BAB II Insya Allah Sip

download BAB II Insya Allah Sip

of 26

Transcript of BAB II Insya Allah Sip

28

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Restorasi Resin KompositBahan komposit mengacu pada kombinasi tiga dimensi dari sekurang-kurangnya dua bahan kimia yang berbeda dengan satu komponen pemisah yang nyata diantara keduanya. Bila konstruksi tepat, kombinasi ini akan memberikan kekuatan yang tidak dapat diperoleh bila hanya digunakan satu komponen saja. Bahan restorasi resin komposit adalah suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan pasi anorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan (Anusavice, 2004).Dalam ilmu kedokteran gigi istilah resin komposit secara umum mengacu pada penambahan polimer yang digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin. Resin komposit digunakan untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi bentuk dan warna gigi sehingga akhirnya dapat mengembalikan fungsinya. Resin komposit dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu resin matriks, partikel bahan pengisi, dan bahan coupling (Anusavice, 2004).Syarat bahan tumpatan dalam kedoktetran gigi resin komposit antara lain : Bahannya Tidak Mengiritasi Tidak Toksik Tidak mudah larut dalam saliva Mudah digunakan Estetika Yang Baik (Hermina, 2003)Menurut ( Anand, 2010) Syarat bahan tumpatan dalam kedoktetran gigi yang dipakai dalam pengaplikasiannya resin komposit antara lain: The American Dental Association(ADA)mengindikasikan kelayakan resin komposit untuk digunakan sebagaipitdanfissure sealant,resin preventif, lesi awal kelas I dan II yang menggunakan modifikasi preparasi gigi konservatif, restorasi kelas I dan II yang berukuran sedang, restorasi kelas V, restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika, dan restorasi pada pasien yang alergi atau sensitif terhadap logam. ADA tidak mendukung penggunaan komposit pada gigi dengan tekanan oklusal yang besar, tempat atau area yang tidak dapat diisolasi, atau pasien yang alergi atau sensitif terhadap material komposit.

2.2 Komposisi dari Resin Komposit1. Bahan utama/Matriks resinKebanyakan resin komposit menggunakan campuran monomer aromatic dan atau aliphatic dimetacrylate seperti bisphenol A glycidyl methacrylate (BIS-GMA), selain itu juga banyak dipakai adalah tryethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA), dan urethane dimethacrylate (UDMA) adalah dimethacrylate yang umum digunakan dalam komposit gigi. Perkembangan bahan restorasi kedokteran gigi (komposit) dimulai dari akhir tahun 1950-an dan awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem epoksi, seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan perubahan warna, mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi (CH-O-CH2) dan akrilat (CH2=CHCOO-). Percobaan-percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul BIS-GMA. Molekul tersebut memenuhi persyaratan matrik resin suatu komposit gigi.BIS-GMA memiliki viskositas yang tinggi sehingga membutuhkan tambahan cairan dari dimethacrylate lain yang memiliki viskositas rendah yaitu TEGDMA untuk menghasilkan cairan resin yang dapat diisi secara maksimal dengan partikel glass. Sifatnya yang lain yaitu sulit melakukan sintesa antara struktur molekul yang alami dan kurang melekat dengan baik terhadap struktur gigi (Anusavice,2004).2. FillerDikenali sebagai filler inorganik. Filler inorganik mengisi 70 persen dari berat material. Beberapa jenis filler yang sering dijumpai adalah berbentuk manik-manik kaca dan batang, partikel seramik seperti quartz (SiO2), litium-aluminium silikat (Li2O.Al2O3.4SiO2) dan kaca barium (BaO) yang ditambahkan untuk membuat komposit menjadi radiopak.Ukuran partikel yang sering dipakai berkisar antara 4 hingga 15m. Partikel yang dikategorikan berukuran besar sehingga mencapai 60m pernah digunakan tetapi permukaan tumpatan akan menjadi kasar sehingga mengganggu kenyamanan pasien.Bentuk dari partikel juga terbukti penting karena manik-manik bulat sering terlepas dari material mengakibatkan permukaan menjadi aus. Bentuk filler yang tidak beraturan mempunyai permukaan yang lebih baik dan tersedia untuk bonding dan dapat dipertahankan di dalam resin.Penambahan partikel filler dapat memperbaiki sifat resin komposit:a. Lebih sedikit jumlah resin, pengerutan sewaktu curing dapat dikurangib. Mengurangkan penyerapan cairan dan koefisien ekspansi termalc. Memperbaiki sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan dan resisten terhadap abrasi(Anusavice,2004).3. Coupling agentKomponen penting yang terdapat pada komposit resin yang banyak dipergunakan pada saat ini adalah coupling agent. Resin akrilik yang awal digunakan tidak berfungsi dengan baik karena ikatan antara matriks dan filler adalah tidak kuat. Melapiskan partikel filler dengan coupling agent contohnya vinyl silane memperkuat ikatan antara filler dan matriks. Coupling agent memperkuat ikatan antara filler dan matriks resin dengan cara bereaksi secara khemis dengan keduanya. Ini membolehkan lebih banyak matriks resin memindahkan tekanan kepada partikel filler yang lebih kaku. Kegunaan coupling agent tidak hanya untuk memperbaiki sifat khemis dari komposit tetapi juga meminimalisasi kehilangan awal dari partikel filler diakibatkan dari penetrasi oleh cairan diantara resin dan filler.Fungsi bagi coupling agent adalah:a.Memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari resinb.Mencegah cairan dari penetrasi kedalam filler-resin(Anusavice,2004).4. Bahan penghambat polimerisasiMerupakan penghambat bagi terjadinya polimerisasi dini. Monomer dimethacrylate dapat berpolimerisasi selama penyimpanan maka dibutuhkan bahan penghambat (inhibitor). Sebagai inhibitor, sering digunakan hydroquinone, tetapi bahan yang sering digunakan pada saat ini adalah monometyhl ether hydroquinone (Anusavice,2004).5. Penyerap ultraviolet (UV)Ini bertujuan meminimalkan perobahan warna karena proses oksidasi. Camphorquinone dan 9-fluorenone sering dipergunakan sebagai penyerap UV(Anusavice,2004).6. Opacifiers Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin komposit terlihat di dalam sinar-X. Bahan yang sering dipergunakan adalah titanium dioksida dan aluminium dioksida(Anusavice,2004).7. Pigmen warnaBertujuan agar warna resin komposit menyamai warna gigi geligi asli. Zat warna yang biasa dipergunakan adalah ferric oxide, cadmium black, mercuric sulfide, dan lain-lain. Ferric oxide akan memberikan warna coklat-kemerahan. Cadmium black memberikan warna kehitaman dan mercuric sulfide memberikan warna merah (Anusavice,2004).

