autism
-
Upload
ima-yuliyana-marsmutzz-2474 -
Category
Documents
-
view
43 -
download
0
description
Transcript of autism
LAPORAN PBL BLOK 16
SKENARIO A
Disusun oleh :
Kelompok 1
Ima yuliana 04101001005
Hilda 04101001010
Bella fadilla hais 04101001014
Rona Lisa Anriz 04101001015
Siti Aziza Airunnisa 04101001027
Venny Mayasari 04091001040
Mar’atun sholihah hrp 04101001048
Muhammad falih akbar 04101001085
Stefani Gunawan 04101001088
Maria winarti 04101001112
Pembimbing : dr. Abdullah shahab Sp.KJ
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya
laporan tutorial skenario A blok 16 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Tim penyusun laporan ini tak lupa mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini.
Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
pembaca akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan tim penyusun
lakukan.
Palembang , 3 januari 2013
Penyusun
Skenario A blok 16
Diego anak laki-laki berusia 30 bulan, dibawa ke klinik karena belum
bisa bicara dan tidak bisa duduk diam. Diego hanya bisa mengoceh dengan
kata-kata yang tidak dimengerti oleh orang tuanya dan orang lain. Bila
dipanggil sering kali tidak bereaksi terhadap panggilan. Diego juga selalu
bergerak kesana kemari tanpa tujuan. Senang bermain dengan bola, tetapi
tidak suka bermain dengan anak lain.
Diego anak pertama dari ibu berusia 34 tahun. Lahir spontan pada
kehamilan 38 minggu. Selama hamil ibu diego pernah mengalami demam
dan sering mengonsumsi daging mentah tetapi periksa kehamilan dengan
teratur ke SpOG. Riwayat persalinan : lahir langsung menangis. Berat badan
waktu lahir 3.500 gram. Diego bisa tengkurap usia 6 bulan, berjalan usia 12
bulan, tidak ada riwayat kejang, dan tidak ada keluarga yang menderita
kelainan seperti ini.
Pemeriksaan Fisis dan pengamatan :
Berat badan 17kg, tinggi badan 92 cm, lingkar kepala 50 cm. Tidak ada
gambaran dismorfik. Anak sadar, tetapi tidak mau kontak mata dan
tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya.
Anak selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan.
Ketika diberikan bola, dia menyusun bola-bola secara berjejer, setelah
selesai lalu dibongkar, kemudian disusun berjejer lagi, dan dilakukan
berulang-ulang.
tidak ada gerakan-gerakan aneh yang diulang-ulang. Tidak mau bermain
dengan anak lain. Bila memerlukan bantuan, dia menarik tangan ibunya
untuk melakukan. Tidak bisa bermain pura-pura (imajinatif). Tidak melihat
benda yang ditunjuk. Tidak bisa menunjuk benda yang diranyakan oleh
orang lain.Pemeriksaan fisik umum, neurologis dan laboratorium dalam
batas normal. Tes pendengaran normal.
I. Klarifikasi istilah
1. Dismorfik : Keadaan dimana terdapat bentuk morfologik yang berbeda-
beda
2. Imajinatif : Dapat berkhayal atau berpura-pura membayangkan sesuatu.
II. Identifikasi Masalah.
1. Diego laki-laki 30 bulan, dibawa ke klinik dengan keluhan:
- Belum bisa bicara dan tidak bisa duduk diam
- Hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti
- Bila dipanggil tidak bereaksi
- Selalu bergerak kesana-kamari tanpa tujuan
- Senang bermain dengan bola tapi tidak suka bermain dengan permainan
lain.
2. Riwayat kehamilan ibu diego
- Anak pertama saat ibu berusia 34 tahun
- Lahir spontan, usia kehamilan 38 minggu
- Ibu sering demam dan mengkonsumsi daging mentah selama hamil dan
teratur konsul ke SpOG
3. Riwayat persalinan
- Lahir langsung menangis
- Berat badan lahir 3500gram
- Dapat tengkurap usia 6 bulan
- Berjalan usia 12 bulan
- Tidak ada riwayat kejang
- Tidak ada keluarga yang menderita kelainan seperti ini
4. Pemeriksaan fisik dan pengamatan
- BB 17 kg, TB 92 cm, Lingkar kepala 50cm
- Tidak ada gambaran dismorfik.
- Anak sadar dan tidak mau kontak mata dan tersenyum pada pemeriksa
- Tidak menoleh ketika dipanggil namanya
- Selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan
- Ketika diberikan bola, dia menyusun bola-bola secara berjejer, setelah
selesai lalu dibongkar, kemudian disusun berjejer lagi, dan dilakukan
berulang-ulang.
- Tidak ada gerakan aneh yang dilakukan berulang-ulang
- Tidak mau bermain dengan anak lain, bila memerlukan bantuan dia
menarik-narik tangan ibunya untuk melakukan.
- Tidak bisa bermain pura-pura (imajinatif)
- Tidak melihat benda yang ditunjuk
- Tidak bisa menunjuk benda yang ditanyakan orang lain
III. Analisis Masalah
1. Bagaimana perkembangan normal anak usia 30 bulan?
Perkembangan Perilaku Normal anak usia 30 bulan
Motorik Berlari, Berdiri dengan 1 kaki tanpa jatuh.
Membuat tumpukan dari 6 kubus. Meniru
coretan garis lingkar.
Sosial Masa membangkang, Anak berulang-ulang
mengatakan “saya mau” dan akan marah bila
tidak terpenuhi.
Sudah mulai mengerjakan tugas yang diberikan
oleh orang tuanya
Perkembangan
bahasa (pemahaman)
-Mengerti bagian tubuh yang kecil (siku, pipi,
kelopak mata).
- Mengerti kategori nama keluarga (nenek, bayi).
- Mengerti ukuran (yang kecil, yang besar).
- Mengerti sebagian besar kata sifat.
