Bab II Tinjauan Kepustakaan
Transcript of Bab II Tinjauan Kepustakaan
9
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. Bangunan Irigasi
1.1. Saluran Irigasi
1. Jaringan irigasi utama
Saluran primer membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke
petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada
bangunan bagi yang terakhir.
Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang
dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah pada
bangunan sadap terakhir.
Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan sumber yang
memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan irigasi primer.
Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak tersier
yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran ini termasuk dalam
wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu pemeliharaannya menjadi tanggung
jawabnya.
2. Jaringan saluran irigasi tersier
Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama ke
dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah boks
bagi kuarter yang terakhir.
Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap
tersier atau parit sawah ke sawah-sawah.
1.2. Saluran Pembuang
1. Jaringan saluran pembuang tersier
Saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu petak tersier, menampung air
langsung dari sawah dan membuang air tersebut ke dalam saluran pembuang
tersier.
10
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak tersier yang
termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan menampung air, baik dari
pembuang kuarter maupun dari sawah-sawah. Air tersebut dibuang ke dalam
jaringan pembuang sekunder.
2. Jaringan saluran pembuang utama
Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan pembuang tersier dan
membuang air tersebut ke pembuang primer atau langsung ke jaringan pembuang
alamiah dan ke luar daerah irigasi.
Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran pembuang sekunder
ke luar daerah irigasi. Pembuang primer sering berupa saluran pembuang alamiah
yang mengalirkan kelebihan air tersebut ke sungai, anak sungai atau ke laut.
1. 3. Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang
dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.
Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke
saluran tersier penerima.
Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian bangunan.
Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau lebih
(tersier, subtersier dan/atau kuarter).
1. 4. Bangunan - Bangunan Pengukur dan Pengatur
Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran jaringan
primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier.
Peralatan ukur dapat dibedakan menjadi alat ukur aliran-atas bebas (free
overflow) dan alat ukur aliran bawah (underflow).
Beberapa dari alat-alat pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air.
11
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
AAlat-alat Ukur (Direktorat Jenderal Pengairan Dep.PU, 1986)
1. 5. Bangunan Pengatur Muka Air
Bangunan-bangunan pengatur muka air mengatur/mengontrol muka air di
jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat
memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier.
Bangunan pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang dapat disetel
atau tetap.
Untuk bangunan-bangunan pengatur yang dapat disetel dianjurkan untuk
menggunakan pintu (sorong, radial atau lainnya).
Bangunan-bangunan pengatur diperlukan di tempat-tempat di mana tinggi muka
air di saluran dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring (chute).
TipeMengukur
dengan
Mengatur
Alat ukur ambang lebar Aliran atas Tidak
Alat ukur Parshall Aliran atas Tidak
Alat ukur Cipoletti Aliran atas Tidak
Alat ukur Romijn Aliran atas Ya
Alat ukur Crump-de Gruyter Aliran bawah Ya
Bangunan sadap pipa sederhana Aliran bawah Ya
Constant-Head Orifice (CHO) Aliran bawah Ya
12
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
Untuk mencegah meninggi atau menurunnya muka air di saluran, dipakai mercu
tetap atau celah kontrol trapesium (trapezoidal notch).
1. 6. Bangunan Pembawa
A. Bangunan pembawa dengan aliran superkritis
1. Bangunan terjun
Dengan bangunan terjun, menurunnya muka air (dan tinggi energi)
dipusatkan di satu tempat. Bangunan terjun bisa memiliki terjun tegak atau
terjun miring. Jika perbedaan tinggi energi mencapai beberapa meter, maka
konstruksi got miring perlu dipertimbangkan.
2. Got miring
Daerah got miring dibuat apabila trase saluran melewati ruas medan dengan
kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan tinggi energi yang besar.
Got miring berupa potongan saluran yang diberi pasangan (lining) dengan
aliran superkritis, dan umumnya mengikuti kemiringan medan alamiah.
B. Bangunan pembawa dengan aliran subkritis
1. Gorong-gorong
Gorong-gorong dipasang di tempat-tempat di mana saluran lewat di bawah
bangunan (jalan, rel kereta api) atau apabila pembuang lewat di bawah
saluran. Aliran di dalam gorong-gorong umumnya aliran bebas.
2. Talang
Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran lainnya,
saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembah-lembah. Aliran di
dalam talang adalah aliran bebas.
3. Sipon
Sipon dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan gravitasi
di bawah saluran pembuang, cekungan, anak sungai atau sungai. Sipon juga
dipakai untuk melewatkan air di bawah jalan, jalan kereta api, atau
bangunan-bangunan yang lain. Sipon merupakan saluran tertutup yang
13
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
direncanakan untuk mengalirkan air secara penuh dan sangat dipengaruhi
oleh tinggi tekan.
4. Jembatan sipon
Jembatan sipon adalah saluran tertutup yang bekerja atas dasar tinggi tekan
dan dipakai untuk mengurangi ketinggian bangunan pendukung di atas
lembah yang dalam.
5. Flum (flume)
Ada beberapa tipe flum yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi melalui
situasi-situasi medan tertentu, misalnya :
flum tumpu (bench flume), untuk mengalirkan air di sepanjang lereng bukit
yang curam.
flum elevasi (elevated flume), untuk menyeberangkan air di irigasi lewat di
atas saluran pembuang atau jalan air lainnya.
flum, dipakai apabila batas pembebasan tanah (right of way) terbatas atau
jika bahan tanah tidak cocok untuk membuat potongan melintang saluran
trapesium biasa.
6. Saluran tertutup
Saluran tertutup dibuat apabila trase saluran terbuka melewati suatu
daerah di mana potongan melintang harus dibuat pada galian yang dalam
dengan lereng-lereng tinggi yang tidak stabil. Saluran tertutup juga
dibangun di daerah-daerah permukiman dan di daerah-daerah pinggiran
sungai yang terkena luapan banjir. Bentuk potongan melintang saluran
tertutup atau saluran gali dan timbun adalah segi empat atau bulat.
Biasanya aliran di dalam saluran tertutup adalah aliran bebas.
