BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Percaya Dirirepository.ump.ac.id/4372/3/BAB II.pdf ·...
-
Upload
dinhnguyet -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Percaya Dirirepository.ump.ac.id/4372/3/BAB II.pdf ·...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Percaya Diri
a. Pengertian Percaya Diri
Percaya diri merupakan keyakinan diri untuk menampilkan
tingkah laku kepada arah yang baik. Bandura (Yusuf, 2007: 135)
meyakini bahwa ”self-efficacy” merupakan elemen kepribadian yang
krusial. Self-efficacy ini merupakan keyakinan diri (sikap percaya diri)
terhadap kemampuan sendiri untuk menampilkan tingkah laku yang
akan mengarahkannya kepada hasil yang diharapkan. Ketika self
efficacy tinggi, siswa merasa percaya diri dapat melakukan respons
tertentu untuk memperoleh reinforcement. Sebaliknya apabila rendah,
maka siswa merasa cemas bahwa siswa tidak mampu melakukan
respons tertentu.
Percaya diri digunakan untuk penyesuaian diri dengan
lingkungan. Percaya diri menurut Dariyo (2007: 206) adalah
kemampuan individu untuk dapat memahami dan meyakini seluruh
potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi penyesuaian
diri dengan lingkungan. Orang yang percaya diri biasanya mempunyai
inisiatif, kreatif, dan optimis terhadap masa depan, mampu menyadari
kelemahan dan kelebihan diri sendiri, berpikir positif, menganggap
semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya.
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
8
Kepercayaan diri merupakan keyakinan terhadap diri sendiri
melalui proses belajar dengan tujuan tertentu. Hal ini sejalan dengan
pendapat Narulita, S. (2014: 24) mengatakan bahwa:
Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dari sikap
seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan
menerima secara apa adanya baik positif dan negatif yang
dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan
untuk kebahagiaan dirinya.
Siswa sangat penting memiliki rasa percaya diri untuk
tercapainya tujuan yang diharapkannya. Salirawati (2012: 218)
berpendapat bahwa percaya diri diartikan sebagai sikap yakin akan
kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap
keinginan dan harapannya. Hal ini karena dalam setiap tahapan proses
pembelajaran seringkali harus beraktivitas yang membutuhkan percaya
diri, seperti berbicara mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan
guru, tampil presentasi ke depan, mengerjakan soal atau tugas secara
mandiri. Semua aktivitas tersebut tidak dapat dilakukan siswa jika
siswa tidak mempunyai keyakinan dan kemampuan sendiri.
Rasa percaya diri peserta didik dapat terbentuk bila selalu
membiasakan diri belajar secara teratur sehingga dapat mengatasi
berbagai masalah dan kesulitan dalam menghadapi ujian. Sikap
percaya diri pada umumnya, muncul ketika seseorang akan melakukan
atau terlibat di dalam suatu aktivitas tertentu dan pikirannya terarah
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Aunurrahman (2010: 184)
menjelaskan bahwa rasa percaya diri merupakan kondisi psikologis
seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
9
proses pembelajaran. Rasa percaya diri dapat mempengaruhi fisik dan
mental seseorang dalam melakukan sesuatu. Sejalan dengan pendapat
Dimyati dan Mudjiono (2009: 245) bahwa rasa percaya diri adalah
sikap yang timbul dari diri sendiri untuk mewujudkan keinginannya
agar berhasil.
Kepercayaan diri yang dimiliki oleh siswa, siswa dapat
melakukan sesuatu, belajar sesuatu membicarakan sesuatu secara baik.
Mustari (2014: 57) menjelaskan bahwa di sekolah guru-guru dapat
membimbing siswanya agar dapat yakin akan kemampuan dirinya
sendiri. Misalnya, siswa harus berani menyatakan pendapat, harus
berani tampil di hadapan oranglain, harus yakin, tidak ragu-ragu akan
tindakan yang dipilihnya, dan tidak mencontek pekerjaan oranglain.
