Bab II Tinjauan Literatur
description
Transcript of Bab II Tinjauan Literatur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Definisi
DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Suriadi dan Yuliani, 2006).
DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti (http//askep blongspot.com/2009).
DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah infeksi akut yang
disebabkan oleh aborvirus (arthopodborn virus) dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti (Ngastiah, 2006).
Dari beberapa pengertian dapat di ambil ke simpulan bahwa DHF
adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
2. Etiologi
DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti oleh virus arbovirus
(Suriadi & Yuliani, 2006).
3. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
komplek virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem
komplement. Akibat aktivasi mediator akan dilepas dua peptida yang
berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai
faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma mulai endotel dinding itu.
Perdarahan disini mengakibatkan timbulnya manifestasi berupa
anemia, pupura, ptekie dan ekimosis pada kulit dan hematemesis, melena
pada saluran cerna, trombosit menurun saat penderita anak demam dan
mencapai nilai terendah pada saat renjatan.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah yang menyebabkan darah
meningkat, sehingga aliran darah kejaringan melambat, suplai O2
kejaringan pun menurun. Dan hilangnya plasma klien mengalami
hypovolemik, hipoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian
(Suriadi & Yuliani, 2006).
9
Adapun klasifikasi DHF menurut WHO , 2006 yaitu:
Derajat I : demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan,
uji turniket positif, trombositopenia, perdarahan spontan
dan hemokonsentrasi meningkat.
Derajat II : derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau
perdarahan lain
Derajat III : kegagalan sirkulasi, kulit dingin lembab, gelisah
Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
4 Manifestasi klinis dari DHF
Menurut Suriadi & Yuliani, 2006 yaitu :
a. Demam Tinggi selama 5-7 hari
b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : hematoma, ptekie,
ekhimosis
c. Hematemis, melena ,epiktasis, hematury
d. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan ,diare,konstipasi
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoomen dan ulu hati
f. Sakit kepala
g. Pembesaran hati, limfa dan kelenjar getah bening
h. Tanda-tanda renjatan sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah.
10
5 Komplikasi dari DHF
a. Perdarahan saluran cerna
b. Anemia
c. Syok
(http//askep blongspot.com/2009).
6 Pemeriksaan Penunjang dari DHF
Menurut Rampengan, 2007 yaitu :
a. Laboratorium
1) Hematoktif / PVC (Packed Cell Volume) meningkat sama atau
lebih dari 20%
2) Trombosit menurun, sama atau kurang dari 100.000 / mm2.
3) Hemokonsentrasi : meningginya nilai hematokrit atau Ht ≥ 20%
dibandingkan dengan nilai pada masa konvalesen atau
dibandingkan dengan nilai Hct / Hb rata-rata pada anak tersebut.
4) Hemoglobin menurun, kurang dari normal yaitu 11,5gr/dl –
15,2gr/dl.
7 Penataksanaan
Penatalaksanaan DHF medis dan keperawatan
a. Penatalaksanaan DHF Medis
1) Pemberian cairan intravena (biasanya laktat, NaCL faall)
merupakan cairan yang paling sering digunakan
11
2) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tekanan darah
pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam
3) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari
4) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen
5) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
(http//askep blongspot.com/2008).
b. Penatalaksanaan DHF Keperawatan
1) Tirah baring atau istirahat baring
2) Diet makan lunak
3) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari
4) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen
5) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
(http// askep blongspot.com/2008).
c. Pencegahan
1) DHF Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh
alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat
sedikitnya terdapatnya kasus DHF
2) Memutuskan penularan dengan menahan kepadatan vektor pada
tingkatan sangat rendah. Untuk memberikan kesempatan penderita
viremia sembuh secara spontan.
3) Mengusahakan pemberantasan vektor dipusat daerah penyebaran
yaitu disekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga
disekitarnya.
12
4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi
penularan tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
1) Menggunakan insektisida
a) Melation (fogging)
b) Temophos (abate)
2) Tanpa insektisida
Caranya adalah 3 M yaitu :
a) Menguras bak mandi
b) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat
c) Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng, botol pecah
kemungkinan nyamuk bersarang.