7. Terowongan
Terowongan dibangun apabila keadaan ekonomi/anggaran memungkinkan
untuk saluran tertutup guna mengalirkan air melewati bukit-bukit dan
medan yang tinggi. Biasanya aliran di dalam terowongan adalah aliran
bebas.
1. 7. Bangunan Lindung
A. Bangunan pembuang silang
14
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
Gorong-gorong adalah bangunan pembuang silang yang paling umum
digunakan sebagai lindungan luar, lihat juga pasal mengenai bangunan
pembawa.
Sipon dipakai jika saluran irigasi kecil melintas saluran pembuang yang besar.
Dalam hal ini, biasanya lebih aman dan ekonomis untuk membawa air irigasi
dengan sipon lewat di bawah saluran pembuang tersebut.
B. Pelimpah (spillway)
Ada tiga tipe lindungan dalam yang umum dipakai, yaitu saluran pelimpah,
sipon pelimpah dan pintu pelimpah otomatis. Pengatur pelimpah diperlukan
tepat di hulu bangunan bagi, di ujung hilir saluran primer atau sekunder dan di
tempat-tempat lain yang dianggap perlu demi keamanan jaringan. Bangunan
pelimpah bekerja otomatis dengan naiknya muka air.
C. Bangunan penguras (wasteway)
Bangunan penguras, biasanya dengan pintu yang dioperasikan dengan tangan,
dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas saluran bila diperlukan. Untuk
mengurangi tingginya biaya, bangunan ini dapat digabung dengan bangunan
pelimpah.
D. Saluran pembuang samping
Aliran buangan biasanya ditampung di saluran pembuang terbuka yang
mengalir paralel di sebelah atas saluran irigasi. Saluran-saluran ini membawa
air ke bangunan pembuang silang atau jika debit relatif kecil dibanding aliran
air irigasi, ke dalam saluran irigasi itu melalui lubang pembuang.
1.8. Bangunan Pelengkap
Tanggul-tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi terhadap banjir
yang berasal dari sungai atau saluran pembuang yang besar. Pada umumnya
tanggul diperlukan di sepanjang sungai di sebelah hulu bendung atau di
sepanjang saluran primer.
Fasilitas-fasilitas eksploitasi diperlukan untuk eksploitasi jaringan irigasi
secara efektif dan aman. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain meliputi antara
15
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
lain kantor-kantor di lapangan, perumahan untuk staf irigasi, jaringan
komunikasi, patok hektometer, papan eksploitasi, dan sebagainya.
Bangunan-bangunan pelengkap yang dibuat di dan sepanjang saluran
meliputi:
pagar, rel pengaman dan sebagainya, guna memberikan pengaman
sewaktu terjadi keadaan-keadaan gawat;
kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya bangunan (sipon dan
gorong-gorong panjang) oleh benda-benda yang hanyut;
jembatan-jembatan untuk keperluan penyeberangan bagi penduduk.
1.9. Jalan dan jembatan
Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi dan pembuang oleh Dinas Pengairan. Masyarakat boleh
menggunakan jalan-jalan inspeksi ini untuk keperluan-keperluan tertentu
saja.
Apabila saluran dibangun sejajar dengan jalan umum di dekatnya, maka tidak
diperlukan jalan inspeksi di sepanjang ruas saluran tersebut. Biasanya jalan
inspeksi terletak di sepanjang sisi saluran irigasi. Jembatan dibangun untuk
saling menghubungkan jalan-jalan inspeksi di seberang saluran
irigasi/pembuang atau untuk menghubungkan jalan inspeksi dengan jalan
umum
2. Pola Tanam
Pola tanam adalah suatu usaha untuk meningkatkan hasil pertanian dengan
mengatur jadwal tanam setiap tanaman. Pada umumnya jadwal penanaman tergantung
pada keadaan tanah, distribusi curah hujan dan ketersediaan air irigasi. Jadwal
penanaman yang telah ditentukan bersama dengan faktor cuaca dipakai untuk
merencanakan waktu dan jumlah pemberian air irigasi.
2.1. Hubungan antara Tanaman dan Air
Varietas-varietas padi modern kurang toleransi terhadap genangan air dan
tekanan kelembaban dibanding dengan varietas tradisional. Data agronomi dasar
dibutuhkan untuk menyusun rancangan sistem irigasi guna pengelolaan yang optimum,
16
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
penilaian pertanian terapan perlu dilakukan untuk membekali mereka yang merancang
dan mengoperasikan daerah irigasi dengan informasi sebagai berikut.
Kebutuhan air dasar untuk padi
Respon tanaman terhadap suplai air
Respon tanaman terhadap kedalaman air
Pengaruh kekurangan air terhadap berbagai tahap pertumbuhan
Kerusakan padi akibat banjir dalam hubungannya dengan tahap tahap
pertumbuhan
Toleransi tanaman terhadap air asin
Untuk menyediakan kelembaban tanah, air yang diperlukan untuk pertumbuhan
tanam-tanaman biasa didapatkan dari 5 sumber, dimana salah satu pun tidak boleh
diabaikan apabila kita memperkirakan kebutuhan air irigasi, yaitu :
1. Presipitasi
Apabila merencanakan proyek irigasi jangan sampai salah menafsirkan
presipitasi rata-rata dalam bulan dan tahun yang bersangkutan karena dalam
kenyataanya presipitasi bervariasi dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke
tempat lain. Dalam hal ini tidak ada keseragaman dalam keadaan presipitasi atau
dalam curah hujan. Perubahan itu adalah merupakan hal yang penting dalam
kaitannya dengan pertanian di daerah kering dan basah.
2. Air Atmosfer selain Presipitasi
Keadaan atmosfer yang umumnya terdapat untuk membentuk sumber air
bermakna adalah :
Formasi embun yang agak besar
Kabut awan
Kelembapan yang tinggi
Keadaan tersebut mengurangi kebutuhan air untuk tanaman dengan
mengurangi gaya yang menyebabkan air menguap (bertranspirasi) dari tumbuh-
tumbuhan. Embun khususnya efektif dalam pengurangan jumlah air yang
mengalir melalui tumbuh-tumbuhan, dalam keadaan tertentu embun diserap
oleh tumbuh-tumbuhan.