Oleh karena itu, rasa percaya diri harus selalu ada pada diri siswa.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa percaya diri yaitu suatu perilaku individu dalam kaitannya
keyakinan atas potensi positif yang dimiliki untuk bersikap yang
seimbang dengan struktur emosional yang ada pada diri individu
dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang dihadapi secara yakin
bahwa individu yakin akan kemampuan yang dimiliki untuk
menghadapi dan memecahkan suatu permasalahan.
b. Hakikat Percaya Diri
Percaya diri adalah keyakinan bahwa orang mempunyai
kemampuan untuk memutuskan jalannya suatu tindakan yang dituntut
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
10
untuk mengurusi situasi-situasi yang dihadapi. Terdapat beberapa
hakikat percaya diri menurut Mustari (2014: 53-56) adalah:
1) Memiliki Keyakinan
Percaya diri berarti keyakinan pada diri. Mempraktikan
keyakinan dan keberanian dimulai dengan detail-detail kecil dari
kehidupan kita. Oleh karena itu, kita harus mempercayai diri kita
sendiri.
2) Persamaan Kesempatan
Kepercayaan diri saja tidak cukup. Ia perlu infrastruktur
dan jaminan bahwa masyarakat pun mendukung kepercayaan
dirinya.
3) Menghilangkan Inferioritas atau Rasa Minder
Dengan percaya diri, kita sebetulnya diajari bahwa kita
adalah manusia yang sama dengan yang lainnya. Jika ada yang
lebih maju, kita katakan bahwa kita juga manusia seperti mereka.
Oleh karena itu, kita harus merasa bangga pada diri kita sendiri.
c. Ciri-Ciri Percaya Diri
Percaya diri yang besar akan menimbulkan sikap optimis dan
yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya. Menurut Lauster
(Wahyuni, 2014: 54) mengemukakan ciri-ciri orang yang percaya diri,
yaitu:
1) Percaya pada kemampuan sendiri yaitu suatu keyakinan atas diri
sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang berhubungan
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
11
dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi
fenomena yang terjadi tersebut.
2) Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan yaitu dapat
bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang
dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain
dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil.
3) Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yaitu adanya penilaian
yang baik dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan
yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri dan
masa depannya.
4) Berani mengungkapkan pendapat. Adanya suatu sikap untuk
mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan
kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat
menghambat pengungkapan tersebut.
d. Indikator Rasa Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan sikap individu atau siswa yang
yakin terhadap kemampuan dirinya untuk mencapai tujuan.Sikap
percaya diri dapat diukur dengan melihat indikator yang dapat
dijadikan sebagai pencapaian keberhasilan.Berdasarkan ciri-cirirasa
percaya diri menurut Lauster (Wahyuni, 2014: 54) dapat dijadikan
indikator antara lain:
1) Percaya pada kemampuan sendiri.
2) Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri.
3) Bertindak mandiri.
4) Berani mengungkapkan pendapat.
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
12
2. Partisipasi Siswa
a. Pengertian Partisipasi
Pada hakikatnya belajar merupakan interaksi antara siswa
dengan lingkungan. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang
optimal perlu keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari siswa dalam
pembelajaran. Keterlibatan siswa sangat penting dan menentukan
keberhasilan pembelajaran. Sudjana (Darmadi, 2010: 167)
mengemukakan syarat kelas yang efektif adalah:
Adanya keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari
peserta didik. Keterlibatan peserta didik merupakan syarat
utama dalam kegiatan belajar dikelas. Untuk terjadinya
keterlibatan itu, peserta didik harus memahami dan memiliki
tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar.
Keterlibatan peserta didik itu pun harus memiliki arti penting
sebagai bagian dari dirinya dan perlu diarahkan secara baik
oleh sumber belajar.
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak
adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat
sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak
bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan
kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif
mengalami sendiri. Gagne dan Berliner (Dimyati dan Mudjiono, 2009:
45) menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu
merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan
menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses
belajar-mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan
masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan,
dan menarik kesimpulan.