(http// asksp blongspot.com/2008).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Data Dasar
Data dasar adalah untuk mengidividualisasikan rencana untuk klien.
Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu
dengan kata lain data pengkajian harus relevan (Potter, 2005)
a. Data Biografi
Informasi biografi sangat membantu menyusun riwayat pada
tempatnya. Informasi tersebut meliputi nama, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, pekerjaan dan asal etnik individu. Dengan maksud
13
untuk memperoleh profil yang lebih lengkap dan membina hubungan
saling percaya (Smeltzer, 2002).
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Perawat dapat menyakan apa saja gejala yang timbul, apakah gejala
timbul secara mendadak dan bertahap dan apakah gejala selalu timbul
atau hilang dan timbul lagi. Pada riwayat pasien DHF menunjukkan
adanya sakit kepala, ada sakit pada waktu menelan, lemah, panas,
mual, nafsu makan menurun dan pasien gelisah (Potter, 2005; http//
askep blongspot.com/2008).
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Memberikan data tentang pengalaman perawatan kesehatan klien.
Perawat mengkaji apakah klien pernah dirawat di RS atau pernah
menjalani operasi, apakah pasien mempunyai riwayat alergi (obat,
makanan, ataupun bulu-bulu binatang).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mendapatkan data tentang hubungan keluarga langsung dan
hubungan darah. Sasarannya adalah untuk menentukan penyakit
tersebut bersifat genetik/ familiar serta memberikan informasi tentang
struktur keluarga (Potter, 2005).
14
PENGKAJIAN TUMBUH KEMBANG ANAK
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ
fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah,besar ,dan ukuran
(http//nurrsingiondonesia.com)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang kompleks dalam polo yang teratur dan dapat di
ramalkan, sebagai proses pematangan.(Soetjiningsih)
PERKEMBANGAN MOTORIK
- An M senang berpartisipasi dalam suatu kegiatan, seperti
bermain,menari,senam
- An M berkosentrasi dalam melakukan usaha untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus melalui berbagai aktifitas :
menggambar,menulis surat, atau menul;is surat
PERKEMBANGAN PERSEPTUAL KOGNITIF
- An M dapat mengingat kembali hal yang sudah lama terjadi dengan baik
- An M meyukai tantangan,pemecahan,mencari informasi
PERKEMBANGAN BERBICARA DAN BERBAHASA
- An M senang berbicara dan beragumentasi
- An M menggunakan struktur bahasaq yang lebih panjang dan kompleks
- An M menjadi pendengar yang suka berfikir
PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL
- An M senang dalam mengorganisir permainan kelompok tetapi bisa
mengubah aturan ketika permainan sedang berlangsung
15
- An M membicarakan pilihan pekerjaan dan rencana karier dan
membayangkan masa depannya
- An M meniru pakaian,gaya dan sikap dari tokoh yang di kaguminya
2. Pola Fungsional Menurut Gordon
Dalam penulisan karya tulis ilmiah penulis menggunakan pola fungsional
menurut Mayory Gordon dengan dasar bahwa data ini dapat digunakan
untuk perseorangan, keluarga dan komunitas. Pola ini mempunyai aplikasi
yang luas untuk para perawat dengan latar belakang praktek yang
beragam. Model pengkajian fungsional kesehatan yang bentuk dan
hubungan antara klien dan lingkungannya setiap pokok merupakan suatu
rangkaian perilaku yang membantu perawat mengumpulkan dan
mengelompokkan data (Potter, 2005).
a. Pola persepsi kesehatan – Pemeliharaan Kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan, dan
kesejahteraan dan bagaimana kesehatan mereka diatur.
b. Pola Metabolik – Nutrisi
Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan
suplai gizi meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit,
rambut, kuku dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi dan berat
badan.
