BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28989/5/Chapter...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28989/5/Chapter...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Reggae adalah kombinasi dari iringan tradisional Afrika, Amerika dan blues
serta folk (lagu rakyat) Jamaika. Gaya sistesis ini jelas menunjukkan keaslian Jamaika
dan memasukkan ketukan putus-putus tersendiri, strumming gitar ke arah atas, pola
vocal yang ”berkotbah” dan lirik yang masih seputar tradisi religius Rastafari. Tema
yang paling sering dijadikan lirik adalah Rastafari, protes sosial politik, dan pesan
manusiawi.1
Musik reggae sendiri pada awalnya lahir dari jalanan Getho (perkampungan
kaum Rastafaria) di Kingson ibu kota Jamaika. Inilah yang menyebabkan gaya rambut
gimbal menghiasi para musisi reggae, awal dan lirik-lirik lagu Reggae sarat dengan
muatan ajaran Rastafari yakni kebebasan, perdamaian, dan keindahan alam, serta gaya
hidup bohemian. Masuknya reggae sebagai salah satu unsur musik dunia yang juga
mempengaruhi banyak musisi dunia lainnya, otomatis mengakibatkan aliran musik
Reggae pertama kali dikembangkan di Jamaika pada akhir tahun 1960.
Akar musik ini adalah musik ska dan rockcteady, yang temponya lebih cepat
dibandingkan Reggae. Meskipun kadang-kadang digunakan dalam pengertian yang
lebih luas untuk merujuk kepada sebagian besar jenis musik Jamaika.
Kata “reggae” sebenarnya berasal dari logat Afrika dari kata “ragged” yaitu
gerakan seperti menghentak badan saat orang menari dengan iringan musik ska atau
reggae. Reggae sendiri dipengaruhi oleh musik R&B, rock, alypso, rhumba serta
musik khas Jamaika yang disebut Mento yang cenderung memberi tekanan pada nada-
nada lemah serta hentakan ritmik drum yang komplek.
1 www.indoreggae.com//sejarah reggae
Universitas Sumatera Utara
satu ini menjadi barang konsumsi publik dunia. Maka, gaya rambut gimbal atau
Dreadlock serta lirik-lirik ‘Rasta’ dalam lagunya pun menjadi konsumsi publik. Dalam
kata lain, Dreadlock dan ajaran Rasta telah menjadi produksi pop, menjadi budaya
pop, seiring berkembangnya musik reggae sebagai sebuah musik pop.
Di Indonesia, reggae mulai berkembang di tahun 1980-an hingga sekarang.
Ada beberapa musisi yang eksis memainkan musik reggae di Indonesia. Di antaranya
adalah Abreso, yang sudah bernyanyi reggae sejak tahun 1980-an, dan berkisar tahun
1984 mereka telah melakukan rekaman. Dan Abreso inilah yang tercatat sebagai
memainkan musik reggae di Indonesia.2
Perkembangan musik reggae di kota Medan dapat dilihat berdasarkan
munculnya beberapa band reggae, yaitu: Coconut Head, Castello, After Sunset,
Campigna, Black Banana Trees, Wacacau serta Tobasta. Dan di kota Medan terdapat
Selain itu, dikenal pula nama Imanes, Toni Q
Rastafarra, Steven and The Coconut Trees dan juga almarhum Mbah Surip. Tony Q
Rastafara dengan group band Rastafara adalah orang yang pertama mempopulerkan
music reggae di Indonesia dengan membawakan lagu-lagu ciptaan Bob Marley dan
lagu-lagu ciptaannya sendiri dan hingga sekarang masih tetap berkarya. Begitu juga
dengan Steven Cocounattreez yang hadir dengan warna musik yang sama di tahun
2000-an.
Di kota Medan juga tidak luput dari pengaruh musik reggae, hal ini dapat
dilihat berdasarkan munculnya band reggae kota Medan yakni Coconud Head,
Campina Reggae, dan lain-lain. Sekarang ini semakin banyak pecinta musik reggae di
kota Medan dan ruang gerak mereka pun tidak sebatas musik, namun berbagai
aktivitas yang diangggap sebagai apresiasi terhadap musik reggae.
2 www.indoreggae.com//sejarah reggae di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
suatu komunitas pecinta musik reggae, yaitu REMI (Reggae Medan Indonesia) yang
terdiri dari beberapa kelompok band di dalamnya. Tercatat ada 9 kelompok yang
tergabung dalam komunitas REMI, yaitu: Coconut Head, Castello, After Sunset,
Campigna, Black Banana Trees, Wacacau serta Tobasta.
