BAB II - abstrak.ta.uns.ac.id · 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Renang Gaya Crawl...
Transcript of BAB II - abstrak.ta.uns.ac.id · 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Renang Gaya Crawl...
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Renang Gaya Crawl
a. Pengertian Renang Gaya Crawl
Renang gaya crawl menyerupai cara berenang seekor binatang, oleh
sebab itu disebut dengan “crawl” yang artinya merangkak. Gerakan asli dari gaya
ini adalah menirukan gerakan dari anjing yang berenang atau dikenal juga dengan
“renang anjing” (dog-style). Gaya crawl ini juga disebut dengan gaya rimau, yang
berasal dari kata “harimau”.
Renang gaya crawl ini adalah gaya dalam renang yang paling sering
digunakan dalam perlombaan renang nomor renang gaya bebas, karena renang
gaya crawl adalah gaya dalam renang yang paling cepat jika dibandingkan dengan
gaya lainnya. Indik karnadi (2008:2.3) berpendapat bahwa “dalam renang gaya ini
memiliki koordinasi gerak yang baik dan hambatannya paling minim. Ciri khas
dari renang gaya ini adalah gerakan lengannya berputar mirip dengan gerakan
baling-baling pesawat dan gerakan tungkai tungkainya naik turun secara
menyilang”. Ermat Suryatna & Adang Suherman (2004:67) mengatakan hasil
catatan sejarah kompetisi renang Olimpiade menunjukan bahwa tidak ada stroke
lain yang sebanding dengan stroke gaya bebas ini, bila dilihat dari kecepatan
luncuran yang dihasilkan.
Gaya crawl oleh sebagian orang disebut gaya bebas. Istilah ini
kurang tepat, sebab gaya bebas merupakan nama pada nomor perlombaan
renang, sedangkan gaya crawl merupakan salah satu teknik renang. Pada setiap
perlombaan nomor gaya bebas hampir semua perenang memilih gaya crawl
oleh sebab itu gaya crawl sering disebut sebagai gaya bebas. Dalam aturan
FINA (Federation Internationale De Natation) (2013:193) disebutkan bahwa
gaya bebas (freestyle) berarti nomor perlombaan yang memungkinkan perenang
menggunakan berbagai macam gaya, kecuali pada nomor gaya ganti atau
12
individu, gaya bebas berarti bebas menggunakan gaya selain gaya punggung
(backstroke), gaya dada (breaststroke) atau gaya kupu-kupu (butterfly).
Renang gaya crawl merupakan cara berenang dengan badan telungkup
kemudian lengan bergerak menjangkau jauh kedepan secara bergantian seperti
baling-baling dan gerakan kaki yang bergerak mencambuk air naik turun secara
bergantian.
b. Teknik Renang Gaya Crawl
1) Posisi Badan
Untuk bisa berenang gaya crawl secara efisien ternyata terdapat
beberapa kunci utamanya, yaitu dengan memperkecil tahanan air (drag) dan
memperbesar gaya dorong (propulsi). Anandita (2010:33) mengatakan bahwa
“jika memperbesar gaya dorong kita bisa berenang lebih efisien hingga 30%,
sedangkan jika memperkecil tahanan air, kita bisa berenang lebih efisien
hingga 70%.”
Menurut Anandita (2010:33) bahwa untuk memperkecil tahanan air
ada beberapa kunci, yang pertama adalah body strime line yaitu posisi badan
dengan memasukkan kepala ke dalam air dan arahkan pandangan ke dalam
kolam, maka tungkai kita akan bisa mengapung dengan mudah. Kedua, jadikan
tubuh kita lebih panjang, cara agar tubuh kita bisa menjadi lebih panjang
adalah dengan menyorongkan lengan ekstensi kita sejauh-jauhnya ke depan.
Jadi begitu tangan masuk kedalam air jangan langsung mengayun tapi julurkan
beberapa saat sejauh mungkin ke depan. Ketiga, miringkan tubuh kita (body
rolling) ke sisi kiri dan ke sisi kanan. Kemiringan ini bukan hanya dada,
melainkan seluruh tubuh, tahanan air akan lebih kecil ketika tubuh kita
miringkan.”
Sedangkan Indik Karnadi (2008:2.3) berpendapat bahwa dalam
bernapas sikap kepala harus menoleh kearah samping, bukan mengangkat
kepala, jadi gerakan kepala harus pada axis garis sepanjang badan, bukan axis
garis kiri atau kanan. Kepala merupakan sebuah kemudi, apabila kita
mengangkat kepala keatas saat mengambil napas, maka Hukum Newton akan
berlaku yang mengakibatkan tubuh bagian bawah akan turun yaitu pinggang
13
dan tungkai. Dalam melakukan dayungan juga akan mempengaruhi sikap
badan yang strime line, apabila terlalu melakukan dorongan yang keras kearah
bawah saat melakukan dayungan akan mengakibatkan tubuh terdorong ke atas
sebagaimana Hukum Newton ke III aksi reaksi.
Jadi posisi badan dalam melakukan gerakan renang gaya crawl adalah
mengapung, telungkup, horizontal dengan permukaan air (strime line), dan
ketika melakukan gerakan mengayun memperkecil dorongan kearah bawah dan
atas sehingga tubuh tidak naik dan turun (stabil) dan ketika mengambil napas
kepala tidak diangkat namun ditolehkan kearah samping. Semua hal tersebut
dimaksudkan untuk memperkecil tahanan.
Gambar 2.1 Posisi Badan Strime Line pada Renang Gaya Crawl
(Ermat Suryatna & Adang Suherman, 2004:72)
2) Gerakan lengan
Ermat Suryatna dan Adang Suherman (2004:67) mengatakan bahwa
Sumber penghasil power yang utama dalam gaya bebas datangnya dari
kayuhan kedua lengan, yang secara bergantian melaukukan recovery di udara
dan melakukan dorongan keseimbangan terhadap gerakan lengan dengan cara
melakukan gerakan kebawah dan atas di dalam udara. Hal serupa juga
diungkapkan Sukintoto dan Sukarno (1983:91) dalam renang gaya crawl
gerakan maju sebagian besar ditentukan oleh gerakan lengan, sedangkan
gerakan kaki terutama berfungsi sebagai alat keseimbangan dan alat untuk
menjaga agar kaki tetap tinggi untuk memperoleh posisi datar.
Indik karnadi (2008:2.11) menjelaskan bahwa dalam melakukan
gerakan lengan gaya crawl kedua lengan secara bergantian bergerak
mendayung kearah depan mirip dengan gerakan baling-baling pesawat. Siklus
gerakan lengan dalam gaya crawl ini dimulai dengan entry (masuk dalam air),
pull-push (tarikan dan dorongan) dan recovery (pengembalian).
14
a) Entry, yaitu gerakan masuknya lengan dan tangan ke dalam air, yang
masuk terlebih dahulu adalah jari kelingking, dan gerakannya dilakukan
dengan halus tidak dipukulkan. Entry dilakukan oleh ujung jari masuk
terlebih dahulu kedalam air kira-kira 30 cm di depan kepala. Siku masih
tertekuk dan masih tinggi, tangan masuk kedalam air secara menusuk.
Gambar 2.2 Gerakan Lengan Masuk ke Dalam Air (Entry)
(Indik Karnadi, 2008:2.11)
b) Pull-push, setelah entry dimulai lengan diusahakan lurus, posisi siku
lebih tinggi dari telapak tangan. kemudian dimulailah tarikan lengan
(pull), tarikan dilakukan dibawah badan dengan cara membengkokan
siku ke arah dalam dengan sudut bengkok sekitar 45-90 derajat, tarikan
dimulai dari dari pelan kearah cepat sehingga menghasilkan dorongan
yang efektif. Tangan terus menekan air dan membentuk huruf “S”
sepanjang tarikan dan berhenti sewaktu tangan melewati bawah bahu dan
dada, dimana tekanan siku mencapai maksimal. Setelah telapak tangan
mencapai garis bahu dimulailah dorongan lengan (push) dengan
mengubah arah telapak tangan tertuju pada paha, dorongan berakhir
ketika ibu jari mencapai paha.
Gambar 2.3 Gerakan Lengan Mendayung Menyerupai Huruf “S”
(Indik Karnadi, 2008:2.13)
c) Recovery, dilakukan dengan mengangkat siku keluar dari permukaan air
dan mengarahkan kedepan, lengan bawah dan telapak tangan mengikuti
15
gerakan siku. Gerakan ini di lakukan dengan rileks dan tidak
diperkenankan melempar lengan ke arah kanan atau kiri tetapi ke arah
depan. Jika lengan mengarah ke arah kanan atau kiri badan akan
menyebabkan renang berbelok-belok.
Gambar 2.4 Gerakan Lengan Saat Recovery
(Indik Karnadi, 2008:2.15)
Urutan gerakan lengan gaya crawl seperti pada gambar 2.5 dengan
urutan yaitu pertama posisi lengan kiri pada saat permulaan recovery, dengan
mulai mengangkat siku yang tinggi. Sedangkan lengan kanan telah melakukan
entry dan mulai bergerak pada tarikan lengan (pull). Kemudian posisi tangan
kiri tepat berada recovery, disini terlihat urutan siku paling tinggi sedangkan
jari-jari tangan tarikan paling bawah, dimana lengan membengkokkan ke arah
dalam. Lalu posisi lengan kiri berada pada entry dengan jari-jari masuk lebih
dahulu, sedangkan posisi lengan kanan pada tahap akhir dari tarikan.
Kemudian posisi lengan kiri pada permulaan tarikan lengan, sedang posisi
lengan kanan berada pada tahap dorongan, telapak tangan berubah dari arah
diagonal ke arah paha kanan. Kecepatan dayungan mencapai maksimal. Posisi
lengan kiri masih pada permulaan tarikan lengan. Dengan arah telapak tangan
agak ke luar. Sedangkan posisi lengan kanan pada akhir dari dorongan, di mana
jari telah menyentuh paha. Pada dayungan bebas. Dari entry jari-jari tangan,
tarikan di mana lengan dari keadaan lurus kemudian dibengkokkan dengan ke
arah dalam, dan dorongan lengan di mana telapak tangan mengarahkan ke luar.
Telapak tangan mula-mula menghadap ke luar, kemudian menghadap ke dalam
dan akhirnya menghadap ke luar lagi.
16
Gambar 2.5 Urutan Gerakan Lengan Gaya Crawl
(Indik Karnadi, 2008:2.16)
3) Gerakan Tungkai
Dalam renang gaya crawl fungsi gerakan tungkai adalah sebagai
stabilisator dan membantu untuk gerakan tubuh kedepan. Dalam renang gaya
crawl sumber utama gerakan maju perenang adalah luncuran dan gerakan
dayungan lengan, namun gerakan dari tungkai juga memberikan kontribusi
untuk gerakan maju perenang. Anandita (2010:34) mengatakan bahwa
“gerakan tungkai seperlunya, sekedar untuk mengimbangi gerakan tubuh
lainnya. Kecuali pada perlombaan sprint, kita bisa mempercepat gerakan
17
tungkai untuk menambah dorongan”. Dalam beberapa penelitian yang di kutip
Indik Karnadi (2008:2.6) menyebutkan bahwa :
a) Pemakaian energi pada renang gaya crawl dengan menggunakan tungkai
saja lebih banyak dari pada renang dengan lengan saja atau renang
dengan memakai lengan dan tungkai.
b) Pemakaian energi pada renang dengan lengan saja, kurang kurang
daripada dengan lengan dan tungkai pada kecepatan renangan rendah.
Akan tetapi pada kecepatan tinggi, pemakaian energi renang yang
menggunakan lengan saja menjadi lebih banyak dibandingkan dengan
renang yang menggunakan lengan dan tungkai.
Jadi sebaiknya untuk nomor perlombaan renang gaya bebas yang
menggunakan gaya crawl pada sprint sebaiknya menggunakan perpaduan
gerakan tungkai dan lengan secara maksimal. Gerakan kaki haruslah dilakukan
dengan frekuensi tinggi atau pada umumnya dilakukan dengan 6 kali
tendangan untuk setiap satu kali putaran lengan. Sedangkan pada nomor jarak
menengah atau jauh (800 meter dan 1500 meter) menggunakan 2 kali
tendangan setiap satu kali putaran lengan, karena kemampuan jantung untuk
menyalurkan darah pada lengan dan tungkai secara bersamaan dan dengan
kebutuhan yang tinggi terbatas.
Gerakan tungkai kaki gaya crawl dilakukan naik turun bergantian
secara menyilang, gerakannya mirip dengan gerakan sewaktu berjalan, seperti
pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.6 Gerakan Tungkai Gaya Crawl Mirip Gerakan Berjalan
(Indik Karnadi : 2008:2.7)
Gerakan tungkai dalam renang gaya crawl sebagai berikut :
a) Gerakan kaki dilakukan dengan naik turun pada bidang vertikal,
bergantian antara tungkai kanan dan kiri.
18
b) Gerakan dimulai dari pangkal paha dan pada gerakan menendang
(kebawah) tertekuk pada lutut, untuk kemudian diluruskan pada akhir
tendangan.
c) Pada saat tendangan dilakukan, telapak kaki bergerak , tungkai lurus dan
telapak kaki bengkok pada akhir dari tendangan. Jadi gerakan telapak
kaki dari plantar flexi dorsal flexi.
d) Gerakan tungkai ke atas dilakukan dengan sikap yang lurus. Amplitudo
gerakan yaitu jarak antara satu tungkai maksimal di atas dan tungkai
yang lain maksimal dibawah kira-kira 25 sampai 40 cm. Sedang ritme
atau kecepatan gerakan, tergantung dari masing-masing perenang.
e) Mengenai kekuatan atau kecepatan gerakan tungkai adalah sebagai
berikut : pada gerakan ke bawah atau gerakan tendangan dilakukan
dengan keras (kekuatan penuh), sedangkan pada waktu gerakan kaki ke
atas dilakukan dengan agak pelan (rileks).
Urutan gerakan tungkai dan kaki dalam gaya crawl seperti pada
gambar 2.7 berikut ini :
Gambar 2.7 Urutan Gerakan Tungkai Renang Gaya Crawl
(Indik Karnadi, 2008:2.8-2.10)
1
3
2
4
5 6
8 7
19
Kesalahan umum dalam melakukan gerakan tungkai dalam renang
gaya crawl antara lain :
a) Poros gerakan tungkai kaki tidak mempergunakan sendi panggul, tetapi
sendi lutut. Akibatnya tidak ada cambukan tetapi gerakannya seperti
mendayung sepeda.
b) Gerakan kaki ditekuk terlampau tinggi, sehingga keluar dari permukaan
air. Hal ini akan menghasilkan gerakan mencebu-cebur atau geraknnya
terlampau kecil (amplitudonya sempit) dan menghasilkan gerakan kaki
yang menggelepar.
c) Gerakan tungkai kaki kuat sebelah, hal ini akan menghasilkan cambukan
yang tidak seimbang.
4) Pernapasan
Kemampuan mengendalikan napas dalam renang gaya crawl sangat
diperlukan, jika tidak dapat melakukan teknik pengambilan napas dengan baik
dapat menggangu atau merusak gerakan renang keseluruhan dan mengurangi
kecepatan. Sukintoko & Sukarno (1983:99) menjelaskan bahwa “dalam
pengambilan napas dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu dengan
pengambilan napas secara eksplosif dan ritmis, pengambilan napas eksplosif
dilakukan dengan pengambilan napas melalui mulut dan hidung ketika kepala
ditolehkan kesamping keluar dari permukaan air dan napas dibuang di luar air
sesaat sebelum pengambilan napas, sedangkan pengambilan napas ritmis
dilakukan dengan mengambil napas melalui mulut dan hidung ketika kepala
ditolehkan kesamping dan membuang napas secara perlahan melalui mulut dan
hidung ketika berada di dalam air.”
Menurut anandita (2010:33) “ada beberapa kunci agar renang gaya
crawl dapat lebih efisien, salah satunya dengan menjaga ritme pernapasan dan
sebisa mungkin melakukan pernapasan dua sisi (bilateral breathing), yakni
dengan mengambil napas setiap tiga kali dayungan lengan sehingga akan
bergantian ke sisi kanan dan kiri dengan harapan tubuh kita akan tetap
seimbang”.
20
Pernapasan dalam renang gaya crawl akan sangat mempengaruhi
posisi badan untuk strime line. Putaran kepala untuk mengambil napas harus
dilakukan dengan axis (sumbu putar) garis sepanjang badan sehingga kepala
tidak akan naik terlalu tinggi dari permukaan air dan sesuai hukum Newton III
maka tubuh bagian bawah akan turun sehingga posisi badan sudah tidak strime
line lagi.
Dalam melakukan pernapasan dilakukan ketika lengan kanan masuk
kedalam air (entry) dan melakukan dayungan (push) kepala menoleh ke sisi
kanan dan mengambil napas melalui mulut lebar lebar pada ketinggian
permukaan air yang ditimbulkan oleh kepala. Dan ketika lengan kanan
melakukan recovery kepala ditolehkan kebawah dan mata melihat arah kolam.
