BAB II KTI -...

27
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi Dasar 1. Pengertian Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh bayi membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Aziz, 2008). Imunisasi adalah memberi vaksin ke dalam tubuh berupa bibit penyakit yang dilemahkan yang menyebabkan tubuh memproduksi antibodi tetapi tidak menimbulkan penyakit bahkan anak menjadi kebal (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,2003). Menurut Suririnah (2007) yang dikutip Hanum (2010), imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak. Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit- penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. 2. Tujuan Tujuan Umum Menurut Kepmenkes (2005) yang dikutip Atikah (2010), menurunkan angka kesakitan dan angka kematian bayi akibat

Transcript of BAB II KTI -...

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Imunisasi Dasar

1. Pengertian

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan

anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh bayi

membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Aziz,

2008).

Imunisasi adalah memberi vaksin ke dalam tubuh berupa bibit

penyakit yang dilemahkan yang menyebabkan tubuh memproduksi

antibodi tetapi tidak menimbulkan penyakit bahkan anak menjadi

kebal (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,2003).

Menurut Suririnah (2007) yang dikutip Hanum (2010),

imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga

kesehatan anak. Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk

memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit- penyakit

yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal

kehidupan seorang anak.

2. Tujuan

Tujuan Umum

Menurut Kepmenkes (2005) yang dikutip Atikah (2010),

menurunkan angka kesakitan dan angka kematian bayi akibat

10

PD3I. Penyakit yang dimaksud anatara lain Difteri, Tetanus,

Pertusis, Campak, Polio dan TBC.

Tujuan Khusus

a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu

cakupan imunisasi lengkap minumal 80% secara merata di

100% desa kelurahan pada tahun 2010

b. Polio liar di Indonesia yang dibuktikan tidak ditemukannya

virus polio liar pada tahun 2008

c. Tercapainya Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) artinya

menurunkan kasus tetanus neonatorum sampai yingkat 1 per

1000 kelahiran hidup dalam tsatu tahun pada tahun 2008

d. Tercapainya Reduksi Campak (RECAM) artinya angka

kesakitan campak pada tahun 2010.

3. Manfaat

Menurut Atikah (2010) :

a. Bagi Anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan

kemungkinan cacat atau kematian.

b. Bagi Keluarga

Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila

anak sakit. Mendorong pembentukkan keluarga apabila orang

tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak

yang nyaman.

11

c. Bagi Negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang

kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

4. Jenis Kekebalan

a. Kekebalan Aktif

Adalah pemberian kuman atau racun yang sudah dilemahkan

atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh

memproduksi antibodi sendiri (Hanum, 2010). Contohnya

adalah imunisasi polio dan campak.

Imunisasi aktif biasanya dapat bertahan untuk beberapa tahun

dan sering sampai seumur hidup.

Kekebalan aktif dibagi dua yaitu :

1) Kekebalan aktif alami ( naturally acquired immunity), dimana

tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah sembuh dari

suatu penyakit. Misalnya anak yang telah menderita campak

setelah sembuh tidak akan terserang lagi karena tubuhnya telah

membuat zat penolak terhadap penyakit tersebut.

2) Kekebalan aktif buatan (artificially induced active immunity)

yaitu kekebalan yang diperoleh setelah orang mendapatkan

vaksinasi (Hanum, 2010). Misalnya anak diberi vaksin BCG,

DPT, Campak dan lainnya.

12

b. Kekebalan Pasif

Adalah suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara

pemberian zat imunoglobin, yaitu zat yang dihasilkan melalui

suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia

(kekebalan yang di dapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau

binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba

yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Atikah, 2010).

Imunisasi pasif dibagi menjadi dua :

1) Kekebalan pasif alami atau kekebalan pasif bawaan yaitu

kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya.

Kekebalan ini tidak berlangsung lama (± hanya sekitar 5 bulan

setelah bayi lahir).

2) Kekebalan pasif buatan yaitu kekebalan yang diperolah setelah

mendapat suntikan zat penolak misalnya pemberian suntikan

ATS

5. Syarat Pemberian Imunisasi

Paling utama adalah anak yang akan mendapat imunisasi harus

dalam kondisi sehat. Sebab pada prinsipnya imunisasi itu

merupakan pemberian virus dengan memasukkan virus, bakteri,

atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh dan kemudian

menimbulkan antibodi (Hanum, 2010)

13

Imunisasi tidak boleh diberikan hanya pada kondisi tertentu

misalnya anak mengalami kelainan atau penurunan daya tahan

tubuh misalkan gizi buruk atau penyakit HIV/AIDS.