17
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
3. Air Banjir
Air tadah hujan dalam keadaan tertentu mirip dengan air irigasi, tetapi tidak
disalurkan oleh manusia. Pada waktu banjir melalui permukaan tanah, air
diserap oleh tanah dan ditampung untuk penggunaan selanjutnya oleh tanam-
tanaman. Pada daerah tertentu hasil air tadah hujan dalam keadaan tertentu
mirip dengan air irigasi, tetapi tidak disalurkan oleh manusia. Pada waktu banjir
melalui permukaan tanah, air diserap oleh tanah dan ditampung untuk
penggunaan selanjtnya oleh tanaman. Pada daerah tertentu hasil pertanian
sepenuhnya tergantung kepada air tadah hujan.
4. Air tanah
Air tanah adalah air di bawah permukaan tanah di mana rongga-rongga di
dalam tanah pada hakekatnya terisi oleh air. Suatu permukaan air tanah pada
bagian bawah daerah akar dapat menyediakan suatu jumlah air yang layak dan
dengan demikian mengurangi biaya irigasi lebih besar daripada kerugian panen
yang dapat ditutupnya. Kedalaman permukaan tanah yang optimum adalah
kedalaman yang dapat memberikan pengembalian ekonomi yang maksimum.
5. Irigasi
Pemberian irigasi di daerah yang beriklim basah tergantung kepada jumlah
dan kejadian presipitasi. Keuntungan adanya uap air yang cukup, memungkinkan
dua kali panen, jenis tanaman yang dapat tumbuh lebih banyak dan kemungkinan
hasil panen lebih baik. Meskipun irigasi dibangun pada daerah yang basah, harus
dipikirkan sebagai suatu operasi tanah pertanian yang normal. Kemungkinan
untuk menjamin dan memasang peralatan dalam waktu yang singkat untuk
menyelamatkan tanaman yang telah dan sedang menderita kekurangan air
adalah jarang.
2.2. Sumber-sumber dan penampungan air irigasi
Keberhasilan setiap proyek irigasi secara luas terlihat kepada kecukupan dan
ketergantungan dari persediaan airnya. Pada daerah irigasi, badan - badan pemerintah
harus melakukan pencatatan jangka panjang yang berkesinambungan mengenai
presipitasi, aliran sungai, dan persediaan air tanah sebagai suatu dasar untuk
penggunaan semua sumber air.
18
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
1. Presipitasi Lembah Dan Pegunungan
Pada hampir semua daerah lembah yang ber-irigasi, presipitasi secara relatif
tidak penting sabagai sebagai sumber air irigasi yang langsung. Presipitasi pada
daerah pegunungan merupakan sumber persediaan yang utama.
Pengumpulan informasi yang dapat dipercaya mengenai pesediaan air
membutuhkan usaha yang keras serta berkesinambungan. Perkiraan yang
berlebihan (overestimasi ) mengenai persediaan air untuk berbagai proyek
sering tercermin dalam sedikitnya luas daerah yang dapat diberi air irigasi
apabila dibandingkan dengan luas daratan yang ingin diberi pada rencana proyek
semula. Lingkungan daerah tandus harus mengatur cara beririgasi secara tepat
sampai ke suatu tingkat tertentu berdasarkan informasi yang dapat dipercaya
mengenai persediaan air. Penyelidikan pada suatu daerah aliran harus
dilaksanakan untuk menentukan hasil produksi dan persedian air yang tersedia
untuk perluasan irigasi.
2. Waduk Permukaan (surface reservoirs)
Waduk permukaan dibangun untuk menampung air irigasi untuk
dipergunakan apabila aliran alami suatu sungai tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan irigasi.
Semua bendungan penampungan harus dilengkapi dengan spillway yang
cukup besar untuk menyalurkan aliran banjir maksimum yang diperkirakan.
Kapasitas setiap waduk ditentukan oleh keadaan alami dari ngarai atau lembah di
mana air akan ditampung dengan ketinggian suatu bendungan yang harus
menampung sejumlah air yang dibutuhkan dan tersedia secara ekonomis.
Meningkatnya kebutuhan air akan memerlukan pembangunan bendungan yang
lebih tinggi, lebih panjang, dan lebih mahal dibandingkan dengan bendungan
yang telah dibangun jauh sebelumnya.
3. Pengendapan Waduk
Peralatan dan metode yang digunakan untuk mengendalikan pengendapan
pada waduk adalah kolam lumpur, saluran pintas, lokasi saluran pembuang,
saluran yang ditanami tumbuh-tumbuhan, melepaskan arus kerapatan,
mengendalikan banjir, pengerukan, pembuangan, dan pengurasan. Perlindungan
daerah aliran dan perencanaan waduk yang khusus memungkinkan penggunaan
19
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
satu atau lebih cara penanggulangan yang disebut di atas sehingga bermanfaat
dalam pengendalian endapan.
4. Mengurangi kehilangan karena penguapan
Kehilangan air karena adanya penguapan (evaporasi) adalah masalah yang
serius di daerah yang tandus. Penggunaan waduk air tanah untuk menampung air
makin meningkat dan akan terus meningkat begitu persediaan air menjadi makin
berharga dan lokasi waduk penampungan, air penampungan makin terbatas dan
lebih mahal.
5. Masalah Fretofit
Fretofit adalah tumbuhan air yang tumbuh sepanjang alur sungai dan pada
tanah basah yang mempunyai permukaan air tanah yang tinggi di mana suatu
persediaan air sangat banyak. Air yang dipergunakan oleh fretofit sangat tinggi
dan meningkat apabila kedalaman terhadap permukaan air tanah menurun.
Metode pemberantasan fretofit harus diterapkan menurut keadaan fisik dan
ekonomi setempat agar tidak merugikan bagi aliran irigasi.
6. Hujan buatan
Salah satu pengembangan yang paling menarik dalam usaha manusia untuk
penambahan persediaan air adalah hujan buatan. Komponen yang perlu
diperhatikan dalam pembuata air hujan adalah:
Penentuan suatu kebijaksanaan untuk melaksanakan hujan buatan
Pengenalan suatu kesempatan yang sesuai
Memberikan suatu stimulasi yang dibutuhkan pada awan
Mengadakan evaluasi terhadap apa yang telah dicapai
Hujan buatan pada saat ini dilakukan pada daerah yang luas peningkatan
curah hujan rata rata dari 10 sampai 15 persen. Apabila daerah dan lingkupan
awan menguntungkan, curah hujan dapat diperbesar secara ekonomis dengan
hujan buatan.
