BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori II.pdf · 2020. 1. 10. · proses kehamilan dan melahirkan...

23
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori a. Berat Badan Lahir 1) Pengertian Berat badan bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Hubungan antara berat badan lahir dengan umur kehamilan, berat badan bayi lahir dapat dikelompokan: bayi kurang bulan (BKB), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (259 hari). Bayi cukup bulan (BCB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259-293 hari), dan Bayi lebih bulan (BLB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari) (Kosim dkk, 2009). 2) Klasifikasi Berat Bayi Lahir Menurut (Kosim dkk, 2009) Berat bayi lahir berdasarkan berat badan dapat dikelompokan menjadi: a) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Prawirohardjo, 2010). 7

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori II.pdf · 2020. 1. 10. · proses kehamilan dan melahirkan...

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Teori

    a. Berat Badan Lahir

    1) Pengertian

    Berat badan bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang

    dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Hubungan antara berat badan

    lahir dengan umur kehamilan, berat badan bayi lahir dapat dikelompokan:

    bayi kurang bulan (BKB), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi

    < 37 minggu (259 hari). Bayi cukup bulan (BCB), bayi yang dilahirkan

    dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259-293 hari), dan Bayi lebih

    bulan (BLB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294

    hari) (Kosim dkk, 2009).

    2) Klasifikasi Berat Bayi Lahir

    Menurut (Kosim dkk, 2009) Berat bayi lahir berdasarkan berat

    badan dapat dikelompokan menjadi:

    a) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

    Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat

    badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499

    gram) (Prawirohardjo, 2010).

    7

  • 8

    Menurut (Prawirohardjo, 2010) Bayi berat lahir rendah dibedakan

    dalam:

    (1)Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500–2500 gram

    (2)Bayi berat sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram

    (3)Bayi berat ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram

    b) Bayi Berat Lahir Normal

    Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan sampai

    42 minggu dan berat badan lahir > 2500-4000 gram (Jitowiyono dan

    Weni, 2010).

    c) Bayi Berat Lahir Lebih

    Bayi berat lahir lebih adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir

    lebih > 4000 gram (Kosim dkk, 2009). Risiko persalinan bayi dengan

    berat >4000 gram pada kehamilan posterm meningkat 2-4 kali lebih

    besar dari kehamilan term (Prawirohardjo, 2009).

    3) Faktor–faktor yang mempengaruhi berat lahir

    Faktor lingkungan internal mempengaruhi berat bayi lahir antara

    lain sebagai berikut:

    a) Umur Ibu hamil

    Usia kehamilaln kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

    merupakan salah satu faktor ibu yang dapat menyebabkan bayi dengan

    berat badan lahir rendah (Manuaba, 2012).

  • 9

    Selain itu semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang

    sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang

    diperlukan (kristyanasari, 2010).

    Usia 25–34 tahun merupaka usia yang paling baik untuk menjalani

    proses kehamilan dan melahirkan (Istiany dan Rusilanti, 2013).

    b) Jarak Kehamilan

    Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga

    berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau

    lebih, karena jarak antara dua kelahiran yang terlalu dekat atau kurang

    dari setahun dapat menyebabkan buruknya status gizi ibu hamil,

    sehingga berisiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir

    rendah (BBLR) atau bayi premature (Istianty dan Rusilanti, 2013).

    c) Paritas

    Paritas secara luas mencakup jumlah kehamilan jumlah kelahiran, dan

    abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah

    atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila

    seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau lebih.

    Semakin banyak jumlah kehamilan, baik bayi yang dilahirkan dalam

    keadaan hidup atau mati dapat mempengaruhi status gizi ibu hamil

    (Istianty dan Rusilanti, 2013).

  • 10

    d) Kadar Hemoglobin

    Zat besi sangat diperlukan ibu hamil untuk pembentukan sel-sel darah.