Penampilan para pecinta music reggae di kota Medan tidak jauh beda dengan
penampilan para pecinta reggae di negara-negara lainnya. Dalam hal ini penampilan
yang dimaksud penulis adalah cara tatanan rambut, assesoris tubuh, misalnya: ikat
rambut, gelang, cincin, kalung, dan cara berpakaian yang berwarna merah, kuning,
hijau. Selain itu pecinta musik reggae di kota Medan juga kerap menggunakan gambar
daun Marijuana yang dipercaya sebagai hippies yang pernah popular di Amerika
Serikat. Sama halnya dengan Coconud Head, group band reggae ini juga
berpenampilan seperti penganut Rastafari.
Menurut vocalis Coconut Head yang kerap di sapa B.T (30 tahun), dikenalnya
musik reggae di Kota Medan sebenarnya sudah sejak tahun 1980-an, namun
munculnya band-band yang beraliran reggae ada sejak tahun 2000-an. Begitu juga
yang telah diungkapkan oleh Chalid, vocalis Sunset (35 tahun) dan Bembeng, gitaris
Sunset (36 tahun), dikenalnya musik reggae di kota Medan sudah sejak tahun 1980-an,
yaitu dikenal lewat media televisi dan radio, serta jaringan internet. Namun group band
yang beraliran reggae muncul pada tahun 2000-an.
Group band reggae di kota Medan yang masih eksis sampai sekarang ini adalah
Coconut Head. Group Band yang berdiri pada tahun 2005 ini mampu mempopulerkan
musik reggae di kota Medan melalui berbagai pentunjukan yang mereka tampilkan di
kota Medan. Selain itu, Coconut Head juga telah dikenal diberbagai daerah di
Indonesia secara khusus para pecinta reggae. Salah satu bukti dari ketenaran Coconut
Universitas Sumatera Utara
Head di dunia musik reggae Indonesia adalah dengan di undangnya sebagai salah satu
bintang tamu di Indonesia Reggae Fest 2011 pada tanggal 21 Mei 2011 yang
dilaksanakan di Area Pekan Raya, Jakarta, Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa permasalahan yang menarik untuk
dikaji dari topik penelitian ini; pertama, bagaimana sejarah dan keberadaan reggae
dikota medan. Kedua, bagaimana perkembangan band musik reggae di Kota Medan.
Ketiga, bagaimana ekspresi sosial dan aktivitas komunitas reggae di kota Medan.
Keempat, bagaimana seni pertunjukan yang dilakukan oleh Coconut Head sehingga
mereka dapat mempopulerkan musik reggae di kota medan. Sehingga penulis ingin
menulis skripsi dengan judul ’ Deskripsi Seni Pertunjukan Komunitas Musik Reggae
di Kota Medan; Studi Kasus Ccocnut Head”.
1.2 Pokok Permasalahan
Dari latar belakang yang dikemukakan, ada beberapa permasalahan yang
menarik untuk dikaji dari topik penelitian ini:
1. Bagaimana sejarah singkat musik reggae?
2. Bagaimana sejarah dan keberadaan musik reggae di kota Medan?
3. Bagaimana ekspresi sosial dan aktivitas komunitas reggae di kota Medan?
4. Bagaimana seni pertunjukan Coconut Head pada acara Indonesia Reggae Fest
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan utama dari
penulisan dan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah musik reggae di dunia dan di Indonesia
dan secara khusus di Kota Medan
2. Untuk mengetahui bagaimana keberadaan perkembangan musik reggae di
dunia dan di Indonesia dan secara khusus di Kota Medan
3. Untuk mengetahui bagaimana seni pertunjukan Coconut Head di dalam
mengapresiasikan kecintaannya terhadap musik reggae sehingga dapat
mempopulerkan musik reggae di kota Medan.
1.3.2 Manfaat
Diharapkan melalui penelitian ini dapat diketahui kehidupan salah satu
subkultur yang mengisi kemajemukan jenis musik di kota Medan yang menamakan
dirinya sebagai komunitas reggae kota Medan atau Reggae Medan Indonesia (REMI).
Selain itu, secara khusus, tulisan ini merupakan bentuk pengaplikasian ilmu yang
diperoleh penulis selama studi di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Sastra,
Universitas Sumatera Utara. Adapun secara umum, tulisan ini dapat merupakan
informasi bagi para pembaca tentang keberadaan musik reggae yang ada di kota
Medan dan komunitasnya.
