BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian...

20
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Kemandirian adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah yang dihadapi tanpa bergantung pada orang lain (Monk, 1989). Dengan kata lain kemandirian merupakan suatu kekuatan internal individu yang diperoleh melalui proses individuasi, yaitu proses realisasi kedirian dan proses menuju kesempurnaan. Diri adalah inti dari kepribadian dan merupakan titik pusat yang menyelaraskan dan mengoordinasikan seluruh aspek kepribadian. Menurut Steinberg (dalam Suherman, 2008) kemandirian dapat diartikan sebagai self governing person, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk menguasai diri sendiri. Lebih lanjut kemandirian dapat diartikan kemampuan untuk menguasai, mengatur atau mengelola dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Dari definisi tersebut di atas, maka dapatlah diambil pengertian kemandirian adalah dimana individu yang memiliki kemampuan berdiri sendiri karena mempunyai disiplin dan komitmen tumbuh dan berkembang sehingga, dapat menentukan diri sendiri yang dinyatakan dalam tindakan dan perilaku yang dapat dinilai. 9

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kemandirian

2.1.1 Pengertian Kemandirian

Kemandirian adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan

masalah yang dihadapi tanpa bergantung pada orang lain (Monk, 1989).

Dengan kata lain kemandirian merupakan suatu kekuatan internal individu

yang diperoleh melalui proses individuasi, yaitu proses realisasi kedirian dan

proses menuju kesempurnaan. Diri adalah inti dari kepribadian dan

merupakan titik pusat yang menyelaraskan dan mengoordinasikan seluruh

aspek kepribadian.

Menurut Steinberg (dalam Suherman, 2008) kemandirian dapat

diartikan sebagai self governing person, yaitu kemampuan yang dimiliki

oleh individu untuk menguasai diri sendiri. Lebih lanjut kemandirian dapat

diartikan kemampuan untuk menguasai, mengatur atau mengelola dirinya

sendiri tanpa bantuan orang lain.

Dari definisi tersebut di atas, maka dapatlah diambil pengertian

kemandirian adalah dimana individu yang memiliki kemampuan berdiri

sendiri karena mempunyai disiplin dan komitmen tumbuh dan berkembang

sehingga, dapat menentukan diri sendiri yang dinyatakan dalam tindakan

dan perilaku yang dapat dinilai.

9

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

2.1.2 Aspek-Aspek Kemandirian

Menurut Masrun (1986) mengatakan bahwa orang yang mandiri

mempunyai ciri:

a. Bebas bertindak, ditunjukkan dengan aktivitas sendiri, tindakan yang

dilakukan atas kehendaknya sendiri, bukan karena orang lain dan tidak

tergantung orang lain.

b. Kemandirian diri atau aspek percaya diri, ditunjukkan rasa percaya

terhadap kemampuan diri sendiri, menerima diri sendiri, memperoleh

kepuasan dari usaha sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang

lain.

c. Inisiatif, ditunjukkan dengan mempunyai kreatifitas, mempunyai ide-ide

atau gagasan sendiri, menyukai hal-hal baru, suka mencoba-coba dan

tidak suka meniru orang lain.

d. Pengendalian diri ditunjukkan dengan cara mampu mengendalikan

emosi, mampu mengendalikan tindakan, menyukai penyelesaian masalah

secara damai, berpikir dulu sebelum bertindak dan mampu

mendisiplinkan diri.

e. Progresif dan ulet ditunjukkan dengan adanya usaha untuk mengejar

prestasi, tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah, tekun

dalam usaha mengejar pretasi, mempunyai rencana untuk mewujudkan

harapannya, melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuan dan

menyukai hal-hal yang menantang.

