B a ng u n R ua ng Sisi L e ngk u ng ( BRSL ) By aska muta yuliani
BAB II TI NJ A UA N PUSTAKA - kc.umn.ac.id
Transcript of BAB II TI NJ A UA N PUSTAKA - kc.umn.ac.id
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Animasi
Seperti yang diucapkan oleh Musburger (2017) awalnya animasi merupakan
gabungan gambar terpisah hingga menjadi gambar bergerak dan dibantu dengan
kemampuan otak manusia menghasilkan suatu visual informatif. Dan sekarang
animasi berkembang terus menyesuaikan dengan perkembangan teknologi, teknik,
industri kreatif, dan sebagainya. (hlm. 2). Maksud dari beliau ialah animasi itu
bukan merupakan gambar yang bergerak saja namun animasi juga merupakan seni
memanipulasi pergerakan gambar.
Animasi awalnya digunakan di Indonesia pada tahun 1955 sebagai
kampanye pemilihan umum pertama. Lalu pada tahun 70-an studio animasi
pertama di Indonesia yang bernama Anima Indah didirikan dan disitulah animator
pertama Indonesia yaitu Bapak Suryadi alias Pak Raden mulai berkecimpung di
dunia peranimasian di Indonesia. Dan hingga sekarang sudah mulai banyak
animasi 2d dan animasi 3d yang rilis di Indonesia (Putri, 2013).
Menurut Rall (2017) animasi dibagi atas teknik pengerjaanya, yaitu:
animasi 2d, animasi 3d, stop-motion, cutout animation, hybrid animation, dan
live-action (hlm. 145-149). Soenyoto (2017) memaparkan bahwa proses
pembuatan animasi 2d dibagi atas pra produksi, produksi dan post-produksi (hlm
57).
6
2.2. Praproduksi
Menurut Soenyoto pra produksi adalah salah satu dari tahap pembuatan animasi
dimana pra produksi dilakukan pertama kali sebelum proses produksi dan post-
produksi. Pra produksi merangkum perancangan tokoh, pembuatan logline,
skenario, storyboard dan perancangan environment. Pertama kali yang harus
dipikirkan ialah mengenai logline dan penentuan genre. Logline nantinya akan
dikembangkan menjadi skenario lengkap bersama dengan storyboard. Skenario
sendiri juga terdiri atas tokoh, waktu, tempat, shot, dan scene. Pembuatan tokoh
dibuat mulai dari nama lalu 3d dimensional tokoh (sifat, sikap, dan bagaimana
latar belakang tokoh). Yang terakhir ialah storyboard, storyboard merupakan hasil
gambaran atau visualisasi dari skenario yang berisikan logline, karakter,
environment, shot, dan scene. Setelah semua ini selesai dan lengkap maka proses
pra produksi animasi selesai dan mulai mengerjakan animasi tahap produksi (hlm
57).
2.3. Genre
Ida (dalam Panuju, 2019, hlm. 26) menjelaskan genre merupakan hubungan pola,
bentuk dan struktur dalam produk seni. Dengan kata lain, genre dalam film
merupakan klasifikasi gaya dari tiap produk film itu sendiri. Danesi (dalam
Panuju, 2019, hlm. 28) membagi genre film menjadi 18, yaitu genre Drama
Kriminal, Animasi, Fiksi Ilmiah, Komedi, Drama Karakter, Drama Sejarah,
Detektif, Dokumenter, Suspense, Horor, Moneter, Musik, Perang, Aksi Petualang,
Noir, Western, Roman dan Melodrama. Kombinasi genre juga kerap terjadi di
perfilman, dengan menggabungkan satu genre yang dominan dengan genre lain
7
sebagai pendukung. Beberapa kemungkinan penggabungan genre menurut Panuju
ialah:
Gambar 2.1. Tabel Kemungkinan Kombinasi Genre Film
(Panuju, 2019, hlm. 33)
2.3.1. Komedi Horor
Berdasarkan beberapa film horor komedi di tahun 1914-2008 yang diteliti oleh
Hallenbeck (2009), film horor biasanya menyuguhkan mimpi buruk, monster,
hantu, dan berbagai macam hal yang kita takutkan dan film komedi horor adalah
film yang membuat kita menertawakan ketakutan kita sendiri (hlm 3-4).
2.4. Desain Tokoh
Menurut Bancroft (2016) desain tokoh dibutuhkan untuk melengkapi cerita. Dan
tugas orang yang mendesain tokoh ialah menghidupkan tokoh agar dapat
mengekspresikan karakteristik tokoh itu sendiri (hlm. 13). Untuk mendesain tokoh
8
diperlukan penentuan peran tokoh, membuat three dimensional character,
penentuan arketipe dan menentukan tingkat kerumitan tokoh yang akan dibuat
(hirarki).
2.5. Bentuk Dasar
Menurut Bancroft bentuk-bentuk dasar dalam pembuatan tokoh (hlm. 32) ada 3
yaitu
2.5.1. Lingkaran
Lingkaran digunakan untuk menggambarkan tokoh yang baik, kekanakan, dan
ramah. Contohnya seperti Santa Claus, atau tokoh perempuan yang menarik
dibuat memiliki bentuk tubuh bulat dan seksi. Tillman (2011) juga menyebutkan
bahwa bentuk bulat menggambarkan sifat kekanak-kanakan, suka bermain, rasa
aman dan juga anggun.
