BAB 1 CANDRA PPOK.docx

62
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK) DI RUANG G BLUD Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA OLEH : CANDRA AWANDA 2010.C.02a.0035

Transcript of BAB 1 CANDRA PPOK.docx

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK) DI RUANG G BLUD Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

OLEH :CANDRA AWANDA2010.C.02a.0035

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYASEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI PROFESI NERS2014/2015BAB 1TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar1.1.1 PengertianPenyakit paru obstruktif kronik (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Bronkitis kronik, emfisema paru, dan asma bronchial membentuk kesatuan yang disebut COPD (Price, Sylvia Anderson, 2012: 783).PPOK adalah keadaan penyakit yang ditandai oleh keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible (David Rubenstein, David Wayne, Jhon Bradley, 2007: 273).Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah sebuah istilah kelirunya yang sering dikenakan pada pasien yang menderita emfisema, bronchitis kronis, atau campuran dari keduanya. Ada banyak pasien yang mengeluh bertambah sesak nafas dalam beberapa tahun dan ditemukan mengalami batuk kronis, toleransi olahraga yang buruk, adanya obstruksi jalan nafas, dan gangguan pertukaran gas yang paling patal (West, John B, 2010: 66).1.1.2 EtiologiPPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik dengan lingkungan. Adapun faktor penyebabnya adalah: merokok, polusi udara, dan pemajanan di tempat kerja (terhadap batu bara, kapas, padi-padian) merupakan faktor-faktor resiko penting yang menunjang pada terjadinya penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi dalam rentang lebih dari 20-30 tahunan. PPOK juga ditemukan terjadi pada individu yang tidak mempunyai enzim yang normal mencegah penghancuran jaringan paru oleh enzim tertentu. PPOK tampak timbul cukup dini dalam kehidupan dan merupakan kelainan yang mempunyai kemajuan lambat yang timbul bertahun-tahun sebelum awitan gejala-gejala klinis kerusakan fungsi paru (Smeltzer dan Bare. 2005: 595). Pengaruh dari masing-masing factor risiko terhadap terjadinya PPOK adalah saling memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling dominan.

1Peningkatan resiko mortalitas akibat bronchitis hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari (peningkatan risiko = x jumlah batang rokok yang dihisap perhari) (David Rubenstein, David Wayne, Jhon Bradley, 2007: 273). PPOK disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup. Yang sebagian besar bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90% kasus PPOK. Menurut Somantri, Irman (2009) faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD adalah:1. Kebiasaan merokok2. Polusi udara3. Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja.4. Riwayat infeksi saluran nafas.5. Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin.6. Hiper-reaktivitas jalan napas (asma)7. Infeksi peru berulang8. Ras9. Defisiensi anti oksidan10. Usia >50 tahun11. Laki-lakiPengaruh dari masing-masing factor risiko terhadap terjadinya PPOK adalah saling memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling dominan.Peningkatan resiko mortalitas akibat bronchitis hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari (peningkatan risiko = x jumlah batang rokok yang dihisap perhari) (David Rubenstein, David Wayne, Jhon Bradley, 2007: 273).1.1.3 PatofisiologiBronkitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronchitis kronis. Pada infeksi saluran nafas bagian atas, biasanya virus, seringkali merupakan awal dari serangan bronchitis akut. Dokter akan mendiagnosa bronchitis kronis jika klien mengalami batuk atau produksi sputum selama beberapa hari + 3 bulan dalam 1 tahun dan paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut.Bronkitis timbul sebagai akibat dari adanya paparan terhadap agent infeksi maupun non-infeksi (terutama rokok tembakau). Iritan akan menyebabkan timbulnya respon inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa dan bronchospasme.Klien dengan bronchitis kronis akan mengalami:1. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang mana akan meningkatkan produksi mukus.2. Mukus lebih kental3. Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme pembersihan mukus. Oleh karena itu, "mucocilliary defence" dari paru mengalami kerusakan dan meningkatkan kecenderungan untuk terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hyperplasia sehingga produksi mukus akan meningkat.4. Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kaliketebalan normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus kental ini bersama-sama dengan produksi mukus yang banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronchitis kronis mula-mula mempengaruhi hanya pada bronchus besar, tetapi biasanya seluruh saluran nafas akan terkena.5. Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hipoksia dan asidosis.6. Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan; ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, dimana terjadi penurunan PaO2 kerusakan ventilasi dapat juga meningkatkan nilai PaCO.

1.1.4 Web of Causes (WOC)

Bagan 1.1 WOC PPOK

1.1.5 Manifestasi KlinisBerdasarkan Brunner & Suddarth (2005) adalah sebagai berikut:1. Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.2. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak.3. Dispnea.4. Nafas pendek dan cepat (Takipnea).5. Anoreksia.6. Penurunan berat badan dan kelemahan.7. Takikardia, berkeringat.8. Hipoksia, sesak dalam dada.9. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi10. Mengi atau wheeze11. Ekspirasi yang memanjang12. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut13. Penggunaan otot bantu pernapasan14. Suara napas melemah15. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal16. Edema kaki, asites dan jari tabuh1.1.6 KomplikasiIrman Somantri (2009: 50) menyebutkan komplikasi yang dapat terjadi sebagai berikut:1. HipoksemiaHipoksemia di definisikan sebagai penurunan nilai PaO2 < 55 mmHg, dengan nilai nsaturasi oksigen