Bab 1-4 Go Seminar

download Bab 1-4 Go Seminar

of 29

Transcript of Bab 1-4 Go Seminar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan penyakit inflamasi kronis pada saluran

pernafasan yang menyebabkan obstruksi aliran episodik (Nelson, 2007). Insiden pasien asma adalah sebanyak 300 juta orang dan diperkirakan pasien asama menjangkau 400 juta orang pada tahun 2025 (GINA,2004). Menurut National Center for Health Statistics of the Center for Disease Control and Prevention (2002), asma lebih banyak menyerang pada anak dan jumlahnya adalah sebanyak 8,9 milyar orang. Angka kejadian asma pada anak meningkat 50 % per dekade dan survey yang dijalankan oleh International Study of Asthma and Allergies in Chilhood menunjukkan peningkatan prevalensi Asthma pada usia 6 tahun. Namun hanya sebagian kecil saja yaitu dua pertiga yang lainnya mengalami perbaikan (Nelson, 2007). Walaupun asma memiliki kadar kematian yang lebih rendah dibanding dengan penyakit kronis yang lainnya namun angka kematian pada pasien asmahampir mencapai 255.000 (WHO, 2005) Jumlah penderita asma di Indonesia mencapai 12-juta orang. Dan hasil penelitian pada anak usia sekolah 13-14 tahun dengan menggunakan kuisioner ASAAC tahun 1995 prevalensi asma masih 2,1%, sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi 5,2% . hasil survey asma pada anak sekolah dibeberapa kota di Indonesia (Medan,Palembang, Jakarta,Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang dan Denpasar) menunjukkan prevalensi asma pada anak SD (6-12 tahun) berkisar antara 3,7%-6,4%, sedangkan pada anak SMP di jakarta pusat sebesar 5,8% tahun 1995 dan tahun 2001 di jakarta timur sebesar 8,6%. Tahun 1993 UPF Paru RSUD dr. Sutomo, Surabaya melakukan penelitian di lingkungan 37 puskesmas di Jawa Timur dengan menggunakan kuesioner modifikasi ATS yaitu Proyek Pneumobile Indonesia dan Respiratory symptoms questioner of Institute of Respiratory Medicine, New South Wales, dan pemeriksaan arus puncak ekspirasi (APE) menggunakan alat peak flow

1

meter dan uji bronkodilator. Seluruhnya 6662 responden usia 13-70 tahun (rata-rata 35,6 tahun) mendapatkan prevalensi asma sebesar 7,7%, dengan rincian laki-kali 9,2% dan perempuan 6,6%. Berdasarkan gambaran tersebut diatas, terlihat bahwa asama sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian secara serius. Pengamatan di 5 propinsi di Indonesia (Sumatera Utara,Jawa Tengah,Jawa Timur, kalimantan barat, dan sulawesi selatan) yang dilaksanakan oleh Subdit Penyakit Kronik dan Degeneratif Lain pada bulan April 2007, menunjukkan bahwa pada umumnyaupaya pengendalian asma belum terlaksana dengan baik dan masih sangat minimnya ketersediaan peralatan yang diperlukan untuk diagnosis dan tatalaksana pasien asma difasilitas kesehatan (Departemen Menteri Kesehatan,2008). Penyakit asma mebutuhkan terapi yang kontinyu sepanjang hidupnya. Terapi asma yang terus menerus tentu akan berefek buruk bagi kesehatan penderita asma terutama bagi anak-anak. Oleh karena itu, banyak penelitian yang mencoba menemukan metode alami untuk menyembuhkan / mengurangi gejala asma sehingga efek samping yang ditimbulkan oleh terapi tersebut dapat diminimalisir. Beberapa penderita penyakit ini menginginkan sebuah pendekatan yang lebih alami untuk menyembuhkan asma karena penggunaan obat seperti steroid dalam jangka panjang bisa mengakibatkan efek samping yang bisa memperburuk kondisi asma. Wanita hamil dan anak-anak adalah orang yang mudah terkena efek samping dari penggunaan steroid dalam jangka panjang. Untuk memecahkan dilema ini, banyak penderita asma beralih ke pengobatan alami. Relaksasi dan pelepasan stres adalah salah satu cara untuk menyembuhkan asma melalui latihan pernafasan yang bisa memperlambat pernafasan yang terkadang bisa berlebihan. Terdapat dua metode yang sudah diketahui: Teknik pernafasan Buteyko, yang melibatkan latihan pernafasan, latihan pelepasan stres, dan saran-saran kesehatan dan nutrisi umum. Metode lainnya disebut Papworth, yang mengajak penderita asma untuk menemukan sebuah tingkat pernafasan

