BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian (Kemenkes, 2012). Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan tingginya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia, yaitu: asma (4,5%), penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) (3,7%), kanker (1,4%), diabetes melitus (2,1%), hipertiroid (0,4%), hipertensi (25,8%), jantung koroner (1,5%), gagal jantung (0,3%), stroke (12,1%), gagal ginjal kronis (0,2%), batu ginjal (0,6%), dan penyakit sendi/rematik (24,7%). Hipertensi menjadi penyakit tidak menular dengan prevalensi terbesar di Indonesia pada tahun 2013. Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah seseorang. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. Seseorang dikatakan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak

ditularkan dari orang ke orang. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab

utama kematian secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta

kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua

pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular. Di negara-negara dengan

tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada

orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan

di negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian (Kemenkes, 2012).

Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan tingginya prevalensi penyakit

tidak menular di Indonesia, yaitu: asma (4,5%), penyakit paru obstruksi kronis

(PPOK) (3,7%), kanker (1,4%), diabetes melitus (2,1%), hipertiroid (0,4%),

hipertensi (25,8%), jantung koroner (1,5%), gagal jantung (0,3%), stroke (12,1%),

gagal ginjal kronis (0,2%), batu ginjal (0,6%), dan penyakit sendi/rematik

(24,7%). Hipertensi menjadi penyakit tidak menular dengan prevalensi terbesar di

Indonesia pada tahun 2013.

Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan

meningkatnya tekanan darah seseorang. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung

bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan

nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ

lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. Seseorang dikatakan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

2

terkena hipertensi jika rata-rata dari dua atau lebih pengukuran tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

yang diukur saat duduk, dari dua atau lebih kunjungan klinis pada tempat yang

berbeda.

Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang

ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan

salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit

jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala,

sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan

fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja

pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain.

Data yang diambil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013

menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran

pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%. Berdasarkan Profil Kesehatan Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2012, hipertensi menempati posisi ketiga dari

distribusi 10 besar penyakit berbasis Survailans Terpadu Penyakit (STP)

Puskesmas di DIY Januari sampai dengan Desember 2012 dengan prevalensi

sebesar 29,564%. Sepuluh besar penyakit yang didiagnosa pada pasien di Rumah

Sakit adalah: infeksi saluran nafas atas, demam, diare, dispepsia, hipertensi,

dermatosis, cedera, penyakit pulpa, faringitis, dan gangguan mental, sedangkan di

Puskesmas sesuai laporan sistem survailans terpadu adalah: influensa, diare,

hipertensi, DM, pneumonia, tiphus, diare berdarah, tersangka TB paru, campak

dan TB BTA positif (Dinkes DIY, 2013). Dari beberapa data di atas, dapat

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

3

disimpulkan bahwa hipertensi memerlukan perhatian dan penanganan agar dapat

dikendalikan.

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Bantul 2014, hipertensi

menempati posisi kedua dari distribusi 10 besar penyakit di puskesmas se-

Kabupaten Bantul pada tahun 2013. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

RI No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas, Puskesmas adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Indonesia memasuki era Jaminan

Kesehatan Nasional, sehingga pasien yang akan berobat harus ke pelayanan

kesehatan tingkat pertama, yaitu dokter keluarga atau Puskesmas sebelum dirujuk

ke unit pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

Puskesmas Banguntapan I merupakan salah satu puskesmas yang terdapat di

Kabupaten Bantul. Puskesmas Banguntapan I dipilih menjadi tempat penelitian

karena berdasar data SP2TP Puskesmas Banguntapan I 2014 dalam Profil

Kesehatan Puskesmas Banguntapan I tahun 2014 menunjukkan bahwa hipertensi

menempati posisi kedua dari distribusi 10 penyakit terbanyak pada tahun 2014.

Selain itu Puskesmas Banguntapan memiliki wilayah kerja paling luas diantara

puskesmas se-Kecamatan Banguntapan dengan jumlah kunjungan selama tahun

2014 sebanyak 61.402 kunjungan. Faktor lain adalah lokasi yang relatif dekat dan

akses yang mudah untuk menuju ke Puskesmas Banguntapan I sehingga dipilih

menjadi lokasi penelitian.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

4

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah karakteristik pasien hipertensi yang menggunakan terapi

dengan obat antihipertensi di Puskesmas Banguntapan I periode Januari-

Desember 2014?

