorik Halus : sebelum sakit klien mampu menggambar, menulis
3. Sosial : sebelum sakit klien dapat berinteraksi dengan baik dengan teman
sebaya.
4. Bahasa : sebelum sakit klien mampu berbicara dengan baik walaupun masih
sedikit kata yang bias diucapkannya
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu anak mengatakan bahwa kakek dari An. I mengalami riwayat batuk lama (TB
paru) pada saat usia An. I 2 bulan dan kematian kakeknya diakibatkan penyakit
tersebut.
6. Riwayat Perinatal
a. Antenatal :
Ibu klien mengatakan bahwa, saat ibu mengandung. Ibu memeriksakan
kehamilannya di posyandu sebanyak 3 kali selama kehamilannya.
b. Intranatal :
Klien dilahirkan secara spontan di bidan setempat, klien lahir pada usia kehamilan
9 bulan (aterm) dengan BBL 2,9 kg. Lahir langsung menangis dan tidak ada
kelainan pada klien.
c. Post natal :
Tali pusat lepas pada hari ke7
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan bahwa ada anggota keluarga yang menderita TB.
8. Genogram
9.
Keterangan
= Laki - laki
= Perempuan
= laki-laki meninggal
= perempuan meninggal
= tinggal serumah
= menikah
= Klien
I. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan
Ibu klien mengatakan apabila klien sakit dibawa ke bidan / pelayanan kesehatan
terdekat (puskesmas).
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 3x/hari
Jenis Nasi, lauk, sayur, buah,
air putih dan susu
Susu melalui sonde
Porsi 1 porsi habis 30 cc per 3 jam sekali
Total Konsumsi 1500 kkal 240 cc/hari
Keluhan Tidak ada Tidak ada
c. Pola eliminasi
Eliminasi Uri
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 5-7x/hari Pasien menggunakan pampers
Pancaran Kuat Lemah
Jumlah ± 100 cc/ BAK Memakai pampers tetapi dalam
sehari 2x ganti
Bau Amoniak Berbau obat
Warna Kuning pucat Merah
Parasaan setelah BAK Lega Tidak dapat dikaji
Total produksi urin ± 500-700 cc/hari Dalam sehari pampers diganti 2 x
dan setiap diganti pampers selalu
penuh
Eliminasi Alvi
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 1-2x/hari Belum BAB
Konsistensi Lunak berbentuk Belum BAB
Bau Khas Belum BAB
Warna Kuning kecoklatan Belum BAB
d. Pola aktifitas dan kebersihan diri
Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
Mobilitas Rutin Bermain Bed rest
Waktu Senggang Nonton tv, bermain
dengan teman
Bed rest
Mandi Tergantung penuh Tergantung penuh
Berpakaian Tergantung penuh Tergantung penuh
Toileting Tergantung penuh Tergantung penuh
Makan dan Minum Tergantung penuh Tergantung penuh
Tingkat Ketergantungan Tergantung penuh Tergantung penuh
e. Pola istirahat-tidur
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jumlah Jam Tidur Siang 2-3 jam Px tidak sadar
Jumlah Jam Tidur Malam 10-11 jam Px tidak sadar
Pengantar Tidur Dongeng Px tidak sadar
Gangguan Tidur Tidak ada Px tidak sadar
Perasaan Saat Bangun Segar Px tidak sadar
f. Pola kognitif dan persepsi sensori
Penglihatan : Pasien tidak sadar
Pendengaran : Pasien tidak sadar
Peraba : Pasien tidak sadar
Pengecapan : Pasien tidak sadar
g. Pola konsep diri
Klien tidak mampu mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan
kesadaran akan dirinya sendiri.
h. Pola hubungan – peran
Klien adalah anak kandung, klien tinggal serumah dengan orang tuanya, orang
tuanya sangat menyayangi klien dan hubungan klien dengan orang tuanya sangat
harmonis.
i. Pola fungsi seksual dan seksualitas
Klien berjenis kelamin perempuan dan klien lebih dekat dengan ibunya.
j. Pola mekanisme koping
Klien mengalami penurunan kesadaran
k. Pola nilai dan kepercayaan
Belum dapat dikaji.
J. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan/penampilan umum : Cukup
Kesadaran : Sopor
Tinggi badan : 79 cm
Lingkar kepala : 47 cm
Lingkar dada : 45 cm
Lingkar abdomen : 39 cm
LLA : 14 cm
BB Lahir : 2,9 kg
BB Saat ini : 8 kg
BB ideal : 13 kg
Keterangan
Tanda-tanda Vital
TD : - Suhu : 38,8oC
N : 102 x/m RR : 30 x/m
2. Kepala
a. Bentuk kepala : bulat
b. Kulit kepala : putih
c. Ubun-ubun : menutup
d. Rambut : hitam dan tebal, penyebaran merata
e. Wajah : putih
f. Mata : konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus
g. Hidung : Terpasang O2 nasal 2 lpm, terpasang NGT
h. Mulut : mukosa bibir lembab
3. Leher : tidak ada distensi vena jugularis namun terdapat lecet pada leher
4. Thorax (dada) :
Keterangan Paru-paru Jantung
Inspeksi Bentuk dada normal tidak
ada retraksi dada
Ictus cordis tidak tanpak
Palpasi Ekspansi dada simetris Ictus cordis teraba di ICS 4
Perkusi Sonor Redup
Auskultasi Vesikuler dan Terdapat
suara ronchi
S1 S2 tunggal
5. Abdomen
Keterangan Hasil
Inspeksi Abdomen terlihat cekung
Auskultasi Bising usus 4x/menit
Palpasi Tidak teraba massa
Perkusi Timpani
6. Tulang belakang : tidak ada kelainan tulang belakang baik lordosis, maupun
kifosis
7. Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, kekuatan otot ekstremitas kanan
terpasang infus kekuatan otot 1, ektremitas kiri kekuatan otot 1,
8. Genetalia dan anus
a. Anus (+)
b. vagina (+)
c. Genetalia bersih
9. Pemeriksaan neurologis : GCS 112
Meningeal sign : kaku kuduk (-), kernig (-), brudzinsky 1 (-), brudzinski 2 (-)
K. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urine : tidak ada
2. Darah : tgl 17-11-12
Hematologi
Hb = 10,2 gr/dL ( L=13,4- 17,1 gr/dL .P=11,4- 15,1 gr/dL)
Lekosit = 13,6 gr/dL (L=4,3-10.3X 10/L. P= L=4,3- 10.3 X 10/L)
Hematokrit = 32,2 (L= 38-45%. P= 40-47% )
Trombosit = 302 ( 150- 450 X 10/L)
3. Feces : tidak ada
4. Pemeriksaan diagnostik lain:
19/11/2012 CT-Scan = hidrosephalus
ANALISA DATA
No Tgl/Jam Pengelompokan Data Masalah Kemungkinan Penyebab
1. 19/11/201209.00
DS : DO :
anak terpasang O2 nasal 2 lpmRR : 30 x/menitKeluar sekret pada saat dilakukan suction
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Bedrest lama
2. DS :DO :
RR : 30 x/menitPemakaian O2 dengan menggunakan nasal kanul (2 lpm)Pasien sempat apnea
Ketidakefektifan pola nafas
Penurunan ekspansi paru
3. DS : semua kegiatan pasien bergantung pada orang tuanyaDO :
Pasien terpasang NGT, nasal kanul, dan infus di tangan kananGCS 112
Hambatan mobilitas fisik
Gangguan fungsi otak
4. DS :DO :
BB : 8 kgTB : 79 cmLingkar kepala : 47 cmLingkar dada : 45 cmLingkar abdomen : 39 cmLLA : 14 cm
Resiko gangguan pertumbuhan
Perubahan status kesehatan
5. DS : badan pasien panasDO :
S : 38,8oCLeukosit : 13,6Hb : 10,2
Resiko perluasan infeksi
Invasi bakteri sekunder
6. DS : Resiko perubahan Penurunan kesadaran
ibu pasien mengatakan An. I dipuasakan sejak kemarin
DO : GCS 112Pasien terpasang NGT
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. DS : ibu pasien mengatakan pasien tidak BAB sejak 7 hari yang laluDO : bising usus menurun 4x/menit
Konstipasi Penurunan peristaltik usus
8. DS : ibu pasien mengatakan pasien seperti akan muntahDO :
S : 38,8oC
Resiko terjadinya kejang ulang
Adanya peningkatan TIK, serta reaksi deman tinggi
9. DS : ibu pasien mengatakan pasien demamDO : S : 38,8oC
Hipertermi Reaksi infeksi
10. DS :DO :
Pasien berkeringatPasien bedrest selama 8 hariGCS 112Daerah lipatan leher dan selakangan lecet
Resiko kerusakan integritas kulit
Immobilitas
11. DS : pasien mengalami penurunan kesadaranDO :
GCS 112
Perubahan perfusi jaringan otak
Peningkatan cairan serebrospinal
12. DS : pasien mengalami penurunan kesadaranDO : intake cairan per sonde tidak ada sama sekali