2.3 Klasifikasi Resin KompositResin komposit dapat diklasifikasikan atas 2 bagian yaitu menurut ukuran filler dan menurut cara aktivasi.2.3.1 Resin komposit berdasarkan Ukuran Filler Menurut Combe (1992), berdasarkan filler yang digunakan, resin komposit dapat diklasifikasikan menjadi :1. Resin Komposit Tradisional Resin komposit tradisional juga dikenal sebagai resin konvensional. Komposit ini terdiri dari partikel filler kaca dengan ukuran rat-rata 10-20 mikro meter dan ukuran partikel terbesar adalah 40 mm. Terdapat kekurangan pada komposit ini yaitu permukaan tambalan tidak bagus, dengan warna pudar disebabkan partikel filler menonjol keluar dari permukaan. 2. Resin Komposit MikrofillerResin mikrofiller pertama kali diperkenalkan pada ahkir tahun 1970, yang mengandung coloidal silica dengan rata-rata ukuran partikel 0,02 mm dan antara ukuran 0,01-0,05 mikro meter. Ukuran partikel yang kecil dimaksudkan agar komposit dapat dipolish hingga menjadi permukaan yang sangat licin. Ukuran partikel bermaksud bahan ini dapat menyediakan tempat atau luas permukaan filler besar dalam kontak dengan resin.3. Resin Komposit HibridKomposit hibrid mengandung partikel filler berukuran besar dengan rata-rata berukuran 15-20 mikrometer dan juga terdapat sedikit jumlah colloidal silica, dengan ukuran partikel 0,01-0,05 mikrometer.4. Resin Komposit Partikel Hibrid Ukuran KecilUntuk mendapatkan ukuran partikel yang kecil dari pada sebelumnya telah diperbaikan metode dengan cara grinding kaca. Ini menyebabkan pengenalan komposit yang mempunyai partikel filler dengan ukuran partikel kurang dari 1 mikrometer, dan biasanya dikombinasikan dengan colloida silica. Partikel berukuran kecil ini memungkinkan komposit dipolish permukaannya sehingga menjadi lebih rata dibanding partikel filler berukuran besar. Komposit ini dapat mencapai permukaan yang lebih rata, karena setiap permukaan kasar dihasilkan dari partikel filler berukuran besar adalah lebih kecil dari beukuran kecil.2.3.2 Resin komposit berdasarkan Cara AktivasiMenurut Combe (1992), cara aktivasi dari resin komposit dibagi menjadi dua, yaitu :1. Resin komposit berdasarkan Aktivasi Secara KhemisProduk yang diaktivasi secara khemis terdiri dari dua pasta, satu yang mengandung benzoyl peroxida (BP) initiator dan satunya lagi mengandung aktivator aromatic amine tertier. Pasta katalis dan base diletakan diatas mixing pad dan diaduk dengan menggunakan instrument plastik selama 30 detik untuk membenruk radikal bebas dan polimerisasi dimulai. Adonan yang telah siap diaduk kemudian dimasukkan kedalam kavitas dengan menggunakan instrumen plastik atau syringe.2. Resin komposit berdasarkan Aktivasi Mempergunakan CahayaSistem aktivasi menggunakan cahaya pertama kali diformulasikan untuk sinar ultraviolet (UV) membentuk radikal bebas. Pada masa kini komposit menggunakan curing sinar UV telah digantikan dengan sistem aktivasi sinar tampak biru yang telah diperbaiki kedalaman curingnya, massa kerja terkontrol, dan berbagai kebaikan lainnya. Disebabkan kebaikan ini komposit yang menggunakan aktivasi sinar tampak biru lebih banyak digunakan dibandingkan material yang diaktivasi secara khemis.Komposit yang menggunakan aktivasi dari sinar tampak terdiri dari pasta tunggal yang diletakan dalam syringe tahan cahaya. Pasta ini mengandung photosensitizer, comphorquinone (CQ) dengan panjang gelombang diantara 400-500 nm dan amine yang menginisiasi pembentukkan radikal bebas. Bila bahan ini terkontaminasi sinar tampak biru (Visible Blue Light, panjang gelombang 400-500 nm/ secara umumnya 458nm) memproduksi fase eksitansi dari photosensitizer dimana akan bereaksi dengan amine untuk membentuk radikal bebas sehingga terjadi polimerisasi lanjutan. Reaksi ini sangat cepat.Working time bagi komposit ini juga tergantung pada operator. Pasta hanya dikeluarkan dari tube pada saat ingin digunakan karena terkena sinar pasta dapat menginisiasi polimerisasi. Pasta diisi kedalam kavitas, disinari dengan sinar biru dan terjadi polimerisasi sehingga bahan resin mengeras. Camphorquinone (CQ) menyerap sinar tampak dan membentuk fase eksitasi dengan melepaskan elektron seperti amine.