Pengeluaran napas tepat sebelum kepala diputar untuk mengambil napas.
Anandita (2010:93) mengatakan bahwa pada perenang jarak pendek
(sprint) dengan jarak 50 meter dan 100 meter biasanya perenang menahan
nafas selama mungkin karena kecepatan mereka akan berkurang ketika
mengambil napas, baru ketika tidak mampu lagi mereka akan mengambil
napas.
5) Koordinasi gerakan
Koordinasi gerakan gaya crawl adalah serangkaian gerakan yang
terpadu dari semua unsur gerakan yang ada pada gaya crawl yaitu mulai dari
meluncur yang dilanjutkan dengan gerakan tungkai, lengan, pernapasan dengan
seksama sehingga terwujudlah suatu gaya crawl yang baik. Yang perlu
diperhatikan pertama adalah setelah melakukan luncuran membuat posisi tubuh
untuk menjadi strime line, kemudian melakukan gerakan koordinasi antara
lengan dan tungkai yang seirama, apakah menggunakan 6 kali tendangan setiap
satu kali dayungan lengan kemudian mengkoordinasikan dengan gerakan
pernapasan.
David G.Thomas.MS (2007:16) menjelaskan bahwa ada berbagai
variasi dalam pola koordinasi tungkai lengan yang sering digunakan oleh
perenang kelas dunia, ada yang menggunakan pola klasik 6-hitungan, terutama
21
para perenang cepat dan ada yang menggunakan pola 4 atau 2-hitungan
terutama perenang jarak jauh.
c. Mekanika Fluida dan Prinsip Dalam Renang Gaya Crawl
Tubuh manusia pada dasarnya dirancang untuk kegiatan di daratan,
sehingga butuh banyak adaptasi untuk melakukan kegiatan/gerakan di dalam air
seperti viskositas air, tekanan di dalam air, gesekan dengan air, tahanan dan
sebagainya.
Di dalam olahraga renang terdapat suatu prinsip mengeluarkan tenaga
sekecil-kecilnya dan memperoleh laju seoptimal mungkin. Untuk
mengimplementasikan prinsip tersebut, maka diperlukan suatu penerapan
pengetahuan khususnya tentang teori mekanika fluida renang. Fluida merupakan
zat alir seperti contonya adalah udara dan air. Dalam mekanika zat cair dikenal
adanya gaya apung dan gaya dinamis. McGinnis (2005:194) mengatakan bahwa
ada dua macam gaya yang bekerja pada benda yang berada dalam zat cair, yaitu
gaya apung karena perendaman dalam cairan dan gaya dinamis fluida karena
gerak relatif dalam cairan.
Gambar 2.8 Tekanan pada Zat Cair
(McGinnis, 2005:196)
Dalam hubungannya dengan gaya apung terdapat faktor yang menjadi
penyebabnya, yaitu tekanan dan berat jenis. Menurut McGinnis (2005:194)
mengatakan bahwa air memberikan tekanan, tekanan air bekerja pada semua arah
dengan besar yang sama selama pada level yang sama, semakin dalam posisi di
dalam air maka semakin besar pula tekanannya. Oleh karena itu posisi perenang
22
adalah sedatar mungkin dengan permukaan air, sehingga tekananya akan semakin
kecil. Semakin dalam posisi perenang di dalam air maka semakin besar pula
tekanan yang akan diterima oleh perenang termasuk tekanan dari arah depan
tubuh perenang yang akan menghambat gerakan maju perenang. Tekanan
didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. 1 meter3 air besarnya gaya 97800 N,
sehingga tekanan dalam air pada kedalaman 1 meter adalah 9800N/m3.
Selanjutnya besarnya gaya apung sama dengan besarnya volume air yang
dipindahkan oleh objek. McGinnis (2005:196) untuk sebuah objek dapat
mengapung, maka gaya apung harus sama besarnya dengan berat objek tersebut.
Selain berat sebuah objek yang dapat mempengaruhi gaya apung di dalam air
adalah massa jenis. Pada tubuh seorang perenang otot dan tulang memiliki massa
jenis yang lebih besar dari pada air (massa jenis air 1000 kg/m3), namun lemak
memiliki massa jenis lebih kecil dari massa jenis air. Seseorang yang memiliki
lebih sedikit lemak akan lebih mudah mengapung karena paru-paru dan rongga-
rongga tubuh lainnya memungkinkan untuk terisi oleh udara dan gas lain yang
memiliki massa jenis lebih kecil dari air. Sehingga menambah kapasitas tubuh
tesebut untuk dapat mengapung.
Gaya dinamis fluida disebabkan karena gerak relatif, bisa terjadi ketika
air yang bergerak dan melewati sebuah objek yang diam, maupun sebuah objek
yang bergerak di dalam air yang diam. Besarnya gaya tarik/drag ini sebanding
dengan percepatan/perlambatan dari molekul zat cair saat sebuah objek bergerak.
Gaya dinamis fluida sebanding dengan kepadatan cairan, luas permukaan objek
yang tenggelam dalam cairan, dan kuadrat yang sama dari kecepatan relatif dari
objek untuk cairan. Gaya dinamis fluida ini dihasilkan dari dua komponen yaitu
gaya tarikan/drag dan gaya dorongan. Gaya tarikan/drag dihasilkan oleh dua cara
yang berbeda yaitu gaya tarikan/drag permukaan dan bentuk tarikan/drag. Gaya
tarikan permukaan sering disebut sebagai gaya gesek, yaitu gaya gesekan antara
permukaan dengan molekul zat cair. Gaya gesek permukaan sebanding dengan
total massa molekul yang diperlambat oleh gaya gesek dan rata-rata perubahan
kecepatan dari molekul tersebut.
Bentuk hambatan merupakan salah satu dari yang menyebabkan
hambatan, bentuk hambatan ini terjadi ketika sebuah molekul yang bergerak
23
kemudian menabrak sebuah objek kemudian memantul dan mendorong molekul-
molekul lain. Bentuk dari gerakan molekul-molekul tersebut cenderung mengikuti
bentuk objek yang bergerak di dalam air tersebut. McGinnis (2005:201)
menggambarkan contoh aliran laminar (mulus) dan aliran air yang menimbulkan
turbulensi, seperti pada gambar 2.9 berikut :
Gambar 2.9 Contoh Aliran Dalam Air
(McGinnis, 2005:201)
Seperti halnya dengan gaya hambatan permukaan/gaya gesek, bentuk
hambatan juga dipengaruhi oleh tekstur permukaan. Permukaan kasar akan
menyebabkan aliran turbulen dengan kecepatan lebih rendah dari permukaan
halus. Telah sampaikan di atas bahwa besarnya gaya tarik dipengaruhi oleh
koefisien gaya tarik, kepadatan fluida, area objek dan kecepatan relative objek
sehubungan dengan cairan.
Tidak seperti halnya dengan lumba-lumba yang dapat berenang tanpa
menimbulkan turbulensi sebesar manusia karena manusia menggunakan gerakan
lengan dan tungkai untuk menghasilkan gerakan kedepan dalam berenang. Untuk
mengurangi turbulensi maka perenang dapat memperkecil hambatan dan gesekan
dengan cara memposisikan badan sedatar mungkin dengan permukaan air (stream
line) dan memperkecil gesekan permukaan tubuh dengan air dengan memakai
pakaian renang yang khusus, bahkan mencukur bulu pada tubuhnya untuk
memperkecil gesekan.
24
Setiap pergerakan maju dalam gerakan renang merupakan hasil dari dua
kekuatan, yaitu kekuatan tahanan dan dorongan. Kekuatan yang pertama adalah
kekuatan yang disebut tahanan atau hambatan yaitu kekuatan yang menahan
perenang untuk bergerak maju yang disebabkan oleh air di depan perenang yang
menahan untuk bergerak maju. Kemudian kekuatan yang kedua adalah dorongan
yaitu kekuatan yang menyebabkan perenang bergerak maju yang dihasilkan oleh
gerakan lengan dan tungkai dalam berenang. Kedua kekuatan tersebut
mempengaruhi dalam gerakan berenang ke depan, maka perenang harus
memahami dan mampu mengembangkan kekuatan-kekuatan tersebut untuk dapat
memaksimalkan pergerakan renangnya untuk mencapai prestasi renang yang baik
dimana perenang harus mampu mengurangi dan melawan tahanan serta
memperbesar dorongan.
1) Prinsip Tahanan
Terdapat tiga jenis tahanan dalam berenang, yaitu :
a) Tahanan Depan
Menurut Indik Karnadi (2008,1.15) tahanan depan adalah tahanan
yang secara langsung menahan badan perenang. Tahanan ini disebabkan
oleh air yang berada di depan perenang. Sedangkan Sukintoko dan
Sokarno (1983,74) berpendapat bahwa hambatan depan ialah hambatan
terhadap gerakan maju yang ditimbulkan oleh air yang ada di depan
perenang atau di depan setiap bagian tubuhnya. Jadi tahanan depan adalah
tahanan yang disebabkan oleh air yang berada di depan perenang atau air
yang berada di depan dari luas permukaan tubuh perenang secara vertikal
yang menghalangi gerakan maju dari perenang. Tahanan depan ini besar
sehingga perenang perlu memperhatikan bagaimana untuk memperkecil
hambatan depan ini, salah satu caranya adalah dengan memperkecil luas
permukaan tubuh perenang secara vertikal.
b) Tahanan geseran air
Tahanan geseran air disebabkan oleh gerakan air yang melewati
atau melalui tubuh perenang. Air yang bergeseran dengan tubuh perenang
ini menghasilkan hambatan atau tahanan bagi perenang. Namun tahanan
25
yang dihasilkan sangat kecil, sehingga hanya sedikit berpengaruh terhadap
gerakan maju dari perenang.
c) Tahanan Pusaran Air
Tahanan pusaran air adalah tahanan yang disebabkan oleh air
yang tidak cepat mengisi di belakang bagian-bagian yang kurang datar
sehingga badan harus menarik sejumlah molekul-molekul air.
Di dalam berenang posisi badan perenang di dalam air dapat
diubah menjadi sedemikian rupa sehingga mendapatkan bentuk yang
mempunyai tahanan yang sangat kecil. Posisi badan yang paling baik dan
mempunyai tahanan sangat kecil adalah posisi badan strime line, yaitu
posisi badan atau bentuk bdan yang sangat datar atau sejajar dengan
permukaan air sehingga tahanan depan menjadi kecil.
Gambar 2.10 Tahanan dalam Renang Gaya Crawl
(Sukintoko & Sukarno, 1983:76)
2) Prinsip Dorongan
Dorongan adalah kekuatan yang mendorong perenang maju kedepan.
Dorongan dihasilkan oleh lengan maupun tungkai perenang yang melakukan
gerakan menekan air kebelakang. Prinsip yang selalu digunakan dalam teknik
setiap gaya adalah hukum Newton III yaitu hukum aksi reaksi. Dalam hukum
tersebut menyatakan bahwa setiap aksi akan menimbulkan reaksi yang
besarnya sama dengan besar aksi dan berlawanan arah dengan aksi.
Pada renang gaya crawl tendangan tungkai dan dayungan lengan
(aksi) akan mengakibatkan badan perenang maju ke depan (reaksi), sehingga
makin kuat tendangan tungkai dan dayungan lengan makin kuat atau besar
pula pergerakan maju perenang.
26
Gambar 2.11 Aksi Reaksi Dalam Renang Gaya Crawl
(Indik Karnadi, 2008:1.20)
Hukum Aksi dan reaksi juga bekerja pada kecepatan dayungan
lengan, kecepatan dayungan renang bertujuan untuk mempercepat gerakan
maju tubuh perenang. Pada gambar 2.12 berikut tergambarkan posisi gerakan
dalam dayungan lengan dan hukum aksi reaksi yang bekerja.
Gambar 2.12 Aksi Reaksi Dayungan Lengan Dalam Renang Gaya Crawl
(Indik Karnadi, 2008:1.22)
Pada gerakan lengan yang mengarah ke bawah (A) harus dilakukan
dengan gerakan yang rileks/tidak kuat, karena apabila dilakukan dengan kuat
maka akan timbul reaksi yang kuat pula, sesuai dengan hukum Newton aksi
reaksi yang akan mengakibatkan tubuh bagian depan terdorong ke atas dan
bagian tubuh belakang turun, tenaga yang dikeluarkan tidak menghasilkan
gerakan maju namun justru keatas dan membuat posisi badan menjadi tidak
strime line. Kemudian pada gerakan mendayung ke arah belakang (B),
merupakan gerakan dorongan ke belakang, sesuai dengan hukum Newton
aksi reaksi maka apabila kita melakukan dorongan kebelakang akan muncul
reaksi yang mendorong kita kedepan, maka semakin memperbesar tekanan ke
belakang akan memperbesar pula dorongan yang akan mengakibatkan tubuh
Aksi Reaksi Aksi
27
bergerak maju. Dan kemudian pada gerakan menarik ke atas (C) harus
dilakukan dengan rileks agar tidak mengakibatkan tubuh tertekan ke bawah
dan menjadi tidak strime line.
Dorongan juga dapat diberikan oleh gerakan tangan, dimana posisi
tangan yang paling baik adalah tangan dalam posisi datar, kelima jari-jari
tidak rapat da tidak terbuka lebar. Tangan dan jari-jari tangan dalam keadaan
rileks. Sebuah penelitiaan menyatakan bahwa sikap tangan datar dengan jari-
jari sedikit terbuka memberikan tahanan yang paling besar atau dengan kata
lain posisi tersebut mendorong air lebih banyak. Pada kecepatan tertentu air
tidak mudah melewati lubang diantara jari-jari tangan, dengan demikian maka
penampang tangan dan jari-jarinya menjadi lebih luas sehingga air yang di
dorong kebelakang lebih banyak.
Mekanika dorongan dari gaya dalam renang harus menggunakan
prinsip kelangsungan gerakan. Penggunaan dorongan maju yang teratur
adalah lebih efektif dari pada penggunaan yang tak teratur untuk mendorong
tubuh kedepan. Inilah salah satu sebab gaya crawl merupakan gaya yang
lebih cepat dibanding dengan gaya kupu-kupu (butterfly) atau dada
(breaststroke). Dalam melaksanakan dorongan harus selalu diingat prinsip
gerakan yang berkelanjutan (the contunuity of moment). Dalam melakukan
dayungan lengan maupun tendangan tungkai adalah lebih efisien gerakan
yang terus-menerus daripada gerakan lengan yang besar tetapi terputus-putus.
d. Prestasi Renang Gaya Crawl 50 meter
Secara umum prestasi olahraga merupakan hasil yang dicapai oleh atlet
pada cabang olahraga tertentu, setelah mengikuti dan memenangkan suatu
perlombaan/pertandingan. Dalam olahraga renang prestasi renang adalah
kemampuan seorang perenang melakukan gerakan renang dalam menempuh jarak
tertentu dengan waktu yang secepat-cepatnya. Jadi dalam perlombaan renang gaya
crawl 50 meter prestasinya adalah perenang yang mampu berenang dengan
menggunakan gaya apa saja selain gaya punggung (backstroke), gaya dada
(breaststroke) dan gaya kupu-kupu (butterfly) sejauh 50 meter dalam waktu yang
secepat-cepatnya.
28
Menurut Magill (1993:258) . Jadi faktor genetik dan nongenetik dalam
hubunganya dengan kemampuan gerak individu seperti luas persegi panjang yang
di tentukan oleh panjang dan lebar. Dan kemampuan gerak individu yang baik
menjadi sebuah modal dasar dan modal yang besar untuk pencapaian prestasi
olahraga yang maksimal.
Gambar 2.13 Penampilan Prestasi Olahraga
(M Furqon H, 1995:7)
M. Furqon H (1995:5) menjelaskan bahwa, prestasi olahraga adalah
tindakan yang sangat kompleks yang tergantung kepada banyak faktor, kondisi,
dan pengaruh-pengaruh lain. Selanjutnya Martin dalam M. Furqon H (1995:5)
menetapkan unsur-unsur prestasi olahraga sebagai berikut:
1) Keterampilan dan teknik yang diperlukan, dikembangkan, dikuasai, dan
dimantapkan (diotomatisasikan).
2) Kemampuan-kemampuan yang didasarkan pada pengaturan-pengaturan
latihan penyehatan badan, kemampuan gerak, kemampuan belajar dan
koordinasi.
3) Tingkah laku yang memadai untuk situasi sportif tertentu, misalnya
perubahan kompetitif atau kondisi-kondisi latihan, stress, kekalahan dan
sebagainya.
4) Pengembangan strategi (taktik)
Prestasi
Olahraga
Unsur-unsur
prestasi
psikologis
Unsur prestasi
dari luar Unsur-unsur
prestasi
gerakan
Tingkah laku
taktis Unsur-unsur
prestasi
kondisional
Unsur-unsur
prestasi
koordinatif
29
5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial.