    Selama kehamilan, volume sirkulasi darah akan meningkat hingga 30-

    40%. Pada wanita hamil terjadi hemodilusi yaitu pertambahan volume

    cairan darah yang lebih banyak daripada sel darah, sehingga kadar

    hemoglobin (Hb) wanita hamil berkurang. Kondisi ini mengakibatkan

    ibu hamil banyak menderita anemia, yaitu kadar hemoglobin kurang

    dari 11 gr/dl. (Istianty dan Rusilanti, 2013).

    Pengaruh anemia dapat terjadi pada kehamilan, persalinan dan nifas

    seperti dapat terjadi abortus, prematuritas, hambatan tumbuh

    kembang, pendarahan postpartum sekunder dan primer, dan subinolusi

    uteri. Sedangkan pada janin dapat terjadi berat lahir rendah dan cacat

    bawaan (Manuaba, 2012).

    e) Status gizi ibu hamil

    Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat

    mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Jika

    seorang ibu hamil mengalami kekurangan asupan gizi, maka akan

    menyebabkab kelainan pada janin yang dikandungnya. Begitu pula

    jika ibu hamil mengalami kelebihan gizi, hal itu juga tidak baik bagi

    pertumbuhan bayinya (Istiany dan Rusilanti, 2013).

  • 11

    Jika status gizi ibu baik dan status kesehatannya selama hamil tidak

    buruk (tidak menderita hipertensi, misalnya), serta tidak berkebisaan

    buruk (perokok atau pecandu alkohol), status gizi yang kelak

    dilahirkannya baik juga; begitu pula sebaliknya (Arisman, 2010).

    f) Penyakit saat kehamilan

    Menurut Manuaba (2012) penyakit yang menyertai kehamilan,

    diantaranya:

    (1) Kehamilan dengan penyakit jantung

    Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu saling

    mempengaruhi karena kehamilan memberatkan penyakit jantung

    dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

    rahim dalam bentuk dapat terjadi keguguran, persalinan

    prematuritas atau berat lahir rendah, kematian perinatal yang

    makin meningkat dan pertumbuhan dan perkembangan bayi

    mengalami hambatan intelegensia atau fisik.

    (2) Kehamilan dengan hipertensi

  • 12

    Dampak kehamilan dengan hipertensi kronik pada janin salah

    satunya adalah pertumbuhan janin terhambat (Prawirohhardjo,

    2009).

    (3) Kehamilan dengan penyakit paru

    Penyakit paru mendapat perhatian karena selama hamil paru-paru

    penting untuk perumbuhan dan perkembangan janin melalui

    pertukaran CO2 dan O2. Gangguan fungsi paru-paru yang berat

    sebagai penyalur O2 dan pengeluaran CO2 dapat mengakibatkan

    gangguan pertumbuhan janin sampai dengan keguguran.

    (4) Kehamilan dengan penyakit infeksi

    Kehamilan sering terjadi bersamaan dengan infeksi yang dapat

    memengaruhi kehamilan atau sebaliknya memberatkan infeksi.

    Disamping itu, terdapat beberapa infeksi yang dapat

    menimbulkan kelainan kongenital sehingga kombinasi tersebut

    memerlukan pengobatan yang intensif dan melakukan gugur

    kandungan.

    (5) Kehamilan dengan penyakit endokrin

  • 13

    Dalam pembicaraan ini dua penyakit yang sering dijumpai akan

    dibicarakan, yakni kelainan kelenjer pankreas yang

    mengeluarkan insulin pada kehamilan dan kelainan kelenjer

    tiroid pada kehamilan yang akan berdampak kelahiran

    premature pada hipertiroidisme dan memiliki gejala wanita

    kerdil (cebol) pada hipotiroidisme.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara

    tidak langsung/eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut :

    (1) Faktor lingkungan eksternal yang meliputi kondisi

    lingkungan, asupan zat gizi ibu hamil dan tingkat sosial

    ekonomi ibu hamil, kebersihan dan kesehatan lingkungan

    serta ketinggian tempat tinggal.

    (2) Pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil

    g) Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi

    pemeriksaan kehamilan/ANC

    Pemeriksaa kehamilan (Antenatal Care) bertujuan untuk menjaga agar

    ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta

    mengusahan bayi yang dilahirkan sehat, memantau kemungkinnan

  • 14

    adanya resiko-resiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan

    yang optimal terhadap kehamilan resiko tinggi serta menurunkan

    morbilitas dan mortalitas ibu dan janin perinatal (Mufdlillah, 2009).

    4) Alat ukur berat badan lahir

    Menurut Supriasa (2012) Berat badan merupakan ukuran antropometri

    yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir

    (neonatus) .Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau

    BBLR.

    Penentu berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan

    dilapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan :

    a) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain

    b) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya

    c) Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimal 0,1 kg

    d) Skalanya mudah dibaca

    e) Cukup aman untuk menimbang anak balita

    Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan

    dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin

    Penggunaan dacin mempunyai beberapa keuntungan antara lain:

  • 15

    a) Dacin sudah dikenal umum sampai dipelosok pedesaan

    b) Dibuat di Indonesia, bukan umport dan mudah didapat

    c) Ketelitian dan ketetapan cukup baik

    Hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang bayi adalah:

    a) Pakaian dibuat seminim mungkin, sepatu, baju/pakain yang cukup

    tebal harus ditanggalkan

    b) Kantong celana timbang tidak dapat digunakan

    c) Bayi ditidurkan dalam kain sarung

    d) Geserlah anak timbang sampai tercapai keadaan setimbang, kedua

    ujung jarum terdapat pada satu titil

    e) Lihatlah angka pada skala batang dacin yang menunjukkan berat

    badan bayi. Catat berat badan dengan teliti sampai satu angka decimal.

    Misalnya 7,5 kg.

    b. Stunting

    1) Pengertian

  • 16

    Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan

    atau kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) di bawah rata-rata dari

    standar (WHO, 2006).

    Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek

    sehingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan

    (Manary & Solomons, 2009).

    Stunting atau malnutrisi kronik merupakan bentuk lain dari kegagalan

    pertumbuhan. Definisi lain menyebutkan bahwa pendek dan sangat pendek

    adalah status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur

    (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan

    istilah stunting (pendek) dan severely stunting (sangat pendek). Katagori

    status gizi berdasarkan indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau

    tinggi badan menurut (TB/U) anak umur 0-60 bulan bagi menjadi sangat

    pendek, pendek normal tinggi. Sangat pendek jika Z-score < -3 SD, pendek

    jika Z-score -3 SD sampai dengan -2 SD, normal jika Z-score -2 SD sampai

    dengan 2 SD dan tinggi jika Z-score >2 SD. Seorang anak yang mengalami

    kekerdilan (stunting) sering terlihat seperti anak dengan tinggi badan normal,

    namun sebenarnya mereka lebih pendek dari ukuran tinggi badan normal

    untuk anak sesuainya. Stunting sudah dimulai sejak sebelum kelahiran

    disebabkan karena gizi ibu selama kehamilan buruk, pola makan yang buruk,

    kualitas makan juga buruk dan intensitas frekuensi menderita penyakit sering.

    Berdasarkan ukuran tinggi badan, seseorang anak dikatakan stunting jika

  • 17

    tinggi badan menurut umur kurang dari -2 z score, berdasarkan referensi

    internasional WHO-NCHS. Stunting menggambarkan kegagalan

    pertumbuhan yang terjadi dalam jangka waktu lama dan dihubungkan

    dengan penurunan kapasitas fisik dan psikis, penurunan petumbuhan fisik dan

    pencapaian dibidang pendidikan rendah. (The world bank, 2010).

    Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan

    menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra

    dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat

    dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan. Dan memerlukan waktu

    bagi anak untuk berkembang serta pulih kembali. Sejumlah besar penelitian

    memperlihatkan keterkaitan antara stunting dengan berat badan kurang yang

    sedang atau berat, perkembangan motorik dan mental yang buruk dalam usia

    anak-anak dini, serta presentasi kognitif dan prestasi sekolah yang buruk

    dalam usia anak-anak lanjut (ACC/SCN, 2000).

    2) Faktor-Faktor Penyebab Stunting

    a) Asupan Makan

    Manusia membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidupnya.