Gambar 2.2. Tokoh dengan Bentuk Lingkaran
(Bancroft, 2016, hlm 33)
2.5.2. Persegi
Menurut Bancroft tokoh dengan bentuk Persegi biasanya bisa diandalkan dan
kuat, biasanya digunakan untuk tokoh superhero. Tillman juga menyebutkan
9
bahwa bentuk persegi menggambarkan kepercayaan, stabilitas, kejujuran,
kesetaraan dan juga maskulin.
Gambar 2.3. Tokoh dengan Bentuk Persegi
(Bancroft, 2016, hlm 34)
2.5.3. Segitiga
Bancroft mengatakan bahwa bentuk segitiga digunakan untuk menggambarkan
tokoh mencurigakan, kejam, atau villain. Contohnya: Darth Vader, Loki, atau
Joker. Tillman juga menjelaskan bahwa bentuk ini juga menggambarkan aksi,
agresif, energi, licik, dan juga masalah.
Gambar 2.4. Tokoh dengan Bentuk Segitiga
(Bancroft, 2016, hlm 35)
10
2.6. Peran Tokoh
Menurut Philips (dalam Sloan, 2015, hlm. 117) peran tokoh dibagi atas dua
kategori yaitu driver dan passenger. Driver merupakan tokoh penting yang selalu
ada di dalam cerita, sementara tokoh passenger tidak harus ada dan pengaruhnya
tidak begitu besar pada cerita.
2.6.1. Driver
Driver merupakan tokoh yang memegang atau menjalankan cerita, ibaratkan
mobil yang jika tidak ada yang menjadi supir maka mobil tidak akan jalan maka
seperti itu pula tokoh driver. Driver sendiri terbagi atas:
2.6.1.1. Protagonis
Protagonis merupakan tokoh penggerak cerita yang memiliki halangan.
Protagonis tidak harus selalu baik, maka dari itu ada tokoh hero dan anti-
hero. Anti-hero merupakan tokoh utama yang sifatnya sama sekali tidak
mencerminkan perilaku hero atau tidak menjadi teladan. Contoh tokoh
anti-hero: Deadpool, James Bond, The Punisher, Ralph di Wreck It Ralph
dan lainnya.
Gambar 2.5. Ralph di Wreck-It Ralph
(Moore, R. (Director). (2012). Wreck-It Ralph [Film]. Walt Disney Studios.)
11
2.6.1.2. Antagonis
Antagonis merupakan tokoh yang menghalangi tokoh Protagonis untuk
mencapai goalnya. Antagonis juga tidak selalu jahat, maka dari itu ada
tokoh villain dan anti-villain. Anti-villain ini biasanya gerak-geriknya
mencurigakan, misterius dan sering disalah pahami. Dan biasanya ada
alasan tersendiri mengapa ia menghalangi protagonis yang membuat tokoh
anti-villain ini banyak mendapat simpati penonton. Contoh tokoh anti-
villain: Black Cat di Spiderman, Red Hood di Batman, Zuko di Avatar,
dan lainnya.
Gambar 2.6. Zuko di Avatar: The Last Airbender
(DiMartino, M., Konietzko, B. (Executive Producers). (2005-2008). Avatar: The Last Airbender
[TV Series]. Nickelodeon Animation Studio)
2.6.1.3. Guardian
Tokoh ini merupakan guru, pembimbing dan pelindung Protagonis, sama
dengan arketipe The Spiritual Father/The Wise Old Man. Contoh tokoh
Guardian: Doc Hudson di Cars, Harry Hart di Kingsman, Fairy Godmother
di Cinderella dan lainnya.
12
Gambar 2.7. Wang Fu di Miraculous Ladybug
(Wolfson,J. Boutboul, P. (Executive Producers). (2015-present). Miraculous Ladybug [TV Series].
Zagtoon.)
2.6.1.4. Kontagonis
Tokoh ini biasanya mempersulit Protagonis, namun tidak sepenuhnya
bermaksud menghalangi Protagonis. Ia sering berada di pihak Protagonis
sebagai Trickster atau Shadow. Contoh tokoh Kontagonis: Chester Philips
di Captain America, Triton atau Scuttle di The Little Mermaid, dan
lainnya.
Gambar 2.8. Scuttle di The Little Mermaid
(Clements, R. (Director). (1989). The Little Mermaid [Film]. Walt Disney Pictures)
13
2.6.2. Passenger
Passenger merupakan peran pelengkap dan tidak harus selalu ada dalam sebuah
film. Film yang menggunakan tokoh passenger biasanya merupakan film-film
layer besar yang memiliki banyak tokoh seperti misalnya Avengers, Lord of The
Rings, Cinderella, dan film perusahaan besar lainnya. Passenger sendiri juga
terbagi atas beberapa peran yaitu:
2.6.2.1. Sidekick
Tokoh ini sangat setia dan selalu mendukung protagonis yang biasanya
memiliki kekurangan atau kelemahan yang menonjolkan perbedaan
sidekick dan protagonis. Contoh tokoh Sidekick: Flounder di The Little
Mermaid, Robin di Batman, John Watson di Sherlock, dan lainnya.
