bab 2

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI Menurut Sullivan dan Decker (1989), kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan seseorang, dalam mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya. Menurut Robbin (1993), kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk memengaruhi sebuah kelompok menuju kepada pencapaian tujuan kelompok tersebut. Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan kemampuan dan keterampilan seorang perawat dalam mempengaruhi perawat lain di bawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. 2.2 TIPE KEPEMIMPINAN Dalam organisasi secara umum terdapat dua macam tipe kepemimpinan, antara lain: 2.2.1 Kepemimpinan Formal

description

bab2

Transcript of bab 2

Page 1: bab 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Menurut Sullivan dan Decker (1989), kepemimpinan merupakan

penggunaan keterampilan seseorang, dalam mempengaruhi orang lain

untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan

kemampuannya.

Menurut Robbin (1993), kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan

seseorang untuk memengaruhi sebuah kelompok menuju kepada

pencapaian tujuan kelompok tersebut.

Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan kemampuan dan

keterampilan seorang perawat dalam mempengaruhi perawat lain di bawah

pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam

memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga tujuan

keperawatan tercapai.

2.2 TIPE KEPEMIMPINAN

Dalam organisasi secara umum terdapat dua macam tipe kepemimpinan,

antara lain:

2.2.1 Kepemimpinan Formal

Kepemimpinan formal diangkat secara resmi berdasarkan surat

keputusan, duduk dalam jabatan tertentu pada struktur organisasi

dan memiliki hak serta kewajiban.

2.2.2 Kepemimpinan informal

Page 2: bab 2

Kepemimpinan informal tidak diangkat secara formal, tetapi

memiliki sejumlah keunggulan dan dapat diterima oleh berbagai

pihak.

2.3 GAYA KEPEMIMPINAN

Penerapan suatu gaya kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh persepsi

pimpinan tentang perannya, nilai-nilai yang dianut, sikap dalam

mengemudikan jalannya organisasi, perilaku kepemimpinan dan gaya

kepemimpinan yang dominan.

Gaya kepemimpinan menurut Lippits dan K.White

2.3.1 Otoriter

Pada gaya kepemimpinan otokratik, pemimpin melakukan kontrol

yang maksimal terhadap bawahan, membuat keputusan sendiri

dalam menentukan tujuan kelompok. Gaya kepemimpinan

otokratik tidak meningkatkan partisipasi dan kerja sama antara

bawahan dengan pemimpin. Perilaku pemimpin yang otokratik

sering menimbulkan kekecewaan dan ketidakpuasan dari bawahan.

Gaya kepemimpinan otokratik efektif digunakan dalam keadaan

darurat. Disamping itu juga bermanfaat bila pemimpin adalah satu-

satunya orang yang menjadi sumber informasi dan keterampilan

tertentu, dengan kemampuan bawahan yang terbatas.

Ciri-ciri dari gaya kepemimpinan otokratik adalah:

Wewenang mutlak berada pada pimpinan

Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin

Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pemimpin

Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada

bawahan.

Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan

Page 3: bab 2

Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,

pertimbangan atau pendapat.

Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif.

Lebih banyak kritik daripada pujian.

Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa

syarat.

Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat.

Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman.

Kasar dalam bersikap.

Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh

pimpinan.

2.3.2 Demokratis

Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dlam

memengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai kegiatan yang

akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:

Wewenang pimpinan tidak mutlak

Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada

bawahan

Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan

Komunikasi berlangsung timbal balik

Pengawasan dilakukan seecara wajar

Prakarsa dapat datang dari bawahan

Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran

dan pertimbangan

Tugas-tugas kepada bawahan lebih bersifat permintaan

daripada instruktif

Pujian dan kritik seimbang

Page 4: bab 2

Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam

batas masing-masing

Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar

Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan

bertindak

Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati dan

saling menghargai.

Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditaanggung besama-

sama.

2.3.3 Liberal atau Laissez Faire

Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire adalah kemampuan

memengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk

mencapai tujuan dengan cara lebih banyak menyerahkan

pelaksanaan berbagai kegiatan kepada bawahan.

Ciri gaya kepemimpinan ini antara lain:

Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada

bawahan.

Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan.

