Bab 2 Tinjauan Teoritis.doc

15
Penyusunan DED Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1.1 PERENCANAAN RINCI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH SECARA UMUM Dalam suatu perencanaan rinci (Detail Design) sistem penyediaan air bersih, secara garis besar dapat dibagi menjadi ruang lingkup perencanaan yang meliputi perhitungan kebutuhan (kapasitas) air bersih, jalur transmisi dan jaringan distribusi. 1.1.1 Kebutuhan Air Kebutuhan air ini tergantung pada faktor-faktor : 1. Populasi dan pertambahannya 2. Kondisi iklim 3. Kebiasaan dan pola hidup masyarakat pada daerah perencanaan 4. Fasilitas perpipaan 5. Tingkat kehidupan ekonomi dan sosial daerah tersebut 6. Karaktristik daerah perencanaan (misal adanya daerah industri). Kebutuhan air total dapat dihitung dengan menjumlahkan kebutuhan air domestik dan kebutuhan non domestik, termasuk air yang dipakai untuk kepentingan umum dan air yang dibutuhkan untuk industri. Kebocoran pipa harus diperhitungkan pada saat menghitung kebutuhan air total. Laporan Akhir 2-1

Transcript of Bab 2 Tinjauan Teoritis.doc

Penyusunan DED Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

1.1 PERENCANAAN RINCI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH SECARA UMUM

Dalam suatu perencanaan rinci (Detail Design) sistem penyediaan air bersih, secara garis besar dapat dibagi menjadi ruang lingkup perencanaan yang meliputi perhitungan kebutuhan (kapasitas) air bersih, jalur transmisi dan jaringan distribusi.

1.1.1 Kebutuhan Air

Kebutuhan air ini tergantung pada faktor-faktor :

1. Populasi dan pertambahannya

2. Kondisi iklim

3. Kebiasaan dan pola hidup masyarakat pada daerah perencanaan

4. Fasilitas perpipaan

5. Tingkat kehidupan ekonomi dan sosial daerah tersebut

6. Karaktristik daerah perencanaan (misal adanya daerah industri).

Kebutuhan air total dapat dihitung dengan menjumlahkan kebutuhan air domestik dan kebutuhan non domestik, termasuk air yang dipakai untuk kepentingan umum dan air yang dibutuhkan untuk industri. Kebocoran pipa harus diperhitungkan pada saat menghitung kebutuhan air total.

1.1.2 Pemilihan Lokasi Sumber Air Pemilihan lokasi sumber ditentukan dengan kriteria sebagai berikut :

7. Bebas dari kontaminasi

8. Mempunyai kapasitas yang dapat memenuhi untuk kebutuhan pada saat ini dan masa mendatang

9. Mempertimbangkan dan memperhatikan tata guna air pada saat sekarang

Untuk sumber yang telah terkontaminasi, harus melakukan pengelolaan terlebih dahulu. Adapun diagram alir pengolahannya tergantung dari karakteristik air baku tersebut, sehingga air hasil pengolahan mempunyai karakteristik sebagai berikut :

F i s i k:

Tidak berasa dan tidak berbau

Kebutuhan kurang dari 1 mg/ ltr Si O2

Warna 5 - 10 ppm standar Pt-Co

Temperatur udara

K i m i a w i:

Air tidak boleh mengandung zat-zat kimia melebihi standar yang telah ditetapkan, antara lain :

Fe:0,20 ppm

Mn:0,20 ppm

As:0,05 ppm

Pb:0,05 ppm

pH:6,5 - 9,2

Kesadahan : 50 - 80 ppm

Bakteriologis :

Didalam air bersih tidak boleh terdapat bakteri E. Coli. Untuk melindungi terhadap kontaminasi, sistem pengaliran harus tertutup rapat, dalam hal ini pengaliran hasil pengolahan dilakukan dengan cara perpipaan.

Untuk mengalirkan air dari sumber ke reservoir atau ke instalasi pengolahan diperlukan saluran pembawa air. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka ataupun saluran tertutup. Cara pengalirannya dapat secara gravitasi ataupun pemompaan.

