BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang...

23
BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anak 1. Kriteria Perkembangan Usia SD Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada umur 6 atau 7 tahun biasanya anak telah matang untuk masuk sekolah dasar. Pada masa keserasian sekolah relatif, anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci menjadi dua fase yaitu: a. Masa kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 sampai umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak pada masa ini antara lain: 1) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dan prestasi. 2) Sikap tunduk pada peraturan permainan yang tradisional. 3) Ada kecenderungan memuji diri sendiri. 4) Suka membandingkan dirinya dengan anak yang lain. 5) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting. 6) Pada masa terutama usia 6 sampai 8 tahun anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak. b. Masa kelas tinggi sekolah dasar , kira-kira umu 9 atau 10 sampai umur 12 atau 13 tahun. Beberapa sifat khas anak pada masa ini adalah: 1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan yang praktis. 2) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar. 3) Adanya minat pada mata pelajaran khusus dan bakat-bakat khusus. 6 Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Perkembangan Anak

1. Kriteria Perkembangan Usia SD

Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual

atau masa keserasian bersekolah. Pada umur 6 atau 7 tahun biasanya

anak telah matang untuk masuk sekolah dasar. Pada masa keserasian

sekolah relatif, anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan

sesudahnya. Masa ini diperinci menjadi dua fase yaitu:

a. Masa kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 sampai umur 9

atau 10 tahun. Beberapa sifat anak pada masa ini antara lain:

1) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani

dan prestasi.

2) Sikap tunduk pada peraturan permainan yang tradisional.

3) Ada kecenderungan memuji diri sendiri.

4) Suka membandingkan dirinya dengan anak yang lain.

5) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu

dianggap tidak penting.

6) Pada masa terutama usia 6 sampai 8 tahun anak menghendaki

nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat prestasinya

memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

b. Masa kelas tinggi sekolah dasar , kira-kira umu 9 atau 10 sampai

umur 12 atau 13 tahun. Beberapa sifat khas anak pada masa ini

adalah:

1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan yang praktis.

2) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar. 3) Adanya minat pada mata pelajaran khusus dan bakat-bakat

khusus.

6

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

7

4) Pada umur 11 tahun anak mulai membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya.

5) Pada masa ini anak memandang nilai rapor sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prstasi sekolah.

6) Anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.

Masa keserasian bersekolah ini diakhiri dengan suatu masa yang

biasanya disebut poeral. Berdasarkan para ahli, sifat khas anak masa

poeral ini dapat diringkas dalam dua hal, yaitu:

a. Ditujukan untuk berkuasa: sikap, tingkah laku, dan perbuatan

anak poeral ditujukan untuk berkuasa pada yang diidam-

idamkannya.

b. Ekstraversi: berorientasi keluar dirinya; misalkan untuk

mencari teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan fisiknya.

Pada masa in ialah sikap anak terhadap otoritas (kekuasaan),

khusunya otoritas orang tua dan guru sebagai suatu yang wajar. Justru

karena hal tersebut, anak-anak mengharapkan adanya pihak orang tua

dan guru serta pemegang otoritas orang dewasa yang lain (Yusuf, 2010:

24-26).

Berdasarkan kutipan di atas peneliti menyimpulkan bahwa

perkembangan anak di sekolah dasar sering disebut juga sebagai masa

keserasian bersekolah. Ada dua fase dalam masa tersebut yaitu sejak

masa di kelas rendah tepatnya pada umur sekitar 6-7 tahun, dan di kelas

tinggi tepatnya pada umur sekitar 12-13 tahun. mulai dari adanya

hubungan positif yang tinggi antara jasmani dan prestasi, cenderung

memuji diri sendiri dan membandingkan dengan orang lain sampai pada

fase pada saat anak membutuhkan guru untuk dapat membimbingnya

menjadi lebih baik.

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

8

2. Perkembangan Bahasa

a. Fungsi Bahasa

Penggunaan atau fungsi bahasa anak, menurut William Stern

dalam buku Ahmadi, (2005: 96) membagi menjadi lima tahap:

1) Prastadium (umur 0;6-1;0), meraba atau keluar suara

yang belum berarti, serta tunggal, terutama huruf bibir.

2) Masa pertama (umur 1;0-1;6), penguasaan kata yang

belum lengkap.

3) Masa kedua (umur 1;6-2;0), adalah masa nama,

maksudnya kedua mulai menyadari segala sesuatu itu

punya nama.

4) Masa ketiga (umur 2;0-2;6), adalah stadium fleksi

(flexio = menafsirkan) yakni anak mulai dapat

menggunakan kata yang dapat ditafsirkan atau kata

yang sudah diubah.

