BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

52
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan berbagai aspek pribadinya. Menurut Havigurst (dalam Monks, dkk, 1994), masa remaja terjadi pada batas usia antara 12 tahun sampai 18 tahun. Kata remaja sering digunakan dengan istilah Adolescence (dalam bahasa Latin : adolescere) yang berarti “tumbuh ke arah kematangan”, sedangkan pada saat ini mempunyai arti yang lebih luas yaitu mencakup kematangan emosional, sosial dan fisik. Gunarsa (dalam Marlina, 2004) mengatakan bahwa ada dua istilah yang dipakai dalam membahas masa remaja, yaitu Puber dan Adolesens. Masa puber adalah masa peralihan dari masa anak-anak sampai tercapainya kematangan fisik, yakni dari umur 12 sampai 15 tahun.

description

Hubungan Pola Asuh Over Protective Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja

Transcript of BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

Page 1: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa

dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan berbagai aspek pribadinya.

Menurut Havigurst (dalam Monks, dkk, 1994), masa remaja terjadi pada batas

usia antara 12 tahun sampai 18 tahun. Kata remaja sering digunakan dengan

istilah Adolescence (dalam bahasa Latin : adolescere) yang berarti “tumbuh ke

arah kematangan”, sedangkan pada saat ini mempunyai arti yang lebih luas yaitu

mencakup kematangan emosional, sosial dan fisik.

Gunarsa (dalam Marlina, 2004) mengatakan bahwa ada dua istilah yang

dipakai dalam membahas masa remaja, yaitu Puber dan Adolesens. Masa puber

adalah masa peralihan dari masa anak-anak sampai tercapainya kematangan fisik,

yakni dari umur 12 sampai 15 tahun. Pada masa ini yang terutama terlihat adalah

perubahan-perubahan jasmaniah yang berkaitan dengan proses kematangan

kelenjar kelamin. Kemudian terlihat pula adanya perkembangan psikososial yang

berhubungan dengan berfungsinya seseorang dalam lingkungan sosial yakni

dengan melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua, pembentukan

rencana-rencana hidup dan pembentukan sistem nilai-nilai. Sedangkan adolesens

diartikan sebagai remaja dengan pengertian luas yang meliputi semua perubahan.

Page 2: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

12

Remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak dan masa dewasa, dengan

usia 12 sampai 21 tahun.

Simandjuntak (1998) berpendapat bahwa masa remaja adalah peralihan dari

anak menjadi dewasa dengan batasan umur 12 sampai 19 tahun yang ditandai

dengan pubertas yang pertama dan berakhir pada waktu remaja itu mencapai

kematangan fisik dan mental. Selanjutnya Hall (dalam Marlina, 2004) mengatakan

bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak emosi dan

ketidakseimbangan sehingga remaja mudah terpengaruh oleh lingkungannya,

dengan demikian pada masa ini remaja sangat membutuhkan pengertian dari

orang lain yang berupa pemahaman tentang diri remaja. Hadisaputro (1998)

melengkapi pendapat di atas dengan mengatakan bahwa masa adolesence terjadi

pada usia 14 sampai 17 tahun, yang mana masa ini merupakan masa yang penuh

dengan frustrasi dan konflik sehingga remaja menjadi cepat marah dan agresif.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah

suatu masa peralihan antara masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan

adanya perubahan fisik dan psikis. Masa remaja ini berlangsung dari usia 12

sampai 21 tahun.

2. Pembagian masa remaja

Menurut Knopka (dalam Yusuf, 2004), pembagian masa remaja itu terdiri

dari:

a. Masa remaja awal (12-15 tahun)

Masa remaja awal disebut juga dengan masa pra remaja. Biasanya

masa ini berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa ini

Page 3: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

13

ditandai oleh sifat-sifat negatif pada remaja, sehingga seringkali masa

ini disebut sebagai masa negatif dengan gejala tidak tenang, kurang suka

bekerja, pesimistik, dan sebagainya. Secara garis besar, sifat-sifat

negatif tersebut dapat dijelaskan dalam bentuk negatif dalam berprestasi

(prestasi jasmani maupun prestasi mental) dan negatif dalam sikap sosial

(menarik diri dan agresif).

b. Masa remaja madya (15-18 tahun)

Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup

dan kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan

menolongnya dalam keadaan suka maupun duka. Pada masa ini,

sebagian remaja mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas

dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut sebagai masa

merindu puja. Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup, atau

cita-cita dipandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan karena

tiadanya pedoman dan objek pemujaan telah menjadi lebih jelas; yaitu

pribadi-pribadi yang dipandang dapat mendukung nilai-nilai tertentu.

c. Masa remaja akhir (18-22 tahun)

Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya

telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas

perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan

masuklah individu ke dalam masa dewasa.

Page 4: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

14

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembagian masa

remaja itu meliputi: a) Masa remaja awal (12-15 tahun), b) Masa remaja madya

(15-18 tahun) dan c) Masa remaja akhir (18-22 tahun).

3. Perkembangan masa remaja

Menurut Haditono (1991), perkembangan pada masa remaja sering

mengakibatkan kedudukan anak seakan-akan tidak menentu, dikatakan remaja

terlalu besar untuk anak tetapi terlalu kecil untuk ukuran orang dewasa. Oleh

karena itu masyarakat sukar untuk menentukan norma-norma bagi remaja karena

statusnya di antara anak dan orang dewasa. Akibatnya remaja sukar menentukan

sikapnya sehingga hal ini sering menimbulkan gejolak dalam diri remaja tersebut.