1.2 PENGERTIAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

Yang dimaksud sistem penyediaan air bersih adalah rangkaian unit yang saling ketergantungan satu sama lain dalam memberikan penyediaan air bersih kepada masyarakat.

1.2.1 Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistim penyediaan air bersih mutlak terdiri dari :

10. Unit penangkap air baku

11. Unit transmisi dan distribusi

Pada kondisi-kondisi tertentu, bila kualitas air baku belum memenuhi standar kualitas air minum, suatu sistem penyediaan air bersih dapat saja terdiri dari :

12. Unit penangkap air baku

13. Unit transmisi air baku

14. Unit pengelola air baku

15. Unit distribusi

1.2.2 Proses Pemindahan

Dalam hal proses memindahkan (mengalirkan) air dari sumber air hingga kemasyarakat pemakai sudah barang tentu dibutuhkan energi, Energi tersebut dapat diperoleh secara alamiah, yaitu berupa energi potensial karena posisi sumber air yang lebih tinggi daripada posisi pemakai, kasus ini disebut pengaliran secara gravitasi. Atau bahkan dibutuhkan pemberian energi, yang disebut pengaliran secara pemompaan.

Dari proses pengaliran ini jelas suatu sistem penyediaan air bersih sangat tergantung dari kondisi topografi permukaan tanahnya.

Sedangkan pada kondisi-kondisi tertentu akibat keadaan topografi daerah pelayanan yang tidak memungkinkan sehingga diperlukan penghematan dalam pemakaian pemberian energi, maka didaerah pelayanan perlu adanya Reservoir Balancing.

Secara umum dalam merencanakan jaringan pipa distribusi yang harus diperhatikan adalah :

16. Tersedianya tekanan yang cukup disetiap sambungan

17. Kontinuitas debit terjamin

Terutama pada kondisi tingkat pemakaian peak (puncak), dimana berlangsung pemakaian secara serentak/bersamaan pada konsumen.

Agar persyaratan tersebut dapat terpenuhi, maka langkah-langkah berikut harus diperhatikan :

18. Melakukan studi tingkat kebutuhan air

19. Melakukan studi pola pemakaian air (fluktuasinya)

20. Melakukan alokasi pembebanan secara proporsional sesuai dengan rencana kebutuhan jumlah dan jenis sambungan

1.3 PERENCANAAN SISTEM AIR BERSIH

Langkah-langkah perencanaan yang akan diambil oleh konsultan dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan sistem penyediaan air bersih adalah sebagai berikut :

21. Membuat inventaris permasalahan pada sistem yang ada (existing)

22. Membuat rencana garis besar sistem penyediaan air bersih untuk pemenuhan program jangka panjang

23. Membuat detail untuk program jangka menengah

1.3.1 Inventarisasi Penyediaan Air Bersih Yang Ada

Inventarisasi permasalahan yang dilakukan pada sistem existing meliputi:

24. Sub sistem air baku

25. Sub sistem transmisi air baku

26. Sub sistem instalasi pengolahan air

27. Sub sistem distribusi

28. Sub sistem aspek keuangan

29. Sub sistem organisasi pengelola

Pada sub sistem air baku dilakukan penelitian mengenai ketersediaan dan kualitas yang ada, sehingga dapat diketahui tingkat kecukupannya dalam mendukung kebutuhan air bersih pada sistem yang ada saat ini. Metode yang akan digunakan yaitu dengan observasi sesaat dan interpretasi data sekunder. Observasi sesaat dimaksudkan adalah melakukan pengukuran debit, sedangkan interpretasi dimaksudkan adalah dengan mengumpulkan data hidrologi, topografi dan peta tata guna lahan.

Inventarisasi sub sistem transmisi air baku akan dilakukan penelitian terhadap kondisi hidrolis, yang meliputi pengujian debit dan tekanan. Dalam pekerjaan ini termasuk didalamnya melakukan penelitian terhadap kondisi pompa dan sumber daya.

Pada sub sistem instalasi pengolahan air, akan dilakukan penelitian terhadap efisiensi dan beban pengolahan dari masing-masing unit IPA yang ada, termasuk kondisi peralatan dan perlengkapan melektrikal-elektrikalnya, seperti perpompaan dan sumber daya.