Prestasi olahraga merupakan gabungan dari watak pribadi, kemampuan
dan bakat yang bearsal dari dalam (Inner factor) yang kurang lebih bisa
dipengaruhi dengan latihan, sedangkan faktor lain juga disebut (outer factor)
seperti faktor lingkungan, berupa unsur-unsur seperti perlengkapan, fasilitas,
lawan, penonton, cuaca, iklim dan sebagainya.
Prestasi olahraga mampu tercapai dengan baik akibat dari latihan yang
terprogram, teratur, dan terukur dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dan
teknologi. Selain itu M. Anwar Pasau dalam Sajoto (1988:3) berpendapat bahwa
faktor-faktor penentu pencapaian prestasi prima dalam olahraga dikelompokkan
dalam 4 aspek :
1) Aspek biologis
a) Kemampuan dasar tubuh (fundamental motor skill)
b) Fungsi organ tubuh
c) Postur dan organ tubuh
d) Gizi
2) Aspek psikologis
a) Intelektual
b) Motivasi
c) Kepribadian
d) Koordinasi kerja otot dan saraf
3) Aspek lingkungan
a) Sosial
b) Prasarana dan sarana olahraga
c) Cuaca iklim sekitar
d) Orang tua keluarga dan masyarakat
4) Aspek penunjang
a) Pelatih yang berkualitas
b) Program yang tersusun secara sistematis
c) Penghargaan dari masyarakat dan pemerintah
30
2. Karakteristik Usia 10-15 Tahun
Pada perempuan umur 10-15 tahun merupakan periode masa remaja.
Gallahue dan Ozmun (1998:337) mengatakan Pada mulanya masa remaja terjadi
pada rentang umur 13-18 tahun, namun sekarang terjadi lebih awal yakni pada
rentang umur 10-20 tahun atau lebih. Hal serupa dikatakan oleh sugiyanto (1998:48)
yang dipaparkan pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Periodisasi perkembangan berdasarkan umur kronologis.
Periode Perkembangan Perkiraan Umur Kronologis
Fase sebelum lahir :
Awal
Embrio
Janin
Selama 9 bulan 10 hari
Saat pembuahan sampai 2 minggu
2 sampai 8 minggu
8 minggu sampai menjelang lahir
Bayi :
Neonatal
Saat lahir sampai 1 atau 2 tahun
Saat lahir sampai 4 minggu
Anak-anak :
Anak kecil
Anak besar
1 atau 2 sampai 6 tahun
6 sampai 10 tahun
Adolesensi :
Perempuan
Laki-laki
10 sampai 18 tahun
12 sampai 20 tahun
Dewasa:
Dewasa muda
Dewasa madya
Dewasa tua
18 atau 20 sampai 40 tahun
40 tahun sampai 60 tahun
60 tahun lebih
Sugiyanto (1998:176) mengatakan bahwa adolesensi atau masa remaja
adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Adolesensi dimulai
dengan percepatan rata-rata pertumbuhan sebelum mencapai kematangan seksual,
kemudian timbul fase perlambatan dan berhenti setelah tidak terjadi pertumbuhan
31
lagi, yaitu setelah mencapai masa dewasa. Berikut di paparkan Sugiyanto (1998:176)
mengenai karakteristik yang terjadi pada masa adolesensi :
a. Ukuran dan proporsi tubuh
Perempuan akan mengalami pertumbuhan yang lebih ceapat di awal
masa adolesensi dibanding laki-laki, akan tetapi keadaan itu tidak akan lama,
dan kemudian pertumbuhan laki-laki akan mengungguli pertumbuhan
perempuan, seperti tinggi togok, panjang tungkai, lebar bahu, lebar pinggul,
ukuran lengan dans ebagainya. Kematangan organ reproduksi juga sudah di
mulai pada masa adolesensi ini, dimana pada perempuan sudah mulai
mengalami menstruasi, tumbuhnya buah dada, rambut kemaluan, rambut ketiak,
dan pada laki-laki percepatan pertumbuhan kantung kemaluan dan testis, tumbuh
rambut kemaluan dan ketiak, tumbuh jakun dan sebagainya.
Peningkatan yang pesat pada perempuan terjadi pda rentang umur 11
hingga 13,5 tahundengan pertambhan tinggi rata-rata 3,25 inchi (8,25 cm) setiap
tahun, sedangkan pada laki-laki antara usia 13 hingga 15,5 tahun dengan
pertambhan rata-rata 4 inchi (10,16 cm) setiap tahun.
b. Pertumbuhan jaringan tubuh
Pertumbuhan jaringan tubuh berkaitan dengan bertambahnya tulang dan
jaringan lemak yang sejalan dengan penambahan tinggi dan berat
badan.pertumbuhan tulang dan otot sama antara laki-laki dan perempuan, namun
penurunan volume jaringan lemak lebih nampak pada laki-laki, sehingga
perempuan menjadi lebih berlemak dan laki-laki berotot.
c. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiolgis yang terjadi pada masa adolesensi baik pada laki-
laki maupun perempuan adalah berangsur –angsur menurunya denyut nadi basal.
Penururnan denyut nadi tersebut lebih besar pada laki-laki setelah umur 12 tahun
dan ketika memasuki dewasa perempuan memiliki denyut nadi istirahat lebih
besar 10% dibanding dengan laki-laki.
d. Perkembangan Gerak
Perubahan-perubahan dalam penampilan gerak pada masa adolesensi
cenderung mengikuti perubahan-perubahan dalam ukuran badan, kekuatan dan
fungsi fisiologis. Peningkatan perkembangan gerak terjadi secara terus menerus
32
pada perempuan, namun stelah masa mentruasi justru terjadi penurunan.
Perempuan mencapai kecepatan maksimal hingga usia 13 tahun dan terjadi
penurunan pada kemampuan melempar dan melompat. Pada usia 12-14 tahun
terjadi kemampuan maksimal pada perempuan dalam kemampuan keseimbangan
tubuh.
Gallahue dan Ozmun (1998:337) mengatakan pada masa remaja ini
merupakan masa yang mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Pada masa
ini juga terjadi percepatan pertumbuhan yang sangat pesat (growth spurt), pada
perempuan Growth spurt terjadi dimulai dari usia 9 tahun kemudian puncak
kecepatan pada usia 11 tahun dan berujung pada usia kira-kira 13 tahun.
Dari beberapa pendapat tersebut telah diketahui berbagai macam
karakteristik pertumbuhan dan perkembangan khususnya perempuan pada masa
adolesensi atau remaja. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut berbeda-beda
tentunya pada setiap individu yang dipengaruhi oleh faktor ketururnan (genetik),
faktor asupan makanan, faktor aktivitas fisik, dan lingkungan.
3. Kondisi Fisik
a. Pengertian Kondisi Fisik
Menurut Sajoto (1988:57) Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari
komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatan maupun
pemeliharaanya, artinya bahwa setiap usaha peningkatan kondisi fisik, maka harus
mengembangkan seluruh komponen tersebut. Kondisi fisik adalah salah satu
prasyarat yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi seorang
atlet, bahkan dapat dikatakan dasar landasan titik tolak suatu awalan olahraga
prestasi.
Sedangkan Djoko Pekik I (2002:65) menjelaskan bahwa kualitas fisik
sangat berpengaruh terhadap prestasi seorang olahragawan untuk meraih prestasi
sebab teknik, taktik dan mental akan dapat dikembangkan lebih lanjut jika
memiliki kualitas fisik yang baik. Sasaran latihan fisik adalah meningkatkan
kualitas sistem otot dan kualitas energi yakni melatih unsur gerak atau biomotor.
M Furqon H (1995:1) mengatakan bahwa kondisi fisik dalam olahraga
33
didefinisikan sebagai kapasitas penampilan atlet. Ungkapan atau pernyataan yang
digunakan untuk kondisi fisik dalam domain penampilan olahraga yang tinggi
adalah kesegaran jasmani (physical fitness).
Harsono (1988:153), menjelaskan bahwa, kondisi fisik atlet memegang
peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan kondisi
fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk
meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh
sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang
lebih baik. Lebih lanjut, Harsono (1988), mengemukakan bahwa, kondisi fisik
yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan organisme tubuh, diantaranya:
1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung.
2) Akan ada peningkatan dalam kekutan, kelentukan, stamina, dan komponen
fisik lainnya.
3) Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.
4) Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah
latihan.
5) Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu
respon demikian diperlukan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas mengenai definisi dari kondisi fisik,
maka kondisi fisik dapat didefinisikan sebagai kualitas atau kemampuan tubuh
dalam melakukan penampilan olahraga yang terdiri dari berbagai macam
komponen-komponen gerak fisik.
Status kondisi fisik seseorang dapat diketahui dengan cara penilaian yang
berbentuk tes dan pengukuran. Tes ini dapat dilakukan di dalam laboratorium
ataupun lapangan. Meskipun tes yang dilakukan dilaboratorium memerlukan tes
tersebut hendaknya dilakukan agar hasil penilaian benar-benar objektif. Kondisi
fisik dapat mencapai titik optimal jika latihan dimulai sejak usia dini dan
dilakukan secara terus menerus. Karena untuk mengembangkan kondisi fisik
bukan merupakan pekerjaan mudah, harus secara terus menerus. Karena untuk
mengembangkan kondisi fisik bukan merupakan pekerjaan yang mudah, harus
mempunyai pelatih fisik yang mempunyai kualifikasi tertentu sehingga mampu
34
membina perkembangan fisik atlet secara menyeluruh tanpa menimbulkan efek
dikemudian hari. Kondisi fisik yang baik mempunyai keuntungan diantaranya
atlet mampu dan mudah mempelajari keterampilan yang relatif sulit, tidak mudah
lelah saat mengikuti latihan maupun pertandingan, program latihan dapat
diselesaikan tanpa mempunyai banyak kendala serta dapat menyelesaikan latihan
yang berat.
Kondisi fisik sangat diperlukan oleh seorang atlet, karena tanpa di
dukung oleh kondisi fisik yang prima maka pencapaian prestasi puncak akan
mengalami banyak kendala, dan mustahil dapat berprestasi tinggi. Dalam hal ini
dikenal empat macam kelengkapan yang perlu dimiliki, apabila seseorang akan
mencapai suatu prestasi yang optimal. Sekarang ini, telah berkembang suatu
istilah yang lebih populer dari physical build-up, yaitu physical conditioning yaitu
pemeliharaan kondisi fisik/keadaan fisik.
Kondisi fisik adalah prasarat yang sangat diperlukan dalam usahan
peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan
dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar-tawar lagi. Kondisi fisik adalah suatu
kesatuan komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik
peningkatan maupun pemeliharaanya. Artinya, bahwa didalam usaha peningkatan
kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan. Menurut
Sajoto (1988 : 57), bahwa komponen kondisi fisik meliputi :
1) Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu
bekerja.
2) Daya tahan (endurance), ada dua macam daya tahan, yaitu :
a) Daya tahan umum (general endurance), adalah kemampuan seseorang
dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran
darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara
terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan
intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.
b) Daya tahan khusus (local endurance), adalah kemampuan seseorang
dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus
menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.
35
3) Daya tahan otot (muscular power), yaitu kemampuan seseorang dalam
mempergunakan kekuatan maksimum yang digunakan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
4) Kecepatan (speed), yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-
singkatnya.
5) Fleksibilitas (flexibility), yaitu efektifitas seseorang dalam penyesuaian diri
untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas.
6) Kelincahan (agility), yaitu kemampuan seseorang mengubah posisi di area
tertentu. Seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam
kecepatan yang tinggi dan dengan koordinasi yang baik, maka dapat
dikatakan bahwa kelincahannya cukup baik.
7) Koordinasi (coordination), yaitu kemampuan seseorang melakukan
bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal
secara efektif.
8) Keseimbangan (balance), yaitu kemampuan seseorang mengandalkan
organ-organ saraf otot, seperti dalam hand stand atau dalam mencapai
keseimbangan sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian tergelincir.
Dalam olahraga banyak hal yang harus dilakukan atlet dalam masalah
keseimbangan, baik dalam menghilangkan maupun mempertahankan
keseimbangan.
9) Ketepatan (accuracy), yaitu kemampuan seseorang untuk mengendalikan
gerakan bebas terhadap suatu sasaran, sasaran ini dapat merupakan suatu
jarak atau subjek langsung yang harus dikenali dengan salah satu bagian
tubuh.
10) Reaksi (reaction), yaitu kemampuan seseorang untuk segera bertindak
secepatnya dalam menggapai rangsangan yang ditimbulkan melalui indera,
syaraf atau feeling lainnya. Seperti dalam mengantisipasi datangnya bola
yang harus ditangkap dan lain-lain.
36
Gambar 2.14 Ilustrasi Interdependensi Antara Kemampuan Gerak
(Bompa, 1994:260)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi fisik
Kondisi fisik merupakan faktor yang utama yang harus dimiliki oleh
seroang atlet walaupun tidak meninggalkan aspek lain seperti teknik, taktik dan
aspek mental. Kondisi fisik yang dimiliki seorang atlet berbeda-beda, untuk dapat
memiliki, memelihara dan meningkatkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Kusriyanti (2004) yang dikutip oleh Nur Subekti (2014:75)
menerangkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi fisik yaitu :
1) Faktor latihan
Menurut Harsono (1992) yang dikutip oleh James Tangkudung
(2012:42) latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau
yang dilakukan berulang-ulang dengan kian hari kian meningkat jumlah
beban latihan serta intensitas latihannya. Sedangkan menurut Dietrich
Martin yang di kutip oleh M Furqon H (1995:2) menyatakan bahwa latihan
olahraga adalah suatu program yang direncanakan yang mengembangkan
penampilan olahraga yang komplek dengan memakai isi latihan, tindakan-
tindakan organisasional yang sesuai dengan maksud dan tujuan.
Latihan harus ditekankan kepada komponen-komponen fisik seperti
daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, daya ledak
(power), stamina dan lain-lain faktor yang penting guna pengembangan fisik
Strenght Endurance Speed Co-Operation Flexibility
Muscular Endurance
Speed Endurance
Max Strengt
Agility Mobility
Power
Anaerobic Endurance
Aerobic Endurance
Max Speed
Perfect Coordination
Full Range of
Flexibility
37
secara keseluruhan atlet. Menurut Harsono (1992) yang dikutip oleh James
Tangkudung (2012:42) bahwa tujuan serta sasaran utama dari latihan atau
training adalah membantu atlet meningkatkan keterampilan atau prestasi
semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu ada empat aspek latihan yang
perlu diperhatikan dan dilatih secara saksama oleh atlet, yaitu :
a) Latihan fisik (physical training)
Perkembangan kondisi fisik yang menyeluruh sangat penting,
oleh karena tanpa kondisi yang baik atlet tidak akan dapat mengikuti
latihan-latihan dengan sempurna. Beberapa komponen kondisi fisik yang
perlu diperhatikan untuk dikembangkan adalah daya tahan
kardiovaskular, daya tahan kekuatan, kekuatan otot (strength),
kelentukan (flexibility), kecepatan, stamina, kelincahan (agility), power.
Komponen-komponen tersebut adalah yang utama harus dilatih dan
dikembangkan oleh atlet tersebut.
b) Latihan teknik (technical training)
Latihan teknik adalah latihan untuk mempermahir teknik-teknik
gerakan yang diperlukan untuk melakukan cabang olahraga yang
dilakukan atlet. Latihan teknik adalah latihan yang di khususkan guna
membentuk dan memperkembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik atau
perkembangan neuromuscular. Kesempurnaan teknik-teknik dasar dari
setiap gerakan adalah penting oleh karena akan menentukan gerak
keseluruhan. Oleh karena itu, gerak-gerak dasar setiap bentuk teknik
yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga harus dilatih dan di kuasai
secara sempurna.
c) Latihan taktik (tactical training)
Tujuan latihan taktik adalah untuk menumbuhkan perkembangan
interpretive atau daya tafsir pada atlet. Teknik-teknik gerakan yang telag
dikuasai dengan baik, kini haruslah dituangkan dan doprganisir dalam
pola-pola permainan, bentukp-bentuk dan formasi-formasi permainan
serta strategi-strategi dan taktik-taktik pertahanan dan penyerangan,
sehingga berkembang menjadi suatu kesatuan gerak yang sempurna.
38
d) Latihan mental (psychological training)
Perkembangan mental atlet tidak kurang pentingnya dari
perkembangan katiga faktor diatas, sebab betapa sempurnanya
perkembangan fisik, teknik dan taktik atlet, apabila mentalnya tidak turut
berkembang, prestasi tinggi mungkin tidak akan tercapai. Latihan-latihan
mental adalah latihan-latihan yang lebih menekankan pada
perkembangan kedewasaan (maturitas) atlet serta perkembangan
emosional dan impulsif, misalnya semangat bertanding, sikap pantang
menyerah, keseimbangan emosi meskipun berada dalam situasi stress,
sportivitas, pecaya diri, kejujuran dan sebagainya.
2) Kebiasaan hidup sehat
Kebiasaan hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari harus dijaga
dengan baik, apalagi dalam kehidupan berolahraga. Dengan demikian
manusia akan terhindar dari penyakit. Kebiasaan hidup sehat dapat
dilakukan dengan cara, yaitu :
a) Selalu menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan sekitar.
b) Makan makanan yang higienis dan mengandung gizi misalnya
empat sehat lima sempurna.