2

dengan

menggunakan

latihan asma.

pernafasan Di

diapragma Serikat,

yang sulit

bisa untuk

menurunkan

gejala-gejala

Amerika

menemukan seseorang yang mempraktekkan seni ini, jadi lebih baik anda mendapatkan informasi lewat buku atau video. Karena fenomena semakin tingginya jumlah penderita asma khususnya pada anak-anak sehingga terapi alami diperlukan untuk mengatasi gejala asma tersebut agar efek samping dari obat-obatan kimia dapat diminimalisir. Selain itu karena asma merupakan penyakit seumur hidup, dan membutuhkan terapi yang kontinyu sepanjang hidup penderita. Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi penggunaan terapi alami untuk mengatsi asma salah satunya dengan menggunkan teknis pernafasan buteyko. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Apakah defenisi, pencetus, dan klasifikasi asma 2. Apakah defenisi teknik pernapasan buteyko 3. Apakah manfaat teknik pernapasan buteyko 4. Apakah prinsip teknik pernapasan buteyko 5. Apakah tujuan teknik pernapasan buteyko 6. Bagaimana cara mempraktekkan pernafasan buteyko. 7. Bagaiamana analisa teknik pernafasan buteyko untuk penderita asma. 8. Bagaimana pembelajaran orangtua tentang teknik pernafasan buteyko untuk anak usia 6-12 tahun penderita asma. 1.3 Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui bagaiamana pembelajaran orangtua tentang teknik pernafasan buteyko untuk anak usia school (6-12 tahun) penderita asma. 2. Tujuan Khusus

3

Melalui seminar ini dapat : a. Menjelaskan definisi, pencetus, dan klasifikasi asma b. Menjelaskan defenisi teknik pernapasan buteyko c. Menjelaskan manfaat teknik pernapasan buteyko d. Menjelaskan prinsip teknik pernapasan buteyko e. Menjelaskan tujuan teknik pernapasan buteyko f. Mempraktekkan pernafasan buteyko. g. Menganalisa teknik pernafasan buteyko untuk penderita asma h. Mempraktekkan pernafasan penderita. 1.4 Manfaat 1. Bagi tenaga kesehatan Dapat mengaplikasikan teknik pernafasan buteyko untuk penderita asma sehingga efek samping obat-obatan asma dapat diminimalisir 2. Bagi masyarakat Dapat menjadikan referensi terapi alami untuk penderita asma tanpa menggunakan obat-obatan kimia 3. Bagi ilmu pendidikan Dapat asam dikembangkan sebagai bahan penelitian untuk mendapatkan teknik terapi alami yang baru untuk penderita pembelajaran untuk orangtua school tentang (6-12 teknik tahun) buteyko anak

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asma Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti sel mast, eosinofil, dan limfosit-T terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, wheezing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001). Pendapat serupa juga menyatakan bahwa asma merupakan reaksi hiperresponsif saluran napas yang berbeda-beda derajatnya dan menimbulkan fluktuasi spontan terhadap obstruksi jalan napas (Lewis et al., 2000). 2.1.2 Pencetus Asma Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma yaitu Pemicu Asma (Trigger) dan Penyebab Asma (Inducer). Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah: 1. Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi. b. Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin, ACEinhibitor, kromolin). c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.

2.1.1 Pengertian Asma

5

Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen ini dapat mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa asma. 2. Olahraga Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau latihan yang disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi beberapa saat setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik tangga dan dikarakteristikkan oleh adanya bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan. 3. Infeksi bakteri pada saluran napas Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme 4. Stres Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. 5. Gangguan pada sinus mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem bronkial.