Mengerti fungsi (mengapa kita perlu makan,
mengapa kita perlu tidur).
Penguasaan ekspresi -Menggunakan kalimat yang nyata dengan
kata-kata berfungsi secara tata bahasa
(dapat, akan, sebuah).
- Biasanya memberikan maksud sebelum
bertindak.
- ”Bercakap-cakap” dengan anak lain,
biasanya hanya monolog.
- Logat sendiri dan okolalia secara
bertahap menghilang dari pembicaraan.
- Perbendaharaan kata bertambah (sampai
270 kata pada usia 2 tahun, 895 kata pada
usia 3 tahun) termasuk ucapan populer
(slang).
- P, b, m diartikulasikan secara benar.
Berbicara mungkin menunjukkan
gangguan irama
2. Mengapa diego hanya mau bermain bola dan tidak ingin bermain yang lain?
Pada anak dengan gangguan autistik tidak mampu berkomunikasi dan
mengekspresikan perasaan maupun keinginannya sehingga perilaku dan
hubungannya terhadap orang lain menjadi terganggu dan jenis permainan
dan aktivitasnya bersifat kaku, berulang, dan monoton. Oleh sebab itu diego
hanya mau bermain satu permainan saja, yaitu bermain bola dan tidak mau
bermain yang lain
3. Mengapa diego belum bisa bicara?
- pada anak autistik terjadi penyimpangan bahasa seperti keterlambatan
bicara merupakan salah satu karakteristik dari gangguan autistik.
4. Bagaimana tahap perkembangan kepribadian anak usia 30 bulan?
Fase anak-anak(2-3tahun)
Otonomi vs Perasaan malu, ragu-ragu
Masa kanak-kanak awal ditandai adanya kecenderungan otonomi–
perasaan malu, ragu-ragu Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak
sudah bisa berdiri sendiri (dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain,
minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya) tetapi di pihak
lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat,
sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian
(otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.
Orang tua dalam mengasuh anak pada usia ini tidak perlu mengobarkan
keberanian anak dan tidak pula harus mematikannya. Dengan kata lain,
keseimbanganlah yang diperlukan di sini. Ada sebuah kalimat yang
seringkali menjadi teguran maupun nasihat bagi orang tua dalam
mengasuh anaknya yakni “tegas namun toleran”.
5. Bagaimana hubungan antara riwayat kehamilan ibu diego dengan keluhan
diego? Hubungan dengan :
- Usia ibu saat kehamilan (34 tahun)
Usia ibu pada saat mengandung anak pertama lebih dari 30-34 tahun
memiliki resiko 27% anak lahir dengan autisme.
- Sering demam dan konsumsi daging mentah
Demam saat hamil meningikatkan resiko autisme, Sejumlah studi
memastikan bahwa ketika sistem kekebalan wanita (betina) terpicu untuk
melawan infeksi selama masa kehamilan maka hal itu mempengaruhi
perkembangan otak anak dengan cara yang sedemikian rupa, meski
mekanismenya belum bisa dipahami oleh para pakar.
Dan terdapat pula hubungan antara kebiasaan sering mengkonsumsi
daging mentah saat kehamilan dengan kondisi diego sekarang. Karena
daging yang diolah setengah matang seringkali sudah terdapat parasit di
dalamnya, Kalau ibu hamil mengonsumsi daging yang terinfeksi parasit ini,
otomatis ia juga akan terjangkit beberapa macam penyakit yang disebabkan
oleh parasit tadi, infeksi tersebut dapat menyebabkan gangguan
perkembangan otak anak
6. Mengapa diego tidak mau berinteraksi dengan orang sekitarnya?
Karena pada anak yang menderita gangguan austistik mengalami
gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, salah satunya adalah gagal
untuk mengembangkan hubungan dengan orang disekitarnya. Mereka
cenderung mernarik diri dari lingkungan sekitarnya. Itulah sebab mengapa
Diego tidak mau berinteraksi dengan orang disekitarnya.
Anak autisme juga memiliki Gangguan faktor afektif dan fungsionalnya,
kurang empati, dan tidak berespon terhadap orang lain.
7. Mengapa diego melakukan satu aktivitas saja dan berulang-ulang?
Pada anak dengan autisme terdapat perilaku stereotipik, jenis permainan
dan aktivitasnya bersifat kaku, berulang, dan monoton. Oleh sebab itu diego
sering melakukan satu aktivitas saja dan berulang.
8. Mengapa diego tidak bisa bermain pura-pura(imajinatif)?
Pada kasus: Diego tidak mampu bermain pura-pura (menirukan peran lain)
karena ketidakmampuannya dalam berimajinatif dia tidak bisa berhayal
berpura-pura menjadi sesuatu dalam sebuah permainan.
