BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

25
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi psikolinguistik dapat menjelaskan hubungan antara landasan biologis dan perkembangan bahasa pada anak. Salah satu hal yang dapat dijelaskan dalam studi psikolinguistik adalah masalah gangguan berbahasa. McCormic dan Schiefelbusch (dalam Sidiarto, 1991:135) mengemukakan faktor-faktor yang menyebabkan gangguan berbahasa ialah sebagai berikut. 1. Gangguan bahasa dan komunikasi yang berkaitan dengan motorik, misalnya anak dengan Cerebal Pasly. 2. Gangguan bahasa dan komunikasi yang berhubungan dengan defisit sensorif, misalnya anak dengan gangguan pendengaran. 3. Gangguan bahasa dan komunikasi yang berhubungan dengan kerusakan pada susunan syaraf pusat, misalnya afasia. 4. Gangguan bahasa dan komunikasi yang berhubungan dengan disfungsi emosional-sosial yang berat, misalnya psikosis, skisofrenia, dan autis. 5. Gangguan bahasa dan komunikasi yang berhubungan dengan gangguan kognitif, misalnya anak retardasi mental.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Studi psikolinguistik dapat menjelaskan hubungan antara landasan biologis

dan perkembangan bahasa pada anak. Salah satu hal yang dapat dijelaskan dalam

studi psikolinguistik adalah masalah gangguan berbahasa. McCormic dan

Schiefelbusch (dalam Sidiarto, 1991:135) mengemukakan faktor-faktor yang

menyebabkan gangguan berbahasa ialah sebagai berikut.

1. Gangguan bahasa dan komunikasi yang berkaitan dengan motorik, misalnya anak

dengan Cerebal Pasly.

2. Gangguan bahasa dan komunikasi yang berhubungan dengan defisit sensorif,

misalnya anak dengan gangguan pendengaran.

3. Gangguan bahasa dan komunikasi yang berhubungan dengan kerusakan pada

susunan syaraf pusat, misalnya afasia.

4. Gangguan bahasa dan komunikasi yang berhubungan dengan disfungsi

emosional-sosial yang berat, misalnya psikosis, skisofrenia, dan autis.

5. Gangguan bahasa dan komunikasi yang berhubungan dengan gangguan kognitif,

misalnya anak retardasi mental.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

2

Gangguan berbahasa tersebut adalah gangguan berbahasa yang dapat terjadi

pada anak tunagrahita. Penelitian ini difokuskan pada pembahasan mengenai

gangguan berbahasa yang terjadi pada anak tunagrahita. Tunagrahita merupakan

istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan

intelektual di bawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retardasi mental (Smart,

2010:49).

Anak tunagrahita termasuk ke dalam golongan anak yang mengalami

gangguan berbahasa. Gangguan berbahasa yang dialami oleh anak tunagrahita

tergantung pada tingkatannya. Penelitian mengenai gangguan berbahasa pada anak

tunagrahita tingkat ringan dan sedang pernah dilakukan oleh Baihaqqi (2011) dalam

tesis yang berjudul “Kompetensi Fonologis Anak Penyandang Retardasi Mental di

SLB C Negri 1 dan 2 Yogyakarta”. Adapun ulasan penelitiannya ialah sebagai

berikut.

Tingkat Tunagrahita Fonem Kata Ujaran Nomor Data

Kemampuan fonologi S1 (tingkat sedang) /s/ Tas /ta/ 5

Kemampuan fonologi S8 (tingkat ringan) - - - -

Dari data di atas diindikasikan adanya bentuk-bentuk kesalahan fonologis

pada subjek yang mengalami tunagrahita pada tingkat sedang, sedangkan subjek yang

mengalami tunagrahita pada tingkat ringan tidak mengalami kesalahan pengucapan

pada satu/dua kata. Penelitian tersebut dilakukan pada 10 subjek penelitian. Fokus

penelitian dilakukan untuk mengetahui kemampuan fonologisnya.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

3

Selain penelitian tersebut, penelitian lain pernah ditulis oleh Astuti (2012)

dalam skripsi berjudul “Pemerolehan Bahasa Studi Kasus Anak Tunagrahita Usia

Empat Tahun”. Dalam skripsinya Astuti meneliti pemerolehan bahasa pada anak

tunagrahita tingkat sedang. Adapun ulasan skripsinya ialah sebagai berikut.

Makna Ujaran Konteks Keterangan

Mau Makan [ňim ňim] waktu sarapan, Toni minta makan

Penggelembungan Makna

Makanan

[ňim ňim]

Menunjukkan makanan, respon atas pertanyaan "itu apa?"