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Koentjaraningrat (1980:207) menyebutkan bahwa konsep adalah sistem
pedoman hidup dan cita-cita yang akan dicapai oleh banyak individu dalam suatu
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, masing-masing suku bangsa mempunyai istilah dalam musik yang
berbeda dengan suku lain.
Deskriptif, menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah menggambarkan
apa adanya. Kata ”deskriptif” berasal dari bahasa Inggris yaitu ”deskriptive” yang
berarti bersifat menyatakan sesuatu dengan memberikan gambaran melalui kata-kata
atau tulisan. Seeger (1958:184) menyebutkan, penyampaian suatu objek dengan
menerangkannya terhadap pembaca secara tulisan maupun lisan dengan sedeteil-
deteilnya. Berdasarkan kedua kutipan di atas, deskripstif yang dimaksud dalam
penulisan ini adalah bersifat menyatakan dan menyampaikan sesuatu apa adanya
dengan menggambarkannya secara jelas mengenai musik, kegiatan dan penampilan
komunitas pecinta musik reggae di kota Medan.
Seni pertinjukan Indonesia memiliki ciri yang istimewa. Ia adalah sosok seni
pertunjukan yang bersifat sangat lentur. Ia memiliki sifat yang demikian karena
lingkungan masyarakatnya selalu berada pada suatu kurun waktu tertentu, mapan, dan
mengembangkan suatu sosok yang tumbuh sebagai suatu tradisi (Umar Kayam,
2003;3).
Menurut Sal Murgiyanto (1996);156), pertunjukan adalah sebuah komunikasi
yang dilakukan oleh satu orang atau lebih, pengirim pesan merasa tanggung jawab
pada seseorang atau lebih penerima pesan, dan kepada sebuah tradisi seperti yang
mereka pahami bersama melalui seperangkat tingkah laku yang khas. Komunikasi
akan terjadi jika pengirim pesan (pelaku pertunjukan) benar-benar mempunyai maksud
(intention) dan penonton memiliki perhatian (attention) untuk menerima pesan.
Dengan kata lain, dalam sebuah pertunjukan harus ada pemain (performer) penonton
(audience), pesan yang dikirim dan cara penyampaian yang khas. Melihat konsep di
Universitas Sumatera Utara
atas, berbagai pertunjukan Coconut Head dapat dikategorikan sebagai seni pertunjukan
dimana dalam pertunjukannya ada pemain, penonton, pesan yang dikirim, dan dengan
penyampaian pesan yang khas.
Pada situs http//id.wikipedia/org.wiki/komunitas dituliskan ”komunitas berasal
dari bahasa latin yaitu ”communitas” yang berarti ”kesamaan” kemudian dapat
diturukan dari communis yang berarti ”sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. :
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi
lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam komunitas manusia
individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya,
preperensi, kebutuhan, resiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa.
Musik adalah salah satu media ungkapan kesenian, musik mencerminkan
kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik terkandung nilai dan norma-
norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal
maupun informal. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas, baik dari sudut
struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 602) musik adalah ilmu atau seni
menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan temporal untuk
menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada
atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan
keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).
Berdasarkan pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwasanya
musik dapat juga disebut sebagai media seni, dimana pada umumnya orang
mengungkapkan kreativitas dan ekspresi seninya melalui bunyi-bunyian atau suara.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itulah pengertian musik sangat Universal, tergantung bagaimana orang
memainkannya serta menikmatinya.
Seni musik adalah cetusan ekspresi perasaan atau pikiran yang dikeluarkan
secara teratur dalam bentuk bunyi. Bisa dikatakan, bunyi (suara) adalah elemen musik
paling dasar. Suara musik yang baik adalah hasil interaksi dari tiga elemen, yaitu:
irama, melodi, dan harmoni. Irama adalah pengaturan suara dalam suatu waktu,
panjang, pendek dan temponya, dan ini memberikan karakter tersendiri pada setiap
musik. Kombinasi beberapa tinggi nada dan irama akan menghasilkan melodi tertentu.
Selanjutnya, kombinasi yang baik antara irama dan melodi melahirkan bunyi yang
harmoni.
Kata ”reggae” sebenarnya berasal dari logat afrika dari kata “ragged” yaitu
gerakan seperti menghentak badan saat orang menari dengan iringan musik ska atau
reggae. Pada tulisan ini, maksud dari pada reggae adalah merupakan suatu aliran
musik yang berasal dan berkembang di Jamaika dan aliran musik reggae tersebut juga
berkembang pesat di berbagai negara.
