BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian...

14
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar sangat memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian manusia. Secara psikologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Sudjana(1989:5), belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek- aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar. Selanjutnya pengertian belajar dikemukakan oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (2010:2). Beliau menjelaskan “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Menurut Sudjana (2000:67), ada tiga unsur dalam kualitas pengajaran yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, yakni kompetensi guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah. Berkaitan dengan kompetensi guru yang merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kualitas hasil belajar, maka dalam pembelajaran guru harus pandai-pandai memilih metode dan media dalam mengajar yang sesuai dengan materi, efektif dan efisien. Untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan yang diinginkan, guru harus bisa mengatur strategi mengajar yang kondusif, aktif

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/925/3/T1_292008198_BAB II.pdf · Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar,

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia

yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar sangat

memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,

tujuan, kepribadian manusia.

Secara psikologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Sudjana(1989:5), belajar adalah proses perubahan tingkah laku

seseorang berkat adanya pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang ditandai

adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar

ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran,

sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-

aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar.

Selanjutnya pengertian belajar dikemukakan oleh Slameto dalam bukunya

Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (2010:2). Beliau menjelaskan

“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

Menurut Sudjana (2000:67), ada tiga unsur dalam kualitas pengajaran

yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, yakni kompetensi guru, karakteristik

kelas dan karakteristik sekolah. Berkaitan dengan kompetensi guru yang

merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kualitas hasil belajar, maka

dalam pembelajaran guru harus pandai-pandai memilih metode dan media dalam

mengajar yang sesuai dengan materi, efektif dan efisien.

Untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan

yang diinginkan, guru harus bisa mengatur strategi mengajar yang kondusif, aktif

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/925/3/T1_292008198_BAB II.pdf · Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar,

6

dan bermakna bagi siswa yang akhirnya akan membuat hasil belajar menjadi lebih

baik.

2.1.2 Hasil Belajar

Sudjana (2008:22) Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa

dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Slameto (2010),belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Winkel dalam Lina (2009: 5), “mengemukakan bahwa hasil belajar

merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Sedangkan

menurut Arif Gunarso dalam Lina (2009: 5),” hasil belajar adalah usaha maksimal

yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar”.

Dari uraian di atas didapat kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil

akhir yang diperoleh seseorang dari proses kegiatan belajar dari seluruh kegiatan

siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk

mencapai hasil belajar dengan menggunakan alat penilaian yaitu tes evaluasi

dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi

antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor

internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam

rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.

Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar yaitu:

1. Faktor-faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari individu anak itu

sendiri, yang meliputi:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/925/3/T1_292008198_BAB II.pdf · Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar,

7

a. Faktor Jasmaniah (fisiologis)

Yang termasuk faktor ini antara lain: penglihatan, pendengaran,

struktur tubuh dan sebagainya.

b. Faktor Psikologis

Yang termasuk faktor psikologis antara lain:

Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar, dan cara belajar).

Non Intelektual (motivasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi

psikis, dan kondisi akibat keadaan sosiokultur).

Faktor kondisi fisik.

2. Faktor-faktor Eksternal

1. Faktor di Sekolah (kurikulum, kedisiplinan Siswa, guru, fasilitas

belajar, dan pengelompokan siswa).

2. Faktor keluarga (Menurut Slameto (2003: 60-64), siswa yang belajar

akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik,

relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi

keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan).

3. Faktor masyarakat ( kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa,

teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi

dua golongan, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor yang

berasal dari luar diri individu. Kedua faktor ini akan saling mendukung dan saling

berinteraksi sehingga membuahkan sebuah prestasi belajar.

2.1.4 Hakikat Pembelajaran Tematik

a) Pengertian Pembelajaran Tematik

Depdiknas, Trianto, (2012 : 79) Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya

adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan

beberapa matapelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna

kepada siswa.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/925/3/T1_292008198_BAB II.pdf · Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar,

8

Trianto, (2010:83) Pembelajaran tematik sebagai bagian daripada

pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai.

1. Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu.

2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi dasar antar isi matapelajaran dalam tema yang sama.

3. Pemahaman materi matapelajaran lebih mendalam dan berkesan.

4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan

matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.

5. Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi

disajikan dalam konteks tema yang jelas.

6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi

nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu

matapelajaran dan sekaligus dapat mempelajari matapelajaran yang lain.