Gambar 2.9. Flounder di The Little Mermaid
(Clements, R. (Director). (1989). The Little Mermaid [Film]. Walt Disney Pictures)
2.6.2.2. Skeptic
Tokoh ini berlawanan dengan Sidekick, ia memihak Protagonis juga
namun sangat curigaan dan kurang yakin pada Protagonis. Contoh tokoh
Skeptic: Han Solo di Star Wars, Thorin di The Hobbit, Sebastian di The
Little Mermaid dan lainnya.
14
Gambar 2.10. Sebastian di The Little Mermaid
(Clements, R. (Director). (1989). The Little Mermaid [Film]. Walt Disney Pictures)
2.6.2.3. Reason
Tokoh ini berpikir secara logika yang akan mempengaruhi pilihan si
Protagonis. Contoh tokoh Reason: C-3PO di Star Wars, Hamm di Toy
Story, dan lainnya.
Gambar 2.11. Hamm di Toy Story
(Lasseter,J. (Director). (1995). Toy Story [Film]. Walt Disney Pictures)
2.6.2.4. Emotion
Tokoh ini bertindak sesuai perasaan atau moodnya, yang akan
mempengaruhi pilihan Protagonis. Contoh tokoh Emotion: Mr. Ping di
Kungfu Panda, Chewbacca di Star Wars, dan lainnya.
15
Gambar 2.12. Mr. Ping di Kungfu Panda
(Osborne, M. (Director). (2008). Kungfu Panda [Film]. DreamWorks Animation)
2.7. Proporsi
Menurut Cohen (2006) proporsi merupakan tinggi tokoh yang didasari oleh
ukuran kepala, dimana seberapa besarnya kepala juga dapat menentukan
bagaimana tokoh akan terlihat. Seperti misalnya tokoh yang memiliki tinggi 160
cm dengan proporsi 4 kepala lebih terlihat dewasa ketimbang tokoh yang
memiliki tinggi 160 cm dengan proporsi 3 kepala.
Gambar 2.13. Perbandingan Proporsi
(Cohen, 2006, hlm. 16)
Cohen mengatakan bahwa jika tokoh memiliki proporsi 3 kepala atau kurang dari
itu maka tokoh akan tampak kekanakan dan tampak muda, lalu tokoh yang
memiliki proporsi 5 kepala terlihat lebih dewasa dimana proporsi 5-6 kepala
16
memang tinggi rata-rata orang dewasa. Tokoh dengan tinggi di atas 8 kepala
biasanya merupakan tokoh model ataupun superhero.
2.8. Three Dimensional Character
Three dimensional character sangat dibutuhkan untuk menentukan bagaimana si
tokoh akan menjalankan cerita. Seperti yang diucapkan oleh Wiesner (2017) cerita
yang menggunakan three dimensional character ini akan memiliki ciri khas
spesifik, realistis, dan kompleks (para. 1). Egri (dalam Lankoski, 2011, hlm. 86)
menjabarkan three dimensional character menjadi fisiologis, sosiologis, dan
psikologis.
Gambar 2.14. Struktur Three Dimensional Character
(Lankoski, 2011, hlm. 86)
Masing-masing dimensi struktur tokoh memiliki poin-poin yang dapat
menentukan akan jadi seperti apa sosok tokoh yang dibuat dan tidak semua poin-
poin tersebut harus diikuti. Seperti misalnya anak bayi yang belum bisa berbicara
dan berjalan tidak mungkin akan memiliki riwayat pendidikan, maka dari itu poin
pendidikan akan dikosongkan.
17
2.8.1. Fisiologis
Fisiologis merupakan tampilan fisik yang dapat dinilai oleh mata. Klasifikasi
seperti cantik, jelek, tinggi, pendek, botak, beruban, dan lainnya termasuk dalam
bentuk fisiologis. Contoh struktur fisiologi yang digunakan untuk mendesain
tokoh menurut Egri ialah jenis kelamin, umur, berat, tinggi, postur, tanda lahir,
warna rambut, warna mata, warna kulit, dan lain-lain.
Hal yang dapat menggambarkan bahwa bentuk fisiologis tokoh yang
berbeda-beda dapat membedakan satu tokoh dengan tokoh lainnya adalah melalui
siluet.
Gambar 2.15. Siluet Tokoh Animasi
(http://maximelebrun.com/lws)
Desain tokoh animasi yang baik adalah ketika masing-masing tokoh dapat
diidentifikasikan hanya dengan siluet, tanpa menunjukkan wajah, warna, dan rupa
yang lengkap. Sloan mengatakan saat membuat bentuk fisiologis dari tokoh
hendaklah kita mengetahui dan memahami mengenai perbedaan bentuk-bentuk
tubuh mulai dari tipe tubuh, jenis kelamin, dan umur.