Data di atas menunjukkan anak tunagrahita melakukan penggelembungan

makna dan cenderung mengalami defisit dalam kosakata. Penelitian tersebut

dilakukan pada subjek penelitian yang mengalami tunagrahita pada tingkat sedang.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti memilih

melakukan penelitian pada anak tunagrahita tingkat ringan. Berikut ini contoh data

kemampuan berbahasa pada subjek penelitian yang mengalami tunagrahita pada

tingkat ringan.

Tanggal Tuturan Konteks 6/2/2014 Z : “Mba, ki lho Mba, besok dibeliin

pasang bongkar ya!”.

Saat ngobrol

Tabel 1. Contoh Data Tuturan Subjek Penelitian

Data tersebut menunjukkan subjek tidak mengalami kesalahan fonologis,

morfologis, dan sintaksis. Hal ini dimungkinkan karena tunagrahita yang dialami

subjek terjadi setelah kelahiran, yakni saat berusia 4,5 tahun sehingga pada usia

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

4

sebelum subjek mengalami tunagrahita, subjek telah melewati masa pemerolehan

fonem dengan baik. Pada tataran semantik yang diperoleh dari tuturan subjek tersebut

menunjukkan bahwa subjek dapat menyusun kalimat secara benar sesuai dengan

fungsinya, akan tetapi dalam tuturan tersebut juga menunjukkan subjek memiliki

kecenderungan untuk menggunakan istilah kebahasaan yang berbeda dari bahasa

anak normal. Sementara pada tataran pragmatis utamanya dalam prinsip kerja sama

subjek melakukan penyimpangan maksim relevansi. Adapun bentuk penyimpangan

semantis yang dilakukan subjek penelitian ialah sebagai berikut.

Tanggal Tuturan Konteks 4/2/14 Pak A : “Sekarang siapa yang pernah

nabung?” S : “Aku di celengan” Z : “Pak A, tapi kelek ku kecut “

Saat menanyakan pertanyaan yang terdapat di dalam modul

Tabel 2. Contoh Data Tuturan Subjek Penelitian

Data di atas menunjukkan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

penyimpangan pada tataran semantis dan kompetensi pragmatisnya. Pembahasan

tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik data yang ditemukan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan rumusan masalah dalam

penelitian ini ialah sebagai berikut.

1.1.1 apa sajakah penyimpangan semantik yang terdapat dalam tuturan subjek

penelitian?

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

5

1.1.2 bagaimana kompetensi pragmatis subjek penelitian yang meliputi:

a. jenis-jenis tindak tutur yang dikuasai subjek penelitian

b. pelaksanaan dan penyimpangan prinsip kerja sama dalam tuturan subjek

penelitian.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan tujuan dalam

penelitian ini ialah sebagai berikut.

1) mengklasifikasi penyimpangan dalam semantik dalam tuturan subjek

penelitian.

2) menjelaskan kompetensi pragmatik subjek penelitian yang meliputi:

a. jenis-jenis tindak tutur yang dikuasi subjek penelitian

b. pelaksanaan dan penyimpangan prinsip kerja sama dalam tuturan subjek

penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat praktis dan manfaat

teoretis. Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

perkembangan keilmuan di bidang psikolinguistik khususnya gangguan berbahasa

pada anak tunagrahita; di bidang semantik, khususnya pergeseran makna, idiom, dan

gejala lupa-lupa ingat, di bidang pragmatik, khususnya jenis tindak tutur dan prinsip

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

6

kerja sama. Pembahasan mengenai gangguan berbahasa pada anak tunagrahita

umumnya menjadi kajian dalam studi psikologi, tetapi pembahasan tersebut hanya

dilakukan di bagian permukaan saja.

Secara praktis, penelitian ini diharapakan mampu memberikan gambaran

kepada masyarakat mengenai gangguan berbahasa yang terdapat pada anak

tunagrahita tingkat ringan sehingga dapat memberikan contoh model komunikasi

yang tepat. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pemahaman bahwa ilmu

linguistik dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berada dalam disiplin ilmu psikolinguitik karena analisisnya

mengenai kompetensi berbahasa pada anak tunagrahita. Namun, tidak semua

kompetensi linguistik dibahas dalam penelitian ini karena yang dibahas adalah

kompetensi semantis dan pragmatis. Dari tinjauan semantis analisis dilakukan

berdasarkan penyimpangan semantis yang terdapat dalam tuturan subjek penelitian.