2. Bagaimanakah pola penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi di

Puskesmas Banguntapan I periode Januari-Desember 2014?

3. Bagaimanakah kesesuaian penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas

Banguntapan I periode Januari-Desember 2014 berdasarkan standard terapi

JNC 7 dan Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas Tahun 2007?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui karakteristik pasien hipertensi yang menggunakan terapi dengan

obat antihipertensi di Puskesmas Banguntapan I periode Januari-Desember

2014.

2. Mengetahui pola penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi di

Puskesmas Banguntapan I periode Januari-Desember 2014.

3. Mengetahui kesesuaian penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas

Banguntapan I periode Januari-Desember 2014 berdasarkan standar terapi

JNC 7 dan Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas Tahun 2007.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

5

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber informasi bagi tenaga kesehatan mengenai penggunaan obat

antihipertensi yang tepat dan efektif guna meningkatkan kualitas terapi pada

pasien hipertensi.

2. Sebagai sumber informasi mengenai penggunaan obat antihipertensi di

puskesmas.

3. Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan di

puskesmas.

4. Sebagai bahan pembanding dan pelengkap bagi penelitian selanjutnya.

5. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman peneliti.

E. Tinjauan Pustaka

1. Profil Puskesmas Banguntapan I

a. Keadaan Geografis

Puskesmas Banguntapan I mempunyai wilayah kerja di sebagian dari

Kecamatan Banguntapan dengan luas wilayah 11,365 km². Kondisi geografi

berupa dataran rendah yang mudah dijangkau dengan semua kendaraan baik

mobil ataupun motor sampai ke semua dusun, dengan ketinggian 100 m dari

permukaan air lautdan suhu maksimum/minimum 31º C / 23º C.

Batas wilayah Kerja Puskesmas Banguntapan I sebagai berikut (Dinkes

Kabupaten Bantul, 2014) :

1) Utara : berbatasan dengan Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman,

2) Timur : berbatasan dengan Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul,

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

6

3) Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul,

4) Barat : berbatasan dengan Kotamadya Yogyakarta.

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Banguntapan I

b. Visi dan Misi

1) Visi Puskesmas Banguntapan I (Dinkes Kabupaten Bantul, 2014) :

Terwujudnya Wilayah Kerja Puskesmas Banguntapan I tanpa masalah

kesehatan.

2) Misi Puskesmas Banguntapan I (Dinkes Kabupaten Bantul, 2014) :

a) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan,

b) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

7

c) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang

bermutu, merata dan terjangkau,

d) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan

masyarakat serta lingkungannya.

2. Hipertensi

a. Definisi

Hipertensi adalah suatu penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan

meningkatnya tekanan darah seseorang. Seseorang dikatakan terkena

hipertensi jika rata-rata dari dua atau lebih pengukuran tekanan darah sistolik

lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg yang

diukur saat duduk, dari dua atau lebih kunjungan klinis pada tempat yang

berbeda.

b. Etiologi

Hipertensi dapat dibedakan menjadi hipertensi primer dan hipertensi

sekunder berdasarkan penyebabnya. Pada sebagian pasien, hingga 95%,

penyebab hipertensi tidak diketahui, dan disebut hipertensi esensial, atau

hipertensi primer. Pada hipertensi sekunder, terdapat beberapa kondisi yang

telah diidentifikasi dapat menyebabkan hipertensi. Kondisi-kondisi tersebut

adalah penyakit ginjal kronis, coarctation of the aorta, sleep apnea,

Cushing’s syndrome dan glucocorticoid excess states lainnya,

pheochromocytoma, aldosteronisme primer dan mineralocorticoid excess

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

8

states lainnya, hipertensi renovaskular, penyakit tiroid atau paratiroid, dan

penggunaan obat (Burkhardt, dkk., 2008).

Bukti epidemiologi menunjukkan faktor genetik, stres psikologis, dan

faktor lingkungan dan makanan (peningkatan garam dan penurunan kalium

atau asupan kalsium) sebagai kontribusi terhadap perkembangan hipertensi

(Benowitz, 2011).

c. Patofisiologi

Pada sistem kardiovaskuler, terdapat beberapa organ yang berpengaruh

terhadap homeostasis tekanan darah, yaitu jantung, pembuluh darah, dan

ginjal (Stringer, 2001). Tekanan darah (BP) paling utama dipengaruhi oleh

cardiac output (CO) dan tahanan vaskular periver (peripheral vascular

resistance / PVR). Sedangkan cardiac output dipengaruhi oleh stroke volume

(SV), yaitu jumlah darah yang dipompakan setiap kali darah dipompakan

oleh jantung dan heart rate (HR) yang merupakan jumlah pemompaan oleh

jantung setiap menit. Curah jantung merupakan faktor penentu penting dari

tekanan darah. Faktor-faktor yang meningkatkan curah jantung secara teori

dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan hipertensi primer.

