BAB II KONSEP DASAR -...

25
9 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Tuberkulosis adalah merupakan infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai sel (cell-mediated hypersensitivity). Penyakit ini biasanya terletak di paru, tetapi dapat mengenai organ lain. Dengan tidak adanya pengobatan yang efektif untuk penyakit yang aktif, bisa terjadi penyakit yang kronik, dan berakhir dengan kematian (Daniel, T. M., 1999). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang perenkim paru. Agen infeksius utama yaitu Mycobacterium tuberculosis yang merupakan batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet. Tuberkulosis dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Brunner dan Suddarth, 2001). Menurut Herdin Sibuea tahun 2005 tuberkulosis paru adalah suatu infeksi kronik jaringan paru, yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosae. Menurut Irman Somantri tahun 2008 tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru

Transcript of BAB II KONSEP DASAR -...

Page 1: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

9

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Tuberkulosis adalah merupakan infeksi kronik yang disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh granuloma pada

jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai sel

(cell-mediated hypersensitivity). Penyakit ini biasanya terletak di paru,

tetapi dapat mengenai organ lain. Dengan tidak adanya pengobatan yang

efektif untuk penyakit yang aktif, bisa terjadi penyakit yang kronik, dan

berakhir dengan kematian (Daniel, T. M., 1999).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama

menyerang perenkim paru. Agen infeksius utama yaitu Mycobacterium

tuberculosis yang merupakan batang aerobik tahan asam yang tumbuh

dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet.

Tuberkulosis dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk

meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Brunner dan Suddarth, 2001).

Menurut Herdin Sibuea tahun 2005 tuberkulosis paru adalah suatu

infeksi kronik jaringan paru, yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosae.

Menurut Irman Somantri tahun 2008 tuberkulosis paru-paru

merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru

Page 2: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

10

disebabkan oleh Mycobabacterium tuberculosis. Penyakit ini juga dapat

menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang dan nodus

limfe.

Tuberculosis (TB)adalah penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis dengan gejala yang

bervariasi, akibat kuman Mycobacterium Tuberkulosis sistemik sehingga

dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru-paru

yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Mansjoer, 2000).

Jadi penulis menyimpulkan bahwa TB Paru adalah penyakit infeksi

yang disebabkan oleh kuman Mycobakterium tuberculosis yang

menyerang saluran pernapasan terutama parenkim paru.

Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan kelainan

klinis, radiologis, dan mikrobiologis:

1. Tuberkulosis Paru.

2. Bekas tuberkulosis paru.

3. Tuberkulosis paru tersangka.

Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam:

a. Tuberkulosis paru tersangka yang diobati( Sputum BTA negatif,

tetapi tanda-tanda lain positif).

b. Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati(Sputum BTA

negatif dan tanda-tanda lain meragukan).

(Suyono, 2008).

Page 3: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

11

B. Anatomi Dan Fisiologi

1. Anatomi

Gambar 1. Menjelaskan bagian-bagian dari sistem pernapasan

(prestasiherfen.blogspot.com/2010)

Saluran yang menghantarkan udara hingga mencapai paru-paru

adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus.Nares

anterior adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran

itu bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga)

hidung. Vestibulum ini dilapisi dengan epitelium bergaris yang

bersambung dengan kulit. Lapisan nares anteriormemuat sejumlah

kelenjar sebaseus yang ditutupi oleh bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu

Page 4: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

12

bermuara kedalam rongga hidung. Rongga hidung dilapisi selaput lendir

yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan

faring dan dengan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang

masuk kedalam rongga hidung. Daerah pernapasan dilapisi epitelium

silinder dan sel spitel berambut yang mengandung sel cangkir atau sel

lendir. Diatas sputum nasalis dan konkha selaput lendir ini paling tebal,

yang diuraikan dibawah. Adanya tiga tulang kerang (konkhea) yang

diselaputi epitelium pernapasan dan menjorok dari dinding lateral hidung

kedalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput lendir tersebut.

Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang

terdapat didalam vestibulum, dan karena kontak dengan permukaan

lendiryang dilaluinya maka udara menjadi hangat, dan penguapan air dari

permukaan selaput lendir menjadi lembab. Hidung menghubungkan

lubang-lubang dari sinus udara para-nasalis yang masuk kedalam rongga-

rongga hidung, dan juga lubang-lubang naso-lakrimal yang menyalurkan

air mata dari mata kedalam bagian bawah rongga nasalis, kedalam hidung.

Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar

tengkorak sampai persambungannya dengan usofagus pada ketinggian

tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (naso-faring),

dibelakang mulut (oro-faring) dan dibelakang laring (farink-laringeal).

Laring (tenggorok) merupakan saluran udara dan bertindak sebagai

pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian

vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal

Page 5: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

13

tenggorok itu dapat di tutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut

epiglotis, yang terdiri daritulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu

kita menelan makanan menutupi laring. Laring dilapisi oleh selaput lendir,

kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium

berlapis.

Trakhea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya. Trakhea

berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke lima

dan ditempat ini bercabang menjadi dua bronkhus (bronkhi). Trakhea

tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang

diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran

disebelah belakang trakhea, Selain itu juga memuat beberapa jaringan otot.

Trakhea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan

sel cangkir. Jurusan silia ini bergerak ialah keatas kearah laring, maka

dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut masuk

bersama dengan pernapasan dapat dikeluarkan.

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian

kira-kira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan

trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan

ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih

pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri,

disebut bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih

langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum

Page 6: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

14

dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.

Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus

lobaris dan kemudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan

terus menjadi bronchus. Yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya

menjadi bronchiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak

mengandung alveoli (kantong udara). Bronkiolus terminalis memiliki garis

tengah kurang lebih 1 mm. Bronkiolustidak diperkuat oleh cincin tulang

rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat

berubah. Saluran-saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus

terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya

adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari

bronkiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil

atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh

alveolis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru,

assinus atau kadang disebut lobulus primer memiliki tangan kira-kira 0,5-

1,0 cm. Terdapatsekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai

sakus alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-

pori kohn.

Paru-paru terdapat dalam rongga toraks pada bagian kiri dan

kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di

dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk

lubrikai. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius

Page 7: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

15

dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan

inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung

pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar,

sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru

mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang

cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas(PriceEvelyn, 2004).

2. Fisiologi

Pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbon

dioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-paru atau

pernapasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada

waktu bernapas yang oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli

berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli memisahkan

dari darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah

dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.

Di dalam paru-paru karbon dioksida merupakan hasil buangan

yang menembus membran alveoli. Dari kapiler darah dikeluarkan melalui

pipa bronkus dan berakhir pada mulut dan hidung. Empat proses yang

berhubungan dengan pernapasan pulmoner:

1. Ventilasi pulmoner yaitu gerakan pernapasan yang menukar udara

dalam alveoli dengan udara luar.

2. Arus darah melalui paru-paru yaitu darah mengandung oksigen

masuk ke seluruh tubuh, dan karbon dioksida dari seluruh tubuh

masuk ke paru-paru.

Page 8: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

16

3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan

jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian.

4. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbon

dioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.

Proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi ketika

konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat

pernapasan terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam

pernapasan, sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih

banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen

dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan yang akhirnya masuk

mencapai kapiler. Darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan,

mengambil karbon dioksida untuk di bawa ke paru-paru dan di paru-paru

terjadi pernapasan eksterna.

Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500-5000 ml(4,5-5

liter). Udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi)

hanya 10 %, ±500ml disebut udara pasang surut (tidal air) yaitu yang

dihirup dan yang dihembuskan pada pernapasan biasa. Kecepatan

pernapasan pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Perenapasan secara

normal, ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat. Pada

bayi ada kalanya terbalik, inspirasi-istirahat-ekspirasi, disebut pernapasan

terbalik (syaifuddin, 2006).

Page 9: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

17

C. Etiologi

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberculosis, sejenis kuman yang berbentuk batang

dengan ukuran panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar

komponen Mycobakterium Tuberculosis adalah berupa lemak/ lipid

sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan

terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini bersifat aerob

yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu,

Mycobacterium Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-

paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi

tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis.

( Somantri, I.,2008 ).

D. Patofisiologi

Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi

terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat

dimana mereka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri.

Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke

bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri ), dan area paru-

paru lainnya (lobus atas).

Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan proses inflamasi.

Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri, limfosit

Page 10: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

18

spesifik tuberkulosis melisis (menghancurkan) jaringan normal.

Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam

alveoli, yang membentuk dinding protektif. Granuloma diubah

menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini

disebut tuberkel ghon. Bahan bakteri dan makrofag menjadi nekrotik,

membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami

kalsifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman,

tanpa perkembangan penyakit aktif.

Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami

penyakit aktif karena gangguan atau respons yang inadekuat dari

respons sistem imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi

ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam keadaan ini, tuberkel ghon

memecah melepaskan bahan seperti keju kedalam bronki. Bakteri

kemudian menjadi tersebar diudara, mengakibatkan penyebaran

penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh membentuk

jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak,

mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut, pembentukan

tuberkel dan selanjutnya (Smeltzer & Bare, 2001).

E. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis tuberkulosis mungkin belum muncul pada infeksi

awal, dan mungkin tidak akan pernah timbul apabila tidak terjadi

infeksi aktif. Apabila timbul infeksi aktif, pasien biasanya

Page 11: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

19

memperlihatkan tanda : demam (biasanya pada pagi hari), malaese,

keringat malam,gejala flu, batuk darah, batuk purulen produktif disertai

nyeri dada sering timbul pada infeksi aktif, hilangnya nafsu makan, dan

penurunan berat badan (Corwin, E.,2000).

F. Penatalaksanaan

1. Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien,

mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai

penularan, dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

Aktivitas obat tuberkulosis terdapat 2 macam sifat/ aktivitas obat

terhadap tuberkulosis yaitu:

a. Aktivitas bakterisid dimana obat ini bersifat membunuh kuman-

kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif).

Aktivitas bakterisid biasanya diukur dari kecepatan obat tersebut

membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan

akan didapatkan hasil yang negatif(2 bulan dari permulaan

pengobatan).

b. Aktivitas sterilisasi dimana obat ini bersifat membunuh kuman-

kuman yang pertumbuhannya lambat(metabolisme kurang

aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan

setelah pengobatan dihentikan.

Jenis dan dosis OAT :

Page 12: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

20

a) Isoniazid (H)

Isouroniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif

terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman

yang sedang berkembang. Efek samping yang mungkin

timbul berupa neuropati perifer karena interferensi fungsi

biologi vitamin B6 atau piridoksin, demam bila terjadi ikterus

dan pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dapat

dihentikan sampai ikterus membaik. Efek samping ringan

dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Padakeadaan

ini pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.

b) Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman

(persisten) hepatitis, mual, reaksi demam, trombositopenia,

dan flu-like syndrome’s. Rifampisin dapat menyebabkan

warna merah atau jingga pada air seni dan keringat, dan itu

harus diberitahukan kepada keluarga atau penderita agar tidak

menjadi cemas. Warna merah tersebut terjadi karena proses

metabolisme obat dan tidak berbahaya.

c) Pirazinamid (Z)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada

dalam sel dengan suasana asam. Efek samping yang dapat

ditimbulkan adalah hiperurisemia, hepatotoksisitas, hepatitis

Page 13: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

21

dan atralgia.

d) Streptomisin (S)

Streptomisin merupakan salah satu obat anti tuberkulosis

pertama yang ditemukan. Streptomisin ini suatu antibiotik

golongan aminoglikosida yang harus diberikan secara

parenteral dan bekerja mencegah pertumbuhan organisme

ekstra seluler. Efek samping obat ini adalah toksik pada saraf

kranial ke VIII yang dapat menyebabkan disfungsi vestibular

dan atau hilangnya pendengaran.

e) Etambutol (E)

Etambutol satu-satunya obat lapis pertama yang mempunyai

efek bakteriostatis, tetapi bila dikombinasikan dengan INH

dan rifampisin terbukti bisa mencegah terjadinya resisten

obat. Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan

berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna

merah dan hijau, maupun optik neuritis.

2. Prinsip Pengobatan

Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa

jenis dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan dengan

kategori pengobatan, supaya semua kuman (termasuk kuman

persisten) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap

lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal dan sebaiknya digunakan

Page 14: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

22

pada saat perut kosong. Apabila panduan obat yang digunakan

tidak adekuat (jenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan), kuman

TB akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). Jangan

gunakan OAT tunggal (monoterapi) dan gunakan Pemakaian

OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan

dan sangat dianjurkan. Untuk menjamin kepatuhan pasien dalam

menelan obat, pengobatan perlu dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas

Menelan Obat (PMO).

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu pada tahap awal

(intensif) dan lanjutan.

a. Tahap Awal (intensif)

Pada tahap awal (intensif) penderita mendapat obat setiap

hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah

terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif

tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular

menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian

besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif

(konversi) dalam 2 bulan.

b. Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih

sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap

lanjutan ini penting untuk membunuh kuman persister sehingga

Page 15: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

23

mencegah terjadinya kekambuhan.