5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak

kalimat, maksudnya anak dapat merangkaikan pokok

kalimat dengan penjelasannya berupa anak kalimat.

Berdasarkan dari kutipan di atas peneliti menyimpulkan

bahwa perkembangan bahasa anaka itu berawal dari meraba atau

bahasa yang belum berarti yaitu pada umur sekitar 0;6 sampai 1;0

tahun kemudian bahasa tersebut terus berkembang menjadi kata

yang belum lengkap, kemudian menggunakan kata yang sudah

diubah oleh orang di sekitarnya, sampai pada masa yang keempat

yaitu sekitar umur 2;6 ke atas anak mulai mengenal kalimat dengan

merangkai pokok kalimat dan penjelasan dari kalimat pokok yang

dirangkainya.

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

9

B. Perilaku Anak

1. Jenis Perilaku

a. Perilaku Refleksif

Perilaku pada manusia dibedakan antara perilaku refleksif dan

non-refleksif. Perilaku refleksif merupakan perilaku yang terjadi atas

reaksi secara spontan terhadap stimulus mengenai organisme,

misalnya reaksi kedip mata bila kena sinar, gerak lutut yang terkena

sentuhan palu, menarik jari jika terkena api dan sebagainya. Reaksi

atau perilaku refleksif adalah perilaku yang terjadi dengan

sendirinya, secara otomatis. Stimulus yang diterima oleh individu

tidak sampai ke pusat susunan syaraf atau otak, sebagai pusat

kesadaran, sebagai pusat pengendali dari manusia.

b. Perilaku Non-Refleksif

Berbeda dengan perilaku non-refleksif, perilaku non-refleksif

dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran yaitu otak. Kaitannya

dengan stimulus setelah diterima oleh reseptor kemudian diteruskan

oleh otak sebagai pusat syaraf, pusat kesadaran, kemudian terjadi

respons melalui afektor. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat

kesadaran ini yang disebut proses psikologis. Perilaku atau aktivitas

atas dasar psikologis inilah yang disebut aktivitas psikologis atau

psikologis (Branca dalam Walgito, 2010: 13).

c. Perilaku Agresif

Pengertian perilaku agresif menurut Myers, Murray, dan

Berkowitz dalam (Faizal, 2013)

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

10

(http://faizalnizbah.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-dan-bentuk-

perilaku.html) mengemukakan bahwa perilaku agresif adalah

perilaku fisik atau lisan yang sengaja dengan maksud untuk

menyakiti atau merugikan orang lain.Agresif adalah kebutuhan

untuk menyerang, memperkosa atau melukai orang lain, untuk

meremehkan, merugikan, mengganggu, membahayakan, merusak,

menjahati, mengejek, mencemoohkan, atau menuduh secara jahat,

menghukum berat, atau melakukan tindakan sadistis lainnya. Agresif

merupakan bentuk perilaku yang dimaksud untuk menyakiti

seseorang baik secara fisik maupun mental.

Berdasarkan kutipan di atas peneliti menyimpulkan bahwa

perilaku agresif adalah perilaku yang dilakukan oleh siswa baik

secara fisik maupun lisan untuk menyakiti maupun merugikan siswa

yang lainnya karena dapat mempengaruhi mental siswa yang

diperlakukan secara agresif. Peneliti akan fokus pada perilaku agresif

secara lisan atau verbal karena dalam penelitian ini peneliti akan

fokus pada perilaku berbicara kasar yang dilakukan oleh siswa di

SDN Ajibarang Kulon baik itu di dalam sekolah maupundi luar

sekolah.

2. Pembentukan Perilaku

a. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan

Pembentukan perilaku dapat dilakukan dengan cara

kondisioning atau pembiasaan, dengan membiasakan berperilaku

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

11

seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku.

Misalnya anak dibiasakan untuk bangun pagi atau menggosok gigi

sebelum tidur, mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh

orang lain, membiasakan diri untuk tidak datang terlambat ke

sekolah dan sebagainya. Cara ini didasarkan atas teori belajar

kondisioning yang dikemukakan oleh Pavlov, Thorndike, dan

Skinner. Walaupun antara Pavlov, Thorndike, dan Skinner terdapat

pendapat yang tidak seratus persen sama, namun para ahli tersebut

mempunyai dasar pandangan yang tidak jauh berbeda satu dengan

yang lain. Kondisioning Pavlov dikenal dengan kondisioning klasik,

sedangkan kondisioning Thorndike dan Skinner dikenal dengan

kondisioning operan, walaupun demikian ada yang menyebut

kondisioning Thorndike dengan kondisioning instrumental,

kondisioning Skinner dengan kondisioning operan. Seperti telah

dijelaskan di atas bahwa dasar pandangan ini untuk pembentukan

perilaku didasarkan dengan kondisioning atau kebiasaan.