9. Apa diagnosis banding kasus ini?
ASD Retardasi
mental
ADHD Sindrom
Asperger
Bahasa,
komunikasi
terlambat atau
sama sekali tidak
berkembang
terlambat atau
sama sekali
tidak
berkembang
berkembang
baik
bahasa
berkembang
baik,
komunikasi
akan
terlambat
berkembang
perilaku,
motorik
kasar dan
halus
terbatas,
stereotipik,
hiperaktif, otot
hipotonik tetapi
tidak ada
gangguan motorik
terbatas,
stereotipik,
pasif, ada
gangguan
motorik
stereotipik,
hiperaktif,
otot tidak
hipotonik,
tidak ada
gangguan
motorik
terbatas,
stereotipik,
tidak
hiperaktif,
tidak ada
gangguan
motorik
interaksi
sosial
kegagalan untuk
bertatap mata,
menunjukkan
ekspresi fasial,
maupun postur
dan gerak tubuh,
untuk berinteraksi
secara layak,
inatensi, menarik
diri
inatensi,
ketergantungan
kontak mata
ada, tetapi
ada
gangguan
interaksi
sosial,
inatensi,
tidak
menarik diri
kegagalan
untuk
bertatap
mata,
menunjukkan
ekspresi
fasial,
maupun
postur dan
gerak tubuh,
untuk
berinteraksi
secara layak,
atensi baik,
menarik diri
emosional kurangnya empati,
agresif tetapi dapat
pula terlalu diam
agresif dengan
kontrol impuls
yang buruk,
dapat pula
diam dan
terlihat depresi
kurangnya
empati
kurangnya
empati
kognitif tidak mampu
untuk bermain
secara imajinatif
sangat
menurun
berkembang
lebih baik
berkembang
lebih baik
memori terganggu karena
jarang sekali
dirangsang akibat
interaksi sosial
dan emosi yang
kurang
sangat
menurun
tidak
terganggu
karena masih
dirangsang
oleh kognitif
dan
kemampuan
bahasa yang
masih baik
10. Bagaimana cara penegakan diagnosis dan WD kasus ini?
Secara detail, menurut DSM IV ( 1995), kriteria gangguan autistik adalah
sebagai berikut :
A. Harus ada total 6 gejala dari (1),(2) dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1)
dan masing-masing 1 gejala dari ( 2 ) dan (3) :
1. Kelemahan kwalitatif dalam interaksi sosial, yang termanifestasi dalam
sedikitnya 2 dari beberapa gejala berikut ini :
a. Kelemahan dalam penggunaan perilaku nonverbal, sepertikontak
mata, ekspresi wajah, sikap tubuh, gerak tangan dalam interaksi
sosial.
b. Kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
c. Kurangnya kemampuan untuk berbagi perasaan dan empati dengan
orang lain.
d. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang
timbal balik.
2. Kelemahan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada 1 dari
gejala berikut ini:
a. Perkembangan bahasa lisan ( bicara) terlambat atau sama sekali tidak
berkembang dan anak tidak mencari jalan untuk berkomunikasi secara
non verbal.
b. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak digunakan untuk
berkomunikasi
c. Sering menggunakan bahasa yang aneh, stereotype dan
berulangulang.
d. Kurang mampu bermain imajinatif ( make believe play ) atau
permainan imitasi sosial lainnya sesuai dengan taraf
perkembangannya.
3. Pola perilaku serta minat dan kegiatan yang terbatas, berulang. Minimal
harus ada 1dari gejala berikut ini :
a. Preokupasi terhadap satu atau lebih kegiatan dengan focus dan
intensitas yang abnormal/ berlebihan.
b. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik atau rutinitas
c. Gerakan-gerakan fisik yang aneh dan berulang-ulang seperti
menggerak-gerakkan tangan, bertepuk tangan, menggerakkan tubuh.
d. Sikap tertarik yang sangat kuat/ preokupasi dengan bagian-bagian
tertentu dari obyek.
B. Keterlambatan atau abnormalitas muncul sebelum usia 3 tahun minimal pada
salah satu bidang (1) interaksi sosial, (2) kemampuan bahasa dan
komunikasi, (3) cara bermain simbolik dan imajinatif.
C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa
Anak
WD : Autisme
11. Apa etiologi dan faktor resiko kasus ini?
Etiologi : tidak diketahui
Faktor resiko :
- Genetic
- Penyakit pada otak (TORCH infection)
- Perkembangan otak yang abnormal (microcephali, hydrocephalus)
- Penyakit metabolic (PKU, MPS)
- Kelainan destruksi post natal yang didapat (encephalitis, meningitis)
- Kelainan genetik (tuberous sclerosis, fragile x sindrom)
- Encephalopathy timbal
- Neoplasma
12. Bagaimana epidemiologi kasus ini?
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1.
13. Bagaimana patogenesis kasus ini?
- Persepsi yang tidak mantap disertai disfungsi batang otak ketidakmampuan
otak untuk mengatur rangsangan sensoris yang masuk yang membuat anak
autisme berperilaku menyimpang dari realitas lingkungan yang ada.
- Gangguan fungsi limbik gangguan fungsi limbik ini diperkirakan sama
dengan amnesia (sama-sama menyerang fungsi limbik, yaitu bagian
hipokampus dan amigdala). Amigdala memiliki peran dalam perilaku
terhadap rangsangan emosi dalam mengendalikan emosi. Anak autisme
biasanya tidak bisa mengendalikan emosi dan seringkali agresif pada diri
sendiri dan orang lain, sebaliknya bisa juga sangat pasif. Sedangkan
hipokampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat,
jika terjadi kerusakan di sana akan menyebabkan kesulitan dalam menyerap
dan mengingat informasi baru, juga menimbulkan perilaku yang
steriotipik,dan stimulasi diri. Pada anak-anak autis, diketemukan neuron di
amigdala dan hipokampusnya neuron yang sangat padat dan kecil-kecil.
- Gangguan Hemispher Kiri: kelainan kognitif dan bahasa diakibatkan oleh
gangguan ini. Beberapa anak autisme menunjukkan kemampuan yang tinggi
pada otak kanan. Hal ini disebabkan karena otak kanan mengkompensasi
kerusakan otak kirinya. Jika otak kanan tidak mampu mengkompensasi
maka yang terjadi adalah kerusakan pada kedua otak.
- Gangguan neurotransmiter: peningkatan serotonin pada 1/3 anak autis.
Diduga gangguan fungsi neurotransmiter tersebut yang menyebabkan
adanya gangguan kognitif dan perilaku. Serotonin : hiperserotonin pada
sepertiga anak autis
Dopamin: hiperdopaminergik menyebabkan adanya gerakan stereotipi.
- Kenaikan zat lainnya: epinefrin, norefineprin, dan oksitosin.
