BAB II KAJIAN TEORI - digilib.uns.ac.id · bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk...
Transcript of BAB II KAJIAN TEORI - digilib.uns.ac.id · bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan tentang Komik dan Buku Komik
1. Gambaran Umum tentang Komik
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak
bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.
(Wikipedia).
Menurut Scott McCloud, komik adalah gambar-gambar serta lambang-
lambang lain yang terjukstaposisi dalam turutan tertentu, untuk menyampaikan
informasi dan/atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya.
Komik berasal dari Bahasa Perancis Comique yang berarti lucu atau
menggelikan. Sedangkan kata comique sendiri berasal dari Bahasa Yunani
Komikos. Komik biasanya dilengkapi dengan tulisan dan balon kata sebagai
pendukung gambar di dalam sebuah panel. Komik telah berkembang menjadi
komik strip, editorial, komik kartun humor, dan buku komik. Di jaman yang
semakin modern ini, komik juga telah berkembang menjadi novel grafis dan
webtoon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Gambar 2.1: Contoh Komik
Sumber : www.actiontrip.com
Sejarah komik berkembang dari jalur yang berbeda sesuai dengan budaya
yang berbeda di seluruh dunia. Lukisan-lukisan di dalam gua dari jaman
prasejarah yang sebagian berisi cerita, juga merupakan cikal bakal munculnya
komik di peradaban.
Seperti di Perancis ada Permadani Bayeux (Bayeux Tapestry) yang
menggambarkan tentang Penaklukan Norman atas Inggris yang dimulai pada
tahun 1066. Permadani ini memiliki panjang 76 meter. Dan pada tahun 1519,
seorang bernama Cortes menemukan sebuah naskah bergambar pada jaman pra-
Columbus. Gambar berwarna sepanjang 12 meter ini menceritakan seorang
pahlawan militer dan politikus besar “Kuku Macam 8 Rusa” (Eight Deer Jaguar
Claw).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Gambar 2.2: Naskah “Eight Deer Jaguar Claw”
Sumber : www.foxnews.com
Komik semakin berkembang lagi setelah adanya penemuan mesin cetak.
Dengan ditemukannya mesin cetak, bentuk seni yang sebelumnya hanya
diperuntukkan bagi orang-orang kaya dan berkuasa, sekarang dapat dinikmati oleh
semua orang. Setelah itu mulai bermunculan komikus-komikus seperti William
Hogarth dan Rudolf Topffer.
Banyak orang berpikiran bahwa komik adalah media yang tidak mendidik
dan hanya pantas dibaca oleh anak kecil saja. Tapi justru dari pikiran anak kecil
itulah muncul berbagai kisah yang spektakuler. Ada juga yang beranggapan
bahwa komik itu sebagai sastra visual yang bisa dibedakan antara yang bermutu
dan yang tidak bermutu. Para ahli teori cenderung menganggap komik sebagai
salah satu bentuk akhir dari hasrat manusia untuk menceritakan pengalamannya
melalui gambar dan tanda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2. Perkembangan Komik di Indonesia
Komik diketahui muncul di Indonesia pada tahun 1930-an di media-media
cetak. Pada masa itu, ada dua macam komik yang menonjol yaitu komik barat dan
komik timur. Komik barat merupakan komik yang bersasal dari Eropa dan
Amerika Serikat dan biasanya bergenre superhero dan action. Sedangkan komik
timur berasal dari negara-negara di Asia terutama Cina pada masa itu.
Beberapa surat kabar juga mulai memuat komik strip. Seperti surat kabar
berbahasa Melayu, Sin Po, yang memuat komik strip dengan tokoh jenaka Put On,
karya Kho Wang Gie, pada tahun 1930 sampai pada 1960. Ada pula kelompok
media Melayu Tionghoa, Keng Po, yang menerbitkan komik strip dengan tokoh
serupa, Si Tolol, di mingguan Star Magazine pada tahun 1939-1942. Ada juga
mingguan Star Weekly yang memunculkan tokoh Oh Koen. Namun di antara
ketiga komik itu, yang paling populer adalah Put On karena mampu bertahan
hingga 30-an tahun.
Gambar 2.3 : Komik “Put On”
Sumber : www.raniariana.com
Lain lagi dengan surat kabar dari Belanda, De Java Bode, yang
memunculkan komik berjudul Flippie Flink karya Clinge Doorenbos yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
ditujukan kepada anak-anak. Selain itu ada juga mingguan De Orient yang
memuat komik petualangan luar angkasa terkenal, Flash Gordon.
Pada masa penjajahan Jepang, banyak pers yang dicekal dan dimanfaatkan
untuk kepentingan propaganda. Masa ini merupakan masa yang suram bagi
industri komik di Asia, termasuk Indonesia. Kejadian ini berlangsung dari tahun
1942-1950.
Pada tahun 1950, komik-komik karya seniman lokal mulai bermunculan.
Seperti Nasroen AS dari Solo, membuat komik strip berjudul “Mentjari Poetri
Hidjaoe” dalam mingguan Ratu Timur. Ada pula Abdulsalam yang menerbitkan
komik strip heroiknya di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, salah satunya
berjudul “Kisah Pendudukan Jogja” yang kemudian dibukukan oleh harian
Pikiran Rakyat dari Bandung. Ini merupakan buku komik pertama karya seniman
Indonesia.