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

Pembentukan perilaku juga dapat dilakukan dengan

pengertian atau insight. Misal datang ke sekolah jangan sampai

terlambat karena dapat mengganggu teman-teman yang lain, bila

naik motor harus pakai helm karena helm berguna untuk keamanan

diri, dan sebagainya. Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif,

yaitu belajar dengan disertakan adanya pengertian. Thorndike dalam

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

12

eksperimennya dalam belajar yang dipentingkan adalah soal latihan,

maka dalam eksperimen Kohler dalam belajar yang penting adalah

pengertian atau insight. Kohler adalah salah satu orang tokoh dalam

psikologi Gestalt dan termasuk dalam aliran kognitif (lih.

Hergenhahn dalam Walgito, 2010: 15).

c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model

Pembentukan perilaku juga dapat dilakukan dengan cara yang

lain yaitu dengan menggunakan model atau contoh. Orang yang

mengatakan bahwa orang tua sebagai contoh anak-anaknya,

pemimpin sebagai panutan yang dipimpinnya, hal tersebut

menunjukkan pembentukkan perilaku dengan menggunakan model.

Pemimpin dijadikan model atau contoh yang dipimpinnya. Cara ini

didasarkan atas teori belajar sosial (social learning theory) atau

observational learning theory yang dikemukakan oleh Bandura

dalam (Walgito, 2010: 15).

Berdasarkan kutipan di atas peneliti dapat menyimpulkan

bahwa dalam pembentukkan perilaku dapat dilakukan dengan

pembiasaan pada anak dalam melakukan kegiatan dengan diberikan

suatu arahan atau pengertian, maupun dengan mencontoh perilaku

dari orang tuanya, gurunya, dan yang dilihat dilingkungan tempat

tinggalnya. Pembentukkan perilaku tersebut dapat diberikan terlebih

dahulu dalam lingkungan keluarga sejak dini sehingga pada saat

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

13

anak masuk ke lingkungan sekolah dan masyarakat anak sudah

mempunyai bekal awal dari lingkungan keluarga.

3. Teori Perilaku

Ahmadi, (2005: 20-22) menjelaskan ada beberapa teori yang

mempengaruhi perilaku pada anak teori tersebut antara lain adalah:

a. Teori Empirisme

Tokoh teori ini adalah Francis Bacon dan John Lock,

mengungkapkan bahwa pada dasarnya anak lahir ke dunia

perkembangannya ditentukan oleh adanya pengaruh dari luar,

termasuk pendidikan dan pengajaran. Penjelasan tersebut

menganggap bahwa anak lahir dalam kondisi kosong, putih bersih

seperti meja lilin (tabularasa), maka pengalaman (empiris) anaklah

yang bakal menentukan corak dan bentuk perkembangan jiwa anak.

b. Teori Nativisme

Tokoh utamanya adalah Shopenhauer, mengemukakan bahwa

anak lahir telah dilengkapi pembawaan bakat alami (kodrat) dan

pembawaan (nativus = pembawaan) inilah yang akan menentukan

wujud kepribadian seorang anak. Pengaruh lain dari luar tidak akan

mampu mengubah pembawaan anak, dengan demikian maka

pendidikan bagi anak akan sia-sia dan tidak perlu dihiraukan lagi.

c. Teori Konvergensi

Konvergensi (converge = memusatkan pada satu titik

bertemu) tokoh teori ini adalah Williams Stern dibantu isterinya

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

14

Clara Stern, mengungkapkan bahwa perkembangan jiwa anak lebih

banyak ditentukan oleh dua faktor yang saling menopang yakni

faktor bakat dan faktor lingkungan, keduanya tidak dapat dipisahkan

seolah-olah memadu bertemu pada satu titik. Pemahamannya bahwa

kepribadian anak akan terbentuk dengan baik apabila dibina oleh

suatu pendidikan (pengalaman) yang baik serta ditopang oleh bakat

yang merupakan pembawaan lahir.

Berdasarkan kutipan di atas peneliti menyimpulkan bahwa,

perilaku atau kepribadian seorang anak itu dipengaruhi dari

pembawaan lahir (kodrat) dan juga dipengaruhi oleh lingkungan di

sekitarnya. Kepribadian yang dibawa dari lahir itu berdasarkan dari

perilaku dari keluarganya ataupun orang tuannya sehingga anak

mencontoh yang dilakukan oleh orang tuanya. Pengaruh dari

lingkungan juga sangat membantu anak dalam membentuk suatu

perilakunya sehingga yang dilihat anak di luar keluarga itu dapat

mempengaruhi perilakunya, selain itu bakat yang dimilikinya juga

dapat mempengaruhi perilakunya.