14. Bagaimana tatalaksana kasus ini?
Terapi yang terpadu
Penanganan / intervensi terapi pada penyandang autisme harus dilakukan
dengan intensif dan terpadu. Terapi secara formal sebaiknya dilakukan
antara 4 – 8 jam sehari. Selain itu seluruh keluarga harus terlibat untuk
memacu komunikasi dengan anak. Penanganan penyandang autisme
memerlukan kerjasama tim yang terpadu yang berasal dari berbagai
disiplin ilmu antara lain psikiater, psikolog neurolog, dokter anak, terapis
bicara dan pendidik.
Beberapa terapi yang harus dijalankan antara lain :
a. Terapi medikamentosa
b. Terapi psikologis
c. Terapi wicara
d. Fisioterapi
Terapi medikamentosa
Saat ini pemakaian obat diarahkan untuk memperbaiki respon anak
sehingga diberikan obat-obat psikotropika jenis baru seperti obat-obat:
- antidepressan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor ) yang bisa
memberikan keseimbangan antara neurotransmitter serotonin dan
dopamine (diberikan dalam dosis yang paling minimal)
- pemberian haloperidol (haldol) menurunkan gejala perilaku dan
mempercepat belajar.
- Fenfluramine (pondimin) menurunkan kadar serotonin darah efektif pada
beberapa anak autistik. (kaplan jilid 2 hal 738)
- Naltrexone Merupakan obat antagonis opiat yang diharapkan dapat
menghambat opioid endogen sehingga mengurangi gejala autisme seperti
mengurangi cedera pada diri sendiri dan mengurangi hiperaktifitas (Lensing
dkk,1995).
- Clompramin Merupakan obat yang berguna untuk mengurangi stereotipik,
konvulsi, perilaku ritual dan agresifitas, biasanya digunakan dalam dosis
3,75 mg (Campbell dkk,1996)
- Lithium merupakan obat yang dapat digunakan untukmengurangi perilaku
agresif dan mencederai diri sendiri (Lumbantobing,2001)
- Ritalin Untuk menekan hiperaktifitas (Lumbantobing,2001)
Terapi psikologis
Umumnya intervensi difokuskan pada meningkatkan kemampuan bahasa
dan komunikasi, self-help dan perilaku sosial dan mengurangi perilaku
yang tidak dikehendaki seperti melukai diri sendiri ( self mutilation ),
temper tantrum dengan penekanan pada peningkatan fungsi individu dan
bukan “menyembuhkan” dalam arti mengembalikan penyandang autis ke
posisi normal.
Rutter ( dalam Wenar, 1994 ) membuat pendekatan yang komprehensif
dalam intervensi autisme yang memiliki tujuan :
membantu perkembangan kognitif, bahasa dan sosial yang normal
meningkatkan kemampuan belajar anak autistic
mengurangi kekakuan dan perilaku stereotype dengan meningkatkan
interaksi penyandang autis dengan orang lain dan tidak membiarkannya
“hidup sendiri” . Interaksi yang kurang justru akan menyebabkan
munculnya perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki. Dalam hal ini
pemberian mainan yang bervariasi juga dapat mengurangi kekakuan ini.
mengurangi perilaku maladaptive seperti temper tantrum dan melukai diri
sendiri
15. Bagaimana prognosis kasus ini?
- Prognosis dubia, jika ditangani dengan baik prognosis bisa bonam, namun
jika tidak ditatalaksana prognosis malam.
16. Apa preventif kasus ini?
- Merencanakan kehamilan sebelum usia lanjut
- Saat hamil ibu jangan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dan
menghindari infeksi.
17. Berapa KDU kasus ini?
2 dan 3B
IV. Hipotesis
Diego laki-laki 30 bulan, dibawa ke klinik dengan keluhan belum bisa
bicara dan tidak bisa duduk diam karena diduga autism
V. Kerangka konsep
VI. Sintesis
A. TUMBUH KEMBANG ANAK
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram)
dan ukuran panjang (cm, meter). Perkembangan adalah bertambahnya
Diego 30 bulan
Autisme
Kehamilan ibu1. Usia ibu 34 thun2. Suka konsumsi daging mentah3. Demam saat hamil
belum bisa bicara dan tdk bisa duduk diam
Berbicara tidak dimengerti perkataan yang t
Lebih suka bermain bola sendiri
Tidak imajinatif
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari
seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya,
termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai
hasil berinteraksi dengan lingkungannya.
Perkembangan Perilaku, Emosional, dan Kemampuan Bersosialisasi
Menurut ERICK ERICKSON perkembangan psychososial atau
perkembangan jiwa manusia yang dipengaruhi oleh masyarakat dibagi
menjadi 4 tahap:
a. Masa Bayi (0-1 tahun) - Trust >< Mistrust
Periode ini dianggap sebagai stadium kepercayaan dasar lawan
ketidakpercayaan dasar. Tahap ini merupakan tahap pengembangan rasa
percaya diri. Fokus terletak pada panca indera, sehingga mereka sangat
memerlukan sentuhan dan pelukan.
Pada usia 3 minggu bayi mencontoh-contoh pergerakan wajah dari
pengasuh dewasanya. Bayi membuka mulut dan menjulurkan lidahnya ke
luar sebagai respon orang dewasa yang melakukan hal yang sama. Pada
bulan ketiga dan keempat kehidupannya, perilaku tersebut mudah untuk
ditimbulkan. Perilaku meniru dianggap sebagai prekursor dari kehidupan
emosional pada seorang bayi. Respon tersenyum terjadi dalam dua fase: fase
pertama adalah senyum endogen yang terjadi spontan dalam dua bulan
pertama dan tidak berhubungan dengan stimulasi eksternal; fase kedua
adalah senyum eksogen yang terstimulasi dari luar, biasanya oleh ibu pada
minggu ke-16. Perilaku bayi terus-menerus berkembang sebagai akibat dari
respon sosial pengasuhnya terhadap perilakunya sendiri.