Peningkatan curah jantung dan tekanan darah berikutnya mungkin timbul dari

faktor-faktor yang meningkatkan preload (volume cairan) atau kontraktilitas

(Burkhardt, dkk., 2008).

Secara fisiologis, baik individu normal maupun dengan hipertensi,

tekanan darah dipertahankan oleh pengaturan saat-demi-saat curah jantung

dan resistensi pembuluh darah perifer, yang diberikan di tiga lokasi anatomi,

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

9

yaitu arteriol, venula postcapillary (pembuluh kapasitansi), dan jantung.

Empat lokasi anatomi pada ginjal memberikan kontribusi untuk pemeliharaan

tekanan darah dengan mengatur volume cairan intravaskular (Benowitz,

2011).

d. Faktor risiko

Beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi peningkatan tekanan

darah, antara lain:

1) Umur

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya

umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi

hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%,

dengan kematian sekitar di atas 65 tahun (Depkes,2006).

2) Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan)

juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi

primer (esensial). Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-

faktor lingkungan lain, yang kemudian menyebabkan seseorang

menderita hipertensi. Faktor gnetik juga berkaitan dengan metabolisme

pengaturan garam dan renin (Depkes,2006).

3) Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang

dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak

lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

10

artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan

kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis

pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut

jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung.

Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan

risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri (Depkes,2006).

4) Diabetes mellitus

Hipertensi berhubungan erat dengan diabetes melitus, yaitu dengan

hormon insulin. Pasien diabetes melitus mengalami gangguan terhadap

transport glukosa ke jaringan, sehingga level serum glukosa meningkat

dan menstimulasi pankreas untuk mensekresikan insulin dalam jumlah

besar (Susanti,2014).

5) Stress

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa

marah,dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak

ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut

lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika

stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian

sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang

muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag (Depkes, 2006).

Respon stres berkembang karena sangat penting untuk kelangsungan

hidup. Ini melibatkan aktivasi saraf dan aktivasi hormonal, yang paling

menonjol dari sistem saraf simpatik. Stres akut, seperti terjadi selama

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

11

ketakutan atau kecemasan, dapat menyebabkan peningkatan yang cepat

dan besar pada tekanan darah dan denyut jantung, tetapi biasanya bersifat

sementara (Pickering, 2008).

6) Obesitas

Obesitas secara luas diakui sebagai faktor risiko untuk

pengembangan hipertensi. Lemak abdominal (visceral fat) dikaitkan

dengan peningkatan tekanan darah (BP). Peningkatan distribusi lemak

visceral dikaitkan dengan resistensi insulin, yang dapat berkontribusi

untuk hipertensi.

Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung

dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas

bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada

obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada

orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang

yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan

sekitar 20 -33% memiliki berat badan lebih (Depkes, 2006).

7) Hiperlipidemia

Kelainan metabolisme lipid (Iemak) ditandai dengan peningkatan

kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan

kadar kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting

dalam terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan peningkatan tahanan

perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat (Depkes,

2006).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

12

e. Tanda dan gejala klinik

Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada

masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya.

Gejala-gejala itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, pusing (vertigo),

jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging

(tinnitus), dan mimisan (Kemenkes, 2014). Gejala klasik dari hipertensi dapat

mempertimbangkan adanya rasa sakit kepala, epistaksis (perdarahan hidung),

dan pening kepala (Maholtra dkk., 2003).