18
2.8.1.1. Tipe Tubuh
Secara umum, tipe tubuh dapat dibedakan menjadi tiga jenis baik bagi
perempuan dan laki-laki, yaitu:
a. Ectomorph
Orang yang memiliki tubuh tipe ectomorph biasanya bertulang kecil,
ramping, ringan, dan memiliki lemak yang sedikit. Tipe tubuh ini bisa saja
memiliki tubuh yang panjang dan tinggi dibanding orang biasanya.
Gambar 2.16. Tipe Tubuh Ectomorph
(Sloan, 2015, hlm.7)
b. Mesomorph
Orang yang memiliki tubuh tipe mesomorph ini cenderung atletis,
memiliki sedikit lemak dan otot yang kelihatan jelas.
Gambar 2.17. Tipe Tubuh Mesomorph
(Sloan, 2015, hlm. 7)
19
c. Endomorph
Orang yang memiliki tubuh tipe endomorph ini biasanya bertubuh pendek,
bundar, dan memiliki lemak yang lebih banyak dibandingkan otot.
Gambar 2.18. Tipe Tubuh Endomorph
(Sloan, 2015, hlm.7)
2.8.1.2. Jenis Kelamin
Sloan berkata jenis kelamin juga dapat membedakan bentuk tubuh dan
bentuk wajah antara laki-laki dan perempuan. Bentuk tubuh maskulin
biasanya memiliki otot yang lebih besar terutama di bagian dada, lengan,
dan kaki jika dibandingkan dengan tubuh feminim. Tubuh feminim
biasanya memiliki lemak dibagian payudara, pinggul, bokong, dan paha.
Untuk bentuk wajah maskulin biasanya memiliki rahang tegas,
dahi lebar, dan cenderung memiliki wajah lebih besar dibandingkan
dengan wajah feminin yang memiliki wajah lebih bulat dan kecil.
2.8.1.3. Umur
Selain jenis kelamin dan bentuk tubuh, umur juga bisa menjadi salah satu
unsur pembeda tokoh. Menurut Bancroft kategori usia dalam mendesain
20
tokoh bisa dibedakan atas 5 yaitu bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan
lansia. (hlm. 97)
a. Bayi
Menurut Bancroft bentuk tokoh bayi cenderung memiliki kepala yang
besar, anggota tubuh yang pendek dan berisi sehingga terlihat bundar, dan
juga mata yang besar. (hlm. 98)
Gambar 2.19. Bentuk Tokoh Bayi
(Bancroft, 2016, hlm. 99)
b. Anak-Anak
Bentuk tubuh anak-anak lebih cenderung memiliki bentuk lurus
dibandingkan bayi.
21
Gambar 2.20. Bentuk Tokoh Anak-anak
(Bancroft, 2016, hlm. 101)
c. Remaja
Bentuk tubuh tokoh remaja hamper sama dengan bentuk tubuh tokoh
anak-anak hanya saja selain remaja lebih tinggi, mereka juga cenderung
memiliki postur yang beragam. Mulai dari gemuk, kurus, langsing, tinggi,
pendek, berotot, dan sebagainya.
Gambar 2.21. Bentuk Tokoh Remaja
(Bancroft, 2016, hlm. 102)
d. Dewasa
22
Dibandingkan dengan remaja, dewasa cenderung memiliki mata yang
kecil, telinga yang kecil namun hidung yang besar pada laki-laki dan
rambut yang lebih banyak pada perempuan.
Gambar 2.22. Bentuk Tokoh Dewasa
(Bancroft, 2016, hlm. 103)
e. Lansia
Lansia memiliki banyak kerutan dan hilangnya otot membuat kulit
menjadi menggelambir.
Gambar 2.23. Bentuk Tokoh Lansia
(Bancroft, 2016, hlm. 104)
23
2.8.2. Sosiologis
Sosiologis merupakan latar belakang sosial suatu tokoh dimana lingkungan
tempat tinggal, keluarga, teman akan mempengaruhi bagaimana perkembangan
tokoh. Egri menyebutkan bahwa kelas sosial, pendidikan, hubungan keluarga,
agama, ras, tempat tinggal, dan hobi dapat mempengaruhi bagaimana manusia
bertingkah laku.
Hal ini tidak dapat nilai secara literal saja, misalnya jika tokoh A yang dari
dulu tinggal di perkotaan akan terlihat rapi jika dibandingkan tokoh B yang dari
lahir tinggal di perdesaan. Bagaimana jika kedua tokoh tinggal di perkotaan?
Maka dari itu diperlukan analisis yang lebih dalam untuk mengenal lebih dalam
tokoh tersebut. Misalnya apakah si tokoh sudah menikah? Bagaimana hubungan
tokoh dengan keluarganya? Apa pekerjaan tokoh? Siapa saja teman-teman tokoh?
Apa hobi tokoh? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Contohnya dapat dilihat dari
tokoh Sam dan Frodo dari film The Lord of the Rings Trilogy.