Resiko Kekurangan volume cairan
13. DS :DO :
Resiko gangguan perkembangan
14. DS : ibu pasien mengatakan takut dengan kondisi kehetan anaknyaDO :
Ibu pasien sering menangis melihat kondisi kesehatan anaknyaIbu dan keluarga pasien
Ansietas (pada orang tua)
Kondisi kesehatan anak
yang lain sesekali membacakan surat yasin di sebelah pasien
15. DS : ibu pasien mengatakan pasien mualDO : -
Mual Tanda-tanda adanya peningkatan TIK
16. DS :keluarga klien menyatakan selama anaknya MRS keluarga tidak bekerjakeluarga klien menyatakan khawatir tentang kondisi anaknya yang semakin memburuk
DO :keluarga setiap hari mendampingi anaknya di RS
Perubahan proses keluarga
Anak yang menderita penyakit serius
17. DS : keluarga selalu menanyakan kepada perawat tentang pengobatan yang diberikan kepada pasienDO : keluarga pasien terlihat selalu memberikan obat dan asupan susu, serta melakukan anjuran dari perawat sesuai dengan jadwal
Potensial peningkatan penatalaksanaan program terapeutik
Dukungan keluarga terhadap tindakan yang diberikan pada anaknya
INTERVENSINo. Diagnosa
KeperawatanTujuan dan Kriteria
HasilIntervensi Rasional
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas y.b.d Bedrest lama
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan jalan nafas menjadi patenKriteria hasil :B1:a. RR 12-16 kali/menitb. Tidak ada suara
ronchic. tidak ada
penumpukan sekret
a. observasi ada tidaknya suara ronchi
b. anjurkan kepada keluarga pasien untuk melakukan mobilisasi di tempat tidur untuk anaknya
c. lakukan fisioterapi dada bila memungkinkan
d. lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk dilakukannya suctioning
a. terdeteksinya ronchi mengidentifikasikan adanya secret di jalan nafas
b. mobilisasi mengurangi penumpukan secret pada pasien dengan bedrest yang lama
c. fisioterapi dada dapat membantu untu memindahkan secret ke jan nafas yang mampu dijangkau oleh suction
d. suction dapat mengeluarkan secret pada pasien yang yang tidak mampu untuk batuk efektif
2. Ketidakefektifan pola nafas y.b.d Penurunan ekspansi paru
Tujuan : pasien tidak mengalami apnea berulangKriteria Hasil :B1 :a. RR dalam batas
normal 12-16 kali/menit
b. Tidak ada penggunaan bantuan otot pernapasan
c. Tidak ada retraksi dinding dada
-
a. Observasi pola nafas pasien, ekspansi dada, dan adanya bantuan otot pernafasan
b. Berikan posisi yang nyaman pada pasien, misalnya lakukan head up sesekali
c. Pertahankan oksigen nasal kanul yang sudah diberikan
d. Lakukan rangsangan pernapasan apa bila ada henti nafas
a. Mengidentifikasi dini adanya gangguan pola nafas untuk dapat segera menentukan tindakan selanjutnya
b. Posisi Head up lebih memudahkan pasien untuk bernafas spontan
c. Memberikan kemudahan kepada pasien untuk bernafas spontan
d. Rangsangan dada pada bayi efektif untuk merangsang pernapasan apabila terjadi apnea
e.
3. Hambatan mobilitas fisik y.b.d Gangguan fungsi otak
Mobilitas fisik terpenuhi, komplikasi minimal dalam 1 bulan.
Kriteria Hasil:B6 :a. Otot tangan & kaki
lemasb. Dekubitus tidak
terjadi
a. Berikan posisi dalam kesejajaran tubuh.
b. Ajarkan ibu untuk melakukan latihan gerak pada extremitas.
c. Ajarkan ibu dan keluarga untuk tindakan kewaspadaan keamanan.
d. jadwalkan perubahan posisi anak setiap 2 jam sekali mika/miki.
a. Untuk mencegah komplikasi & meminimalkannya apabila ada
b. Untuk mencegah komplikasi
c. Mencegah trauma karena kondisi klien yang tidak sadar
d. mobilisasi di tempat tidur efektif untuk mencegah kontraktur otot maupun ulkus dekubitus
4. Gangguan pertumbuhan y.b.d Perubahan status kesehatan
Tujuan : mempertahankan pertumbuhan pasien Kriteria Hasil :B3 :B7 :a. hasil CT- Scan
adalah adanya hidrosephalus
b. BB pasien 8 kg yang seharusnya 12 kg
a.