Setelah tahun 1950-an, komik-komik bergenre superhero dan action dari
Amerika mulai mendominasi industri komik di Indonesia. Antara lain adalah
Flash Gordon, Tarzan, Rip Kirby, Phantom, dan Johny Hazard. Masa ini
merupakan masa kejayaan komik-komik superhero Amerika dan merupakan masa
mulai diterbitkannya komik-komik dalam bentuk buku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar 2.4: Sampul salah satu komik Amerika “Flash Gordon”
Sumber : www.keefestudios.com
Menjamurnya komik-komik superhero Amerika di Indonesia
mempengaruhi komikus lokal. RA Kosasih memunculkan komik superhero versi
lokal yaitu Sri Asih yang diterbitkan oleh Penerbit Melodie pada tahun 1954.
Namun pada masa itu yang merupakan masa-masa nasionalisme sedang
digalakkan, banyak kritikan pada Sri Asih yang dianggap tidak mendidik,
terutama untuk anak-anak.
Gambar 2.5: Sampul salah satu Komik Sri Asih karya RA Kosasih
Sumber : www.internationalhero.co.uk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Karena banyak kritikan yang muncul, maka RA Kosasih bersama Penerbit
Melodie dan Keng Po mencari orientasi baru dengan melihat kembali khazanah
kebudayaan nasional. Hasilnya cerita yang diambil bertemakan Wayang Sunda
dan Jawa. Karya komik dari RA Kosasih yang terkenal adalah komik wayang
Mahabharata. RA Kosasih juga manerbitkan komik Majapahit di media cetak
koran dan majalah. Komik wayang pun menjadi populer di kalangan masyarakat
hingga mampu menandingi kepopuleran komik-komik dari Barat. Masa ini
berlangsung hingga tahun 1960. Setelah itu, minat masyarakat terhadap komik
wayang menurun. Sampai tahun 1968, komik-komik yang terbit merupakan edisi
cetak ulang.
Gambar 2.6: Sampul buku komik Seri Mahabharata karya RA Kosasih
Sumber : wayang.wordpress.com
Selain komik wayang, banyak pula komik-komik yang terbit dengan genre
lain, seperti komik silat, komik roman remaja, roman sejarah, superhero, science-
fiction, komik humor, dan komik dongeng. Komik silat yang terkenal pada masa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
itu antara lain serial Si Buta dari Gua Hantu karya Ganes TH, Jaka Sembung
karya Djair, Pendekar Pandji Tengkorak karya Hans Jaladara, dan Siluman
Sungai Ular karya Mandala.
Ada juga majalah tentang komik bernama Eres yang terbit sejak tahun
1969. Berkat majalah ini, komik mendapat kedudukan yang lebih terhormat.
Beberapa komikus secara teratur menyumbangkan naskah untuk majalah tersebut
setiap terbitannya. Namun pada tahun 1971, Eres berhenti terbit.
Era 1980-an merupakan masa yang suram bagi industri komik di
Indonesia. Masyarakat banyak beralih ke media hiburan yang mulai muncul
seperti radio dan televisi. Ditambah pula banyak penerbit-penerbit lokal yang
tumbang karena kalah dengan para pedagang komik di Bursa Pasar Senen yang
mulai menerbitkan komik dan menjualnya dengan harga jauh di bawah harga
pasaran. Selain itu, komik-komik terjemahan dari luar negeri juga mulai
mendominasi pasar. Antara lain yang dari Eropa seperti Tin Tin, Asterix & Obelix,
Nina Komik Top, Storm, Trigan, Tanguy, dan Laverdue.
Kemunculan komik-komik Eropa terus mendominasi hingga masuknya
genre komik baru, yaitu manga, dari Jepang pada tahun 1990-an. Kemunculan
komik manga sempat membuat khawatir industri komik di Amerika dan Eropa.
Komik manga dan manhwa (dari Korea) sangat populer pada masa itu. Salah satu
serial komik manga yang terkenal adalah Candy Candy, yang ditulis oleh Kyoko
Mizuki dan digambar oleh Yumiko Iragashi, mulai tahun 1974. Industri komik
lokal pun mengalami kekosongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Awal tahun 2000 dimulainya kebebasan informasi lewat internet. Pada
masa ini komikus mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi gayanya masing-
masing dengan mengacu kepada karya dari luar negeri. Para komikus muda di
Indonesia diberi kesempatan untuk mengubah image komik di Indonesia menjadi
lebih segar dan muda. Ada dua gaya yang mendominasi komik modern Indonesia,
yaitu gaya Amerika, dan gaya stereotype manga Jepang.
Mulai bermunculan juga komik-komik independen lokal yang mencoba
untuk tampil berbeda dengan membuat gambar yang lebih variatif dan
eksperimental. Banyak pula komikus independen yang mengandalkan komunitas
dan pameran untuk menyebarluaskan hasil karya mereka. Beberapa studio komik
independen antara lain adalah Badjak Laoet, RED Army, Daging Tumbuh,
Bengkel Qomik, dan Akademi Samali.
Pada sekitar tahun 2008 hingga sekarang, banyak komikus-komikus
Indonesia yang mulai menerbitkan buku komik dengan tema-tema kehidupan
sehari-hari dibumbui dengan humor-humor yang sedang ngetren. Komik lokal
karya komikus Indonesia pun menjadi lebih segar dan jujur. Banyak pula komikus
yang mulai mengandalkan media sosial internet untuk menyebarluaskan karyanya.
Ada juga yang menerbitkan komik secara online seperti majalah RE:On dan
Makko.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3. Format Komik
Format komik terdiri atas ukuran, isi cerita, penataan frame, dan
penampilan komik itu sendiri. Format komik modern sangat banyak dan
bervariasi, tergantung dari pembuatannya.
Berdasarkan bentuknya, komik dibedakan menjadi 4, yaitu:
a. Komik Satu Panel, yaitu komik yang terbit hanya satu kali, tanpa memiliki
tokoh cerita yang dapat muncul pada setiap penerbitan.
b. Komik Harian atau Daily Comic, yaitu komik yang terbit setiap hari atau
dalam kurun waktu yang ditentukan, pada surat kabar dan berganti kisah
setiap harinya dengan tokoh yang tetap.