Tabel 2.1. Contoh Struktur Sosiologis
Struktur Sosiologis Frodo Baggins Samwise Gamgee
Tempat tinggal
Bag-End (rumah besar
warisan pamannya)
Bagshot Row (terletak di
bawah Bag-End
Keluarga
Tinggal Bersama
pamannya, Bilbo
Baggins. Kedua orang
tuanya meninggal ketika
pergi berpetualang.
Tinggal bersama ayah dan
lima saudaranya.
24
Kelas Sosial
Keluarga Baggins
termasuk keluarga
terhormat dan merupakan
kalangan sosial atas.
Kelas sosial menengah ke
bawah. Keluarga Gamgee
sudah bertahun-tahun
melayani keluarga
Baggins sebagai tukang
kebun.
Pekerjaan Tidak ada Tukang Kebun
2.8.3. Psikologis
Psikologis merupakan hasil gabungan dari Fisiologis dan Sosiologis yang
menghasilkan ambisi, temperamen, sikap, imajinasi, obsesi dan lainnya. Jadi
bentuk fisiologis dan sosiologis lah yang memotivasi tokoh dalam bereaksi secara
psikologis. Misalnya pertama kita perhatikan dari sisi fisiologisnya terlebih
dahulu. Apakah si tokoh memiliki penyakit? Tindakan orang yang sedang sakit
berbeda dibanding ketika orang tersebut sehat. Atau adakah bentuk fisik dari
dirinya yang tidak ia sukai? Mata terlalu besar, bibir yang sangat tebal, kaki besar
atau memiliki telinga lebar? Lalu diperhatikan juga dari sisi sosiologisnya.
Apakah reaksi masyarakat kepada dirinya? Bagaimana ia diperlakukan di rumah?
Apakah dia di olok-olok? Atau dia tidak bisa mendapat pekerjaan karenanya?
Akibat dari hal-hal tersebut ialah yang disebut Psikologis. Bagaimana reaksi
dirinya sendiri terhadap hal-hal itu? Dia menjadi orang yang tempramen? Atau
memiliki rasa percaya diri rendah dan menutup diri dari masyarakat?
25
Contoh tokoh yang dapat kita lihat yaitu tokoh Quasimodo dari film
Hunchback in Notre Dame. Quasimodo memiliki fisik yang berbeda dari manusia
pada umumnya, Ia memiliki tubuh yang pendek dan bungkuk. Ia sendiri tinggal di
Menara lonceng terasingkan dari masyarakat karena bentuk fisiknya. Dan akibat
dari semua itu membuat Quasimodo tumbuh menjadi orang yang memiliki
percaya diri rendah, pemalu, dan menutup diri pada orang lain.
2.9. Arketipe
Menurut Cloninger (2012) Personality mencerminkan atau menggambarkan
bagaimana seseorang bersikap dan bertindak. Biasanya terpengaruh dari adaptasi
lingkungan, budaya, keluarga, dan faktor keturunan. Menurut Jung (dalam
Cloninger, 2012, hlm. 74) jenis kepribadian atau arketipe ada 4 yang utama, yaitu:
2.9.1. Persona
Persona sendiri diambil dari bahasa Latin yang berarti “Topeng”, dimana persona
merupakan perilaku atau sikap yang manusia tunjukkan kepada masyarakat agar
dapat diterima. Yang terkadang membuat orang melupakan jati diri dan bersikap
seperti kemauan masyarakat.
2.9.2. Shadow
Shadow merupakan keinginan atau pikiran bawah sadar atau istilahnya sisi gelap
manusia. Dimana keinginan atau pikiran ini biasanya merupakan hal yang tabu
atau tidak diterima masyarakat. Contohnya: sikap iri hati, kebencian, dan serakah.
Jung mengindikasikan rupa Shadow sebagai ular, iblis, naga, atau monster.
26
2.9.3. Anima atau Animus
Anima merupakan sifat feminin dalam laki-laki dan Animus merupakan sifat
maskulin dalam perempuan yang berpengaruh kepada identitas gender dan peran
seks nantinya. Anima atau Animus ini juga disebabkan faktor perubahan fisiologis
dan pengaruh sosial.
2.9.4. The Self
Self ini merupakan hasil akhir pembentukan atau gabungan dari Persona, Shadow
dan Anima/Animus. Inilah yang membuat kepribadian yang lengkap.
Selain Persona, Shadow, Anima/Animus, dan The Self ada pula jenis
arketipe lain yang digambarkan atau disimbolkan Jung dengan mitos, yaitu:
2.9.5. The Great Mother
Biasanya tokoh ini menggambarkan sosok ideal ibu yang penuh dengan kasih
sayang, peduli, dan dapat diandalkan. Contoh tokoh: Ibu Peri di Cinderella,
Galadriel dalam Lord of The Rings, dan lainnya.
2.9.6. The Spiritual Father/ The Wise Old Man
Sosok ini digambarkan sebagai Tuhan atau pembimbing dan pemimpin yang
bijaksana. Contoh tokoh: Gandalf di The Hobbit/The Lord of The Rings,
Dumbledore di Harry Potter, Merlin di The Sword in the Stone dan lainnya.