5. Resiko perluasan infeksi y.b.d Invasi bakteri
Tujuan : Penyebaran infeksi yang lebih luas tidak terjadi.Kriteria Hasil:a. Tidak terjadi demamb. Tidak terjadi kejang.
a. Monitor suhu tubuh klien, berikan kompres hangat
b. Berikan diit sesuai yang diberikan RS
c. Berikan terapi TB & lainnya sesuai program medis
d. Observasi tanda-tanda infeksi sekunder & TTV.
a. Febris merupakan indikasi terjadi infeksi
b. Untuk memperbaiki status gizi klien
c. Untuk pengobatan & pencegahan komplikasi lebih lanjut
d. Agar dapat diketahui sedini mungkin & dapat segera di
tangani.6. Resiko Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh y.b.d Penurunan kesadaran
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kondisi klien
Kriteria Hasil:B5 :a. Diit diberikan sesuai
route pemberianb. Ibu dapat
memberikan makanan tambahan tanpa bertentangan dengan program pe-ngobatan
a. Kaji & komunikasikan status nutrisi klien
b. Berikan diit sesuai dengan route.c. Anjurkan keluarga untuk
menambahkan sesuai dengan selera klien serta indikasi/ tidak bertentangan dengan terapi & kondisi klien
d. Monitor intake & output secara periodic
e. Lakukan perawatan oral sebelum & sesudah terapi.
a. Untuk mendefinisikan tingkat masalah & intervensi
b. Untuk memenuhi intake nutrisic. Memberikan tambahan intake
nutrisi
d. Mengukur keefektifan nutrisi & cairan
e. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman.
7. Konstipasi y.b.d penurunan peristaltic usus
Tujuan : pasien dapat BAB kembaliKriteria hasil :B5 :a. Bising usus dalam
batas normal 5-12 kali/menit
b. Tidak terdapat distensi abdomen
a. Observasi peristaltik usus
b. Anjurkan kepada ibu pasien untuk memberikan asupan cairan yang adekuat
c. Anjurkan kepada ibu pasien untuk tetap melakukan mobilisasi pada anaknya di tempat tidur, misalnya mika miki
d. Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat laksatif
a. Peristaltic usus merupakan suara adanya pergerakan cairan dan udara di usus
b. Asupan cairan yang adekut membantu melunakkan feses
c. Mobilisasi aktif membantu meningkatkan peristaltic usus
d. Pemberian obat laksatif membantu melunakkan feses
8. Resiko terjadinya kejang ulang y.b.d Adanya peningkatan TIK, serta reaksi
Tujuan : pasien tidak mengalami kejang berulangKriteria hasil :
a. Berikan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh
a. Penurunan terhadap suhu tubuh meminimalkan kemungkinan terjadinya kejang
deman tinggi B3 :a. Pasien tidak
mengalami peningkatan TIK
b. Suhu tubuh pasien 36-37oC
9. Hipertermi y.b.d Reaksi infeksi
Tujuan : pasien mengalami penurunan suhu setelah diberikan tindakan keperawatanKriteria Hasil :B3 :a. Suhu tubuh pasien
dalam renntang normal 36oC-37oC
10. Kerusakan integritas kulit y.b.d Immobilitas
Tujuan : pasien tidak menunjukkan tanda-tanda adanya kerusakan integritas kulitKriteria Hasil :B6 :a. Pasien tidak
menunjukkan adanya tanda-tanda ulkus dekubitus
b. Turgor kulit pasien lembab
a. Jadwalkan mobilisasi rutin untuk pasien
b. Pertahankan kelembaban kulitc. Anjurkan ibu pasien untuk tetap
menyeka pasien terutama pada daerah lipatan
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian pengobatan pada daerah yang lecet
a.
11. Perubahan perfusi jaringan otak y.b.d peningkatan cairan serebrospinal
Tujuan : sirkulasi di otak kembali normalKriteria Hasil :B3a. Tidak ada
peningkatan TIKb. Tidak ada oedem
serebral2.