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
13
Partisipasi siswa dalam belajar merupakan persoalan penting
dan mendasar yang harus dipahami, didasari dan dikembangkan di
dalam proses pembelajaran. Partisipasi belajar ditandai oleh adanya
keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika
dibutuhkan. Aunurrahman (2010: 119) mengatakan bahwa keterlibatan
yang dimiliki anak dapat berkembang kearah yang positif bilamana
lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya
sifat aktif itu. Keadaan ini menyebabkan setiap guru perlu menggali
potensi-potensi keberagaman siswa melalui keaktifan yang mereka
aktualisasikan dan selanjutnya mengarahkan aktivitas mereka kearah
tujuan positif atau tujuan pembelajaran.
Partisipasi sebagai keterlibatan siswa dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Suryosubroto (2009: 294) menjelaskan bahwa
partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggota
dalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang
dilancarkan oleh organisasi serta mendukung pencapaian tujuan dan
bertanggung jawab atas keterlibatannya. Untuk dapat meningkatkan
partisipasi siswa, guru harus menciptakan suasana belajar yang
mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Salah
satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi siswa
adalah dengan memberikan pertanyaan dan menanggapi respon siswa
secara positif, melaksanakan diskusi dikelas, dan menunjuk siswa
untuk menjawab pertanyaan ke depan kelas.
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
14
Partisipasi siswa di kelas merupakan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar. Partisipasi tersebut dapat ditunjukkan
dengan aktif mengikuti pelajaran, cara siswa memahami pelajaran
guru, mengajukan pertanyaan, cara siswa mengerjakan dan
mengumpulkan tugas. Kompri (2015: 281) menjelaskan bahwa
partisipasi adalah kegiatan pembelajaran dimana semua pihak,
termasuk pendidik dan peserta didik, terlibat secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran. Proses belajar akan berlangsung dengan baik
apabila siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Untuk terjadinya keterlibatan, siswa harus memahami dan
memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar. Darmadi
(2010: 167) menjelaskan bahwa untuk mendorong partisipasi siswa
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain memberikan
pertanyaan dan menanggapi respon siswa secara positif, menggunakan
pengalaman berstruktur, menggunakan beberapa instrumen, dan
menggunakan metode.
Partisipasi sering juga diartikan sebagai keterlibatan peserta
didik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran,
indikator pembelajaran partisipasi, sebagaimana dikemukakan oleh
Knowles (Darmadi, 2010: 167) adalah sebagai berikut:
1) Adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik.
2) Adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi
dalam mencapai tujuan.
3) Dalam kegiatan pembelajaran terdapat hal yang menguntungkan
peserta didik.
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
15
Adanya keterlibatan, tanggungjawab, dan umpan balik dari
siswa. Keterlibatan siswa merupakan syarat utama dalamkegiatan
belajar dikelas. Moelyarto (Suryosubroto, 2009: 293) mendefinisikan
partisipasi sebagai pernyataan mental dan emosi seseorang di dalam
situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan
daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan,
bersama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut. Menurut
Evertson dan Edmund (2011: 33) mengemukakan bahwa dapat
melibatkan para siswa dalam pembahasan mengenai peraturan kelas
dengan meminta saran dari mereka dan meminta mereka menyebutkan
perilaku spesifik yang sebaiknya dilakukan setiap orang untuk
menciptakan sebuah iklim yang bagus dalam pembelajaran, yaitu iklim
dimana para siswa merasa nyaman untuk turut serta.
Tunner dan Hellen (2004) hal. 1760 dalam artikel yang
berjudul “Motivational Influences on Student Participation in
Classroom Learning Activities” menyatakan bahwa:
Participation in lessons facilitates learning. There are a
number of ways that students can participate overtly, including
offering their ideas and thoughts spontaneously, volunteering
to answer questions, answering questions when called on,
demonstrating at the chalkboard, talking to peers or the
teacher about tasks, and completing written work. Students
may also participate without these behavioral indicators of
involvement by watching, listening, and thinking.