2.9.7. The Hero
Tokoh ini mengalahkan banyak musuh, selalu punya solusi, dan merupakan
pembela atau penyelamat. Contoh tokoh: Superman, Captain America, Finn di
27
Adventure Time, Carmen di Carmen Sandiego dan tokoh superhero atau tokoh
utama lainnya.
2.9.8. The Trickster
Tokoh ini biasanya usil, kurang bisa dipercaya, dan licik. Ia biasanya pembuat
onar dan tipikal yang melakukan sesuatu demi kesenangan atau kemauan pribadi.
Contoh tokoh: Loki, Bugs Bunny, Jack Sparrow, Felix the Cat, dan lainnya.
2.9.9. The Fair Maiden
Tokoh ini digambarkan sebagai perempuan polos dan baik hati. Contoh tokoh:
karakter utama Disney Princess seperti Aurora, Ariel, Cinderella, dan lainnya.
2.9.10. The Child/The Youth
Tokoh ini merupakan anak kecil baik dan polos. Contoh tokoh: Harry Potter, Peter
Pan, Bilbo Baggins, dan lainnya.
2.10. Hirarki Tokoh
Menurut Bancroft sebelum menggambar atau mendesain tokoh, tentukan dahulu
hirarki tokoh akan seperti apa (hlm. 18). Hirarki tokoh merupakan tingkat
kerumitan dan kesimpelan tokoh atau biasa yang disebut dengan style
menggambar yaitu seperti:
2.10.1. Iconic
Tokoh ini sangat simpel dan tidak terlalu ekspresif dimana biasanya tokoh
memiliki bentuk simpel seperti lingkaran, persegi, dan lainnya. Contoh tokoh
Iconic ialah Hello Kitty, We Bare Bears, dan Doraemon.
28
Gambar 2.24. Tokoh Iconic
(Bancroft, 2016, hlm. 18)
2.10.2. Simple
Tokoh ini lebih ekspresif jika dibandingkan dengan tokoh Iconic, bentuknya
masih sangat simpel namun banyak bentuk yang dimodifikasi. Contoh tokoh
Simple: Fred Flintstone, Finn The Human dan Wirt Over the Garden Wall.
Gambar 2.25. Tokoh Simple
(Bancroft, 2016, hlm. 18)
2.10.3. Broad
Tokoh ini lebih ekspresif lagi dari tokoh simple dan biasanya tokoh Broad ini
memiliki mata dan mulut besar yang memiliki ekspresi ekstrim untuk keperluan
humor. Contoh tokoh Broad: Roger Rabbit, Tom di Tom & Jerry, dan Courage the
Cowardly Dog.
29
Gambar 2.26. Tokoh Broad
(Bancroft, 2016, hlm 19)
2.10.4. Comedy relief
Jika tokoh Broad menyampaikan humor melalui ekspresi tokoh yang berlebihan,
maka berbeda dengan tokoh Comedy Relief ini. Tokoh ini menyampaikan humor
melalui aksi dan dialog mereka, biasanya dipakai oleh sidekick tokoh Disney.
Contoh tokoh Comedy Relief: Mushu, Sebastian, Baloo.
Gambar 2.27. Tokoh Comedy Relief
(Bancroft, 2016, hlm 19)
2.10.5. Lead Character
Tokoh ini memiliki ekspresi, anatomi dan tingkah laku yang realistis. Contoh
tokoh Lead Character: Cinderella, Ariel dan Howl
30
Gambar 2.28. Tokoh Lead Character
(Bancroft, 2016, hlm 20)
2.10.6. Realistic
Digambarkan sangat realistis, biasanya ada di tokoh komik superhero, monster,
dan lainnya. Contoh tokoh Realistic: Hulk, Batman, dan tokoh komik realis
lainnya.
Gambar 2.29. Tokoh Realistic
(Bancroft, 2016, hlm 20)
2.11. Kostum
Menurut Cohen (2006) kostum merupakan hal yang penting dalam mendesain
sebuah tokoh, dimana kostum dapat mengidentifikasi identitas, sifat, dan juga
31
pekerjaan dari seseorang. Aksesori atau tambahan properti juga diperlukan untuk
mendukung kostum mengidentifikasi seperti apakah tokoh tersebut.
Gambar 2.30. Tokoh dengan berbagai Kostum
(Cohen, 2006, hlm. 20)
2.12. Studi Referensi Hantu Lokal
Seperti yang ditulis oleh TEMPO Publishing (2020) masyarakat Indonesia saat ini
sangat suka dengan hal-hal yang berbau mistis, horor, misteri, dan horor yang
menggelikan (hlm. 12). Maka dari itu banyak film-film keluaran Indonesia
bergenre horor yang menampilkan hantu lokal khas Indonesia. Bagi yang percaya
ada banyak jenis dari hantu atau yang bisa disebut mahluk halus ini. Menurut
kisahtanahjawa (2019) makhluk halus ini ada yang berusia 0-700 tahun, 700-1400
tahun, 1400-21000 tahun, dan seterusnya. Makhluk halus ini pun memiliki sifat
yang berbeda-beda dan 60% diantaranya bersifat jahat, 25% bersifat baik, 10%
netral, dan 5% tidak diketahui (hlm. 3). Jenis-jenis hantu yang paling sering
muncul di dalam cerita ataupun film yaitu antara lain Pocong, Kuntilanak, Tuyul,
Gunderuwo, dan Siluman lainnya.