Menurut Hurlock (1993), selama masa remaja pertumbuhan terjadi begitu

pesat sehingga mengalami perubahan dalam perkembangan remaja yang meliputi:

a. Aspek fisik

Perubahan yang utama pada masa puber adalah perubahan ukuran

tubuh pada tinggi dan berat badan. Papalia dan Olds (2001),

menambahkan bahwa perubahan ini juga terjadi pada otak, kapasitas

sensoris dan keterampilan motorik. Remaja juga mengalami

pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri seks primer yang berupa organ-

organ seks dan juga ciri-ciri seks skunder. Ciri-ciri seks primer pada pria

ialah gonat atau testis yang terletak di dalam sacrotum di luar tubuh,

sedangkan pada wanita berupa semua organ reproduksi wanita yang

tumbuh selama masa puber yang ditandai dengan datangnya haid yang

Page 5: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

15

merupakan petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi telah matang.

Piaget (dalam Papalia dan Olds, 2001), mengatakan bahwa perubahan

yang terjadi pada otak, menyebabkan strukturnya semakin sempurna

sehingga mampu meningkatkan kemampuan kognitif.

b. Aspek psikis

Mappiare (dalam Hamalik, 1998), mengatakan bahwa pada masa

remaja, selain mengalami perubahan perkembangan pada aspek fisik

terjadi pula perubahan perkembangan pada aspek psikis yang

ditunjukkan dalam sikap, hasrat, perasaan serta keinginan-keinginan

yang baru. Haditono (1991), menyatakan bahwa perubahan aspek psikis

yang sangat menonjol terlihat dari kepekaan emosional yang meningkat

sehingga rangsang atau sebab yang sedikit saja dapat menimbulkan

luapan emosi, misalnya marah atau menangis.

c. Aspek kepribadian

Yang dimaksud dengan aspek kepribadian adalah perubahan cara

individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosinya secara

unik. Adapun perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja

adalah pencarian identitas diri. Proses pencarian identitas ini adalah

menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup

(Erikson, dalam Papalia dan Olds, 2001).

d. Aspek sosial

Salah satu tugas perkembangan yang sulit bagi remaja adalah yang

berhubungan dengan penyesuaian sosial. Haditono (1991), mengatakan

Page 6: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

16

bahwa anak pada masa remaja mulai berusaha melepaskan diri dari

ikatan dengan orang tua dan mulai bergerak menuju ke arah teman

sebaya. Sesuai pendapat ini, Papalia dan Olds (2001) menyatakan bahwa

aspek sosial ini lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding

orang tua. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan

perilaku, diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap

perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya

sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak

dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya.

e. Aspek kognitif.

Dalam pandangan Piaget (dalam Santrock, 2001), remaja secara aktif

membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang didapatkan

tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka.

Remaja sudah mampu membedakan hal-hal atau ide-ide yang lebih

penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide

tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami

dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berfikir mereka

sehingga memunculkan suatu ide baru. Perubahan kognitif adalah

perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar berpikir,

juga bahasa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan yang

terjadi pada masa remaja meliputi: a) Aspek fisik, b) Aspek psikis, c) Aspek

kepribadian, d) Aspek sosial, serta e) Aspek kognitif.

Page 7: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

17

4. Ciri-ciri masa remaja

Menurut Soesilowindradini (dalam Marlina, 2004), ciri-ciri yang menonjol

pada perkembangan masa remaja adalah:

a. Kecanggungan dalam pergaulan

Pada periode ini, status remaja dalam masyarakat boleh dikatakan

tidak dapat ditentukan dan membingungkan. Pada waktu-waktu tertentu

ia diperlukan sebagai anak, akan tetapi bila ia berkelakuan seperti anak-

anak maka ia akan mendapat teguran agar bertindak sesuai dengan

umurnya dan tidak seperti anak-anak. Hal demikian menimbulkan

kesukaran bagi remaja.

b. Kelebihan emosi

Perasaan yang dialami oleh remaja antara lain marah, takut, cemas,

rasa ingin tahu, iri hati, sedih dan kasih sayang. Perasaan emosi remaja

juga mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya.

c. Keadaan yang tidak stabil

Pada masa ini remaja sangat tidak stabil keadaannya seperti

kesedihan yang tiba-tiba berganti dengan kegembiraan, mementingkan

diri sendiri (egoisme) serta tingginya rasa percaya pada diri sendiri.

Semua ini adalah sikap yang biasa pada remaja dan ketidakstabilan ini

juga terjadi dalam hubungan dengan masyarakat.

d. Sikap kurang senang terhadap orang dewasa

Orang dewasa pada umumnya berpendapat bahwa masa remaja

adalah masa yang sukar, hal ini disebabkan karena remaja seringkali

Page 8: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

18

bersifat keras kepala. Remaja selalu dipandang sebagai anak yang tidak

bertanggung jawab, tidak menjaga kebersihan, kerapian dan sebagainya.

Hal ini menimbulkan ketegangan antara remaja dengan orang tuanya

yang menyebabkan timbulnya satu jarak antara remaja dengan orang

tuanya.

e. Banyak masalah

Remaja merasa bahwa ia banyak menghadapi masalah dan sukar

untuk diselesaikan karena dahulu dimasa kanak-kanak ia selalu dibantu

orang tua dan guru dalam menyelesaikan persoalan-persoalannya, akan

tetapi sekarang ia menganggap bahwa orang tua dan guru terlalu tua

untuk dapat mengerti fikiran dan perasaannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada remaja terdapat

ciri-ciri sebagai berikut: a) Kecanggungan dalam pergaulan, b) Kelebihan emosi,

c) Keadaan yang tidak stabil, d) Sikap kurang senang terhadap orang dewasa,

serta e) Banyak masalah.