1.4.2 Teori
Teori adalah sekumpulan pernyataan yang mempunyai kaitan logis, yang
merupakan cermin dari kenyataan yang ada mengenai sifat-sifat suatu kelas, peristiwa
atau suatu benda. Teori harus mengandung konsep, pernyataan, definisi, baik itu
definisi teoritis maupun operasional dan hubungan logis yang bersifat teoritis dan logis
antara konsep tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam teori
didalamnya harus terdapat konsep, defenisi dan proposisi, hubungan logis diantara
Universitas Sumatera Utara
konsep-konsep, definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang dapat digunakan untuk
eksplorasi dan prediksi.
Berbagai teori dan metode keilmuan dan pendekatan etnomusikologis dengan
didukung dengan pendekatan ilmu-ilmu lainnya sangatlah diperlukan untuk
mengungkapkan permasalahan yang berkaitan dengan musik sebagai produksi dari
tingkah laku manusia (the product of behaviour). Hal ini seperti yang dikatakan oleh
Merriam (1964) di dalam bukunya The Antropology of Music mengatakan bahwa “ The
ultimate interest of man is man himself, and music part of what he does and part of
what he studies about” ‘perhatian manusia yang utama adalah manusia itu sendiri,
dan musik yang termasuk di dalamnya adalah merupakan bagian yang dikerjakan
sebagai dirinya sendiri.’
Meriam ingin mengatakan bahwa dalam mempelajari manusia, salah satu aspek
yang cukup penting untuk mengungkapkannya ialah melalui musik, dimana musik
reggae merupakan ungkapan perasaan untuk lebih merdeka dan bebas dalam berkarya
dan menunjukkan identitasnya. Sehingga dengan demikian manusia dan musik adalah
dua hal yang saling bertautan, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Dengan kata lain musik adalah merupakan produksi dari tata tingkah laku yang
sekaligus menjadi gambaran jiwa dan ekspresi seni masyarakatnya.
Lebih lanjut Maran (2005) mengatakan, tidak ada kebudayaan yang bersifat
statis, setiap individu dan setiap generasi melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan
semua desain kehidupan sesuai kepribadian mereka dan sesuai dengan tuntutan zaman.
Adapun dalam pembahasan terhadap pokok permasalahan dari penelitian ini
antara lain dalam hal:
Universitas Sumatera Utara
• Teori perkembangan musik populer
Untuk membahas bahwa musik reggae sebagai salah satu musik populer yang
selalu berhubungan dengan pertunjukan, media massa dan industri rekaman, Nettl
mengatakan dalam popular Music of The Non-Western World (Manuel, 1998:2) bahwa
musik populer selalu dikaitkan dengan wilayah perkotaan yang diorientasikan kepada
penonton, ditampilkan oleh para profesional yang menghargai hasil karya musiknya,
mempunyai statistika sendiri tentang musik seni dari suatu budaya yang mulai pada
abad ke-20, persebarannya meluas melalui media massa, radio dan industri rekaman.
Jadi jelas bahwa konser-konser musik reggae dalam hal ini sebagai salah satu sub
genre dari musik rock yang sering diadakan, kaset-kaset industri rekaman yang beredar
dan media massa yang juga ikut berpartisipasi adalah hal-hal yang mempengaruhi
perkembangan musik reggae.
Dalam mendeskripsikan musik reggae ini, penulis mengacu pada teori
perkembangan musik populer dimana teori ini akan digunakan untuk melihat sejauh
mana perkembangan musik reggae sebagai salah satu musik popular yang berkembang
di kota Medan. Nettl dalam Eight Urban Musical Cultures: Traditional dan Change
(1978:171) menawarkan dua pola proses kebudayaan, yaitu modernisasi dan
westernisasi. Modernisasi adalah suatu proses pengadaptasian yang menonjolkan
tampilan dari Barat dengan tujuan untuk memperluas, dengan tidak menggantikan
elemen-elemen utamanya. Westernisasi adalah suatu proses pembaratan, dimana
budaya barat telah menjadi budaya tempatan atau asli yang menggantikan elemen-
elemen budaya tempatan atau asli tersebut. Berkaitan dengan perkembangan musik
reggae di Medan, kedua pola proses perubahan kebudayaan inilah yang diadopsi oleh
pemusik dan penikmat musik reggae di Medan. Pengaruh modernisasi tercermin dari
Universitas Sumatera Utara
pola pikir mereka yang menyukai musik dan gaya hidup Rastafari yang secara nyata
bukan berasal dari budaya Indonesia, pengaruh westernisasi tercermin dari perwujudan
prilaku sosial dan musikal, serta gaya berpakaian yang mereka tiru.