3. Panduan OAT yang digunakan di indonesia

Panduan OAT yang digunakan oleh Program Penanggulangan

tuberkulosis di indonesia :

a. Kategori I : 2HRZE/ 4 (HR)3

Tahap intensif terdiri dari isoniasid (H), Rifampisin (R),

Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E). Obat-obat tersebut

diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE). Kemudian

diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniasid

(H), dan Rifampisin (R), diberikan dalam 3 kali seminggu

selama 4 bulan (4H3R3).

Obat ini diberikan untuk pasien baru :

a) Pasien baru TB paru BTA positif.

b) Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif.

c) Pasien TB ekstra paru.

b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/ HRZE/5(HR)3E3.

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2

bulan dengan Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z),

Etambutol (E), dan suntikan streptomisin setiap hari dari unit

pelayanan kesehatan. Dilanjutkan 1 bulan untuk Isoniasid,

rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari. Setelah itu

diteruskan dalam tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE

yang diberikan dalam 3 kali dalam seminggu.

Page 16: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

24

Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang

telah diobati sebelumnya :

a) Pasien kambuh.

b) Pasien gagal.

c) Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default).

c. Kategori 3 : 2HRZ/ 4H3R3

Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama

2 bulan (2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari

HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu (4H3R3).

Obat ini berikan untuk pasien :

a) Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan.

b) Penderita ekstra paru ringan, yaitu TB kelenjar limfe

(limfadenetis), pleuritis eksudativa unilateral, TBC kulit,

TBC tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar

adrenal.

4. Pembedahan

Pasien kambuh adalah pasien yang telah menjalani terapi

TB adekuat dan sudah dinyatakan sembuh oleh dokter secara

klinis, mikrobiologis maupun radiologis, kemudian pada evaluasi

berikutnya terdapat gejala klinis tuberkulosis positif (mikrobiologi

positif). Terapi pembedahan, banyak dilakukan dalam upaya

penyembuhan pasien tuberkulosis yang kambuh. Indikasi terapi

bedah saat ini adalah Pasien dengan sputum BTA tetap positif

Page 17: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

25

(persisten) setelah pengobatan diulang, pasien dengan batuk darah

masif atau berulang, terapi fistula bronkopleura, drainase empiema

tuberkulosis, dan untuk mengatasi gangguan mekanik yang timbul

pada tuberkulosis tulang (seperti stabilitas tulang vertebra pada

penyakit pott).

5. Pencegahan

Untuk mengurangi kejadian tuberkulosis, kuman-kuman

harus dicegah supaya tidak menular dari seseorang ke orang lain.

Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan

pemeriksaan pada semua orang yang menderita tuberkulosis dan

mengobatinya secara adekuat, mengidentifikasi orang-orang yang

harus mendapat kemoterapi, memperhitungkan orang-orang yang

dulu pernah tuberkulosis dan mereka yang tidak mendapat

pengobatan yang adekuat dengan kemoterapi, mempertahankan

status kesehatan dengan asupan nutrisi yang adekuat, isolasi jika

pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan,

pemberianimunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh

terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.

G. Komplikasi

Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar

akan menimbulkan komplikasi sebagai berikut:

Page 18: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

26

1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus.

2. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas, SOFT (sindrom obstruksi

pasca tuberkulosis ), kerusakan parenkim berat; fibrosis paru, kor

pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas

dewasa, sering terjadipada TB milier, dan kavitas TB

(Aru,w, dkk., 2006).

H. Pengkajian Fokus

Menurut doenges dkk, riwayat keperawatan yang dapat dikaji adalah :

1. Aktivitas / istirahat

Subjektif :

a. Kelelahan umum dan kelemahan.

b. Napas pendek karena kerja.

c. Kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam hari,

menggigil atau berkeringat.

d. Mimpi buruk.

Objektif :

a. Takikardi, takipnea / dipsnea pada kerja.

b. Kelelahan otot, nyeri, dan sesak (tahap lanjut).

2. Integritas Ego

Subjektif :

a. Adanya / faktor stress lama.

Page 19: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

27

b. Masalah keuangan, rumah.

c. Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.

d. Populasi budaya / etnik: amerika asli atau imigran dari amerika

tengah, asia tenggara, indian anak benua.

Objektif :

a. Menyangkal (khususnya selama tahap dini).

b. Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.

3. Makanan / cairan

Subjektif :

a. Kehilangan nafsu makan.

b. Tak dapat mencerna.

c. Penurunan berat badan.

Objektif :

a. Turgor kulit buruk, kering / atau kulit bersisik.

b. otot / hilang lemak subkutan.