4. Perilaku menurut Al-Ghazali

Ahli-ahli psikologi membedakan dua macam perilaku:

a. Perilaku intelektual yang tinggi, maksudnya adalah sejumlah

perbuatan yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan

kehidupan jiwa dan intelektual. Ciri-ciri utamanya adalah berusaha

mencapai suatu tujuan tertentu.

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

15

b. Perilaku mekanistis atau refleksif, maksudnya adalah respons-

respons yang timbul pada manusia secara mekanistis dan tetap,

seperti kedipan mata sebab kena cahaya, dan gerakan-gerakan yang

dilihat pada anak-anak seperti menggerakkan kedua tangan dan kaki

terus-menerus tanpa aturan. (Langgulung, 2003: 268).

Menurut Al-Ghazali, dalam Langgulung, (2003: 268-269), sesuai

dengan kerangka pemikirannya tentang manusia, memandang perilaku

dari segi suatu yang mempunyai tujuan agama dan kemanusiaan. Sejalan

dengan semangat Islam yang memandang kepada manusia seabagai suatu

pribadi yang utuh yang aktivitasnya menggabungkan antara ibadat murni

atau ibadat formal dan aktivitas keduniaan atau ibadat informal, jika

perbuatan yang dilakukan oleh manusia berasas pada yang masuk akal

dari segi kepentingan individu dan masyarakat dan kemuliaan manusia.

Ringkasan pendapat Al-Ghazali tentang perilaku sebagai berikut:

a. Perilaku mempunyai penggerak (motivasi), pendorong, tujuan, dan

objektif-objektif.

b. Motivasi bersifat dari dalam yang muncul dari diri anak sendiri,

tetapi dirangsang dengan rangsangan-rangsangan luar, atau dengan

rangsangan-rangsangan dalam yang berhubungan dengan kebutuhan-

kebutuhan jasmani dan kecenderungan-kecenderungan alamiah,

seperti rasa lapar, cinta, dan takut kepada Allah.

c. Menghadapi motivasi-motivasi anak mendapati dirinya terdorong

untuk mengerjakan sesuatu.

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

16

d. Perilaku mengandung rasa kebutuhan dengan perasaan tertentu dan

kesadaran akal terhadap suasana, semua disertai oleh aktivitas yang

tidak terpisah dari rasa, perasaan, dan kesadaran terhadap suasana

tersebut.

e. Kehidupan psikologis adalah suatu perbuatan dinamis yang berlaku

interaksi terus-menerus antara tujuan atau motivasi dan tingkahlaku.

f. Perilaku itu bersifat individual yang berbeda menurut perbedaan

faktor-faktor keturunan dan perolehan atau proses belajar, jadi

aktivitas atau sifat-sifat jia tidak terpisah dari proses belajar,

begitupun bentuknya tidaklah serupa, sebab kalu serupa tentulah

tidak ada perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya.

g. Tampaknya perilaku anak menurut Al-Ghazali ada dua tingkatannya.

Pada tingkat yang pertama anak berdekatan dengan semua makhluk

hidup, sedangkan pada tingkat yang kedua anak mencapai cita-cita

idealnya dan mendekat kepada makna-makna ketuhanan dan

perilaku malaikat. Tingkat pertama dikuasai oleh motivasi-motivasi

kegopohan, sedangkan tingkat kedua dikuasai oleh kemauan dan

akal.

Dapat dikatakan bahwa Al-Ghazali mendapat faedah dari dasar

pokok teori-teori yang dikemukakan oleh orang-orang terdahulu tentang

aktivitas jiwa, tetapi Al-Ghazali telah mengadakan perubahan-perubahan

penting disebabkan oleh pengalamannya yang khusus, kajiannya tentang

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

17

perilaku anak, dan ketepatannya dalam menganalisa jiwa anak dengan

motivasi, emosi, dan hubungannya dengan lingkungan.

Berdasarkan kutipan di atas peneliti menyimpulkan bahwa

perilaku anak itu beradasarkan motivasi yang diberikan untuk mendorong

rangsangan anak melakukan sesuatu agar menjadi suatu kebiasaan baik

yang dilakukan secara terus menerus dengan proses belajar untuk

mencapai cita-cita dalam hidupnya dan mengenal tentang

ketuhanan.Motivasi yang diberikan dalam hidupnya tentunya harus

motivasi yang positif sehingga motivasi tersebut juga dapat berpengaruh

pada perilaku anak.