2.4 Sifat sifat Resin KompositSama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin komposit juga memiliki sifat. Ada beberapa sifat sifat yang terdapat pada resin komposit, antara lain:1. Sifat fisik Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa dan karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini . Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya: a. Warna Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi oleh pencelupan berbagai noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak dan minyak wijen. Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan akibat dari penggantian air dalam polimer matriks.Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk menyesuaikan dengan warna email dan dentin (Anusavice,2004).b. Strength Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan insisal. Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin komposit berbeda(Anusavice,2004).c. Setting Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light cured dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang diaktifkan secara kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan. Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument yang tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary(Anusavice,2004).2. Sifat mekanis Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu. Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu :a. AdhesiAdhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak disebabkan adanya gaya tarik menarik yang timbul antara kedua benda tersebut. Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding agent) (Anusavice,2004).b. Kekuatan dan keausan Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal. Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas (Anusavice,2004).3. Sifat khemis Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah serangkaian reaksi kimia dimana molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah molekul molekul yang disebut monomer.Inti molekul yang terbentuk dalam sistem ini dapat berbentuk apapun, tetapi gugus metrakilat ditemukan pada ujung ujung rantai atau pada ujung ujung rantai percabangan. Salah satu metakrilat multifungsional yang pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi adalah resin Bowen (Bis-GMA) (Anusavice, 2004).