12. Resiko kekurangan volume cairan y.b.d
13. Resiko gangguan perkembangan y.b.d.
14. Ansietas (pada orang tua) y.b.d Kondisi kesehatan anak
15. Mual y.b.d Tanda-tanda adanya peningkatan TIK
16. Perubahan proses keluarga y.b.d Anak yang menderita penyakit serius
17. Potensial peningkatan penatalaksanaan program terapeutik y.b.d Dukungan keluarga terhadap tindakan yang diberikan pada anaknya.
EVALUASI
No Hari /tanggal Perkembangan 1. Senin,19-11-12
Pagi S: panas (+), hari minggu tangandan kaki kaku, mobilisasi (+), ibu pasien mengatakan pasien akan dilakukan ct-scan, pernah dilakukan mountouxtest hasilnya (+)O: T =38,4°C RR=24x/menit Nadi= 106xmenitA: -pola nafas belum efektif -mobilisasi -nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh -resiko perluasan infeksiP: -pemberian saction -jadwal mobilisasi stiap 2jam -pemberian oksigen 2lpm -pantau pemberian cairan infus -observasi TTV -ct-scan jam 12.30 -lumbal pungsi 17-11-12
Sore S: panas (+), pernapasan perut, dada melengking, kejang 2x,kesadaran sopor, O: GCS 113 T =37,6°C RR=10x/menit(apnea) Nadi= 116xmenit Retansi 1cc keruhA:-pola nafas tidak efektif -mobilisasi -nutrisi kurang dari kebuuhan tubuh -resiko perluasan infeksi - kekuarangan cairan dan elektrolit -ansietas keluargaP:- pemberian saction -penjelasan kekekluarga tentang kondisi pasien -jadwal mobilisasi stiap 2jam -pemberian oksigen 2lpm -pantau pemberian cairan infus -observasi TTV - rencana pemberian manitol 12tpm
Malam S: panas (+), pernapasan perut, dada melengking, ,kesadaran sopor, O: GCS 113 T =37,6°C RR=28x/menit Nadi= 88xmenit A:-pola nafas tidak efektif
-mobilisasi -nutrisi kurang dari kebuuhan tubuh -resiko perluasan infeksi - kekuarangan cairan dan elektrolit P: -jadwal mobilisasi stiap 2jam -pemberian oksigen 2lpm -pantau pemberian cairan infus -observasi TTV - rencana pemberian manitol 12tpm
2. Selasa, 20-11-12Pagi
S: KU turun, panas (+), pernapasan perut, kesadaran sopor, tidak BAB sejak 7 hari yanglalu, pupil ishokorO: GCS 113 T =38,8°C RR=30x/menit Nadi= 102xmenit BB = 8kgA:-pola nafas tidak efektif -mobilisasi -nutrisi kurang dari kebuuhan tubuh -resiko perluasan infeksi - kekuarangan cairan dan elektrolit -P:- pemberian saction -jadwal mobilisasi stiap 2jam -pemberian oksigen 2lpm -pantau pemberian cairan infus -observasi TTV - rencana pemberian manitol 12tpm
Sore S: panas (+), pernapasan perut, dada melengking, kaku kuduk (-), refleks cahaya (+),kesadaran sopor, pupil ishokor. Gerak terbatas.O: GCS 113 T =38,8°C RR=28x/menit Nadi= 112xmenit Retensi kosong Bak lancar spontan Bab (-) BU (+) Mual (+)A:-pola nafas tidak efektif -mobilisasi -nutrisi kurang dari kebuuhan tubuh -resiko perluasan infeksi -kekuarangan cairan dan elektrolit P: -jadwal mobilisasi stiap 2jam
-pemberian oksigen 2lpm -pantau pemberian cairan infus -observasi TTV - rencana pemberian manitol 12tpm
Malam S: panas (+), pernapasan perut, dada melengking, kaku kuduk (-), refleks cahaya (+),kesadaran sopor, pupil ishokor. Gerak terbatas.O: GCS 113 T =38,5°C RR=20x/menit Nadi= 112xmenit Retensi kosong Bak lancar spontan Bab (-) BU (+) A:-pola nafas tidak efektif -mobilisasi -nutrisi kurang dari kebuuhan tubuh -resiko perluasan infeksi -kekuarangan cairan dan elektrolit P: -jadwal mobilisasi stiap 2jam -pemberian oksigen 2lpm -pantau pemberian cairan infus -observasi TTV - rencana pemberian manitol 12tpm -obat : manitol 20CCxBB 14 tpm ½ jam habis jam12 -susu masuk -konsul bedah saraf