    Makanan merupakan sumber energi untuk menunjang semua kegiatan atau

    aktifitas manusia. Energi dalam tubuh manusia dapat timbul dikarenakan

    adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak. Dengan demikian agar

    manusia selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-zat makanan

  • 18

    yang cukup pula kedalam tubuhnya. Manusia yang kurang makanan akan

    lemah baik daya kegiatan, pekerjaan fisik atau daya pemikirannya karena

    kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan

    energi. Terhambatnya pertumbuhan pada bayi dan anak-anak, tercermin

    dalam ketinggian yang tidak sesuai dengan usia, merupakan contoh adaptasi

    pada asupan energi rendah dalam waktu yang lama (Suhardjo, 2003).

    Dengan adanya kekurangan gizi, tubuh akan menghemat energi dengan

    membatasi kenaikan berat badan dan pertumbuhan linier. Peningkatan asupan

    energi protein diperlukan untuk bayi dan anak-anak yang stunting dan yang

    tumbuh dalam rangka untuk mengejar ketinggalan. Kekurangan enegi protein

    yang berlangsung lama akan menimbulkan gizi buruk, kekurangan gizi

    selama kehidupan awal dapat menyebabkan gangguan permanen fungsi

    kognitif (Marmi dan Kukuh Rahardjo, 2012).

    b) Berat Lahir

    Berat lahir merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir.

    Untuk kelangsungan hidup pertumbuhan kesehatan jangka panjang dan

    pengembangan psikososial. Besar kecilnya berat badan lahir tergantung

    bagaimana petumbuhan janin intra uterin selama kehamilan. Kualitas bayi

    lahir sangat tergantung pada asupan gizi ibu hamil. Gizi yang cukup akan

    menjamin bayi lahir sehat dengan berat badan cukup (Marmi dan Kukuh

    Rahardjo, 2012).

    Berat lahir juga indikator potensial untuk pertumbuhan bayi, respon

    terhadap rangsangan lingkungan, dan untuk bayi bertahan hidup. Berat lahir

  • 19

    memiliki dampak yang besar terhadap pertumbuhan anak, perkembangan

    anak dan tinggi badan saat dewasa. Standar pertumbuhan anak yang

    dipublikasikan pada tahun 2006 oleh WHO telah menegaskan bahwa anak-

    anak berpotensi tumbuh adalah sama di seluruh dunia (WHO, 2006).

    BBLR didefinisikan oleh WHO sebagai berat lahir < 2500 gr. Berat lahir

    ditentukan oleh dua proses yaitu lama kehamilan dan laju pertumbuhan janin.

    Berat lahir rendah membawa resiko terjadinya gangguan pertumbuhan,

    hipotermi, asfeksia hingga kematian (Marmi dan Kukuh Rahadjo, 2012).

    Prevalensi bayi BBLR di Indonesia berada dalam kisaran 7-14%, bahkan

    mencapai 16% di beberapa kabupaten. Tingginya prevalensi BBLR umumnya

    akibat dari malnutrisi ibu. Hak ini pada kisaran 12 sampai 22% wanita berusia

    15-49 tahun menderita kekurangan energi kronis (BMI

  • 20

    maka remaja tersebut akan mempunyai resiko melahirkan bayi BBLR lagi

    dan berlangsung terus hingga hari ini (Marmi dan Kukuh Rahardjo, 2012).

    c) ASI Eksklusif

    ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara aksklusif adalah bayi

    hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,

    pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI secara

    eksklusif ini dianjurkan sampai bayi usia 6 bulan. Pemberian makanan

    tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta

    meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Tidak ada bukti yang

    memperlihatkan bahwa pemberian makanan padat atau tambahan pada usia 4

    atau 5 bulan lebih menguntungkan (Roesli,2000).