2.5. Kelebihan dan Kekurangan Resin Komposit 2.5.1 Kelebihan Resin Komposit antara lain:- Warna dan tekstur material bisa disamakan dengan gigi pasien dengan menambah material pengisi.- Bisa digunakan untuk merubah warna, ukuran dan bentuk gigi. - Tidak mengandung merkuri. - Sangat bermanfaat untuk gigi anterior dan kavitas kecil pada gigi posterior dengan beban gigitan yang tidak terlalu besar dan mementingkan estetis.- Hanya sedikit gigi yang perlu dipreparasi untuk pengisian bahan tambalan dibanding amalgam(Anusavice, 2003).2.5.2 Kekurangan Resin Komposit antara lain :- Kurang daya tahan dibanding amalgam serta tidak begitu kuat dalam menahan tekanan gigitan pada bagian posterior.- Tidak bisa digunakan untuk tambalan yang besar.Lebih cepat aus dibanding amalgam.- Teknik etsa asam bisa melemahkan material polimer komposit.- Kontras bahan tambalan komposit dan karies yang kurang menyebabkan sukar untuk mendeteksi karies baru.- Memerlukan ketrampilan serta biaya tinggi (Anusavice, 2003).

2.6. Indikasi dan Kontraindikasi Restorasi Resin Komposit 2.6.1 Indikasi Restorasi Resin Komposit antara lain: Restorasi kelas I sampai V Sealent dan restorasi konservatif Restorasi sementara Restorasi kavitas kecil dengan kebutuhan estetik yang tinggi, misalnya sudut insisal Restorasi estetik, misalnya veneer, penutupan diastema, modifikasi kontur gigi Bahan base lining Splinting Fiber composit untuk pin pasak Semen/luting (dual cure)(Cecilia, 1989).2.6.2 Kontraindikasi Restorasi Resin Komposit antara lain: Gigi yang sudah tidak dapat dipertahankan, misalnya gigi goyang derajat 3 atau 4, gigi yang tidak mendapat cukup dukungan dari enamel dan dentin Gigi yang mendapat tekanan besar OH buruk Alergi resin komposit Pasien yang mempunyai control cairan yang buruk Lesi distal pada caninus Lesi di proksimal yang terlalu dalam sehingga penyinaran sulit dilakukan(Cecilia, 1989).

2.7 Tahapan Preparasi Restorasi Resin Komposit1. Tahapan IsolasiIsolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva dan lidah akan menggangu penglihatan. Beberapa metode tepat digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan kapas atau cotton roll,dan isolator karet atau rubbedam(Baum, 1997).a. Saliva EjectorAlat ini mempuyai diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva yang tertumpuk didalam mulut. Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya dari diletakkan didasar mulut. Pada posisi initer kadang membuat pasien tidak nyaman karena diletakkan terus menerus didasar mulut, di bawah tekanan negatif yang konstan dapat menarik jaringan lunak dan menimbulkan lesi jaringan lunak (Baum, 1997).

Gambar 1. Saliva ejector

Gambar 2.Penggunaan Saliva ejector

b. Gulungan Kapas atau Cotton RollGulungan Kapas atau Cotton Roll digunakan kedokteran gigi memiliki beberapa ukuran panjang dan besar. Namun yang seringdigunakanadalahcotton rollnomor 2 denganpanjang inchi dan diameter inchi. Cotton rolldapatmenyerap saliva cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi jangka pendek pada rongga mulut. Biasanya cotton rollharusseringdigantikarenaakanseringterbashioleh saliva. Penggunaan cotton roll bersama saliva ejector efektif dalam meminimalkan aliran saliva (Baum, 1997).c. Isolator karet atau Rubber DamDari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari rubber dam. Lembaran karet inidengangigi-gigi yang menonjol melalui lubang pada lembaran itu memberikan isolasi yang positif dan jangka panjang pada gigi yang perlu dirawat. Penggunaan dari rubber dam merupakan keharusan untuk prosedur operatif. Rubber dam terdiridari 2 bagian yaitu isolator karet dan klem.

KlemIsolator karetGambar 3.Rubber Dam2. Pembersihan GigiGigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang dicampur dengan air. Bila ada karang gigi dibersihkan terlebih dahulu (Baum, 1997).3. Tahap preparasiGigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel selebar 2-3 mm dari tepi kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut 450Gigi dengan karies dibersihkan dengan diamond fissure bur atau excavator, kemudin dibuat bevel seperti di atas.Tahap pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena karies. Untuk kasus kelas III akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal karena ridge ini tidak didukung oleh dentin yang sehat. Dinding labial sedapat mungkin dipertahankan mengingat sampai saat ini tak satupun warna bahan restorasi yang sama persis dengan warna gigi. Akses dari palatal memang lebih menyusahkan operator namun akses dari labial jarang sekali dilakukan karena akan menghasilkan estetika yang tidak begitu baik. Akses langsung bisa dilakukan jika gigi tetangganya tidak ada (Baum, 1997).

Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas atau outlinef orm.Ragangan pada kasus ini hanya dibuat berdasarkan perluasan kariesnya yang mengenai email dan dentin. Semua email dan dentin yang sebenarnya tidak terserang karies tetapi kelihatannya sudah lemah harus dihilangkan.Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan atau extension for prevention. Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatan bevel tidak perlu dilakukan karena menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari kontakdengan gigi tetap pada tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah menyediakan retensi yang cukup tanpa membuat alur retensi khusus. Bentuk retensi pada setiap kasus berbeda tergantung pada besar kavitasnya apakah kecil atau besar retensi pada kelas III adalah undercut. Undercut dibuat di dnding gingival aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding insisal. Pada restorasi plastis komposit proses pengetsaan juga merupakan suatu retensi mekanis. Setelah preparasi selesai dilakukan tahap selanjutnya perlu dilakukan pengecekan tepi kavitas agar tidakada email dan dentin karies yang tersisa sehingga tidak menyebabkan karies sekunder. Selanjutnya adalah pembersihankavitas, semua debris dan sisa preparasi diirigasi dengan aquadest steril dan kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas perlu diperiksa lagi dari berbagai aspek sebelum dilakukan penumpatan (Baum, 1997).

4. Pemberian Liner/ Basis Basis adalah lapisan tipis yang diletakkan antara dentin dan atau pulpa dengan restorasi. Perbedaan antara basis dan liner adalah ketebalan dan hal yang mampu ditahannya. Jika basis dengan ketebalan yang lebih daripada liner mampu menahan tekanan mekanik dari bahan restorasi selain juga sebagai penahan termal, listrik dan kimiawi (Baum, 1997). Pada restorasi resin komposit, perlu diplikasikan basis atau liner karena sifat dari resin itu sendiri yang iritan terhadap pulpa sehingga perlu adanya perlindungan sehingga bahan restorasi resin komposit ini tidak secara langsung mengenai struktur gigi. Bahan basis atau liner yang biasanya digunakan adalah kalsium hidroksida, terutama karies yang hampir mencapai pulpa, karena sifatnya yang mampu merangsang pembentukan dentin sekunder. Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) sebagai liner berbentuk suspensi dalam liquid organik seperti methyl ethyl ketone atau ether alcohol atau dapat juga dalam larutan encer seperti methyl cellusose yang berfungsi sebagai bahan pengental(Baum, 1997).Liner ini diaplikasikan dalam konsistensi encer yang mengalir sehingga mudah diaplikasikan ke permukaan dentin. Larutan tersebut menguap meninggalkan sebuah lapisa tipis yang berfungsi memberikan proteksi pada pulpa di bawahnya.Selain liner, perlindungan lain dapat berupa basis. Basis yang dapat digunakan adalah basis dari kalsium hidroksida, semen ionomer kaca, dan seng fosfat. Sebagai basis, kalsium hidroksida berbentuk pasta yang terdiri dari basis dan katalis. Basisnya terdiri dari calcium tungstate, tribasic calcium phosphate, dan zinc oxide dalam glycol salycilate. Katalisnya terdiri dari calcium hydroxide, zinc oxide, dan zinc stearate dalam ethylene toluene sulfonamide. Basis kalsium hidroksida yang diaktivasi dengan sinar biasanya mengandung calcium hydroxide dan barium sulfate yang terdispersi dalam resin urethane dimethacrylate. Kalsium hidroksida sebagai basis mempunyai kekuatan tensile dan kompresi yang rendah . dibandingkan dengan basis dengan kekuatan dan rigiditas yang tinggi. Karena itulah, kalsium hidroksida tidak diperuntukkan untuk menahan kekuatan mekanik yang besar, biasanya jika digunakan untuk memberikan tahanan terhadap tekanan mekanik, harus didukung oleh dentin yang kuat. Untuk memberikan perlindungan terhadap termis, ketebalan lapisan yang dianjurka tidak lebih dari 0,5 mm. keuntungan dari penggunaan kalsium hidroksida adalah sifat terapeutiknya yang mampu merangsang pembentukan dentin sekunder (Baum, 1997).. 5. Tahap etsa asam1. Ulaskan bahan etsa (asam phospat 30%-50%) dalam bentuk gel/cairan dengan pinset dan gulungan kapas kecil (cutton pellet) pada permukaan enamel sebatas 2-3 mm dari tepi kavitas (pada bagian bevel).2. Pengulasan dilakukan selama 30 detik dan jangan sampai mengenai gusi.3. Dilakukan pencucian dengan air sebanyak 20 cc, menggunakan syiring.4. Air ditampung dengan tampon atau cotton roll.5. Setelah pencucian gigi dikeringkan dengan semprotan udara sehingga permukaan tampak putih buram.