Pada tahun pertama, mood bayi sangat bervariasi dan berhubungan erat
dengan keadaan internal, seperti rasa lapar.
Pada masa ini bayi mengembangkan suatu perasaan kepercayaan dasar
dimana keinginan mereka akan dipuaskan secara sering atau perasaan
bahwa mereka akan kehilangna sebagian besar yang mereka inginkan.
Selama enam bulan kedua, cara sosial yang dominan berpindah dari
mendapatkan ke mengambil, dimanifestasikan secara oral dengan
menggigit. Perpisahan yang lama dengan ibu pada waktu itu dapat
menyebabkan depresi, hospitalisme, depresi anaklitik, atau tonus depresi
yang menjadi bagian dari struktur karakter dewasa seseorang.
b. Masa Belajar Berjalan (2-3 tahun) - Otonomi/Mandiri >< Malu/Ragu-ragu
Stadium ini merupakan stadium otonomi melawan rasa malu dan keraguan
diri. Tantangan mereka pada masa ini adalah untuk menjadi terpisah dan
individual. Mereka belajar untuk berjalan, makan sendiri, mengontrol
sfingter anal, dan untuk berbicara.
Dalam tahun kedua, afek rasa senang dan tidak senang menjadi
terdiferensiasi lebih lanjut. Ditemukan eksplorasi yang menggembirakan,
rasa senang yang dinyatakan, rasa dalam menemukan dan mengembangkan
perilaku baru, menggoda dan mengejutkan atau mengolok-olok orang
tuanya, mempunyai kemampuan menunjukkan rasa cinta yang terorganisir
(seperti berlari, merangkul, tersenyum, mencium orang tuanya dalam waktu
yang sama), serta menunjukkan protes.
Rasa senang terhadap keluarga, ketakutan pada orang asing, dan kecemasan
yang berhubungan dengan kemarahan dan kehilangan pengasuh yang
dicintai dapat bertambah pada masa ini.
c. Periode Prasekolah (3-5 tahun) - Inisiatif >< Rasa Bersalah
Stadium ini merupakan stadium inisiatif lawan bersalah. Pada usia 3 tahun
anak akan belajar menjadi instruktif, mereka meraih dengan hasrat dan
keingintahuan sehingga anak akan banyak bertanya dalam segala hal,
sehingga berkesan cerewet. Pada usia ini mereka mengalami pengembangan
inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi. Ekspresi minat
bergairah terhadap orang tua dengan jenis kelamin yang berlawanan akan
terlihat. Dalam stadium ini pula anak akan mengalami kekecewaan dan
sering kali mencoba untuk berebutan tempat bagi dirinya sendiri untuk kasih
sayang orang tuanya.
d. Tahun-tahun Pertengahan (usia 6-11 tahun) - Industri/Rajin >< Inferioriti
Anak usia ini sudah mengerjakan tugas-tugas sekolah - termotivasi untuk
belajar. Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan
menuntut perhatian. Pada masa ini pula interaksi dengan teman sebaya
mempunyai kepentingan yang sangat besar. Hubungan yang khusus terdapat
dengan orang tua yang berjenis kelamin sama, dengan siapa anak
beridentifikasi dan siapa yang sekarang merupakan model peran. Anak
menjadi yakin akan kemampuannya untuk menggunakan barang-barang
dewasa selama periode latensi, dimana mereka menunggu, mempelajari, dan
mempraktikkan untuk menjadi pemberi nafkah.
Perkembangan Anak
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena
pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini
kemampuan berbahasa, kreativitas, sosial, emosional dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa
ini.
Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak
adalah:
1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara
spontan).
4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya).
Stimulasi dalam tumbuh kembang anak
Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran,
perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi
yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang
bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai
penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam
stimulasi seperti stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara), auditif
(pendengaran), taktil (sentuhan) dll dapat mengoptimalkan perkembangan
anak.
Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.
Pada tahap perkembangan awal anak berada pada tahap sensori motorik.
Pemberian stimulasi visual pada ranjang bayi akan meningkatkan perhatian
anak terhadap lingkungannya, bayi akan gembira dengan tertawa-tawa dan
menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya. Tetapi bila rangsangan itu terlalu
banyak, reaksi dapat sebaliknya yaitu perhatian anak akan berkurang dan
anak akan menangis.
Pada tahun-tahun pertama anak belajar mendengarkan. Stimulus
verbal pada periode tahun pertama sangat penting untuk perkembangan
bahasa anak. Kualitas dan kuantitas vokal seorang anak dapat bertambah
dengan stimulasi verbal dan anak akan belajar menirukan kata-kata yang
didengarnya. Tetapi bila simulasi auditif terlalu banyak (lingkungan ribut)
anak akan mengalami kesukaran dalam membedakan berbagai macam
suara.
Stimulasi visual dan verbal pada permulaan perkembangan anak
merupakan stimulasi awal yang penting, karena dapat menimbulkan sifat-
sifat ekspresif misalnya mengangkat alis, membuka mulut dan mata seperti
ekspresi keheranan, dll. Selain itu anak juga memerlukan stimulasi taktil,
kurangnya stimulasi taktil dapat menimbulkan penyimpangan perilaku
sosial, emosional dan motorik.
Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang
diperlukan anak, misalnya dengan bercakap-cakap, membelai, mencium,
bermain dll.. Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya
diri pada anak, sehingga anak akan lebih responsif terhadap lingkungannya
dan lebih berkembang.
Pada anak yang lebih besar yang sudah mampu berjalan dan
berbicara, akan senang melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
lingkungannya. Motif ini dapat diperkuat atau diperlemah oleh
lingkungannya melalui sejumlah reaksi yang diberikan terhadap perilaku
anak tersebut. Misalnya anak akan belajar untuk mengetahui perilaku mana
yang membuat ibu senang/mendapat pujian dari ibu, dan perilaku mana
yang mendapat marah dari ibu. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan
yang responsive akan memperlihatkan perilaku eksploratif yang tinggi.