5. Ciri-ciri Anak yang Baik

Al-Ghazali dalam Iqbal, (2013: 214) ciri-ciri akhlak yang baik

adalah iman, sedangkan akhlak yang buruk adalah kemunafikan. Adapun

ciri-ciri yang mencerminkan akhlak yang baik antara lain:

a. Mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.

b. Memuliakan tamu dan menghormati tetangga.

c. Menjaga lidah kecuali berkata-kata yang baik atau diam.

d. Merasa senang mengerjakan perbuatan yang baik dan sedih

mengerjakan perbuatan yang buruk.

e. Menjaga aib saudaranya.

f. Hemat, jujur, dan tidak berzina.

g. Memohon kepada Allah supaya dijadikan pemimpin bagi

orang-orang yang bertaqwa.

Berdasarkan kutipan di atas peneliti menyimpulkan bahwa anak

yang baik itu memiliki beberapa ciri-ciri diantaranya ciri-ciri tersebut

adalah harus senantiasa menjaga lidah agar perkataan yang keluar dari

mulutnya itu tidak menyakiti perasaan orang lain. Menjaga lidah juga

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

18

selain diajarkan di sekolah juga diajarkan di dalam Agama karena di

dalam Agama khususnya Islam itu lebih baik diam daripada harus

mengeluarkan kata-kata yang tidak bermanfaat apalagi kata-kata tersebut

menyakiti perasaan orang lain.

6. Perilaku Anak dalam Al-Qur‟an dan Sunnah

Al-Qur‟an menggalakkan perilaku yang baik, akhlak yang baik,

dan perbuatan yang baik. Hadist Nabi Muhammad SAW bersabda: “Aku

hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Uraian Ayat-

ayat dan Hadist-hadist yang menunjukkan akhlak yang mulia:

a. Penyantun dan kasih sayang, dinyatakan dalam Surah-surah al-A‟raf:

199; al-Hijr: 85; Fussilat: 34-35; Al Imran: 134.

Hadist-hadist yang menyebutkannya:

Dari Aisyah r.a. Sabda Rasulullah SAW: “Allah itu

penyayang, suka kepada kasih sayang dalam segala urusan”.

(H.R. al-Bukhari dan Muslim).

Juga dari Aisyah r.a. Sabda Rasulullah SAW: “Allah Maha

penyayang dan suka pada kesayangan, dan Ia memberi

dengan kesayangan apa yang tidak diberi-Nya dengan

keganasan dan apa yang tidak diberi-Nya dengan yang lain-

lain”. (H.R. Muslim).

b. Menjaga lidah, dinyatakan dalam Surah-surah, al-Syu‟ara: 84; al-

Rum: 22; al-Bala: 8-10; al-Fath: 11; al-Nahl: 62; al:-Nur: 24.

Hadist yang menjelaskan diantaranya:

Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa

beriman kepada Allah dan hari Akhirat, maka hendaklah ia

mengatakan yang baik atau diam”. (H.R. al-Bukhari dan

Muslim).

Dari Abu Musa r.a. katanya: “Aku berkata kepada Rasulullah

SAW: Orang-orang Islam manakah yang lebih mulia? Sabda beliau:

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

19

“Orang-orang ang selamat orang Islam dari lidah dan tangannya”.

(H.R. al-Bukhari dan Muslim).

Dari „Uqbah bin „Amir r.a. katanya: aku berkata wahai

Rasulullah apakah keselamatan (najat) itu? Beliau bersabda: “Tahan

lidahmu, tinggal di rumahmu, dan menangislah atas kesalahanmu”.

(H.R al-Turmuzi).

Juga sabda beliau:

“Kebanyakan kesalahan manusia berasal dari lidahnya”.

(H.R. al-Tabrani dan al=Baihaqi).

Semua uraian mengenai perilaku dalam Al-Qur‟an dan Hadist

di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud perilaku

adalah tindakan atau perbuatan yang digerakkan oleh kerangka

moral (akhlak) tertentu. Dengan kata lain pandangan Al-Qur‟an dan

Hadist terhadap perilaku (behavior) adalah perilaku yang telah diberi

persyaratan (conditioned) nilai-nilai tertentu, bukan perilaku tingkat

rendah yang ditentukan oleh pengaruh lingkungan(S- R) saja, telah

dididik dan dibudayakan dengan nilai-nilai. (Langgulung, 2003: 269-

275).

Berdasarkan kutipan di atas peneliti menyimpulkan bahwa

perilaku anak telah dididik dan dibudayakan dalam ajaran agama

Islam melaui Al-Qur‟an dan Hadist yang diantaranya mengajarkan

tentang akhlak yang baik, kasih sayang, dan senantiasa untuk selalu

menjaga lidah atau perkataan. Orang tua juga diharapkan dapat

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

20

membantu anaknya dalam memahami dan memaknai isi dalam Al-

Qur‟an dan Hadist sehingga anak mempunyai akhlak yang

diharapkan tentunya.