Kebijaksanaan lebih banyak bnyak dibuat oleh bawahan

Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh

bawahan

Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan

Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok

Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok

Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh

perorangan

2.3.4 Gaya kepemimpinan situasional

Page 5: bab 2

Berikut ini adalah beberapa gaya kepemimpinan menurut Hersey

dan Blanchard (1997) dan ciri-ciri pada tiap gaya kepemimpinan

tersebut.

2.3.4.1 Instruktif

Tinggi tugas dan rendah hubungan

Komunikasi searah

Pengambilan keputusan berada pada pimpinan dan

peran bawahan sangat minimal

Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau

instruksi yang spesifik serta mengawasi dengan ketat

2.3.4.2 Konsultasi

Tinggi tugas dan tinggi hubungan

Komunikasi dua arah

Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan

pengambilan keputusan cukup besar, bawahan diberi

kesempatan untuk memberi masukan, dan

menampung keluhan

2.3.4.3 Partisipasi

Tinggi hubungan tapi rendah tugas

Pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi

gagasan dalam pengambilan keputusan.

2.3.4.4 Delegasi

Rendah hubungan dan rendah tugas

Komunikasi dua arah, terjadi diskusi dan

pendelegasian antara pemimpin dan bawahan dalam

pengambilan keputusan pemecahan masalah.

2.4 FUNGSI PEMIMPIN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

Page 6: bab 2

2.4.1 Mengatur dan mengendalikan kegiatan keperawatan di unit-unit

pelayanan keperawatan

2.4.2 Mengkoordinasikan tenaga keperawatan khususnya yang

ditugaskan dalam bidang pelayanan keperawatan

2.4.3 Menetapkan dan menerapkan filosofi, tujuan dan standar

keperawatan pasien dalam pelayanan keperawatan.

2.4.4 Mengembangkan metoda kerja bagi staf keperawatan sehingga

dapat bekerja sama dengan staf lain di rumah sakit.

2.4.5 Partisipasi dalam penyusunan kebijakan personalia rumah sakit,

menerapkan kebijakan yang telah ditentukan serta mengevaluasi

hasilnya.

2.4.6 Menyelenggarakan program pembinaan dan latihan yang

berkesinambungan bagi tenaga keperawatan di institusi layanan

keperawatan

2.4.7 Partisipasi dalam perencanaan anggaran pendapatan dan biaya

tahunan institusi layanan keperawatan

2.5 PERAN KEPALA RUANGAN

2.5.1 Fungsi Kepala Ruangan

Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston

(2000) sebagai berikut:

2.5.1.1 Perencanaan

Dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,

kebijaksanaan, dan peraturan - peraturan, membuat

perencanaan jangka panjang dan jangka pendek untuk

mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi, menetapkan

Page 7: bab 2

biaya - biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan

dan pengelolaan rencana perubahan.

2.5.1.2 Pengorganisasian

Meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan

perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan

keperawatan kepada pasien yang paling tepat,

mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuaan unit,

serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan

menggunakan power serta wewenang dengan tepat.

2.5.1.3 Ketenagaan

Pengaturan ketenagaan dimulai dari rekrutmen,

interview, mencari, orientasi dari staf baru, penjadwalan,

pengembangan staf, dan sosial isasi staf, dan sosialisasi

staf.

2.5.1.4 Pengarahan

Mencakup tanggung jawab dalam mengelola sumber

daya manusia seperti motivasi untuk semangat,

manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi dan

memfasilitasi kolaborasi.

2.5.15 Pengawasan

Meliputi penampilan kerja, pengawasan umum,

pengawasan etika aspek legal, dan pengawasan

pofesional. Seorang manejer dalam mengerjakan kelima

fungsinya tersebut sehari-hari akan bergerak dalam

berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi,

personalia dan lain - lain.

2.5.2 Uraian Tugas Kepala Ruangan

2.5.2.1 Perencanaan

Page 8: bab 2

Menunjuk ketua tim yang bertugas di kamar masing-

masing.

Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya.

Mengidentifikasi  jumlah perawat yang dibutuhkan

berdasarkan aktifitas dan kebutuhan pasien.

Merencanakan metode penugasan dan penjadwalan

staf.

Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan

keperawatan.

Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

2.5.2.2 Pengorganisasian dan ketenagaan:

Merumuskan metode penugasan keperawatan.

Merumuskan tujuan dari metode penugasan

keperawatan.