6. Macam-macam Imunisasi Dasar Wajib

Ada 5 jenis imunisasi dasar menurut Hasuki Irfan (2007) dikutip

Atikah (2010), yang diwajibkan oleh pemerintah. Imunisasi dasar atau

PPI (Program Pengembangan Imunisasi) antara lain :

a. Imunisasi BCG (Bacille Calmette Guerin)

1) Tujuan

Imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif

terhadap penyakit tuberculosis (TBC) pada anak (Atikah,

2010).

2) Kriteria Penyakit

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh

myobacterium tuberculosis. Penyebarannya melalui pernafasan

lewat bersin atau batuk. Gejala awal penyakit ini adalah lemah

badan, penurunan berat badan, demam dan keluar keringat pada

malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk terus menerus,

nyeri pada dada dan mungkin batuk darah. Gejala lain

tergantung organ yang diserang. Tuberculosis dapat

menyebabkan kelemahan dan kematian. Seseorang yang

terinfeksi myobacterium tuberculosis tidak selalu menjadi sakit

tubercolusis aktif. Beberapa minggu (2-12 minggu) setelah

14

terinfeksi terjadi respon imunitas selular yang dapat

ditunjukkan dengan uji tuberkulin (Ranuh, 2008).

3) Vaksin

Vaksin TBC mengandung kuman bacillus calmette guerin yang

dibuat dari bibit penyakit atau virus hidup yang sudah

dilemahkan.

4) Waktu pemberian

BCG diberikan pada umur < 3 bulan.

5) Cara Dan Dosis Pemberian

Pemberian imunisasi ini dilakukan secara Intra Cutan(IC) di

lengan kanan atau paha kanan atas dengan dosi 0,1 ml untuk

anak diatas 1 tahun, pada bayi baru lahir 0,05 ml.

6) Kontraindikasi

a) Reaksi uji tuberkulin > 5mm

b) Menderita infeksi HIV

c) Menderita gizi buruk

d) Menderita demam tinggi

e) Menderita infeksi kulit yang luas

f) Pernah sakit tubercolusis

g) Leukimia

7) Efek Samping

a) Reaksi local

15

1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikkan

timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras.

Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule

(gelembung berisi nanah), lalu pecah dan menbentuk luka

terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan

dalam waktu 8-12 minggu dengan meningkatkan jaringan

parut.

b) Reaksi regional

Pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher tanpa

disertai nyeri tekan maupun demam yang akan menghilang

dalam waktu 3-6 bulan.

8) Komplikasi yang mungkin timbul adalah:

Pembentukkan abses (penimbunan nanah) di tempat

penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses

ini akan menghilang secara spontan untuk mempercepat

penyembuahan, bila abses telah matang, sebaiknya

dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan jarum) dan

bukan disayat.

b. Imunisasi Hepatitis B

1) Tujuan

Imunisasi Hepatitis B bertujuan untuk mendapatkan kekebalan

aktif terhadap penyakit Hepatitis B (Atikah, 2010).

2) Kriteria penyakit

16

Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

Hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit ini

terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi

selam proses persalinan, melalui hubungan seksual. Infeksi

pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada

adalah merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti

flu. Urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat, warna

kuning bisa terkihat pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa

menjadi kronis dan menimbulkan Cirrosis hepatic yakni

kanker hati dan menimbulkan kematian.

3) Vaksin

Vaksin ini terbuat dari bagian virus Hepatitis B yang

dinamakan HbsAg, yang dapat menimbulkan kekebalan tetapi

tidak menimbulkan penyakit.

4) Waktu Pemberian

Imunisasi Hepatitis B diberikan sedini mungkin (dalam waktu

12 jam) setelah bayi lahir. Khusus bagi bayi yang lahir dari

seorang ibu pengidap virus hepatitis B, harus dilakukan

imunisasi pasif memakai imunoglobulin khusus antu hepatitis

B dalam waktu 24 jam kelahiran. Imunisasi dasar diberikan

sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan

Hb 1 dengan Hb 2, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan

Hb 2 dengan Hb 3.

17

5) Cara dan Dosis Pemberian

Hepatitis B disuntikkan secara Intra Muscular (IM) di daerah

paha luar dengan dosis 0,5 ml.