6

Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan inflamasi membran mukus. 2.1.3 Klasifikasi Asma Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang. Semakin berat asma semakin tinggi tingkat pengobatan (Depkes RI, 2007). Pengklasifikasian asma dapat dilakukan dengan pengkajian terhadap gejala dan kemampuan fungsi paru. Semakin sering gejala yang dialami, maka semakin parah asma tersebut, Begitu juga dengan kemampuan fungsi paru yang diukur dengan Peak Flow Meters untuk mengetahui Peak Expiratory Flow (PEF) dan Spyrometers untuk mengukur Force Expiratory Volume dalam satu detik (FEV1) disertai dengan Force Vital Capacity (FVC). Semakin rendah kemampuan fungsi paru, maka semakin parah asma tersebut (GINA, 2004). Menurut Somantri (2008), berdasarkan etiologinya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu: 1. Ekstrinsik (alergik) Tipe asma ini merupakan jenis asma yang ditandai dengan reaksi alergi oleh karena faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan asma. Gejala asma umumnya dimulai saat kanakkanak. 2. Intrinsik (idiopatik atau non alergik) Tipe asma ini merupakan jenis asma yang ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh

7

adanya infeksi saluran pernapasan, emosi dan aktivitas. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronik dan emfisema. Pada beberapa pasien, asma jenis ini dapat berkembang menjadi asma gabungan. 3. Asma gabungan Jenis asma ini merupakan bentuk asma yang paling umum dan sering ditemukan. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergi maupun bentuk idiopatik atau nonalergik. 2.2 Teknik Pernafasan Buteyko Teknik Pernapasan Buteyko merupakan suatu metode manajemen/ penatalaksanaan asma yang bertujuan untuk mengurangi konstriksi jalan napas dengan prinsip latihan bernapas dangkal. Terapi ini dirancang untuk memperlambat atau mengurangi intake udara ke dalam paru-paru sehingga dapat mengurangi gangguan pada saluran pernapasan (Dupler, 2005). 2.2.2 Manfaat Teknik Pernafasan Buteyko Teknik Pernapasan Buteyko memanfaatkan teknik pernapasan alami secara dasar dan berguna untuk mengurangi gejala dan memperbaiki tingkat keparahan pada penderita asma. Teknik Pernapasan Buteyko berguna untuk mengurangi ketergantungan penderita asma terhadap obat/ medikasi asma. Selain itu, teknik pernapasan ini juga dapat meningkatkan fungsi paru dalam memperoleh oksigen dan mengurangi hiperventilasi paru (Dupler, 2005). 2.2.3 Tujuan Teknik Pernapasan Buteyko Tujuan menggunakan pelaksanaan serangkaian teknik latihan pernapasan bernapas Buteyko secara ini adalah untuk teratur

2.2.1 Defenisi Teknik Pernapasan Buteyko

8

memperbaiki cara bernapas penderita asma yang cenderung bernapas secara berlebihan agar dapat bernapas secara benar. Selain itu, tujuan lain dari teknik pernapasan ini adalah untuk mengembalikan volume udara yang normal (Vita Health, 2006). Secara garis besarnya, teknik pernapasan Buteyko bertujuan untuk memperbaiki pola napas penderita asma dengan cara memelihara keseimbangan kadar CO 2 dan nilai oksigenasi seluler yang pada akhirnya dapat menurunkan gejala asma (Dupler, 2005). Menurut Roy (2006), tujuan umum dari teknik pernapasan Buteyko adalah untuk rekondisi penderita agar dapat bernapas normal dengan cara-cara sebagai berikut : 1. Belajar bagaimana untuk membuka hidung secara alami dengan melakukan latihan menahan napas. 2. Menyesuaikan pernapasan dan beralih dari pernapasan melalui mulut menjadi pernapasan melalui hidung. 3. Latihan pernapasan untuk mencapai volume pernapasan yang normal dengan melakukan relaksasi diafragma sampai terasa jumlah udara mulai berkurang. 4. Latihan khusus untuk menghentikan batuk dan wheezing Perubahan gaya hidup dibutuhkan untuk membantu hal tersebut di atas, sehingga memfasilitasi jalan untuk dapat sembuh dan rekondisi ke tingkat normal. 2.2.4 Prinsip Teknik Pernapasan Buteyko Selama serangan asma, penderita asma bernapas dua kali lebih cepat dibandingkan orang normal, yang kemudian kondisi ini dikenal dengan istilah hiperventilasi (Dupler, 2005). Teori Buteyko menyatakan bahwa dasar penyebab dari penyakit asma adalah kebiasaan bernapas secara berlebihan (over-breathing) yang tidak disadari (VitaHealth, 2006). Teori yang mendasari Buteyko dalam mengembangkan teknik pernapasan ini adalah :

9

1. Bila penderita asma melakukan pernapasan dalam, maka jumlah CO2yang dikeluarkan akan semakin meningkat. Hal ini dapat menyebabkan jumlah CO2 di paru-paru, darah dan jaringan akan berkurang (Murphy, 2000).