Pasien dengan hipertensi primer biasanya asimptomatik. Pasien dengan

hipertensi sekunder mungkin mengeluhkan gejala sugestif dari gangguan

yang mendasarinya. Pasien dengan pheochromocytoma mungkin memiliki

riwayat sakit kepala paroksismal, berkeringat, takikardia, palpitasi, dan

hipotensi ortostatik. Dalam aldosteronisme primer, gejala hipokalemia kram

otot dan kelemahan dapat muncul. Penderita hipertensi sekunder untuk

Cushing’s Syndrom mungkin mengeluhkan berat badan, poliuria, edema,

ketidakteraturan menstruasi, jerawat berulang, atau kelemahan otot (Dipiro

dkk., 2009).

f. Diagnosis

Diagnosis hipertensi didasarkan pada pengukuran tekanan darah yang

berulang. Diagnosis berfungsi terutama sebagai prediksi konsekuensi bagi

pasien, tetapi jarang mencakup pernyataan tentang penyebab hipertensi

(Benowitz, 2011).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

13

Pengukuran tekanan darah dilakukan setelah seseorang duduk atau

berbaring 5 menit, kaki menapak pada lantai dan posisi lengan sejajar dengan

jantung. Apabila pertama kali diukur tinggi (140/90mmHg) maka pengukuran

diulang 2 kali pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi

(Depkes, 2008).

g. Derajat

Penyakit hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori.

JNC7 mengklasifikasikan hipertensi pada pasien dewasa >18tahun

berdasarkan rata-rata dari dua atau lebih pengukuran tekanan darah yang

diukur saat duduk, dari dua atau lebih kunjungan klinis pada tempat yang

berbeda.

Tabel I. Klasifikasi hipertensi menurut JNC 7 pada pasien dewasa >18tahun

Klasifikasi

Tekanan Darah

Tekanan darah sistolik

(mmHg)

Tekanan darah diastolik

(mmHg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120 – 139 atau 80 – 89

Hipertensi tingkat 1 140 – 159 atau 90 – 99

Hipertensi tingkat 2 ≥160 atau ≥100

Berdasarkan JNC 7, prehipertensi bukan kategori penyakit. Sebaliknya,

prehipertensi adalah sebutan yang dipilih untuk mengidentifikasikan

individu yang dalam risiko tinggi terkena hipertensi, sehingga baik pasien

dan dokter disiagakan untuk risiko ini dan didorong untuk ikut campur

tangan dan mencegah atau menunda perkembangan penyakit. Untuk pasien

dengan prehipertensi yang juga memiliki diabetes atau penyakit ginjal, nilai

tekanan darah ≥130/80 mmHg dianggap berada di atas target tekanan darah.

Sehingga harus dipertimbangkan terapi obat yang tepat jika percobaan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

14

modifikasi gaya hidup gagal untuk mengurangi tekanan darah menjadi

≤130/80 mmHg.

3. Pengobatan Hipertensi

Manajemen hipertensi dengan terapi nonfarmakologis dan farmakologis telah

terbukti berguna dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas yang berkaitan

dengan risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan penyakit ginjal. Tujuan

dari manajemen tekanan darah adalah untuk mengurangi risiko penyakit

kardiovaskular dan target kerusakan organ (Burkhardt, dkk., 2008).

Adapun terapi yang dapat dilakukan pada pasien hipertensi dapat dibedakan

menjadi 2, yaitu terapi non farmakologi dan terapi farmakologi.

a. Terapi non farmakologi

Langkah awal tatalaksana hipertensi sesuai Pedoman Pengobatan Dasar

di Puskesmas 2011 adalah memperbaiki gaya hidup pasien dengan cara

berikut:

1) Menurunkan berat badan sampai batas ideal.

2) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau

kadar kolesterol darah tinggi.

3) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium

atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan

kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi

alkohol.

4) Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

15

5) Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya

selama tekanan darahnya terkendali.

6) Berhenti merokok.

Sedangkan modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengontrol hipertensi

menurut JNC 7 dapat dilihat pada Tabel II.

Tabel II. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengontrol hipertensi

Modifikasi Rekomendasi Penurunan

tekanan darah

Penurunan berat

badan

Menjaga berat badan normal

(BMI 18.4-24.9 kg/m²) 5-20 mmHg/10kg

Diet makan

menurut DASH

Mengkonsumsi banyak buah,

sayur, dan produk susu rendah

lemak dengan mengurangi jumlah

makanan yang mengandung lemak

jenuh dan total lemak.