6) Kontraindikasi

Imunisasi ini tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita

penyakit berat. Dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman

dan tidak akan membahayakan janin. Bahkan akan memberikan

perlindungan kepada janin selama dalam kandungan ibu

maupun kepada bayi selama beberapa bulan setelah lahir.

7) Efek Samping

Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada

tempat penyuntikkan dan sistematis (demam ringan, lesu,

perasaan tidak enak pada saluran pernafasan). Reaksi ini akan

hilang dalam waktu 2 hari.

c. Imunisasi DPT

1) Tujuan

Imunisasi DPT bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif

dalam waktu yang bersamaan terhadap serangan penyakit

difteri, pertusis, tetanus (Atikah, 2010).

2) Kriteria Penyakit

a) Difteri

Adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Corynebacterium diptheriae. Penyebarannya adalah

18

melalui kontak fisik dan pernapasan. Gejala awal penyakit

ini adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan, dan

demam ringan. Dalam dua sampai tiga hari timbul selaput

putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri

dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan

pernapasan yang berakibat kematian.

b) Pertusis

Adalah penyakit pada saluran pernafasan yang dapat

disebabkan oleh bakteri Bordettela pertusis. Penyebarannya

melalui tetesan kecil yang keluar dari batuk dan bersin.

Gejalanya adalah pilek, mata merah, bersin, demam dan

batuk ringan yang lama kelamaan batukmenjadi parah dan

menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras.

Komplikasi pertusis adalah Pneumonia bacterialis yang

dapat menyebabkan kematian.

c) Tetanus

Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani

yang menghasilkan neurotoksin. Penyebarannya melalui

kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam. Gejala awal

penyakit ini adalah kaku otot pada rahang, disetai kaku

pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat

dan demam. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat

dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah

19

tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi yang dapat

menimbulkan kematian.

3) Vaksin

Vaksin ini mengandung kuman difteri dan tetanus yang

dilemahkan serta kuman Bordetella pertusi yang dimatikan.

4) Waktu Pemberian

Imunisasi DPT diberikan 3 kali usia kurang dari 7 bulan, DPT

1 diberikan pada usia 2 bulan, DPT 2 diberikan pada usia 3

bulan, DPT 3 diberikan pada usia 4 bulan selang waktu tidak

kurang dari 4 minggu. Ulangan booster diberikan 1 tahun

setelah DPT 3.

5) Cara dan Dosis Pemberian

Cara pemberian imunisasi ini DPT adalah melalui injeksi IM.

Suntikan diberikan di paha tengah luar atau subcutan dalam

dengan dosis 0,5 cc.

6) Kontraindikasi

Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada anak riwayat kejang

komplek. Juga tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk

rejan dalam tahap awal pada penyakit gangguan kekebalan.

7) Efek Samping

a) Demam ringan

b) Timbul bercak merah atau pembengkakkan

20

c) Rasa nyeri di tempat penyuntikan selama 1-2 hari.

d. Imunisasi Polio

1) Tujuan

Imunisasi polio bertujuan untuk mencegah penyakit

poliomyelitis (Atikah, 2010).

2) Kriteria penyakit

Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan

oleh satu dari tiga virus yang berhubungan yaitu virus polio 1,

2, 3. Secara klinis penyakit polio adalah dibawah umur 15

tahun yang menderita lumpuh layu akut. Penyebarannya

melalui kotoran manusia yang terkontaminasi. Kelumpuhan

dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan

terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa tejadi jika

otot-otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.

3) Vaksin

Vaksin polio ada dua jenis yaitu :

a) Inactivated polio vaccine (IPV= vaksin salk) mengandung

virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui

suntikan.

b) Oral polio vaccine (OPV= vaksin sabin) mengandung

vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam

bentuk pil atau cairan.

21

4) Waktu pemberian

Imunisasi Polio dasar diberiakan 4 kali dengan interval tidak

kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1

tahun setelah imunisasi polio 4.

5) Cara dan Dosis pemberian

Di Indonesia umumnya diberikan vaksin sabin. Vaksin ini

diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung ke dalam mulut

anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.

6) Kontraindikasi

Pemberian vaksin imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada

orang yang menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang

berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang

sedang sakit. Namun, jika ada keraguan misalnya sedang

menderita diare maka dosis ulangan dapat diberikan setelah

sembuh.

7) Efek Samping

Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping

berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang

tejadi.

e. Imunisasi Campak

1) Tujuan

Imunisasi campak bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif

terhadap penyakit campak (Atikah, 2010).