Gambar 2.7: Contoh Komik Harian atau yang terbit berkala : Lay-Lay Cat di
Majalah Re:ON
Sumber : www.facebook.com/reoncomics
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Komik Strip, yaitu komik yang muncul sebagian-sebagian secara teratur dan
berurutan sehingga menjadi suatu kisah yang berkesinambungan.
Gambar 2.8: Contoh Komik Strip : Dobo
Sumber : www.cendanabooks.com
d. Komik Buku, yaitu komik strip yang disusun dalam satu buku dengan satu
judul.
Gambar 2.9 : Contoh Komik Buku
Sumber : ryusmartphone.blogspot.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Terdapat beberapa format umum yang digunakan dalam pembuatan komik
modern, yang dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Komik Strip
Komik jenis ini terbit dalam surat kabar atau majalah dengan bentuk
sebaris atau sekelompok panel yang membentuk satu cerita pendek yang
sederhana.
b. Majalah Komik
Majalah komik biasanya terdiri dari kumpulan beberapa komik dengan
komikus yang berbeda-beda namun dengan tema yang sama, misalnya horor,
komedi, roman, dan lain sebagainya.
Gambar 2.10 : Contoh Majalah Komik
Sumber : facebook.com/reoncomics
c. Buku Komik
Komik yang diterbitkan dalam bentuk buku dalam satu judul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Menurut Marcell Boneff, ada beberapa ukuran komik yang pernah ada di
Indonesia. Pada tahun 1967 komik di Indonesia terbit dengan ukuran 13x18 cm.
Pada tahun 1956-1960 komik wayang menggunakan ukuran 14,5x20,5 cm dan
18x27 cm dalam 42 halaman. Tahun 1971, Majalah Eres menggunakan ukuran
18x27 cm, dan Majalah Pop Comic menggunakan ukuran 15x21 cm.
4. Elemen-elemen Komik
a. Cerita
Meskipun ilustrasi atau gambar menjadi syarat utama dalam membuat
komk, cerita merupakan hal utama yang disampaikan. Intinya, komik bercerita
melalui gambar dan tulisan. Sebelum memulai menggambar komik, komikus
terlebih dahulu membuat cerita kerangka komik tersebut. Ada hal yang perlu
diperhatikan saat membuat cerita komik, yaitu:
1) Tema
Tema merupakan suatu pemikiran yang menjadi landasan utama dalam
membuat cerita yang kemudian dikembangkan menjadi cerita yang panjang. Tema
adalah masalah utama yang diangkat dalam sebuah cerita. Ada banyak pilihan
tema yang dapat dikembangkan menjadi cerita komik, antara lain kebudayaan,
kuliner, tradisi dan budaya, romansa remaja, keluarga, anak-anak, dan sebagainya.
Dalam memilih tema, sebaiknya lebih dipersempit lagi, misalnya tradisi dan
budaya pasar tradisional di Kota Solo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Gaya Penceritaan / Genre
Genre adalah kesan yang ingin ditonjolkan secara garis besar dalam komik
tersebut. Misalnya adalah horor, komedi, action, science-fiction, fantasi, dan
sebagainya. Ada sebuah genre yang saat ini sedang populer di Indonesia yaitu
sosiological report, yang temanya berkisar tentang kehidupan sehari-hari.
3) Alur Cerita / Plot
Alur cerita atu plot merupakan bagian yang membuat cerita menjadi
menarik. Ada teknik umum yang digunakan dalam membuat plot cerita yang
disebut dengan teknik piramid, yaitu:
- Pengenalan Tokoh
Pada tahap ini, pembaca akan dikenalkan dengan tokoh dalam cerita
mengenai sifat dan latar belakangnya.
- Permasalahan
Tokoh cerita dihadapkan pada masalah-masalah yang membuat cerita
menjadi berkembang dan menarik.
- Klimaks/Puncak Cerita
Klimaks adalah dimana semua permasalahan bertemu dan memuncak.
Klimaks merupakan saat yang paling epik dalam cerita.
- Penyelesaian
Setelah mencapai klimaks, maka ada penyelesaian untuk masalah tersebut.
Beberapa cerita ada yang membiarkan masalahnya menggantung di akhir
cerita yang kadang-kadang menimbulkan kesan istimewa tersendiri bagi
pembaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
- Penutup
Penutup adalah keadaan saat masalah sudah berakhir. Biasanya juga
diiringi kesan dan pesan.
b. Ilustrasi
Ilustrasi atau gambar merupakan ciri utama dalam sebuah komik. Ilustrasi
digunakan sebagai media penyampaian cerita dan dapat menyampaikan kesan-
kesan berlebihan pada sebuah komik. Dalam komik, ilustrasi biasanya didukung
dengan tulisan-tulisan pendukung seperti narasi dan percakapan tokoh yang
diletakkan dalam kotak dan balon kata. Ilustrasi juga dapat menggambarkan
suasana yang sedang berlangsung dalam cerita komik.
c. Karakter Tokoh
Karakter adalah ciri khas dari seorang tokoh yang membedakannya
dengan tokoh lain. Karakter juga dapat diartikan sebagai tokoh itu sendiri.
Karakter dapat diidentifikasi melalui penampakan fisik dan wataknya.
Karakter fisik meliputi postur tubuh, bentuk wajah, warna kulit, rambut,
pakaian, dan ciri khusus yang terdapat pada fisik tokoh. Karakter fisik dapat pula
menggambarkan latar belakang dari tokoh tersebut. Misalnya postur tubuh yang
gendut menggambarkan kecenderungan makan dan pemalas, postur tubuh yang
berotot menggambarkan kekuatan, wajah yang licik menggambarkan orang yang
jahat atau antagonis. Karakter dengan ciri khas menjadikan tokoh mudah diingat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
oleh pembaca. Misalnya Superman terkenal dengan kostum merah biru bersayap
dan poni rambut yang berbentuk huruf ‘S’.