Partisipasi dalam pelajaran berarti memfasilitasi belajar.
Terdapat sejumlah cara yang siswa dapat berpartisipasi terang-
terangan, termasuk mengeluarkan ide-ide dan pikiran mereka dengan
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
16
spontan, sukarela untuk menjawab pertanyaan, menjawab pertanyaan
saat diminta oleh guru, menunjukkan di papan tulis, berbicara dengan
teman sebaya atau guru mengenai tugas, dan menyelesaikan karya
tulis. Siswa juga dapat berpartisipasi tanpa indikator-indikator perilaku
keterlibatan yaitu dengan menonton, mendengarkan, dan berpikir.
Berdasarkan definisi diatas, dapat dikatakan bahwa partisipasi
adalah keterlibatan seseorang baik pikiran maupun tenaga untuk
memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Partisipasi siswa dalam
pembelajaran sangat penting untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang aktif dan menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran yang
sudah direncanakan bisa tercapai semaksimal mungkin.
b. Unsur-unsur Partisipasi
Unsur-unsur yang terdapat dalam partisipasi (Suryosubroto,
2009: 295) adalah:
1) Keterlibatan anggota dalam segala kegiatan yang dilaksanakan
oleh organisasi.
2) Kemauan anggota untuk berinisiatif dan berkreasi dalam kegiatan-
kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi.
Dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur partisipasi siswa adalah
kemauan anggota untuk ikut terlibat dengan memberikan inisiatif
dalam kegiatan-kegiatan yang dilancarkan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
17
c. Sifat-sifat Partisipasi
Adapun sifat-sifat partisipasi menurut Suryosubroto (2009:
295) adalah:
1) Adanya kesadaran dari para anggota kelompok.
2) Tidak ada unsur paksaan.
3) Anggota merasa ikut memiliki.
Partisipasi siswa dalam pembelajaran penting untuk
menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan
sehingga tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan dapat dicapai
semaksimal mungkin. Terdapat beberapa kriteria yang bisa digunakan
dalam menilai proses belajar-mengajar terutama adalah melihat sejauh
siswa aktif berpartisipasi dalam mengikuti proses belajar. Sudjana
(2013: 61) mengatakan bahwa kriteria tersebut dapat dilihat dalam hal
sebagai berikut:
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2) Terlibat dalam pemecahan masalah
3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah
5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
18
8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya.
d. Indikator Partisipasi Siswa
Indikator berfungsi bagi guru sebagai kriteria untuk
memberikan pertimbangan tentang partisipasi siswa, untuk nilai
tertentu yang telah menjadi kebiasaan yang dimiliki oleh siswa.
Berdasarkan kriteria menurut Sudjana (2013: 61) dapat dijadikan
beberapa indikator yaitu:
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
Siswa aktif dalam mengikuti pelajaran, seperti siswa membaca
LKS atau buku pelajaran, memperhatikan penjelasan guru.
2) Bertanya kepada guru atau siswa terkait persoalan yang
dihadapinya.
Siswa mengajukan pertanyaan ketika proses kegiatan belajar dan
apabila siswa tidak memahami persoalan yang dihadapinya.
3) Terlibat dalam pemecahan masahan.
Siswa aktif menjawab pertanyaan, mengerjakan soal di depan
kelas, dan mengungkapkan pendapat.
4) Menyelesaikan tugas yang dihadapinya.
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik.
5) Melaksanakan diskusi kelompok.
Siswa melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk
guru.
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
19
6) Melatih diri dalam memecahkan masalah.
Siswa aktif mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru dengan
baik dan tepat waktu.
3. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia
serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun. Sagala (2011: 62)
menunjukkan bahwa “proses pembelajaran merupakan proses yang
mendasar dalam aktivitas pendidikan di sekolah”. Dari proses
pembelajaran tersebut siswa memperoleh hasil belajar yang merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar yaitu mengalami proses untuk
meningkatkan kemampuan mentalnya.