Sementara dari tinjauan pragmatis analisis dilakukan berdasarkan kompetensi jenis

tindak tutur dan pelaksanaan dan penyimpangan prinsip kerja sama.

Penelitian ini merupakan pengaplikasian ilmu hibrid antara psikolinguistik,

semantik, dan pragmatik. Dari pandangan psikolinguistik, penelitian ini berkaitan

dengan gangguan berbahasa yang dialami oleh anak tunagrahita tingkat ringan,

pandangan semantik, dilihat dari pergeseran makna, idiom, dan gejala lupa-lupa

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

7

ingat, sedangkan di bidang pragmatik dilihat dari jenis tindak tutur yang mampu

diproduksi subjek penelitian, serta pelaksanaan dan pelanggaran prinsip kerja sama

yang digunakan subjek penelitian untuk berkomunikasi.

Objek material yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari tuturan

subjek penelitian, sedangkan objek formalnya adalah psikolinguistik yang berkaitan

dengan gangguan berbahasa, semantik yang berkaitan dengan kemampuan subjek

untuk memahami makna, dan pragmatik yang berkaitan dengan jenis dan bentuk

tindak tutur yang mampu diproduksi subjek serta penggunaan prinsip kerja sama

Lokasi pengambilan data dilakukan di SLB Negeri 1 Bantul dan rumah

subjek. Alasan peneliti memilih SLB Negeri 1 Bantul memperhatikan kemudahan

jangkauan terhadap lokasi penelitian tersebut. Selain itu, SLB tersebut merupakan

SLB terbesar dan terlengkap di Yogyakarta yang menaungi segala jenis anak

berkebutuhan khusus. Peneliti juga melakukan pengambilan data di rumah subjek

untuk memperoleh kemelimpahan data. Pengambilan data dilakukan pada 3—7

Februari 2014.

1.6 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai bahasa pada anak tunagrahita pernah dilakukan oleh

Lutfi Baihaqi (2011) dalam tesis “Kompetensi Fonologis Anak Penyandang Retardasi

Mental di SLB C Negri 1 dan 2 Yogyakarta”. Dari penelitian tersebut, diketahui

bahwa kemampuan menghasilkan fonem pada penyandang retardasi mental, pola

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

8

penyimpangan serta letak pemulihannya secara fonologis cukup rendah. Subjek

dalam penelitian tersebut tidak dapat mengujarkan lebih dari dua kata dengan

pelafalan yang jelas. Bentuk penyimpangan fonologi berupa penghilangan fonem,

penghilangan suku kata dan penambahan suku kata. Bentuk penyimpangan yang

terjadi pada setiap anak tidak sama dan dapat terjadi secara berulang.

Astuti (2012) dalam skripsi “Pemerolehan Bahasa : Studi Kasus Anak

Tunagrahita Usia Empat Tahun” memaparkan bahwa subjek sudah menguasai semua

jenis vokal dan sejumlah bunyi konsonan, selain itu subjek melakukan penyimpangan

berupa substitusi, penambahan fonem, delesi, reduplikasi, dan penghilangan silabe

awal. Subjek penelitian telah menguasai satuan kebahasaan yang berupa kata, frasa,

dan kalimat tunggal. Dibandingan dengan pemerolehan bahasa anak normal,

penelitian ini menunjukkan bahwa subjek mengalami defisit kebahasaan cukup besar.

Penelitian dalam bahwa bidang pragmatik, khususnya dalam pemerolehan

bahasa pada anak pernah dilakukan oleh Prabowo (2009) “Pemerolehan Tindak

Tutur anak usia 36 bulan Studi Kasus Brilliant Mahardika Sudarwanto” Probowo

memaparkan aneka jenis tindak tutur yang digunakan subjek dalam tuturan dan

strategi tindak tutur seperti apa yang digunakan untuk menyusun tuturan tersebut.

Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa aspek psikologi anak memengaruhi tindak

tutur dan strategi pengujaran yang digunakan oleh anak. Tuturan anak usia 36 bulan

masih sangat sederhana. Tentunya hal ini berpengaruh pada strategi pengujaran yang

digunakan anak.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

9

Sudartinah (2010) dalam tesisnya “Analisis Pragmatik Terhadap Tuturan

Anak Usia Dua Tahun (Studi Kasus Pada Shihab Fatin Alvan” dari penelitian tersebut

diketahui bahwa anak usia dua tahun telah menguasai tindak tutur representatif,

direktif, ekspresif, dan komisif, akan tetapi kemunculan tindak tutur eskpresif dan

komisif masih sangat jarang ditemukan. Tuturan langsung yang mampu diproduksi

adalah dengan modus beita, tanya dan perintah sudah dapat dikuasai, sedangkan

tuturan tidak langsung dengan modus berita yang bermuatan perintah juga sudah

dikuasai tetapi intensitas kemunculannya masih sangat jarang. Bentuk kesederhanaan

anak usia dua tahun dapat terlihat dari struktur yang sederhana, gestur, intonasi,

pemakaian kata, dan panjang tuturan.