Gambar 2.11 : Karakter fisik Superman yang sangat khas
Sumber : facebook.com/reoncomics
Karakter watak merupakan sifat alamiah pada tokoh. Misalnya pintar,
pemalas, jahat, suka makan, pemarah, dan sebagainya.
d. Narasi dan Balon Kata
Dalam komik, ilustrasi dapat didukung dengan teks pendek untuk narasi
maupun percakapan tokoh. Teks juga dapat digunakan untuk memberikan efek
suara pada komik. Meskipun ada pula komik yang tidak menyertakan teks karena
ilustrasinya dirasa cukup untuk menyampaikan cerita.
Teks narasi adalah teks yang disampaikan oleh narator, bukan tokoh cerita.
Misalnya seperti “Pada suatu hari, Etta sedang bosan di kamar”. Teks narasi
biasanya diletakkan dalam sebuah kotak teks. Teks percakapan tokoh adalah
kalimat yang diucapkan oleh tokoh komik. Teks percakapan biasanya diletakkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dalam balon kata yang diberi tanda panah kepada tokoh yang mengatakan kalimat
tersebut. Jenis balon kata juga dapat menggambarkan ekspresi dari perkataan.
Gambar 2.12 : Penggunaan balon kata untuk teks narasi dan percakapan
Sumber : Dokumentasi Ima Tri Kurniawati
Penulisan teks harus disesuaikan dengan tata letak komik dan harus mudah
dibaca. Keberadaannya tidak boleh mengganggu ilustrasi komik agar komik
mudah dan nyaman untuk dibaca. Penggunaan font untuk teks komik pun harus
diperhatikan dan menyesuaikan pada cerita komik. Misalnya untuk komik action
superhero sebaiknya menggunakan jenis font yang memiliki kesan edgy, jantan,
dan informal.
e. Tata Letak
Tata letak adalah penempatan berbagai unsur komposisi yang ada pada
komik, yaitu gambar, panel, teks, balon kata, dan efek-efek garis untuk
memperjelas adegan yang dilakukan.
Penempatan panel harus diperhatikan demi kerapihan dan kenyamanan
saat membacanya. Untuk mempermudah penempatan panel, sebaiknya komikus
terlebih dahulu membuat sket kasar tentang penempatan panel dalam bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
storyboard. Untuk membuat buku komik, komikus juga harus memperhatikan
ukuran buku yang akan digunakan.
f. Panel
Panel merupakan ruang-ruang pembatas gambar pada sebuah komik.
Setiap panel menggambarkan adegan tertentu. Banyaknya panel tergantung
dengan adegan yang dibuat.
Menurut Scott McCloud, panel berfungsi sebagai petunjuk umum untuk
waktu/ruang yang terpisah. Rentang waktu dan dimensi ruang lebih dijelaskan
oleh isi dalam panel tersebut, bukan panel itu sendiri. Panel dapat mempengaruhi
pengalaman membaca, yang membawa kita pada hubungan yang aneh antara
waktu yang dilukiskan oleh komik dan waktu yang dirasakan oleh pembaca.
Secara umum, panel terbagi menjadi 2 bentuk, yaitu panel tertutup dan
panel terbuka. Panel tertutup yaitu gambar berada di dalam kotak penuh, yang
memberi kesan lebih rapi. Panel terbuka yaitu gambar terkesan tidak berada di
dalam kotak penuh, sehingga memberi kesan bebas, santai, dan simpel. Pada
beberapa komik, ada pula panel yang berbentuk bulat yang biasanya disisipkan
pada panel-panel kotak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Gambar 2.13 : Contoh Panel Terbuka
Sumber : Dokumentasi Ima Tri Kurniawati
Gambar 2.14 : Contoh Panel Tertutup
Sumber : Dokumentasi Ima Tri Kurniawati
Dalam menggambar di dalam panel, ada beberapa sudut pandang yang
dapat menjadi pilihan, masing-masing sudut pandang memiliki kesan tersendiri.
Menurut buku How to Draw & Create Manga, sudut pandang panel dibagi
menjadi 9, yaitu:
- Close Shot, di mana gambar objek atau sebagian dari objek tersebut memenuhi
isi seluruh panel, dengan sedikit ruang yang tersisa di sekelilingnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Gambar 2.15 : Sudut Pandang Close Shot
Sumber : Dokumentasi Ima Tri Kurniawati
- Extreme Close Shot, hampir sama dengan close shot tetapi tidak ada ruang
kosong tersisa di dalam panel dan biasanya gambar tersebut terpotong.
Gambar 2.16 : Sudut Pandang Extreme Close Shot
Sumber : www.kirbymuseum.org
- Bust Shot, di mana gambar objek memenuhi cukup banyak ruang dalam panel
tetapi menunjukkan sedikit lebih banyak keadaan yang mengelilinginya.
Gambar 2.17 : Sudut Pandang Bust Shot
Sumber : Dokumentasi Ima Tri Kurniawati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
- Close Medium Shot, di mana jarak objek cukup dekat dengan “kamera” dan
jelas terlihat, tetapi sebagian besar masih tetap terpotong.
Gambar 2.18 : Sudut Pandang Close Medium Shot
Sumber : Dokumentasi Ima Tri Kurniawati
- Medium Shot, sebuah sudut pandang yang menunjukkan objek dan lingkungan
sekelilingnya dengan cukup jelas.