5. Tugas-tugas perkembangan masa remaja

Menurut Hurlock (1993), tugas-tugas perkembangan masa remaja itu

meliputi:

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman

sebayanya

Maksudnya adalah bahwa remaja sudah mulai meninggalkan

kebiasaan kanak-kanaknya seperti ketergantungan dengan orangtua dan

Page 9: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

19

berdiam di rumah hanya dengan saudara-saudara. Dalam hal ini, remaja

mulai membina persahabatan dengan teman sebaya sesama jenis

maupun lawan jenis. Remaja mulai memiliki teman akrab dan

melakukan kegiatan bersama kelompoknya.

b. Mencapai peran sosial

Dalam lingkungannya, remaja mulai mencapai satu peran sosial yang

bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Remaja mulai mendapatkan satu

status baru dalam kegiatan kemasyarakatan, seperti menjadi ketua atau

pengurus suatu organisasi keremajaan.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif

Artinya, remaja tidak lagi bermasalah dengan perubahan tubuhnya.

Remaja sudah dapat menerima perubahan dan perkembangan tubuhnya

yang terlihat lebih pesat dibanding ketika masa kanak-kanak. Bahkan,

dengan kondisinya sekarang, remaja justru sudah mampu melakukan

pekerjaan sesuai ukuran dan kemampuan tubuhnya.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

Setelah melalui tugas-tugas perkembangan di atas, remaja memiliki

keinginan untuk melakukan suatu peran dalam lingkungan sosialnya

dengan pekerjaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Perilaku ini akan

membuat remaja merasa diakui keberadaannya, ia akan merasa sebagai

orang yang mampu dan bertanggung jawab.

Page 10: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

20

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya

Remaja dalam masa ini, sudah mulai melepaskan rasa

ketergantungannya secara psikis dari orang-orang di sekitarnya. Mereka

mulai bertanggung jawab dengan apa yang mereka rasakan, mereka

berusaha menjadi diri mereka tanpa campur tangan lebih jauh dari

orang-orang terdekatnya. Mereka mengalami dan membuat keputusan,

sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

f. Mempersiapkan karir ekonomi

Meskipun masih dalam masa pembelajaran karena berstatus

pelajar/siswa, namun remaja sudah memikirkan pekerjaan dan masa

depan mereka. Mereka mulai merencanakan segala sesuatunya yang

berhubungan dan dapat mendukung pekerjaan serta karir mereka.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas

perkembangan remaja itu meliputi: a) Mencapai hubungan baru dan yang lebih

matang dengan teman sebayanya, b) Mencapai peran sosial, c) Menerima keadaan

fisiknya dan menggunakannya secara efektif, d) Mengharapkan dan mencapai

perilaku sosial yang bertanggung jawab, e) Mencapai kemandirian emosional dari

orang tua dan orang dewasa lainnya, serta f) Mempersiapkan karir ekonomi.

Page 11: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

21

B. Penyesuaian Diri

1. Pengertian penyesuaian diri

Penyesuaian diri adalah hubungan antara diri dengan lingkungan, di mana

kebebasan bertingkah laku dibatasi oleh norma-norma yang sengaja dibuat untuk

memungkinkan manusia hidup dengan tata cara dan petunjuk-petunjuk yang

teratur (Gunarsa, 1996).

Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai

interaksi terus menerus dengan diri sendiri, orang lain, dan dunianya. Ketiga

faktor tersebut secara terus menerus bereaksi dan saling mempengaruhi. Selain

itu, terdapat juga sifat saling timbal balik karena manusia juga bereaksi terhadap

ketiga faktor tersebut.

Scheineder (dalam Wizni, 1999) mengemukakan bahwa penyesuaian diri

dalah suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di

mana individu berusaha untuk mengulangi kebutuhan-kebutuhan di dalam dirinya.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan keharmonisan antara tuntutan di dalam diri

individu dan tuntutan dari lingkungannya dengan mempertahankan nilai kepuasan

dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Fahmy (dalam Darajat, 1989) menyatakan

bahwa penyesuaian diri dapat diartikan sebagai penyesuaian atau penyelarasan

antara diri dengan lingkungan sosial, juga dengan kejiwaan sekitarnya. Keadaan

kehidupan itu sendiri mendorong individu untuk menyesuaikan diri. Faktor yang

membantu dalam hal tersebut adalah kemampuan penyesuaian sosial dan

kecerdasan.

Page 12: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

22

Selanjutnya Page (dalam Wizni, 1999) menjelaskan bahwa penyesuaian diri

yang dilakukan adalah untuk melepaskan diri dari hambatan-hambatan dan

ketidakenakan yang timbul, sehingga didapat suatu keseimbangan praktis.

Gerungan (1996) berpendapat bahwa dalam proses penyesuaian diri, individu

mengadakan interaksi dengan lingkungan. Individu dapat mengubah diri sesuai

dengan lingkungan, atau mengubah lingkungan sesuai dengan keadaannya sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri

adalah proses mental dan tingkah laku yang mampu memecahkan problem,

mengatasi tuntutan dan hambatan-hambatan yang berasal dari dalam maupun dari

luar diri individu sehingga diperoleh keselarasan antara diri dengan

lingkungannya.

2. Bentuk-bentuk penyesuaian diri

Menurut Crow dan Crow (dalam Wizni, 1999), ada beberapa bentuk

penyesuaian diri baik yang bersifat positif maupun negatif, yakni:

a. Perilaku kompensatoris

Perilaku kompensatoris sering diartikan sebagai konsep umum yang

meliputi berbagai macam bentuk khusus penyesuaian diri terhadap suatu

ketidaksesuaian dengan cara-cara yang bersifat negatif, atau bertentangan

dengan nilai moral.

b. Perilaku konformitas.

Yaitu suatu usaha penyesuaian diri dengan suatu situasi atau

lingkungan dengan cara merubah sikap dan perilaku agar mencapai

Page 13: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

23

penerimaan sosial. Namun sering tindakan yang dilakukan tetap tidak

menyebabkan dia diterima oleh lingkungannya, sehingga dia melakukan

tindakan tertentu untuk menarik perhatian lingkungannya.

c. Memperkuat diri melalui kritik.

Seringkali seseorang menyadari akan kurangnya kemampuan diri

dalam mengatasi tuntutan sosial yang membentuk sikap kritis terhadap

orang lain. Hal ini terjadi khususnya bila mata orang lain

memperhatikan keberhasilannya dalam penyesuaian terhadap situasi-

situasi, sedangkan dirinya sendiri mengalami kegagalan.

d. Identifikasi.