4. Nyeri / kenyamanan

Subjektif :

a. Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Objektif :

a. Berhati-hati pada area yang sakit.

b. Perilaku distraksi, gelisah.

5. Sirkulasi

Subjektif :

Page 20: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

28

a. Palpitasi

Objektif:

a. Takikardia, disritmia.

b. Adanya S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung akibat effusi).

c. Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan

mediastinal.

d. Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya

udara dalam mediastinum).

e. TD: hipertensi/hipotensi.

f. Distensi vena jugularis.

6. Pernapasan

Subjektif :

a. Batuk, produktif atau tak produktif.

b. Napas pendek.

c. Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinfeksi.

Objektif :

a. Peningkatan frekuensipernapasan (penyakit luas, atau fibrosis

parenkim paru dan pleura).

b. Pengembangan pernapasan tak simetris (effusi pleural).

c. Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau

penebalan pleural).

d. Bunyi napas menurun/ tak ada secara bilateral atau unilateral

(effusi pleural/ pneumotorak).

Page 21: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

29

e. Bunyi napas tubuler dan atau bisikan pektoral diatas lesi luas.

f. Krekels tercatat diatas apek paru selama inspirasi cepat setelah

batuk pendek (krekels posttussic).

g. Karakteristik sputum: hijau atau purulen, mukoid kuning, atau

bercak darah.

h. Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

i. Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental

(tahap lanjut).

7. Keamanan

Subjektif :

a. Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.

b. Test HIV positif.

Objektif :

a. Demam rendah atau sakit panas akut.

8. Interaksi sosial

Subjektif :

a. Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular.

b. Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan

kapasitas fisik untuk melakasanakan peran.

9. Penyuluhan / pembelajaran

Subjektif :

a. Riwayat keluarga TB.

b. Ketidak mampuan umum/ status kesehatan buruk.

Page 22: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

30

c. Gagal untuk membaik/ kambuhnya TB.Tidak berpartisipasi dalam

terapi.

I. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Kultur sputum: Positif untuk mycobakterium tuberculosis pada

tahap aktif penyakit.

2. Ziehl- Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk

usapan cairan darah): positif untuk basil asam cepat.

3. Tes kulit (PPD, Mantoux, potongan Vollmer): reaksi positif (area

indurasi 10 mm lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra

dermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya anti

body tetapi secara tidak berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi

bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB

aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh

mykobakterium yang berbeda.

4. Foto Torak: Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru

atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan.

Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area

fibrosa.

5. ELISA/ Western Blot

6. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine

dan cairan serebrospinal, biopsi kulit): positif untuk Mycobacteriun

Tuberculosis.

Page 23: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

31

7. Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granuloma TB,

adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.

8. Elektrolit: Dapat tidak normal tergantung pada lokasi dan beratnya

infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tidak normalnya

retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luar.

9. GDA: Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa

pada paru.

10.Pemeriksaan Fungsi paru : penurunan kapasitas vital, peningkatan

ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total,

dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi

parenkim atau fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit

pleural (TB paru kronis luas).

Page 24: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

32

J. Pathways Keperawatan

( Sylvia A. Price and Lourraine & Doengoes, 2000 ).

Gangguan

pertukaran gas

Mempengaruhi

termoregulasi

Alveolus mengalami

konsolidasi dan eksudasiPenyebaran infeksi

secara limfa hematogen

Alveolus

Paru-paru

Saluran pernapasan bawah

Penumpukan sekret

Peradangan bronkus ( Inflamasi )

Bakteri besar bertahan di bronkus

Saluran pernapasan atas

Saluran pernapasan

Airbone/inhalasi droplet

Mycobacterium tuberculosis

Bershan jalan

napas tidak

efektif

Ketidak

seimbangan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

Sekret dapat

dikeluarkan

Anoreksia, malaese,

mual,muntahSekret sulit

dikeluarkan

Intoleransi aktivitas

HipertermiKeletihanGangguan pola

istirahat tidur

Resiko

penyebaran

infeksi

Terhirup

orang sehat

Batuk terus-

menerus

Page 25: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero...pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

33

K. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi

sekret yang berlebihan

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan

permukaan efek paru, kerusakan membran di alveolar, kapiler,

sekret kental dan tebal.

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat sekunder terhadap

mual, muntah, dan nafsu makan menurun.

4. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas

dan batuk.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat

oksigenasi untuk aktivitas.

6. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang

lain berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari

pemajanan pathogen.

7. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan kecepatan

metabolisme skunder terhadap infeksi paru.