C. Peran Lembaga Pendidikan

Pengaruh yang diberikan terhadap perkembangan siswa, lingkungan

ada yang sengaja diadakan (usaha sadar) ada yang tidak usaha sadar dari

orang dewasa yang normatif disebut pendidikan, sedang yang lain disebut

pengaruh. Lingkungan yang dengan sengaja diciptakan untuk mempengaruhi

siswa ada tiga, yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan

lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan ini disebut lembaga pendidikan

atau satuan pendidikan (Ihsan, 2010: 16).

1. Lembaga Pendidikan Keluarga

Keluarga adalah lingkungan pertama bagi siswa, dilingkungan

keluarga pertama-tama siswa mendapatkan pengaruh sadar. Keluarga

juga merupakan lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan

kodrati. Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi

perkembangan siswa, agar siswa dapat berkembang secara baik.

Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting

dalam membentuk pola kepribadian siswa, karena di dalam keluarga,

siswa pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma.

Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan keterampilan

dasar, agama, dan kepercayaan, nilai moral, norma sosial dan pandangan

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

21

hidup yang diperlukan siswa untuk dapat berperan dalam keluarga dan

masyarakat.Keluarga adalah lembaga pendidikan yang bersifat kodrati,

karena antar orang tua sebagai pendidik dan siswa sebagai terdidik

terdapat hubungan darah (Ihsan, 2010: 16-18). Fungsi lembaga

pendidikan keluarga, yaitu:

a. Pengalaman pertama bagi siswa pengalaman ini merupakan

faktor yang sangat penting bagi perkembangannya,

khususnya dalam perkembangan pribadinya.

b. Pendidikan di lingkungan keluarga dapat menjamin

kehidupan emosional siswa untuk tumbuh dan berkembang.

Kehidupan emosional sangat penting dalam pembentukan

pribadi siswa. Hubungan emosional yang kurang dan

berlebihan akan banyak merugikan perkembangan siswa.

c. Keluarga akan membentuk pendidikan moral. Keteladanan

orang tua dalam bertutur kata dan berperilaku sehari-hari

akan menjadi wahana pendidikan moral bagi siswa di dalam

keluarga, guna membentuk siswa susila.

d. Keluarga akan menumbuhkan sikap tolong-menolong,

tenggang rasa sehingga tumbuhlah kehidupan keluarga yang

damai dan sejahtera guna membentuk sikap sosial.

e. Keluarga merupakan lembaga yang berperan meletakkan

dasar-dasar pendidikan agama guna membentuk sebagai

makhluk yang religius.

f. Keluarga dalam konteks membangun siswa sebagai makhluk

individu diarahkan agar dapat mengembangkan dan

menolong dirinya sendiri.

Pendapat lain mengenai pendidikan dalam lingkungan keluarga

juga dikemukakan oleh (Hasbullah, 2008: 34) bahwa keluarga

merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama

dan utama dialami oleh siswa serta lembaga pendidikan yang bersifat

kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi

dan mendidik siswa agar tumbuh dan berkembangan dengan baik. Fungsi

pendidikan keluarganya sebagai berikut:

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

22

a. Pengalaman pertama pada masa kanak-kanak;

b. Menjamin kehidupan emosional siswa;

c. Menanamkan dasar pendidikan moral;

d. Memberikan dasar pendidikan sosial;

e. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi siswa.

Berdasarkan dari pendapat tersebut peneliti dapat menyimpulkan

bahwa lingkungan keluarga adalah lembaga pendidikan pertama yang

bersifat informal guna membentuk kepribadian pada siswa sejak dini.

Lingkungan keluarga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter

anaknya. Orang tua tentunya harus dapat memberikan contoh yang baik

terhadap anaknya sehingga anak akan menirukan contoh yang diberikan

oleh orang tuanya.

2. Lembaga Pendidikan Sekolah

Ihsan, (2010: 20) mengatakan bahwa akibat dari perkembangan

ilmu dan teknologi dan terbatasnya orang tua dalam perkembangan ilmu

dan teknologi, orang tua tidak mampu lagi mendidik anaknya, untuk

menjalan kan tugas tersebut diperlukan orang lain yang lebih ahli. Guru-

guru dalam lembaga pendidikan formal adalah orang dewasa yang

mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk menjalankan tugas-tugas

tersebut.

Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan siswa untuk

kehidupan masyarakat. Sekolah bukan semata-mata sebagai konsumen,

tetapi juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang sangat erat

hubungannya dengan pembangunan. Pembangunan tidak mungkin

berhasil dengan baik tanpa didukung oleh tersedianya tenaga kerja yang

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

23

memadai sebagai produk pendidikan, maka sekolah perlu dirancang dan

dikelola dengan baik.

Khususnya yang akan dibahas oleh peneliti yaitu pada pendidikan

sekolah dasar. Pendidikan dasar adalah pendidikan yang akan

memberikan pengetahuan, keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang

diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan siswa untuk

mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar pada prinsipnya

merupakan pendidikan yang memberikan bekal dasar bagi perkembangan

kehidupan, baik untuk pribadi maupun masyarakat. Pendidikan dasar

dapat berupa pendidikan sekolah ataupun luar sekolah, yang dapat berupa

pendidikan biasa ataupun pendidikan luar biasa (Ihsan, 2010: 22).

Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan siswanya selama

siswa diserahkan ke sekolah, karena itu sebagai sumbangan sekolah

sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya adalah sebagai

berikut:

a. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-

kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang

baik.

b. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam

masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.

c. Sekolah melatih siswa memperoleh kecakapan seperti

membaca, menulis berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu

lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan

pengetahuan.

d. Sekolah memberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika,

membedakan benar atau salah, dan sebagainya (Hasbullah,

2008: 34-35).

Berdasarkan kutipan di atas peneliti menyimpulkan bahwa

lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang berperan membantu

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

24

membentuk perilaku anak setelah pembentukkan perilaku tersebut

dilakukan di dalam lingkungan keluarga. Lingkungan sekolah harus

mampu memberikan bekal pada anak untuk berkehidupan bermasyarakat

tentunya memberikan bekal tambahan bagi anak yang belum bisa

didapatkan di dalam keluarganya. Lingkungan sekolah juga harus

berperan sebagai pengawas bagi anak yang sedang berkembang di luar

lingkungan keluarganya.

3. Lembaga Pendidikan Masyarakat

Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar

pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi siswa. Masyarakat

mempunyai peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan

nasional. Peran yang telah disumbangkan dalam rangka tujuan

pendidikan nasional yaitu berupa ikut membantu menyelenggarakan

pendidikan (dengan membuka lembaga pendidikan swasta), membantu

pengadaan tenaga biaya, prasarana dan sarana, menyediakan lapangan

kerja, biaya, membantu pengembangan profesi baik secara langsung

maupun secara tidak langsung. Sistem pendidikan nasional masyarakat

ini disebut Pendidikan Kemasyarakatan (Ihsan, 2010: 32-33).

Berbeda dengan jalur pendidikan di keluarga dan pendidikan di

sekolah, pendidikan kemasyarakatan tidak selalu dimaksudkan sebagai

pengantar untuk memasuki lapangan kerja, namun melalui jalur

pendidikan kemasyarakatan dapat diperoleh kemampuan dan keahlian

yang dapat dijadikan persyaratan memasuki lapangan kerja atau tidak

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

25

terikat dengan formalitas akademik secara ketat, sekalipun kesempatan

untuk memperoleh efek akademik tetap terbuka.

Pendapat lain dari (Hasbullah, 2008: 36) menyatakan bahwa,

lingkungan organisasi pemuda sebagai lembaga pendidikan yang bersifat

informal (luar sekolah), organisasi pemuda mempunyai corak ragam

bermacam-macam, tetapi secara garis besar dapat dibedakan antara

organisasi pemuda yang diusahakan oleh pemerintah dan organisasi

pemuda yang diusahakan oleh badan swasta. Peran organisasi pemuda ini

utamanya adalah dalam upaya pengembangan sosialisasi kehidupan

pemuda, melalui organisasi pemuda berkembanglah semacam kesadaran

sosial, kecakapan-kecakapan di dalam pergaulan sesama kawan (social

skill) dan sikap yang tepat dalam membina hubungan dengan sesama

siswa (social attitude).

Berdasarkan kutipan di atas peneliti menyimpulkan bahwa

pendidikan di lingkungan masyarakat mengajarkan siswa banyak ilmu

baik dalam bidang pengetahuan, kepribadian, maupun cara bergaul

dengan sesama siswa dengan baik. Peneliti juga dapat menyimpulkan

dari keseluruhan lembaga pendidikan yang ada bahwa dalam membentuk

suatu budi pekerti ataupun perilaku siswa itu tidak hanya dilakukan di

salah satu lembaga pendidikan saja tetapi baik itu di keluarga, di sekolah,

maupun di masyarakat itu sangat berpengaruh dan berperan penting guna

mengembangkan kemampuan siswa baik secara pengetahuan maupun

secara kepribadian.