Surani (2012) dalam skripsi “Bahasa Pengasuhan Dalam Bahasa Indonesia

Kajian Psikopragmatik” bahwa orang dewasa menggunakan berbagai jenis tindak

tutur ketika berkomunikasi dengan anak-anak, tetapi sengaja menghindari tindak tutur

yang sulit dipahami agar komunikasi dapat dipahami. Dalam penelitian tersebut juga

dikemukakan bahwa orang dewasa juga menerapkan prinsip kerja sama yang

didasarkan pada pengetahuan psikolinguistik dan pragmatik. hal ini dilakukan agar

komunikasi orang dewasa dengan anak-anak dapat terjalin dengan baik.

Penelitian terkait kemampuan bahasa pada tunagrahita di bidang psikologi

yaitu, penelitian Rahayu (2001) dalam tesis yang berjudul “Hubungan Motivasi

Ekstrinsik dengan Penguasaan Tugas-Tugas Perkembangan di Sekolah pada Siswa

Tunagrahita mampu didik (SLTPLB)“ mengemukakan korelasi komponen-komponen

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

10

motivasi ekstrinsik terhadap penguasaan tugas-tugas perkembangan. Dalam

penelitian tersebut terdapat fakta adanya hubungan negatif antara motivasi ekstrinsik

dan penguasaan tugas-tugas perkembangan di sekolah. Semakin rendah motivasi

ekstrinsik, semakin tinggi penguasaan tugas-tugas perkembangan. Jadi, ada hubungan

negatif yang signfikan antara motivasi ekstrinsik (mudah, bantuan, pernyataan) dan

penguasaan keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang

umum. Semakin rendah motivasi ekstrinsik, semakin tinggi penguasaan tugas

tersebut.

Purwanto (2005) dalam tesis “Efektivitas Bimbingan Kesadaran Fonemik

dengan Metode Analisis untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan

Anak Tunagrahita” meneliti kemampuan membaca yang dimiliki oleh pada anak

tunagrahita yang dilakukan di SLB Kartini Temanggung. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa hanya 40 dari 225 anak tunagrahita yang memiliki kemampuan

membaca. Hal ini terjadi karena metode klasikal yang digunakan untuk mengajar

membaca kurang maksimal.

Berdasarkan sejumlah penelitian yang telah diuraikan pada penjelasan

tersebut, penelitian mengenai kemampuan berbahasa pada anak tunagrahita masih

perlu diteliti agar dapat dikembangkan.

1.7 Landasan Teori

1.7.1 Ihwal Tunagrahita

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

11

Tunagrahita bukan sebuah penyakit, melainkan sebuah keadaan seseorang

yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata sehingga memiliki

keterbatasan dalam integrasi sosial dan pergaulan. Perbedaan yang paling mendasar

anak normal dengan anak tunagrahita terletak pada tingkat kecerdasan. Anak

tunagrahita pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan atau IQ yang berada di

bawah rata-rata. Biasanya tingkat intelegensi anak yang mengalami tunagrahita di

bawah 70 Smart (2010:50)

1.7.1.1 Tingkat Tunagrahita

Kemampuan anak tunagrahita dibedakan berdasarkan tingkat kecerdasan yang

dimiliki. Berikut ini klasifikasi tunagrahita menurut Smart (2010:50—51).

1) Ringan (moron atau debil)

Anak tunagrahita tingkat ringan memiliki tingkat kecerdasan atau IQ antara 50

sampai 70. Pada umumnya anak tunagrahita tingkat ringan mengalami kesulitan

dalam belajar dan lebih sering tinggal kelas

2) Sedang (imbisil)

Anak tunagrahita tingkat sedang memiliki tingkat kecerdasan atau IQ antara 35

sampai 50. Kebanyakan anak tunagrahita tingkat sedang mengalami kerusakan

otak dan yang menyebabkan anak mengalami keterlambatan keterampilan verbal

dan sosial.

3) Sedang-berat (profound)

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

12

Anak tunagrahita tingkat sedang berat memiliki tingkat kecerdasan atau IQ antara

20 sampai 35. Anak tunagrahita pada tingkat ini mengalami abnormalitas fisik

bawaan dan kontrol sensori motor yang terbatas.