7. Guru dapat menghemat waktu sebab matapelajaran yang disajikan secara

tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga

pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan

remedial, pemantapan, dan pengayaan materi.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik/terpadu adalah model

pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta

didik.

b) Karakteristik Pembelajaran Tematik

Depdiknas, Trianto, (2010: 92), pembelajaran tematik merupakan suatu

model pembelajaran di sekolah dasar yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai

dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan

siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan

sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada

siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/925/3/T1_292008198_BAB II.pdf · Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar,

9

2. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa

(direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan

pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal

yang lebih abstrak.

3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak

begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-

tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata

pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa

mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini

diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah

yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat

mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran

yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan

keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya

sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7. Menggunakan prinsip belajar dan bermain dan menyenangkan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/925/3/T1_292008198_BAB II.pdf · Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar,

10

2.1.5 Model Pembelajaran SAVI

a) Landasan Teori

Menurut Henry (2009), SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan

Intektual. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated

Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual,

auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

menyeluruh; belajar berdasarkan pengalaman; belajar dengan symbol.

Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan

belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera,

dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu

lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda.

Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif

dan hidup.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Model pembelajaran

SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dan aktivitas

intelektual serta melibatkan semua indera yang berpengaruh besar dalam

pembelajaran.

b) Prinsip Dasar

Menurut Henry (2009), dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan

gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan AL

yaitu:

1) pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh.

2) pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.

3) kerjasama membantu proses pembelajaran.

4) pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.

5) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan

umpan balik.

6) emosi positif sangat membantu pembelajaran.

7) otak-citra menyerap informasi secara langung dan otomatis.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/925/3/T1_292008198_BAB II.pdf · Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar,

11

Jadi pada dasarnya pembelajaran SAVI ini lebih menonjolkan bagaimana

siswa menciptakan kreativitasnya sendiri. Hal ini akan berpengaruh pada cara

berpikir siswa menjadi lebih terbuka dan mencoba untuk menggali

kemampuannya dalam memperoleh pengetahuan yang baru.

c) Karakteristik

Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan

belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera,

dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu

lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda.

Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif

dan hidup.

Menurut Henry (2009), sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu

Somatic, Auditori, Visual dan Intektual, maka karakteristiknya ada empat bagian

yaitu:

1) Somatic

“Somatic” berasal dari bahasa yunani tubuh-soma. Jika dikaitkan dengan

belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat.

Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang

memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik,

melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan

pembelajaran berlangsung).

2) Auditori

Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat

daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan

menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat

suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita

menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa

hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka

pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak

mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model,

mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/925/3/T1_292008198_BAB II.pdf · Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar,

12

keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan

makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.

3) Visual

Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita

terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual

daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan

visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang

dibicarakan seorang perceramah atau sebuah buku atau program

komputer. Sekarang khusus pembelajaran visual yang baik jika mereka

dapat melihat cotoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan

sebagainya ketika belajar.

4) Intelektual

Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan

pembelajaran yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara

internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu

pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari

pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah

bagian dari yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah.

Karakteristik dalam model pembelajaran SAVI sudah mewakili semua

aktivitas siswa dalam kegiatana pembelajaran, karena siswa tidak hanya

mendapatkan pengetahuan semata melainkan ia dapat benar-benar memahami dan

mengalami secara langsung apa yang ia pelajari. Di sini guru juga sangat berperan

dalam penerapannya. Guru dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya dalam

memfasilitasi siswa dengan ragam alat peraga yang menarik dalam pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/925/3/T1_292008198_BAB II.pdf · Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar,

13

2.2 Media Pembelajaran SAVI

a) Pengertian Media

Menurut Miarso, (1986:46), kata media berasal dari bahasa latin dan

merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara

atau pengantar.

Dalam salah satu artikelnya Yusufhadi Miarso memberikan batasan media

pembelajaran tersebut sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran digunakan

dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap

efektivitaspembelajaran yang akan dilaksanakan karena media dapat merangsang

pikiran, perasaan, dan perhatian siswa

.

b) Fungsi Media

Menurut Miarso, (1986:49)

Pada mulanya media hanya berfungsi sebagai alat bantu visual dalam

kegiatan belajar/mengajar, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan

pengalaman visual kepada siswa antara lain untuk mendorong motivasi

belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak, dan

mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Edgar Dale mengadakan

klasifikasi pengalaman berlapis menurut tingkat dari yang paling

kongkrit ke yang paling abstrak.

Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan siswa dapat

berinteraksi langsung dengan lingkungannya sehingga guru dapat menerapkan

dasar konsep pembelajaran yang kongkrit.

Menurut Brown (1973), Jenis media belajar, diantaranya adalah:

1. Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartu, komik.

2. Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan

sejenisnya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/925/3/T1_292008198_BAB II.pdf · Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar,

14

3. Projecterd still media: slide; over head projector (OHP), in focus

dan sejenisnya.

4. Projected motion media: film, televise, video (VCD, DVD, VTR),

komputer dan sejenisnya.

2.2.1 Model Penerapan Pembelajaran SAVI

Pelaksanaan pembelajaran tematik dengan menggunakan model

pembelajaran SAVI melalui beberapa tahap, yaitu:

1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) adalah sebagai bentuk

penerapan belajar Auditori (A)

Pada tahap awal, guru memberikan beberapa pertanyaan seputar

materi yang akan disampaikan. Untuk membangkitkan minat belajar

siswa. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan disampaikan

dengan cara mendongeng menggunakan wayang-wayangan gambar

hewan dari kertas.

2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti) adalah sebagai bentuk

penerapan belajar Visual (V)

Pada tahap ini guru menggunakan alat peraga berupa benda

kongkrit yang berada dekat dengan lingkungan siswa. Pada materi ini

guru menayangkan film berupa sumber energi yang berkaitan dengan

materi pembelajaran, sehingga dapat menciptakan nilai-nilai yang

positif bagi siswa. Kemudian siswa diajak untuk mengalami secara

langsung dengan mengamati manfaat energi yang dilihatnya.

3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti) adalah sebagai bentuk penerapan

somatic (S)

Pada tahap ini guru memberikan lembar pengamatan untuk

dikerjakan bersama teman kelompoknya (@ 5 orang siswa), kemudian

dipresentasikan di depan kelas dengan bimbingan guru, dibahas

bersama-sama dan hasil kerja dikumpulkan. Kemudian melakukan

kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan materi pembelajaran

tematik.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/925/3/T1_292008198_BAB II.pdf · Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar,

15

4) Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup) adalah sebagai bentuk

belajar Intelektual (I)

Pada tahap terakhir, guru memberikan soal evaluasi secara individu

dan memberikan pemantapan berupa pesan moral yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari.

2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

1. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh Anggoro-292007708

(2010), “Penggunaan Metode Drama untuk Meningkatakan Prestasi Belajar

Siswa Pada Pembelajaran Tematik di Kelas III SD Negeri Wonolelo

Wonosobo Semester I Tahun 2009/2010”, melakukan penelitian terhadap 28

siswa, hasilnya:Setelah melakukan penelitian diketahui bahwa terjadi

peningkatan perstasi belajar siswa pada setiap siklus kegiatan belajar

mengajar. Peningkatan prestasi belajar tersebut ditunjukkan dengan

peningkatan pencapaian rata-rata hasil evaluasi siswa. Hal tersebut diketahui

dari awal mula nilai rata-rata pada pra siklus sebesar 62,5 menjadi 77,96

pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 80,93 pada evaluasi tindak

lanjut dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 89,43. Bukti lain yang

menunjukkan peningkatan prestasi belajar adalah dengan meningkatnya

jumlah siswa yang mencapai KKM. Dari 10,71% siswa yang mencapai

KKM pada pra siklus menjadi 100% siswa mencapai KKM pada siklus I

maupun siklus II.

Peningkatan prestasi belajar ini dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang

digunakan guru dalam mengajar. Kegiatan bermain drama yang dilakukan

siswa mengharuskan siswa untuk memahami materi pelajaran yang

diberikan agar dapat memainkan drama dengan baik. Saat siswa

menghafalkan dialog, maka siswa sekaligus menghafalkan materi pelajaran.

Keadaan seperti ini mengakibatkan siswa lebih memahami materi pelajaran

dan prestasi belajar menjadi meningkat.

2. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh Ika Fitrianingsih-

A.410050075 (2009), “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan SAVI

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/925/3/T1_292008198_BAB II.pdf · Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar,

16

Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa”, melakukan penelitian terhadap 80

siswa yang kemudian dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas

VIII B sebanyak 40 siswa sebagai kelas eksperimen diberikan pendekatan

SAVI sedangkan kelas VIII D sebanyak 40 siswa sebagai kontrol diberikan

metode konvensional dengan teknik random sampling hasilnya:

a) Terdapat perbedaan prestasi belajar pada pokok bahasan lingkaran ditinjau

dari perbedaan penggunaan pendekatan pembelajaran dengan diperoleh sig.

0,001 < 0,05 yang berarti bahwa pendekatan pembelajaran SAVI lebih baik

dalam meningkatkan nilai siswa pada pokok bahasan lingkaran sehingga

prestasi belajar yang dicapai lebih tinggi, dengan hasil rata-rata prestasi

8.0500 untuk kelas eksperimen dan 7.4375 untuk kelas kontrol.

b) Terdapat perbedaan prestasi belajar pada pokok bahasan lingkaran ditinjau

dari motivasi belajar siswa dengan diperoleh sig. 0,036 < 0,05 yang berarti

siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan memperoleh prestasi

belajar yang tinggi, siswa dengan motivasi belajar sedang akan memperoleh

prestasi belajar sedang, dan siswa yang mempunyai motivasi belajar yang

rendah akan memperoleh prestasi belajar yang rendah.

c) Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran yang digunakan

dengan tingkat motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika

pada pokok bahasan lingkaran dengan diperoleh sig. 0.186>0.05 yang

berarti metode pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa secara

bersama tidaklah memberikan hasil yang signifikan terhadap prestasi belajar

matematika atau dengan kata lain bahwa rata-rata prestasi belajar siswa dari

kelompok eksperimen selalu lebih tinggi dari siswa kelompok kontrol, baik

untuk motivasi belajar tinggi, sedang atau rendah

Hasil analisis post hoc menunjukan perbedaan antar motivasi siswa(tinggi,

sedang, dan rendah) menunjukan nilai signifikansi atau probabilitas < 0,05 yang

berarti perbedaan antar tingkat motivasi siswa signifikan. (berbeda secara

bermakna).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/925/3/T1_292008198_BAB II.pdf · Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar,

17

2.4 Kerangka Berpikir

Berdasarkan penyajian deskripsi teoritik dapat disusun suatu kerangka

berpikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir ini

disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu pengaruh

penerapan pembelajaran tematik, model pembelajaran SAVI dan hasil belajar.

Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran SAVI dalam

pembelajarannya guru menyatukan keempat unsur SAVI dalam pembelajaran

tematik. Pembelajaran dimulai dengan guru memberi tahu materi yang akan

disampaikan, tujuannya apa, tanya jawab sebagai bentuk penerapan belajar

Auditori (A), guru menggunakan alat peraga berupa benda kongkrit yang berada

dekat dengan lingkungan siswa, sebagai bentuk penerapan belajar Visual (V),

kemudian guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan bersama teman

sebangkunya atau kelompok, kemudian dipresentasikan di depan kelas dengan

bimbingan guru, dibahas bersama-sama dan dikumpulkan, sebagai bentuk

penerapan somatic (S), yang terakhir adalah guru memberikan soal latihan secara

individu sebagai bentuk belajar Intelektual (I).

Dengan menggunakan pendekatan model pembelajaran yang sesuai, maka

akan membantu siswa untuk memperoleh nilai hasil belajar sesuai dengan yang

diharapkan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/925/3/T1_292008198_BAB II.pdf · Intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar,

18

Kerangka berfikir dalam penelitian

2.5 Hipotesis Penelitian

Apabila guru dapat menerapkan pembelajaran tematik dengan menggunakan

model pembelajaran SAVI siswa kelas III SD tidak hanya memperoleh

pengetahuan saja. Namun siswa menjadi aktif, karena dapat terlibat langsung

dalam proses belajar mengajar, baik didalam maupun diluar kelas. Diharapkan

dapat mengalami perubahan kearah positif, sehingga proses belajar mengajar

dapat berlangsung secara efektifdan efisien.

Kebiasaan pembelajaran

yang hanya berpusat pada

guru

Hasil yang diperoleh siswa

dalam pembelajaran

rendah

Dengan penerapan

Model pembelajaran SAVI

Siswa dalam pembelajaran

lebih aktif, dan hasil

belajar siswa meningkat