7. Pengembangan sungai dengan pemompaan
Pengembangan sungai yang ekstensif dapat dicapai dengan pemompaan air
ke tanah yang lebih tinggi untuk keperluan irigasi. Salah satu keuntungan utama
pemompaan adalah pengembangan yang diinginkan biasanya dapat dilaksanakan
20
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
tanpa biaya yang besar untuk pembangunan dam dan pengaliran aliran secara
gravitasi.
8. Peranan air tanah
Pemompaan air dari sumber bawah tanah banyak dilakukan dan merupakan
suatu metode yang cukup baik untuk mendapatkan air irigasi. Menurukan
permukaan air tanah setelah pemompaan untuk irigasi yang ekstensif di
beberapa daerah telah terbukti sangat berharga untuk drainase.
Fungsi kelembaban tanah dalam pertumbuhan tanaman sangat penting.
Volume air yang berlebihan dalam tanah menahan atau merintangi pertumbuhan
tanaman dan menjadikan drainase penting. Sterilisasi tanah di daerah kering
biasanya disebabkan oleh kekurangan air. Hubungan dasar tanah dan air
ditentukan oleh faktor-faktor di bawah ini:
Tekstur tanah
Struktur tanah
Berat jenis absolute
Berat jenis spesifik
Ruang pori
Infiltrasi
Permeabilitas
Kedalaman tanah
Tegangan permukaan tanah
Kadar kelembaban tanah
Sistem irigasi yang akan digunakan adalah sistem basin dengan sistem
pemberian air secara golongan untuk keperluan pola tanam perlu diketahui sebagai
berikut.
A. Curah Hujan
Curah hujan adalah salah satu sumber air bagi tanaman yang jumlah dan
volumenya diluar kontrol kita, tetapi walupun demikian konstribusi air hujan terhadap
perencanaan irigasi adalah merupakan hal penting, terutama pada daerah irigasi yang
mempunyai keterbatasan sumber air. Belum ada satu metode untuk memperkirakan
21
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
besarnya konstribusi air hujan terhadap suatu skema irigasi seakurat metode untuk
memperkirakan penggunaan air oleh tanaman yang sudah dikembangkan.
Perkiraan kontribusi curah hujan didekati dengan teori probabilitas dan
kelakuan - kelakuan curah hujan di suatu daerah pada masa lalu.
Sebelum melakukan proses pengolahan data curah hujan, data curah hujan
tersebut harus diperiksa secara manual. Data curah hujan harian terbesar misalnya
harus realistik atau akan memberikan hasil yang tidak diinginkan. Total curah hujan
bulanan yang berulang mugkin disebabkan karena kesilapan memasukkan data bulanan
yang berulang. Pembulatan curah hujan harian mungkin mengakibatkan
ketidakakuratan dan tidak realistik.
Curah hujan bulanan dan tahunan perlu diperiksa dengan menggambarkan grafik
masa (double mass curve ) di antara stasiun pengamat curah hujan dan atau dengan
stasiun yang berada di sekitar lokasi daerah studi untuk memperlihatkan perolehan
lokasi dari pada stasiun curah hujan. Apabila periode pengamatan terlalu pendek. Data
beberapa stasiun perlu dibandingkan.
Curah hujan efektif (effective rain fall) dan curah hujan yang berlebihan (axcess
rain fall) diperoleh berdasarkan data curah hujan harian, parameter curah hujan efektif
didasarkan atas total curah hujan setengah bulanan dan curah hujan yang berlebihan
(axcess rain fall), berdasarkan total curah hujan 3 harian pada setiap bulannya.
Tidak seluruh air hujan yang jatuh ke permukaan bumi efektif karena sebagian
akan hilang sebagai run off, perkolasi (deep percolation) dan evapotranspirasi. Hanya
sebagian dari hujan atau curah hujan yang tinggi dapat mengisi dan tersimpan di daerah
akar tanaman (root zone) dan efektivitasnya cukup rendah.
Hubungan antara curah hujan efektif bulanan rata – rata dan curah hujan bulanan
rata – rata diperlihatkan untuk besaran ET. Crop yang berbeda. Pada saat pemberian air
irigasi volume air yang dapat disimpan dengan effektif pada lapisan akar tanaman
diperkirakan sebesar 75 mm.
B. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah kombinasi kehilangan air dari permukaan tanah
(evaporasi) dan tanaman (transpirasi). Keadaan lingkungan air merupakan determinan
penting dalam pengelolaan air irigasi, lingkungan air yang dibutuhkan untuk produksi
secara ekonomis berbeda menurut tanaman dan kawasan geoklimatiknya. Apabila
22
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
kebutuhan air suatu tanaman dapat diketahui maka kebutuhan air untuk unit yang lebih
besar dapat dihitung.
Evapotranspirasi adalah kebutuhan dasar bagi tanaman yang harus dipenuhi
oleh sistem irigasi yang bersangkutan untuk menjamin suatu tingkat produksi yang
diharapkan. Evapotranspirasi sebagai salah satu proses yang rumit sangat dipengauhi
oleh keadaan iklim. Evapotranspirasi ini juga bervariasi sesuai tingkat pertumbuhan
tanaman. Nilai evapotranspirasi adalah 1 pada saat tanam di sawah, dan berubah
menjadi 1,1 pada saat pertunasan dan mencapai 1,2 pada saat berbunga.
Evaporasi adalah proses fisik yang merubah suatu cairan atau bahan padat
menjadi gas. Penguapan air melalui tumbuhan disebut transpirasi (T). Jika penguapan
dari tanah atau permukaan air terjadi bersamaan, maka kombinasi proses tersebut
dinamakan evapotranspirasi (ET).
ET yang sebenarnya dan potensial telah bermanfaat dan menjadi pokok
penelitian yang luas. Perbedaan evapotranspirasi bergantung pada:
1. variasi evapotranspirasi menurut musim
2. variasi evapotranspirasi akibat varietas yang berbeda
Sumber air yang dipergunakan oleh tanaman baik berasal dari presipitasi sendiri,
irigasi ditambah curah hujan, atau air tanah dicampur presipitasi.