6. Tahap bondingUlaskan bahan bonding menggunakansponkecilataukuas / brush kecil pada permukaan yang telah di etsa .Ditunggu 10 detiksambil di semprot udara ringan di sekitar kavitas (tidaklangsungmengenaikavitas) .Kemudian dilakukan penyinaranselama 20 detik. Saat ini, pemakaian bahan adhesif pada dentin telah meluas ke seluruh dunia dan perkembangannya pun bervariasi didasarkan pada tahun pembuatan, jumlah kemasan dan sistem etsa (Baum, 1997). Berdasarkan jumlah kemasan atau tempat penyimpanan, bahan adhesif dibagi menjadi tiga yakni sistem tiga botol, dua botol dan satu botol. Pada sistem tiga botol, bahan adhesif terdiri dari tiga botol bahan yang terpisah yakni etsa, primer dan bonding. Sistem ini diperkenalkan pertama kali tahun 1990-an. Sistem ini menghasilkan kekuatan ikatan yang baik dan efektif. Namun, kekurangan sistem ini adalah banyaknya kemasan yang ada di meja unit dan waktu pemakaian yang lama dikarenakan sistem ini yang terdiri dari tiga botol dan tidak praktis (Baum, 1997).Sistem bahan adhesif lainnya yakni sistem dua botol yang terdiri dari dua botol bahan yang terpisah yakni satu botol bahan etsa dan satu botol yang merupakan gabungan antara primer dan bonding. Saat ini, sistem in merupakan bahan adhesif yang paling banyak digunakan di praktek dokter gigi. Hal ini dikarenakan sistem ini lebih simpel dan waktu pemakaiannya lebih cepat. Disamping itu, ikatan yang dihasilkan cukup kuat. Sistem bahan adhesif terakhir yakni sistem satu botol yang hanya terdiri satu botol yang merupakan gabungan etsa, primer dan bonding. Sistem ini merupakan sistem bahan adhesif yang terakhir kali keluar. Kelebihan sistem ini adalah waktu pemakaian yang lebih cepat dan mudah pengaplikasiannya dibandingkan dengan sistem bahan adhesif lainnya. Namun, kekurangan sistem ini adalah kekuatan ikatan yang dihasilkan lebih rendah (Baum, 1997).7. Tumpatan Resin KompositCara penumpatan kavitas di servikal gigi serupa dengan penumpatan kavias oklusal. Walaupun tumpatannya nanti tidak akan menerima tekanan kunyah oklusal, tekanan kondensasi tetap harus memadai agar alur-alur retensi terisi dengan baik, sehingga tumpatan dapat bertahan lama. Pengukiran pada tahap yang dini dapat dilakukan dengan sonde, kalau sudah terlambat dengan alat Ward atau Hollenbach (Baum, 1997).Hendaknya bentuk anatomi permukaan servikal dapat dikembalikan, dan untuk itu dapat degunakan dengan pengukir dengan bilah cembung misalnya pengukir Ward atau Hollenbach. Pengukiran dilakukan dengan jalan mengukir tepi oklusal dan tepi gingival sendiri-sendiri sehingga terbentuknya permukaan yang cekung dapat dicegah. Tumpatan lebih baik dibuat sedikit cekung daripada overkontur kea rah gingival sebab hal ini akan menyebabkan akumulasi plak dan merangsang timbulnya gingivitis (Baum, 1997). 8. Tahap finishing dan polishing kompositFinishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah pengerasan awal (Baum, 1997). Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :a. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12 atau12b atau specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized aluminium, atau nikel titanium. b. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan pasta polishing.1. Diamond dan carbide bursDigunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin komposit dan dapat digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan restorasi. 2. Discs Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang abrasive dari disk dapat mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk terdiri dari beberapa jenis dari yang kasar sampai yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat melakukan finishing dan polishing.3. Impregnated rubber points dan cupsDigunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar digunakan untuk mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang halus efektif untuk membuat permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini adalah dapat membuat permukaan yang terdapat ekses membentuk groove, membentuk bentuk permukaan yang diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf pada lingual gigi anterior4. Finishing stipsDigunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin gingival untuk membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan plastik. Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi ekses yang besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus berhati-hati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin. Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing. Juga tersedia dalam beberapa jenis dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara berurutan Prosedur finishing dan polishing resin komposit:a. sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses di area proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari resin komposit. b. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin komposit pada aspek distal.c. alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk polishing permukaan proksimal dari restorasi resin komposit. d. finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal e. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk menghaluskan permukaan oklusal restorasif. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau polishing permukaan proksimal untuk membuat kontak proksimal. (Baum, 1997).