4) Berat (severe)

Anak tunagrahita berat memiliki IQ sangat rendah, yaitu di bawah 19. Banyak

anak yang pada tingkat ini mengalami cacat fisik dan kerusakan syaraf serta tidak

jarang pula hingga meninggal.

1.7.1.2 Karakteristik Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita mengalami masalah hampir dalam semua fungsi kehidupan.

Smart (2010:49) mengemukakan karakteristik yang dimiliki anak tunagrahita adalah

sebagai berikut.

1) Keterbatasan Intelegensi

Kemampuan belajar anak sangat kurang, terutama yang bersifat abstrak, seperti

membaca dan menulis serta belajar dan berhitung sangat terbatas. Anak tidak

mengerti apa yang sedang dipelajari atau anak cenderung belajar dengan membeo.

2) Keterbatasan Sosial

Anak tunagrahita mengalami hambatan dalam mengurus dirinya sendiri dalam

kehidupan masyarakat sehingga anak membutuhkan bantuan anak memiliki

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

13

ketergantungan yang besar kepada orangtua, yaitu selalu harus dibimbing dan

diawasi.

3) Keterbatasan Fungsi Mental Lainnya

Anak tunagrahita memerlukan waktu yang lebih lama ketika beradaptasi dengan

lingkungan yang baru dikenalnya

1.7.2 Gangguan Berbahasa

McLean dan Synder (dalam Sunardi dan Sunaryo, 2006:191) menemukan

bahwa anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam keterampilan berbahasa, meliputi

morfologi, sintaksis, dan semantik. Dalam di bidang semantik anak tunagrahita

cenderung kesulitan dalam menggunakan kata benda, sinonim, penggunaan kata sifat,

dan dalam pengelompokkan hubungan antara objek dengan ruang, waktu, kualitas,

dan kuantitas.

Bernstein dan Tiegerman (dalam Sidiarto, 1991:139) menyatakan bahwa pada

diri anak yang terbelakang mental (retardasi mental, tunagrahita) disfungsi otak

bersifat difus, sehingga kemampuannya berkurang dalam hampir semua fungsi yang

mendasari belajar. Anak-anak ini belajar dengan tempo yang lebih lambat sehingga

informasi yang ditangkap juga berkurang. Jadi, bukan hanya perkembangan bicara

dan bahasanya yang terlambat, tetapi juga perkembangan lainnya, seperti

perkembangan motorik, kognitif, dan sosialnya terlambat.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

14

Menurut Bernstein dan Tigerman (dalam Sidiarto, 1991:139) ciri-ciri

gangguan berbahasa yang dialami anak tunagrahita adalah (a) penggunaan kalimat

yang lebih pendek dan sederhana, dengan bentuk yang lebih primitif disertai dengan

artikulasi, (b) penggunaan arti kata yang lebih konkret, dan (c) penggunaan yang

lebih sedikit dari beberapa fungsi semantik, seperti keterangan tempat dan waktu.

1.7.3 Semantik

Semantik adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan segala sesuatu yang

berhubungan dengan makna satuan lingual, baik kata, frase, maupun kalimat (Wijana,

2009:64). Berikut ini bentuk-bentuk penyimpangan semantik yang dilakukan oleh

subjek penelitian adalah sebagai berikut.

1.7.3.1 Perluasan Makna

Bahasa selalu mengalami pergeseran dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi

karena penutur bahasa tersebut melakukan pembaharuan dalam rangka mengikuti

perkembangan zaman. Wijana (1995:52) membagi empat perubahan bahasa menjadi

empat, yaitu perubahan meluas, perubahan menyempit, perubahan makna membaik,

dan perubahan makna memburuk. Dalam memahami makna kata, seseorang anak

akan melakukan penggelembungan makna atau penciutan makna. Hal ini disebabkan

anak belum memahami suatu konsep makna kebahasaan secara utuh.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

15

1.7.3.2 Kesalahan Idiom

Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari

makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal (Chaer, 2012:296).

Idiom dapat digunakan untuk mengidentifikasikan suatu kata tertentu dengan ciri

tertentu tanpa harus menyelaraskan suatu kata tertentu dengan konsep yang dicirikan

suatu objek tertentu.