Merumuskan rincian tugas ketua tim dan anggota tim

secara jelas.

Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan,

misal: membuat roster dinas, mengatur tenaga yang

ada setiap hari sesuai dengan jumlah dan kondisi

pasien.

Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan asuhan 

keparawatan dalam bentuk diskusi, bimbingan dan

penyampaian informasi.

Mendelegasikan tugas kepada ketua tim.

Melakukan koordinasi dengan tim kesehatan lain.

Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

2.5.2.3 Pengarahan

Page 9: bab 2

Memberi pengarahan tentang penugasan kepada

ketua tim.

Memberikan pengarahan kepada ketua tim tentang

pelaksanaan asuhan keperawatan dan fungsi-fungsi

manajemen.

Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting

dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.

Memberikan motivasi dalam meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Melakukan supervisi:

Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala

yang terjadi pada saat itu juga.

Membimbing bawahan yang kesulitan dalam

melaksanakan tugasnya.

Memberi pujian kepada  bawahan yang

melaksanakan tugas dengan baik.

Memberi teguran kepada bawahan yang membuat

kesalahan.

Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir

kegiatan.

Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

2.5.2.4 Pengawasan

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan

ketua tim maupun anggota tim/ pelaksana mengenai

asuhan keperawatan yang diberikan secara langsung

kepada pasien.

Mengevaluasi kerja ketua tim dan anggota tim/

pelaksana dan membandingkan dengan peran

masing-masing serta dengan rencana keperawatan

yang telah disusun.

Page 10: bab 2

Memberi umpan balik kepada ketua tim.

Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak

lanjut.

Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

2.6 PERAN KEPALA TIM

2.6.1 Fungsi

2.6.1.1 Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan

kewenangannya yang didelegasikan oleh kepala ruangan.

2.6.1.2 Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi kinerja

anggota tim/pelaksana.

2.6.1.3 Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan

pasien.

2.6.1.4 Mengembangkan kemampuan anggota tim/pelaksana.

2.6.1.5 Menyelenggarakan konferensi

2.6.2 Uraian Tugas

2.6.2.1 Perencanaan

Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya

bersama kepala ruangan.

Bersama kepala ruangan melakukan pembagian

tugas untuk anggota tim/pelaksana.

Menyusun rencana asuhan keperawatan.

Mengorientasikan pasien baru.

Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

2.6.2.2 Pengorganisasian dan ketenagaan

Merumuskan tujuan dari metode penugasan

keperawatan tim.

Page 11: bab 2

Bersama kepala ruangan membuat rincian tugas

untuk anggota tim/pelaksana sesuai dengan

perencanaan terhadap pasien.

Melakukan pembagian kerja anggota tim/ pelaksana

sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien.

Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim

kesehatan lain.

Mendelegasikan tugas pelaksanaan proses

keperawatan kepada anggota tim/pelaksana.

Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

2.6.2.3 Pengarahan

Memberi pengarahan tentang tugas setiap anggota

tim/ pelaksana.

Memberikan informasi kepada anggota tim/

pelaksana yang berhubungan dengan asuhan

keperawatan.

Melakukan bimbingan kepada anggota tim/

pelaksana yang berhubungan dengan asuhan

keperawatan.

Memberi pujian kepada anggota tim/ pelaksana yang

melaksanakan tugasnya dengan baik, tepat waktu,

berdasarkan prinsip, rasional dan kebutuhan pasien.

Memberi teguran kepada anggota tim/pelaksana

yang melalaikan tugas atau membuat kesalahan.

Memberi motivasi kepada anggota tim/pelaksana.

Melibatkan anggota tim/ pelaksana dari awal sampai

dengan akhir kegiatan.

Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

2.6.2.4 Pengawasan

Page 12: bab 2

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan

anggota tim/ pelaksana  asuhan keperawatan kepada

pasien.

Melakukan supervisi: mengawasi pelaksanaan

asuhan keperawatan yang dibuat oleh anggota tim/

pelaksana serta menerima laporan dari anggota

tim/pelaksana tentang tugas yang dilakukan.

Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala

yang terjadi pada saat itu juga.

Mengevaluasi kinerja dan laporan anggota tim/

pelaksana dan membandingkan dengan peran

masing-masing serta dengan rencana keperawatan

yang telah disusun.