Pembentukan pola-pola identifikasi merupakan bentuk penyesuaian

diri yang tidak merugikan. Pada umumnya, manusia merupakan bagian

dari suatu kelompok. Adalah hal yang wajar jika seseorang

mengidentifikasi diri dengan mereka yang berhasil dan bangga dalam

keberhasilan anggota kelompok yang menonjol tersebut.

e. Proyeksi.

Hal-hal yang sifatnya tidak menyenangkan, akan ditolak dan

dikenakan pada orang lain. Kesalahan akan dicari dan juga ditempatkan

kepada orang lain.

Page 14: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

24

f. Rasionalisasi.

Rasionalisasi merupakan usaha untuk memaafkan tingkah laku yang

oleh pelakunya diketahui/dianggap sebagai hal yang tidak diinginkan

atau aneh, tetapi dapat menimbulkan atau sampai pada pembentukan

penilaian palsu terhadap pribadinya sendiri; bahkan mungkin sampai

pada keadaan di mana tidak dapat berbicara jujur lagi.

g. Sublimasi.

Sublimasi dipakai sebagai cara penyesuaian apabila secara sementara

atau tetap, dorongan yang kuat tidak dapat disalurkan ke dalam suatu

aktivitas yang memuaskan dorongan. Tanpa disadari, suatu perubahan

bertahap terjadi dari pemuasan diri sendiri ke kesejahteraan orang lain.

Apabila aktivitas yang lebih luas ini berhasil, maka segala ketegangan

atau perasaan terhalang telah berubah atau hilang sama sekali dan orang

tersebut menjadi seorang anggota masyarakat yang baik penyesuaian

dirinya.

h. Represi.

Pada umumnya, orang akan menghindari tempat/orang/hal-hal yang

berhubungan dengan pengalaman yang tidak menyenangkan. Demikian

pula, seseorang selalu ingin melupakan segala hal yang berhubungan

dengan suatu situasi penghinaan atau kekesalan. Seseorang mungkin

menghindari situasi yang dengan tiba-tiba dapat menimbulkan ketakutan,

yang pada dasarnya tidak beralasan. Walaupun ketakutan atau

Page 15: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

25

pengalaman dapat terlupakan, akan tetapi emosi dan ketegangan yang

menyertainya masih tetap ada. Ketegangan semacam ini dapat dikurangi

dengan jalan menempatkan diri ke dalam situasi yang memuaskan diri

disertai pengertian tentang dasar penyebab munculnya sikap ketakutan

tersebut.

Sedangkan menurut Gunarsa (1996), bentuk penyesuaian diri itu ada dua,

yaitu:

a. Adaptive

Adaptive yang dikenal dengan istilah adaptasi merupakan

penyesuaian diri yang lebih bersifat badani, artinya perubahan proses

badani menyesuaikan diri terhadap lingkungan rumah baik secara

langsung maupun tidak langsung.

b. Adjustive

Yaitu penyesuaian diri yang berkaitan tingkah laku dan norma-norma

yang ada dalam lingkungan. Secara singkat, bentuk penyesuaian diri ini

adalah penyesuaian diri dengan norma-norma.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk

penyesuaian diri itu terdiri dari: a) Perilaku kompensatoris, b) Perilaku

konformitas, c) Memperkuat diri melalui kritik, d) Identifikasi, e) Proyeksi, f)

Rasionalisasi, g) Sublimasi, h) Represi, i) Adaptive, serta j) Adjustive.

Page 16: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

26

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri

Gunarsa (1996), berpendapat bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

penyesuaian diri adalah sebagai berikut:

a. Faktor keadaan fisik

Keadaan fisik ini meliputi sistem persarafan, kelenjar, otot-otot,

kesehatan, serta penyakit.

b. Faktor keturunan

Suatu kenyatan bahwa dimana selalu terdapat kesukaran-kesukaran

dalam penyesuaian diri karena sikap yang pemalu, pendiam, tidak

banyak bicara, sukar mengemukakan pendapat, dan lain-lain adalah

merupakan sifat dasar yang dibawa sejak lahir. Namun demikian dengan

latihan secara terus menerus dan selanjutnya, dapat mempengaruhi cara-

cara penyesuaian diri; sekalipun hal itu terkadang sulit terjadi.

c. Faktor kebutuhan pribadi

Cara memperlihatkan tingkah laku atas dasar kebutuhan yang relatif

sama, mungkin berbeda. Hal ini antara lain disebabkan oleh mekanisme

sebagaimana persepsi seseorang terhadap kebutuhannya, sehingga dapat

mempengaruhi cara bertingkah laku dan cara penyesuaian diri terhadap

tujuan dan objeknya.

Page 17: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

27

d. Faktor pembentukan kebiasaan

Dalam perkembangannya, seorang seseorang menuntut lingkungan

untuk membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Ini menyebabkan

terjadinya suatu hubungan antara keinginan dan kepuasan. Pembentukan

kebiasaan menyesuaikan diri adalah faktor-faktor dari luar yang dapat

ditanamkan kepada seseorang.

Gunarsa (dalam Sadli,1991), mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi penyesuaian diri seseorang adalah sebagai berikut:

a. Keadaan fisik dan faktor-faktor keturunan konstitusi fisik, meliputi sistem

syaraf, kelenjar, otot-otot, kesehatan, serta penyakit.

b. Inteligensi dan kematangan sosial serta emosi.

c. Faktor psikologis, meliputi pengalaman belajar, condisioning, frustrasi, konflik

dan self-determination.

d. Keadaan lingkungan, yaitu lingkungan rumah, lingkungan sekolah, serta

masyarakat.

e. Faktor kebudayaan, adat istiadat dan agama.

Sedangakan menurut Purwanto (1998), faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi penyesuaian diri adalah sebagai berikut:

a. Pola asuh

Dijelaskan bahwa individu yang sulit mengembangkan penyesuaian

diri adalah individu yang berasal dari keluarga dengan pola asuh otoriter

Page 18: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

28

sebab individu seperti ini tidak bisa memilih alternatif terhadap

keinginannya, melainkan hanya kepatuhan terhadap sebuah peraturan

yang tidak bisa diubah. Individu yang hidup dalam pola asuh demokratis,

dapat bergaul secara sehat dan mampu mengembangkan penyesuaian

dirinya karena adanya kesepakatan antara keinginan individu tersebut

dengan keputusan orangtua.

b. Jenis kelamin

Adanya perbedaan genetis dan perbedaan perlakuan yang diterima

antara laki-laki dan perempuan, ternyata menimbulkan perbedaan pula

pada diri mereka dalam penyesuaian dirinya. Laki-laki yang mendapat

kebebasan lebih besar dari orangtua, lebih berani bergaul dalam

lingkungan sosialnya. Sedangkan perempuan yang lebih banyak

mendapat perhatian dan pengawasan, tidak sebebas dan seberani laki-laki

dalam menyesuaikan diri di lingkungan sosialnya.

c. Urutan kelahiran

Individu yang mampu menyesuaikan diri, cenderung berasal dari

urutan kelahiran sebagai anak tengah. Pada anak sulung, kasih sayang

orangtua yang besar sangat melekat sehingga menyulitkannya untuk

bebas bergerak. Selain itu, tanggung jawab yang besar terhadap adik-

adiknya merupakan satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian dirinya.

Begitu juga dengan anak bungsu, kekhawatiran orangtua yang besar

membuatnya sangat dimanja dan tidak dibiarkan bebas seperti kakak-

Page 19: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

29

kakaknya. Sedangkan pada anak tengah, biasnya perhatian orangtua tidak

sebesar seperti pada anak sulung dan anak tengah sehingga keadaan

tersebut dimanfaatkannya untuk mengikuti suasana di luar rumah.

d. Tipe kepribadian

Tipe kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing remaja ini akan

mempengaruhi penyesuaian diri mereka dalam lingkungan. Seperti yang

dijelaskan oleh Parkers (1994), bahwa remaja ekstrovert sangat

menyukai dunia luar, keterbukaan, banyak teman dan bergembira.

Sedangkan remaja introvert lebih memilih hanya beberapa teman (bila

memungkinkan, sebaiknya menyendiri), memikirkan sesuatu dan

menuntaskan pekerjaan secara sendiri.

e. Tingkat ekonomi orangtua

Individu yang berasal dari tingkat ekonomi golongan bawah, sulit

untuk melakukan penyesuaian diri sebaik remaja yang berasal dari

tingkat ekonomi menengah ke atas. Hal ini dikarenakan individu tersebut

dituntut untuk membantu meningkatkan perekonomian keluarga dengan

bekerja sambilan. Selain itu, mereka juga malu untuk bergaul dengan

teman-teman yang ekonominya cukup memadai. Ada rasa malu dan

rendah diri pada diri mereka, sehingga sering menghindari pergaulan

yang tidak sepadan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi peyesuaian diri adalah: a) Faktor keadaan fisik. b) Faktor

Page 20: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

30

keturunan, c) Faktor kebutuhan pribadi, d) Faktor pembentukan kebiasaan, e)

Inteligensi dan kematangan sosial serta emosi, f) Faktor psikologis, g) Keadaan

lingkungan, h) Faktor kebudayaan, adat istiadat dan agama, i) Pola asuh, j) Jenis

kelamin, k) Urutan kelahiran, l) Tipe kepribadian, serta m) Tingkat ekonomi

orangtua.

4. Aspek-aspek penyesuaian diri

Menurut Hasibuan (dalam Wizny, 1999), aspek-aspek penyesuaian diri itu

meliputi:

a. Kesadaran

Kesadaran adalah bentuk sikap penyesuaian diri yang menunjukkan

kepekaan terhadap adanya suatu stimuli yang berupa objek, situasi dan

problem yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap kerelaan mentaati

norma-norma, serta sadar akan tugas dan tanggung jawab tanpa dasar

paksaan.

b. Pemahaman.

Pemahaman merupakan suatu kemampuan untuk memisahkan dan

memberikan batasan atas dasar pengertian yang menuntut adanya

kemampuan untuk menghubungkan antara pengalaman yang lalu dengan

sikap yang berani dalam menyelesaikan atau menanggulangi hambatan-

hambatan.

Page 21: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

31

c. Organisasi diri

Organisasi diri yaitu pengaturan individu yang sebaik-baiknya

terhadap fikiran, tenaga, waktu, tempat, benda, dan semua sumber daya

lainnya alam kehidupan individu demi tercapainya efisiensi pribadi.

d. Pengendalian diri

Pengendalian diri adalah perbuatan individu dalam penyesuaiannya

yang ditunjukkan dengan pembinaan tekad terhadap kemauan, semangat,

dan pengerahan tenaga untuk benar-benar melaksanakan apa yang harus

dikerjakan alam mencapai prestasi yang baik.

e. Pengembangan diri

Yaitu suatu perbuatan dalam penyesuaian individu di lingkungannya

dengan melakukan suatu perbuatan yang menyempurnakan atau

meningkatkan diri sendiri dalam berbagai hal.

Sedangkan menurut Sheineder (dalam Wizni, 1999), aspek-aspek

penyesuaian diri itu meliputi:

a. Penyesuaian pribadi.

Yaitu suatu kemampuan menerima keadaan dirinya sendiri dengan

tidak merasa menyesal atau merasa berdosa dengan keadaan dirinya,

serta percaya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri.

b. Penyesuaian sosial

Yaitu kemampuan diri untuk mengakui dan menuruti aturan, hukum,

adat dan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya, atau bersedia untuk

Page 22: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

32

menghormati nilai-nilai hukum, kebiasaan-kebiasaan dan tradisi sosial

yang ada dalam masyarakat.

c. Kemampuan menumbuhkan kepercayaan dan berusaha menjaga

persahabatan

Yaitu kemampuan individu dalam membina hubungan persahabatan

dan menjaganya dengan berusaha menumbuhkan kepercayaan, sehingga

individu dapat menjadi orang yang dipercaya.

d. Berpartisipasi

Yaitu mau turut serta dalam aktivitas atau kegiatan yang ada di dalam

lingkungannya, dengan kata lain; tidak menutup diri dengan keadaan di

sekelilingnya.

e. Memperhatikan

Maksudnya adalah suka bermurah hati akan kelemahan orang lain, tidak

mementingkan diri sendiri dan mau memberikan pertolongan yang

dibutuhkan oleh orang lain.

Meichati (dalam Purwanto, 1989) menambahkan bahwa ada beberapa aspek

yang terkandung dalam penyesuaian diri, yakni:

a. Anxiety

Yaitu suatu keadaan emosi yang kronis dan kompleks dengan

keterperangkapan dan rasa takut sebagai unsur yang paling menonjol,

khususnya pada berbagai gangguan syaraf dan mental.

Page 23: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

33

b. Depressive fluctuation

Yaitu mudah tertekan, mudah kecewa dan susah

c. Emotional sesitivity

Yaitu tidak mampu menyesuaikan diri secara baik, emosi labil, mudah

tersinggung dan banyak defence.

d. Resenfulnesst

Yaitu rasa sentimen yang kuat dan pahit terhadap masyarakat maupun

individu, suka dendam dan paranoid.

e. Incompeteness

Yaitu tanda serangkaian kegagalan sosial, pendidikan, pekerjaan,

keluarga, masyarakat dan filsafat yang tidak teguh.

f. Aluneness

Yaitu tanda sering terasing, merasa kurang disukai, kurang sosialisasi dan

terhambat dalam pergaulan.

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikatakan bahwa aspek-aspek

penyesuaian diri meliputi: a) Kesadaran, b) Pemahaman, c) Organisasi diri,

d) Pengendalian diri, e) Pengembangan diri, f) Penyesuaian pribadi, g)

Penyesuaian sosial, h) Kemampuan menumbuhkan kepercayaan dan berusaha

menjaga persahabatan, i) berpertisipasi, j) Memperhatikan, k) Anxiety, l)

Depressive fluctuation, m) Emotional sesitivity, n) Resenfulnesst, o)

Incompeteness, serta Aluneness.

Page 24: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

34

5. Ciri-ciri penyesuaian diri

Menurut Hasibuan (dalam Wizni, 1999), ciri-ciri penyesuaian diri itu

meliputi:

a. Adanya interaksi terus menerus dengan diri sendiri, orang lain dan dunianya.

b. Melibatkan respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk

mengulang kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya.

c. Adanya kemampuan penyesuaian dan sosial dan kecerdasan.

d. Adanya keseimbangan dalam diri dengan melepaskan diri dari hambatan-

hambatan dan ketidak-enakan yang timbul.

e. Mampu menyesuaikan diri sesuai dengan lingkungan, atau mengubah

lingkungan sesuai dengan dirinya.

f. Adanya kepekaan yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap kerelaan mentaati

norma dan sadar akan tugas serta tanggung jawab tanpa paksaan.

g. Mampu mengendalikandan mengembangkan diri untuk tujuan peningkatan diri

dalam berbagai hal.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri penyesuaian

diri adalah segala hal yang berhubungan dengan kemampuan diri yang tingkah

laku yang positif.

Page 25: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

35

C. Pola Asuh

1. Pengertian Pola Asuh Over Protective

Keluarga terutama orang tua merupakan wadah pengembangan pribadi

anggota keluarga terutama anak-anak atau remaja yang sedang mengalami

perubahan fisik dan psikis dengan demikian kedudukan orang tua sangat

fundamental bagi perkembangan anak. Orang tua berkewajiban untuk

menyediakan fasilitas dan sarana kepada anak-anak mereka untuk mengenal

dunia luar secara luas. Orang tua seringkali beranggapan telah memberikan yang

terbaik bagi anak-anak mereka dan orang tua juga sering mengira bahwa anak

yang baik adalah anak yang patuh dan menurut tanpa membantah sedikitpun.

Sebagai individy yang sedang mengalami pertumbuhan, seorang anak terutama

yang sedang memasuki masa remaja sangat memerlukan perhatian dan bimbingan

orang tua, agar perkembangannya mengarah secara positif. Bentuk perilaku

orang tua yang kurang menguntungkan dalam perkembangan seperti perilaku

orang tua yang selalu memanjakan dengan memenuhi segala keinginan dan

terlalu melindungi akan mengakibatkan anak tidak bisa mandiri, selalu dalam

keragu- raguan dan tidak percaya pada kemampuan (Kartono, 1989).

Over protective merupakan kecenderungan dari pihak orang tua untuk

melindungi anak secara berlebihan, dengan memberikan perlindungan terhadap

gangguan dan bahaya fisik maupun psikologis, sampai sebegitu jauh sehingga

anak tidak mencapai kebebasan atau selalu tergantung pada orang tua

(Chaplin,2000).

Page 26: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

36

Menurut Mappiare (1982) over protective merupakan cara orang tua

mendidik anak dengan terlalu melindungi, kurang memberi kesempatan

kepada anak untuk mengurusi keperluan-keperluannya sendiri, membuat rencana,

menyusun alternatif, mengambil keputusan sendiri serta bertanggungjawab

tehadap keputusannya.

Over protective merupakan bentuk perhatian orang tua kepada anak

terhadap segala gerak dan tingkah laku yang selalu dipantau secara berlebihan

sampai-sampai ia tidak bebas melakukan yang sebenarnya ingin ia lakukan

(Majalah Lisa, 2005)

Menurut Kartono (1989) over protective merupakan kasih sayang

orang tua yang berlebihan kepada anak, pada umumnya oleh orang tua

anak terlalu banyak dilindungi, ditolong dan dihindarkan dari kesulitan-

kesulitan kecil setiap harinya.

Over protective merupakan perlakuan orang tua yang terlalu banyak

melindungi aktifitas-aktifitas anaknya, orang tua cenderung mencegah anak-

anaknya melakukan pekerjaan yang sebenarnya belum tentu membahayakan

(Gunarsa,1989)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan over protective merupakan

kecenderungan orang tua untuk melindungi anak terhadap gangguan fisik

maupun psikologis secara berlebihan, kurang memberi kesempatan kepada

anak untuk membuat rencana, menyusun alternatif, mengurus keperluan-

keperluannya sendiri dan mengambil keputusan. Orang tua menghindarkan

anak dari kesulitan-kesulitan kecil setiap hari, mencegah anak melakukan

Page 27: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

37

pekerjaan yang sebenarnya belum tentu membahayakan, orang tua memberikan

kontrol secara berlebihan sehingga anak tidak bebas melakukan tindakan yang

sebenarnya ingin dilakukan.

2. Sebab-Sebab Perilaku Over Protective OrangTua

Setiap orang tua pasti pernah merasakan cemas terhadap anak-anaknya,

tapi tiap orang tua pasti berbeda-beda tingkat kecemasannya, ada orang tua

yang mencemaskan anaknya tanpa ada alasan, sehingga ia sangat hati-hati dalam

memperlakukan anak-anaknya, tidak ingin anaknya mengalami celaka

sedikitpun, maka orang tua memberikan perlindungan yang ekstra pada

anaknya. Sejumlah orang tua membentengi anak-anaknya dengan tembok

“tidak”, jangan lakukan itu, jangan lakukan ini. Dalam batas-batas tertentu

yaitu memberikan kasih sayang tapi tetap memberikan kesempatan kepada anak

untuk mengurusi keperluan-keperluannya sendiri, membuat rencana, menyusun

alternatif, mengambil keputusan sendiri serta bertanggungjawab tehadap

keputusannya memang diperlukan, tapi jika orang tua terlalu melindungi

membuat remaja menjadi tertutup dan terhambat dalam perkembangan.

Ketika individu memasuki masa remaja merupakan masa antara anak-

anak dengan dewasa, pada masa ini kebanyakan orang tua belum berubah

dalam memberikan perlakuan, remaja masih diperlakukan seperti anak-anak,

remaja tidak banyak memperoleh kesempatan untuk menentukan tindakan yang

mereka inginkan (Meichati,1983), banyak hal yang seharusnya sudah tidak perlu

dibantu oleh orang tua, tapi orang tua masih ikut andil bagian dalam melakukan.

Page 28: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

38

Ada pula ayah dan ibu yang didorong oleh rasa bersalah atau berdosa,

misalnya pejabat-pejabat yang ambisius yang tidak sempat mengurusi anaknya,

atau ibu-ibu yang overaktif berjuang dalam organisasi-organisasi tertentu yang

memanjakan secara berlebihan anaknya dengan uang, barang-barang mewah

misalnya; mobil, motor perhiasan dan macam-macam kesenangan yang

berlebihan. (Kartono, 1989)

Menurut Purwanto (1993) hal-hal yang dapat menyebabkan orang tua

memberikan perlindungan yang berlebihan kepada anak-anak mereka antara

lain :

a. Karena ketakutan yang berlebihan dari orang tua akan bahaya yang

mungkin mengancam anak mereka. Dalam hal yang demikian orang

tua akan selalu berusaha melindungi anaknya dari segala sesuatu yang

mengandung bahaya.

b. Keinginan yang tidak disadari untuk selalu menolong dan memudahkan

kehidupan anak mereka.

c. Karena orang tua takut akan kesukaran, segan bersusah-susah ingin

mudahnya dan enaknya saja. Orang tua takut kalau-kalau anak mereka

bertingkah atau membandel dan terus merengek jika kehendaknya tidak

dituruti.

d. Karena kurangnya pengetahuan orang tua. Kebanyakan orang tua,

baik yang tidak terpelajar sekalipun mengetahui apa yang

dibolehkan dan apa yang harus dilarang, orang tua tidak

mengetahui bahwa anak mereka harus dibiasakan akan ketertiban,

Page 29: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

39

berlaku menurut peraturan-peraturan yang baik untuk bekal hidupnya

nanti dalam masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa banyak hal atau

alasan mengapa orang tua berperilaku over protective, antara lain orang tua

kurang menyadari bahwa pemberian perlakuan kepada anak harus berubah

sesuai dengan usianya, orang tua terlalu khawatir bila anaknya mengalami

celaka sehingga cenderung melindungi, orang tua merasa bersalah bila tidak

bisa menuruti kehendak anak dan orang tua kurang mengetahui bahwa anak

mereka harus dibiasakan akan ketertiban, berlaku menurut peraturan-peraturan

yang baik untuk bekal hidupnya nanti dalam masyarakat.

3. Aspek-aspek Perilaku Over Protective

Zabda (1981) mengatakan ada tiga aspek perilaku over protective orang tua,

yaitu :

a. Memberikan perlindungan yang berlebih.

Melindungi anak dengan berbagai cara agar terhindar dari berbagai

kesulitan. Dengan memberikan perlindungan terhadap gangguan dan

bahaya fisik maupun psikologis, sampai anak tidak mencapai

kebebasan.

b. Kontrol atau pengawasan yang berlebih

Segala sesuatu yang dilakukan diawasi secara ekstra, karena orang tua

takut anak mereka melakukan perbuatan yang membahayakan dan

mendapat celaka. Orang tua selalu memantau segala gerak dan

Page 30: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

40

tingkah laku sampai-sampai tidak bebas melakukan yang sebenarnya

ingin dilakukan.

c. Pencegahan terhadap kemandirian.