16
c. Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan
kulit), termasuk pola individu sehari-hari, perubahan atau gangguan,
dan metode yang digunakan untuk mengendalikan ekskresi.
d. Pola Aktivitas – Latihan
Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang
dan rekreasi termasuk aktivitas kehidupan sehari-jari dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pola aktivitas (seperti otot, saraf, respirasi, dan
relaksasi).
e. Pola istirahat - Tidur
Menggambarkan pola tidur istirahat dan relaksasi
f. Pola persepsi kognitif
Menggambarkan pola persepsi sensori (penglihatan, pendengaran,
perabaan, pengecapan, penciuman) pada peran menegnai persepsi
nyeri dan kemampuan fungsi koginitif
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Gambaran diri adalah sikap individu tubuhnya baik secara sadar
maupun tidak sadar
2) Ideal diri adalah persepsi individu tentang prilakunya disesuaikan
terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan dan nilai yang
ingin dicapai
17
3) Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang di capai
dengan cara menganalisis seberapa jauh yang dicapai dengan cara
menganalis seberapa jauh perilaku individu tersebut.
4) Peran diri adalah pola perilaku sikap, nilai dan aspirasi yang
diharapkan individu berdasarkan individu masyarakat.
5) Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber
diri menggambarkan dan penilaian sebagai sintesis semua aspek
konsep diri dan menjadi kesehatan yang utuh.
h. Pola hubungan dan peran
Menggambarkan pola keterkaitan peran dan hubungan meliputi
persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi
kehidupan saat ini.
i. Pola sexsual - Reproduksi
Fungsi, kebutuhan dan tingkatan kebahagiaan seksual.
j. Pola penanganan masalah stres-toleransi
Stresor yang dihadapi, tingkat toleransi dan metode dan
penanggulangan masalah.
k. Pola Nilai kepercayaan
Menggambarkan pola nilai tujuan dan kepercayaan (termausk
kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya
hidup. (Priharjo, 2006; Surayo, 2004).
3. Fokus Pengkajian
a. Pengkajian Persistem
18
1) Sistem Pernafasan
Dada sesak, perdarahan melalui hidung, pernafasan dangkal,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor dan pada auskultasi
terdengar ronchi.
2) Sistem Persyarafan
Kepala terasa nyeri serta pada grade III pasien gelisah dan terjadi
penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS.
3) Sistem Cardiovaskuker
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji torniquet positif,
trombositopeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi,
nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan
jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak
dapat diukur.
4) Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada
epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen tegang,
asites, penurunan nafsu makan, mual muntah, nyeri saat menelan,
dapat hematemesis, melena, muka tampak kemerahan karena
demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan (epitaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut
didapatkan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada
grade II, III, IV)
19
5) Sistem Perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, nyeri saat
kencing dan kencing berwarna merah.
6) Sistem Integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh 39-40 0C, kulit kering, pada grade I
terdapat positif pada uji torniquent, terjadi pethekie, turgor kulit
menurun, munculnya keringat dingin dan lembab, serta pada grade
III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit
7) Sistem Muskuloskletal
Terjadinya nyeri otot, sendi serta tulang.
(Fefendi, 2008; Nur Salam, 2005)
20
Pathway
Gigitan nyamuk aedes aygeptiVirus masuk ke dalam tubuh
Aktivitas mediator peradangan
Viremia
Menyebar ke pembuluh darah
Peningkatan permeabilitas vaskuler dan pembuluh
darah
Hepatomegali/splenomegali
Mendesak rongga abdomen
Mual muntah
Anorexia
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Peningkatan cairan serebrospinal
Peningkatan tekanan intra kranial
Nyeri kepala
Nyeri
Ekstravasi cairan vaskuler
Kebocoran cairan plasma
Volume plasma menurun
Resti kekurangan volume cairan
Hipovolemia
Resti syok hipovolemik
Hospitalisasi
Cemas
Kurangnya informasi
Kurang pengetahuan
Mempengaruhi pusat termoregulator (hipotalamus)
Suhu meningkat
Hipertermi
Reaksi anti body
Meningkat destruksi trombosit
Menurunnya agregasi trombosit
Anoksia jaringan
Perfusi jaringan
Resti perubahan perfusi jaringan
Perdarahan berlebih
Trombositopenia
Perdarahan
Asidosis metabolikKematian
CO2 meningkat
O2 menurun
Metabolisme menurun
Pembentukan energi menurun
Kelemahan
Intoleran aktivitas
(Ngastiyah, 2006)
3521
C. Masalah Keperawatan serta Fokus Intervensi
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria hasil : - Suhu tubuh normal 36-370C
- Pasien bebas dari demam
Intervensi :
a. Kaji faktor-faktor terjadinya hipertermia
Rasional : mengetahui penyebab terjadinya hipertermia.