Air yang dikonsumsi oleh tanaman yang alami tidak dapat dipergunakan untuk
mengairi tanaman pertanian. Dengan demikian, dalam mempertimbangkan persediaan
air untuk suatu daerah, air yang dipergunakan oleh tanaman alami (seperti
rumputgaram, pohoh kapas, tamaris) yang tumbuh di lembah yang diberi air irigasi,
daerah lembah dan sepanjang aliran, menjadi makin penting karena luas tanah yang
lebih besar diberi air irigasi khususnya selama masa kering. Dalam merencanakan
proyek irigasi baru, harus didasarkan terhadap perbedaan dalam kebutuhan air oleh
tanaman pertanian yang diberi air irigasi dan oleh tanaman alami yang diganti oleh
tanaman pertanian.
Kedua – duanya terjadi secara simultan dan sulit untuk membedakan kedua proses
tersebut. Faktor – faktor yang mempengaruhi evapotranpirasi (ET) adalah :
a. Radiasi matahari (solar radiaton).
Evapotranspirasi adalah konversi dari air menjadi uap air, proses tersebut
terjadi sepanjang siang hari dan juga dapat terjadi pada malam hari. Perubahan
23
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
dari molekul air menjadi gas memerlukan energi. Proses ini sangat efektif jika
terjadi di bawah penyinaran matahari langsung. Dengan adanya awan yang
melindungi penyinaran langsung matahari yang sampai ke permukaan bumi
akan berkurang sehingga mengurangi masukan energi, untuk proses
evapotranspirasi.
b. Temperatur
Apabila temperatur dari udara, tanah, dan tanaman cukup tinggi, proses
evapotranspirasi akan lebih besar dibandingkan jika keadaan dingin, karena
energi yang tersedia akan lebih besar, selanjutnya semakin tinggi temperatur
udara semakin tinggi pula kemampuan untuk mengabsorpsi uap air. Jadi
temperatur udara mempunyai pengaruh ganda di dalam proses terjadinya
evapotranspirasi, sedangkan permukaan tanah, daun tumbuhan, dan tenperatur
air hanya mempunyai pengaruh tunggal.
c. Kadar lengas relatif (relatif humidity)
Apabila kadar lengas udara naik, kemampuan untuk mengabsorsi uap air
berkurang dan evaporasi menjadi lautan. Manakala stomata daun tanaman
terbuka, difusi uap udara yang keluar dari daun tergantung pada perbedaan
antara tekanan uap air di dalam rongga sel dan tekanan air pada atmosfir.
d. Angin
Dengan mengisapnya air ke atmosfir lapisan batas antara permukaan tanah
(daun tanaman) dan udara menjadi menjadi lembab dan harus digantikan oleh
udara kering ketika proses evapotranspirasi terjadi. Pergeseran udara pada
lapisan batas tergantung pada kepada angin sehingga kecepatan angin sangat
penting dalam hal ini.
e. Variasi elevasi/ketinggian
Pada suatu zona iklim tertentu ET akan berbeda sesuai dengan ketinggian
dihitung dari elevasi permukaan air laut, ini sebenarnya bukan berbeda karena
ketinggian itu sendiri tetapi diakibatkan oleh temperature, karena lengas dan
kecepatan angin berhembus yang berkaitan dengan ketinggian wilayah yang
dimaksud juga radiasi matahari untuk wilayah tinggi berbeda dengan wilayah
yang rendah.
24
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
Berdasarkan pengamatan kami, petani di kawasan Daerah Irigasi Perbaungan
mengunakan sistem P2T3 (Pemanfaatan Pola Tanam dan Tertib Tanam) yang telah
terjadwal dan disepakati bersama melalui musyawarah desa sesuai dengan kondisi
musim. Pola tanam masyarakat di sini adalah padi, padi, kedelai. Pola tanam ini
dimaksud pada awal pembenihan tanaman yang ditanam terlebih dahulu adalah padi
kemudian padi dan baru ditanami palawija (kacang hijau,kacang kuning, jagung, cabai.
ubi, ketela pohon), baru kembali ke awal siklus tadi yaitu padi dan seterusnya.
Masyarakat memakai sistem/pola ini dikarenakan memiliki tingkat panen yang sangat
produktif. Alasan memakai pola padi, padi, palawija adalah:
Memutus siklus setelah panen tanaman padi,
Menyuburkan tanah kembali, dengan tanaman palawija seperti tanaman kacang
yang mampu menyuburkan tanah kembali.
Jadwal penaburan benih hingga panen adalah :
Bulan Mei s/d bulan agustus adalah waktu mulai turun benih padi hingga panen,
Bulan September s/d bulan Desember adalah waktu mulai turun benih hingga
panen,
Bulan Januari s/d April adalah waktu untuk tanaman palawija seperti kacang
hijau, jagung, kedelai, cabai, dan ubi.
Kedelai Padi
Padi
J F M A M J J A S O N D
2.3 Rencana Pengolahan Air
Ini adalah tugas dari para Juru Pengairan, bersama-sama dengan pekerja
Penyuluh Pertanian, dengan menyusun untuk setiap unit pengolahan air sekunder pada
areal kerjanya suatu Rencana Pengolaan Air, didasarkan pada pemlihan jenis tanaman
yang dominan dan jadwal tanam, hidrologi dan hidro-topografi masing-masing unit.
Untuk merencakan yang demikian perlu menyiapkan rencana dan infomasi tentang :
25
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
Prasarana hidrologi, tipe saluran-saluran dan bangunan-bangunan .
Jadwal Pola Tanam dengan kebutuhan air spesifik.
Adanya hidrologi aktual.
Adanya informasi kondisi iklim yang berlaku, khususnya curah hujan aktual dan
curah hujan ramalan.
Adapun untuk pengolahan air tersebut setelah melihat dari lapangan juga
pendapat dan keterangan dari para petani, pengairan untuk daerah pertanian masih
mengalami kekurangan pasokan air dari saluran irigasi yang berasal dari sungai Ular.