10

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian

Ali dan Asrori (2008) mengemukakan bahwa ada sejumlah faktor yang

sering disebut sebagai korelat bagi perkembangan kemandirian, yaitu

sebagai berikut:

a. Gen atau keturunan orang tua

Orang tua yang memiliki kemandirian yang tinggi seringkali

menurunkan anak yang memiliki kemandirian pula.

b. Pola asuh orang tua

Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi

perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang terlalu banyak

melarang kepada anaknya tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional

akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, orang

tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan

dapat mendorong kelancara perkembangan anak.

c. Sistem pendidikan di sekolah

Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan

demokratis pendidikan dan cenderung menekankan indroktriasi tanpa

argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian. Demikian

pula dengan proses pendidikan yang banyak menekankan pentingnya

pemberian sanksi atau hukuman juga dapa menghambat perkembangan

kemandirian dan sebaliknya jika proses pendidikan yang banyak

menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian

11

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

reward dan penciptaan kompetisi positif akan memperlancar

perkembangan kemandiriannya.

d. Sistem kehidupan di masyarakat

Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya

hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta

kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif

dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja

sebaliknya, apabila lingkungan masyarakat yang aman, menghargai

ekspresi potensi remaja dalam bentuk berbagai kegiatan dan tidak terlalu

hierarkis akan merangsang dan mendorong perkembangan

kemandiriannya.

2.1.4 Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian

Ali dan Asrori (2008) mengutip pendapat Lovinger tentang tingkatan

kemandirian beserta ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Tingkatan pertama adalah tingkat impulsif dan melindungi diri.

Ciri dari tingkatan ini adalah peduli terhadap kontrol dan

keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.

Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik. Berpikir tidak logis

dan tertegun pada cara berpikir tertentu. Cenderung melihat kehidupan

sebagai zero-sum game. Cenderung menyalahkan dan mencela orang

lain serta lingkungannya.

12

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

b. Tingkatan kedua adalah tingkat komformistik.

Ciri dari tingkatan adalah peduli terhadap penampilan diri dan

penerimaan sosial. Cenderung berpikir strereotype dan klise. Peduli akan

konformitas terhadap aturan eksternal. Bertindak dengan motif yang

dangkal untuk memperoleh pujian. Menyamakan diri dalam ekspresi

emosi dan kurangnya intropeksi. Perbedaan kelompok didasarkan atas

ciri-ciri eksternal. Takut tidak diterima kelompok. Tidak sensitif

terhadap keindividualan. Merasa berdosa jika melanggar aturan.

c. Tingkatan ketiga adalah tingkat sadar diri.

Ciri dari tingkatan ini adalah Mampu berpikir alternatif dan

memikirkan cara hidup. Peduli untuk mengambil manfaat dari

kesempatan yang ada. Melihat harapan dan berbagai kemungkinan

dalam situasi. Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.

Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.

d. Tingkatan keempat adalah tingkat saksama (conscientious).

Ciri dari tingkatan ini adalah bertindak atas dasar nilai-nilai

internal. Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku

tindakan. Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri

sendiri maupun orang lain. Sadar akan tanggung jawab dan mampu

melakukan kritik dan penilaian diri. Peduli akan hubungan mutualistik.

Memiliki tujuan jangka panjang. Cenderung melihat peristiwa dalam

konteks sosial. Berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.

13

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

e. Tingkatan kelima adalah tingkat individualistis

Ciri dari tingkatan ini adalah Peningkatan kesadaran individualitas.

Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan

ketergantungan. Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang

lain. Mengenal eksistensi perbedaan individual. Mampu bersikap toleran

terhadap pertentangan dalam kehidupan. Membedakan kehidupan

internal dengan kehidupan luar dirinya. Mengenal kompleksitas diri.

Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.

f. Tingkatan keenam adalah tingkat mandiri.

Ciri dari tingkatan ini adalah Memiliki pandangan hidup sebagai

suatu keseluruhan. Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap

diri sendiri maupun orang lain. Peduli terhadap pemahaman abstrak,

seperti keadilan sosial. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang

bertentangan. Toleran terhadap ambiguitas. Peduli terhadap pemenuhan

diri. Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal. Responsif

terhadap kemandirian orang lain. Sadar akan adanya saling

ketergantungan dengan orang lain. Mampu mengekspresikan perasaan

dengan penuh keyakinan dan keceriaan.