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

26

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan beberapa penelitian terdahulu yang

sudah pernah dilakukan antara lain sebagai berikut:

1. Aeni, Nurul (2011) tentang Diffrence Of Emotional Intelligence And

Aggression Behavior Between Children Who Have Migrant Worker

Mother And Children Who Live With Their Mother (Study in Primary

Schools in Gabus Sub Regency, Pati Regency, Central Java), dalam

jurnal ini menjelaskan bahwa anak yang ditinggal oleh ibunya menjadi

tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri cenderung memiliki kecerdasan

emosi yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tinggal dengan

ibunya, selain itu anak yang ditinggal ibunya menjadi TKW juga lebih

agresif. Perilaku agresi yang ditunjukkan oleh anak yang ditinggal oleh

ibunya adalah berkelahi, membantah orang tua, merenut mainan

temannya, serta berkata-kata kotor. Peran ibu sangat penting terhadap

pengendalian emosi anak, anak yang mendapatkan pendampingan

maksimal pada masa kanak-kanak dapat mengembangkan kecerdasan

emosi secara optimal sehingga menghalangi anak melakukan perilaku

agresi.

2. Hartini, Lili (2009) tentang Agresi Anak yang Tinggal dalam Keluarga

dengan Kekerasan Rumah Tangga, dalam jurnal ini menjelaskan bahwa

anak dapat melakukan perilaku agresi baik itu secara verbal, misalnya

dengan berbicara kasar pada adiknya maupun temannya, selain itu juga

anak melakukan perilaku agresi secara fisik dengan memukul teman

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

27

bermainnya jika anak tersebut sedang merasa emosi. Faktor yang

membuat anak tersebut melakukan perilaku agresi verbal maupun secara

fisik itu dikarenakan anak sering merasakan kekerasan di dalam

keluarganya baik itu dengan kontak fisik dengan orang tuanya maupun

dengan cara dimarahi dengan bahasa yang kasar sehingga anak tersebut

terbiasa dan mengikuti perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

Anak yang melakukan perilaku agresi tersebut juga merasa senang

dikarenakan dengan melakukan agresi tersebut adik dan temannya

menjadi tunduk dan takut kepadanya.

3. Fatwa Tentama Pustaka (2012) tentang Aggressive Child Behavior:

Assessment and Interventions, dalam artikel ini juga menjelaskan betapa

pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan

masyrakat sekitar. Seorang anak akan berperilaku agresif seperti berkata

kasar, memukul, meludah ataupun perilaku agresi lainnya itu

dikarenakan seorang anak tinggal di dalam lingkungan keluarga maupun

lingkungan masyarakat yang perilakunya dominan dengan kekerasan

sehingga anak akan meniru perilaku tersebut di dalam kehidupan sehari-

harinya untuk bergaul dengan kelompok teman sebayanya. Lingkungan

keluarga dan lingkungan masyarakat itu faktor yang sangat penting

dalam mengajarkan perilaku pada anak yang sedang dalam proses

tumbuh kembang di dalam kehidupannya.

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Anakrepository.ump.ac.id/3517/3/WILDAN RESTU BAB II.pdfyang sudah diubah. 5) Masa anak keempat (umur 2;6- ke atas) = stadium anak kalimat, maksudnya

28

E. Kerangka Pikir

Siswa merupakan subjek dalam kegiatan belajar mengajar, dalam

kegiatan tersebut diharapkan siswa dapat berperilaku sesuai dengan aturan-

aturan yang telah ditetapkan yang pada akhirnya hal tersebut memberikan

dukungan terhadap pencapaian tujuan pendidikan pada umunya dan tujuan

KBM pada khususnya. Pada kenyataannya, tidak semua siswa berperilaku

normal. Seringkali dijumpai siswa-siswa yang berperilaku menyimpang,

salah satunya adalah perilaku agresif, perilaku agresif baik secara verbal

maupun fisik. Perilaku agresif dapat memberikan dampak negatif, salah

satunya adalah menghambat kegiatan belajar mengajar. Berbagai faktor

menjadi penyebab sehingga siswa berperilaku agresif. Siswa yang berperilaku

agresif tidak dapat didiamkan begitu saja, akan tetapi perlu mendapatkan

perhatian khusus, sehingga dampak dari perilaku agresif dapat diminimalisir.

Bagan kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir

SISWA BERBICARA

KASAR

UPAYA YANG

DILAKUKAN

FAKTOR

PENYEBAB

Perilaku Berbicara Kasar..., Wildan Restu Ginanjar, FKIP UMP 2017