Shin Nakagawa dalam bukunya Musik dan Kosmos: Sebuah Pengantar
Etnomusikologi (2000:19-20) mengemukakan tentang pluralisme musik yang hidup
berdampingan (pluralistic coexistence of music) dimana pluralisme kebudayaan
biasanya terjadi pada masyarakat urban yang anggota masyarakatnya bi- (dua) atau
multietnis. Dua kemungkinan bisa terjadi dalam musik tersebut, pertama, saling
mencampur unsur-unsur musik yang ada menjadi sintesis baru dan kedua, masing-
masing hidup secara berdampingan.
Untuk memperkuat teori bahwa musik reggae berkembang di kota-kota besar
dan menjadi bagian dari kajian Ethnomusikologi, Nettl dalam Recent Directions in
Ethnomusicology (1992:380,384) mengemukakan tentang fenomena Ethnomusicology
Urban yang merupakan suatu studi terhadap budaya kaum minoritas dan musik para
imigran. Dalam hal ini dapat dianalisis adalah bahwa gejala urbanisasi memunculkan
istilah Ethnomusicology Urban dengan melihat bagaimana telah terjadi transformasi
kota dalam konteks budaya individu yang melahirkan budaya sentramultikultural di
pusat kota tersebut. Dikaitkan dengan sejarah awal musik Reggae yang berasal dari
musik rock di Barat, hal inilah yang terjadi hingga akhirnya musik rock dan
perkembangannya terus berkembang luas termasuk ke Medan sebagai salah satu kota
besar di Sumatera Utara.
Selanjutnya untuk membahas masalah bahwa dalam bidang musik populer
menganut prinsip “sistem bintang” begitu pula yang terjadi pada musik reggae,
Manuel (1988:3) mengatakan bahwa “musik populer sering menjadi musik hiburan
Universitas Sumatera Utara
sekuler/duniawi yang produksi dan penggunaannya tidak diasosiasikan secara intrinsik
dengan fungsi-fungsi perputaran kehidupan tradisional yang khusus atau memiliki satu
“sistem bintang”, dimana media mempromosikan pengaguman terhadap suatu
kepribadian yang populer disekitar gaya hidup para musisi, fashion atau kehidupan
pribadi”. Hal ini bertujuan agar antara musisi dan penggemar memiliki jarak dan batas,
dimana nantinya akan mengakibatkan rasa ingin tahu yang berlebihan dari penggemar
terhadap musisi idolanya itu. Akhirnya media massa pun akan sangat berperan untuk
mendekatkan penggemar secara terus menerus tentang semua hal yang dirasa glamour
dalam berita-berita terbaru dari “bintang” tersebut dan tentu akan membuat para
penggemar akan selalu berfantasi akan kehidupan “bintang”nya itu.
Yang lebih relevan lagi, mengenai “sistem bintang” pada musik populer
terhadap sejarah munculnya musik reggae adalah yang seperti dijelaskan oleh Mauly
Purba dan Ben M. Pasaribu (2006:8) dalam buku “Musik Populer”, yaitu suatu cara
untuk mencari kebaruan dengan adanya kebiasaan-kebiasaan dalam musik populer
yang diabaikan seperti: ada lagu instrumental, tanpa vokal sama sekali; ada penyanyi
atau pemain yang dengan sengaja memilih pakaian jelek atau aksesoris dan rambut
yang aneh seolah mengancam; ada lagu yang diambil dari musik klasik atau sumber
lain yang tidak “akrab” dengan kebanyakan pendengar musik populer; ada acord atau
ritme yang aneh. Tetapi biasanya keanehan-keanehan ini hanya berfungsi sebagai
variasi dan musiknya tetap jalan sebagaimana biasanya. Begitu pula halnya yang
terjadi pada musik reggae, banyak hal-hal baru dalam musik dan penampilan atau
fashion para pemusik reggae yang menjadi faktor penarik bagi yang melihat atau
penikmat musiknya dalam hal ini adalah “penggemar”. Dimana yang sangat berperan
Universitas Sumatera Utara
penting sebagai media penghubung adalah media massa yang mendekatkan penggemar
dan “bintang”nya.
• Analisis terhadap penyajian pertunjukan
Teori yang digunakan untuk hal ini adalah yang diajukan oleh Alan P. Merriam
dan Andrienne L. Keappler.