Gambar 2.19 : Sudut Pandang Medium Shot
Sumber : Dokumentasi Ima Tri Kurniawati
- Long Medium Shot, di mana informasi yang detail masih terlihat dengan jelas,
tetapi biasanya ruang yang dipakai oleh objek tidak sebanyak ruang yang
dipakai untuk menunjukkan situasi di lingkungan sekitarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 2.20 : Sudut Pandang Long Medium Shot
Sumber : Dokumentasi Ima Tri Kurniawati
- Long Shot, di mana sudut pandang diambil dari jarak cukup jauh, tetapi objek
dan keadaan masih terlihat jelas.
Gambar 2.21 : Sudut Pandang Long Shot
Sumber : Dokumentasi Ima Tri Kurniawati
- Distant Long Shot, sudut pandang diambil dari jarak yang jauh di mana objek
masih dapat dilihat, tetapi tidak jelas apa yang sedang dilakukannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gambar 2.22 : Sudut Pandang Distant Long Shot
Sumber : Dokumentasi Ima Tri Kurniawati
- Extreme Long Shot, sudut pandang diambil dari jarak yang sangat jauh
sehingga objek tidak terlihat sama sekali.
Gambar 2.23 : Sudut Pandang Extreme Long Shot
Sumber : www.comicsalliance.com
g. Transisi
Transisi adalah proses perpindahan adegan dari panel ke panel. Menurut
Scott McCloud, ada 6 jenis transisi pada komik:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
- Momen ke Momen, yaitu aksi tunggal yang digambarkan dalam
sebuah rangkaian momen.
- Aksi ke Aksi, yaitu sebuah subjek tunggal dalam sebuah rangkaian
aksi.
- Subjek ke Subjek, yaitu serangkain perubahan subjek dalam lokasi
yang sama.
- Lokasi ke Lokasi, yaitu transisi melintasi jarak waktu dan/atau ruang
yang sangat berbeda.
- Aspek ke Aspek, yaitu transisi dari satu aspek sebuah tempat, gagasan,
atau suasana hati ke aspek lain.
- Non Sequitor, yaitu sebuah rangkaian citra dan/atau kata yang tidak
berkaitan.
Gambar 2.24 : Transisi pada komik menurut Scott McCloud
Sumber : nlabnetworks.typepad.com
h. Warna
Sepanjang sejarah seni, warna menjadi daya tarik utama bahkan menyita
hampir seluruh perhatian seniman di manapun. Dalam dunia komik, penggunaan
warna sangat tergantung pada masalah bisnis dan teknologi. Masalah bisnis yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dimaksud adalah biasanya penggunaan full color pada sebuah komik cetak, biaya
produksinya akan lebih mahal daripada komik hitam-putih. Itu sebabnya banyak
pertimbangan yang dilakukan oleh penerbit komik dalam pembuatan sebuah
komik agar biaya produksi dan harga pasarannya sesuai.
Walaupun tidak terlalu ekspresionis, komik berwarna memiliki kekuatan
ikonis yang baru. Warna kostum pada tokoh-tokohnya tidak pernah berubah dari
panel ke panel, sehingga dalam benak pembaca, warna menjadi simbol. Misalnya,
tokoh Doraemon identik dengan warna biru, dan tokoh Nobita identik dengan baju
berwarna kuning dan biru tua.
Perbedaan antara komik hitam-putih dan komik berwarna sangatlah luas
dan dalam, yang mempengaruhi semua tingkat pengalaman pembaca. Dalam
komik hitam putih, gagasan di belakang karya tersebut disampaikan secara
langsung, dan makna diturunkan pada bentuk, seni mendekati bahasa. Sedangkan
dalam warna polos, bentuk sangat berperan untuk menghidupkan kesan ruang.
Dan melalui warna-warna ekspresif, komik dapat memberikan sensasi tersendiri.
Satu hal yang pasti bahwa kualitas permukaan yang berwarna akan selalu
menarik perhatian pembaca daripada yang hitam-putih.
5. Gaya Gambar dalam Komik
Ada dua gaya gambar yang populer di dunia, yaitu Gaya Amerika dan
Gaya Jepang. Keduanya berbeda satu sama lain dan masing-masing memiliki ciri
khas tersendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
a. Gaya Gambar Komik Amerika
Komik Amerika memiliki gaya gambar realis dan semi realis. Realis
adalah bentuk seni yang penampakannya dibuat mirip dan mendekati objek asli
dalam kehidupan nyata. Semi realis adalah perpaduan antara kartun dan realis.
Karakter dalam komik Amerika biasanya terlihat macho secara realis. Dalam
menggambar kartun manusia, gaya Amerika biasanya menggunakan lekukan-
lekukan tubuh yang membuat pergerakan sendinya terlihat luwes.
Ciri khas dari buku komik Amerika adalah jumlah halamannya sedikit
namun dengan pewarnaan full color di seluruh halaman.
Gambar 2.25 : Contoh komik gaya Amerika
Sumber : www.tjc.com
b. Gaya Gambar Komik Jepang (Manga)
Ciri khas dari gambar manga ada pada bagian wajah yang memiliki mata
besar dan cantik, dan mulut dan hidung yang kecil. Gambar manga ada yang realis
dan ada juga yang kartun, tetapi tetap memiliki kesan yang sama yaitu cantik,
manis, dan imut.
Buku komik Jepang biasanya berukuran kecil dengan banyak halaman dan
berwarna hitam putih di seluruh halaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 2.26 : Contoh komik gaya Jepang/Manga
Sumber : www.pakgamers.com
B. Tinjauan tentang Pasar Tradisional
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan
sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa, dan tenaga kerja untuk
orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa dibayar dengan menggunakan
alat pembayaran yang sah seperti uang.