Pembelajaran merupakan proses untuk membantu peserta didik
agar dapat belajar dengan baik. Dalam proses pembelajaran guru tidak
hanya mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik tetapi juga
membimbing atau memfasilitasi siswa dalam menemukan pengetahuan
dan pengalaman belajar. Pembelajaran menurut Susanto (2013: 19)
adalah bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengerahuan, penguasaan, kemahiran, dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik.
Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai
tujuan tersebut.
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
20
Kegiatan pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang
untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai
yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk
mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik
meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, akademisnya, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, pembelajaran menurut Sutadi, dkk. (1996:
10) yaitu usaha sadar guru untuk membantu siswa agar mereka dapat
belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Guru berfungsi sebagai
fasilitator, yaitu orang yang menyediakan fasilitas dan menciptakan
situasi yang mendukung agar siswa dapat mewujudkan kemampuan
belajarnya.
Pembelajaran suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada siswa. Winkel (Daryanto, 2012: 212) menjelaskan
bahwa pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang
untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan
memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap
rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam
peserta didik.
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
21
Tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang
ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu
mencapai aktualisasi diri. Untuk itu, sangat perlu diperhatikan
bagaimana perkembangan siswa dalam mengaktualisasikan dirinya,
pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi diri. Budiningsih (2015:
76) mengatakan bahwa:
Pengalaman emosional dan karakteristik khusus individu
dalam belajar perludiperhatikan oleh guru dalam
merencanakan pembelajaran. Karena seseorang akan dapat
belajar dengan baik jika mempunyai pengertian tentang dirinya
sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah
mana ia akan berkembang.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah, yang
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh siswa. Usaha sadar dari guru untuk membuat siswa
belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang
belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru
dan karena adanya usaha.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran terdiri
dari faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Daryanto (2012: 213)
faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan
pribadi guru sebagai pengelola kelas. Guru harus dapat
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
22
melaksanakan proses pembelajaran, oleh sebab itu guru harus
memiliki persiapan mental, kesesuaian antara tugas dan tanggung
jawab, penguasahan bahan, kondisi fisik dan motivasi kerja.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah kondisi yang timbul atau datang
dari luar pribadi guru, antara lain keluarga dan lingkungan
pergaulan di masyarakat. Faktor lingkungan, yang dimaksud
adalah faktor lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan
sekolah.
c. Ciri-Ciri Pembelajaran
Menurut Sutadi, dkk. (1996: 11) mengidentifikasikan ciri-ciri
pembelajaran yaitu:
1) Pembelajaran merupakan upaya sadar dan disengaja.
2) Pembelajaran merupakan pemberian bantuan yang
memungkinkan siswa dapat belajar. Dalam hal ini, guru
harus menganggap siswa sebagai individu yang mempunyai
unsur-unsur dinamis yang dapat berkembang.
3) Pembelajaran lebih menekankan pada pengaktifan siswa,
karena yang belajar adalah siswa.
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran sebagai usaha sadar yang diciptakan oleh guru.
Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada
peranan dan partisipasi siswa.
d. Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan. Tujuan
merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pembelajaran,
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
23
sebab seluruh aktivitas guru dan siswa diarahkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran menurut Sardiman (2003:
66) adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat
pengajaran. Hasil pencapaiannya berwujud siswa yang secara bertahap
terbentuk wataknya, kemampuan berpikir, dan keterampilan
teknologinya.
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar
yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Menurut Uno (2007: 34)
tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala
kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut.
Tujuan pembelajaran harus sesuai dengan tujuan belajar siswa. Tujuan
belajar siswa ialah mencapai perkembangan optimal yang meliputi
aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
e. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran harus memahami prinsip
pembelajarannya terlebih dahulu, sehingga dengan dasar tersebut akan
mendapatkan hasil pengelolaan yang optimal. Menurut Daryanto
(2012: 144) prinsip-prinsip pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran Berbasis Kompetensi Kunci
Kompetensi ini merupakan pengalaman esensial yang
diperlukan oleh semua jenis pekerjaan. Karena hal ini akan dapat
membantu seseorang dalam berpartisipasi secara aktif, efektif
dalam organisasi.
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
24
2) Pembelajaran Berfokus pada Peserta Didik
Pembelajaran berfokus pada peserta didik merupakan
interaksi antara peserta didik dan guru yang kegiatannya berfokus
atau bersentral pada peserta didik.
4. Karakteristik Perkembangan Peserta Didik
a. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar
Anak didik adalah anak yang belum dewasa yang memerlukan
bimbingan dan pertolongan dari orang lain yang sudah dewasa, untuk
mencapai kedewasaan, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Tuhan, sebagai suatu pribadi atau individu.
Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah
6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Kalau mengacu pada
pembagian tahapan perkembangan anak, berarti anak usia sekolah
berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah
(6-9 tahun), dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Anak usia
sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak
yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak, senang
bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan
sesuatu secara langsung.
Menurut Havighurst (Desmita, 2009: 35) tugas perkembangan
anak usia sekolah dasar meliputi:
1) Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam
permainan dan aktivitas fisik.
2) Membina hidup sehat.
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
25
3) Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.
4) Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis
kelamin.
5) Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu
berpartisipasi dalam masyarakat.
6) Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk
berpikir efektif.
7) Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai.
8) Mencapai kemandirian pribadi.
Dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut,
guru dituntut untuk memberikan bantuan berupa:
1) Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan
keterampilan fisik.
2) Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya,
sehingga kepribadian sosialnya berkembang.
3) Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan
pengalaman yang konkret atau langsung dalam membangun
konsep.
4) Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-
nilai, sehingga siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan
menjadi pegangan bagi dirinya.
b. Hubungan Perkembangan Intelektual dengan Pembelajaran
Kemampuan intelektual menjadi dasar diberikannya berbagai
kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya.
Kepada siswa sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan seperti
membaca, menulis, dan berhitung. Menurut Yusuf (2011: 69) untuk
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
26
mengembangkan daya nalarnya juga adalah dengan melatih siswa
untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, atau penilaiannya terhadap
berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi di
lingkungannya.
Dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa tersebut,
maka pihak sekolah dalam hal ini guru-guru seyogianya memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pertanyaan,
memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaran yang
dibacanya atau yang dijelaskan oleh guru.
B. Hasil Penelitian Relevan
Keberhasilan pembelajaran dapat dicapai salah satunya dengan
memaksimalkan keterampian guru dalam mengelola kelas telah dibuktikan
oleh beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya:
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari Narulita (2014) tentang
Pengaruh Minat dan Percaya Diri terhadap Hasil Belajar Matematika
Peserta Didik Kelas V SDN di Kelurahan Selat Dalam. Berdasarkan hasil
analisa menunjukkan bahwa terdapat pengaruh minat dan percaya diri
terhadap hasil belajar. Hal ini ditunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan minat terhadap hasil belajar matematika dengan sumbangan
pengaruh sebesar 70,5%, terdapat pengaruh percaya yang signifikan
percaya diri terhadap hasil belajar matematika dengan sumbangan sebesar
74,3%, terdapat pengaruh yang signifikan minat dan percaya diri terhadap
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
27
hasil belajar matematika dengan sumbangan pengaruh adalah 76,9% dan
sisanya 24,1% dipengaruhi oleh faktor lain, sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara minat dan percaya diri
terhadap hasil belajar matematika kelas V di SDN Kelurahan Selat Dalam.
2. Penelitian oleh Muhammad Putra Utama (2016) tentang Peningkatan
Partisipasi Aktif Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Melalui Model Cooperative Learning Tipe Jingsaw. Berdasarkan hasil
analisis menunjukkan bahwa penggunaan model Cooperative Learning
tipe Jingsaw dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan partisipasi
aktif siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya presentase siswa
yang mencapai partisipasi aktif yang baik dan sangat baik sebesar 53%
(siklus I 26%, siklus II 79%) sehingga dapat disimpulkan bahwa model
cooperative learning tipe jingsaw dapat meningkatkan partisipasi aktif
siswa pada pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
3. Penelitian oleh Seth Adam Kaesler (2014) tentang “A Case Study of
Teachers of Gifted Elementary Students and the Use of Coaching
Strategies to Develop the Social and Emotional Cognitive Capabilities of
Students”. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Arizona Tenggara.