2.8 Mekanisme Perlekatan Resin Komposit pada Struktur Gigi Jika sebuah molekul berpisah setelah penyerapan kedalam permukaan dan komponen-komponen konstituen mengikat dengan ikatan ion atau kovalen. Ikatan adhesive yang kuat sebagai hasilnya. Bentuk adhesive ini disebut penyerapan kimia, dan dapat merupakan ikatan kovalen atau ion (Cabe, 1984). Perlekatan pada resin komposit terjadi secara mekanis atau retensi, perlekatan yang kuat antara satu zat dengan zat lainnya bukan gaya tarik menarik oleh molekul. Contoh ikatan semacam ini seperti penerapan yang melibatkan penggunaan skrup, baut atau undercut. Mekanisme perlekatan antara resin komposit dengan permukaan gigi melalui dua teknik yaitu pengetsaan asam dan pemberian bonding (Cabe, 1984).

2.8.1 Teknik etsa asam Etsa adalah cara yang betujuan untuk merubah keadaan permukaan jaringan gigi. Etsa asam pada email membuat terbentuknya mikroporositas pada permukaan email. Teknik etsa untuk meningkatkan kekuatan lekat tumpatan komposit terhadap jaringan email (Anusavice, 2003). Bahan komposit yang ada sekarang ini tidak memiliki kemampuan untuk menahan kebocoran tepi dan kebocoran cairan mulut sering terjadi pada bagian yang berdekatan dengan restorasi ini. Meskipun demikian, bahan tersebut juga merupakan restorasi yang bermanfaat, meskipun bahan-bahan tersebut juga merupakan restorasi yang bermanfaat, meskipun bahan-bahan tersebut amat sensitif terhadap teknik (Anusavice, 2003).

Salah satu cara yang paling efektif dalam meningkatkan perlekatan mekanis dan menutup tepi adalah dengan menggunakan teknik etsa asam. Prosedur ini secara nyata memperluas penggunaan bahan restorasi berbasis resin karena memberikan ikatan yang kuat antara resin dan email, membentuk basis bagi kebanyakan prosedur inovatif kedokteran gigi, seperti resin logam berikatan resin, vinir berlapis porselen dan braket ortodontik. Proses mendapatkan ikatan antara email dan bahan restorasi berbasis resin mencakup melakukan etsa email sehingga terjadi kelarutan pada tempat tertentu dengan mikroporus. Email teretsa memiliki energi permukaan yang tinggi, tidak seperti permukaan email normal dan memungkinkan resi dengan mudah membasahi permukaan serta menembus sampai ke dalam mikroporus. Begitu resin menembus ke dalam mikroporus tersebut, bahan akan terpolimerisasi untuk membentuk ikatan mekanik terhadap email. Resig tag tersebut akan menembus 10-20m ke dalam porus email. Sejumlah asam telah digunakan untuk menghasilkan mikropors yang diinginkan, tetapi asam yang secara universal digunakan adalah asam fosforik dengan konsentrasi antara 30%-50%. Konsentrasi sebesar 37% merupakan konsentrasi yang terbanyak di pasaran. Konsentrasi lebih dari 50% menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat monohidrat pada permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut. Lamanya waktu pemberian etsa bervariasi, tergantung khususnya pada riwayat gigi. Sebagai contoh, gigi dengan kandungan florida yang tinggi, yang berasal dari sumber airyang mendung flour mungkin memerlukan waktu etsa yang lebih lama seperti juga gigi susu. Pada gigi susu, peningkatan lamanya pemberian etsa diperlukan untuk menghasilkan pola etsa pada email yang lebih aprismatik dibandingkan email gigi permanen (Anusavice, 2003).