Merriam dalam bukunya The Anthropology of Music (1964) mengatakan
bahwa dalam menganalisis suatu penyajian pertunjukan musikal penting diperhatikan
mengenai elemen-elemen, bunyi musikal, konsep-konsep mengenai musik dan tingkah
laku manusia berhubungan dengan bunyi musikal yang mempengaruhi terhadap
konsep-konsep musik.
Di sisi lain, Keappler (1972) menekankan pada etnologi pertunjukan yang
menggabungkan analisi emik dan analisis etik. Analisis emik adalah penggambaran
suatu peristiwa pertunjukan menurut cara pandang masyarakat pendukung itu sendiri.
Analisis etik adalah penggambaran pertunjukan dengan cara pandang teoritis dari
penelitian peristiwa pertunjukan tersebut.
• Teori Difusi
Teori ini mengemukakan bahwa suatu kebudayaan dapat menyebar
kekebudyaan lain melalui kontak budaya. Karena teori ini berpijak pada alasan adanya
suatu sumber budaya, maka sering juga disebut dengan teori monogenesis (lahir dari
suatu kebudayaan). Lawannya adalah teori poligenesis, yang menyatakan bahwa
beberapa kebudayaan mungkin saja memilki persamaan ide, aktivitas, maupun benda.
Tetapi persamaan kebudayaan itu bukan menjadi suatu alasan adanya satu sumber
kebudayaan. Bisa saja persamaan itu secara kebetulan, karena adanya unsur universal
dalam diri manusia.
Universitas Sumatera Utara
Dalam zaman modern sekarang ini, difusi unsur-unsur kebudayaan yang timbul
di salah satu tempat di muka bumi berlangsung dengan cepat sekali, bahkan seringkali
tanpa kontak yang nyata antara individu-individu. Ini disebabkan karena adanya alat-
alat penyiaran yang sangat efektif, seperti surat kabar, majalah, buku, radio, film dan
televisi (Koentjaraningrat,2002: 246-247). Jadi tidak heran jika seandainya gaya
bermusik dan gaya visual seorang pecinta musik reggae dalam waktu kurang dari
sebulan atau bahkan seminggu telah ditiru oleh remaja di Indonesia karena adanya
televisi, intenet, dan TV kabel.
1.5 Metode Penelitian
Metode di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam
proses penelitian. Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu
pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip
dengan sabar dan hati-hati serta sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis
2003:24).
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian kualitatif.
Menurut Nawawi dan Martini (1995:209) penelitian kualitatif adalah rangkaian atau
proses menjaring data (informasi) yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah
dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan tertentu pada objeknya. Selanjutnya
Moleong juga menambahkan bahwa penelitian kualitatif dibagi dalam empat tahap,
yaitu: tahap sebelum ke lapangan (pra lapangan), tahap kerja lapangan, analisis data
dan penulisan laporan.
Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan metode deskriptif yang bersifat
kualitatif. Menurut Koentjaraningrat (1990:29) mengatakan bahwa penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
bersifat deskriptif adalah bertujuan untuk memaparkan secara tepat sifat-sifat suatu
individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi atau
penyebaran dari suatu gejala ke gejala lain dalam suatu masyarakat.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Untuk mencari teori, konsep dan juga informasi yang berhubungan dengan
tulisan ini, yang dapat dijadikan landasan dalam penelitian, maka penulis terlebih
dahulu melakukan studi kepustakaan untuk menemukan literature atau sumber bacaan
yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian lapangan.
Sumber bacaan yang dilakukan dapat berasal dari peneliti luar maupun peneliti
dari Indonesia sendiri. Selain bacaan yang dapat berupa majalah atau Koran, bulletin,
buku ilmiah, jurnal, skripsi sarjana, tesis, berita dan lain-lain, penulis juga
menggunakan buku-buku yang cukup relevan dengan topik permasalahan dalam
penelitian ini, terutama yang menyangkut pada komunitas, gaya hidup dan musik dari
komunitas reggae. Buku-buku tersebut antara lain ialah, The Anthropology of Music,
tulisan Alan P. Merriam, 1964; Theory and Method in Ethnomusicology, karya Bruno
Nettl, 1864; Pokok-pokok Antropologi Budaya, karya T.O. Ihromi, 1987; serta buku-
buku pendukung lainnya yang dianggap relevan dengan topik penelitian ini.