1.7.3.4 Gejala Lupa-Lupa Ingat

Dardjowidjojo (2012:154) gejala lupa-lupa ingat memiliki pola-pola tertentu

yang cenderung dilakukan orang. Adapun pola-pola tersebut adalah sebagai berikut.

a. Jumlah suku kata selalu benar.

b. Bunyi awal kata itu juga benar.

c. Hasil akhir kekeliruan itu mirip dengan kata yang sebenarnya.

Dalam berkomunikasi seseorang memiliki kemungkinan untuk lupa akan hal

yang ingin dikatakannya. Hal ini disebabkan karena suatu konsep yang mirip pada

suatu kata sehingga hal tersebut menyebabkan seseorang mengalami kesalahan atau

bahkan kegagalan untuk menggunakan kata yang diinginkan.

1.7.3.3 Pengubahan Fonem

Dalam masa belajar membaca seorang anak memiliki kencenderungan untuk

mengubah, menukar, bahkan menghilangkan huruf dalam suatu kata. Hal ini

merupakan suatu gejala bahasa yang dialami dalam proses pembelajaran. Gejala

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

16

bahasa merupakan masalah kebahasaan yang berkaitan dengan bentuk kata. Gejala

bahasa berhubungan dengan proses penambahan, penghilangan, pertukaran, dan

pengubahan fonem pada sebuah kata (Wijana,1995:27).

1.7.4 Pragmatik

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa

secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

berkomunikasi. Jadi, makna yang dikaji dalam ilmu pragmatik adalah makna yang

terikat konteks (context dependent) atau dengan kata lain mengkaji maksud penutur

(Wijana, 1995: 2).

1.7.4.1 Jenis Tindak Tutur

Searle (Rohmadi, 2004: 34) mengklasifikasikan jenis dan bentuk tindak tutur

menjadi lima, yaitu tindak tutur representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan

deklaratif. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

1) Tindak tutur representatif merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya

kepada kebenaran atas hal yang dikatakannya. Tindak tutur jenis ini juga disebut

dengan tindak tutur asertif, misalnya menyatakan, menuntut, mengakui,

menunjukkan, melaporkan, memberikan kesaksian, menyebutkan, dan

berspekulasi,

2) Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra

tutur melakukan tindakan sesuai apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Tindak

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

17

tutur direktif disebut juga dengan tindak tutur impositif, misalnya meminta,

mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah,

mendesak, memohon, menantang dan memberi aba-aba,

3) Tindak tutur ekspresif disebut juga dengan tindak tutur evaluatif. Tindak tutur

ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar tuturannya

diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu, misalnya

mengucapkan terima kasih, mengeluh, mengucapkan selamat, menyanjung,

memuji, meyalahkan, dan mengkritik.

4) Tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk

melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam ujarannya, misalnya berjanji,

bersumpah, atau mengancam,

5) Tindak tutur deklaratif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya

utuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Misalnya

mengesankan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengabulkan, mengizinkan,

menggolongkan, mengangkat, mengampuni, dan memaafkan.

1.7.4.2 Prinsip Kerja Sama

Searle dalam (Rohmadi, 2013:20—21) mengemukakan bahwa terdapat empat

prinsip kerja sama dalam berkomunikasi, yakni :

1) maksim kualitas (maxim of quality) ialah aturan pertuturan yang menuntut setiap

peserta tutur untuk berkata benar,

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

18

2) maksim kuantitas (maxim of quantity), ialah aturan pertuturan yang menuntut

setiap penutur untuk memberikan kontribusi secukupnya sesuai dengan yang

diminta,

3) maksim relevansi (maxim of relevance) ialah aturan pertuturan yang menuntut

adanya relevansi dalam tuturan antara pembicaraan dengan masalah yang sedang

dibicarakan,

4) maksim pelaksanaan (maxim of manner) ialah aturan pertuturan yang

mengharuskan peserta tutur untuk memberikan kontribusi tuturan yang runtut,

tidak ambigu, tidak taksa, dan tidak berlebihan.

1.8 Subjek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan studi kasus

sehingga masalah yang dibahas dalam penelitian ini hanya masalah khusus yang

dialami oleh subjek penelitian saja. Penjelasan mengenai subjek penelitian akan

dijelaskan sebagai berikut.

1.8.1 Kondisi Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah Z.W.S. usia 8 tahun. Pada awal masa bersekolah,

subjek bersekolah di sekolah umum, tetapi selama bersekolah di sekolah umum

subjek mulai menunjukkan gejala-gejala perkembangan akademis dan sosial yang

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

19

agak terhambat. Subjek tidak suka bergaul dengan teman sebaya, justru lebih suka

bergaul dengan orangtua dari teman-temannya. Subjek kurang memiliki kesadaran

akademis, misalnya saat guru memberikan perintah untuk mengumpulkan tugas

setelah selesai dikerjakan, subjek justru mengumpulkannya sebelum selesai

dikerjakan. Hal itu menyebabkan subjek dipindahkan ke SLB.