Begitu gigi dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik, dan email dikeringkan dengan baik. Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna putih, seperti bersalju, menunjukkan bahwa etsa berhasil. Permukaan itu harus dijaga tetap bersih dan kering sampai resin diletakkan untuk membentuk ikatan yang baik. Karena email yang dietsa meningkatkan energi permukaan email, kontaminasi mudah terjadi karena kecenderungan untuk mengurangi tingkat energi pada permukaan teretsa. Penurunan potensial pada energi permukaan ini membuat lebih sulit untuk membasahi permukaan dengan resin bonding yang memiliki energi permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan yang terkontaminasi. Jika terjadi kontaminasi, kontaminasi tersebut harus segera dibersihkan, dan email dikeringkan serta dietsa kembali selama 10 detik (Anusavice, 2003).Pengaruh ETSA terhadap permukaan enamel:- Mempersiapkan permukaan enamel- Melarutkan bahan luar enamel- Melarutkan kalsium bagian tertentu dengan permukaan enamelHal yang perlu diperhatikan pada waktu etsaa. Alat untuk aplikasi yaitu Cotton pellet/brush kecil.b. Cara- Etsa diaplikasikan pada email selama 15-20 detik.- Dicuci dengan semprotan air minimal 30 detik sebanyak 20cc.- Dikeringkan dengan semprotan udara sampai terlihat berwarna putih (porus) (Anusavice, 2003).2.8.2 Macam dan Sifat Bahan Bonding1. Bahan Bonding Email Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan matriks resin BIS-GMA yang encer tanpa pasi atau hanya dengan sedikit bahan pengisi (pasi). Bahan bonding email dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan membasahi email yang teretsa. Umumnya kekentalan bahan ini berasal dari matriks resin yang dilarutkan dengan monomer lain untuk menurunkan kekentalan dan meningkatkan kemungkinan membasahi. Bahan ini tidak mempunyai potensi perlekatan tetapi cenderung meningkatkan ikatan mekanis dengan membentuk resin tag yang optimum pada email (Cabe, 1984). Sifat Kimia Bahan Bonding EmailDulunya bahan bonding email dibuat dengan mengggabungkan berbagai dimetakrilat berbeda seperti bis-GMA dan TEGDMA untuk mengendalikan kekentalan Karena email dapat dijaga tetap kering, resin yang agak hidrofobik ini bekerja dengan baik selama penggunaannya terbatas pada email (Cabe, 1984).

2. Bahan Bonding DentinDentin mempunyai hambatan besar terhadap ikatan perlekatan dibandingkan email, karena dentin adalah jaringan hidup. Dentin bersifat heterogen dan terdiri atas bahan anorganik (hidroksiapatit) 50% volume, bahan organik (khususnya kolagen tipe 1) 30% volume, dan cairan 20% volume. Kandungan air yang tinggi membuat persyaratan lebih ketat untuk bahan yang dapat secara efektif menjembatani antara dentin dan bahan restorasi. Dentin bonding terdiri daria. Dentin ConditionerFungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi smear layer yang terbentuk pada dentin selama proses preparasi kavitas. Yang termasuk dentin conditioer antara lain asam maleic, EDTA, asam oxalic, asam phosric dan asam nitric.b. Bahan PrimerPrimer bekerja sebagai bahan adhesive pada dentin bonding agen yaitu menyatukan antara komposit dan kompomer yang bersifat hidrofobik dengan dentin bersifat hidrofilik. Oleh karena itu primer berfungsi sebagai prantara, dan terdiri dari monomer bifungsional yang dilarutkan dalam larutan yang sesuai.c. SealerKebanyakan sealer dentin yang digunakan adalah gabungan dari Bis-GMA dan HEMA. Bahan ini meningkatkan adaptasi bonding terhadap permukaan dentin.Sifat Kimia Bahan Bonding Dentin Idealnya, adhesif dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan juga membasahi permukaan, memungkinkannya berpenetrasi menembus pori di dalam dentin dan akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau anorganik. Karena kebanyakan matriks resin komposit bersifat hidrofobik, bahan bonding harus mengandung baik bahan hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik harus dirancang untuk berinteraksi dengan permukaan dentin yang lembab, sedangkan bagian hidrofobik harus berikatan dengan restorasi resin (Cabe, 1984).

2.9 Pengaplikasian Resin KompositContoh dan pengaplikasiannya spt BIS-GMA-quartz/silica filler untuk restorasi dental composite PMMA-glass fillers untuk Dental cements. Restorasin kelas I,II,III,IV, dan V Sebagai bahan basis lining dan core builtup Sebagai sealant pada restorasi resin preventif Restorasi estetis seperti, veneers,penutupan diastema, modifikasi kontur gigi Semen untuk indirect resin Splinting Mahkota dan jembatan Menyambung gigi yang patah (trauma) (Anand, 2010).

.

328