Stimulasi verbal juga dibutuhkan pada tahap perkembangan ini. Dengan
penguasaan bahasa, anak akan mengembangkan ide-idenya melalui
pertanyaan-pertanyaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi
perkembangan kognitifnya (kecerdasan).
Pada masa sekolah, perhatian anak mulai keluar dari lingkungan
keluarganya, perhatian mulai teralih ke teman sebayanya. Akan sangat
menguntungkan apabila anak mempunyai banyak kesempatan untuk
bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan
memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi
perkembangan sosial anak.
Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program untuk anak-
anak prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak
sedini mungkin, dengan menggunakan APE (alat permainan edukatif). APE
adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak
disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna
untuk pengembangan aspek fisik (kegiatan-kegiatan yang menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak), aspek bahasa (dengan melatih
berbicara, menggunakan kalimat yang benar), aspek kecerdasan (dengan
pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna dll.), dan aspek sosial (khususnya
dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga, dan
masyarakat).
Bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang adalah ’makanan’
yang penting untuk perkembangan anak, seperti halnya kebutuhan makan
untuk pertumbuhan badan. Bermain bagi anak tidak sekedar mengisi waktu
luang saja, tetapi melalui bermain anak belajar mengendalikan dan
mengkoordinasikan otot-ototnya, melibatkan persaan, emosi, dan
pikirannya. Sehingga dengan bermain anak mendapat berbagai pengalaman
hidup, selain itu bila dikakukan bersama orang tuanya hubungan orang tua
dan anak menjadi semakin akrab dan orang tua juga akan segera mengetahui
kalau terdapat gangguan perkembangan anak secara dini. Buku bacaan anak
juga penting karena akan menambah kemampuan berbahasa,
berkomunikasi, serta menambah wawasan terhadap lingkungannya.
Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot-otot tubuh
diperlukan stimulasi yang terarah dengan bermain, latihan-latihan atau olah
raga. Anak perlu diperkenalkan dengan olah raga sedini mungkin, misalnya
melempar/menangkap bola, melompat, main tali, naik sepeda dll).
Di bawah ini ada beberapa contoh alat permainan balita dan perkembangan
yang distimuli:
1. Pertumbuhan fisik/motorik kasar: Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang
ditarik atau didorong
2. Motorik halus: Gunting, pensil, bola, balok, lilin.
3. Kecerdasan/kognitif: Buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego, boneka,
pensil warna, radio.
4. Bahasa: Buku bergambar, buku cerita, majalah, radio tape, TV
5. Menolong diri sendiri: Gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki
6. Tingkah laku social:Alat permainan yang dapat dipakai bersama, misalnya
congklak, kotak pasir, bola, tali.
Perkembangan Perilaku Normal
Motorik
Umur Motor Behavior Adaptive
1 bulan Kepala merebah, tonic neck reflex,
tangan mengepal.
Melihat sekitarnya, tracking
eye movement ada tapi
terbatas.
4 bulan Kepala tak merebah lagi, letak
simetris, tangan terbuka.
Tracking eye movement baik,
menggenggam benda yang
diberikan padanya.
7 bulan Duduk dengan sokongan kedua
tangan, memegang kubus, melihat
dan menyentuh kancing.
Memindahkan kubus dari
satu tangan ke tangan yang
lain.
10
bulan
Duduk tanpa sokongan tangan,
merangkak hingga berdiri.
Bermain dengan 2 kubus,
yang satu disentuhkan
dengan yang lain
1 tahun Berjalan dengan bantuan, duduk
bersila. Mengetahui arti kancing,
memasukan dan mengambilnya dari
botol.
Memindahkan kubus
kedalam cangkir.
1 6/12
bulan
Berjalan tanpa jatuh. Duduk sendiri
di kursi kecil. Menyusun tumpukan
dengan 3 kubus.
Mengeluarkan kancing dari
botol.
Meniru coretan garis lurus.
2 tahun Berlari.
Menyusun tumpukan dari 6 kubus.
Meniru coretan garis
lingkaran.
3 tahun Berdiri dengan 1 kaki tanpa jatuh.
Membuat tumpukan dari 10
kubus.
Membuat jembatan
dengan 3 kubus. Meniru
gambar silang.
4 tahun Berjinjit. Membuat pintu gerbang
dengan 5 kubus.
Menggambar orang.
5 tahun Berjinjit dengan kaki bergantian. Dapat menghitung 10 sen.
Perkembangan Sosial
Umur Status Interaksi Sosial Tindakan
0-1 bulan Belum ada Menangis & Diam, dipengaruhi oleh
stimuli eksternal
Dapat melihat wajah orang.
2-4 bulan Awal reaksi social Tertawa dan tersenyum bila melihat
wajah orang.
Bermain dengan tangan dan pakaian,
mengenal botol dan bersiap-siap untuk
makan.
5-6 bulan Kontak sosial aktif Minta perhatian ortu dengan membuat
suara atau menyentuh ortu.
8-12 bulan Perkembangan sosial
aktif
Membedakan wajah marah & tidak
dengan memalingkan muka.
Membedakan suara.
Bertindak ramah pada orang yang
dikenal, dan malu pada orang yang
belum dikenal.
1-2 tahun Penyempurnaan sosial
aktif
Anak mencari mengharapkan ada teman
bermain, mencari teman sebaya.
Memberikan mainan bila diminta.
2-4 tahun Masa membangkang Anak berulang-ulang mengatakan
“saya mau” dan akan marah bila
tidak terpenuhi.
Sudah mulai mengerjakan tugas yang
diberikan oleh ortunya.
5-6 tahun Masa adaptasi Anak mulai menyesuaikan diri dengan
lingkungan, krn pd masa ini terdapat
perkembangan kesadaran kewajiban dan
pekerjaan.