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah empat guru di SD mandiri
yang ada di wilayah Arizona Tenggara. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
sosial dan emosional serta kemampuan kognitif siswa. Selain itu,
penelitian ini juga meneliti pengaruh dari interaksi guru terhadap
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
28
kemampuan kognitif siswa berbakat. Hasil penelitian ini adalah bahwa
praktik guru kelas di SD Mandiri berdampak kepada kemampuan sosial
dan emosional serta kemampuan kognitif siswa berbakat.
4. Penelitian oleh Julianne C. Dan Helen (2004) tentang “Motivational
Influences on Student Participation in Classroom Learning Activities”.
Subjek dalam penelitian ini adalah dua siswa dari dua kelas. penelitian ini
bertujuan untuk menguji bagaimana jenis kebiasaan siswa dalam bekerja
dan berpartisipasi dikelas, berhubungan dengan faktor yang dialami siswa
(prestasi pribadi, prestasi keberhasilan dalam struktur kelas, dan dukungan
guru). Hal ini ada perbedaan persepsi guru, instruksi, dukungan motivasi
dan hambatan dalam berinteraksi dengan keyakinan dan perilaku dari
kedua kelas. Orang-orang berinteraksi yang terkait dengan pola partisipasi
yang berbeda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi siswa
partisipasi siswa menekankan pada potensi guru baik dukungan dan
mengembangkan karya kebiasaan siswa.
Berdasarkan uraian di atas, persamaan antara penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah meneliti tentang rasa percaya diri siswa dan
mendeskripsikan tentang partisipasi aktif siswa di kelas. Perbedaan dari
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada variabel yang
dipengaruhi. Jika pada penelitian sebelumnya terdapat pengaruh percaya diri
terhadap hasil belajar mata pelajaran matematika dan peningkatan partisipasi
aktif siswa menggunakan model cooperative learning tipe jingsaw, sedangkan
dari penelitian ini meneliti tentang pengaruh rasa percaya diri terhadap tingkat
partisipasi siswa dalam pembelajaran kelas IV di SD Negeri Gugus Permadani
Purwojati.
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017
29
C. Kerangka Pikir
Percaya diri sebagai suatu keyakinan seseorang dengan sukses mampu
berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk mengakibatkan hasil yang
diharapkan. Untuk menciptakan partisipasi yang baik diperlukan potensi diri
berupa rasa percaya diri yang baik pula. Siswa yang memiliki rasa percaya diri
akan bertindak mandiri dengan membuat pilihan dan mengambil keputusan
sendiri, dimana siswa akan mampu bertindak dengan segala penuh keyakinan
dan memiliki partisipasi diri sehingga merasa bangga atas prestasinya.
Proses pembelajaran yang melibatkan siswa, diharapkan akan
memberikan pemahaman konsep materi pelajaran. Pembelajaran yang inovatif
perlu diterapkan agar siswa dapat aktif serta memiliki rasa percaya diri dan
prestasi belajar yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh rasa percaya diri terhadap tingkat partisipasi siswa dalam
pembelajaran kelas IV di SD Negeri Gugus Permadani Purwojati. Kerangka
pikir penelitian ini dapat dilihat dalam gambar 2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir
D. Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir diatas dirumuskan
hipotesis penelitian yaitu: Terdapat pengaruhrasa percaya diri terhadap tingkat
partisipasi siswa dalam pembelajaran kelas IV di SD Negeri Gugus Permadani
Purwojati.
Rasa Percaya Diri Siswa
yang Tinggi
Partisipasi Siswa menjadi Baik
Pengaruh Rasa Percaya Diri…, Ferra Martiana Dewi, FKIP, UMP, 2017