1.5.2 Kerja Lapangan
Kerja lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan data yang paling
akurat karena peneliti langsung dapat mengamati langsung objek yang akan diteliti
Universitas Sumatera Utara
sehingga data yang diperoleh lebih objektif. Dalam hal ini data yang dibutuhkan dapat
dibagi menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan
data yang paling utama menjadi kebutuhan peneliti dimana data-data yang diperoleh
dengan melakukan observasi langsung ke lapangan penelitian. Dalam observasi
tersebut dilakukan pula perekaman terhadap informasi utama, seperti perekaman
terhadap kegiatan yang dilakukan oleh street punkers dan wawancara terhadap street
punkers dan orang-orang awam yang di dalamnya banyak menggunakan istilah-istilah
atau terminologi-terminologi setempat melalui teknik atau pendekatan elisitasi
(bertanya langsung kepada informan). Sementara data sekunder yaitu data-data atau
informasi yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan mengumpulkan informasi
yang sebanyak-banyaknya dari berbagai bahan bacaan yang terkait dengan topik
penelitian ini.
Selain itu dalam pelaksanan pengambilan data primer ada beberapa tahapan
penting yang perlu dilakukan yaitu:
1.5.2.1 Observasi langsung
1.5.2.2 Wawancara
1.5.2.3 Metode Penelusuran Data Online
1.5.2.4 Perekaman
1.5.2.5 Pemotretan
Universitas Sumatera Utara
1.5.2.1 Observasi Langsung
Adapun observasi langsung ini dilakukan uantuk mendapatkan secara langsung
data-data yang dibutuhkan selama berlangsungnya kegiatan yang diamati tersebut.
Selain mengamati kegiatan dari observasi langsung ini penulis dapat langsung
menentukan orang-orang yang dianggap mampu menjadi narasumber dalam
pengumpulan data-data yang dibutuhkan penulis.
Pengamatan atau observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian
digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu :
a. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak
menggunakan instrumen pengamatan.
b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan
pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Dalam metode pengamatan setidaknya ada 3 (tiga) macam metode, yaitu :
1. Metode pengamatan bebas. Metode ini menggunakan teknik pengamatan
yang mengharuskan si peneliti tidak boleh terlibat dalam hubungan-
hubungan emosi pelaku yang menjadi sasaran penelitiannya. Si peneliti
dalam hal ini tidak ada hubungan apapun dengan para pelaku yang
diamatinya.
2. Metode pengamatan terkendali. Dalam pengamatan terkendali, si peneliti
juga tidak terlibat hubungan emosi dan perasaan dengan yang ditelitinya,
seperti halnya dengan pengamatan biasa. Yang membedakannya adalah
pada pengamatan terkendali para pelaku yang akan diamati diseleksi dan
Universitas Sumatera Utara
kondisi-kondisi yang ada dalam ruang atau tempat kegiatan pelaku itu
diamati dan dikendalikan oleh si peneliti.
3. Metode pengamatan terlibat. Melalui metode pengamatan terlibat si
peneliti mempunyai hubungan dengan para pelaku yang diamatinya dalam
melakukan pengumpulan bahan-bahan yang diperlukan. Sasaran dalam
metode pengamatan terlibat adalah orang atau pelaku. Macam-macam
keterlibatan yang ada dalam pengamatan terlibat adalah sebagai berikut :
(1) keterlibatan yang pasif yaitu peneliti tidak melakukan suatu interaksi
sosial dengan para pelaku yang diamatinya. (2) keterlibatan setengah-
setengah yaitu peneliti selain menjadi wadah bagi kegiatan yang
diamatinya, peneliti juga menjadi struktur dimana ia sebagian dari
pendukunya. (3) keterlibatan aktif yaitu si peneliti ikut mengerjakan apa
yang dikerjakan oleh para pelaku dalam kehidupan sehari-harinya. (4)
keterlibatan penuh atau lengkap yaitu si peneliti kehadirannya dianggap
biasa pada kegiatan yang dilakukan.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode pengamatan
terlibat. Disini penulis bertindak sebagai pengamat total yang dapat masuk ke suatu
tempat dan melakukan pengamatan sebagai seorang peneliti. Melalui pengamatan ini
peneliti dalam mengumpulkan bahan keterangan yang diperlukan tidak perlu
bersembunyi tapi juga tidak mengakibatkan perubahan oleh kehadirannya pada
kegiatan yang diamati. Dalam hal ini, peneliti harus berusaha memperoleh
kepercayaan penuh dari orang-orang yang menjadi sasaran penelitiannya.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2.2 Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara, jawaban responden akan
dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder) (Suhartono, 1995:67). Teknik
wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah seperti yang dikemukakan oleh
Koentjaraningrat (1985:138-140) mengatakan bahwa wawancara dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu:
1. Wawancara berfokus : pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu dan selalu
berpusat kepada satu pokok permasalahan
2. Wawancara bebas : pertanyaan yang diajukan tidak hanya berpusat pada pokok
permasalahan tetapi beraneka ragam selama masih berkaitan dengan objek
penelitian.