22

2) Kriteria penyakit

Adalah penyakit yang disebakan oleh virus measles.

Penyebarannya melalui droplet bersin dan batuk dari penderita.

Gejala awal penyakit ini adalah demam, bercak kemerahan,

batuk, pilek dan mata merah. Selanjutnya timbul ruam pada

muka dan leher kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta

kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada

telinga dan infeksi saluran nafas (pneumonia).

3) Vaksin

Vaksin dari virus hidup (CAM 70-chick chorioallantonik

membrane) yang dilemahkan ditambah kanamisin sulfat dan

eritromisin berbentuk kering.

4) Waktu pemberian

Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan oleh karena

masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu. Jika ada wabah,

imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan

kemudian.

5) Cara dan Dosis pemberian

Cara pemberian imunisasi campak adalah melalui injeksi di

lengan kiri atas secara subcutan (SC) dengan dosis 0,5 ml.

Sebelum disuntikkan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan

dengan pelarut steril yang telah tersedia berisi 5 ml pelarut

aquades.

23

6) Kontraindikasi

Pemberian imunisasi campak tidak boleh diberikan pada orang

yang mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga

menderita gangguan respon imun karena leukimia dan

limfoma.

7) Efek samping

a) Demam ringan

b) Diare

c) Ruam atau kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12

hari setelah vaksinasi.

B. Ketepatan Jadwal Pemberian Imunisasi

1. Pengertian

Yang dimaksud ketepatan adalah tepat atau betul sesuai jadwal

(Depdiknas, 2002). Ketepatan dalam pemberian imunisasi pada bayi

sesuai jadwal dan umur bayi sama dengan ketaatan kunjungan

imunisasi.

2. Jadwal Imunisasi

a. Program Pengembangan Imunisasi (PPI diwajibkan)

Jenis Vaksin 0

hr

1

bln

2

bln

3

bln

4 bln 5 bln 6 bln 9 bln

BCG 1

Hepatitis B 1 2 3

DPT 1 2 3

Polio 0 1 2 3

Campak 1

Tabel 2.1

Sumber : Atikah, 2010

24

Keterangan :

a) BCG diberikan pada usia 1 bulan dengan interval waktu kurang

3 bulan

b) Hepatitis B diberikan pada saat bayi baru lahir sampai kurun

waktu 7 hari setelah lahir

c) DPT diberikan pada usia 2, 3 dan 4 bulan dengan interval

waktu 4 minggu

d) Polio diberikan pada saat bayi baru lahir, usia 1, 2, 3 dan 4

bulan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu

e) Campak diberikan pada saat usia 9 bulan.

b. Jadwal Imunisasi Dasar Menurut Puskesmas

Umur Pemberian Jenis Vaksin

0 bulan Hep B 0

1 bulan BCG, Polio I

2 bulan DPT/HB I, Polio II

3 bulan DPT/HB II, Polio III

4 bulan DPT/HB III, Polio IV

9 bulan Campak

Tabel 2.2

Sumber : Puskesmas Cepiring

3. Akibat Pemberian Imunisasi Yang Tidak Tepat Waktu

Pada keadaan tertentu imunisasi dapat dilaksanakan tidak sesuai

jadwal yang ditetapkan. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk

melanjutkan imunisasi, akan tetapi kadar antibodi yang dihasilkan

masih di bawah kadar ambang perlindungan atau belum mencapai

kadar antibodi yang bisa memberikan perlindungan untuk kurun waktu

25

yang lama (Sugiarti, 2002). Ketaatan kunjungan imunisasi dinilai

dengan ketepatan jadwal imunisasi, interval kunjungan ulang minimal

4 minggu sampai 6 minggu (Orimighema, 2010).

C. Pengetahuan (Knowledge)

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan

perilaku seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan

persepsi dan kebiasaan masyakarat. Pengetahuan yang meningkat

dapat mengubah persepsi masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya

pengetahuan kebiasaan masyarakat dari yang positif menjadi lebih

positif, selain itu pengetahuan juga membentuk kepercayaan

(Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan adalah sesuatu yang terjadi setelah seseorang melakukan

pengindraan terhadap objek tertentu dan sebagian besar diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang meningkat dapat

mempengaruhi dan mengubah sikap, persepsi dan kebiasaan

26

seseorang. Pengetahuan imunisasi adalah dimana seseorang

mengetahui tentang imunisasi. Agar mendapatkan kepercayaan

masyarakat terhadap imunisasi dibutuhkan banyak pengetaahuan

tentang imunisasi secara benar.