Membiarkan dan membolehkan anak mereka berbuat sekehendak hati,

tidak membiasakan akan ketertiban, kepatuhan, peraturan, kebiasaan-

kebiasaan baik lainnya dan orang tua cenderung mencegah anak-

anaknya melakukan pekerjaan yang bisa dilakukan dan sebenarnya

belum tentu atau tidak membahayakan.

Yusuf (2005) mengatakan perilaku over protective terdiri dari empat

aspek, yaitu :

a. Kontak yang berlebih kepada anak, orang tua menginginkan selalu

dekat dengan anak

b. Perawatan atau pemberian bantuan kepada anak yang terus-menerus,

meskipun anak sudah mampu merawat dirinya sendiri orang tua tetap

membantu.

c. Mengawasi kegiatan anak secara berlebihan, orang tua senantiasa

mengawasi aktifitas-aktifitas yang dilakukan anak.

d. Memecahkan masalah anak, orang tua tidak membiasakan anak agar

belajar memecahkan masalah, selalu membantu memecahkan masalah-

masalah pribadi anak, meskipun masalah yang dialami bisa diatasi

sendiri oleh anak.

Page 31: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

41

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan aspek perilaku over

protective yaitu : kontak yang berlebihan kepada anak, perawatan atau

pemberian bantuan secara terus menerus, kontrol atau pengawasan terhadap

aktifitas-aktifitas yang dilakukan dan selalu pemecahan masalah-masalah anak

meskipun anak bisa mengatasi sendiri.

4. Bentuk Perilaku Over Protective

Banyak orang beranggapan bahwa perilaku over protective hanya

dilakukan orang kaya, banyak orang beranggapan demikian karena orang tua

memamjakan anak-anak mereka dengan fasilitas barang-barang mewah. Di

keluarga yang kurang mampu pun banyak orang tua yang memanjakan anak-

anak mereka, tapi dalam bentuk yang lain. Bentuk perilaku over protective

menurut Purwanto (1993) antara lain:

a. Melindungi anak mereka dengan seribu satu macam pemeliharaan

dan menyingkirkan segala kesulitan baginya.

b. Menuruti segala keinginan, orang tua selalu menuruti apa saja yang

menjadi kehendak dan keinginan biarpun akan merugikan atau

mengganggu kesehatan dituruti saja.

c. Orang tua membiarkan dan membolehkan anak mereka berbuat

sekehendak hati, tidak membiasakan dia akan ketertiban, kepatuhan,

peraturan dan kebiasaan-kebiasaan baik lainnya.

Memanjakan anak merupakan bentuk pembodohan kepada anak, orang

Page 32: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

42

tua jaman sekarang banyak yang memberikan kepada anaknya apa saja yang

diinginkan, tapi tidak memberikan tanggungjawab kepadanya, akibatnya anak

tidak mendapat kesempatan untuk belajar berbuat sendiri, mengambil

keputusan, menjadi sangat tergantung pada orang tuanya, sulit untuk

menyesuaikan diri dan bersikap ragu-ragu (Surakhmad,1982). Perilaku over

protective orang tua umumnya ditunjukkan dengan ketiga macam hal diatas,

yaitu melindungi anak dengan berbagai cara, menuruti segala keinginan, dan

tidak membiasakan anak dengan ketertiban, tapi ada pula bentuk perilaku

over protective ditunjukkan dengan salah satu cara diatas.

Perilaku over protective orang tua dapat berdampak kurang

menguntungkan bagi perkembangan anak, anak yang mendapatkan kasih sayang

secara berlebihan, terlalu dilindungi dan dihindarkan dari macam-macam

kesulitan hidup sehari-hari maka anak akan tampak lemah hati jika jauh dari

orang tua, menjadi penakut, mental dan kemampuannya menjadi rapuh, sangat

egois, tidak tahan terhadap bantahan dan kritik dan tidak sanggup menghadapi

frustrasi hidup (Kartono, 2000). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh

Yusuf (2005) bahwa perilaku over protective orang tua dapat mengakibatkan

anak merasa tidak aman jika jauh dari orang tua, dengki, sangat tergantung

atau tidak mampu mandiri, lemah hati, kurang mampu mengendalikan emosi,

kurang percaya diri, suka bertengkar, sulit dalam bergaul dan lain-lain, hal

tersebut dikarenakan anak sering dibantu orang tua dalam berbagai hal dan tidak

dibiasakan bisa mandiri.

Page 33: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

43

D. Hubungan Pola Asuh Overprotective Dengan Penyesuaian Diri Remaja

Page 34: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

44

E. Kerangka Konseptual

Penyesuaian Diri

Aspek-aspek :a) Kesadaranb) Pemahamanc) Organisasi dirid) Pengendalian dirie) Pengembangan dirif) Penyesuaian pribadig) Penyesuaian sosialh) Kemampuan menumbuhkan kepercayaan dan

berusaha menjaga persahabatani) berpertisipasij) Memperhatikank) Anxietyl) Depressive fluctuation m) Emotional sensitivityn) Resenfulnessto) Incompetenessp) Aluneness(Hasibuan, 1992; Scheneider dalam Wizni, 1991; Meichati dalam Purwanto, 1998)

Remaja

Pola Asuh

Aspek-aspek Pola Asuh Over Protective:

a. kontak yang berlebihb. perawatan atau pemberian bantuan

kepada anak yang terus-menerusc. mengawasi kegiatan anak secara

berlebihand. memecahkan masalah anak

Page 35: BAB II Pengertian Penyesuaian Diri.docx

45

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara

pola asuh overprotective dengan penyesuaian diri pada remaja di SMA Negeri 2

Lhokseumawe dengan asumsi semakin tinggi pola asuh overprotective orang tua

semakin rendah penyesuaian diri pada remaja.