2.2 Bimbingan Kelompok

2.2.1 Pengertian Bimbingan Kelompok

Secara etimologis kata “bimbingan“ merupakan terjemahan dari

istilah guidance. Sesuai dengan istilahnya maka bimbingan secara umum

sebagai suatu bantuan atau tuntunan.

14

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

Menurut Crow dan Crow (dalam Surya,1988) bimbingan diartikan

bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang

memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang

individu dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-

kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri,

membuat pilihan sendiri dan memikul bebannya sendiri.

Menurut Winkel (dalam Nursalim dan Suradi, 2002) bimbingan

kelompok adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari

satu orang pada waktu yang bersamaan. Senada dengan pendapat diatas

Djumhur dan Surya (dalam Nursalim dan Suradi, 2002) bimbingan

kelompok adalah suatu teknik yang dipergunakan untuk membantu siswa

atau sekelompok siswa dalam memecahkan masalah-masalah melalui

kegiatan kelompok.

Menurut Sukardi (2002) bimbingan kelompok yaitu layanan

bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-

sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari

konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik

individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta

untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Dalam bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang

perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat

mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.

15

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

Jadi dapat disimpulkan bimbingan kelompok merupakan salah satu

layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada sejumlah individu

dalam bentuk kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk

membahas topik tertentu yang dipimpin oleh pemimpin kelompok bertujuan

menunjang pemahaman, pengembangan dan pertimbangan pengambilan

keputusan atau tindakan individu.

2.2.2 Manfaat Bimbingan Kelompok

Melalui bimbingan kelompok menurut Slameto (dalam Nursalim dan

Suradi, 2002) diperoleh keuntungan sebagai berikut:

a. Anak dapat mengenal dirinya melalui hidup bergaul dengan teman lain,

sehingga dapat mengukur kemampuan dirinya lebih pandai atau kurang,

sehingga anak lalu mengambil sikap bagaimana kalau lebih dan

bagaimana kalau kurang.

b. Dalam interaksi sosial terpengaruh sifat dan sikapnya menjadi baik,

misalnya mempunyai rasa toleransi, menghargai pendapat orang lain,

kerjasama yang baik, tanggung jawab, disiplin, kreatif, saling

mempercayai dan sebagainya.

c. Dapat mengurangi rasa malu, agresif, penakut, emosional, pemarah,

emosional dan sebagainya.

d. Dapat mengurangi ketegangan emosional, konflik, frustasi.

e. Dapat mendorong anak lebih gairah di dalam melaksanakan tugas, suka

berkorban kepada kepentingan orang lain, suka menolong, bertindak

teliti dan hati-hati.

16

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

2.2.3 Ciri-Ciri Bimbingan Kelompok

Menurut Nursalim dan Suradi (2002) dalam kehidupan sebuah

kelompok dinilai baik atau kurang baik, terdapat lima hal yang perlu

diperhatikan, yaitu:

1. Saling hubungan yang dinamis antar anggota

Dalam hubungan yang saling dinamis antar anggota kelompok,

menunjuk pada suasana antar hubungan itu sendiri, khususnya suasana

perasaan yang tumbuh di dalam kelompok itu sendiri. Suasana perasaan

yang dimaksud seperti rasa diterima atau ditolak, rasa senang dan benci,

rasa berani.

2. Tujuan bersama

Tujuan bersama adalah pusat dari kegiatan kehidupan kelompok.

Tujuan yang nyata hendak dimengerti dan diterima oleh semua anggota

kelompok, sehingga mereka benar-benar mengarahkan dan mewujudkan

diri masing-masing sesuai dengan tujuan itu. Tanpa adanya tujuan

bersama yang jelas, dimengerti dan diterima, maka kelompok itu akan

kacau, bahkan para anggota merasa tidak menentu dan suasana

mencekampun dapat terjadi.