Inventarisasi sub sistem distribusi akan dilakukan penelitian terhadap kondisi hidrolis dan kondisi fisik pipanya, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

30. Melakukan pembagian blok pelayanan berdasarkan gambar-gambar as built drawing

31. Melakukan pemisahan fungsi pipa (Induk, sekunder dan retikulasi)

32. Melakukan identifikasi titik tapping pada pipa induk

33. Melakukan kalkulasi secara estimasi terhadap pemakaian air pada setiap blok pelayanan

Inventarisasi permasalahan pada sub sistem kondisi keuangan badan pengelola, dimaksudkan untuk mengetahui kondisi cash-flow tahunan terhadap pola pendapatan dan pembiayaan tahunan, serta penyusutan aset yang ada.

Inventarisasi terhadap organisasi badan pengelola dimaksudkan untuk melakukan penelitian terhadap jabatan dan posisi personalia yang ada dikaitkan dengan fungsi dan tanggung jawab dalam jabatannya.

1.3.2 Rencana Garis Besar Sistem Penyediaan Air Bersih

Rencana garis besar suatu sistem penyediaan air bersih dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan sistem dalam rencana jangka panjang.

Langkah yang akan diambil dalam menyusun rencana garis besar sistem penyediaan air bersih meliputi :

34. Melakukan pengamatan kondisi sosial-ekonomi masyarakat di daerah studi.

35. Membuat identifikasi daerah pelayanan berdasarkan kondisi sosial-ekonomi sehingga dapat ditentukan urutan prioritas daerah pelayanan sesuai dengan pentahapannya (mendesak, jangka pendek dan jangka panjang)

36. Membuat perhitungan kebutuhan air sesuai dengan pentahapannya berdasarkan estimasi pertambahan jumlah penduduk sampai dnegan tahun 2020

37. Melakukan identifikasi terhadap sumber air baku.

38. Membuat usulan pengolahan air baku (IPA)

39. Membuat rencana jalur pipa transmisi dan distribusi induk

1.3.3 Rencana Detail Sistem Penyediaan Air Bersih

Perencanaan secara detail dilakukan terhadap kebutuhan Program Jangka Panjang, baik terhadap konstruksi masing-masing sub sistem maupun kebutuhan biayanya.

Perencanaan detail ini akan mempertimbangkan kondisi sistem existing, sehingga sub sistem-sub sistem yang direncanakan merupakan kelanjutan dari sistem yang sudah ada, dengan bentuk program perbaikan, optimalisasi dan pengembangan sistem existing (jika sudah terbangun sistem penyediaan air bersih).

Perencanaan detail dilakukan terhadap komponen-komponen sistem penyediaan air bersih sebagai berikut :

40. Perencanaan Sub Sistem air baku

41. Perencanaan Sub Sistem transmisi

42. Perencanaan Sub Sistem IPA

43. Perencanaan Sub Sistem distribusi

44. Perencanaan kebutuhan peralatan mekanikal-elektrikal

45. Perencanaan kebutuhan bangunan pelengkap

46. Perhitungan kebutuhan biaya

47. Membuat usulan pengembangan/ perbaikan organisasi pengelola

Perencanaan Sub Sistem Air Baku

Pada sub sistem air baku, dilakukan prencanaan bentuk bangunan pengambilannya sesuai dengan sumber air baku yang diusulkan.

Perencanaan Sub Sistem Transmisi

Perencanaan untuk sub sistem transmisi air baku meliputi :

48. Perencanaan hidrolis pipa transmisi

49. Pemilihan jenis pipa

Perencanaan hidrolis pipa dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan diameter pipa sesuai dengan debit, panjang pipa dan sisa tekanan yang dikehendaki. Untuk mendukung perencanaan ini diperlukan data topografi pada rencana jalur yang mencakup pengukuran profil memanjang dan melintang. Sedangkan untuk melakukan pemilihan jenis pipa, faktor yang harus dipertimbangkan adalah kondisi keasaman tanahnya. Untuk tanah dengan pH