4-18 mmHg

Diet rendah

garam

Mengurangi asupan garam menjadi

kurang dari 100 mmol per hari (2.4

g natrium atau 6 g NaCl)

2-8 mmHg

Aktivitas fisik

Rutin melakukan aktifitas fisik

seperti jalan cepat (minimal 30

menit per hari, setiap hari)

4-9 mmHg

Membatasi

konsumsi alcohol

Membatasi konsumsi menjadi

tidak lebih dari 2 kali porsi minum

per hari (misalnya 24 oz beer, 10

oz wine, atau 3 oz 80-proof

whiskey) untuk laki-laki dan tidak

lebih dari 1 kali per hari untuk

perempuan dan yang memiliki

berat badan kurang

2-4 mmHg

(Chobanian dkk., 2004)

DASH, Dietary Approaches to Stop Hypertension

*untuk mengurangi semua risiko kardiovaskular, berhenti merokok.

b. Terapi Farmakologi

Tatalaksana terapi secara farmakologis merupakan terapi menggunakan

agen antihipertensi. Obat antihipertensi bertindak pada satu atau lebih dari

tempat aksi yang berbeda dan menghasilkan efek mereka dengan

mengganggu mekanisme normal regulasi tekanan darah.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

16

Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal , masa kerja yang

panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat

ditarnbahkan selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi. Pemilihan

obat atau kombinasi yang cocok bergantung pada keparahan penyakit dan

respon penderita terhadap obat anti hipertensi (Depkes, 2006).

Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi adalah sebagai berikut

(Depkes, 2006) :

a) Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab

hipertensi.

b) Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan

darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi

timbulnya komplikasi.

c) Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat

anti hipertensi.

d) Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan

pengobatan seumur hidup.

Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (first line drug) yang digunakan untuk

pengobatan awal hipertensi, yaitu diuretik, β-blocker, ACE-inhibitor,

Angiotensin Receptor Blocker, dan Calsium Channel Blocker. Selain itu dikenal

juga tiga kelompok obat yang dianggap lini kedua,yaitu: Alfa 1 Blocker, Agonis

Alfa 2 Adrenergik, dan vasodilator langsung. Jenis-jenis antihipertensi adalah

sebagai berikut:

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

17

1) Diuretik

Diuretik merupakan obat yang dapat meningkatkan laju

pengeluaran urin. Diuretik bekerja pada organ ginjal, yaitu tubulus,

dengan meningkatkan ekskresi natrium, air, dan klorida, sehingga

menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi

penurunan curah jantung dan tekanan darah.

Diuretik efektif menurunkan tekanan darah 10-15mmHg pada

kebanyakan pasien. Pengobatan dengan diuretik adekuat untuk hipertensi

ringan sampai sedang. Sedangkan untuk hipertensi lebih parah, diuretik

digunakan dalam kombinasi dengan obat sympathoplegic dan vasodilator

untuk mengontrol kecenderungan retensi natrium yang disebabkan oleh

agen ini (Benowitz, 2011).

Terdepat beberapa kelas pada diuretik, yaitu tiazid (contohnya

hidroklortiazid), loop diuretic (contohnya furosemid), diuretik hemat

kalium (contohnya spironolakton).

2) Βeta Blocker

Obat golongan beta blocker bekerja dengan mengurangi denyut

jantung dan curah jantung, yang menurunkan tekanan darah dan

membuat jantung berdenyut lebih lambat dan dengan kekuatan yang

lebih berkurang (AHA, 2012). Contoh obat golongan ini adalah

propranolol dan atenolol.

Semua agen β-adrenoreseptor-blocking berguna untuk menurunkan

tekanan darah pada hipertensi ringan sampai sedang. Dalam hipertensi

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

18

berat, beta blocker sangat berguna dalam mencegah refleks takikardia

yang sering dihasilkan dari pengobatan dengan vasodilator langsung.

Beta blocker telah terbukti mengurangi angka kematian setelah infark

miokard dan beberapa juga mengurangi angka kematian pada pasien

dengan gagal jantung (Benowitz,2011).

3) Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)

Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor menghambat converting

enzyme peptidil dipeptidase yang menghidrolisis angiotensin I menjadi

angiotensin II dan menginaktivasi bradikinin, vasodilator kuat, yang

bekerja dengan merangsang pelepasan oksida nitrat dan prostasiklin

(Benowitz, 2011). Contoh obat golongan ini adalah kaptopril dan

lisinopril.

4) Calsium Channel Blocker (CCB)

Selain efek antingina dan antiaritmia, calcium channel blocker juga

mengurangi resistensi perifer dan tekanan darah. Mekanisme aksi pada

hipertensi adalah penghambatan masuknya kalsium ke dalam sel otot

polos arteri (Benowitz, 2011). Kalsium yang masuk ke dalam sel otot

polos dapat menyebabkan kontraksi. Jika otot polos yang berkontraksi

adalah otot polos pada pembuluh darah, maka tahanan vaskular perifer

akan meningkat dan teknan darah akan naik.