> 6 tahun Masa berpikir dan emosi Anak mulai malas bekerja (harus
dirangsang). Anak mulai tahu membenci
dan menyanyangi orang lain, serta
menilai sikap lingkungan terhadapnya.
> 9 tahun Masa mandiri Anak sedikit mulai menetang pimpinan
dan mencari jalannya sendiri.
Perkembangan Bahasa
USIA DAN
STADIUM
PERKEMBANGAN
PENGUASAAN
PEMAHAMAN
PENGUASAAN
EKSPRESI
0-6 bulan - Menunjukkan respon terkejut
terhadap suara yang keras atau
tiba-tiba.
- Berusaha melokalisasi suara,
memalingkan mata atau kepala.
- Tampak mendengarkan pada
pembicara, mungkin berespon
dengan senyuman.
- Berespon saat mendengar
namanya sendiri.
- Memiliki
vokalisasi selain
menangis
- Memiliki tangisan
yang berbeda untuk
rasa lapar, rasa
sakit.
- Membuat
vokalisasi untuk
menunjukkan
kesenangan.
- Bermain dengan
membuat suara-
suara.
- Berceloteh
(mengulangi urutan
suara).
7-11 bulan
Masuk stadium
bahasa
- Menunjukkan selektivitas
mendengar (mengendalikan
secara disadari).
- Mendengarkan musik atau
bernyanyi dengan senang.
- Mengenali ”jangan”, ”panas”,
namanya sendiri.
- Melihat gambar yang disebutkan
namanya sampai satu menit.
- Mendengarkan pembicaraan
tanpa terganggu oleh suara lain.
- Berespon terhadap
namanya sendiri
dengan vokalisasi.
- Meniru melodi
ungkapan.
- Mengguanakan
logat sendiri
(bahasa sendiri)
- Memiliki gerak
isyarat
(menggelengkan
kepala untuk tidak).
- Memilki seruan
(“oh-oh”)
- Bermain permainan
kata (menepuk kue,
sembunyi-
sembunyian)
12-18 bulan
Stadium satu kata
- Menunjukkan perbedaan kasar
antara suara yang tidak sama
(suara lonceng lawan anjing
lawan terompet lawan suara ayah
atau ibu).
- Mengerti bagian tubuh dasar,
nama benda-benda yang sering.
- Mendapatkan pengertian
beberapa kata baru tiap
minggunya.
- Menggunakan kata
tunggal (rata-rata
usia timbulnya kata
pertama adalah 11
bulan; pada usia 18
bulan, anak
menggunakan
sampai 20 kata).
- ”Berbicara” dengan
mainan, diri sendiri,
- Dapat mengidentifikasi benda
sederhana (bayi, bola, dll).
- Mengerti sampai 150 kata pada
usia 18 bulan
atau orang lain,
dengan
mengguanakan pola
logat sendiri yang
panjang dan
kadang-kadang
dengan kata-kata.
- Kira-kira 25%
ungkapan adalah
dapat dimengerti.
- Semua huruf hidup
diucapkan secara
tepat.
- Konsonan awal dan
akhir sering kali
dilewatkan.
12-24 bulan
Stadium pesan kata
dua kata
- Berespon terhadap petunjuk
sederhana (”Berikan bola itu”).
- Berespon terhadap perinyah
bertindak (”Ke sini,” Duduk”)
- Mulai mengerti kalimat
kompleks (”Kalau kita pergi ke
toko, saya akan berikan kamu
permen”)
- Menggunakan
ungkapan dua kata
(”Mama gendong,”
semua pergi,” bola
ke sini”)
- Meniru suara
lingkungan dalam
bermain (”moo,”
rrmm, rrmm,” dll.)
- Menyebut dirinya
sendiri dengan
nama, mulai
menggunakan kata
ganti.
- Meniru dua atau
lebih kata terakhir
dari suatu kalimat.
- Mulai
menggunakan
ungkapan telegrafik
tiga kata (”semua
bola pergi,” saya
pergi sekarang”)
- Ungkapan 26% dan
50% dapat
dimengerti.
- Menggunakan
bahasa untuk
meminta.
24-36 bulan
Stadium
Pembentukan Tata
Bahasa
- Mengerti bagian tubuh yang
kecil (siku, pipi, kelopak mata).
- Mengerti kategori nama
keluarga (nenek, bayi).
- Mengerti ukuran (yang kecil,
yang besar).
- Mengerti sebagian besar kata
sifat.
- Mengerti fungsi (mengapa kita
perlu makan, mengapa kita perlu
tidur).
- Menggunakan
kalimat yang nyata
dengan kata-kata
berfungsi secara
tata bahasa (dapat,
akan, sebuah).
- Biasanya
memberikan
maksud sebelum
bertindak.
- ”Bercakap-cakap”
dengan anak lain,
biasanya hanya
monolog.
- Logat sendiri dan
okolalia secara
bertahap
menghilang dari
pembicaraan.
- Perbendaharaan
kata bertambah
(sampai 270 kata
pada usia 2 tahun,
895 kata pada usia 3
tahun) termasuk
ucapan populer
(slang).
- P, b, m
diartikulasikan
secara benar.
- Berbicara mungkin
menunjukkan
gangguan irama
B. Gangguan Autistik
Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan pervasif (gangguan
yang luas) yang ditandai dengan munculnya gejala sebelum tiga tahun dan
memiliki ciri kelainan pada 3 bidang yaitu:
1. Interaksi sosial
2. Komunikasi
3. Perilaku yang terbatas dan berulang
Diagnosis ini bisa saja meliputi pasien yang memiliki IQ rendah hinggi
tinggi, sifatnya bisa pendiam atau sebaliknya, mudah sekali terbawa suasana
atau sebaliknya pasif, dan sifatnya bisa terorganisisr maupun sebaliknya.