32
2.12.1. Pocong
Pocong merupakan makhluk yang biasa digambarkan sebagai jenazah yang masih
memakai kain kafan dan berjalan dengan melompat atau menyeret. Bagi yang
percaya pocong yang hadir biasanya meminta agar tali ikatannya dibuka.
2.12.1.1. Bentuk dan Kostum
Menurut Wikanjati (2010) penggambaran pocong bervariasi, mulai dari wajah
hijau atau pucat, mata yang bolong atau berongga, dan tentu saja terbungkus kain
kafan dan kapas. Cara jalannya juga digambarkan berbeda-beda, di dalam film-
film yang kita lihat rata-rata pocong bergerak secara melompat atau menyeret
padahal mitosnya mengatakan pocong bergerak secara melayang (hlm. 42-43).
Di dalam film-film horor maupun horor komedi yang ada di Indonesia seluruh
tampilan pocong sama, yaitu memakai kain kafan dan berwajah gelap atau pucat.
Film Ada Apa Dengan Pocong? (2011) menggambarkan pocong memiliki wajah
yang sudah busuk, pupil mata membesar seperti melotot, serta kain kafan yang
lusuh dan menguning.
Gambar 2.31. Pocong di Film Ada Apa Dengan Pocong?
(Doppert, C. (Director). (2011). Ada Apa Dengan Pocong? [Film]. Mitra Pictures)
33
Dibandingkan dengan film Ada Apa Dengan Pocong?, film komedi horor yang
berjudul Bukan Pocong Biasa (2011) menggambarkan pocong yang tidak terlalu
seram dengan muka putih, kain kafan agak lusuh, dan muka yang masih mulus
alias tidak membusuk.
Gambar 2.32. Pocong di Film Bukan Pocong Biasa
(Doppert, C. (Director). (2011). Bukan Pocong Biasa [Film]. Mitra Pictures)
Dalam animasi 2d komedi horor yang ada di Youtube juga menggambarkan
pocong mengenakan kain kafan yang lusuh, lingkaran mata yang gelap dan warna
kulit hijau atau pucat.
Gambar 2.33. Pocong di dalam video "Hantu Kebanjiran"
(Warganet Life Official. (2018, Des 13). Hantu Kebanjiran [Video]. YouTube.
https://www.youtube.com/watch?v=JcfXi05tQbg)
34
Gambar 2.34. Pocong di dalam video "Pocong Ikut Lomba Balap Karung"
(Rizky Riplay. (2018, Sept 7). Pocong Ikut Lomba Balap Karung [Video]. YouTube.
https://www.youtube.com/watch?v=srdlbdOjIss)
2.12.2. Tuyul
Tuyul merupakan makhluk yang biasa digambarkan sebagai anak kecil usil yang
suka mengambil uang untuk majikannya. Ternyata menurut kisahtanahjawa
(2019), tuyul dapat dibedakan atas 3 yaitu tuyul murah, tuyul mahal dan tuyul biru
(hlm. 74)
2.12.2.1. Bentuk dan Kostum
Tuyul murah memiliki rupa yang mengerikan, dimana kepalanya berbentuk
seperti wajik dan mulutnya berbentuk vertikal. Tuyul mahal memiliki rupa
kekanakan seperti anak manusia pada umumnya dan bisa menghasilkan uang yang
banyak. Dan tuyul biru merupakan tuyul yang paling sakti, biasanya bentuknya
lebih besar daripada tuyul lainnya dan bisa menghasilkan omset hingga milyaran.
Di dalam film Tuyul: Part 1 (2015) Tuyul digambarkan memiliki telinga runcing
dengan batok kepala yang besar hingga terlihat seperti alien. Di situ juga tuyul
35
digambarkan memiliki empat jari yang mirip seperti ayam dan gigi yang tajam
serta kulit berwarna abu-abu pucat.
Gambar 2.35. Tuyul di Film Tuyul: Part 1
(Christian, B. (Director). (2015). Tuyul: Part 1 [Film]. Renee Pictures)
Beda halnya dengan series komedi Tuyul dan Mbak Yul dimana tuyul yang
bernama Ucil memiliki rupa seperti anak kecil biasa dan hanya memakai celana
dalam.
Gambar 2.36. Ucil
(Punjabi, R. (Executive Producers). (1997-2002). Tuyul dan Mbak Yul [TV Series].)
36
Animasi 2d komedi horor yang ada di Youtube juga menggambarkan Tuyul
seperti bocah pada umumnya, hanya memakai celana dalam dan memiliki kulit
yang pucat.