2. Terjadinya defisiensi CO2 disebabkan oleh cara bernapas dalam yangdapat menyebabkan pH darah menjadi alkalis. Perubahan pH dapat mengganggu keseimbangan protein, vitamin dan proses metabolisme. Bila pH mencapai nilai 8, maka hal ini dapat menyebabkan gangguan metabolik yang fatal (Murphy, 2000).

3. Terjadinya defisiensi CO2 menyebabkan spasme pada otot polosbronkus, kejang pada otak, pembuluh darah, spastik usus, saluran empedu dan organ lainnya. Bila penderita asma bernapas dalam, maka semakin sedikit jumlah oksigen yang mencapai otak, jantung, ginjal dan organ lainnya yang mengakibatkan hipoksia disertai dengan hipertensi arteri (Murphy, 2000).

4. Kekurangan CO2 dalam pada organ-organ vital (termasuk otak) dansel-sel saraf meningkatkan stimulasi terhadap pusat pengendalian pernapasan di otak yang menimbulkan rangsangan untuk bernapas, dan lebih lanjut meningkatkan pernapasan sehingga proses pernapasan lebih intensif yang kemudian dikenal dengan hiperventilasi atau over-breathing (VitaHealth, 2006).

5. Over-breathing dapat menyebabkan ketidakseimbangan kadar CO2 didalam tubuh (terutama paru-paru dan sirkulasi) sehingga hal ini akan mengubah kadar O2 darah dan menurunkan jumlah O2 seluler. Keseimbangan asam-basa tubuh juga dipengaruhi oleh pola nafas dan konsentrasi O2/CO2. Pada waktu serangan, over-breathing dapat menyebabkan stres pada tubuh (Pegasus Neuro Linguistic Programming, 2009). Menurut Buteyko, kesulitan bernapas seperti yang dialami oleh penderita asma merupakan salah satu tanda over-breathing dan faktanya respon alami tubuh terhadap hal ini adalah mengurangi intake udara ke

10

dalam paru-paru (Pegasus Neuro Linguistic Programming, 2009). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa ketika seorang bernapas secara berlebihan, tubuh akan mengorganisasikan mekanisme pertahanan alami untuk mempertahankan tingkat karbondioksida normal, dengan cara sebagai berikut:

1. Spasme

saluran

pernapasan

dan

alveolus.

Keduanya

bergerak

menguncup untuk mempersempit bukaan jalaan napas dalam upaya mempertahankan CO2 di paru-paru.

2. Timbulmya mukus dalam saluran pernapasan, yang merupakan caralain dari tubuh untuk mempersempit saluran udara dalam mempertahankan CO2.

3. Pembengkakan lapisan permukaan saluran pernapasan sebelah dalamdengan tujuan yang sama yaitu mempertahankan CO2 (VitaHealth, 2000). Teknik Pernapasan Buteyko bertujuan untuk memperbaiki kebiasaan buruk penderita asma yaitu over-breathing atau hiperventilasi dan mengubahnya menjadi kebiasaan baru yaitu bernapas lebih lambat dan lebih dangkal. Teknik Pernapasan Buteyko meliputi dua hal penting yaitu relaksasi dan latihan. Pada tahapan relaksasi, postur tubuh diatur secara rileks terutama tubuh bagian atas. Teknik pernapasan ini dilakukan untuk merilekskan otot pernapasan dan iga secara perlahan-lahan yaitu adanya peregangan ke arah luar selama inspirasi dan penarikan iga ke arah dalam selama ekspirasi. Penderita dianjurkan untuk mengurangi melakukan pernapasan melalui mulut, tetapi lebih diutamakan untuk melakukan pernapasan melalui hidung saat serangan asma terjadi (Dupler, 2005). Hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan teknik pernapasan Buteyko adalah mengajarkan penderita asma untuk lebih terorientasi pada pernapasan melalui hidung, bukan melalui mulut (Mortin, 1999 dalam Thomas, 2004). Menurut Buteyko, bernapas melalui hidung akan mengurangi hiperventilasi (bernapas dalam) sehingga cara terbaik untuk menghemat CO2 yang keluar adalah dengan merelaksasikan otot-otot