3) Faktor lingkungan
Lingkungan dapat diartikan tempat dimana seseorang tinggal dalam
waktu yang lama. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan
sosial ekonomi.
Hal ini dapat dimulai dari lingkungan pergaulan, lingkungan
pekerjaan, lingkungan daerah tempat tinggal dan sebagainya. Keadaan
lingkungan yang baik akan menunjang kehidupan yang baik pula. Dengan
demikian manusia tersebut harus bisa mengantisipasi dan menjaga
lingkungan dengan baik supaya terhindar dari berbagai penyakit lingkungan
Kelelahan adalah suatu indikator keterbatasan fungsi tubuh manusia. Untuk
itu istirahat sangat diperlukan agar tubuh memiliki kesempatan melakukan
recovery (pemulihan) sehingga dapat melakukan kerja atau aktivitas sehari-
hari dengan nyaman.
39
4) Faktor Makanan dan Gizi
Seorang atlet untuk mencapai prestasi yang maksimal pada suatu
cabang olahraga yang digeluti, memerlukan sistem pelatihan yang optimal,
termasuk ketersediaan dan kecukupan gizi yang sesuai dengan jenis
olahraganya. Untuk meningkatkan prestasi atlet Indonesia ke depan,
dirasakan perlu untuk memperbaiki dan menyempurnakan sistem
pembinaan dan pelatihan olahraga, terutama dalam melakukan pendekatan
dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, olahraga termasuk gizi
olahraga.
Pemenuhan asupan gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet.
Berdasarkan teori olahraga dijelaskan bahwa gizi dan latihan fisik
menghasilkan prestasi. Bahkan federasi sepak bola dunia telah
mengeluarkan pernyataan bahwasanya gizi berperan dalam keberhasilan
satu tim. Namun demikian sebagian besar asupan gizi atlet tidak tepat
karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman atlet dalam memilih
makanan, kurangnya edukasi tentang pentingnya gizi olahraga prestasi bagi
atlet. pelatih, pengurus serta kurangnya ketersediaan tenaga gizi dan
kesehatan yang memahami dan memiliki kompetensi dalam ilmu gizi
olahraga prestasi. Peranan gizi dalam olahraga prestasi menuntut tenaga gizi
dan kesehatan yang terampil untuk menjaga secara khusus dan intensif
kebutuhan zat gizi atlet.
Pada dasarnya pengaturan gizi untuk atlet adalah sama dengan
pengaturan gizi untuk masyarakat biasa yang bukan atlet, dimana perlu
diperhatikan keseimbangan energi yang diperoleh dari makanan dan
minuman dengan energi yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme, kerja
tubuh dan penyediaan tenaga (energi) pada waktu istirahat, latihan dan pada
waktu pertandingan, oleh karena kelebihan maupun kekurangan zat-zat gizi
dapat menimbulkan dampak negatif, baik untuk kesehatan apalagi di dalam
menunjang prestasi. Menurut Kemenkes (2014:21) mengemukakan bahwa
zat-zat gizi di dalam makanan dapat dikelompokan menjadi :
a) Zat Gizi Sumber energi
Diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh agar berfungsi
40
dengan baik, peredaran, persarafan, pernapasan, gerak otot sehingga atlet
dapat berlatih dan bertanding dengan baik. Energi ini didapat dari zat gizi
hidrat arang, lemak dan protein yang dikonsumsi melalui makanan.
b) Zat gizi pembangun tubuh
Zat gizi protein sebagai pembangun tubuh dangat diperlukan untuk
membentuk struktur tubuh, terutama di dalam pembentukan jaringan
baru, juga pembentukan enzim, hormon dan antibodi. Selain protein,
untuk membangun tubuh manusia diperlukan air, karena 60-70% tubuh
manusia terdiri dari air.
c) Zat Gizi Pengatur
Untuk mengatur jalanya proses metabolisme didalam tubuh,
diperlukan vitamin dan mineral yang banyak didapat dari sayur-sayuran
berwarna hijau dan juga buah-buahan berwarna kuning dan merah.
Dengan demikian agar fungsi tubuh berjalan dengan baik dan tubuh
menjadi sehat diperlukan makanan dan minuman yang di dalamnya
terkandung zat-zat gizi lengkap. Namun demikian kebutuhan akan zat-zat
gizi tergantung pada umur, jenis kelamin tinggi badan/berat badan,
cabang olahraga dan SDA.
c. Kecepatan
Kecepatan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang diperlukan
dalam setiap cabang olahraga. Setiap aktivitas olahraga baik yang bersifat
permainan, perlombaan, maupun pertandingan selalu memerlukan komponen
kondisi fisik kecepatan. Untuk itu kecepatan merupakan salah satu unsur kondisi
fisik dasar yang harus dilatihkan dalam upaya mendukung pencapaian prestasi
olahragawan.
Bompa (1994) kecepatan adalah kemampuan untuk menutupi jarak jauh
dengan cepat. Djoko Pekik Irianto (2002:73) Kecepatan (speed) adalah
perbandingan antara jarak dan waktu atau kemampuan untuk bergerak dalam
waktu singkat. Elemen kecepatan meliputi : waktu reaksi, frekuensi gerak per
satuan waktu dan kecepatan gerak melewati jarak. James Tangkudung (2012:71)
41
mengatakam bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk berjalan berlari dan
bergerak dengan sangat cepat.
Sedangkan Harsono (1988:216) mengatakan bahwa
kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis
secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan
untuk menempuh jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Sukadiyanto
(2011:116) kecepatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk
menjawab rangsang (sesingkat) mungkin atau kemampuan seseorang melakukan
gerak atau serangkaian gerak dalam waktu secepat mungkin. Kemudian kecepatan
di bagi menjadi dua, yaitu kecepatan reaksi dan kecepatan gerak. M Furqon H
(1995:62) kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan
seseorang atlet untuk bereaksi secara cepat bila dirangsang dan untuk melakukan
gerakan secepat mungkin.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut, maka kecepatan adalah
kemampuan tubuh atau bagian tubuh dalam menanggapi rangsang dan atau
melakukan gerakan berulang-ulang secepat-cepatnya atau menempuh jarak
tertentu dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Gambar 2.15 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Kecepatan
(M Furqon H, 1995:62)
Kecepatan Perangsangan-penghentian
Mobility proses syaraf Kekuatan kecepatan
dan daya tahan kecepatan
Kontraksi-relaksasi
Peregangan dan kontraksi
kapasitas otot-otot
Elastisitas otot
Koordinasi otot antara sinergis dan antagonis
Teknik olahraga
Daya kehendak
42
Gerakan-gerakan kecepatan dilakukan melawan tahanan yang berbeda
(berat badan, berat alat, air, udara dan sebagainya) dengan efek bahwa pengaruh
kekuatan juga menjadi faktor penentu. Karena gerakan –gerakan kecepatan
dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin, maka kecepatan secara langsung
tergantung pada waktu yang ada dan pengaruh kekuatan. Menurut M Furqon H
(1995:62) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kecepatan digambarkan
dalam gambar 2.15.
Sedangkan Sukadiyanto (2011:119) menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kecepatan yaitu : (1) Keturunan, kemampuan proses
persyarafan, koordinasi neuromuskular, impuls-impuls saraf dan jenis otot sangat
dominan dari keturunan, (2) Waktu reaksi, (3) Kekuatan, dalam melakuka sebuah
gerakan dengan cepat dibutuhkan kekuatan dalam menghadapi tahanan baik
internal maupun eksternal, (4) Teknik kecepatan, (5) Elastisitas otot, berfungsi
pada saat otot melakukan kontraksi dan relaksasi secara cepat dan silih berganti
antara otot agonis dan antagonis, (6) Jenis otot, McArdle (1986) membagi jenis
otot menjadi dua yaitu otot cepat (fast twitch) atau otot putih yang menggunakan
energi anaerobik dan otot lambat (slow twitch) atau otot merah yang memerlukan
energi aerobik, (7) konsentrasi dan kemauan, yang merupakan unsur psikis yang
akan mempengaruhi performa fisik.
Kecepatan bukan hanya berarti menggerakan seluruh tubuh dengan cepat,
akan tetapi dapat pula terbatas pada menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya. Dalam lari sprint misalnya, kecepatan lari
ditentukan oleh gerakan berulang-ulang dari tungkai yang dilakukan secepat-
cepatnya. Kecepatan pada umumnya terbagi menjadi 3 bentuk seperti yang
dinytakan oleh Ballretch yang dikutip oleh M. Furqon H (1995:65) bahwa
kecepatan dapat dibagi menjadi 3 yaitu kecepatan reaksi, kecepatan gerak dan
kecepatan kekuatan gerak.
Sedangkan Sukadiyanto (2011:118) membagi kecepatan kedalam 2 jenis
yaitu kecepatan reaksi dan kecepatan gerak. Kecepatan reaksi merupakan
kemampuan seseorang dalam menjawab sebuah rangsangan dalam waktu
sesingkat mungkin. Kecepatan reaki dibagi menjadi kecepatan reaksi tunggal dan
majemuk. Sedangkan kecepatan gerak adalah kemampuan seseorang dalam
43
melakukan gerak atau serangkaian gerak dalam waktu sesingkat mungkin.
Kecepatan gerak dibagi menjadi dua, yaitu kecepatan gerak siklus dan kecepatan
gerak non siklus. Kecepatan gerak siklus adalah kemampuan sistem
neuromuskular untuk melakukan serangkaian gerak dalam waktu sesingkat
mungkin. Gerak siklus adalah satu macam aktivitas yang dilakukan secara
berkesinambungan atau gerak yang berangkai. Contohnya antara lain dalam
bentuk gerak jalan, lari, berenang dan bersepeda. Sedangkan kecepatan gerak non
siklus adalah kemampuan sistem neuromuskular untuk melakukan gerak tunggal
dalam waktu sesingkat mungkin. Bentuk kecepatan gerak non siklus adalah gerak
yang hanya dilakukan dalam satu kali gerak atau gerak tunggal, misalnya
melempar, menendang, memukul, melompat dan meloncat.
Dalam olahraga renang prestasi renang merupakan ukuran seberapa cepat
perenang mampu berenang dan menempuh jarak tertentu dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Oleh karena itu unsur kecepatan dibutuhkan dalam olahraga
renang gaya crawl. Kecepatan dimulai dari kecepatan dalam menanggapi
rangsang ketika aba-aba start, kemudian semakin cepat perenang mampu
mendayung dengan lengan dan menendang air dengan tungkai maka akan
semakin cepat pula pergerakan perenang untuk maju. Dalam olahraga renang yang
menggunakan gaya crawl gerakan lengan yang mendayung secara berulang-ulang
dan gerakan tungkai yang menendang air secara berulang-ulang merupakan unsur
kecepatan siklis. Gerakan-gerakan lengan dan tungkai dalam renang gaya crawl
dilakukan dengan melawan tahanan yang berasal dari air sehingga unsur
kecepatan dalam olahraga renang tidak dapat dipisahkan dari unsur kekuatan.
Maka dengan memiliki kecepatan yang tinggi akan menghasilkan gerakan lengan
dan tungkai yang cepat yang akan berdampak pada kecepatan perenang bergerak
maju.
d. Kekuatan
Kekuatan otot merupakan salah satu komponen kondisi fisk yang penting
dalam mendukung aktivitas olahraga. Selain itu, kekuatan otot merupakan unsur
penting dalam mencapai prestasi yang maksimal dalam olahraga. Sukadiyanto
(2011:91) menjelaskan bahwa, kekuatan secara umum adalah kemampuan otot
44
atau sekelompok otot untuk mengatasi beban atau tahanan. Bompa (1994)
kekuatan didefinisikan sebagai kerja maksimal (maximal force) atau torque
(rotational force) yang dihasilkan otot atau sekelompok otot. Selain itu kekuatan
didefinisikan sebagai kemampuan system neuromuskular menghasilkan gaya
melawan tahanan eksternal. Menurut Ismaryati (2008:111) kekuatan adalah tenaga
kontraksi otot yang dicapai dalam usaha maksimal. Usaha maksimal ini dilakukan
oleh otot atau sekelompok otot untuk mengatasi suatu tahanan.
Sedangkan menurut Harsono (1988:176) “strength adalah kemampuan
otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan”. Menurut Pate,
McClenaghan dan Rotella (1984:181) kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk
mengubah keadaan gerak atau bentuk dari sebuah benda. Gerak mendorong atau
menarik mengakibatkan suatu benda bergerak, berhenti atau berubah arah
tergantung pada sifat fisik benda dan besarnya kekuatan, titik tumpuan dan arah
kekuatan. Sebagian besar penampilan pada olahraga melibatkan gerakan-gerakan
yang disebabkan oleh kekuatan yang dihasilkan dari kontraksi otot, kekuatan gaya
berat dan kekuatan yang digunakan oleh sesuatu dari luar.
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
kekuatan merupakan suatu kemampuan otot atau sekelompok otot untuk
melakukan kontraksi atau tegangan dalam menerima atau melawan suatu
beban/tahanan saat beraktivitas.
Kekuatan merupakan unsur yang sangat penting dalam aktivitas olahraga,
karena kekuatan merupakan daya penggerak, dan pencegah cedera. Selain itu
kekuatan memainkan peran penting dalam komponen-komponen kemampuan
fisik yang lain misalnya power, kelincahan, dan kecepatan. Senada dengan
pendapat tersebut Harsono (1988:177) menjelaskan bahwa, kekuatan adalah
komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara
keseluruhan. Oleh karena, (1) kekuatan merupakan daya penggerak setiap
aktivitas fisik, (2) kekuatan memegang peran yang penting dalam melindungi atlet
dari kemungkinan cidera, (3) oleh karena dengan kekuatan atlet dapat lari lebih
cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan lebih efisien, memukul dengan
keras, demikian pula dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi. Lebih
lanjut Harsono dalam bukunnya menjelaskan bahwa, meskipun aktivitas olahraga
45
lebih memerlukan agilitas, fleksibilitas, kecepatan, keseimbangan, koordinasi, dan
sebagainya, akan tetapi faktor-faktor tersebut tetap harus dikombinasikan dengan
faktor kekuatan agar diperoleh hasil yang baik. Jadi, kekuatan tetap merupakan
basis dari semua komponen kondisi fisik.
Menurut Harre yang dikutip Suharno HP. (1993:40) membedakan
kekuatan menjadi tiga jenis yaitu:
1) Kekuatan maksimal adalah kemampuan otot dalam kontraksi maksimal serta
dapat melawan/menahan beban yang maksimal pula.
2) Explosive power (kekuatan daya ledak) adalah kemampuan sebuah otot atau
segerombolan otot untuk mengatasi suatu tahanan beban dengan
kecepaan tinggi dalam satu gerakan yang utuh.
3) Daya tahan kekuatan otot (power endurance) adalah kemampuan tahan
lamanya kekuatan otot untuk melawan tahanan beban dengan intensitas
tinggi.
Selain jenis kekuatan diatas, kekuatan dapat dibedakan atas jenis
kontraksi otot. Sudjarwo (1993:26) menyatakan bahwa “Sesuai dengan cara atau
tipe kontraksi otot, maka dapat dibedakan dua macam kekuatan yaitu,
kontraksi isotonik dan kontraksi isometrik. Dalam kontraksi isotonik ini akan
terlihat adanya perubahan sikap atau gerakan-gerakan dari anggota tubuh yang
disebabkan memanjang dan memendeknya otot". Kekuatan dinamis (isotonik)
merupakan kekuatan otot yang dikembangkan oleh otot dalam kelangsungan
gerak terhadap suatu tahanan, dengan ditandai adanya perubahan memanjang
dan memendeknya otot. Sedangkan kekuatan statis atau isometrik merupakan
kekuatan otot yang dapat dikembangkan oleh otot-otot atau sekelompok otot
terhadap tahanan yang tetap. Jenis kekuatan yang banyak digunakan dalam
olahraga adalah kekuatan dinamis.
Bompa (1994:268-270) membagi tipe kekuatan menjadi beberapa jenis
kekuatan, antara lain:
1) Kekuatan umum
Kekuatan umum mengacu pada kekuatan sistem otot secara
keseluruhan.
2) Kekuatan khusus
46
Kekuatan khusus dianggap sebagai kekuatan otot-otot yang khusus
untuk gerakan olahraga yang dipilih.
3) Kekuatan maksimum
Kekuatan maksimum mengacu pada kekuatan tertinggi yang dapat
dilakukan oleh sistem neuromuskular selama kontraksi secara maksimal.
Hal ini ditunjukkan oleh beban terberat yang seorang atlet dapat mengangkat
beban tersebut sekali waktu.
4) Daya tahan otot
Daya tahan otot biasanya diartikan sebagai kemampuan otot untuk
mempertahankan pekerjaan dalam jangka waktu yang lama.
