Bab 1, Bab 2, Bab 3
-
Upload
muhammad-kholifh-ardlillah -
Category
Documents
-
view
240 -
download
11
description
Transcript of Bab 1, Bab 2, Bab 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit adalah keadaan tidak normal pada badan atau minda yang menyebabkan
ketidakselesaan, disfungsi, atau tekanan/stres kepada orang yang terbabit atau berhubung
rapat dengannya. Kadang kala istilah ini digunakan secara umum untuk menerangkan
kecederaan, kecacatan, sindrom, simptom, keserongan tingkah laku, dan variasi biasa
sesuatu struktur atau fungsi, sementara dalam konteks lain boleh dianggap sebagai
kategori yang boleh dibedakan. Mekanisme terjadinya penyakit melibatkan berbagai
faktor antaralain: penyebab penyakit (agen), induk semang (hospes), danlingkungan yang
dikenal dengan penyebab majemuk suatu penyakit (multiple causation of disease) sebagai
lawan dari penyebabtunggal (single causation of disease) (Sunny,2012).
Anjing rentan terhadap berbagai penyakit, mulai dari tingkat ringan hingga yang
berbahaya. Beberapa penyakit di antara juga merupakan penyakit pada manusia, tapi
sebagian lainnya merupakan penyakit khusus anjing. Seperti halnya mamalia, anjing juga
rentan terhadap keletihan akibat cuaca panas, udara kelembaban tinggi, atau perubahan
temperatur yang drastis (Fogle,2000).
Penyakit menular yang mudah menyerang anjing di antaranya penyakit rabies (anjing
gila), parvovirus, dan distemper. Penyakit bawaan pada anjing yang diturunkan secara
genetik di antaranya penyakit HD (kelainan formasi persendian pangkal paha), kelainan
sendi lutut (luksasi patelar), hingga epilepsi dan kelainan katup pembuluh darah paru
(stenosis pulmoner). Anjing bisa menderita hampir semua penyakit yang bisa diderita
manusia, mulai dari hipotiroidisme, kanker, sakit gigi, hingga penyakit jantung. Selain
itu,anjing juga rentan terhadap pengaruh beberapa jenis oba-obatan ataupun cairan kimia
lainnya .
Keracunan obat adalah suatu efek obat yang timbul pada pasien karena beberapa
faktor sepertimiss use (salah penggunaan), miss dose (salah dosis), salah pemberian
obat,dan lain – lain yang sifatnya tidak di sengaja atau disengaja. Sedangkan alergi obat
adalah suatu reaksi yang ditimbulkan olah tubuh akibat pemberian senyawa asing
(Sharrie,2011).
Ivermectin merupakan obat-obatan yang termasuk dalam jenis atau golongan
macrolid overmectin ,ivermectin biasanya digunakan untuk memberantas parasit,baik itu
ektoparasit (kutu,caplak,tungau,dll) ataupun endoparasit (cacing),Ivermectin memiliki
waktu paruh yang sangat lama,oleh karena itu obat ini tidak bisa digunakan pada hewan
sebelum berumur 8 minggu,karena pada dasarnya obat ini akan dipecah dihati dan
dikeluarkan dengan ginjal atau feses. Dan karena Ivermectin ini dipecah dihati dan
dikeluarkan oleh ginjal dan feses,maka pada hewan yang masih muda maka tentunya
organ hati dan ginjal belum sepenuhnya berkembang, maka pemberian Ivermectin
ditakutkan adanya resiko respon tubuh dan mempengaruhi perkembangan organ pada
hewan muda,namun besar atau tidaknya pengaruh pemberian Ivermectin tergantung pula
pada ras atau jenis anjing sendiri (Sinta,2012).
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.Apa penyebab Anjing Collie yang secara mendadak mengalami muntah-
muntah, depresi, hipersalivasi, tremor, lemas, dan tidak merespon
rangsangan setelah diberikan obat ivermectin untuk gejala dermatitis
kronisnya?
1.2.2.Bagaimana reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh Anjing Collie?
1.2.3.Bagaimana perlakuan treatment yang tepat untuk mengatasi permasalahan
tersebut?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui penyebab Anjing Collie yang secara mendadak mengalami
muntah-muntah, depresi, hipersalivasi, tremor, lemas, dan tidak merespon
rangsangan setelah diberikan obat ivermectin untuk gejala dermatitis
kronisnya.
1.3.2. Mengetahui reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh Anjing Collie.
1.3.3. Mengetahui perlakuan treatment yang tepat untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penyebab Anjing Collie Bereaksi Negatif Terhadap Ivermectin
Anjing Collie merupakan salah satu anjing yang memiliki bulu tebal dan
sangat cocok untuk dijadikan hewan peliharaan. Akan tetapi, ternyata tipe keluarga
Collie ini memiliki beberapa kelemahan, khususnya resistensi dalam pengonsumsian
beberapa obat, seperti ivermectin, opioid, steroid, dan beberapa antibiotik. Karena ini,
maka perlu kehati-hatian dalam menerapkan jenis obat untuk anjing collie. Walaupun
tidak semua anjing collie seperti itu, namun persentase hypersensitif terhadap jenis
obat pada anjing collie sangat besar. Hal ini dipengaruhi masalah cacat gen yang
ditengarai oleh para ahli pada MDR1.Efek nyata pada pemberian ivermectine pada ras
collie dapat menimbulkan shok-anafilaksis bahkan bisa menjurus kematian pada
anjing tersebut. Anjing ini lain dari jenis anjing lainnya dalam hal gen P-glikoprotein
sehingga pemberian sedikit saja ivermectine dapat menyebabkan masalah baginya.
Gen P-glikoprotein ini berfungsi agar obat seperti ivermectine keluar dari
sistem saraf pusat sehingga tidak menimbulkan racun di otak atau jaringan tubuh lain
pada pasien. Hal ini pulalah yang dapat menjelaskan mengapa anjing Colli tidak boleh
di suntik atau diberikan ivermectine. Anjing jenis Colli memiliki kurang P-
glikoprotein sehingga ivermectine akan terakumulasi lama di otak dan menyebabkan
keracunan pada otak tersebut. Fenomena ini juga bukan hanya untuk ivermectine
tetapi juga berlaku pada toxicitas Loperamide (obat dalam imodium). Memang tidak
semua anjing jenis Colli ini kurang gen P-glikoprotein, namun hampir separuhnya
memiliki kondisi tersebut.
2.2. Reaksi Kimiawi yang Terjadi pada Tubuh Anjing Collie
Pemberian ivermectin pada tubuh Collie merupakan salah satu contoh dari
cara kerja sinyal transduksi yang terdapat di dalam tubuh hewan. Dimisalkan
ivermectin yang masuk ke dalam tubuh hewan merupakan salah satu jenis reseptor,
maka reseptor ini akan berikatan dengan protein gate dan menyebabkan
2.3. Treatment Untuk Mengatasi Masalah
Hingga saat ini, tratment yang tepat untuk anjing ataupun hewan yang terkena
overdosis ivermectin belum diketahui obatnya. Tetapi, kita dapat mencegah terjadinya
keracunan atau overdosis ivermectin dengan cara memperkirakan betul-betul berapa
dosis yang dapat digunakan untuk mengobati mengguanakan ivermectin. Selain itu,
kita juga harus dapat mengetahui berbagai jenis hewan ataupun anjing yang dapat
menggunakan ivermectin dan manakah spesies yang tidak dapat menggunakannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA