BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori...

30
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (prinsipal) meminta pihak lainnya (agen) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen. Prinsip utama teori ini adalah adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agent) yaitu manajer dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut nexus of contract”. Jika kedua pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka maka ada kemungkinan bahwa agen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan terbaik prinsipal. Agar agen termotivasi, maka prinsipal merancang kontrak sedemikan rupa sehingga mampu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. Kontrak yang efisien merupakan kontrak yang memenuhi dua asumsi, yaitu sebagai berikut ini: 1) Agen dan prinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai

suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (prinsipal) meminta pihak lainnya

(agen) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal yang

melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada

agen. Prinsip utama teori ini adalah adanya hubungan kerja antara pihak yang

memberi wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima

wewenang (agent) yaitu manajer dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut

“nexus of contract”. Jika kedua pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut

berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka maka ada kemungkinan bahwa

agen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan terbaik prinsipal.

Agar agen termotivasi, maka prinsipal merancang kontrak sedemikan rupa

sehingga mampu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam

kontrak keagenan. Kontrak yang efisien merupakan kontrak yang memenuhi dua

asumsi, yaitu sebagai berikut ini:

1) Agen dan prinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen

maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga

tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan

dirinya sendiri.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

12

2) Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang

berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang

diterimanya.

Faktanya kontrak yang mengikat agen dan prinsipal tidak serta merta akan

mengurangi munculnya masalah keagenan. Menurut teori keagenan dari Jensen

dan Meckling (1976), permasalahan keagenan ditandai dengan adanya perbedaan

kepentingan dan informasi yang tidak lengkap (asymetry information) di antara

pemilik perusahaan dengan agen. Prinsipal menginginkan hasil akhir keputusan

yang menghasilkan laba sebesar-besarnya atau peningkatan nilai investasi dalam

perusahaan. Agen pun pasti memiliki kepentingan pribadi yang ingin dicapai

yakni penerimaan kompensasi yang memadai atas kinerja yang dilakukan.

Kepentingan ekonomis yang berbeda bisa saja disebabkan ataupun menyebabkan

timbulnya asimetri informasi (kesenjangan informasi) antara pemegang saham

(stakeholders) dan manajemen. Informasi asimetri biasanya terjadi disebabkan

karena pihak agen memiliki informasi keuangan yang dinilai lebih daripada pihak

prinsipal (keunggulan informasi), sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi

memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri karena memiliki

keunggulan kekuasaan (discretionary power).

Asimetri informasi merupakan kondisi di mana informasi yang terdapat

dalam laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen tidak mencerminkan

kondisi perusahaan sebenarnya. Sebagai hasilnya akan timbul yang dinamakan

biaya keagenan (agency cost) yang meliputi monitoring costs, bonding costs, dan

residual losses (Jensen dan Meckling, 1976).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

13

1) Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh prinsipal untuk

memonitor perilaku agen, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol

perilaku agen. Contoh biaya ini adalah biaya audit dan biaya untuk

menetapkan rencana kompensasi manajer, pembatasan anggaran, dan aturan-

aturan operasi.

2) Bonding cost adalah biaya yang ditanggung oleh agen untuk menetapkan dan

mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen bertindak untuk

kepentingan prinsipal, misalnya biaya yang dikeluarkan oleh manajer untuk

menyediakan laporan keuangan kepada pemegang saham. Pemegang saham

hanya akan mengijinkan bonding cost terjadi jika biaya tersebut dapat

mengurangi monitoring cost.

3) Residual losses timbul dari kerugian yang diterima prinsipal atas keputusan

agen yang tidak optimal.

Konflik kepentingan antara para pihak tersebut dapat dijelaskan oleh

Eisenhardt (1989) menyatakan ada tiga asumsi sifat manusia terkait teori

keagenan, yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self

interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa

mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk

averse). Berdasarkan sifat dasar manusia tersebut manajer akan cenderung

berperilaku oportunistik untuk kesejahteraan pribadinya. Di sisi lain prinsipal

menginginkan pembagian dividen yang besar dari tingginya tingkat laba yang

diperoleh perusahaan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

14

Informasi dalam laporan keuangan yang dapat menyesatkan pengambilan

keputusan oleh pengguna memerlukan keterlibatan auditor sebagai pihak

independen. Data-data perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan

pemakai laporan keuangan lainnya apabila laporan keuangan yang mencerminkan

kinerja dan kondisi keuangan perusahaan telah mendapat pernyataan wajar dari

auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan

modifikasi going concern memiliki kaitan yang erat karena auditor bertugas untuk

melakukan pengawasan (monitoring) terhadap kinerja manajemen mengenai

kesesuain tindakannya dengan kepentingan prinsipal dalam mandatnya

menjalankan usaha. Sarana pertanggungjawaban dalam bentuk laporan keuangan

akan dievaluasi oleh auditor untuk menelusuri kemungkinan adanya asimetri

informasi atau manipulasi data dan memberikan sebuah opini audit untuk

mengungkapkan permasalahan going concern yang dihadapi perusahaan, apabila

auditor meragukan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan

usahanya. Auditor haruslah menjadi pihak independen yang tidak mudah

terpengaruh dengan tenure (lama perikatan audit klien dengan auditor), sehingga

hasil pengawasan yang dilaksanakan merupakan bukti yang obyektif. Hasil

pengawasan yang dilakukan auditor adalah penerimaan opini kewajaran dalam

laporan keuangan perusahaan dan pengungkapan kemampuan perusahaan dalam

kelangsungan hidupnya (going concern) (Sari, 2012).

2.1.2 Auditing

ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) dalam Halim (2008:1)

mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematik untuk menghimpun dan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

15

mengevaluasi bukti-bukti audit secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang

berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian

antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan

menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.

Agoes (2000:1) mendefinisikan auditing sebagai suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap

laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

pembukuan dan bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan

pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Menurut Jusup (2001:11) auditing atau pengauditan adalah suatu proses

sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan

asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif

untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang

telah ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

Menurut Mulyadi (2002:9), secara umum auditing adalah suatu proses

sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi secara obyektif mengenai

pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi. Tujuannya adalah

untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut

dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada

pemakai yang berkepentingan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

auditing adalah proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

16

pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi secara obyektif, sehingga

dapat ditentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria

yang telah ditentukan dan memberikan pendapat mengenai kewajaran pernyataan

tersebut.

Menurut Jusup (2001:169) dalam setiap audit baik audit pada perusahaan

besar maupun pada perusahaan kecil selalu terdapat empat tahapan kegiatan

berikut ini:

1) Penerimaan penugasan audit

Tahap awal suatu audit adalah mengambil keputusan untuk menerima atau

menolak suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien baru, atau untuk

melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. Mulyadi (2002:122)

menyebutkan bahwa perikatan adalah kesempatan dua pihak untuk

mengadakan suatu ikatan perjanjian. Saat perikatan audit, klien yang

memerlukan jasa auditor menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan

kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit

tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah-langkah yang

ditempuh oleh auditor di dalam mempertimbangkan penerimaan perikatan

audit dari calon kliennya adalah sebagai berikut:

(1) mengevaluasi integritas manajemen,

(2) mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa,

(3) menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit,

(4) menilai independensi,

(5) menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran professional,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

17

(6) membuat surat perikatan audit.

Tahap ini hanya melibatkan standar umum dari standar auditing yang perlu

diterapkan. Pada umumnya keputusan untuk menerima (menolak) ini sudah

dilakukan sejak enam bulan hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku

yang akan diperiksa (Jusup, 2001:169).

2) Perencanaan Audit

Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penerapan strategi audit untuk

pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan tahap yang

cukup sulit dan menentukan keberhasilan penugasan audit. Pada tahap ini

perlu diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar

auditing. Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan

sebelum akhir tahun buku klien. Tahapan yang ditempuh oleh auditor dalam

merencanakan auditnya adalah sebagai berikut:

(1) memahami bisnis dan industri klien,

(2) melaksanakan prosedur audit,

(3) mempertimbangkan tingkat materialitas awal,

(4) mempertimbangkan risiko bawaan,

(5) mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo

awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama,

(6) mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan,

(7) memahami pengendalian intern klien.

3) Pelaksanaan pengujian audit

Tahap ketiga dalam audit laporan keuangan adalah melaksanakan pengujian

audit. Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

18

Tujuan utama tahap audit ini adalah mendapatkan bukti audit mengenai

efektivitas Struktur Pengendalian Intern (SPI) klien dan kewajaran laporan

keuangannya. Pada tahap ini harus diterapkan standar umum dan standar

pekerjaan lapangan dari standar auditing. Pengujian ini dilakukan tiga sampai

empat bulan sebelum akhir tahun buku hingga satu sampai tiga bulan sesudah

akhir tahun buku klien.

4) Pelaporan Temuan

Tahap keempat atau tahap terakhir dari suatu audit adalah pelaporan temuan.

Laporan audit bisa berupa laporan standar yaitu laporan audit dengan pendapat

wajar tanpa pengecualian atau bisa juga menyimpang dari laporan standar.

Pada tahap ini harus dilaksanakan standar umum dan standar pelaporan dari

standar auditing. Laporan audit biasanya diterbitkan antara satu hingga tiga

minggu setelah berakhirnya pekerjaan lapangan. Ada dua langkah yang

dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini (Mulyadi, 2002:122),

yaitu:

(1) menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan

menarik kesimpulan,

(2) menerbitkan laporan audit.

2.1.3 Opini Audit

Laporan audit merupakan hasil dari pelaksanaan audit seorang auditor

yang digunakan sebagai media komunikasi penyampaian informasi kepada pihak-

pihak berkepentingan. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk

menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

19

tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat

maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah

auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI, 2001). Dalam SA Seksi 110 paragraf 01 dijelaskan

bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk

menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi

keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Laporan auditor bentuk baku terdiri dari tiga paragraf yakni paragraf

pengantar (introduction paragraph), paragraf lingkup audit (scope paragraph),

dan paragraf pendapat (opinion paragraph) (Mulyadi, 2002). Khusus pada pargraf

ketiga yakni paragraf pendapat dalam laporan auditor bentuk baku digunakan

untuk menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan auditan. Pendapat

auditor menyatakan mengenai kewajaran laporan keuangan dan kesesuaiannya

dengan prinsip akuntansi berterima umum berdasarkan keyakinan profesionalnya.

Menurut Halim (2008:75), terdapat lima jenis pendapat yang dapat

diberikan oleh auditor, yaitu sebagai berikut ini.

1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah

dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian

laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan

tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa

penjelasan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

20

2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan

Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan

sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi

tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. Kondisi atau keadaan yang

memerlukan bahasa penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai

berikut:

(1) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain,

(2) Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI,

(3) Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material,

(4) Auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya,

(5) Auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam penggunaan

prinsip dan metode akuntansi.

3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini

diberikan apabila:

(1) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup

audit yang material tapi tidak memengaruhi laporan keuangan secara

keseluruhan,

(2) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip

akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak

memengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

21

tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun

perubahan dalam prinsip akuntansi. Auditor harus menjelaskan alasan

pengecualian dalam satu paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat.

4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara

wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung

pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat

tidak wajar diberikan terhadap laporan keuangan.

5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat ini diberikan apabila:

(1) Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien

maupun karena kondisi tertentu,

(2) Auditor tidak independen terhadap klien.

Pelaksanaan proses audit menuntut auditor tidak hanya melihat pada hal-

hal yang ditampilkan dalam laporan keuangan tetapi juga harus lebih mewaspadai

kelangsungan hidup perusahaan dalam batas waktu tertentu (SPAP SA 341). Pada

saat auditor menetapkan bahwa ada keraguan yang pasti terhadap kemampuan

klien untuk melanjutkan usahanya sebagai going concern, auditor diijinkan untuk

memilih apakah akan mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian atau opini

disclaimer. PSA 29 paragraf 1 huruf d, menyatakan bahwa keraguan yang besar

tentang kemampuan suatu usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya

merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambah paragraf penjelaan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

22

dalam laporan audit, meskipun tidak memengaruhi pendapat wajar tanpa

pengecualian yang dinyatakan auditor.

2.1.4 Opini Audit Going Concern

Laporan audit dengan modifikasi going concern merupakan suatu

indikator bahwa dalam sudut pandang penilaian auditor ditemukan risiko auditee

tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidup bisnisnya. Menurut Belkaoui

(2006) going concern adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha

akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk

mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak

berhenti. Analisis auditor sebelum memutuskan pemberian opini dengan

modifikasi going concern meliputi pertimbangan hasil dari operasi perusahaan,

kondisi ekonomi yang memengaruhi, kemampuan membayar utang, dan

kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.

SPAP Seksi 341 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak

kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya

terhadap opini auditor sebagai berikut:

1) Jika auditor yakin terdapat keraguan mengenai kemampuan satuan usaha

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang

pantas, maka auditor harus:

(1) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukkan

untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.

(2) Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif

dilaksanakan.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

23

2) Jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi

dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya, maka auditor mempertahankan untuk memberikan

pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).

3) Jika manajemen memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan

peristiwa di atas, maka auditor menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya)

atas efektivitas rencana tersebut, dan:

(1) Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif, maka

auditor menyatakan tidak memberikan pendapat.

(2) Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien

mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan

pendapat wajar tanpa pengecualian.

(3) Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak

mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan

pendapat tidak wajar.

Menurut Vanstraelen (2002), yang termasuk dalam opini going concern

terdiri dari:

1) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa

penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language).

Jika auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka auditor wajib

mengevaluasi rencana manajemen. Apabila auditor telah berkesimpulan

bahwa rencana manajemen dapat secara efektif dilaksanakan maka auditor

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

24

harus mempertimbangkan mengenai kecukupan pengungkapan tentang

kelangsungan usaha dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan

mengenai sifat, dampak kondisi, dan peristiwa yang semula menyebabkan ia

yakin adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup satuan usaha,

mitigating factor dan rencana manajemen. Apabila auditor berkesimpulan

bahwa pengungkapan tersebut memadai maka auditor akan memberikan

pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai

kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

2) Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion

report).

Opini wajar dengan pengecualian diberikan kepada auditee apabila auditor

menyangsikan kelangsungan hidup perusahaan dan auditee melaksanakan

rencana manajemen untuk mengurangi dampak kondisi ketidakmampuan atas

kelangsungan hidup perusahaan. Tetapi auditor berkesimpulan bahwa

manajemen tidak membuat pengungkapan dan mengenai sifat, dampak,

kondisi dan peristiwa yang menyebabkan auditor menyangsikan kelangsungan

hidup perusahaan. Auditor harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan

pengecualian dan dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Auditor juga harus

mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke paragraf

penjelas di dalam paragraf pendapat. Berikut ini adalah contoh paragraf yang

disajikan sebelum paragraf pendapat yang berisi pendapat wajar dengan

pengecualian :

“Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mewajibkan

pengungkapan faktor risiko tertentu yang berdampak signifikan terhadap

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

25

kondisi perusahaan yang dilaporkan atau operasi perusahaan di masa depan.

Laporan keuangan terlampir tidak berisi pengungkapan tentang dampak

memburuknya kondisi ekonomi Indonesia terhadap kemampuan perusahaan

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Banyak negara di wilayah

Asia Pasifik, termasuk Indonesia, mengalami memburuknya kondisi ekonomi

yang terutama sebagai akibat depresiasi mata uang di wilayah tersebut.”

“Menurut pendapat kami, kecuali tidak diungkapkannya informasi

sebagaimana disebutkan dalam paragraf di atas, laporan keuangan yang

kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,

posisi keuangan perus aha an KXT tanggal 31 Desember 2007, hasil usaha,

serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”

3) Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Jika pengungkapan di dalam rencana manajemen tidak memadai dan tidak

dilakukan penyesuaian, padahal dampaknya sangat material dan terdapat

penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum, maka auditor akan

memberikan opini tidak wajar. Paragraf yang berisi penjelasan tentang alasan

yang menyebabkan auditor memberikan pendapat tidak wajar yang

dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Berikut ini adalah contoh paragraf

yang disajikan sebelum paragraph pendapat yang berisi pendapat tidak wajar :

“Memburuknya kondisi ekonomi Indonesia berdampak sangat material

terhadap posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan untuk tahun buku

2007. [Uraikan di sini dampak sangat material memburuknya kondisi

ekonomi tersebut terhadap pos pos tertentu dalam laporan keuangan].

Manajemen tidak mengungkapkan hal tersebut dalam laporan keuangan dan

tidak melakukan penyesuaian sebagaimana yang seharusnya dilakukan sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.”

“Menurut pendapat kami, karena dampak tidak dilakukannya

pengungkapan dan penyesuaian sebagaimana disebutkan dalam paragraf di

atas terhadap laporan keuangan tahun buku 2007, laporan keuangan tersebut

di atas tidak menyajikan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia, posisi keuangan perusahaan tanggal 31

Desember 2007 dan hasil usaha, dan arus kas untuk tahun yang berakhir

pada tanggal-tanggal tersebut.”

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

26

4) Tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion report).

Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi perusahaan, auditor

menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas maka auditor wajib

mengevaluasi rencana manajemen. Dalam hal satuan usaha tidak memiliki

rencana manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen

entitas tidak dapat secara efektif mengurangi dampak negatif kondisi atau

peristiwa tersebut maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat.

Auditor akan memberikan penjelasan atas keputusan untuk tidak memberikan

pendapat pada paragraf sebelum paragraf pendapat. Berikut ini adalah contoh

paragraf yang disajikan sebelum paragraf pendapat yang berisi pernyataan

bahwa auditor tidak menyatakan pendapat :

“Catatan X atas laporan keuangan terlampir berisi ringkasan dampak

memburuknya kondisi ekonomi Indonesia atas posisi keuangan dan hasil

usaha perusahaan dan langkah-langkah yang ditempuh dan rencana yang

dibuat oleh manajemen di dalam merespon kondisi tersebut. Laporan

keuangan terlampir mencakup dampak memburuknya kondisi ekonomi

tersebut, sepanjang hal itu dapat ditentukan dan diperkirakan. Oleh karena

sangat tidak stabilnya kurs mata uang asing dan tarif bunga, yang berakibat

terhadap kurangnya likuidasi dan memburuknya kondisi ekonomi Indonesia,

adalah tidak mungkin untuk menentukan dampak memburuknya kondisi

ekonomi tersebut terhadap kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan

dalam tahun 2008.”

“Karena adanya ketidakpastian besar mengenai kemampuan

perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup seperti yang kami

kemukakan dalam paragraf di atas, maka keadaan ini tidak memungkinkan

kami untuk menyatakan, dan kami tidak menyatakan, pendapat atas laporan

keuangan tersebut di atas”

Bagaimanapun juga hampir tidak ada panduan yang jelas atau hasil

penelitian yang dapat dijadikan pemilihan tipe going concern report yang dipilih.

Karena pemberian status going concern bukanlah tugas yang mudah (Koh dan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

27

Tan, 1999). Mc Keown et al. (1991) berpendapat bahwa auditor mungkin saja

gagal untuk memberikan pendapat tentang adanya indikasi kebangkrutan pada

suatu perusahaan yang ternyata mengalami kebangkrutan dalam beberapa tahun

ke depan atau mendatang. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut sedang

dalam posisi ambang batas antara kebangkrutan dengan kelangsungan usaha.

Boynton (2002) menyatakan bahwa informasi yang mampu

mengindikasikan perusahaan mempunyai permasalahan going concern antara lain

mencakup:

1) Tren negatif, seperti kerugian operasi yang berulang, kekurangan modal kerja,

arus kas negatif dari aktivitas operasi, dan rasio keuangan kunci yang buruk.

2) Petunjuk lain dari kemungkinan kesulitan keuangan, seperti tidak dapat

membayar utang atau perjanjian pinjaman, penunggakan pembayaran dividen,

restrukturisasi utang, dan ketidaktaatan terhadap persyaratan modal dasar.

3) Masalah internal, seperti penghentian kerja, ketergantungan yang besar pada

keberhasilan proyek tertentu, dan komitmen jangka panjang yang tidak

ekonomis.

4) Masalah eksternal, seperti pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-

undang atau masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan

entitas untuk beroperasi, kerugian pada franchise atau waralaba yang penting,

lisensi atau paten penting, kerugian akibat bencana besar yang tidak

diasuransikan.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

28

Pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit dengan modifikasi

going concern terhadap kesinambungan usaha suatu entitas disajikan dalam

gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Panduan Bagi Auditor dalam Memberikan Opini Audit

dengan Modifikasi Going Concern

Sumber : SA Seksi 341 Paragraf 19 (SPAP, 2001)

YA

TIDAK

TIDAK

TIDAK

YA

YA

YA

YA

TIDAK

TIDAK

Apakah ada kondisi dan

atau peristiwa yang

berdampak terhadap

kelangsungan hidup

entitas ?

SA SEKSI 508

PSA NO. 29

Apakah auditor

sangsi atas

kelangsungan hidup

entitas ?

Apa ada

rencana

manajemen ?

Tidak

memberikan

pendapat

Apa rencana

manajemen

dilaksanakan ?

Apakah cukup

pengungkapan ?

Pendapat Wajar

Tanpa

Pengecualian

Tidak

memberikan

pendapat

Pendapat Wajar

Dengan

Pengecualian atau

Tidak Wajar Pendapat Wajar Tanpa

Pengecualian dengan paragraf

penjelasan berkaitan dengan

kelangsungan hidup entitas/

penekanan atas suatu hal

(Emphasis of matter)

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

29

2.1.5 Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu indikasi bahwa kondisi entitas

bisnis dalam keadaan baik. Perusahaan yang bertumbuh dengan tren positif

menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya, ini

berarti perusahaan memiliki jaminan untuk bisa mempertahankan posisi

keuangannya dan kelangsungan bisnisnya. Pertumbuhan arus kas operasi bersih

dapat dijadikan sebagai proksi dari pertumbuhan perusahaan. Informasi arus kas

operasi dapat membantu dalam menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajibannya, membayar dividen, dan meningkatkan kapasitas perusahaan

(Subramanyam dan Wild, 2010).

Arus kas operasi yang positif mengindikasikan bahwa perusahaan dapat

membiayai aktivitas investasi dan aktvitas pendanaannya dari hasil aktivitas

operasi sehingga kemungkinan perusahaan untuk mengalami kebangkrutan dan

likuidasi sangat kecil. Altman (dalam Gama dan Astuti, 2014) mengemukakan

bahwa perusahaan dengan negative growth memiliki kecenderungan yang lebih

besar ke arah kebangkrutan sehingga perusahaan yang laba tidak akan mengalami

kebangkrutan. Karena kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi auditor

untuk memberikan opini audit going concern, maka perusahaan yang mengalami

pertumbuhan perusahaan yang negatif akan makin tinggi kecenderungan untuk

menerima opini going concern.

2.1.6 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam berbagai proksi antara lain

aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Proksi nilai aktiva digunakan untuk

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

30

menjelaskan ukuran perusahaan karena nilai aktiva menunjukkan seberapa besar

kekayaan yang dimiliki perusahaan dalam rangka melakukan kegiatan

operasionalnya dan nilai aktiva dipilih karena nilai yang dimiliki relatif lebih

stabil dibandingkan dengan proksi lain (Sudarmadji dan Sularto, 2007).

Perusahaan dengan total aktiva yang besar akan menunjukkan arus kas yang

positif sehingga bisa dikatakan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai titik

maturity dengan prospek yanag baik dalam jangka waktu panjang.

Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori, yaitu

perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan

perusahaan kecil (small firm) (Widyantari, 2011). Auditor yang mengetahui

ukuran perusahaan akan memiliki pemahaman memadai mengenai seberapa besar

volume bisnis perusahaan tersebut. Perusahaan besar yang dianggap mampu

mengatasi turbulence kondisi keuangan, auditor cenderung lebih sering

memberikan opini audit non going concern. Perusahaan yang skalanya lebih kecil

akan lebih cenderung diberikan opini audit dengan modifikasi going concern

karena auditor mempertimbangkan kesangasian atas kemampuan perusahaan

tersebut mempertahankan kelangsungan usahanya.

2.1.7 Kualitas Audit

Kualitas audit yang tinggi memberikan tingkat keyakinan kepada pihak-

pihak berkepentingan untuk mempercayai dan memanfaatkan informasi akuntansi

entitas. Kompetensi auditor industry specialization merupakan salah satu dimensi

yang bisa digunakan untuk mengukur seberapa besar kualiats audit secara aktual.

Auditor yang memiliki pengalaman dan spesialisasi keahlian di suatu bidang

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

31

industri tertentu cenderung menghasilkan opini audit dengan kualitas lebih baik

untuk kliennya yang berada pada industri tersebut. Balsam (2003) menyatakan

bahwa spesialisasi auditor berkontribusi pada kredibilitas yang diberikan auditor.

Semakin banyak spesialisasi seorang auditor menunjukkan semakin

berpengalaman dan professional auditor tersebut. Auditor spesialis lebih cakap

dalam mengintrepetasikan kesalahan pelaporan keuangan (Hammersley, 2006).

Di dunia terdapat Kantor Akuntan Publik yang berstatus The Big Four

yaitu KAP Ernest & Young, KAP Deloitte Touche Tohmatsu, KAP

Pricewaterhouse Coopers, dan KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG).

KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four mengindikasikan tingkat

konsentrasi pasar audit yang tinggi untuk suatu industri tertentu.

Pada tahun 2006-2008, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big

four Auditors adalah sebagai berikut:

1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernest & Young,

2) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche

Tohmatsu,

3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG,

4) KAP Haryanto Sahari berafiliasi dengan Pricewaterhouse Coopers.

Pada tahun 2009, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four

Auditors yaitu:

1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernest & Young,

2) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche

Tohmatsu,

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

32

3) KAP Siddharta dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG,

4) KAP Tanudireja Wibisana & Rekan berafiliasi dengan Pricewaterhouse

Coopers.

2.1.8 Audit Lag

Audit lag atau dalam beberapa penelitian disebut sebagai audit delay

didefinisikan sebagai rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan

keuangan tahunan yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk

memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan

perusahaan sejak tanggal tahun tutup buku, yaitu per 31 Desember sampai tanggal

yang tertera di laporan auditor independen (Rachmawati, 2008). Semakin lama

rentang waktu penyelesaian pekerjaan audit semakin tinggi kemungkinan entitas

menerima opini audit dengan modifikasi going concern. Ketentuan mengenai

jangka waktu pelaporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan audit

independennya diatur dalam Surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor : Kep–

36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan disertai dengan

laporan akuntan dengan pendapat yang lazim harus disampaikan kepada

BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal

laporan keuangan tahunan.

McKeown et al. (1991) mengungkapkan bahwa opini audit going concern

lebih banyak ditemui ketika pengeluaran opini terlambat. Hal ini mungkin terjadi

karena auditor lebih banyak melakukan pengujian, manajer melakukan negosiasi

yang panjang ketika terdapat ketidakpastian kelangsungan usaha, dan auditor

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

33

berharap bahwa perusahaan dapat mengatasi masalah yang dihadapi untuk

menghindari dikeluarkannya opini audit going concern (Lennox, 2002).

2.1.9 Audit Tenure

Audit tenure adalah lamanya waktu perikatan yang terjalin antara Kantor

Akuntan Publik dengan klien atau auditee yang sama. Kedekatan antara auditor

dengan auditee sangat mungkin memengaruhi independensi seorang auditor

terutama kaitannya dengan ketidakrelaan auditor kehilangan fee yang tinggi ketika

dihadapkan dengan tanggung jawab menerbitkan opini audit dengan modifikasi

going concern. Sebaliknya terdapat argumen yang menyatakan bahwa waktu

keterikatan yang lebih lama dengan klien memungkinkan auditor untuk

mendapatkan wawasan tambahan guna melaporkan ketidakpastian going concern

yang ditemukan dengan lebih baik.

Menteri Keuangan membuat peraturan Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang

pemberian jasa audit umum yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)

terhadap laporan keuangan suatu perusahaan paling lama enam tahun buku

berturut-turut dan oleh seorang auditor independen paling lama tiga tahun buku

berturut-turut. KAP dan auditor independen tersebut dapat menerima kembali

perikatan audit setelah satu tahun tidak mengaudit perusahaan tersebut. Rotasi

KAP tersebut dimaksudkan untuk menghindari hilangnya independensi auditor

selama perikatan audit.

Bagian Praktik Securities of Exchange Commission (SEC) Komite

Eksekutif (American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), 1992

dalam Widyantari, 2011) menyatakan laporan tentang audit tenure yang berisi

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

34

beberapa argumen bahwa dalam jangka panjang hubungan antara auditor dan

perusahaan klien akan menyebabkan masalah sebagai berikut ini.

1) Auditor mempunyai hubungan yang semakin dekat dengan manajemen klien

yang menyebabkan auditor tidak independen untuk mengidentifikasi masalah

manajemen dan kehilangan skeptisisme profesional.

2) Auditor mungkin menganggap pengujian yang dilakukan sebagai pengulangan

dari perikatan sebelumnya sehingga auditor merasa sudah mengetahui lebih

dulu hasil dari pengujian tersebut. Hal ini menyebabkan auditor kurang

mampu untuk mengevaluasi perubahan penting dalam kondisi klien.

3) Auditor mungkin berkeinginan untuk menyelesaikan masalah perusahaan

klien dalam rangka mempertahankan hubungannya dengan klien. Memenuhi

keinginan manajemen klien mungkin menjadi prioritas auditor, dibandingkan

mengikuti standar profesional.

2.1.10 Opinion Shopping

SEC mendefinisikan opinion shopping sebagai aktivitas mencari auditor

yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen untuk

mencapai tujuan pelaporan perusahaan. Modus pergantian auditor (auditor

switching) biasanya digunakan perusahaan untuk menghindari penerimaan opini

audit dengan modifikasi going concern dengan dua cara (Teoh, 1992), yaitu : (1)

perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran untuk

diganti mungkin dapat mengurangi independensi auditor, sehingga tidak

mengungkapkan kecurigaan going concern yang ditemuinya. Argumen ini disebut

ancaman pergantian auditor. (2) bahkan ketika auditor tersebut independen,

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

35

perusahaan akan memberhentikan akuntan publik (auditor) yang cenderung

memberikan opini going concern. Argumen ini disebut opinion shopping.

Perilaku opinion shopping dilakukan oleh manajemen untuk memanipulasi

pelaporan keuangan perusahaan agar tampak wajar dan baik dengan cara

memberikan tekanan kepada auditor.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan pada Penerimaan Opini Audit

dengan Modifikasi Going Concern

Perusahaan yang bertumbuh dengan tren positif berarti memiliki jaminan

untuk bisa mempertahankan posisi keuangannya dan kelangsungan bisnisnya.

Pertumbuhan merupakan indikator pencapaian prestasi perusahaan dan

memberikan sinyal keyakinan kepada auditor untuk tidak menyangsikan

kemampuan perusahaan menjaga kestabilan usahanya. Arus kas operasi

digunakan sebagai proksi pertumbuhan perusahaan karena informasi arus kas

operasi dapat membantu dalam menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajibannya, membayar dividen, dan meningkatkan kapasitas perusahaan.

Altman (1968) mengemukakan bahwa perusahaan dengan negative growth

memiliki kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan dan akan semakin

tinggi kecenderungan untuk menerima opini going concern. Penelitian yang

dilakukan oleh Kartika (2012) menyatakan pertumbuhan perusahaan berpengaruh

negatif pada penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut

maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H1: Pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh negatif pada penerimaan opini

audit dengan modifikasi going concern.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

36

2.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Penerimaan Opini Audit dengan

Modifikasi Going Concern

Total aktiva yang dimiliki perusahaan dapat digunakan untuk menentukan

ukuran perusahaan. Kevin et al. (2006) menyatakan bahwa perusahaan dengan

total aktiva besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress.

Oleh karena itu, auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going

concern dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat mengatasi kondisi buruk

pada tahun mendatang. Mutchler (1991) menyatakan bahwa auditor lebih sering

mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil, karena auditor

mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan

keuangannya daripada perusahaan kecil. Selain dari kemampuan keuangan,

perusahaan ukuran besar memiliki manajerial yang baik dalam hal business

sustainability management untuk menghadapi risiko-risiko kebangkrutan.

Konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh McKeown et al. (1991),

Mutcher et al. (1997), Pendley (1998), Januarti (2009), Widyantari (2012), serta

Gama dan Astuti (2014) bahwa faktor ukuran perusahaan memiliki pengaruh

negatif signifikan pada penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

H2: Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh negatif pada penerimaan opini audit

dengan modifikasi going concern.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

37

2.2.3 Pengaruh Kualitas Audit pada Penerimaan Opini Audit dengan

Modifikasi Going Concern

Sikap skeptisme profesional yang dimiliki auditor diuji kualitasnya saat

berani memberikan opini audit dengan modifikasi going concern ketika menilai

bahwa perusahaan tidak mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam

jangka panjang. Auditor yang berkualitas tinggi cenderung akan menerbitkan

opini audit going concern jika klien terdapat masalah berkaitan going concern

perusahaan (Widyantari, 2011). Semakin tinggi intensitas pekerjaan audit oleh

KAP pada perusahaan sejenis maka KAP tersebut tergolong auditor industry

specialization bagi kelompok perusahaan dalam suatu sektor industri tertentu

sehingga semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan. Spesialisasi industri

auditor adalah atas banyaknya jasa atestasi atau banyaknya klien industri sejenis

yang ditangani atau dikerjakan oleh auditor KAP dalam tahun pengamatan

(Almutari dalam Nicolin, 2013). Karena kompetensi dan pengalamannya, auditor

spesialis memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengeluarkan opini audit

dengan modifikasi going concern. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil

penelitian Pendley (1998) yang membuktikan bahwa Industry Specialization

berpengaruh signifikan pada opini audit going concern. Penelitian Januarti (2009)

menujukkan bahwa kualitas audit berpengaruh pada penerimaan opini audit

dengan modifikasi going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H3: Kualitas audit mempunyai pengaruh positif pada penerimaan opini audit

dengan modifikasi going concern.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

38

2.2.4 Pengaruh Audit Lag pada Penerimaan Opini Audit dengan Modifikasi

Going Concern

Audit lag adalah jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai

dengan tanggal opini laporan auditor independen (Lennox, 2002). Ashton et al.

(1987) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern

membutuhkan waktu audit yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang

menerima opini tanpa kualifikasi. Lennox (2002), Putra (2010), dan Savitry

(2013) menemukan hubungan positif antara audit lag yang panjang dengan opini

audit going concern. Logisnya dengan semakin lama audit lag maka diperkirakan

auditee tersebut sedang bermasalah, tetapi realitanya opini audit going concern

tidak diberikan oleh auditor. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

H4: Audit Lag mempunyai pengaruh positif pada penerimaan opini audit dengan

modifikasi going concern.

2.2.5 Pengaruh Audit Tenure pada Penerimaan Opini Audit dengan

Modifikasi Going Concern

Audit tenure adalah lamanya jangka waktu perikatan pekerjaan audit

antara auditor dengan auditee yang sama. Lamanya perikatan dapat memberikan

pemahaman atas klien yang lebih dalam kepada auditor atau justru menjadi faktor

pengikis profesionalitas auditor. Ketika hubungan klien suatu KAP telah

berlangsung bertahun-tahun, klien dapat dipandang sebagai sumber pendapatan

yang berkesinambungan, secara potensial dapat mengurangi independensi KAP

(Widyantari, 2011). Terdapat ancaman terhadap obyektivitas auditor dari

familiaritasnya terhadap klien, yang mengarahkan pada kritik yang menyatakan

bahwa tidaklah mungkin untuk mengharapkan auditor untuk melakukan penilaian

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

39

yang bersifat obyektif dan tidak bias (Bazerman et al., 2002). Semakin lama

hubungan auditor dengan klien, maka dikhawatirkan semakin rendah

pengungkapan atas ketidakmampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan

usahanya. Hal tersebut akan memengaruhi penerimaan opini audit going concern

terhadap perusahaan (Junaidi dan Hartono, 2010). Didukung oleh penelitian

Geiger dan Raghunandan (2002), Januarti (2009), dan Junaidi dan Hartono (2010)

menyebutkan bahwa audit tenure memiliki pengaruh secara signifikan pada

penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern. Berdasarkan uraian

tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H5: Audit Tenure mempunyai pengaruh negatif pada penerimaan opini audit

dengan modifikasi going concern.

2.2.6 Pengaruh Opinion Shopping pada Penerimaan Opini Audit dengan

Modifikasi Going Concern

Perilaku opinion shopping dilakukan oleh manajemen untuk memanipulasi

pelaporan keuangan perusahaan agar tampak wajar dan baik dengan cara

memberikan tekanan kepada auditor. Manajemen akan mencari auditor yang

bersedia mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen untuk

mencapai tujuan pelaporan keuangan (Januarti, 2009). Penelitian Teoh (dalam

Januarti, 2009) menemukan bukti bahwa auditee dapat mengancam untuk

melakukan pergantian auditor dan kekhawatiran tersebut akan menyebabkan

auditor menjadi tidak independen lagi. Perusahaan yang berhasil dalam praktik

opinion shopping melakukan pergantian auditor dengan harapan mendapat

unqualified opinion dari auditor baru. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. … II kajian...auditor (Komalasari, 2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit dengan modifikasi going concern memiliki kaitan

40

H6: Opinion Shopping mempunyai pengaruh negatif pada penerimaan opini audit

dengan modifikasi going concern.