3 Rabu , 21-11-12Pagi
S: panas (+), pernapasan perut, dada melengking, kaku kuduk (-), refleks cahaya (+),kesadaran sopor, pupil ishokor. Gerak terbatas.O: GCS 113 T =38,4°C RR=26x/menit Nadi= 116xmenit Retensi kosong Bak lancar spontan Bab (-) BU (+) BB 8kg Retensi berwarna kuning 2ccA:-pola nafas tidak efektif -mobilisasi -nutrisi kurang dari kebuuhan tubuh -resiko perluasan infeksi -kekuarangan cairan dan elektrolit
P: -jadwal mobilisasi stiap 2jam -pemberian oksigen 2lpm -pantau pemberian cairan infus -observasi TTV -obat : manitol 20CCxBB 14 tpm -susu masuk
Sore S: panas (+), pernapasan perut, dada melengking, kaku kuduk (-), refleks cahaya (+),kesadaran sopor, pupil ishokor. Gerak terbatas.spastik (+),O: GCS 113 T =38,3°C RR=20x/menit Nadi= 104xmenit Retensi kosong Bak lancar spontan Bab (-) BU (+) BB 8kg Leher dan selakangan lecet , tidak ada bantuan otot napas,akral dingin , CRT 2detik,A:-pola nafas tidak efektif -mobilisasi -nutrisi kurang dari kebuuhan tubuh -resiko perluasan infeksi -kekuarangan cairan dan elektrolit -kerusakan intergritas kulit -gangguan perfusi jaringan P: -jadwal mobilisasi stiap 2jam -pemberian oksigen 2lpm -pantau pemberian cairan infus -observasi TTV -obat : manitol 20CCxBB 14 tpm -susu masuk tiap 3jam 30cc
Malam S: panas (+), pernapasan perut, dada melengking, kaku kuduk (-), refleks cahaya (+),kesadaran sopor, pupil ishokor. Gerak terbatas.spastik (+),O: GCS 113 T =37,2°C RR=30x/menit Nadi= 114xmenit Retensi berwarna putih seperti susu + gumpalan 5cc Bak lancar spontan Bab (-) BU (+) BB 8kg
Leher dan selakangan lecet , tidak ada bantuan otot napas,akral dingin , CRT 2detik, kaku mulai jam 8 malam sampai pagi pada ektermitas dan leher.A:-pola nafas tidak efektif -mobilisasi -nutrisi kurang dari kebuuhan tubuh -resiko perluasan infeksi -kekuarangan cairan dan elektrolit -kerusakan intergritas kulit -gangguan perfusi jaringan P: -jadwal mobilisasi stiap 2jam -pemberian oksigen 2lpm -pantau pemberian cairan infus -observasi TTV -susu masuk tiap 3jam 30cc - rencana operasi EVD
4 Kamis,22-11-12Pagi
S: panas (+), pernapasan perut, dada melengking, kaku kuduk (-), refleks cahaya (+),kesadaran sopor, pupil ishokor. Gerak terbatas.spastik (+),O: GCS 113 T =39°C RR=37x/menit Nadi= 112xmenit Retensi kosong Bak lancar spontan BAB (-) BU (+) BB 8 kg Leher dan selakangan lecet , tidak ada bantuan otot napas,akral dingin , CRT 2 detik,A:-pola nafas tidak efektif -mobilisasi -nutrisi kurang dari kebuuhan tubuh -resiko perluasan infeksi -kekuarangan cairan dan elektrolit -kerusakan intergritas kulit -gangguan perfusi jaringan P: -jadwal mobilisasi stiap 2jam -pemberian oksigen 2lpm -pantau pemberian cairan infus -observasi TTV -susu masuk tiap 3jam 30cc
Sore S : panas (+), pernapasan perut, dada melengking, kaku kuduk (-), refleks cahaya (+), kesadaran sopor, pupil ishokor. Gerak terbatas, spastik (+)O : GCS 113 T =38,3°C RR= Nadi= Retensi 1,2 cc BAK lancar spontan BAB (-) BU (+) BB 8 kg Leher dan lipatan bokong lecet namun lecet yang di selakangan sedikit berkurang , tidak ada bantuan otot napas, akral dingin , CRT 2 detik,A:-pola nafas tidak efektif -mobilisasi -nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh -resiko perluasan infeksi -kekuarangan cairan dan elektrolit -kerusakan intergritas kulit -gangguan perfusi jaringan P: -jadwal mobilisasi setiap 2 jam -pemberian oksigen 2 lpm -pantau pemberian cairan infus -observasi TTV -susu masuk tiap 3 jam 30cc