3. Hubungan antara besarnya kelompok dengan sifat kelompok

Adanya hubungan langsung antar besarnya kelompok dengan sifat

kelompok itu. Misalnya:

17

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

a. Kelompok yang terdiri atas 2 individu adalah kelompok paling ideal

untuk tercapainya keakraban, kekurangannya bila terjadi pertentangan

pendpat diantara kedua individu.

b. Kelompok yang terdiri atas 3 individu. Dinamika saling hubungan

diantara mereka dapat tumbuh subur, hanya bahayanya bila dua

indivisu siantaranya membentuk klik, maka yang seorang akan

menjadi terisolir.

c. Kelompok yang terdiri 4-8 individu. Kelompok ini termasuk

kelompok sedang. Kelompok ini tergolong baik untuk melaksanakan

hubungan kelompok. Tanpa dipimpin oleh konselor, kelompok dapat

memilih pimpinannya sendiri atau setidaknya dapat menentukan

aturan-aturan sendiri yang dapat dijadikan pegangan untuk semua

anggota.

d. Kelompok yang terdiri 8-30 individu adalah kelompok yang baik

untuk tujuan pendidikan tertentu, misalnya: latihan kepemimpinan.

4. Iktikad dan sikap para anggota

Itikad baik dalam arti tidak mau menang sendiri, tidak sekedar

menanggapi atau menyerang pendapat orang lain adalah sangat penting

dalam kehidupan kelompok. sikap para anggota yang dimaksud bahwa

setiap anggota dapat memberi waktu dan kesempatan pada anggota lain

untuk mengemukakan pendapat secara leluasa. Jika sikap ini

berkembang, maka kehidupan kelompok yang baik dapat tumbuh dan

18

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

sebaliknya jika dalam kelompok itu para anggotanya merasa terpaksa

berada dalam kelompok, maka kehidupan kelompok tidak akan tumbuh.

5. Kemampuan mandiri

Setiap anggota kelompok tidak begitu saja terbawa oleh pendapat

orang lain. Dalam kelompok, anggota diharapkan dapat mengembangkan

diri dan mewujudkan dirinya masing-masing. Namun perlu diingat bahwa

dalam rangka mengembangkan diri dan mewujudkan tersebut tidak boleh

melanggar unsure itikat dan sikap kehidupan kelompok.kehadiran setiap

anggota kelompok perlu disertai dengan sikap tenggang rasa yang selaras,

serasi dan seimbang

2.2.4 Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok

Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995) ada

empat tahapan, yaitu :

Tahap I Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap

memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada

umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga

mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik

oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan

penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota

akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan

kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan

diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses

19

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya.

Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain

tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.

Tahap II Peralihan

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga.

Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya

para anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga

dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu

ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok enggan

memasuki tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga.

Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya

kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu

dengan selamat.

Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu:

a. Menjelaskan kegiaatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya

b. Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap

menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya

c. Membahas suasana yang terjadi

d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota

e. Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang

pemimpin, yaitu:

1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka

20

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau

mengambil alih kekuasaannya.

3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.

4. Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati.

Tahap III Kegiatan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek

yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing

aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin

kelompok. ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap

ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif

akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan

serta penuh empati.

Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:

1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik

bahasan.

2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu.

3. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas.

4. Kegiatan selingan.

Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya

masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota

kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara

mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan

21

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku,

pemikiran ataupun perasaan.

Tahap IV Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama

bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil

yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan

hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus

melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam

hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan

berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk

melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini,

yaitu:

1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera

diakhiri.

2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil

kegiatan.

3. Membahas kegiatan lanjutan.

4. Mengemukakan pesan dan harapan.

Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran,

kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan

penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok mampu menerapkan

hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan

nyata mereka sehari-hari.

22

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

2.3 Teknik Permainan Simulasi

2.3.1 Pengertian Permainan Simulasi

Menurut Romlah (1989) teknik permainan simulasi terdiri dari kata

permainan dan simulasi. Permainan dapat disebut sebagai alat untuk

mengembangkan pengenalan terhadap lingkungan. Dengan demikian

bermain merupakan cara belajar yang menyenangkan dengan bermain

remaja akan belajar sesuatu tanpa menyadarinya. Apa yang dipelajari akan

mudah diserap, disimpan dalam pikirannya dan akan dipadukan menjadi

satu-kesatuan dengan pengalaman lain yang kadang-kadang tanpa

disadarinya. Permainan simulasi merupakan gabungan antara permainan dan

simulasi, para pemain melakukan aktivitas simulasi dan mereka memperoleh

balikan dari aktivitas permainan tersebut. menurut Adams ( dalam Romlah,

1989) Permainan simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk

merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan yang

sebenarnya.

2.3.2 Cara Melaksanakan Permainan Simulasi

Romlah (1989) mengemukakan langkah pertama yang perlu dilakukan

dalam memainkan permainan simulai adalah menentukan peserta permainan.

Peserta permainan adalah mereka yang terlibat dalam permainan simulasi

yang terdiri dari:

a. Fasilitator

Yaitu, individu yang bertugas memimpin permainan simulasi.

Tugas fasilitator adalah menjelaskan tujuan dari permainan, mendorong

23

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

pemain dan penonton untuk aktif ikut berdiskusi, membantu

memecahkan masalah yang timbul selama permainan, menjawab

pertanyaan yang tak dapat dijawab oleh peserta lain, mengarahkan

diskusi dan memberi tugas penulis untuk mencatat hasil diskusi dan

melaporkan hasilnya.

b. Penulis

Penulis bertugas mencatat segala sesuatu yang terjadi selama

permainan berlangsung.

c. Pemain

Yaitu, individu yang memegang tanda bermain, menjawab dan

mendiskusikan pesan-pesan permainan simulasi.

d. Pemegang peran

Yaitu, individu yang berperan sebagai tokoh yang ada dalam

scenario permainan.Tugasnya adalah memberikan pendapat pada

masalah yang menyangkut bidangnya untuk memperjelas informasi.

e. Penonton

Yaitu, mereka yang ikut menyaksikan permainan simulasi dan

berhak mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan serta ikut

berdiskusi.

Menurut Romlah (1989) langkah-langkah yang yang perlu

diperhatikan dalam pelaksanaan permainan sebagai berikut:

a. Menyediakan alat permainan beserta kelengkapannya.

b. Fasilitator menjelaskan tujuan permainan.

24

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

c. Menentukan pemain, pemegang peran dan penulis.

d. Menjelaskan aturan permainan

e. Bermain dan berdiskusi

f. Menyimpulkan hasil diskusi setelah seluruh permainan selesai dan

mengemukakan masalah-masalah yang belum sempat diselesaikan pada

saat itu.

g. Menutup permainan dan menentukan waktu dan tempat bermain

berikutnya.

h. Dalam menentukan topik permainan simulasi, tergantung dari kreativitas

konselor berdasarkan hasil pengamatannya terhadap kebutuhan. Pesan-

pesannya dijabarkan dari elemen-elemen positif dan negatif yang

diindentifikasi dari masing-masing topik.

2.4 Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Kemandirian

Kemandirian adalah dimana individu yang memiliki kemampuan berdiri

sendiri karena mempunyai disiplin dan komitmen tumbuh dan berkembang

sehingga, dapat menentukan diri sendiri yang dinyatakan dalam tindakan dan

perilaku yang dapat dinilai.

Kemandirian merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, tetapi dalam

pembentukannya ditentukan bagaimana individu mempelajari sesuatu dan

merupakan hasil bentukan dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan

individu yang lain dan lingkungannya.

Tercapainya kemandirian tidak terlepas dari dukungan dari keluarga dan

lingkungannya. Selaras dengan pendapat yang dikemukakan Mu’tadin (2002)

25

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

bahwa untuk dapat mandiri individu membutuhkan kesempatan, dukungan dan

dorongan terutama dari lingkungan keluarga dalam hal ini orang tua dan

lingkungan sekitanya.