Calcium channel blocker menyebabkan relaksasi jantung dan otot

polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap

tegangan, sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

19

dalam sel. Relaksasi otot polos vaskuler menyebabkan vasodilatasi dan

berhubungan dengan reduksi tekanan darah (Sukandar, dkk., 2013).

Contoh obat golongan ini adalah nifedipin, diltiazem, verapamil, dan

amlodipine.

5) Angiotensin Reseptor Blocker

Obat ini bekerja dengan mengeblok reseptor angiotensin, sehingga

ketika angiotensin tidak dapat menduduki reseptornya, efek akan

berubah. Ketika angiotensin menduduki reseptornya akan muncul efek

vasokonstriksi. Dengan demikian, penghambatan terhadap reseptor

tersebut akan menghambat vasokonstriksi dan menghasilkan vasodilatasi.

Contoh obat golongan ini adalah candesartan dan irbesartan.

6) Alfa 1 Blocker

Alfa 1 blocker mengurangi tekanan arteri dengan melebarkan kedua

resistensi dan pembuluh kapasitansi. Umumnya, alfa 1 blocker dianggap

sebagai agen lini kedua yang akan ditambahkan ke sebagian besar agen

lain ketika hipertensi tidak terkontrol secara memadai. Penggunaan alfa 1

blocker sering dibatasi karena keluhan sinkop, pusing, atau jantung

berdebar setelah dosis pertama dan hipotensi ortostatik dengan

penggunaan kronis (Burkhardt, 2008). Contoh obat golongan ini adalah

prasozin, terasozin, dan doxasozin.

7) Agonis Alfa 2 Adrenergik

Obat golongan ini bekerja dengan menstimulasi reseptor alfa 2

adrenergik yang terdapat pada system syaraf pusat. Stimulasi alfa 2

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

20

adrenergik pusat tersebut diperkirakan mengurangi aliran simpatis dan

meningkatkan aktivitas parasimpatis sehingga mengurangi denyut

jantung, curah jantung, dan resistensi perifer total. Kadang-kadang

digunakan untuk kasus-kasus hipertensi resisten (Burkhardt, dkk., 2008).

Contoh obat golongan ini adalah klonidin.

4. Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas menurut

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai

tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan

sehat.

Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada

kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan

karakteristik wilayah kerja dan kemampuan penyelenggaraan.

Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan, Puskesmas dikategorikan menjadi

(Permenkes, 2014) :

a. Puskesmas non rawat inap, yaitu Puskesmas yang tidak

menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan persalinan

normal.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

21

b. Puskesmas rawat inap, yaitu Puskesmas yang diberi tambahan sumber

daya untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan

kebutuhan pelayanan kesehatan.

5. Rekam Medis

Rekam medis menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 adalah berkas yang berisikan catatan dan

dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan

pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis harus dibuat

secara tertulis, lengkap, dan jelas atau secara elektronik. Isi rekam medis untuk

pasien rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya memuat

(Permenkes, 2008) :

a. Identitas pasien,

b. Tanggal dan waktu,

c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat

penyakit,

d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik,

e. Diagnosis,

f. Rencana penatalaksanaan,

g. Pengobatan dan/atau tindakan,

h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien,

i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik, dan

j. Persetujuan tindakan bila diperlukan.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86958/potongan/S1-2015... · salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung

22

Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat

pemeriksaan, dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh

dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola, dan pimpinan

sarana pelayanan kesehatan. Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat

penyakit, riwayat pemeriksaan, dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal

(Permenkes, 2008) :

a. Untuk kepentingan kesehatan pasien,

b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan

hukum atas perintah pengadilan,

c. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri,

d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-

undangan, dan

e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang

tidak menyebutkan identitas pasien.

F. Keterangan Empirik

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik

pasien (meliputi jenis kelamin, umur, tingkat tekanan darah, dan penyakit

penyerta), pola penggunaan obat antihipertensi (nama obat dan penggunaan

tunggal atau kombinasi), dan kesesuaian penggunaan obat antihipertensi dengan

standard JNC 7 dan Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2011 pada pasien

hipertensi di Puskesmas Banguntapan I Kabupaten Bantul periode Januari-

Desember 2014.