b. Observasi tanda- tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah dan pernafasan)
Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan
umum pasien.
c. Anjurkan pasien untuk banyak minum air
Rasional : peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
d. Beri kompres air hangat
Rasional : dapat mengurangi demam karena terjadinya vasodilatasi
sehingga mempercepat evaporasi.
e. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari dari kain
katun
Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal
dan tidak dapat menyerap keringat
22
f. Libatkan keluarga dalam perawatan
Rasional : membantu perawatan pasien
g. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
antipiretik dan obat kortikosteroid sesuai program terapi dokter
Rasional : Untuk menurunkan panas pada pusat hipotalamus
h. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan infus
RL 10 tetes/ menit
Rasional : Pemberian cairan sangat sangat penting pasien dengan suhu
yang tinggi untuk mencegah terjadinya dehidrasi
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma
Tujuan : volume cairan terpenuhi
Kriteria hasil : - Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan
dengan parameter individual yang tepat
misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit
baik, pengisian kapiler cepat dan tanda vital
stabil
Intervensi :
a. Pantau masukan haluaram urin dan berat jenis
Rasional : penurunan haluaran urin dan berat jenis akan menyebabkan
hipovelemia
b. Kaji membran mukosa bibir, turgor kulit yang kurang baik dan rasa
haus
23
Rasional : mengetahui akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi
c. Berikan cairan intra vena
Rasional : sejumlah cairan mungkin dibutuhkan untuk mengatasi
hipovolemia
d. Palpasi denyut jantung perifer
Rasional : denyut yang lemah mudah hilang dan menyebabkan
hipovolemia
e. Pantau tekanan darah dan denyut jantung
Rasional : pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat
mengurangi tekanan darah.
3. Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
Tujuan : tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil : - Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut
- Jumlah trombosit meningkat normal (150.000-
450.000/mm3)
Intervensi :
b. Memonitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis
Rasional : penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran
pembuluh darah
c. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
Rasional : aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
perdarahan
24
d. Monitor jumlah trombosit seiap hari
Rasional : dengan jumlah trombosit dipantau setiap hari dapat
diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah
e. Beri penjelasan tentang trombosito penia pada pasien
Rasional : agar pasien / keluarga mengetahui dan membantu
mengantisipasi terjadinya perdarahan
f. Beri penjelasan pada pasien / keluarga untuk melaporkan jika terjadi
perdarahan seperti hematemesis, melena dan apitaksis
Rasional : keterlibatan keluarga dengan segera melaporkan
terjadinya perdarahan.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia
Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil : - Kebutuhan nutrisi terpenuhi mampu
menghabiskan makanan sesuai dengan porsi
yang diberikan / dibutuhkan
- Berat badan meningkat/normal
Intervensi :
a. Kaji perubahan tanda-tanda vital
Rasional : meningkatnya suhu atau memanjangnya demam akan
meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan
melalui evaporasi.
b. Kaji terjadinya penurunan berat badan pasien.
Rasional : untuk mengetahui berat badan pasien.
25
c. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
Rasional : cara menghidangkan makanan dapat menstimulasi
nafsu makan pasien
d. Beri makan sedikit tapi sering
Rasional : untuk mengurangi mual
e. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap
hari.