11

pernapasan sehingga insufisiensi udara yang terjadi saat serangan asma dapat berkurang (Thomas, 2004). Selain itu, selama latihan perlu diperhatikan pula control pause yaitu waktu untuk menahan napas secara terkendali. Lamanya waktu penderita menahan napas harus dicatat. Pada penderita asma, control pause hanya bisa dicapai selama 5-15 detik. Bila melakukan teknik pernapasan Buteyko secara benar, maka tubuh dapat menahan napas atau mencapai waktu control pause selama 40-60 detik (Dupler, 2005, USA Buteyko Clinic, 2008). Latihan-latihan yang digunakan dalam Teknik Pernapasan Buteyko berbeda panjang dan frekuensinya, tergantung pada tingkat keparahan penyakit yang diderita. Latihan pernapasan Buteyko dilakukan sebelum makan atau menunggu setidaknya dua jam setelah makan karena pencernaan dapat mempengaruhi pernapasan (Roy, 2006). Adapun beberapa persiapan dasar yang perlu dipahami dalam melakukan teknik pernapasan Buteyko ini menurut Thomas (2004) adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran waktu control pauseDalam melakukan latihan pernapasan Buteyko, sebelum dan sesudah latihan harus diperiksa terlebih dahulu control pause. 2. Postur (Sikap Tubuh). Dalam melakukan latihan pernapasan Buteyko, postur yang baik sangat berperan penting dalam keberhasilan latihan untuk mengurangi hiperventilasi. Penggunaan kursi yang memiliki sandaran tegak dan tinggi memungkinkan untuk mengistirahatkan kaki di lantai dengan nyaman dan memungkinkan untuk duduk dengan posisi yang benar. Jika tidak memiliki kursi dengan sandaran yang lurus, maka posisi kepala, bahu, dan pinggul harus diatur supaya tegak lurus. 3. Konsentrasi Tutup mata dan fokus pada pernapasan. Rasakan udara yang bergerak masuk dan keluar dari lubang hidung dan gerakan berbeda dari tubuh ketika menarik napas dan menghembuskan napas. Walaupun

12

berkonsentrasi pada pernapasan mungkin dirasakan sebagai hal yang aneh, tetapi kita tidak dapat mengubah pola pernapasan kita jika tidak menyadari bagaimana kita bernapas. 4. Relaksasi Bahu Bahu merupakan bagian penting untuk memperbaiki pernapasan. Oleh karena tejadi ketegangan dan kekakuan menyebabkan kesulitan untuk menaikkan otot bahu saat bernapas sehingga mempengaruhi jumlah udara ke dalam paru-paru. Cobalah untuk sesantai mungkin dan biarkan bahu rileks dengan posisi alamiah setiap kali bernapas. Relaksasi juga akan membantu mengatur pernapasan. 5. Memantau aliran udara Rasakan jumlah aliran udara melalui lubang hidung dengan cara meletakkan jari di bawah hidung sehingga sejajar dengan lantai. Aliran udara harus dapat dirasakan keluar dari lubang hidung, tetapi posisi jari tidak boleh terlalu dekat ke lubang hidung karena dapat mengganggu aliran udara yang masuk dan keluar dari lubang hidung. 6. Bernapas dangkal Ketika mulai terasa aliran udara menyentuh jari saat menghembuskan napas, maka mulailah menarik napas kembali. Hal ini akan menyebabkan penurunan jumlah udara untuk setiap kali bernapas. Setelah melakukan hal ini, akan terjadi peningkatan jumlah napas yang dihirup per menit, tapi tidak masalah jika tujuannya adalah untuk mengurangi volume udara. Udara yang sedikit hangat terasa di jari menandakan semakin berhasilnya penurunan volume udara setiap kali bernapas. Tujuannya adalah untuk terus bernapas dengan cara ini selama 3-5 menit. Kemungkinan yang terjadi adalah tidak dapat menyelesaikan 5 menit penuh saat pertama kali latihan. Seperti latihan lain pada umumnya, akan lebih mudah dipahami melalui praktek. Jika mengambil napas dari udara, maka hal itu berarti adanya usaha untuk mengurangi volume udara yang terlalu cepat dan perlu untuk memperlambatnya. Tujuannya adalah untuk memperoleh hasil yaitu pernapasan dapat