Epidemiologi
Menurut Penelitian dari Jepang, dari 21610 anak, 1.3 kasus per 1000 anak
mengalami autisme.
Autis berdasarkan munculnya gangguan dibagi menjadi 2 yaitu:
Autis yang terjadi sejak bayi, biasanya terdeteksi sejak usia 6 bulan
Autis Regresif,biasanya untuk anak usia 1,5-2 tahun, ditandai dengan
kemunduran kembali (regresi). Kemampuan yang diperoleh menjadi hilang.
Kontak mata yang tadinya sudah bagus menjadi lenyap. JIka awalnya sudah
bisa mengucapkan beberapa kata, kemampuan bersuaranya jadi hilang.
Autisme ditandai oleh ciri-ciri utama, antara lain :
Tidak peduli dengan lingkungan sosialnya
Tidak bisa bereaksi normal dalam pergaulan sosialnya.
Perkembangan Bicara dan bahasa tidak normal (penyakit kelainan mental
pada anak=autistic-children)
Reaksi / pengamatan terhadap lingkungan terbatas atau berulang-ulang dan
tidak padan.
Gejala-gejala ini bervariasi beratnya pada setiap kasus tergantung pada
umur, inteligensia, pengaruh pengobatan, dan beberapa kebiasaan pribadi
lainnya.
Kurangnya orientasi lingkungan dan kepedulian terhadap sekitar disebabkan
karena rendahnya daya ingat anak meskipun terhadap kejadian yang
baru.Kebanyakan inteligensia anak autisme rendah, sekitar 20%
mempunyai IQ>70, 60 % mempunyai IQ <50, sedang 20%nya lagi
mempunyai IQ antara 50-70. Anak autis juga kurang mempunyai
kemampuan khusus seperti membaca, berhitung, menggambar, atau melihat
jalanan yang berliku-liku. Anak autis kurang bisa bergaul atau kurang bisa
mengimbangi anak sebayanya akan tetapi tidak sampai seperti anak down
syndrom yang idiot atau anak yang gerakan ototnya kaku, pada anak dengan
kelainan jaringan otak.
Penyebab terjadinya Autisme belum diketahui secara pasti, hanya
diperkirakan mungkin adanya kelainan dari sitem syaraf (neurologi) dalam
berbagai derajat berat ringannya penyakit. Dari konsesus para ahli mengakui
bahwa Autisme diakibatkan terjadinya kelainan fungsi luhur di daerah otak.
Kelainan ini bisa disebabkan berbagai macam trauma seperti:
1. Sewaktu bayi dalam kandungan, Misalnya karena keadaan keracunan
kehamilan (toxemia gravidarum), Infeksi virus rubella, virus cytomegalo dll.
2. Kejadian segera setelah lahir (perinatal) seperti kekurangan oksigen
(anoksia)
3. Keadaan selama kehamilan seperti pembentukan otak kecil, misalnya
vermis otak kecil yang lebih kecil (mikrosepali) atyau terjadinya pengerutan
jaringan ortak (tuber sklerosis)
4. Mungkin karena kelainan metabolisme seperti pada penyakit Addison,
( karena infeksi tuberkulosa, dimana terjadi bertambahnya pigment tubuh
dan kemunduran mental)
5. Mungkin karena kelainan chromosom seperti syndrome chromosoma X
yang fragil dan sydrome chromosom XYY.
6. Mungkin faktor lain.
Kriteria diagnostik
Secara detail, menurut DSM IV ( 1995), kriteria gangguan autistik adalah sebagai
berikut :
A. Harus ada total 6 gejala dari (1),(2) dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1)
dan masing-masing 1 gejala dari ( 2 ) dan (3) :
4. Kelemahan kwalitatif dalam interaksi sosial, yang termanifestasi dalam
sedikitnya 2 dari beberapa gejala berikut ini :
e. Kelemahan dalam penggunaan perilaku nonverbal, sepertikontak mata,
ekspresi wajah, sikap tubuh, gerak tangan dalam interaksi sosial.
f. Kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
g. Kurangnya kemampuan untuk berbagi perasaan dan empati dengan
orang lain.
h. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang
timbal balik.
5. Kelemahan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada 1 dari
gejala berikut ini:
e. Perkembangan bahasa lisan ( bicara) terlambat atau sama sekali tidak
berkembang dan anak tidak mencari jalan untuk berkomunikasi secara
non verbal.
f. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak digunakan untuk
berkomunikasi
g. Sering menggunakan bahasa yang aneh, stereotype dan berulangulang.
h. Kurang mampu bermain imajinatif ( make believe play ) atau
permainan imitasi sosial lainnya sesuai dengan taraf
perkembangannya.
6. Pola perilaku serta minat dan kegiatan yang terbatas, berulang. Minimal
harus ada 1dari gejala berikut ini :
e. Preokupasi terhadap satu atau lebih kegiatan dengan focus dan
intensitas yang abnormal/ berlebihan.
f. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik atau rutinitas
g. Gerakan-gerakan fisik yang aneh dan berulang-ulang seperti
menggerak-gerakkan tangan, bertepuk tangan, menggerakkan tubuh.
h. Sikap tertarik yang sangat kuat/ preokupasi dengan bagian-bagian
tertentu dari obyek.
B. Keterlambatan atau abnormalitas muncul sebelum usia 3 tahun minimal pada
salah satu bidang (1) interaksi sosial, (2) kemampuan bahasa dan
komunikasi, (3) cara bermain simbolik dan imajinatif.
C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Anak
Daftar Pustaka
Sugiarmin, M. (2005). Individu dengan Gangguan Autisme. PLB UPI
Maslim, Rusdi (2001) Diagnosis gangguan Jiwa Rujukan ringkas dari
PPDGJ III. Jakarta : PT Nuh jaya
Kaplan, sadock (2010) Sinopsis Psikiatri jilid 2 : Gangguan Perkembangan
Pervasif.