    Banyak manfaat yang didapat dari ASI eksklusif yaitu sebagai makanan

    tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6

    bulan, meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung berbagai zat

    anti kekebalan sehingga akan lebih jarang menderita sakit melindungi anak

    dari serangan alergi, mengandung asam lemak yang diperlukan untuk

    pertumbuhan otak sehingga bayi dengan ASI eksklusif berpotensi menjadi

    lebih pandai dibandingkan dengan bayi tanpa ASI eksklusif (Roesli, 2000).

    d) Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

    Pemberian makanan pada bayi dan anak merupakan landasan yang penting

    dalam proses pertumbuhan. Di seluruh dunia sekitar 30% anak dibawah lima

    tahun yang stunting merupakan konsekuensi dari praktik pemberian makanan

    yang buruk dan infeksi berulang. Diperkirakan sekitar 6% atau 600 ribu

  • 21

    kematian anak dibawah lima tahun dapat dicegah dengan memastikan bahwa

    anak-anak tersebut diberi makanan pendamping secara optimal (WHO, 2011).

    Pemberian makanan pendamping ASI harus diberikan tepat pada

    waktunya, artinya adalah bahwa semua bayi harus mulai menerima makanan

    pendamping sebagai tambahan ASI mulai dari usia 6 bulan keatas dan

    diberikan dalam jumlah, frekuensi, konsistensi yang cukup serta jenis

    makanan yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama masa

    pertumbuhan (WHO,2011).

    e) Jenis kelamin

    Jenis kelamin menentukan pula besar kecilnya kebutuhan gizi bagi

    seseorang. Pria lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan protein

    dibandingkan wanita. Pria lebih sanggup mengerjakan pekerjaan berat yang

    biasanya tidak biasa dilakukan oleh wanita. Tetapi dalam kebutuhan zat besi,

    wanita jelas membutuhkan lebih banyak daripada pria.

    Hasil penelitian dari Bosch, Baqui dan Ginneken 2008 adalah

    kemungkinan stunting pada masa remaja untuk anak perempuan adalah

    sekitar 0,4 kali kemungkinan untuk anak laki-laki, yang berarti bahwa anak

    perempuan dimasa remaja sedikit lebih menjadi stunting daripada anak laki-

    laki. Perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan mungkin berkaitan

    dengan efek gabungan dari perbedaan dalam pertumbuhan dan perbedaan

    potensi dalam konteks kekurangan gizi.

    f) Tingkat Pendidikan Ibu

  • 22

    Penelitian mengenai hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian

    stunting yang dilakukan di Kenya memberikan hasil bahwa anak-anak yang

    dilahirkan dari ibu yang berpendidikan beresiko lebih kecil untuk mengalami

    malnutrisi yang dimanifestasikan sebagai wasting atau stunting dari pada

    anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak berpendidikan. Dalam

    masyarakat dimana proporsi ibu berpendidikan tinggi, memungkinkan untuk

    menyediakan sanitasi yang lebih baik, pelayanan kesehatan dan saling

    berbagi pengetahuan, informasi mengenai kesehatan. Ibu yang berpendidikan

    akan lebih mudah menerima dan memproses informasi kesehatan

    dibandingkan dengan ibu yang tidak berpendidikan.

    3) Dampak terjadinya stunting

    Stunting merupakan indikator keberhasilan kesejahteraan, pendidikan dan

    pendapatan masyarakat. Dampaknya sangat luas mulai dari dimensi ekonomi,

    kecerdasan, kualitas, dan dimensi bangsa yang berefek pada masa depan

    anak.

    Hampir 70% pembentukan sel otak terjadi sejak janin masih dalam

    kandungan sampai anak berusia 2 tahun. Jika otak mengalami hambatan

    pertumbuhan, jumlah sel otak, serabut otak, dan penghubungan sel otak

    berkurang. Hal ini mengakibatkan penurunan intelegentsi (IQ), sehingga

    prestasi belajar anak rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Karena itu

    anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih

    pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak

    setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek

  • 23

    estika, seseorang yang tumbuh proposional akan kelihatan lebih menarik dari

    yang tumbuh pendek.