13

dikurangi selama 3-5 menit pada suatu waktu. Cara untuk latihan bernapas dangkal ini adalah sebagai berikut : Langkah 1 Bernapas hanya melalui hidung, baik inspirasi maupun ekspirasi. Pastikan mulut tertutup sewaktu bernapas. Langkah 2 Bernapaslah hanya dengan diafragma, tidak dengan pernapasan dada. Atur posisi dan duduklah di depan cermin. Letakkan tangan di perut, lalu tarik napas. Perhatikan bahwa tidak terjadi penggunaan otot-otot dada untuk bernapas, yang bergerak turun hanya tangan yang sebelumnya diletakkan di perut. Ketika menghembuskan napas, tangan yang diletakkan di perut harus bergerak naik ke posisi normal (posisi sebelumnya). Langkah 3 Letakkan jari di bawah hidung. Napas haruslah sangat dangkal dimana hampir tidak terasa pergerakan udara (saat tarikan dan hembusan napas).

7. Pengukuran control pause and pemeriksaan denyut nadiSetelah menyelesaikan tahapan 5 menit seperti yang tersebut di atas , selama apapun waktunya untuk mulai latihan, maka harus diperiksa kembali denyut nadi dan control pause. 8. Istirahat Sebelum memulai tahapan 5 menit berikutnya, sebaiknya istirahat. Untuk memperoleh manfaat besar dari latihan pernapasan Buteyko ini, maka dibutuhkan waktu minimal 20 menit per hari. 9. Latihan Blok Setiap sesi terdiri dari 4 blok penurunan frekuensi bernapas dengan memeriksa denyut nadi dan control pause sebelum dan setelah latihan. Dibandingkan dengan sesi awal, maka control pause harus lebih panjang waktunya dan untuk denyut nadi harus lebih rendah.

14

2.2.5 Tahapan Latihan Teknik Pernapasan Buteyko Teknik pernapasan Buteyko adalah satu set latihan pernapasan sederhana untuk membantu mengendalikan asma dan gangguan pernapasan lainnya. Lamanya waktu untuk melakukan seluruh tahapan teknik pernapasan ini adalah 25 menit. Adapun langkah-langkah secara umum dalam melakukan latihan teknik pernapasan ini adalah sebagai berikut : Langkah 1 : Tes Bernapas Contol pause Pada tahap awal, sebagai pemanasan sebaiknya ambil napas terlebih dahulu sebanyak 2 kali , kemudian ditahan, lalu dihembuskan. Setelah itu, lihat berapa lama waktu dapat menahan napas. Tujuannya adalah untuk dapat menahan napas selama 40-60 detik. Langkah 2 : Pernapasan Ambil napas dangkal selama 5 menit. Dangkal Bernapas hanya melalui hidung, sedangkan mulut ditutup. Kemudian lakukan tes bernapas control pause. Hitung Langkah Gabungan 3: kembali waktu untuk dapat pausemenahan napas. Teknik Ulangi kembali "tes sebanyak 4 kali. Sedangkan untuk setiap tingkat kesulitan latihan, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut : a. Tingkat kesulitan sangat mudah, tahapannya adalah :

control

bernafas dangkal- tes control pause

Langkah 1 Duduk atau berbaring dalam ruangan yang tenang. Mulai untuk mengatur pernapasan dan fokus pada setiap napas yang diambil.