Memberi umpan balik kepada anggota tim/

pelaksana.

Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak

lanjut.

Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

2.7 PERAN PERAWAT PELAKSANA

Menurut Potter & Perry (2005) dalam melaksanakan asuhan keperawatan

peran perawat pelaksana bertindak sebagai berikut:

2.7.1 Pemberi Perawatan

Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien

secara holistik, meliputi upaya mengembalikan kesehatan fisik,

emosi, spiritual, dan sosial

Page 13: bab 2

2.7.2 Pembuat keputusan klinis

Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan

keahliannya berpikir kritis melalui proses keperawatan sebelum

mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi

klien, pemberian perawatan dan mengevaluasi hasil, perawat

menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan

terbaik bagi tiap klien.

2.7.3 Pelindung dan advocat klien

Perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi

klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya

kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak

diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan.

2.7.4 Rehabilitator

Sering kali klien mengalami gangguan fisik dan emosi setelah

sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidak

berdayaan lainnya sehingga perawat membantu klien beradaptasi

semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut.

2.7.5 Komunikator

Peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran

perawat yang lain, mencakup komunikasi dengan klien dan

keluarga, antara sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya,

sumber informasi dan komunikasi

2.7.6 Perawat pendidik

Perawat pendidik bekerja terutama di sekolah keperawatan,

departemen pengembangan staf dari suatu lembaga perawatan

kesehatan, dan departemen pendidikan klien.

Page 14: bab 2

2.8 PEMIMPIN YANG EFEKTIF DALAM KEPERAWATAN

Menurut Tappen (1995) ada enam komponen penting ciri dari pemimpin

yang efektif untuk mengarahkan orang-orang/bawahan dalam organisasi

keperawatan, antara lain:

2.8.1 Memiliki pengetahuan yang cukup

2.8.1.1 Pengetahuan kepemimpinan

2.8.1.2 Pengetahuan keperawatan

2.8.1.3 Berpikir kritis

2.8.2 Memiliki kesadaran diri

Kesadaran diri berkontribusi kepada pengembangan hubungan

interpersonal yang efektif. Peningkatan kesadaran diri sendiri dapat

terjadi dengan mempelajari perilaku manusia, mengobservasi

reaksi orang lain terhadap perilaku kita dan umpan balik dari orang

lain tentang perilaku yang kita tampilkan.

2.8.3 Komunikasi yang efektif

Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik dalam suatu

kepemimpinan, seorang pemimpin yang efektif harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

2.8.3.1 Pendengar aktif, sebagai pendengar yang baik

2.8.3.2 Asertif, komunikasi yang diulang berkali-kali, jelas dan

langsung adalah penting untuk kepemimpinan yang

efektif

Page 15: bab 2

2.8.3.3 Memberikan umpan balik, karena umpan balik sangat

dibutuhkan oleh anggota tim.

2.8.4 Memiliki energi

2.8.4.1 Energi tidak hanya dinilai dari fisik tetapi juga dari

situasi perasaan

2.8.4.2 Enthusiasm, merupakan semangat yang besar, antusias,

dan kegairahan dari seorang pemimpin yang dapat

ditularkan kepada orang lain.

2.8.4.3 Seorang pemimpin dapat menjaga dan meningkatkan

energi dengan cara menjaga kondisi kesehatan, relaksasi

dan menggunakan teknik kepemimpinan yang efektif.

2.8.5 Memiliki tujuan

Kepemimpinan yang efektif harus memperhatikan tujuan yang

akan dicapai meliputi:

2.8.5.1 Tujuan organisasi dan tujuan kelompok

2.8.5.2 Tujuan individual (anggota dan pemimpin)

2.8.6 Melakukan tindakan/aksi

2.9 PENERAPAN KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan

yang kompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan

keperawatan tercapai diperlukan berbagai kegiatan dalam menerapkan

keterampilan kepemimpinan.

Menurut Kron (1981) kegiatan tersebut meliputi:

Page 16: bab 2

2.9.1 Perencanaan dan pengorganisasian

2.9.2 Membuat penugasan dan memberi pengarahan

2.9.3 Pemberian bimbingan

2.9.4 Mendorong kerja sama dan partisipasi

2.9.5 Kegiatan koordinasi

2.9.6 Evaluasi hasil penampilan kerja