    Saat ini stunting pada anak merupakan salah satu indikator terbaik untuk

    menilai kualitas modal manusia di masa mendatang. Kerusakan yang diderita

    pada awal kehidupan, yang terkait dengan

    proses stunting, menyebabkan kerusakan permanen. Salah satu konseksuensi

    utama dari ukuran tubuh dewasa dari masa kanak-kanak yang stunting yaitu

    berkurangnya kapasitas kerja, yang pada akhirnya memiliki dampak pada

    produktivitas ekonomi (WHO, 1997).

    Di Cebu, Filipina stunting pada usia 2 tahun dikaitkan dengan tertundanya

    masuk sekolah, sering terjadi pengulangan kelas dan tingginya angka putus

    sekolah, tingkat kelulusan manurun di sekolah dasar dan menengah, dan

    kemampuan di sekolah yang lebih rendah (Daniel dan Adair, 2004).

    Di Indonesia, stunting merupakan masalah yang kerap kali diabaikan karena

    dianggap tidak akan mempengaruhi masa depan anak. Sebagian besar

    masyarakat tidak mempermasalahkan lambatnya pertumbuhan tinggi badan

    anak saat balita. Selagi anak masih sehat dan lincah, stunting bukanlah

    masalah yang perlu diatasi (Batam Pos, 2013).

    Disisi lain, Hanum (2012) menyatakan terdapat hubungan yang signifikan

    antara kejadian stunting dengan perkembangan bahasa balita usia 30-52

    bulan. Perkembangan bahasa yang lambat pada balita akan mempengaruhi

    proses belajar sehingga akan terjadi gangguan perkembangan kognitif

  • 24

    Menurut Adair (1999), skor kognitif pada anak yang pendek lebih rendah dari

    anak dengan tinggi badan normal (Batam Pos, 2013).

    Selain itu anak, dengan kondisi sangat pendek memiliki IQ 11 poin lebih

    rendah dari anak normal (UNICEF 2001). Gangguan perkembangan kognitif

    dan rendahnya IQ akan mempengaruhi prestasi akademik anak di masa

    sekolah. Hal ini menunjukkan minimnya kualitas sumber daya manusia

    (SDM) yang berpotensi untuk memajukan bangsa. Seseorang dengan kualitas

    SDM yang kurang baik kemungkinan besar akan mendapatkan pekerjaan

    dengan penghasilan yang kecil. Hal ini menyebabkan lingkaran kemiskinan

    akan terus berlanjur dengan kemajuan negara akan semakin terhambat (Batam

    Pos, 2013).

    4) Pencegahan stunting

    Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam

    kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu

    hamil, artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi,

    mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet fe) dan terpantau kesehatannya.

    Pencegahan dapat dilakukan dengan cara memberikan ASI esklusif pada bayi

    usia 0-6 bulan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi. Selain pemenuhan

    zat gizi, pemberian ASI juga dapat mengurangi terjadinya penyakit infeksi.

    Saat bayi berusia 6-12 bulan maka sebaiknya diberikan MP ASI (Makanan

    Pendamping ASI) karena ASI saja tidak akan memenuhi kebutuhan zat gizi

    bayi. Ketika anak menginjak usia 1 tahun, sebaiknya diberikan makanan

  • 25

    beragama yang terdiri dari sumber karbohidrat, protein hewani, protein

    nabati, sayuran dan buah (Batam Pos, 2013).

    Depkes RI (2009) menganjurkan anak usia 2-3 tahun diberi makanan

    keluarga dengan frekuensi tiga kali sehari (porsi setengah piring) serta dua

    kali makan selingan. Balita sebaiknya tidak dibiasakan mengkonsumsi

    pangan jajanan seperti snack yang tinggi kandungan garam dan rendah energi,

    goreng-gorengan dan kue basah dengan pemanis buatan (Batam Pos, 2013).

    Untuk pengerapan perilaku hidup bersih dan sehat keluarga, biasakan

    mencuci tangan sebelum mengolah makanan, sebelum makan dan sebelum

    memberikan makanan pada balita agar makanan yang diberikan tidak

    terkontaminasi dengan bakteri dan kuman ditangan, sedangkan penerapan

    perilaku hidup bersih dan sehat pada balita dapat dilakukan mulai dari

    membiasakakn sarapan pagi, balita diberi imunisasi lengkap, serta berat

    badan dan tinggi badan diukur secara rutin untuk memantau pertumbuhan

    balita (Batam Pos, 2013).