Kemandirian terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan

lingkungan. Salah satu cara untuk meningkatkan kemandirian dengan bimbingan

kelompok. Hal tersebut bertujuan agar individu dapat berinteraksi dengan anggota

lain, mereka dapat belajar memberi dan menerima, dan belajar memecahkan

masalah berdasarkan masukan dari orang lain.

Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan

bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna

mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam layanan bimbingan kelompok interaksi

antar individu antar anggota kelompok merupakan suatu yang khas yang tidak

mungkin terjadi pada konseling perorangan. Karena dalam layanan konseling

kelompok terdiri dari individu yang berbeda terutama dari latar belakang dan

pengalaman mereka masing-masing.

Dengan bimbingan kelompok anak mengharapkan kehidupannya lebih baik,

dapat memecahakan masalah dan dapat membantu orang lain untuk menjadi anak

yang lebih mandiri.

2.5 Temuan-Temuan Yang Relevan.

Menurut hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Dwi (2010) yang berjudul

upaya meningkatkan pengendalian emosi melalui layanan bimbingan kelompok

pada remaja dipanti asuhan Yayasan Al-Hidayah Desa Desel Sadeng Kecamatan

Gunung Pati Semarang dengan hasil analisis yang diperoleh peneliti sebelum

26

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

diberi layanan Bimbingan Kelompok, skor sebesar 166 atau 60,79 % masuk

kategori pengendalian emosi tingkat sedang. Sedangkan sesudah layanan

Bimbingan Kelompok tingkat pengendalian emosi remaja mengalami peningkatan

sebesar 9,73 % dari kategori sedang menjadi kategori tinggi, yang semula 166

atau 60,79 % naik menjadi 192,5 atau 70,01 %. Dari uji wilcoxon diperoleh Z

hitung = 3,40 > Z tabel = 0,03. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan yang

signifikan pengendalian emosi antara sebelum dan sesudah layanan.

Menurut hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Fatimah (2010) yang

berjudul peningkatan kemampuan pengambilan keputusan melalui bimbingan

kelompok pada siswa kelas X 5 di SMA Negeri 2 Ungaran dengan hasil penelitian

yang diperoleh, tingkat pengambilan keputusan sebelum diberi layanan bimbingan

kelompok tergolong dalam kategori sedang dengan skor rata-rata presentase 63,81

%. Setelah diberi layanan bimbingan kelompok, tingkat pengambilan keputusan

mengalami peningkatan sebesar 8,19 % menjadi 72 % termask dalam kategori

tinggi. Dari hasil perhitungan Uji Wilcoxon diperoleh Z hitung = -3,062 pada taraf

signifikan 5% dan N = 12 di dapat Ztabel sebesar 0,002. Dengan demikian nilai

Zhitung = -3,062 > Ztabel = 0,002, harga ini menyimpulkan bahwa pengambilan

keputusan dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.

Menurut hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Noor (2011) yang berjudul

upaya meningkatkan pengendalian emosi melalui layanan bimbingan kelompok

siswa kelas VIII A MTS Ma ahid Kudus dengan hasil layanan bimbingan

kelompok pada siklus I, pengendalian emosi meningkat sebesar 15,6 % dengan

hasil skor peningkatan 23 sehingga menjadi kategori kurang dengan rata-rata

27

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7414/2/T1_132009079_BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Kemandirian . ... Tingkatan kedua adalah

28

persentase 45,9 % dengan skor 147. Sedangkan pada siklus II pengendalian emosi

terus meningkat sebesar 38,1% dengan skor peningkatan 145 sehingga menjadi

kategori sangat baik dengan perolehan rata-rata persentase 84 % dengan skor 269.

Dengan demikian hasil peningkatan pra siklus sampai siklus II adalah 53,7 %

dengan skor peningkatan 145. Hal ini menunjukkan layanan bimbingan kelompok

dapat meningkatkan pengendalian emosi pada siswa kelas VIII B MTS. Ma ahid

Kudus.

2.6 Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ada peningkatan yang signifikan kemandirian remaja di Balai Rehabilitasi

Sosial Pamardi Utomo Boyolali dengan permainan simulasi.