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan
Usaha Milik Daerah termasuk kerja sama dengan swasta dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh peritel kecil,
menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal
kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar.
Keberadaan pasar tradisional di Indonesia bermula dari masa
pemerintahan Mpu Sindok di Kerajaan Medang, Jawa Timur, pada abad ke-10.
Mpu Sindok memerintah pada sekitar tahun 929-947 Masehi dengan gelar Sri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmotunggadewa. Menurut catatan
pada prasasti, saat itu Mpu Sindok membeli sebuah Sima, yaitu sebidang tanah
yang bernama Allasantan senilai 12 kati pada 6 September 939. Sima tersebut
kemudian dijadikan sebagai tempat pertemuan dan pertukaran rakyatnya untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tempat itu kemudian disebut “Pkan” yang
kemudian dimodifikasi oleh orang Jawa menjadi “Peken” untuk sebutan pasar
dalam Bahasa Jawa Kromo Inggil. Pkan ini diselenggarakan berdasarkan siklus
periodik lima hari pasaran yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.
Pada masa pemerintahan Mpu Sindok, Pkan dikelola oleh kerajaan agar
bisa dikontrol dan diawasi, dan dikendalikan untuk memberi kontribusi bagi
kerajaan dalam bentuk pungutan pajak dan ekspresi kewenangan serta kekuasaan
politis (Indonesian Heritage, Ancient Histroy, 1996). Pkan yang kemudian
dikenal dengan istilah pasar tradisional, merupakan urat nadi perekonomian di
wilayah kerajaan di mana penjual dan pembeli bertemu untuk bertransaksi dengan
cara barter atau menggunakan alat pembayaran berupa uang logam kuno. Uang
logam yang digunakan pada masa itu adalah Kati, Tahil, Atak, Kupang, dan Saga.
Tinjauan historis dari keberadaan pasar tradisional juga dapat dilihat dari
peninggalan Kerajaan Kutai pada abad ke-4, yang merupakan kerajaan Hindu
tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai terletak di daerah pesisir pantai dan berada
pada jalur perdagangan China dan India, sehingga kehidupan masyarakatnya
sangat erat dengan perdagangan baik lokal maupun lintas negara. Wilayah pesisir
pantai tempat berlabuhnya kapal-kapal dagang dari China dan India sering
dijadikan tempat berlangsungnya pertukaran atau perdagangan. Dengan demikian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
konsep pasar tradisional merupakan mekanisme ekonomi yang berusia paling tua
dibandingkan mekanisme ekonomi lainnya. Pasar tradisional juga merupakan
pilar ekonomi suatu wilayah yang kompleksitasnya tidak jauh berbeda dengan
kondisi pasar saat ini. Dari pandangan politik, keberadaan pasar tradisional pada
saat itu merupakan simbol kekuasaan kerajaan dimana kerajaan berkuasa penuh
dalam mengawasi aktivitas yang berlangsung.
1. Sistem Pasar Tradisional
Sistem dalam pasar tradisional terbangun atas beberapa subsistem yang
saling berinteraksi dan saling mempengaruhi (interdependen), yaitu subsistem
pengelola pasar, pegawai, pedagang atau pengecer, pekerja atau karyawan,
pembeli, pemasok atau agen, dan produsen.
a. Pengelola Pasar
Pengelola pasar merupakan perusahaan daerah ataupun swasta yang
membangun infrastruktur pasar, menyediakan sarana dan fasilitas, mengelola
pasar, dan mengatur segala aktivitas ekonomi yang berlangsung di dalamnya.
Pengelola pasar pada umumnya memiliki pegawai yang bekerja di kantor yang
biasanya terletak di lingkungan pasar.
Pengelola pasar menyediakan fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan
perdagangan di pasar. Mereka membuat kios-kios yang dapat disewa oleh
pedagang untuk menyimpan dan memperjualbelikan barang-barang dagangan
mereka. Pengelola pasar juga menetapkan peraturan dan pajak bagi penyewa kios
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
kaitannya dengan aktivitas pasar sehari-hari, misalnya seperti perihal pengadaan
air, listrik, maupaun lemari es untuk jenis dagangan tertentu.
Terkait dengan pengunjung pasar, pengelola pasar pada umumnya
mengenakan biaya retribusi parkir kepada pengunjung dan pemasok yang
memarkirkan kendaraannya di area pasar.
b. Pedagang
Mayoritas pedagang di pasar menjalankan bisnis usaha turunan, yaitu
meneruskan usaha orang tua mereka di tempat yang sama, dan dengan pemasok
dan pelanggan yang relatif sama pula. Tapi tidak semua pedagang di pasar
melakukan usaha turunan, karena ada beberapa pula yang membuka usaha sendiri
tanpa ada faktor turunan.
Pedagang di pasar mempunyai potensi yang besar dalam penyediaan
lapangan kerja. Bagi pedagang yang memiliki usahanya sudah cukup besar
dengan barang dagangan yang lebih kompleks, biasanya akan memperkerjakan
karyawan untuk membantu kegiatan operasional sehari-hari. Sebagian besar orang
yang menjadi karyawan tersebut statusnya adalah keluarga, saudara dekat, dana
kerabat atau sanak famili.
Dengan mempertimbangkan kemudahan dan kepraktisan, para pedagang
biasanya lebih memilih memasok barang dagangan dari pemasok atau agen,
ketimbang memasok langsung dari produsen. Sebagai contoh adalah pedagang
daging. Kebanyakan dari mereka memilih mengambil daging dari rumah
pemotongan hewan (RPH) ketimbang dari peternak langsung, karena daging dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
RPH sudah terpotong-potong sehingga tidak perlu repot menguliti atau
memisahkan tulangnya, lebih mudah membawanya, dan lebih terjamin
kualitasnya walaupun harganya sedikit lebih mahal.
c. Pemasok
Sebagian besar pemasok yang ada di pasar merupakan perantara atau agen
yang mengambil barang dari produsen. Mereka secara rutin memasok barang
kepada para pedagang di pasar setiap pekan atau sesuai permintaan dari pedagang.