Jadi kami beranggapan bahwa untuk dapat mengoptimalkan hasil pertanian maka
diperlukan perbesaran debit air untuk setiap waktunya agar dapat mengairi daerah
irigasi tersebut secara optimal. Berdasarkan informasi yang kami dapatkan bahwa pada
awal bulan Juni 2007 ini telah dimulai proyek Bendungan Sei Ular untuk memenuhi
sumber air irigasi untuk 10000 Ha lebih areal persawahan di Sergai dan 8000 Ha di
Deli Serdang. Rencana tersebut sangat baik karena akan menambah debit air yang
masuk ke saluran irigasi sehingga masalah pengolahan air terutama untuk kebutuhan
airnya dapat terpenuhi. Sehingga diharapkan optimalisasi hasil pertanian dapat tercapai
sesuai dengan rencana yang tersebut di atas. Untuk sementara dibuat satu saluran
intake tambahan yang berukuran kecil yang terletak sekitar 100 m dari pintu intake
utama dengan tujuan agar dapat memenuhi kebutuhan air untuk daerah pertanian
seluas 5920 Ha.
Tujuan teknis pengolahan air di jaringan Perbaungan, adalah :
1. Mengalirkan air untuk kebutuhan air tanaman pada daerah pertanian seluas
5920 Ha.
2. Mengalirkan air permukaan dan air tanah kelebihan.
3. Perlindungan terhadap keracunan dan kondisi asam pada tanaman.
4. Mengontrol elemen-elemen beracun yang mungkin terdapat dalam tanah.
5. Menstimulasi oksidasi bahan-bahan organik dalam tanah.
2.4 Irigasi Untuk Padi
2.4.1 Kebutuhan Air
Ada dua varietas padi yang umumnya ditanam di Indonesia, yaitu Varietas
lokal dan varietas unggul. Varietas lokal pada umumnya relatif lebih panjang dan
26
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
kebutuhan airnya juga lebih besar dibanding dengan varietas unggul, namun dari
segi rasa, masyarakat menilai bahwa varietas lokal lebih enak dibandingkan dengan
varietas unggul. Perbandingan kebutuhan air 2 varietas tersebut disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Air Tanaman Padi Sesuai Tahap Pertumbuhannya
Tahap
pertumbuha
n
Varietas Lokal Varietas Unggul
mm/hari l/det/haPeriode
(hari)mm/hari l/det/ha
Periode
(hari)
Pengolahan
Tanah12.7 1,5 - 12,7 1,5 -
Pembibitan 3,0 0,4 20 3,0 0,4 20
Tanam s/d
Primordial7,5 0,9 40 6,4 0,75 35
Primordial
s/d Bunga8,8 1,0 25 7,7 0,9 20
Bunga 10%
s/d Penuh8,8 1,0 20 9,0 1,0 20
Bunga Penuh
s/d
Pemasakan
8,4 1.0 20 7,8 0,9 20
Pemasakan
s/d Panen0 0 15 0 0 15
2.4.2 Cara Pemberian Air Irigasi
Ada tiga macam cara pemberian air irigasi untuk padi, yaitu :
Pemberian Air Secara Penggenangan Terus Menerus
Penggenangan air irigasi dapat dilakukan secara terus-menerus dengan
ketinggian yang sama sepanjang pertumbuhan tanaman. Keadaan ini bisa
27
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
dilakukan apabila jumlah air yang tersedia dalam kondisi yang cukup.
Dengan tinggi genangan kurang dari 5 cm maka diperoleh produksi yang
tinggi dan air lebih efisien (hemat).
Pemberian Air Secara Pengaliran Menerus
Cara pemberian ini dilakukan bila air terdapat dalam jumlah yang melimpah.
Air dialirkan dari petak sawah ke petak lainnya melalui batang bambu atau
lubang di pematang sepanjang masa pertumbuhan tanaman. Cara ini dinilai
boros air serta pemakaian pupuk maupun pestisida tidak efisien.
Pemberian Air Secara Terputus-putus
Pemberian air secara terputus-putus adalah cara memberikan dengan
penggenangan yang diselingi dengan pengeringan pada jangka waktu
tertentu, yaitu saat pemupukan dan penyiangan. Cara ini disarankan karena
dapat meningkatkan produksi dan menghemat penggunaan air.
2.4.3 Cara Pembagian Air Irigasi
Ada tiga cara pembagian air irigasi yaitu sistem serentak, sistem golongan
dan sistem rotasi. Penerapan ketiga cara tersebut tergantung pada jumlah air
yang tersedia.
Pembagian Air Irigasi Secara Serentak
Air dibagikan ke seluruh areal yang ditanami pada waktu bersamaan
secara merata. Jumlah air yang dibagikan disesuaikan dengan fase
perkembangan padi dan kebutuhan air yang diperlukan secara maksimal.
Cara ini dapat dilakukan apabila jumlah air yang tersedia cukup banyak.
Cara Golongan
Cara ini dilakukan bila jumlah air yang tersedia sangat terbatas,
sementara kebutuhan air (terutama saat pengolahan tanah) sangat besar.
Maka saat tanam dilakukan secara bertahap dari satu petak tersier ke
petak lainnya. Kelompok – kelompok dalam petak tersier ini disebut
sebagai golongan. Idealnya satu daerah irigasi dibagi dalam 3-5 golongan
dengan jarak waktu tanam biasanya 2-3 minggu. Untuk memudahkan
operasional jaringan irigasi, tiap pintu tersier diberi tanda yang
menunjukkan urutan golongan dan tanggal menerima air irigasi. Urutan –
28
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
urutan pemberian air irigasi setiap tahun bisa dirubah sehingga
permulaan masa tanam untuk tiap golongan tiap tahunnya juga berubah.
Cara Rotasi/Giliran
Jika kebutuhan air irigasinya besar sementara air yang tersedianya
kurang, maka perlu dilakukan pemberian air secara giliran antar petak
tersier, atau antar petak sekunder. Apabila jumlah air yang tersedia sangat
kecil, maka dimungkinkan dilakukan giliran dalam petak tersier sendiri.