3. Wawancara sambil lalu : pertanyaan dalam hal ini diajukan kepada nara sumber
dalam situasi yang tidak terkonsep ataupun tanpa persiapan. Dengan kata lain
informan dijumpai secara kebetulan.
Dalam hal ini wawancara penulis menggunakan wawancara berfokus dan
wawancara bebas.
1.5.2.3 Metode Penelusuran Data Online
Perkembangan Internet yang sudah semakin maju pesat serta telah mampu
menjawab berbagai kebutuhan masyarakat saat ini memungkinkan para akademisi mau
ataupun tidak menjadikan media online seperti Internet sebagai salah satu medium atau
ranah yang sangat bermanfaat bagi penelusuran berbagai informasi, mulai dari
Universitas Sumatera Utara
informasi teoritis maupun data-data primer ataupun sekunder yang diinginkan oleh
peneliti untuk kebutuhan penelitian.
“Pada mulanya banyak kalangan akademisi meragukan validitas data
Online sehubungan apabila data atau informasi itu digunakan dalam
karya-karya ilmiah, seperti penelitian, karya tulis, skripsi, tesis maupun
disertasi. Namun ketika media Internet berkembang begitu pesat dengan
sangat akurat, maka keraguan itu menjadi sirna kecuali bagi kalangan
akademisi konvensional –ortodoks yang kurang memahami
perkembangan teknologi informasi sajalah yang masih mempersoalkan
akurasi media online sebagai sumber data maupun sumber informasi
teori. Hal ini disebabkan karena saat ini begitu banyak publikasi teoritis
yang disimpan dalam bentuk online dan disebarkan melalui jaringan
Internet. Begitu pula saat ini, berbagai institusi telah menyimpan data
mereka pada server-server yang dapat dimanfaatkan secara Intranet
maupun Internet. Dengan demikian polemic tentang keabsahan dan
validitas data-informasi online menjadi sesuatu yang kuno, tergantung
pada bagaimana peneliti dapat memilih sumber-sumber data online mana
yang sangat kredibel dan dikenal banyak kalangan”.
Dengan demikian, Burhan Bungin menjelaskan bahwa metode penelusuran
data online yang dimaksud adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media
online seperti Internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online
sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang
Universitas Sumatera Utara
berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis.
1.5.2.4 Perekaman
Ada dua jenis perekaman yang penulis lakukan yaitu perekaman audio dan
perekaman video audio. Hal perekaman audio digunakan tape perekam merk Sony
sensitif audio, handphone G.Von, laptop merk Toshiba Satellite L200, michrophone
laptop merk Keenion Mic-309, dan menggunakan software Adobe Audition 1.5.
Sedangkan untuk merekam video digunakan digunakan kamera video Sony Handycam
Wide LCD DCR/DVD808 dengan menggunakan MiniDVD Maxel 60 Minute serta
handphone G.Von.
1.5.2.5 Pemotretan
Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar maka penulis
menggunakan kamera digital merk Nikon Coolpix L4, kamera digital merk Samsung,
kamera handphone G.Von, 5 Mega Pixels.
1.5.3 Kerja Laboratorium
Semua data yang di peroleh dilapangan diolah dalam kerja laboratorium
dengan pendekatan etnomusikologi. Dalam mengolah data, penulis melakukan proses
menyeleksi data dengan membuang data yang tidak perlu dan menambahkan data yang
Universitas Sumatera Utara
kurang. Dalam tulisan ini, penulis melakukan pendekatan deskriptif guna pengolahan
dan penganalisisan data.
1.5.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah komunitas Reggae yang ada di kota. Untuk itu
maka penulis akan melakukan penelitian ke beberapa tempat yang sering dikunjungi
oleh Reggae Community termasuk ke base camp mereka. Penulis juga akan melakukan
penelitian langsung ke beberapa pertunjukan musik Reggae dan akan melakukan
wawancara dengan penonton dan pemusik.
Universitas Sumatera Utara