Namun ada juga pedagang yang lebih proaktif dengan mengambil sendiri
barangnya dari tempat pemasok, tanpa harus menunggu pemasok datang ke pasar.
Dalam hal pembayaran, pada umumnya para pedagang dapat membayar
secara tunai maupun kredit sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak.
Untuk barang yang cacat, pembeli dapat melakukan komplain kepada pedagang
dan selanjutnya pedagang akan mengembalikan barang cacat tersebut kepada
pemasok.
d. Pembeli
Mayoritas pembeli yang datang ke pasar tradisional adalah masyakarat
yang tinggal di sekitar pasar pada level kelurahan sampai kabupaten atau kota.
Namun beberapa pasar memiliki beberapa pengunjung dari luar kota karena
kekhasan pasar tersebut sehingga mereka menjadikannya sebagai tempat wisata.
Misalnya Pasar Klewer di Solo, Pasar Beringharjo di Yogyakarta, dan Pasar
Senen di Jakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Secara umum, pembeli dibedakan menjadi dua, yaitu pembeli yang
membeli barang untuk dikonsumsi untuk kepentingan sendiri, dan pembeli yang
membeli barang untuk dijual kembali dengan atau tanpa diolah terlebih dahulu,
misalnya orang yang mempunyai warung di rumah, penjual sayur keliling,
pemilik warung makan, dan sebagainya.
Para pembeli yang membeli untuk kepentingan sendiri, mempunyai
perilaku yang berbeda dalam membeli barang kebutuhan. Untuk memenuhi
kebutuhan bahan makanan seperti sayur dan daging, masyarakat lebih memilih
membelinya di pasar tradisional karena barangnya lebih beragam, lebih segar, dan
harganya lebih murah dengan kualitas yang bagus. Akan tetapi untuk membeli
barang yang sifatnya lebih awet, seperti minyak goreng, sabun, dan deterjen,
mereka lebih memilih membelinya di pasar modern karena lebih bersih dan
teratur.
Beberapa pembeli juga memiliki keluhan terkait dengan kondisi pasar
tradisonal, yaitu tempat yang kurang bersih dan kurang teratur, bau yang kurang
sedap, pembagian wilayah kategori barang dagangan yang kurang jelas,
penempatan barang dagangan yang tidak teratur dan kadang mengganggu
pengunjung, dan sebagainya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi banyaknya pengunjung yang
datang ke pasar tradisional. Di antaranya adalah faktor kenyamanan (meliputi
fasilitas, kebersihan, dan keamanan), ketersediaan barang dan variasinya, kualitas
barang yang bagus, harga yang relatif lebih murah, dan kesempatan untuk tawar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
menawar. Selain itu ada lagi faktor yang tak kalah penting yaitu lokasi pasar yang
strategis dan mudah untuk diakses.
2. Pasar Tradisional dan Pasar Modern
Banyak penelitian yang dilakukan oleh berbagai kalangan, baik oleh
akademisi maupun peneliti independen, yang memuat tentang alasan mengapa
sebagian besar pasar tradisional sulit bersaing dengan pasar modern yang banyak
bermunculan. Masyarakat semakin menikmati berbelanja di pasar modern
daripada berbelanja di pasar tradisional.
Menurut catatan Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPSI, 2006), pada
tahun 1970-an hingga awal tahun 1980-an, seluruh konsumen kelas bawah sampai
kelas atas berbelanja di pasar tradisional. Kemudian pada tahun 1980-an sampai
awal 1990-an, sebagian konsumen beralih dari pasar tradisional ke pasar modern
dengan kemunculan beberapa pasar ritel modern seperti Matahari, Hero, Golden
Truly, dan Ramayana. Dan pada era 1990-an, di Indonesia menjadi era booming-
nya pasar modern dan terus berkembang hingga saat ini khususnya di kota-kota
besar.
Kendati demikian, pada kurun waktu 1962-1990, keberadaan pasar ritel
modern dalam meramaikan bisnis ritel di Indonesia tidak menjadi masalah bagi
ritel tradisional yang dikelola masyarakat dengan modal yang relatif lebih kecil.
Ritel modern pada saat itu menawarkan konsep belanja dengan kenyamanan dan
harga yang relatif lebih tinggi daripada harga di pasar tradisional, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
sasaran yang dituju oleh ritel modern tidak banyak beririsan dengan ritel atau
pasar tradisional.
Ada banyak wacana di media publik yang membahas tentang potensi
terjadinya persaingan yang tidak sehat dengan menghadapkan pasar tradisional
yang memiliki modal lebih kecil dan sistem pengelolaan yang lebih sederhana
dengan peritel global yang memiliki modal lebih besar dan manajemen yang
modern. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di Amerika. Para
pakar ritel di Amerika banyak mengungkapkan pendapat dan studi mereka tentang
bagaimana ritel modern yang semakin lama semakin menggeser posisi pasar
tradisional. Kehadiran pasar modern secara langsung ataupun tidak langsung
mempengaruhi keberadaan pasar tradisional apalagi jika pasar modern
menerapkan harga yang lebih murah.