Masalah akademik dan sosial yang dialami subjek disebabkan kejang-kejang

pada saat subjek berusia 4,5 tahun berdampak pada berkurangnya fungsi otak anak

sehingga perkembangan kemampuan otak anak terhambat. Faktor penyebab

tunagrahita yang dialami subjek termasuk faktor yang terjadi setelah kelahiran atau

dikenal dengan istilah post-natal.

1.8.2 Lingkungan Berbahasa Subjek Penelitian

Dalam kehidupan sehari-hari subjek menggunakan bahasa Indonesia dan

sedikit bahasa Jawa. Ibu Subjek asli Jogja dan Ayahnya berasal dari Sumatra. Faktor

perbedaan latar belakang orang tuanya ini memungkinkan subjek menguasai dua

bahasa, yaitu Indonesia dan Jawa. Hal ini disebabkan Ayah subjek yang berasal dari

Sumatra tidak menggunakan bahasa Batak, melainkan menggunakan bahasa

Indonesia. Hal itu terjadi karena dalam berkomunikasi karena kondisi kultural tempat

ia tinggal tidak mendukungnya untuk menggunakan bahasa daerah lain selain bahasa

Jawa.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

20

1.8.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SLB Negeri 1 Bantul. Alasan peneliti

memilih lokasi ini karena keterjangkauan peneliti terhadap lokasi tersebut. Selain itu

SLB Negeri 1 Bantul merupakan SLB terbesar dan terlengkap di Yogyakarta. Selama

pengambilan data, peneliti juga melakukan pengambilan data di rumah subjek

penelitian. Hal ini dilakukan agar pengamatan mengenai gangguan berbahasa yang

dialami subjek penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam.

1.9 Metode Penelitian

Ingram (dalam Dardjowidjodjo, 2012: 226) membagi perkembangan studi

tentang pemerolehan bahasa menjadi tiga tahap, yaitu periode buku harian, periode

sampel besar, dan periode kajian longitudinal. Penelitian ini didesain secara cross-

sectional, artinya dilakukan hanya pada satu waktu titik tertentu, yaitu pada 3—7

Februari 2014.

Metode dalam penelitian ini adalah observasional terkontrol karena peralatan

yang digunakan sebagai media untuk memancing tuturan subjek telah dipersiapkan

sebelumnya Selain itu, peneliti juga mempersiapkan segala bentuk kebutuhan dan

menyusun jadwal penelitian. Hal ini dilakukan agar waktu yang digunakan untuk

penelitian menjadi lebih efisien.

1.9.1 Pengumpulan Data

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

21

Data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan melalui percakapan

langsung subjek penelitian dengan temannya, guru, keluarga, dan peneliti. Data

bersumber dari kemampuan berbahasa subjek yang tidak dapat dimanipulasi sehingga

diperlukan kondisi yang sebenarnya dari subjek penelitian.

Data kebahasaan yang diperoleh dalam penelitian ini didapatkan melalui

pertanyaan peneliti terhadap topik pembicaraan yang disenangi subjek. Teknik yang

dilakukan untuk memancing subjek bersumber dari modul yang berupa pertanyaan

dan gambar, permainan bongkar pasang, dan film kartun anak-anak.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini didapatkan peneliti dengan

berkunjung dan bertatap muka secara langsung ke lokasi tempat tinggal subjek

penelitian agar peneliti dapat mengetahui fakta-fakta lain mengenai subjek penelitian.

Dengan berkunjung dan bertatap muka secara langsung, peneliti diharapkan dapat

mempertanggungjawabkan validitas data yang diperoleh.

Selama bertatap muka langsung peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan

kepada subjek penelitian untuk mengetahui kemampuannya dalam memahami

tuturan. Pertanyaan yang diajukan bersumber dari modul yang telah disusun peneliti,

tetapi tidak menutup kemungkinan bila tuturan subjek tidak memiliki keterkaitan

dengan pertanyaan yang terdapat di dalam modul.

Pengumpulan data dapat pula dilakukan dengan menyimak penggunaan

bahasa (Kesuma, 2007:45). Dalam pengambilan data dengan metode ini peneliti

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

22

menggunakan teknik sadap. Penyadapan dilakukan agar subjek dapat memproduksi

tuturan yang natural mungkin. Peneliti menyadap penggunaan bahasa subjek

penelitian, selain melakukan penyadapan, peneliti juga terlibat aktif dalam

pembicaraan dengan subjek penelitian.