5) Power
Power merupakan produk dari dua kemampuan yaitu kekuatan dan
kecepatan dan dianggap sebagai kemampuan untuk melakukan kekuatan
maksimum dalam periode waktu terpendek.
6) Kekuatan absolut (AS)
Kekuatan absolut mengacu pada kemampuan seorang atlet untuk
mengerahkan gaya maksimum terlepas dari berat badan sendiri (BW).
Dalam tujuan supaya sukses dalam beberapa olahraga seperti angkat besi,
gulat, tolak peluru, kekuatan absolut sangat dibutuhkan untuk meraih level
yang tinggi.
7) Kekuatan relatif
Kekuatan relatif ditunjukkan sebagai perbandingan antara kekuatan
absolut atlet dan berat badannya sendiri.
8) Kekuatan cadangan
Kekuatan cadangan dianggap sebagai perbedaan antara kekuatan atlet
dan jumlah kekuatan yang diperlukan untuk melakukan keterampilan di
bawah kondisi kompetitif.
Dalam upaya meningkatkan kekuatan otot dapat dilakukan dengan
latihan secara sistematis dan teratur dengan program latihan yang tepat dan
harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot Sukadiyanto
(2011:91) Secara fisiologi, kekuatan adalah kemampuan neoromuskuler untuk
mengatasi tahanan beban luar dan beban dalam. Artinya, tingkat kekuatan
47
olahragawan diantaranya dipengaruhi oleh keadaan: panjang pendeknya otot,
besar kecilnya otot, jauh dekatnya titik beban dengan titik tumpu, tingkat
kelelahan, jenis otot, potensi otot, pemanfaatan potensi otot, teknik, dan
kemampuan kontraksi otot. Sedangkan Suharno HP (1993:39-40) bahwa faktor-
faktor penentu baik tidaknya kekuatan seseorang antara lain:
1) Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morfologis yang
tergantung dari proses hypertropy otot).
2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, makin
banyak fibril otot yang bekerja berarti kekuatan bertambah besar.
3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin besar
kekuatan.
4) Innervasi otot baik pusat maupun perifer.
5) Keadaan zat kimia dalam otot (glycogen, ATP).
6) Keadaan tonus otot saat istirahat, tonus makin rendah berartikekuatan
otot tersebut pada saat bekerja makin besar.
7) Umur dan jenis kelamin juga menentukan baik dan tidaknya kekuatan otot.
Sajoto (1988:108) mengemukakan selain faktor fisiologis, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kekuatan otot. Faktor tersebut adalah biomekanik,
sistem pengungkit, ukuran otot, jenis kelamin dan faktor umur.
1) Faktor biomekanik
Dilihat dari faktor biomekanik, sangat mungkin bila dua orang yang
mempunyai jumlah tegangan otot yang sama akan berbeda dalam mengangkat
beban. Sebagai contoh A dan B dapat mengangkat beban dengan gaya 200
pound. Keduanya memiliki panjang lengan bawah 12 cm. Tetapi A memiliki
panjang jarak antara titik insersio dengan sudut siku 1,5 cm. B memiliki titik
insersio dengan sudut siku 2 cm. Maka benda yang dapat diangkat dengan
flexi sudut pada siku 900 berbeda jumlahnya.
�200�1,5
12= 25�����
�200�2
12= 33,3�����
48
2) Faktor pengungkit
Setiap gaya yang ada hubungannya dengan pengungkit dapat
dihitung secara mekanik, sehingga letak gaya yang berbeda akan
menghasilkan kekuatan yang berbeda. Menurut Sajoto (1988:109)
pengungkit dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu dibagi menurut letak sumbu
pengungkit, gaya beban, dan gaya gerak mengangkat.
Gambar 2.16. Sistem Pengungkit
Sajoto (1988:110)
a) Kelompok III : letak gaya angkat berada diantara sumbu dengan
gaya beban
b) Kelompok II : letak beban diantara sumbu dengan gaya angkat
c) Kelompok I : letak sumbu diantara gaya beban dan gaya
angkat.
3) Faktor ukuran
Besar kecilnya suatu otot berpengaruh pada kekuatan tersebut.
Semakin besar serabut otot seseorang, maka semakin kuat pula otot tersebut.
Dan semakin panjang ukuran ototnya, semakin kuat juga ototnya.
Pembesaran otot disebabkan karena bertambah luasnyaserabut otot akibat
dari suatu latihan dan bukan akibat dari pecahnya serabut per serabut otot.
Pembesaran pada otot disebut dengan hypertrophy otot dan mengecilnya
otot disebut dengan atrophy.
49
4) Faktor jenis kelamin
Meskipun wanita yang mengikuti program latihan beban akan
berkembang kekuatannya sama dengan perkembangan pada pria. Dan
kekuatan otot laki-laki dan perempuan tiap centimeter sama besar. Namun
fakta menunjukkan bahwa pada akhir masa puber, anak laki- laki mulai
memiliki ukuran otot yang lebih besar dibanding dengan wanita.
Dalam olahraga renang gaya crawl gerakan lengan mendayung dan
tungkai yang menendang air merupakan gerakan yang mendapat beban atau
tahanan dari air. Dibutuhkan kekuatan untuk dapat melawan tahanan air dan
menghasilkan dorongan kedepan. Kekuatan dibutuhkan tanpa kekuatan maka
gerakan yang dilakukan tidak menghasilkan dorongan. Sesuai dengan hukum
Newton III aksi reaksi besarnya gaya yang dikeluarkan oleh otot lengan dan otot
tungkai dalam melawan tahanan air akan menghasilkan reaksi dari air yang
besarnya sama dengan arah berlawanan, sehingga lebih besar gaya yang
dikeluarkan oleh lengan dan tungkai dalam melakukan gerakan renang gaya
crawl maka akan menghasilkan reaksi berupa dorongan dari air yang sama
besarnya dan arah yang berlawanan yaitu arah kedepan, sehingga semakin besar
kekuatan yang diberikan pada air akan semakin besar/cepat pergerakan maju
tubuh perenang.
e. Power
Menurut Sajoto (1995:8) power adalah daya ledak otot (muscular
power) kemampuan seseorang untuk mempergunakan power lengan
maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya dalam
hal ini dapat dinyatakan bahwa daya ledak otot = power lengan (force) x
kecepatan (velocity). Harsono (1998:176) mengatakan power adalah hasil dari
kekuatan dan kecepatan. Selanjutnya definisi power yang dikemukakan oleh
Hatfield (1989) yang dikutip oleh Ismaryati (2008:59) bahwa power merupakan
hasil perkalian antara gaya (force) dan jarak (distance) dibagi dengan waktu
(time). Jadi power merupakan penampilan fungsi kerja otot maksimal dengan
cepat persatuan waktu, yang dapat dinyatakan dengan rumus :
50
����� =��������������
����
Pendapat tersebut ditegaskan oleh Suharno HP. (1993:37) yang
menyatakan bahwa daya ledak adalah kemampuan sebuah atau segerombolan
otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam waktu
gerakan yang utuh. Sebagian besar olahraga berkaitan dengan power. Power
menyangkut power lengan dan kecepatan kontraksi otot dinamik dan
eksplosif serta melibatkan pengeluaran power lengan otot maksimal dalam
durasi waktu pendek. Jadi, power merupakan penampilan fungsi kerja otot
maksimal persatuan waktu.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa power
adalah kemampuan otot atau kelompok otot dalam melakukan gerakan dengan
kekuatan yang tinggi dan kecepatan yang tinggi.
Harsono (1988:176) Strength, daya tahan otot, dan power adalah
komponen fisik yang sudah merupakan bagian yang integral dalam program
latihan hampir semua cabang olahraga. Power dapat dinyatakan sebagai
kekuatan eksplosif dan banyak dibutuhkan oleh cabang-cabang olahraga yang
predominan kontraksi otot cepat dan kuat, kedua unsur ini saling mempengaruhi,
otot yang kuat mempunyai power yang besar sebaliknya otot yang
mempunyai power yang besar hampir dapat dipastikan mempunyai nilai kekuatan
yang besar.
Menurut Bompa (1994) mengatakan bahwa power seorang individu
terdiri dari kecepatan dan kekuatan yang efisien, koordinasi dan
keterampilan. Selanjutnya dikatakan pula bahwa seorang individu yang
mempunyai power adalah seorang yang mempunyai; 1) Kekuatan tingkat tinggi,
2) Kecepatan yang tinggi, 3) Tingkat keterampilan yang tinggi dalam
gabungan kecepatan dan kekuatan otot.
Menurut Suharno HP (1993:59), baik tidaknya power yang dimiliki
seseorang ditentukan oleh :
1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet.
2) Kekuatan otot dan kecepatan otot atlet.
51
3) Waktu rangsang.
4) Koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuatan dan kecepatan.
5) Banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP).
6) Penguasaan teknik dasar yang benar.
Dalam kegiatan apapun yang membutuhkan tenaga lebih besar dan
usaha maksimal yang eksplosif tergantung kemampuan daya ledak. Untuk
meningkatkan daya ledak dapat dilakukan dengan:
1) Meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan dan sebaliknya
meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan.
2) Meningkatkan kemampuan kekuatan dan kecepatan bersama atau
peningkatan pelatihan kekuatan dan kecepatan dilakukan simultan.
Pelaksanaan pelatihan mengembangkan power, perlu diperhatikan
adalah titik berat latihan yang ingin ditingkatkan. Latihan yang dilakukan
tidak boleh hanya menekankan pada beban, akan tetapi harus pada
kecepatan mengangkat, mendorong, atau menarik beban. Oleh karena harus
mengangkat dengan cepat, maka dengan sendirinya berat bebannya tidak
seberat untuk latihan kekuatan. Akan tetapi tidak boleh juga terlalu ringan
sehingga otot tidak merasakan rangsangan beban. Dasar untuk
mengembangkan daya ledak (power) oleh Pyke (1991:140) secara sederhana
ada tiga rancangan, yaitu:
1) Menambah kekuatan dengan menjaga jarak dan waktu konstan.
2) Menambah jarak tindakan kekuatan dengan menjaga kekuatan dan
waktu konstan.
3) Mengurangi waktu (kecepatan gerak), dengan menjaga kekuatan dan
jarak konstan.
Pengembangan daya ledak khusus pada dua komponen yaitu:
pengembangan kekuatan untuk menambah daya gerak, dan mengembangkan
kecepatan untuk mengurangi waktu gerak. Pyke (1991:142), mengatakan bahwa
daya ledak otot yang paling besar pada angkatan kecepatan dengan daya
gerak kira-kira 30%-40% dari daya gerak maksimal. Untuk lebih jelasnya
52
hubungan antara daya ledak otot, kekuatan dan kecepatan adalah jika latihan
dititik beratkan pada kekuatan dan kecepatan maka pelatihan kekuatan harus
dilakukan secara berulang melawan tahanan, sedangkan pelatihan kecepatan
harus dilakukan secara cepat dan berulang.
Pada dasarnya penentu baik dan tidaknya power yang dimiliki seseorang
bergantung pada intensitas kontraksi dan kemampuan otot-otot untuk berkontraksi
secara maksimal dalam waktu yang singkat setelah menerima rangsangan serta
produksi energi biokimia dalam otot-otot yang bekerja. Jika semua unsur tersebut
tercukupi/dimiliki oleh seseorang maka power seseorang tersebut akan baik dan
sebaliknya.
Bompa (1994) mengelompokkan power tersebut kedalam dua bentuk
yaitu daya ledak asiklis (acyclic power) dan siklis (cyclic power). Daya ledak
asiklis adalah gerakan yang kuat dan cepat yang pelaksanaannya tidak secara
berulang-ulang, seperti gerakan melempar, melompat, menolak, memukul dan
menendang. Sedangkan daya ledak siklis merupakan gerak yang cepat dan kuat
dan dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama, seperti berlari,
berenang, bersepeda. Dari pendapat diatas maka unsur-unsur gerakan pada
penguasaan kecepatan lengan menarik dan mendorong air secepat mungkin
yang memerlukan jenis power siklik yang dominan.
Dalam gerakan olahraga renang, power dibutuhkan seorang perenang
ketika melakukan start, tolakan yang dilakukan dari balok start apabila dapat
membawa tubuh perenang jauh kedepan maka telah memotong jarak yang lebih
besar dan memotong waktu tempuh, kemudian gerakan dari lengan dan tungkai
dalam melakukan gerakan renang gaya crawl melawan tahanan dari air
dibutuhkan kekuatan dan harus dilakukan dengan cepat agar gerakan maju
kedepan tubuh perenang juga dapat cepat, gerakan lengan dan tungkai tersebut
merupakan gerakan power siklis karena merupakan gerakan yang membutuhkan
kekuatan dan kecepatan dan di lakukan secara berulang-ulang. Maka dengan
memiliki power yang besar akan menghasilkan pergerakan tubuh perernang
kedepan dengan cepat.
53
f. Daya Tahan
Menurut Djoko Pekik Irianto, (2002: 72) daya tahan adalah kemampuan
melakukan kerja dalam jangka waktu lama. Menurut Harsono (1988:155) daya
tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja untuk waktu
yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan
pekerjaan tersebut. Yang dimaksud daya tahan dalam uraian dibawah ini adalah
daya tahan sirkulatori-respiratori (circulatori-respiratory endurance, atau ada
yang menyebut cardiovascular endurance; circulatory adalah hal yang
berhubungan dengan peredaran darah;respiratory dengan pernapasan;cardio
berasal dari kata cardiac yang berarti jantung).
Sedangkan Sukadiyanto (2011:60) menyatakan bahwa ketahanan ditinjau
dari kerja otot adalah kemampuan kerja otot atau sekelompok otot dalam jangka
waktu yang tertentu, sedangkan pengertian ketahanan dari sistem energi adalah
kemampuan kerja organ-organ tubuh dalam jangka waktu tertentu. M Furqon H
(1995:74) daya tahan adalah kapasitas daya tahan organisme melawan kelelahan
dalam penampilan yang berlangsung lama.
Jadi daya tahan merupakan kemampuan tubuh atau bagian tubuh untuk
melawan kelelahan selama berlangsungnya aktivitas kerja melakukan kerja yang
terkait pada lamanya aktivitas dan intensitas kerja.
Secara fisiologis daya tahan berhubungan dengan kemampuan jantung
dan organ pernapasan. Kemampuan jantung dapat menambah volume semenit
(cardiac output) untuk transport oksigen dan zat-zat yang dipergunakan dalam
sistem metabolik. Dengan adanya ketahanan jantung dalam bekerja maka pompa
darah akan lebih lancar sehingga sel-sel yang memerlukan aliran darah dapat
dipenuhi sesuai keperluan. Latihan daya tahan dapat meningkatkan kapasitas otot
skelet dalam metabolisme aerobik karena adanya perubahan pembentukan sistem
energi mitochondria dan peningkatan kapasitas respiratory. Kemampuan paru
dalam menghisap oksigen sebanyak mungkin dan ditampung kemudian disuplai
keseluruh tubuh merupakan kerja paru yang cukup berat. Seperti saat melakukan
aktivitas dengan intensitas dan volume tinggi dan dengan waktu yang lama, maka
konsumsi oksigen akan sangat banyak diperlukan. Peningkatan tersebut
disebabkan karena meningkatnya metabolisme akibat meningkatnya latihan. Oleh
54
karena itu secara fisiologis kemampuan fungsi paru harus baik serta mempunyai
ketahanan dalam melakukan kerja dengan baik.
Kemudian menurut Sukadiyanto (2011:61) macam-macam daya tahan
dikelompokkan menurut jenis, jangka waktu dan sistem energi-energi yang
digunakan. Menurut jenisnya daya tahan dibagi menjadi dua yaitu daya tahan
umum (dasar) dan daya tahan khusus. Daya tahan umum (dasar) adalah
kemampuan olahragawan dalam melakukan kerja dengan melibatkan beberapa
kelompok otot dan atau seluruh kelompok otot, sistem pusat syaraf, sistem
neuromuskular, dan sistem kardiorespirasi dalam jangka waktu yang lama.
Dengan kata lain kemampuan seluruh otot dan potensi organ dalam tubuh dan
merupakan landasan untuk pengembangan semua jenis ketahanan pada tahap-
tahap berikutnya. Menurut M Furqon H (1995:83) daya tahan umum adalah
landasan untuk pengembangan daya tahan khusus lebih lanjut, daya tahan dasar
dicirikan dengan intensitas sedang dan dengan waktu pembebanan yang lama.
Daya tahan khusus adalah ketahanan yang hanya melibatkan sekelompok otot
lokal, artinya ketahanan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan cabang
olahraganya.