15

Biarkan pernapasan menjadi lebih lambat dan lebih dangkal secara perlahan dan bertahap. Langkah 2 Tarik napas melalui hidung secara perlahan-lahan. Dengan bernapas melalui hidung, tubuh dapat mempertahankan karbondioksida yang lebih tinggi dan kadar nitrat oksida dalam paru-paru. Langkah 3 Bernapas penuh melalui hidung. Pastikan bernapas hanya melalui hidung, karena seperti yang telah dipaparkan bahwa pernapasan melalui mulut dapat mengeringkan saluran pernapasan. Langkah 4 Setelah menghembuskan napas, tahan napas sesuai dengan kemampuan hingga terasa dorongan untuk menarik napas. Hal ini memang terlihat sulit pada awalnya, tapi dengan latihan secara teratur maka akan terbiasa. Jangan mencoba untuk menahan napas lebih lama dari yang diperlukan. Langkah 5 Ambil napas secara perlahan dan tahan selama mungkin sesuai dengan kemampuan sampai terasa dorongan untuk menghembuskan napas. Ulangi tahapan ini beberapa kali sehari untuk berlatih bernapas melalui hidung. Pastikan dalam menarik napas dan menghembuskan secara perlahan untuk mencegah hiperventilasi. b. Tingkat kesulitan mudah, tahapannya adalah : Langkah 1 Cari tempat yang nyaman untuk duduk atau berbaring. Semakin nyaman tempat dan posisi untuk latihan, akan semakin efektif pengaruh yang dihasilkan. Langkah 2 Tutup mata dan fokus pada pernapasan. Mulai secara perlahan, bernapas dalam melalui hidung. Lakukan hal ini minimal selama 1 menit.

16

Langkah 3 Ambil napas dangkal. Hiruplah udara secukupnya sehingga dapat bernapas dengan nyaman. Tahan napas sesuai dengan kemampuan. Jangan memaksakan diri dengan langkah ini. Jika merasa terengahengah, kembali ke langkah 2 dan mulai dari awal lagi. Langkah 4 Tahan napas sedikit lebih lama daripada sebelumnya. Lakukan selama 10 menit per hari. c. Tingkat kesulitan sedang, tahapannya adalah : Langkah 1 Duduklah dalam posisi tegak dan bernapas dangkal selama 3 menit. Langkah 2 Hitung waktu control pause. Bernapas secara normal. Tutup hidung dengan cara mencubit cuping hidung. Hitung berapa lama waktu untuk dapat menahan napas sebelum merasakan sedikit dorongan untuk bernapas. detik. Langkah 3 Bernafas dangkal selama 3 menit. Langkah 4 Ambil napas normal dan hembuskan napas secara perlahan. Tutup hidung dan tahan napas selama 20 detik. Setelah selesai, tahan keinginan untuk mengambil napas dalam. Langkah 5 Bernapas dangkal selama 3 menit lagi. Langkah 6 Ambil napas normal dan hembuskan napas secara perlahan. Tutup hidung dan tahan napas selama 30 detik. Kembali bernapas normal. Langkah 7 Bernapas dangkal selama 3 menit lagi. Tahapan ini mungkin hanya dapat dilakukan dalam beberapa detik saja tetapi tujuan akhir dari tahapan ini adalah 60

17

Langkah 8 Tutup hidung dan tahan napas selama 40 detik. Kembali bernapas normal. Langkah 9 Bernapas dangkal selama 3 menit lagi. Langkah 10 Hitung waktu control pause lagi. Selesai latihan secara teratur, control pause harus lebih baik dibandingkan saat awal latihan.

18

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Proses terjadinya Asma Proses asma ditandai dengan konstriksi spastik dari otot polos

bronkiolus yang menyebabkan sukar mengeluarkan udara ketika bernafas (ekspirasi). Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang alergi membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal. Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus. Bila seseorang terpapar alergen maka antibodi IgE orang tersebut teraktivasi. Meningkatnya alergen yang bereaksi dengan antibody, telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrien), faktor kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkiolus maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma, diameter bronkiolus berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Bronkiolus sudah tersumbat sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat tetapi hanya sekali-sekali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat

19

kesulitan

mengeluarkan

udara

ekspirasi

dari

paru.

Hal

in

dapat

menyebabkan barrel chest (Lewis et al., 2000). Asma terjadi karena penderita asma telah mengembangkan tingkat kedalaman pernapasan yang jauh melebihi yang seharusnya, dan tubuh penderita mengkompensasinya dengan langkah-langkah defensif untuk memaksa penderita agar dapat mengurangi frekuensi pernapasannya. Hal ini menyebabkan restriksi saluran napas dan peningkatan mucus. Ratarata penderita asma bernapas 3-5 kali lebih sering dan lebih cepat dibandingkan yang normal (Dupler, 2005). Sindrom hiperventilasi adalah keadaan dimana dalam keadaan santai dapat menyebabkan rasa pusing dan kadang-kadang pingsan. Dahulu, hal ini dikaitkan dengan penurunan saturasi oksigen. Namun, bila berdasarkan efek Bohr, hal itu disebabkan oleh ketidakseimbangan rasio antara kada karbon dioksida dengan kadar oksigen dalam darah yang mempengaruhi pelepasan atau penahanan oksigen dari darah. 3.2 Mekanisme Buteyko pada Penderita Asma Teknik Pernapasan Buteyko merupakan suatu metode