Teknik rekam adalah teknik penjaringan data dengan merekam penggunaan

bahasa (Kesuma, 2007: 47). Peneliti merekam tuturan subjek dengan menggunakan

voicenote Blackberry 9220. Penggunaan voicenote dipilih peneliti karena kepraktisan

dan ketersediaan alat rekam.

Setelah melewati serangkaian proses untuk mendapatkan data, tahapan

selanjutnya metranskripsikan data. Sebelum mentranskripsikan data peneliti

menentukan rekaman yang dapat dijadikan data dan rekaman yang tidak dapat

dijadikan data. Hal ini disebabkan oleh situasi yang tidak kondusif selama

pengambilan data sehingga banyak rekaman yang tidak terdeteksi.

Peneliti mentranskripsikan data dengan mendengarkan rekaman yang

didapatkan selama penelitian, kemudian menyusunnya kata per kata. Selanjutnya

peneliti mendengarkan ulang hasil rekaman untuk memastikan hasil rekaman yang

ditulis, yang telah direkam sesuai dengan rekaman, Setelah itu, peneliti menyediakan

kolom agar keseluruhan data dapat tertata.

Keseluruhan data yang sudah ditranskripsikan merupakan populasi. Populasi

dalam penelitian ini terdiri dari 108 tuturan yang diperoleh dari tuturan subjek dengan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

23

temannya, subjek dengan guru, subjek dengan keluarganya, dan subjek dengan

peneliti. Selanjutnya, peneliti menentukan sampel sejumlah 70 yang dianggap paling

mewakili dari keseluruhan tuturan. Penentuan sampel dilakukan setelah keseluruhan

rekaman yang dijadikan data telah selesai ditranskripsikan dan telah di cek ulang

kevalidannya.

1.9.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data selesai diklasifikasi berdasarkan

karakteristik data yang diperoleh. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan

metode padan. Pemilihan metode padan dalam penelitian ini disesuaikan dengan data

yang diperoleh dalam penelitian ini.

Jenis metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan

referensial dan metode padan pragmatis. Metode padan referensial dilakukan untuk

menganalisis penyimpangan semantis, sedangkan metode padan pragmatis dilakukan

untuk menganalisis kompetensi pragmatisnya.

Teknik metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pilah

unsur penentu. Teknik pilah unsur penentu adalah teknik analisis data dengan cara

memilah-milah satuan kebahasaan yang dianalisis dengan alat penentu yang berupa

daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto dalam

Kesuma, 2007:53).

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

24

1.9.3 Penyajian Hasil Analisis

Penyajian hasil analisis dilakukan secara informal. Data tuturan disajikan

dengan menambahkan tanggal pengambilan data dan konteks tuturan. Sementara itu,

analisis penelitian ini disajikan secara deskriptif menggunakan kata-kata biasa namun

dengan tingkat keterbacaan tinggi. Setelah itu, peneliti menyusun kesimpulan dari

pembahasan terhadap data yang ditemukan.

1.10 Sistematika Penyajian

Skripsi yang berjudul ”Kompetensi Berbahasa Pada Anak Tunagrahita Tingkat

Ringan” disajikan dalam lima bab. Bab I berisi tentang pendahuluan, yaitu latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup

penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, subjek penelitian, metode penelitian dan

sistematika penyajian.

Bab II mendeskripsikan penyimpangan pada tataran semantik, Bab III

mengklasifikasikan jenis tindak tutur subjek penelitian, Bab IV mengklasifikasikan

prinsip pelaksanaan dan penyimpangan prinsip kerja sama dalam tuturan subjek

penelitian, Bab V berisi penutup, kesimpulan, dan saran untuk penelitian selanjutnya.

Dalam analisis data, peneliti membuat penomoran secara urut mulai dari

nomor satu hingga nomor terakhir. Data yang muncul pada setiap bab dimulai lagi

dari nomor satu hingga nomor terakhir. Apabila data yang telah digunakan pada bab

sebelumnya muncul ada bab berikutnya data diberi nomor sesuai dengan urutan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72143/potongan/S1-2014... · dan perkembangan bahasa pada a nak. ... Dari data di atas diindikasikan adanya

25

kemunculan data berdasarkan urutan abjad. Terakhir, penomoran data yang

digunakan dalam data yang dilampirkan dimulai dari urutan nomor satu pada bab

bagian awal hingga selesai pada bab bagian akhir.