    5) Penilaian stunting dengan Antropomerti

    Untuk menentukan stunting pada anak dilakukan dengan cara pengukuran.

    Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2

    tahun. Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri

    gizi adalah jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh

    menurut umur dan tingkat gizi, yang digunakan untuk mengetahui

    ketidakseimbangan protein dan energi. Antropometri dilakukan untuk

    pengukuran pertumbuhan tinggi badan dan berat badan (Gilbson, 2005).

  • 26

    Indikator antropometri seperti tinggi badan menurut umur (stunting)

    adalah penting dalam mengevaluasi kesehatan dan status gizi anak pada

    wilayah dengan banyak masalah gizi buruk. Dalam menentukan klasifikasi

    gizi kurang dengan stunting sesuai dengan “Cup off point” pengukuran pada

    anak balita berdasarkan tinggi badan menurut umut (TB/U) Standar baku

    WHO-NCHD berikut (Sumber WHO 2006)

    Tabel 2.1Klasifikasi Gizi Kurang dengan Stunting

    Indikator Pertumbuhan Cut off point

    Stunting < - 2 SD

    Severely stunting < - 3 SD

    c. Balita

    1) Pengertian

    Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik

    pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5

    bulan berat badan naik 2x berat lahir dan 3x berat badan lahir pada umur 1

    tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai melambat

    pada masa sekolah dengan kenaikan berat badan kurang lebih 2 kg

    pertahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir (Septiari, 2012).

  • 27

    Anak Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas 1 tahun atau

    lebih popular dengan pengertian usia anak dibawah 5 tahun (Septiari,

    2012).

    2) Karakteristik Balita

    Menurut Septiari 2012 karakteristik balita dibagi menjadi dua yaitu:

    a) Anak usia 1-3 tahun

    b) Anak usia prasekolah (3-5 tahun)

    Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak

    menerima makanan dari apa yang disediakan orang tua. Laju

    pertumbuhan masa balita lebih besar dari masa usia prasekolah,

    sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Tetapi perut

    yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu

    diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya

    lebih besar. Oleh sebab itu pola makan yang diberikan adalah porsi

    kecil dengan frekuensi sering.

    Pada usia prasekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka

    sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak

    mulai bergaul dengan lingkungannya atau sekolah playgroup. Pada

    fase ini anak mencapai fase gemar memprotes. Pada masa ini berat

    badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas

    yang mulai banyak, dan pemililhan maupun penolakan terhadap

    makanan.

  • 28

    3) Tumbuh kembang balita

    Menurut Wheley dan Wong pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah

    atau ukuran sel tubuh yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran

    dan berat seluruh bagian tubuh (Maryunami, 2010).

    Menurut Wheley dan Wong perkembangan menitik beratkan pada

    perubahan yang terjadi secara bertahap tingkat yang paling rendah ke

    tingkat paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan

    pembelajaran (Maryunami, 2010).

    Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda tetapi prosesnya

    senantiasa melalui tiga pola yang sama, yaitu :

    a) Pertumbuhan dimulai dari tumbuh bagian atas menuju bagian bawah

    b) Perkembangan dimulai dari batang tubuh kearah luar

    c) Setelah kedua diatas dikuasai barulah anak belajar mengeksplorasi

    keterampilan-keterampilan lain seperti melempar, menendang, berlari

    dan lain-lain.

    4) Motorik Kasar

    Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan

    dan koordinasi antara anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot

    besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari

    dan sebagainya (Septiari, 2012).

    5) Motorik Halus

  • 29

    Motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan

    fisik yang melibatkan otot-otot kecil, koordinasi mata dan tangan. Syaraf

    motorik halus ini dapat dilatih dikembangkan melalui kegiatan dan

    ransangan secara rutin. Seperti bermain menyusun balok, membuat garis,

    melipat kertas dan sebagainya (Septiari, 2012).