Gambar 2.37. Tuyul di dalam video "Tuyul Lapar"
(Warganet Life Official. (2018, Nov 1). Tuyul Lapar [Video]. YouTube.
https://www.youtube.com/watch?v=hsiwgiieo4A)
Gambar 2.38. Tuyul di dalam video "Azab Tuyul Sering Prank Hey Tayo"
(Rizky Riplay. (2019, Jan 28). Azab Tuyul Sering Prank Hey Tayo [Video]. YouTube.
https://www.youtube.com/watch?v=hsiwgiieo4A)
37
2.13. Warna
Menurut Mollica (2013) warna merupakan bagian dari cahaya putih yang
terpantul dari benda-benda. Dalam fisika, kimia, dan psikologi warna memiliki
makna masing-masing (hlm. 8). Menurut Morton (1997) warna sendiri memiliki
arti dan makna psikologis dalam penggunaanya, seperti:
2.13.1. Merah
Menurut Morton arti psikologis warna merah ialah: energi, kehangatan, kekuatan,
cinta, dominan, semangat, gelora, perang, agresif, dan lainnya. Bagi agama warna
merah identik dengan iblis atau setan dan di dalam mode jika orang memakai
pakaian merah melambangkan keseksian dan pencari perhatian.
Gambar 2.39. Simbolisme Warna Merah 01
(Morton, 1997)
38
Gambar 2.40. Simbolisme Warna Merah 02
(Morton, 1997)
Gambar 2.41. Simbolisme Warna Merah 03
(Morton, 1997)
2.13.2. Jingga
Menurut Morton arti psikologis warna jingga adalah: sederhana, semangat,
berenergi, dan kehangatan.
39
Gambar 2.42. Simbolisme Warna Jingga
(Morton, 1997)
2.13.3. Kuning
Menurut Morton arti psikologis warna kuning adalah: harapan, berkilau, optimis,
egois, tidak jujur, berkhianat, pengecut dan filosofi. Dalam kepercayaan yunani
para dewa mengenakan jubah dan memiliki rambut berwarna kuning.
Gambar 2.43. Simbolisme Warna Kuning 01
(Morton, 1997)
40
Gambar 2.44. Simbolisme Warna Kuning 02
(Morton, 1997)
2.13.4. Hijau
Menurut Morton arti psikologis warna hijau adalah: alam, pertumbuhan, sehat,
masa muda, damai, keberuntungan, tidak dewasa, dan iri hati.
Gambar 2.45. Simbolisme Warna Hijau 01
(Morton, 1997)
41
Gambar 2.46. Simbolisme Warna Hijau 02
(Morton, 1997)
Gambar 2.47. Simbolisme Warna Hijau 03
(Morton, 1997)
Gambar 2.48. Simbolisme Warna Hijau 04
(Morton, 1997)
2.13.5. Biru
Menurut Morton arti psikologis warna biru adalah: kepercayaan, kejujuran,
kebersihan, pasif, dingin, depresi, sedih, pendiam, dan murung. Di Cina warna
42
biru melambangkan keabadian, bagi orang Ibrani warna biru melambangkan
kesucian dan dalam agama Hindu warna biru identik dengan dewa Krishna.
Gambar 2.49. Simbolisme Warna Biru 01
(Morton, 1997)
Gambar 2.50. Simbolisme Warna Biru 02
(Morton, 1997)
Gambar 2.51. Simbolisme Warna Biru 03
(Morton, 1997)
43
2.13.6. Ungu
Menurut Morton arti psikologis warna ungu adalah: misterius, inspirasi, imajinasi,
mistis, harga diri, sensitif, mewah, kejam, duka dan kematian. Di beberapa budaya
Timur dan Barat, warna ini dijadikan sebagai warna untuk berduka dan
berkabung.
Gambar 2.52. Simbolisme Warna Ungu 01
(Morton, 1997)
Gambar 2.53. Simbolisme Warna Ungu 02
(Morton, 1997)
44
Gambar 2.54. Simbolisme Warna Ungu 03
(Morton, 1997)
2.13.7. Cokelat
Menurut Morton arti psikologis warna coklat adalah: dapat dipercaya, alam,
kehangatan, nyaman,dan kebosanan.
Gambar 2.55. Simbolisme Warna Cokelat
(Morton, 1997)
2.13.8. Hitam
Menurut Morton arti psikologis warna hitam ialah: kekuatan, asing, kematian,
kekosongan, canggih, dan seks. Menurut agama Kristen warna ini melambangkan
penolakan diri dan kekuatan jahat. Warna ini juga dijadikan warna berkabung di
budaya barat.
45
Gambar 2.56. Simbolisme Warna Hitam
(Morton, 1997)
2.13.9. Putih
Menurut Morton arti psikologis warna putih ialah: kesucian, kejujuran,
kebersihan, polos, lugu, kebodohan, dan hambar. Bagi agama warna ini
melambangkan kesucian dan keselamatan. Warna putih juga digunakan dalam
baju pengantin, baju dokter dan suster.
Gambar 2.57. Simbolisme Warna Putih
(Morton, 1997)
2.13.10. Abu-abu
Menurut Morton arti psikologis warna abu-abu ialah: netral, cerdas, modern,
kebebasan, sedih, rusak, usang, muram, dan tenang.
Gambar 2.58. Simbolisme Warna Abu-abu
(Morton, 1997)