Kemudian menurut Bompa (1994) yang di kutip Sukadiyanto (2011:62)
ditinjau dari lamanya kerja, daya tahan dibagi menjadi tiga yaitu daya tahan
jangka panjang, daya tahan jangka menengah dan daya tahan jangka pendek. Daya
tahan jangka panjang adalah ketahanan yang diperlukan selama aktivitas kerja
dalam waktu lebih dari 8 menit. Dalam daya tahan ini hampir seluruh kebutuhan
energi dipenuhi oleh sistem energi aerobik, artinya selama melakukan kerja
memerlukan oksigen (O2). Daya tahan jangka menengah adalah aktivitas olahraga
yang memerlukan waktu antara 2 sampai 6 menit. Kebutuhan energinya dipenuhi
oleh sistem energi anaerobik laktit dan oksigen (lactid acid + O2). Dan daya tahan
jangka pendek adalah aktivitas olahraga yang memerlukan waktu antara 45 detik
sampai 2 menit dan kebutuhan energi dipenuhi oleh sistem energi anaerobik
alaktik (ATP + PC) dan anaerobik laktik (lactid acid system). Hal serupa
dinyatakan oleh M Furqon H (1995:82) yang mengklasifikasikan jenis daya tahan
berdasarkan lama waktu penampilan olahraga sebagai berikut :
55
Tabel 2.2 Jenis daya tahan berdasarkan waktu penampilan
Daya Tahan Lama Waktu Beban (dalam menit)
Waktu Singkat 0 : 40 – 2
Waktu Sedang 2 – 8
Waktu Lama 8 ke atas
(Sumber : M Furqon H, 1995:82)
Selanjutnya ditinjau dari sistem energi yang digunakan Sukadiyanto
(2011:63) membagi menjadi 3, yaitu daya tahan aerobik, daya tahan anaerobik
alaktik dan daya tahan anaerobik lakik. Aerobik adalah aktivitas yang
memerlukan bantuan oksigen (O2). Anaerobik adalah aktivitas yang tidak
memerlukan bantuan oksigen (O2), jadi daya tahan aerobik adalah kemampuan
seseorang dalam mengatasi beban latihan dalam jangka waktu lebih dari 3 menit
secara terus-menerus. Anaerobik laktik cirinya selama aktivitas berlangsung
menghasilkan asam laktat, jadi daya tahan anaerobik laktik adalah kemampuan
seseorang mengatasi beban latihan dengan intensitas maksimal dalam jangka
waktu antara 10 detik sampai 120 detik. Sedangkan yang anaerobik alaktik tidak
menghasilkan asam laktat dalam aktivitasnya, daya tahan anaerobik alaktik adalah
kemampuan seseorang untuk mengatasi beban latihan dengan intensitas maksimal
dalam jangka waktu kurang dari 10 detik.
Sedangkan baumgartner dan jackson yang dikutip Arsil (1999:94), daya
tahan (endurance) dibagi menjadi dua yaitu daya tahan kardiovaskuler dan daya
tahan otot. Daya tahan kardiovaskuler adalah kemampuan seseorang dalam
mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran darahnya secara efektif
dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus yang melibatkan
kontraksi otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama. Daya tahan
otot adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan ototnya untuk
berkontraksi secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban
tertentu.
Daya tahan waktu pendek merupakan kemampuan otot dalam melakukan
kerja dalam waktu 0 hingga 120 detik (2 menit). Dan untuk olahraga renang gaya
crawl 50 meter membutuhkan kondisi fisik daya tahan tersebut. Gerakan
56
berulang-ulang yang dilakukan oleh lengan dan tungkai membutuhkan daya tahan,
agar hasil kerja dari dayungan lengan dan tendangan tungkai tetap dalam kerja
yang maksimal (tidak mengalami kelelahan). Hal tersebut berkaitan juga dengan
kemampuan jantung dalam memompa darah untuk mencukupi kebutuhan O2 ke
dalam otot-otot lengan dan tungkai yang secara terus menerus melakukan kerja.
Maka semakin baik daya tahan lokal dari otot lengan dan tungkai maka
kemampuan melakukan gerakan dalam renang gaya crawl akan tetap maksimal
dan menghasilkan prestasi yang maksimal.
4. Anthropometri
a. Pengertian Anthropometri
Antropometri adalah studi tentang pengukuran tubuh manusia dalam hal
dimensi tulang, otot, dan adiposa (lemak) jaringan. Kata "antropometri" berasal
dari Kata Yunani "anthropo" yang berarti "manusia" dan "metron" yang berarti
"ukuran". Bidang antropometri meliputi berbagai pengukuran tubuh manusia.
Berat badan, tinggi badan, postur tubuh, panjang rentangan, ketebalan lipatan
kulit, lingkar (kepala, dada, pinggang, tungkai, dll), panjang anggota gerak
(lengan, tungkai).
Menurut Etty Indriati (2010:5) Anthropometri adalah pengukuran
tubuh. Pengukuran yang dapat dilakukan pada manusia secara umum meliputi
pengukuran massa, panjang, tinggi, lebar, dalam, circumference (putaran),
curvatur (busur), pengukuran jaringan lunak (lipatan kulit). Pengukuran dapat
dilakukan pada tubuh secara keseluruhan (contoh: stature) maupun membagi
tubuh dalam bagian yang spesifik (contoh: panjang tungkai). Menurut Djoko
Pekik Irianto (2007:67) ukuran anthropometri mencakup kuantitas dari dimensi-
dimensi tubuh didalamnya berat, ukuran panjang dan luas penampang tubuh
memberikan tampilan yang berbeda-beda pada masing-masing individu.
Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa anthropometri
merupakan ukuran tubuh/bagian tubuh dalam dimensi berat, panjang, lingkaran
dan ketebalan. Ukuran anthropometri berkaitan dengan tipe atau bentuk tubuh.
Ukuran anthropometri juga dapat dijadikan sebagai parameter untuk menentukan
status gizi seseorang.
57
Perkembangan ukuran anthropometri tubuh berkembang sesuai dengan
periode perkembangan individu. Perkembangan ukuran bagian-bagian tubuh ini
dipengaruhi faktor-faktor pengembangan seperti faktor genesis, lingkungan serta
aktivitas fisik yang dilakukan. Perkembangan ukuran tubuh dan bagian-bagiannya
berlangsung terus selama masa pertumbuhan dengan tingkat perkembangan yang
berbeda-beda pada proporsi dan kecepatannya. Gallahue dan Ozmun (1998:189)
mengatakan bahwa Perkembangan ukuran anthropometri tubuh berkembang
sesuai dengan periode perkembangan individu. Perkembangan ukuran bagian-
bagian tubuh ini dipengaruhi faktor-faktor perkembangan seperti faktor genetis,
lingkungan serta aktivitas gerak fisik yang dilakukan. Perkembangan ukuran
tubuh dan bagian-bagiannya berlangsung terus selama masa pertumbuhan dengan
tingkat perkembangan yang berbeda-beda pada proporsi dan kecepatannya.
Pertumbuhan ukuran bayi berlangsung sangat cepat, kemudian secara
proporsional mengalami penurunan pada masa anak-anak dan kemudian
mengalami ledakan pertumbuhan pada masa adolesensi. Perbedaan kecepatan
pertumbuhan menyebabkan terjadinya variasi pada bentuk dan tipe tubuh
seseorang.
Ukuran anthropometri merupakan salah satu faktor penting dalam
aktivitas olahraga. Masing-masing cabang olahraga memerlukan karakteristik
anthropometri yang berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan karakteristik gerak
yang diperlukan dalam masing-masing olahraga tersebut. Perbedaan perbandingan
dari bagian-bagian tubuh serta perbedaan struktur tubuh memberikan
kemungkinan efisien gerak yang berbeda pula. Faktor anthropometri dalam
olahraga sangat di butuhkan untuk memaksimalkan prestasi atlet, sebagaimana
menurut Etty Indriati (2010:92) peran anthropometri dalam olahraga beragam
mulai dari penentuan cabang olahraga yang dapat memaksimalkan kondisi atlet,
status kebugaran seseorang, komposisi lemak, tulang, ukuran tubuh, kadar air
dan massa otot.
Anthropometri atau postur tubuh berpengaruh terhadap olahraga,
terutama untuk meraih prestasi yang tinggi (olahraga prestasi). Untuk mencapai
prestasi yang tinggi, diperlukan ciri-ciri fisik dan postur tubuh tertentu sesuai
dengan tuntutan cabang olahraga yang diikutinya.
58
Anthropometri melibatkan pengukuran bagian tubuh luar. Terdapat dua
tipe pengukuran anthropometri yaitu dimensi tubuh dan yang berhubungan
dengan somatotropi. Pengukuran Dimensi Tubuh mnenurut Frank M.Verducci
(1980:215) dalam pengukuran dimensi tubuh yang umum digunakan dalam
pendidikan olahraga menitik beratkan pada diameter dan keliling dari macam-
macam ruas tubuh.
Dalam ISAK (2001: 21) memberikan gambaran titik-titik dalam tubuh
yang digunakan untuk pengukuran antropometri, seperti pada gambar 2.17 berikut
Gambar 2.17 Tanda-Tanda Anatomi Tubuh
(ISAK, 2001:22)
Sedangkan menurut ISAK (2001:17-18) dalam pengukuran
anthropometri dibagi menjadi 5 tipe/dimensi, yaitu :
1) Dasar : a) Berat badan
b) Tinggi badan
c) Tinggi duduk
59
2) Kadar Lemak : a) Triseps
b) Subscapularis
c) Biceps
d) Iliac Crest
e) Supraspinale
f) Abdominal
g) Front Thigh
h) Medial Calf
3) Lebar : a) Biacromial
b) Billocristal
c) Foot lenght
d) Transverse shest
e) A-P chest depth
f) Humerus
g) Femur
4) Panjang : a) Acromiale-radiale
b) Radiale-stylion
c) Midstylion-dactylion
d) Iliospinale height
e) Trochanterion height
f) Trochanterion-tibialte
laterale
g) Tibiale laterale height
h) Tibiale-laterale-sphyrion
tibiale
5) Lingkaran : a) Kepala
b) Leher
c) Lengan (relaks/relaksasi)
d) Lengan (tengang/kontraksi)
e) Lengan bawah
f) Dada
g) Pinggang
60
h) Pantat
i) Paha ( 1 cm dari pantat)
j) Paha ( tengah)
k) Betis
l) Angkel
Ada banyak sekali pengukuran pada bagian anatomi tubuh lainnya.
Menurut Frank. M. Verducci (1980:216) dimana pengukuran tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut :
a) Ankel diukur pada saat berdiri dengan jarak diantara malleoll (antropometer
menunjukan sudut 45º dari bawah).
b) Rentang Lengan diukur pada saat berdiri dengan punggung bersandar pada
dinding rata, kedua lengan atas melebar bersama-sama, diukur panjang jarak
antara jangkauan jari kiri dan kanan.
c) Diameter biocromial diukur dengan posisi siku berada disebelah badan,
jaraknya antara proyeksi tulang rusuk dari acromial.
d) Diameter bideltoid diukur dengan posisi siku berada disamping tubuh dan
tangan berada diatas paha, jarak antara bagian terluar pundak (antropometer
hanya sedikit menyentuh kulit)
e) Diameter bi-iliac pengukuran yang dilakukan antara proyeksi rusuk dari
puncak iliac
f) Diameter bitrochanteric diukur pada posisi berdiri dengan jarak antara
proyeksi rusuk dan trochanters yang lebih besar
g) Lebar dada diukur pada saat berdiri dengan lengan agak sedikit ditarik
kedepan dan belakang tubuh, dengan jarak antara tulang rusuk ke 5 sampai ke
6, siku dengan siku satunya ditarik dan posisi tangan menghadap depan
dengan jarak antara condilus dan homerus
h) Panjang tangan diukur dengan jarak antara ruas distal dan titik-titik pada
tulang carpal proximal
i) Panjang kepala diukur dengan jarak anterior-posterior pada posisi alis dan
occipital protuberance.
j) Lebar kepala diukur dengan jarak pada titik terlebar dari tengkorak
61
k) Lutut diukur dengan cara lutut direntangkan sampai sudut 90, dengan jarak
antara proyeksi terluar dari tibial condyles
l) Panjang tungkai diukur pada saat berdiri dengan jarak antara lantai sampai
coccyx.
m) Tinggi badan diukur pada ujung tumit kaki menapak lantai, tubuh bersandar
pada dinding dengan kepala menghadap depan, diukur sampai ujung kepala.
a. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu aspek biologis dari manusia yang
merupakan bagian dari struktur tubuh dan postur tubuh yang bervariasi. Menururt
tim anatomi (2003:10) tinggi badan adalah jarak maksimal dari vertex ke telapak
kaki, cara mengukur adalah menanggalkan alas kaki, berdiri tegak membelakangi
batang pengukur vertical (stadiometer), kedua tumit rapat, punggung dan bagian
belakang kepala menyentuh batang pengukur vertical dan pandangan rata-rata air.
Tinggi badan merupakan jarak dari ujung kaki (telapak kaki) sampai dengan
kepala bagian atas (ubun-ubun) dengan berdiri sikap tegak.
Gambar 2.18 Posisi Pengukuran Tinggi Badan
(Verducci, 1980:217)
62
Menurut ISAK (2001:54) terdapat 4 macam teknik pengukuran tinggi
badan, yaitu : dengan berdiri bebas, membelakangi tembok, panjang berbaring
dan panjang peregangan. Mengukur tinggi dengan posisi telentang biasanya
digunakan untuk mengukur tinggi dari bayi umur 2-3 tahun ata untuk orang
dewasa yang tidak mampu berdiri. Harus selalu diingat bahwa terdapat variasi
tinggi badan harian. Pada umumnya, manuasia akan menjadi lebih tinggi dipagi
hari dan lebih pendek di sore hari.
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi badan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi badan antara lain :
a) Genetik (keturunan)
Faktor ini cukup dominan dalam menentukan tinggi badan
seseorang. Dapat kita lihat bahwa orang-orang afrika meskipun tidak
mendapatkan gizi makanan yang baik, namun memiliki postur yang
tinggi. Hal ini dapat terjadi lebih dikarenakan faktor keturunan atau
genetik ini. Namun tentu saja hal itu bukanlah suatu kepastian, namun
hanya kecenderungan medis telah diamati.
b) Asupan nutrisi
Gizi makanan sangat penting dalam membantu pertumbuhan
tinggi badan seseorang. Gizi makanan yang dikonsumsi orang eropa
sehari-hari jauh lebih baik dari pada gizi makanan yang dikonsumsi
oleh orang asia. Susu adalah makanan yang memiliki gizi “sempurna”
bagi pertumbuhan tulang (tubuh). Susu mengandung semua zat yang
dibutuhkan tulang untuk bertambah panjang.
c) Tidur berkualitas
Hormon pertumbuhan bekerja “penuh” sewaktu tidur. Semakin
berkualitas tidur seseorang maka hormon pertumbuhan semakin bekerja
optimal. Tinggi badan perenang bertambah sewaktu tidur (biasanya 1-2
cm). Ini disebabkan oleh karena adanya pertambahan panjang tulang
rawan pada punggung dan kaki. Namun pertambhana ini bersifat
sementara saja. Tidur yang sangat menunjang bagi pertumbuhan badan
adalah tidur lelap (deep sleep) selama kurang lebih 7-8 jam tanpa
terputus-putus, tanpa perasaan gelisah dan tanpa mimpi.
63
d) Olahraga teratur
Olahraga teratur dapat memacu produksi hormon pertumbuhan
oleh tubuh sehingga dapat menambah tinggi badan secara signifikan.
Gerakan-gerakan dalam renang juga merangsang tulang kaki dan
punggung untuk bertambah panjang.
Dalam olahraga renang tinggi badan dalam keadaan telungkup adalah
panjang seluruh tubuh membagi panjang kolam yaitu 50 meter seperti jarak yang
akan ditempuh. Jarak tersebut akan dibagi oleh panjangnya tubuh. Semakin
panjang tubuh yang membagi maka kolam akan menjadi potongan-potongan
imajiner yang lebih sedikit dibanding bila tubuh yang membagi tidak panjang.
Potongan yang lebih sedikit akan ditempuh dengan kayuhan yang lebih cepat
pula. Individu yang memiliki tinggi badan lebih tinggi akan memiliki panjang dari
anggota gerak (lengan dan tungkai) yang lebih panjang pula, dimana lengan dan
tungkai dalam olahraga renang gaya crawl merupakan alat untuk membawa tubuh
bergerak kedepan. Tinggi bdan juga berkaitan dengan luas penampang suatu
benda (tubuh manusia) yang berada diair, dimana daya apung di dalam air di
pengaruhi oleh luas penampang, semakin besar luas penampang maka semakin
besar pula tekanan air ke atas,sehingga tubuh dapat lebih streamline. Maka
semakin panjang tubuh seseorang akan semakin cepat gerak laju untuk mencapai
sisi yang lain dari kolam.
b. Panjang Lengan-Tangan
Lengan merupakan anggota gerak atas (extremitas superior liberae).
Menurut Yusuf dan Aip (1996:75) panjang lengan adalah jarak tulang bagian
atas lengan (humerus) sampai tulang hasta (ulna). Sedang Johson (1996:180),
mengatakan bahwa panjang lengan adalah jarak yang diukur dari acromion pada
humerus sampai titik styloid pada ulna. Sedangkan panjang tangan adalah jarak
terpendek dari garis midstylion sampai dactylion. Sehingga panjang Lengan-
Tangan merupakan jarak terpendek yang diukur mulai dari acromion hingga
dactylion. Midstylion merupakan titik tengah permukaan anterior pergelangan
tangan tepat pada garis horizontal yang ditarik setinggi stylion/styloid.