penatalaksanaan asma yang bertujuan untuk mengurangi konstriksi jalan napas dengan prinsip latihan bernapas dangkal melelui pemanfaatan CO2. Terapi ini dirancang untuk memperlambat atau mengurangi intake udara ke dalam paru-paru sehingga dapat mengurangi gangguan pada saluran pernapasan (Dupler, 2005). Metode buteyko bertujuan untuk membiasakan paru-paru dengan kadar CO2 yang tinggi, sehingga menurunkan gejala yang timbul pada seseorang yang sedang terkena asma attack. Teori Buteyko menyatakan bahwa dasar penyebab dari penyakit asma adalah kebiasaan bernapas secara berlebihan (over-breathing) yang tidak disadari (VitaHealth, 2006). Teknik Pernapasan Buteyko meliputi dua hal penting yaitu relaksasi dan latihan. Pada tahapan relaksasi, postur tubuh diatur secara rileks terutama tubuh bagian atas. Teknik pernapasan ini dilakukan untuk merilekskan otot pernapasan dan iga secara perlahan-

20

lahan yaitu adanya peregangan ke arah luar selama inspirasi dan penarikan iga ke arah dalam selama ekspirasi. Penderita dianjurkan untuk mengurangi melakukan pernapasan melalui mulut, tetapi lebih diutamakan untuk melakukan pernapasan melalui hidung saat serangan asma terjadi (Dupler, 2005). Menurut Buteyko, bernapas melalui hidung akan mengurangi hiperventilasi (bernapas dalam) sehingga cara terbaik untuk menghemat CO2 yang keluar adalah dengan merelaksasikan otot-otot pernapasan sehingga insufisiensi udara yang terjadi saat serangan asma dapat berkurang (Thomas, 2004). Selain itu, selama latihan perlu diperhatikan pula control pause yaitu waktu untuk menahan napas secara terkendali. Lamanya waktu penderita menahan napas harus dicatat. Pada penderita asma, control pause hanya bisa dicapai selama 5-15 detik. Bila melakukan teknik pernapasan Buteyko secara benar, maka tubuh dapat menahan napas atau mencapai waktu control pause selama 40-60 detik (Dupler, 2005, USA Buteyko Clinic, 2008). Melalui Teknik pernafasan Buteyko maka CO2 akan tetap dipertahankan dan tidak terjadi hyperventilasi. Pada proses reaksi kimia yang melibatkan O2 akan tetap seimbag dalam tubuh sehingga penderita asma tidak terjadi kehilangan CO2 secara progresif, selain itu dapat menyeimbangkan kadar CO2 darah akibat hyperventilasi, membantu Hb dalam pelepasan O2 darah mencegah Hypoksia mencegah bronkospasme&mengurangi wheezing serta mengurangi rasa sesak

21

INPUT Alergen : Debu Suhu Paparan Asap Makanan Psikologis Dll;

PROSES Aktivasi IgE dan sel mast mast , eosinophil, macrophage, lymphocyte Berada di interstisial paru inflamasi Histamine, bradikinin dll Spasme otot nafas Edema jaringan saluran nafas Peningkatan sekret O2 rendah jumlah

OUT PUT

Buteyko: Bernafas lebih lambat dan dangkal Relaksasi otot pernafasan Orientasi nafas melalui hidung disertai dengan control pause

Respon tubuh pada saaat asma attack berkurang Menyeimbangkan kadar CO2 darah akibat hyperventilasi Membantu Hb dalam pelepasan O2 darah Agar tidak terjadi kehilangan CO2 secara progresif Mencegah bronkospasme&men gurangi wheezing Mengurangi rasa sesak Mencegah Hypoksia

CO2 tinggi

Pelepasan O2 terganggu CO2 terbuang hipoksemia

Membiasakan paru-paru dengan kadar CO2 tinggi

Sel-sel kekurangan suplai O2

CO2