Idealnya periode giliran adalah 2-3 hari dan jangan lebih dari 1 minggu
karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
2.5 Irigasi Untuk Palawija Dan Hortikultura
2.5.1 Kebutuhan Air
Kebutuhan air untuk palawija (kedelai, jagung, kacang tanah, kacang
hijau) dan hortikultura (sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan obat-obatan)
lebih kecil dibanding dengan padi. Pemberian air secara tepat disertai
pembuangan yang efektif merupakan kunci keberhasilan penanaman palawija
dan hortikultura. Untuk beberapa komoditas, kebutuhan airnya bisa dilihat pada
Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Kebutuhan Air Beberapa Tanaman Palawija dan Hortikultura
Jenis Tanaman
Kebutuhan Air Sesuai Periode Pertumbuhannya (l/det/ha)
Permulaan tumbuhPengembanga
nPertumbuhan Masak Panen
Jagung 0,25 0,36 0,50 0,37 0
Kedelai 0,25 0,35 0,50 0,30 0
Kacang Hijau 0,17 0,30 0,40 0,30 0
Kacang Tanah 0,17 0,34 0,40 0,35 0
Cabai 0,17 0,34 0,40 0,35 0
Bawang 0,17 0,34 0,40 0,35 0
29
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
Merah
Melon 0,17 0,34 0,40 0,35 0
2.5.2 Cara Pemberian Air
Palawija dan hortikultura tidak perlu genangan air, yang diperlukan
adalah tanah dalam keadaan lembab. Selain itu berbeda dengan padi yang dapat
digenangi terus menerus selama 24 jam sehari dengan debit relatif kecil (1
l/det/ha) atau secara berkala (intermitten), misalnya 10 – 30 liter/detik untuk
beberapa jam, palawija dan hortikultura membutuhkan pemberian air secara
berkala. Pada waktu awal pemberian air irigasi, kondisi lengas tanah dalam
keadaan kering sehingga diperlukan debit yang cukup besar sekitar 10 – 30
liter/detik supaya air irigasi cepat menyebar ke petakan lahan dan merembes ke
dalam tanah mengisi kelembaban tanah di daerah perakaran tanaman. Jadi
walaupun keperluan air sayuran (0,25 – 0,40 liter/detik/ha) hanya sekitar 0,25 –
0,4 dari keperluan air padi sawah ( 1 liter/detik/ha), akan tetapi cara pemberian
airnya harus secara berkala dengan debit besar dan waktu irigasi yang relatif
pendek. Oleh karena irigasi untuk palawija dan hortikultura harus secara berkala,
maka sistim pembagian air secara rotasi bergiliran didalam areal petak tersier
menjadi suatu keharusan utama. Bahkan kalau tergenang dalam waktu yang
cukup lama, tanaman akan mati. Beberapa cara pemberian air yang cocok adalah
dengan cara irigasi alur, cara penyiraman (tradisional), cara tetes, atau
springkler.
a. Cara irigasi Alur
Cara irigasi alur ini bisa diterapkan jika air yang ada memang bisa
dialirkan melalui alur – alur tersebut. Tanaman yang bisa diairi dengan cara
irigasi ini antara lain : jagung, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau. Sebagai
patokan selang pemberian air untuk irigasi alur adalah :
Tanah liat/lempung, air diberikan 10 hari sekali
Tanah bergeluh, air diberikan 7 hari sekali, dan
Tanah berpasir, air diberikan 5 hari sekali
30
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
b. Pemberian Air Secara Penyiraman Manual
Pemberian air secara penyiraman manual biasanya dilakukan apabila air
yang ada tidak memungkinkan didistribusikan dengan jalan dialirkan secara
gravitasi sehingga air harus diberikan dengan ebor. Cara ini bisa diterapkan
untuk tanaman cabai, dan tanaman – tanaman sayuran.
c. Cara Irigasi Tetes
Cara irigasi ini membutuhkan modal yang cukup mahal karena air
didistribusikan dengan air bertekanan keseluruh areal. Menggunakan jaringan
pipa lalu diberikan tepat ke tanaman secara menetes atau menggunakan nozzle.
Irigasi tetes umumnya digunakan untuk budidaya tanaman sejenis semangka dan
melon.
d. Cara Irigasi Curah/Pancar (Sprinkler)
Cara irigasi curah/Pancar ini hampir sama dengan irigasi tetes yaitu padat
modal. Perbedaan keduanya adalah pada cara mengeluarkan air. Pada cara tetes,
air dikeluarkan menggunakan nozzle tetap berlubang kecil sehingga airnya
menetes sedangkan pada sprinkler nozzle-nya berputar dan lubangnya sedikit
lebih besar sehingga airnya memancar. Hampir semua tanaman palawija bisa
diairi dengan cara ini.
3. Perencanaan Jaringan Irigasi
Proses SIDLACOM dalam pembangunan/peningkatan jaringan irigasi
Dalam upaya pencapaian irigasi dengan tujuan OP mantap, maka di dalam setiap
pembangunan Jaringan Irigasi Baru atau Peningkatan Rehabilitasi jaringan perlu ditaati
proses Sidlacom yang merupakan singkatan dari survey, ivestigasi, desain, Land
Aquictation (Pembebasan Tanah), Construction, Operation and Maintenance sebagai
berikut :
1. Survey
Di dalam proses survey hal-hal yang perlu dilihat dan dipertimbangkan guna
kemudahan pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan setelah pekerjaan
selesai (pelaksanaan Pasca Proyek) antara lain :
- Lokasi jaringan irigasi mudah dicapai
31
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
- Sumber air cukup tersedia sepanjang tahun dan untuk jangka panjang serta
tidak mengganggu neraca air yang sudah ada (perlu data hidrologi yang
lengkap)
- Kualitas air harus memenuhi kriteria untuk air irigasi.
- Jarak sumber air dan lokasi jaringan terjauh jangan terlalu panjang, agar air
dapat datang dengan tepat waktu.
- Daerah Irigasi tersebut mempunyai jumlah petani yang cukup.
- Diusahakan adanya jalan inspeksi dan penghubung untuk kegiatan pemasaran
hasil-hasil pertanian dan sebagainya.
- Lokasi Daerah Irigasi tersebut dekat dengan pusat Kecamatan/pasar dan
mudah dicapai.