64
Gambar 2.19 Titik Acromion
(ISAK, 2001:24)
Menentukan titik pada acromion dapat dilakukan dengan cara meraba
tulang scapula dari medial ke lateral menuju acromion, setelah pada bagian
terlateral kemudian berikan tanda/garis pada bagian tersebut namun sedikit agak
superior dan medial (seperti pada gambar 2.19). Berikut gambar dari tulang
scapula :
Gambar 2.20 Acromion
(Reinhard Pabst and Renate Putz, 2006:162)
Susunan tulang dari lengan-tangan yaitu : Os. Humeri, Os. Ulnaris,
Os.Radialis dan Ossa.Carpalea, ossa metacarpalia dan ossa phalages. Otot-Otot
yang menyusun lengan-tangan ini yaitu : M.Deltoideus, M.Triceps Brachii,
M.Biceps Brachii, M. Brachialis, M.Pronator Teres, M.Brachioradialis, M.
Extensor digitorum, M. extensor carpi radialis longus, M. extensor carpi
Acromion
65
radialis brevis, M. flexor carpi radialis, M flexor pollicis longus, M abductor
pollicis longus, M. extensor pollicis brevis dan M. adductor pollicis.
Gambar 2.21 Otot-Otot Lengan
(Reinhard Pabst and Renate Putz, 2006:180-181)
Susunan pada otot rangka pada manusia dilengkapi dengan suatu sistem
pengungkit yang kompleks, memiliki fungsi yang penting dalam
penampilan olahraga. Pengungkit pada tulang digunakan untuk mengatasi suatu
tahanan atau untuk menambah kecepatan bagian badan. Menurut Pate,
McClenaghan dan Rotella (1984:182) pengungkit adalah sebuah mesin
sederhana yang dipergunakan untuk mendapatkan keuntungan mekanik dalam
melakukan suatu kegiatan. Tergantung pada macam pengungkit dan susunan
serta panjang lengan pengungkit. Keuntungan pada mekanik pengungkit
adalah sebagai penambah kecepatan suatu bagian. Pengungkit dengan lengan
usaha yang lebih besar atau panjang memungkinkan untuk penggunaan gaya
yang bertambah. Sedangkan memperpanjang lengan tahanan akan
menghasilkan kecepatan bagian yang lebih besar. Sistem rangka pada manusia
terdiri dari pengungkit jenis ke-3 yang dirancang untuk kecepatan. Selain
itu banyak olahraga yang memerlukan penggunaan kekuatan tenaga dengan
menggunakan suatu alat untuk memperpanjang lengan tahanan sehingga
menghasilkan kecepatan yang tinggi. Apabila lengan tahanan diperpanjang
66
maka akan memerlukan tambahan penggunaan tenaga. Hal ini akan
menghasilkan kontrol dan ketepatan yang kurang.
Gerakan lengan yang mendayung dan berputar merupakan salah satu
contoh dari torsi. Menurut McGinnis (2005:121) Dimana besarnya torsi
ditentukan oleh dua hal yaitu panjang lengan torsi dan gaya yang digunakan ( T
= F x r ). Dalam hal ini lengan perenang merupakan lengan torsi sehingga
semakin panjang lengan torsi maka akan semakin besar pula torsi yang
dihasilkan sehingga semakin besar tenaga yang dihasilkan untuk mendorong air
kebelakang.
Kemudian Thiago et al (2011:368) mengatakan bahwa secara
biomekanika terdapat unsur kinematikda dari renang gaya crawl yaitu
kinematika dayungan lengan, kinematika tungkai dan kinematika dari pinggul
dan pusat massa tubuh. Dalam kinematika dayungan lengan merupakan unsur
paling besar dalam mencapai kecepatan dalam berenang, kecepatan yang
dihasilkan oleh dayungan lengan tersbut terdiri dari dua hal yaitu frekuensi
dayungan dan panjang lengan. Perenang dengan lengan yang panjang paling
efektif dalam teknik renang. Craig & Pendergast dalam Thiago (2011:368)
mengemukakan hal serupa bawah seorang perenang harus mempunya lengan
yang panjang, kemudian untuk mencapai kecepatan maksimal dengan
memanipulasi frekuensi dayungan.
Telah diketahui bahwa semakin cepat pertumbuhan tulang maka akan
diimbangi dengan pertumbuhan otot. Semakin panjang tulang maka jumlah
massa otot akan bertambah semakin banyak. Pada anak laki-laki penambahan
ukuran dan jumlah otot merupakan peningkatan dari kekuatan. Peningkatan
ini terjadi di mulai dari usia 14 tahun hingga sampai pada masa adolesenci
(Gallahue dan Ozmun, 1998:337).
Keadaan mengenai ukuran tubuh berupa panjang lengan akan
beruntung untuk memperoleh kecepatan gerak lengan. Tulang lengan merupakan
tulang panjang. Kemudian otot yang panjang dan langsing akan memungkinkan
terjadinya gerakan yang cepat dan luas. Karena dengan tuas yang panjang akan
mempengaruhi kecepatan gerakan. Selain itu gaya putar yang dihasilkan dari
67
lengan yang panjang juga menajdi lebih besar, semakin panjang lengan semakin
besar gaya yang dihasilkan.
Gerakan dayungan yang diakukan oleh lengan secara otomatis tangan
melakukan dayungan pula, akan tetapi bukan berarti tangan tidak memiliki
kontribusi pada gerakan dayungan tersebut. Ketika melakukan gerakan dorongan
telapak tangan juga menentukan seberapa banyak air yang dapat di tarik
kebelakang yang menentukan seberapa jauh pula tubuh perenang akan bergerak
kedepan. Panjang tangan terdiri atas tulang-tulang pergelangan tangan (ossa
carpalia) tulang-tulang telapak tangan (ossa metacarpalia) dan tulang-tulang
jari-jari tangan (ossa phalages).
Pengukuran panjang lengan-tangan di definisikan sebagai panjang dari
acromion pada os scapula sampai dactylion (ujung dari jari tengah tangan).
Dalam renang gaya crawl kontribusi paling besar berasal dari gerakan lengan
dalam mendayung, gerakan lengan tersebut tidak sendiri namun juga bersamaan
dengan tangan. Lengan-tangan telah didesain sebagai alat pengungkit pada tubuh
manusia, semakin panjang tuas pengungkit/panjang lengan torsi maka akan
besar gaya yang dihasilkan. Kemudian dalam pertumbuhan jaringan bahwa
dengan memiliki lengan-tangan yang panjang maka otot juga akan makin
besar/panjang. Lengan-tangan yang panjang akan berkontribusi pada kekuatan
lengan-tangan dalam melakukan gerakan mendayung sebagai penggerak utama
gerakan maju dalam renang gaya crawl , kemudian berkontribusi dalam
memindahkan air lebih banyak ketika melakukan gerakan dalam renang gaya
crawl sesuai dengan hukum Newton III makan air yang dipindahkah oleh
lengan-tangan akan banyak dan mengakibatkan tubuh bergerak maju lebih jauh.
c. Rasio Panjang Tungkai-Tinggi Badan
Tungkai merupakan anggota gerak bawah yang terdiri dari tulang
anggota gerak bawah bebas (skeleton extremitas inferior liberae). Menurut Frank
M. Verducci (1980:218) panjang tungkai jika dalam keadaan berdiri diukur mulai
dari lantai hingga coccyx. Dalam hal ini Johnson dan Nelson (1986:191)
menyatakan bahwa ukuran panjang tungkai diukur dari tulang belakang bawah
atau dapat juga dari trochanter sampai ke lantai/telapak kaki. Sedangkan menurut
68
ISAK (2001:99) Panjang tungkai atas diukur dari trochanter hingga tibiale
laterale.
Gambar 2.22 Letak Trochanter dari Permukaan Kulit
(ISAK, 2001:39)
Menentukan letak titik trochanter dapat dilakukan dengan cara berdiri di
belakang subjek, kemudian meraba bagian lateral dari otot pantat dengan tumit
tangan. Ketikan menekan pada sisi kanan subjek maka tangan sebelah kiri ikut
membantu memberi penekanan kearah kanan agar trochanter segera dapat terasa
dimana letaknya. Setelah menemukan trochanter major, pengukuran harus
dilakukan dengan meraba keatas untuk menemukan titik tertinggi dari trochanter
dimana tulang masih dapat terasa ketika diberi tekanan yg lebih kuat kebawah.
Akan sulit menentukan trochanter pada subjek yang memiliki lemak banyak pada
bagian ini.
Gambar 2.23 Letak trochanter
(Reinhard Pabst and Renate Putz, 2006:271)
Trochanter
69
Menurut Soedarminto (1992:60) tulang-tulang anggota gerak bawah
bebas (skeleton extremitas inferior liberae) terdiri dari :
1) Femur (tulang paha)
2) Crus/crural (tungkai bawah)
a) Tibia
b) Fibula
3) Ossa Pedis
a) Ossa tarsalia
Tulang-tulang pergelangan kaki yang terdiri dari tujuh buah tulang.
b) Ossa metatarsalia
Tulang-tulang telapak kaki yang terdiri dari lima buah tulang
c) Ossa palangea digitorum pedis
Tiap-tiap jari terdiri dari tiga ruas tulang kecuali ibu jari hanya terdiri
dari dua ruas tulang.
Gambar 2.24 Otot-Otot Tungkai
(Reinhard Pabst and Renate Putz, 2006:330)
70
Kemudian otot-otot yang menyusun dari tungkai yaitu
M.Semitendinosus, M.Biceps Femoris, M.Soleus, M.Plantaris, M.Gracilis,
M.Semimembranosus, M.Gastrocnomeus, M.Flexor Hallucis Longus, M. Flexor
Digitorum Longus, M.Tibialis Posterior, M.Fibularis, M.Extensor Hallucis
Longus, M. Extensor Digitorum Longus, M.Abductor Digitiminimi dan otot-otot
kecil lainnya.
Tungkai dalam renang gaya crawl memberikan kontribusi dalam
membawa tubuh bergerak kedepan, gerakan tungkai yang menendang-nendang air
merupakan salah satu cara untuk memberikan dorongan tubuh kepada air.
Semakin besar permukaan yang memberikan tekanan terhadap air maka semakin
besar pula dorongan yang dihasilkan sebagaimana hukum Newton III yaitu hukum
aksi reaksi.
Ditinjau dari biomekanika, Thiago et al (2005:369) mengemukakan
bahwa penelitian yang di lakukan oleh Deschodt et al (1996) menunjukan
hubungan yang signifikan antara kecepatan pinggul dan gerakan horizontal dan
vertikal tungkai atas. Ketika kecepatan tungkai atas bertambah maka kecepatan
horizontal perenang akan bertambah pula. Dan kita ketahui bahwa kecepatan
tungkai dipengaruhi oleh frekuensi gerakan tungkai dan panjang tungkai. Hingga
saat ini belum diketahui kontribusi bagian tungkai atas dan tungkai bawah
masing-masing.
Kemudian tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang lebih panjang,
dalam hal pengungkit/tuas. Dengan tungkai yang panjang, seorang atlet renang
memiliki pengungkit yang lebih panjang sehingga menghasilkan tenaga yang
lebih besar. Menurut McGinnis (2005:121) dalam kaitannya dengan torsi bahwa
semakin panjang lengan torsi maka akan semakin besar pula torsi yang dihasilkan
sehingga semakin besar tenaga yang dihasilkan untuk mendorong air kebelakang.
Hal ini sependapat dengan Soedarminto (1995:40) bahwa makin panjang
pengungkit makin besar pula usaha yang digunakan untuk mengayun. Dengan
demikian, tungkai yang panjang memiliki ayunan yang lebih panjang atau jauh,
sehingga dapat memperbesar tenaga untuk menendang air.
Tungkai dalam renang gaya crawl memberikan kontribusi dalam
membawa tubuh bergerak kedepan, gerakan tungkai yang menendang-nendang air
71
merupakan salah satu cara untuk memberikan dorongan tubuh kepada air.
Semakin besar permukaan yang memberikan tekanan terhadap air maka semakin
besar pula dorongan yang dihasilkan sebagaimana hukum Newton III yaitu hukum
aksi reaksi. Kemudian tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang lebih
panjang, dalam hal pengungkit/tuas. Dengan tungkai yang panjang, seorang atlet
renang memiliki pengungkit yang lebih panjang sehingga menghasilkan tenaga
yang lebih besar.
Rasio panjang tungkai-tinggi badan adalah perbandingan antara panajng
tungkai dan tinggi badan. Perbandingan atau rasio tersebut di dapat dengan
membagi panjang tungkai dengan tinggi badan di kali 100%.
Rasio panjang tungkai dan tinggi badan berhubungan dengan hasil gaya
dorongan yang dilakukan oleh gerakan tungkai terhadap gerak kedepan dari
tubuh, semakin besar rasio panjang tungkai-tinggi badan sebagai penggerak maka
semakin besar pula gerakan kedepan yang dihasilkan. Sebaliknya jika rasio
panjang tungkai-tinggi badan kecil dan lebih besar bagian tubuh atas maka
semakin kecil pula jarak maju yang dihasilkan dari gerakan tungkai menendang-
nendang air.
B. Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang memiliki relevansi dekat dengan penelitian ini
antara lain :
a. I Made Sriundy Mahardika (2010) yang meneliti tentang performa renang
gaya bebas 50 meter, studi kuantitatif non-eksperimental antara komponen
biomotorik, komponen proporsi tubuh, volume paru-paru, kebugaran
jasmani dan status gizi dengan prestasi renang gaya bebas 50 meter. Dari
penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa : Komponen biomotorik terbukti
secara signifikan direfleksikan oleh kekuatan, daya ledak otot tungkai,
kecepatan, kelentukan, kelincahan, waktu reaksi, keseimbangan dan,
koordinasi. Proporsi tubuh terbukti secara signifikan direfleksikan oleh
72
lebar pinggul, lingkar paha, lingkar lengan atas, lingkar lengan bawah
lebar bahu, lebar elbow, dan panjang lengan memberikan pengaruh
signifikan terhadap prestasi renang gaya bebas 50 meter. volume paru-
paru tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
renang gaya bebas 50 meter. Daya tahan memberikan pengaruh
signifikan terhadap prestasi renang gaya bebas 50 meter. Status gizi
terbukti secara signifikan direfleksikan oleh tinggi dan berat badan.
b. Evelin Latt, dkk (2010), yang meneliti faktor fisiologi, biomekanika dan
anthropometri sebagai prediktor performa renang gaya bebas 100 meter,
studi korelasional antara faktor biomekanik, anthropometri dan psikologi
dengan performa renang gaya bebas 100 meter pada adolesensi. Hasil dari
penelitian tersebut yaitu : faktor biomekanik memberikan kontribusi sebesar
90,3%, faktor anthropometrik 45,8% dan faktor psikologis 45,2% terhadap
performa renang gaya bebas 100 meter pada adolesensi.
73
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan di atas dapat digambarkan
konseptual kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar 2.26. Konseptual Kerangka Berpikir
Berdasarkan konseptual kerangka pikir di atas menggambarkan bahwa,
Kondisi fisik dan anthropometri merupakan unsur yang penting dalam penunjang
penampilan seseorang/atlet dalam olahraga, sehingga untuk memperoleh prestasi
dalam olahraga renang gaya crawl 50 meter dibutuhkan pemilihan dan pelatihan
yang sesuai dan fokus pada faktor kondisi fisik dan anthropometri dominan. Unsur
kondisi fisik dan anthropometri yang memiliki hubungan dan dapat memprediksi
prestasi olahraga renang gaya crawl 50 meter antara lain kecepatan, kekuatan otot
Faktor-Faktor yang Memiliki Hubungan Dan dapat
Memprediksi Prestasi Renang Gaya Crawl 50 Meter
Kondisi Fisik Anthropometri
1. Kecepatan
2. Kekuatan :
a. Otot Lengan
b. Otot Tungkai
3. Power :
a. Otot Lengan
b. Otot Tungkai
4. Daya tahan
a. Otot Lengan
b. Otot Tungkai
1. Tinggi Badan
2. Panjang Lengan-
Tangan
3. Rasio Panjang
Tungkai-Tinggi
Badan
Prediksi Prestasi Renang Gaya Crawl 50 Meter Ditinjau dari
Kondisi Fisik dan Anthropometri
Prestasi Renang Gaya Crawl 50 meter
74
lengan, kekuatan otot tungkai, power otot lengan, power otot tungkai, daya tahan otot
lengan, daya tahan otot tungkai, tinggi badan, panjang lengan-tangan dan rasio
panjang tungkai-tinggi badan. Komponen-komponen kondisi fisik dan anthropometri
yang dipaparkan dalam kerangka pikir penelitian sebagai berikut :
1. Kondisi Fisik Yang Memiliki Hubungan Dan Dapat Memprediksi Prestasi
Renang Gaya Crawl 50 meter.
a. Kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan tubuh atau bagian tubuh dalam
menanggapi rangsang dan melakukan gerakan berulang-ulang secepat-
cepatnya atau menempuh jarak dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Dalam olahraga renang prestasi renang merupakan ukuran seberapa
cepat perenang mampu berenang dan menempuh jarak tertentu dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya. Oleh karena itu unsur kecepatan dibutuhkan
dalam olahraga renang gaya crawl. Kecepatan dimulai dari kecepatan dalam
menanggapi rangsang ketika aba-aba start, kemudian semakin cepat perenang
mampu mendayung dengan lengan dan menendang air dengan tungkai maka
akan semakin cepat pula pergerakan perenang untuk maju. Dalam olahraga
renang yang menggunakan gaya crawl gerakan lengan yang mendayung
secara berulang-ulang dan gerakan tungkai yang menendang air secara
berulang-ulang merupakan unsur kecepatan siklis. Gerakan-gerakan lengan
dan tungkai dalam renang gaya crawl dilakukan dengan melawan tahanan
yang berasal dari air sehingga unsur kecepatan dalam olahraga renang tidak
dapat dipisahkan dari unsur kekuatan. Maka dengan memiliki kecepatan yang
tinggi akan menghasilkan cepat reaksi saat start yang baik dan gerakan lengan
dan tungkai yang cepat yang akan berdampak pada kecepatan perenang
bergerak maju lebih cepat pula. Oleh karena itu komponen kondisi fisik
kecepatan diduga memiliki hubungan dan dapat memprediksi prestasi renang
gaya crawl 50 meter.
b. Kekuatan
Kekuatan merupakan suatu kemampuan otot atau sekelompok otot
untuk melakukan kontraksi atau tegangan dalam menerima beban saat
75
beraktivitas. Kemudian kekuatan khusus didefinisikan sebagai kekuatan otot
tertentu yang berkaitan dengan gerakan tertentu pada cabang olahraga.