Hasil survei oleh AC Nielsen pada tahun 2005 menunjukkan rasio
keinginan masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisional cenderung turun. Pada
tahun 1999 tercatat keinginan masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisional
sebanyak 65%, dan pada tahun 2004 turun sebesar 8% menjadi 53%. Sebaliknya
bagi pasar modern, rasio keinginan berbelanja di pasar modern itu meningkat dari
35% pada tahun 1999 menjadi 47% pada tahun 2004. Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (APRINDO) juga mencatat omset pasar modern pada tahun 2011
mencapai 155 triliun rupiah. Dan di lain pihak Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh
Indonesia (APPSI) mencatat sekitar 400 pasar tradisional tutup setiap tahunnya.
Apabila fakta ini terus berlangsung, maka akan mengancam keberadaan pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
tradisional di Indonesia yang saat ini berjumlah sekitar 11.000 yang melibatkan
12,6 juta peritel individu di dalamnya.
Sementara itu, dalam tulisan “Membangun Sinergi Pasar Tradisional dan
Modern”, Tutum Rihanta mengungkapkan pendapat yang sebaliknya, bahwa fakta
tentang pasar modern yang lebih diminati oleh konsumen merupakan kondisi yang
alamiah. Dewasa ini masyarakat memiliki perubahan pola perilakunya sebagai
konsumen. Mereka tidak hanya menginginkan kualitas dan harga produk yang
bagus, tetapi juga kualitas tempat yang memadai dan layak sesuai tingkat
pendapatannya. Secara umum, tempat yang aman, nyaman, dan memadai akan
menjadi pilihan utama bagi kebanyakan konsumen. Pedagang juga harus
mengetahui bahwa persaingan tidak hanya terbatas pada kualitas dan harga
produk, tetapi juga pada bagaimana memuaskan pelanggan dengan faktor
pendukung seperti faktor kenyamanan berbelanja dan adanya nuansa khusus
lainnya bagi konsumen. Masyarakat sekarang juga lebih memperhatikan
kebersihan dan keamanan produk-produk yang dibelinya terutama pangan.
Sinergi yang baik antara pasar tradisional dan pasar modern perlu
ditegakkan agar keduanya tidak saling menghancurkan. Pasar tradisional dan
pasar modern adalah fakta ekonomi yang terjadi di masyarakat. Keduanya
memiliki potensi dan masalahnya sendiri. Mengurangi gerak laju atau
menghilangkan eksistensi dari salah satunya bukan merupakan langkah yang
bijaksana karena yang dibutuhkan saat ini adalah pengaturan dan komitmen untuk
menciptakan sinergi diantara keduanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
3. Pasar Tradisional sebagai Refleksi Budaya
Keberadaan pasar tradisional merupakan salah satu indikator paling nyata
dari kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Taraf kehidupan ekonomi
masyarakat dapat dengan mudah dilihat dari kegiatan di pasar tradisional
setempat. Demikian juga kemajuan suatu wilayah dapat dilihat dari kegiatan
ekonomi yang berlangsung di pasar di daerah tersebut. Sebagai pusat distribusi,
pasar tradisional tidak hanya melibatkan para pedagang, namun juga memberi
lapangan pekerjaan bagi para petani, produsen, pelaku jasa keuangan, pelaku jasa
angkutan, dan pelayan kios atau toko.
Pasar tradisional yang merupakan pusat ekonomi terbuka untuk rakyat,
cenderung mempunyai kebudayaan tersendiri yang berbeda dengan pasar modern.
Pasar tradisional lebih kental dengan nilai-nilai sosial dan kebersamaan serta
toleransi yang tinggi antar pedagang di pasar tersebut. Sehingga pasar tradisional
juga menjadi pusat budaya yang mau tidak mau melibatkan aspek komunikasi
literal, verbal, nonverbal, dan visual antar sesama pelaku pasar.
Orang-orang yang terlibat di dalam kegiatan ekonomi di pasar juga
memberi warna tersendiri bagi kehidupan pasar. Baik orang tua maupun muda,
kaya atau miskin, dan dengan karakter yang berbeda-beda, tumpah menjadi satu
dan saling berinteraksi di pasar. Di pasar pula dapat ditemukan pejabat kantoran
yang selalu modis dan rapi, bisa dengan cueknya melenggang ke pasar dengan
memakai daster atau celana kolor.
Fenomena sosial lain adalah banyaknya anak-anak kecil yang membantu
atau sekedar menemani orang tuanya berjualan di pasar sepulang sekolah. Mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
dapat bermain dan berteman dengan anak-anak dari pedagang lain yang juga
menghabiskan waktu luangnya di kios orang tuanya. Disini anak-anak kecil
tersebut dapat belajar berkomunikasi dengan banyak orang dan juga sedikit demi
sedikit belajar berdagang dan menganalisa sifat-sifat pembeli.
Jika dikupas secara mendalam, pasar tradisional dapat disebut sebagai
salah satu cermin filosofi demokrasi dan kearifan budaya (local wisdom) yang
lentur antar sesama manusia dalam menjalin hubungan transaksional, jual beli dan
tawar-menawar harga secara terbuka dan tanpa ada paksaan banderol harga, di
mana harga dapat dinegosiasikan sesuai nilai uang yang ada.
Pemerintah dan pengelola pasar memiliki tanggung jawab untuk
pengelolaan pasar tradisional menjadi lebih baik. Keduanya member kesadaran
maksimal terhadap para pedagang dengan kesamaan visi dan misi dalam
membangun dan mendorong kehidupan sendi-sendi ekonomi rakyat secara
bertahap di bidang infrastruktur, kebersihan, keamanan, ketertiban, dan lain
sebagainya.
Selain itu, peran seniman juga penting dalam aspek budaya untuk
menghidupkan pasar tradisional. Kegiatan seni yang kreatif dapat dijadikan
alternatif untuk mempromosikan dan mengenalkan kembali kepada masyarakat
akan besarnya nilai pasar tradisional bagi masyarakat sendiri.