2. Proses Adopsi Perilaku

Dalam pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Di dalam diri

seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Awareness (Kesadaran)

Adalah orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus

(objek) terlebih dahulu.

b. Interest

Adalah orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation

Adalah menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya. Hal ini berarti sikap reasponden sudah lebih baik lagi.

d. Trial

Adalah orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption

Adalah subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

27

Pengetahuan sangat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan

seseorang seperti halnya imunisasi. Berawal dari seseorang sadar akan

pengtingnya imunisasi bagi tubuh, setelah itu subjek akan mulai

tertarik dan ingin mengetahui lebih jauh tentang apa itu imunisasi.

Masyarakat akan menimbang-nimbang dan mencoba berperilaku baru

dengan mengimunisasikan bayinya secara tepat. Maka orang tersebut

telah berperilaku baru sesuai dengan kesadaran, sikap dan

pengetahuan terhadap imunisasi.

3. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku menurut Lawrence

Green :

a. Faktor Predisposisi (predisposing factors)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan

sebagainya. Karena faktor-faktor ini terutama yang positif

memperrmudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor

pemudah.

b. Faktor Pemungkin (enabling factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakekatnya

mendukung terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini

disebut faktor pendukung.

28

c. Faktor Penguat (reenforcing factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh mayakarat

(toma), tokoh agama (toga), sikap dan perliaku para petugas

termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang,

peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait

dengan kesehatan.

4. Tingkat Pengetahuan Di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour) (Notoatmodjo,

2007).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangannya yang telah

diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secar benar tentang objek yang diketahui dan dapat

mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

29

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mrnggunkan materi

yang telah dipelahari pada situasi kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen- komponen, tetapi msih di dalam

satu struktur organisasi ddan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriterai yang telah

ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang

30

ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan enam

tingkatan diatas.

Pengetahuan yang domain sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang seperti tindakan mengimunisasi bayi.

Tingkatan pengetahuan tentang imunisasi dapat dilihat dari

seseorang mengingat tentang pengertian imunisasi dan

menjelaskan secara benar serta mengaplikasikan yang telah

dipelajari kedalam kehidupan sehari-hari. Kemudian menganalisis,

menghubungkan dan melakukan kebiasaan imunisasi untuk

bayinya.

5. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo, (2003) adalah

sebagia berikut :

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

1) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini

dilakukan dengan menggunkan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak

berhsil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah

tersebut dapat dipecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

31

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,

pemegang pemerintah dan berbagi prinsip orang lain yang

menerima dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas

tanpa menguji dahulu atau membuktikan kebenarannya baik

berdasarkan fakta emoiris atau penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer

dengan metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan

oleh Francis Bacon (1561-1626) kemudian dikembangkan oleh

Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan

penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

Dapat disimpulkan cara memperoleh pengetahuan adalah

dengan cara memecahkan masalah sampai masalah tersebut

dipecahkan, cara otoritas tanpa menguji kebenarannya atau dengan

cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh.

Sekarang cara yang digunakan atau disebut adalah metode

penelitian ilmiah atau penelitian ilmiah.

32

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagaian.

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-

hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo

(2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk

juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam

memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan

pada umunya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi.

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003) dalam

buku Wawan&Dewi (2010), pekerjaan adalah kegiatan yang

harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,

tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan

bejerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.

33

Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003) dalam

buku Wawan&Dewi (2010), usia adalah umur individu yang

terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Dari

segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003),

lingkungan merupaakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

7. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Nursalam (2008) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

a. Baik : hasil presentase 76% – 100%

b. Cukup : hasil presentase 57% - 75%

c. Kurang : hasil presentase <56 %

34

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2000

E. Kerangka Konsep

Variabel bebas (independent) variabel terikat (dependent)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Faktor Predisposisi:

Pendidikan

Pekerjaan

Adat istiadat

Sikap

Umur

Perilaku :

Ketepatan

jadwal

pemberian

imunisasi dasar

pada bayi

Faktor Reenforcing :

Tokoh masyarakat

Tokoh agama

Petugas kesehatan

Faktor Enabling:

Fasilitas kesehatan

Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan ibu Ketepatan Jadwal

Pemberian Imunisasi

35

F. Hipotesis

Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan ketepatan jadwal

pemberian imunisasi dasar pada bayi.