Dalam olahraga renang gaya crawl gerakan lengan mendayung dan
tungkai yang menendang air merupakan gerakan yang mendapat beban atau
tahanan dari air. Dibutuhkan kekuatan untuk dapat melawan tahanan air dan
menghasilkan dorongan kedepan. Kekuatan dibutuhkan tanpa kekuatan maka
gerakan yang dilakukan tidak menghasilkan dorongan. Sesuai dengan hukum
Newton III aksi reaksi besarnya gaya yang dikeluarkan oleh otot lengan dan
otot tungkai dalam melawan tahanan air akan menghasilkan reaksi dari air
yang besarnya sama dengan arah berlawanan, sehingga lebih besar gaya yang
dikeluarkan oleh lengan dan tungkai dalam melakukan gerakan renang gaya
crawl maka akan menghasilkan reaksi berupa dorongan dari air yang sama
besarnya dan arah yang berlawanan yaitu arah kedepan, sehingga semakin
besar kekuatan yang diberikan pada air akan semakin besar/cepat pergerakan
maju tubuh perenang. Oleh karena itu komponen kondisi fisik kekuatan otot
lengan dan tungkai diduga memiliki hubungan dan dapat memprediksi
prestasi renang gaya crawl 50 meter.
c. Power
Power merupakan kemampuan otot atau kelompok otot untuk
mengeluarkan kekuatan maksimal dalam waktu yang secepat-cepatnya. Atau
dengan kata lain power dapat dikatakan sebagai hasil kerja antara kekuatan
dan kecepatan yang dimiliki oleh otot.
Dalam gerakan olahraga renang, power dibutuhkan seorang
perenang ketika melakukan start, tolakan yang dilakukan dari balok start
apabila dapat membawa tubuh perenang jauh kedepan maka telah memotong
jarak yang lebih besar dan memotong waktu tempuh, kemudian gerakan dari
lengan dan tungkai dalam melakukan gerakan renang gaya crawl melawan
tahanan dari air dibutuhkan kekuatan dan harus dilakukan dengan cepat agar
gerakan maju kedepan tubuh perenang juga dapat cepat sesuai dengan hukum
Newon III Aksi Reaksi, apabila gerakan aksi yang dilakukan lengan dan
tungkai memiliki power yang besar maka akan menimbulkkan reaksi dari air
yang akan membawa tubuh perenang maju kedepan lebih jauh dan cepat.
76
Oleh karena itu komponen kondisi fisik power otot lengan dan tungkai diduga
memiliki hubungan dan dapat memprediksi prestasi renang gaya crawl 50
meter.
d. Daya Tahan
Daya tahan merupakan kemampuan tubuh atau bagian tubuh dalam
melakukan kerja dalam waktu tertentu yang dipengaruhi oleh kemampuan
kerja dari sistem kerja kardiorespiratori. Daya tahan sering didefinisikan
sebagai kemampuan kerja otot melakukan kerja dalam waktu yang lama,
namun para ahli mengklasifikasikan daya tahan berdasarkan lama kerja
kedalam tiga kelompok, yaitu daya tahan waktu lama, sedang dan pendek.
Daya tahan waktu pendek merupakan kemampuan otot dalam
melakukan kerja dalam waktu 0 hingga 120 detik (2 menit). Dan untuk
olahraga renang gaya crawl 50 meter membutuhkan kondisi fisik daya tahan
tersebut. Gerakan berulang-ulang yang dilakukan oleh lengan dan tungkai
membutuhkan daya tahan, agar hasil kerja dari dayungan lengan dan
tendangan tungkai tetap dalam kerja yang maksimal (tidak mengalami
kelelahan). Hal tersebut berkaitan juga dengan kemampuan jantung dalam
memompa darah untuk mencukupi kebutuhan O2 ke dalam otot-otot lengan
dan tungkai yang secara terus menerus melakukan kerja. Maka semakin baik
daya tahan lokal dari otot lengan dan tungkai maka kemampuan melakukan
gerakan dalam renang gaya crawl akan tetap maksimal dan menghasilkan
prestasi yang maksimal. Oleh karena itu komponen kondisi fisik daya tahan
otot lengan dan tungkai diduga memiliki hubungan dan dapat memprediksi
prestasi renang gaya crawl 50 meter.
2. Anthropometri yang Memiliki Hubungan dan Dapat Memprediksi Prestasi
Renang Gaya Crawl 50 meter.
a. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan ukuran posisi berdiri (vertical) dengan kaki
menempel pada lantai, posisi kepala dan leher tegak, pandangan rata-rata air,
dada dibusungkan, perut datar dan tarik nafas beberapa saat dan tinggi badan
diukur dalam posisi berdiri sikap sempurna tanpa alas
77
Dalam olahraga renang tinggi badan dalam keadaan telungkup
adalah panjang seluruh tubuh membagi panjang kolam yaitu 50 meter seperti
jarak yang akan ditempuh. Jarak tersebut akan dibagi oleh panjangnya tubuh.
Semakin panjang tubuh yang membagi maka kolam akan menjadi potongan-
potongan imajiner yang lebih sedikit dibanding bila tubuh yang membagi
tidak panjang. Potongan yang lebih sedikit akan ditempuh dengan kayuhan
yang lebih cepat pula. Individu yang memiliki tinggi badan lebih tinggi akan
memiliki panjang dari anggota gerak (lengan dan tungkai) yang lebih panjang
pula, dimana lengan dan tungkai dalam olahraga renang gaya crawl
merupakan alat untuk membawa tubuh bergerak kedepan. Tinggi bdan juga
berkaitan dengan luas penampang suatu benda (tubuh manusia) yang berada
diair, dimana daya apung di dalam air di pengaruhi oleh luas penampang,
semakin besar luas penampang maka semakin besar pula tekanan air ke
atas,sehingga tubuh dapat lebih streamline. Maka semakin panjang tubuh
seseorang akan semakin cepat gerak laju untuk mencapai sisi yang lain dari
kolam. Oleh karena itu komponen anthropometri tinggi badan diduga
memiliki hubungan dan dapat memprediksi prestasi renang gaya crawl 50
meter.
b. Panjang Lengan-Tangan
Lengan dan tangan merupakan bagian tubuh yang dominan dalam
renang gaya crawl. Secara anatomis lengan merupakan anggota gerak atas
(Extremitas Superior Liberae). Panjang lengan-tangan adalah jarak yang
diukur dari acromion pada scapula sampai dyctilion (ujung jari tengah).
Dalam renang gaya crawl kontribusi paling besar berasal dari
gerakan lengan dalam mendayung, gerakan lengan tersebut tidak sendiri
namun juga bersamaan dengan tangan. Lengan-tangan telah didesain sebagai
alat pengungkit pada tubuh manusia, semakin panjang tuas
pengungkit/panjang lengan torsi maka akan besar gaya yang dihasilkan.
Kemudian dalam pertumbuhan jaringan bahwa dengan memiliki lengan-
tangan yang panjang maka otot juga akan makin besar/panjang. Lengan-
tangan yang panjang akan berkontribusi pada kekuatan lengan-tangan dalam
78
melakukan gerakan mendayung sebagai penggerak utama gerakan maju
dalam renang gaya crawl , kemudian berkontribusi dalam memindahkan air
lebih banyak ketika melakukan gerakan dalam renang gaya crawl sesuai
dengan hukum Newton III makan air yang dipindahkah oleh lengan-tangan
akan banyak dan mengakibatkan tubuh bergerak maju lebih jauh. Oleh karena
itu komponen anthropometri panjang lengan-tangan diduga memiliki
hubungan dan dapat memprediksi prestasi renang gaya crawl 50 meter.
c. Rasio Panjang Tungkai-Tinggi Badan
Tungkai merupakan anggota gerak bawah yang terdiri dari seluruh
kaki, mulai dari pangkal paha sampai dengan kaki (trochanter-lantai)
Tungkai dalam renang gaya crawl memberikan kontribusi dalam membawa
tubuh bergerak kedepan, gerakan tungkai yang menendang-nendang air
merupakan salah satu cara untuk memberikan dorongan tubuh kepada air.
Semakin besar permukaan yang memberikan tekanan terhadap air maka
semakin besar pula dorongan yang dihasilkan sebagaimana hukum Newton
III yaitu hukum aksi reaksi.
Ditinjau dari biomekanika, tungkai yang panjang memiliki
jangkauan yang lebih panjang, dalam hal pengungkit/tuas. Dengan tungkai
yang panjang, seorang atlet renang memiliki pengungkit yang lebih panjang
sehingga menghasilkan tenaga yang lebih besar. Panjang tungkai merupakan
segmen tubuh bagian bawah, rasio panjang tungkai dan tinggi badan
merupakan perbandingan panajng tungkai dengan tinggi badan. Ketika atlet
memiliki rasio segmen tubuh bagian bawah yang lebih besar maka segmen
tubuh atas lebih kecil, dalam hal ini panjang tungkai berhubungan dengan
hasil gaya dorongan yang dilakukan oleh gerakan tungkai terhadap gerak
kedepan dari tubuh, semakin besar rasio panjang tungkai-tinggi badan sebagai
penggerak maka semakin besar pula gerakan kedepan yang dihasilkan, karena
beban di depan tugkai lebih kecil yaitu segmen tubuh bagian atas. Oleh
karena itu komponen anthropometri rasio panjang tungkai-tinggi badan
diduga memiliki hubungan dan dapat memprediksi prestasi renang gaya
crawl 50 meter.
79
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka dapat diajukan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Hubungan antara kondisi fisik dengan prestasi renang gaya crawl 50 meter.
a. Terdapat hubungan antara kecepatan dengan prestasi renang gaya crawl 50
meter, kecepatan dapat memprediksi prestasi renang gaya crawl 50 meter.
Dengan memiliki kecepatan yang tinggi akan menghasilkan kecepatan reaksi
saat start yang baik dan gerakan lengan dan tungkai yang cepat yang akan
berdampak pada kecepatan perenang bergerak maju lebih cepat pula.
b. Terdapat hubungan antara kekuatan otot lengan dengan prestasi renang gaya
crawl 50 meter, kekuatan otot lengan dapat memprediksi prestasi renang gaya
crawl 50 meter. Dengan memiliki kekuatan otot lengan yang besar maka sesuai
hukum Newton III, kekuatan yang diberikan lengan terhadap air sebagai aksi
akan menghasilkan reaksi berupa dorongan dari air yang besar pula dan arah
yang berlawanan yaitu arah kedepan, sehingga semakin cepat dan besar
pergerakan maju tubuh perenang.
c. Terdapat hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi renang gaya
crawl 50 meter, kekuatan otot tungkai dapat memprediksi prestasi renang gaya
crawl 50 meter. Dengan memiliki kekuatan otot tungkai yang besar maka sesuai
hukum Newton III, kekuatan yang diberikan tungkai terhadap air sebagai aksi
akan menghasilkan reaksi berupa dorongan dari air yang besar pula dan arah
yang berlawanan yaitu arah kedepan, sehingga semakin cepat dan besar
pergerakan maju tubuh perenang.
d. Terdapat hubungan antara power otot lengan dengan prestasi renang gaya crawl
50 meter, power otot lengan dapat memprediksi prestasi renang gaya crawl 50
meter. Dengan melakukan aksi gerakan lengan dalam renang gaya crawl dengan
power lengan yang besar maka akan menghasilkan reaksi dari air yang
mendorong tubuh lebih besar dan cepat dalam bergerak maju, sesuai hukum
Newton III Aksi Reaksi.
e. Terdapat hubungan antara power otot tungkai dengan prestasi renang gaya crawl
50 meter, power otot tungkai dapat memprediksi prestasi renang gaya crawl 50
80
meter. Dengan memiliki power otot tungkai yang besar akan membawa tubuh
perenang lebih jauh kedepan saat tolakan start sehingga memotong jarak dan
waktu tempuh, kemudian semakin besar power otot tungkai dalam melakukan
gerakan naik turun melawan air akan menghasilkan reaksi yang sama besarnya
dengan power yang di berikan otot tungkai, sehingga tubuh akan bergerak lebih
cepat dan banyak.
f. Terdapat hubungan antara daya tahan otot lengan dengan prestasi renang gaya
crawl 50 meter, daya tahan otot lengan dapat memprediksi prestasi renang gaya
crawl 50 meter. Dengan memiliki daya tahan yang besar pada otot lengan maka
otot lengan tidak akan mengalami kelelahan dan akan bergerak dengan
maksimal dalam melakukan gerakan mengayun dalam renang gaya craw,
sehingga pergerakan maju perenang juga akan maksimal.
g. Terdapat hubungan antara daya tahan otot tungkai dengan prestasi renang gaya
crawl 50 meter, daya tahan otot tungkai dapat memprediksi prestasi renang gaya
crawl 50 meter. Dengan memiliki daya tahan yang besar pada otot tungkai maka
otot tungkai tidak akan mengalami kelelahan dan akan bergerak dengan
maksimal dalam melakukan gerakan naik turun melawan air dalam renang gaya
craw, sehingga pergerakan maju perenang juga akan maksimal.
h. Terdapat hubungan antara kecepatan, kekuatan otot lengan, kekuatan otot
tungkai, power otot lengan, power otot tungkai, daya tahan otot lengan dan daya
tahan otot tungkai secara bersama-sama dengan prestasi renang gaya crawl 50
meter, seluruh komponen kondisi fisik tersebut dapat memprediksi prestasi
renang gaya crawl 50 meter.
2. Hubungan antara anthropometri dengan prestasi renang gaya crawl 50 meter.
a. Terdapat hubungan antara tinggi badan dengan prestasi renang gaya crawl 50
meter, tinggi badan dapat memprediksi prestasi renang gaya crawl 50 meter.
Dengan memiliki tinggi badan yang lebih akan memototng panjang jarak
berenang menajdi lebih kecil, dan pada umumnya orang yang tinggi akan
memiliki anggota gerak/extremitas yang panjang yaitu lengan dan tungkai yang
merupakan sebagai penggertak utama dalam renang gaya crawl.
81
b. Terdapat hubungan antara panjang lengan-tangan dengan prestasi renang gaya
crawl 50 meter, panjang lengan-tangan dapat memprediksi prestasi renang gaya
crawl 50 meter. Dengan memiliki lengan-tangan yang panjang akan semakin
luas dan banyak air yang dipindahkan kebelakang sehingga semakin besar pula
reaksi air dalam mendorong tubuh perenang kedepan.
c. Terdapat hubungan antara rasio panjang tungkai-tinggi badan dengan prestasi
renang gaya crawl 50 meter, rasio panjang tungkai-tinggi badan dapat
memprediksi prestasi renang gaya crawl 50 meter. dengan memiliki rasio
panjang tungkai-tinggi badan yang besar maka akan semakin besar pula
kontribusi tungkai dalam membawa tubuh perernang bergerak maju karena
beban segmen tubuh bagian atas memiliki rasio yang lebih kecil.
d. Terdapat hubungan antara tinggi badan, panjang lengan-tangan dan rasio
panjang tungkai-tinggi badan secara bersama-sama dengan prestasi renang gaya
crawl 50 meter, seluruh komponen anthropometri tersebut dapat memprediksi
prestasi renang gaya crawl 50 meter.