2. Investigasi.
Pada proses investigasi beberapa hal yang harus ditinjau antara lain :
- Kondisi lokasi tanah yang akan dijadikan tempat bangunan utama (hasil test
Laboratorium Tanah).
- Kondisi rencana Trace Saluran harus aman dari erosi dan saluran harus
efisien.
- Diusahakan lebih banyak galian daripada timbunan, agar biaya lebih
ekonomis.
3. Disain
Dalam proses disain/perencanaan perlu ditinjau hal-hal sebagai berikut :
- Merencanakan konstruksi bangunan Utama yang mudah dalam pelaksanaan.
- Merencanakan saluran dengan tampang ekonomis (sudut + 60) jika medan
memungkinkan.
- Menggunakan alat ukur/pintu-pintu yang mudah dan irit biaya dalam
pelaksanaan OP nantinya.
- Merencanakan pola dan jadwal tanam yang sesuai dengan kondisi hidrologi
yang ada, minimal mengikuti lokasi daerah irigasi yang terdekat.
- Menerapkan pemakaian air irigasi diantara (0,65-0,8) 1/detik/ha.
32
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
- Suplay air irigasi yang tepat waktu, cukup volume, tepat lokasi dengan kualitas
air baik terjamin mencukupi sepanjang tahun.
4. Land Aquictation (Pembebasan Tanah)
Pada proses Pembebasan tanah ada 5 urutan yang harus dilalui antara lain :
a. Melaksanakan survey rencana saluran dan bangunan.
b. Memantau lokasi berdasarkan rencana saluran yang akan dibuat.
c. Proses penyuluhan dan sidang harga ganti rugi pembebasan tanah.
d. Proses pembayaran
e. Proses sertifikasi tanah-tanah yang telah dibebaskan.
Agar biaya lebih ekonomis perlu ditinjau hal-hal sebagai berikut :
- Luasnya pembebasan tanah didasarkan atas rencana Trace Saluran, dengan
kelebihan tanah di kanan kiri dengan ukuran minimal setelah jalan inspeksi.
- Diusahakan Trace saluran tidak melewati bangunan-bangunan permanen
seperti pemukiman penduduk, tempat ibadah, kuburan dan sebagainya.
- Lokasi saluran mudah dicapai untuk pelaksanaan pekerjaan OP.
Perlu ditekankan bila proses pembebasan tanah dilakukan berurutan dari a
sampai dengan e, maka tidak akan timbul permasalahan atau gejolak di masyarakat
sekitarnya, namun sebaiknya bila ada proses yang tertinggal seperti contohnya proses e,
maka akan timbul masalah konflik dengan masyarakat dibebaskan tanahnya, yang
prinsipnya bila mereka rela diganti rugi tanahnya itu sudah merupakan suatu hal yang
positif dalam arti adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
5. Konstruksi
Pada proses konstruksi agar pelaksanaan dilakukan sebaik-baiknya mengikuti
pedoman berupa buku kontrak yang telah dibuat Dinas terkait karenanya perlu
dilakukan pengawasan secara melekat (Waskat) pada intansi Pengairan, maupun oleh
masyarakat melalui Wasmas (Masyarakat + Legislatif) serta Wasnal (Irjen + BPKP +
Itwilprop + Itwilkab).
Dengan demikian pada proses konstruksi ini semua Dinas terkait yang akan
menerima manfaat setelah proyek selesai sejak dini harus terlibatkan. Hal ini bertujuan
antara lain :
33
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
- Kemungkinan adanya perubahan disain dilapangan disebabkan adanya kesalahan
informasi pada saat proses perencanaan disain.
- Kondisi lapangan saat disurvey telah berbeda dengan situasi saat pelaksanaan.
- Menerima masukan dari masyarakat, calon pemakai/pemanfaat konstruksi
tersebut.
Proses yang dilaksanakan sejak survey sampai dengan konstruksi adalah proses
pembangunan (Implementation phase), sedangkan proses selanjutnya yaitu operasi dan
pemeliharaan atau OP merupakan proses OP yang akan dibahas di bawah ini.
6. Operasi dan Pemeliharaan
Keberhasilan suatu konstruksi dapat dilihat pada saat dilakukan uji coba (trial
RUN) apakah sarana dan prasaran jaringan irigasi tersebut dapat berfungsi sesuai
dengan rencana atau tidak dan bila tidak sesuai berapa % penyimpangannya, hal ini
merupakan suatu Feed Back bagi proses survey, investigasi, Disain, Pembebasan tanah
dan sebagai Kontrol pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Selama masa inilah disebut masa transisi atau persiapan O & P selama masa
konstruksi dan hendaknya dimasukkan dalam jadwal pelaksanaan kegiatan proyek.
Selama masa Transisi ini staf Proyek dan Staf O & P dari Dinas/ Cabang Dinas Pengairan
akan bekerja sama.
Dari hasil wawancara kami dengan seorang petugas operasional Daerah Irigasi
Perbaungan yang bernama Sugiarto (ketua blok 1), berdasarkan Musyawarah Desa dan
Pihak Dinas Pengairan Serdang Bedagai khususnya Daerah Irigasi Perbaungan dapat
diuraikan bagan alir pihak yang berkepentingan terhadap operasi dan pemeliharaan
Daerah Irigasi Perbaungan sebagai berikut :
Pemerintah Tingkat I(Propinsi Sumatera Utara)
Pemerintah Tingkat II(Kabupaten Serdang Bedagai)
Dinas Pekerjaan Umum(Kabupaten Serdang Bedagai)
Dinas Pengairan(Kabupaten Serdang Bedagai)
Musyawarah Desa(Desa Bingkat)
Musyawarah Daerah(Kecamatan Perbaungan)
34
Tugas Irigasi : Daerah Irigasi PERBAUNGAN
SUSUNAN ORGANISASI P3A
DAERAH IRIGASI PERBAUNGAN
PENGURUS P3A
DAERAH IRIGASI
PERBAUNGAN
ULU-ULU TERSIER
KETUA KELOMPOK KETUA KELOMPOK KETUA KELOMPOK KETUA
KELOMPOK
KWARTIER (BLOK) KWARTIER (BLOK) KWARTIER (BLOK) KWARTIER
(BLOK)
PETANI ANGGOTA
P3A(Desa Bingkat)