Rasional : untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien
f. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
antiemetik
Rasional : Untuk mengurangi mual muntah
5. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
Tujuan : Nyeri hilang / skala nyeri 0
Kriteria hasil : - Pasien tampak rileks
- Rasa nyaman pasien terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji skala nyeri yang dialami pasien
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
b. Beri posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri
c. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri
26
Rasional : dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
d. Beri obat-obat analgetik sesuai indikasi dokter
Rasional : untuk mengurangi nyeri pasien
e. Ajarkan teknik distraksi rileksasi distrasi (mengalih perhatian) dengan
rilaksasi (menarik nafas)
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri.
6. Resiko terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume
cairan tubuh
Tujuan : tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria hasil :
- Pasien tidak terjadi syok hipovolemik
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
(TD : 140/90 mmHg, N : 70-140 x/menit, S : 36-370C RR : 15-24
x/menit)
- Keadaan umum pasien baik
Intervensi :
a. Monitor keadaan umum pasien
Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama
pada saat terjadi perdarahan sehingga diketahui tanda syok dan dapat
segera ditangani.
27
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam sampai 3 jam
Rasional : tanda-tanda vital normal menandakan keadaan umum yang
baik
c. Monitor hemoglobin, hematokrit, trombosit
Rasional : untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien sehingga sebagai acuan melakukan tindakan
lebih lanjut
d. Lapor dokter bila tampak syok
Rasional : untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut segera
mungkin
e. Bila terjadi tanda-tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang
atau posisi datar
Rasional : untuk menghindari kondisi yang lebih buruk
7. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah
Tujuan : kebutuhan aktivitas pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
- Pasien mampu mandiri dalam beraktivitas sehari-hari
- Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat di ukur,
dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi :
a. Kaji keadaan umum pasien
Rasional : untuk mengetahui keadaan perkembangan pasien
28
b. Anjurkan pasien untuk ADL secara bertahap
Rasional : untuk melatih kekuatan otot
Kaji hal-hal yang mampu atau tidak mampu dilakukan oleh pasien
Rasional : untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam
memenuhi kebutuhannya
b. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari
sesuai tingkat keterbatasan pasien
Rasional : pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat
kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa
mengalami ketergantungan pada perawat
c. Libatkan keluarga pasien dalam perawatan
Rasional : membantu dalam proses penyembuhan
8. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
hypovolemia
Tujuan : perfusi jaringan teratasi
Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat yang dibuktikan
dengan tanda-tanda vital stabil pengisian kapiler
baik, haluaran urin kuat.
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring, bantu dengan aktivitas perawatan
Rasional : menurunkan beban kerja miokard dan O2 memaksimalkan
efektivitas dari perfusi jaringan
29
b. Pantau kecenderungan pada tekanan darah, mencatatat perkembangan
hipotensi dan perubahan pada tekanan denyut nadi
Rasional : hipotensi akan berkembang bersamaan dengan
mikrooraganisme menyerang aliran darah
c. Kaji frekuensi pernafasan, kelemahan, dan kwalitas
Rasional : peningkatan pernafasan terjadi respon terhadap efek-efek
langsung dari endotoksin pada saat pernafasan di dalam
otot dan juga perkembangan hipoksia, stres dan demam.
d. Pantau tanda-tanpa perdarahan misalnya rembesan dari lokasi
pethekie, ekimosis, hematemesis
Rasional : koagulopati dapat terjadi dihubungkan dengan akselerasi
pada mikro sirkulasi
e. Pantau kecenderungan pada tekanan darah, mencatat perkembangan
hipotensi dan perubahan pada tekanan denyut.
Rasional : hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikro
oraganisme menyerang aliran darah
9. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurangnnya informasi
Tujuan : pasien tahu / mengerti tentang penyakitnya
Kriteria hasil : Pengetahuan pasien / keluarga paham tentang proses
penyakitnya
30
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien / keluarga tentang penyakitnya
Rasional : untuk memberikan informasi pada pasien / keluarganya
b. Kaji latar belakang pendidikan pasien / keluarga
Rasional : agar perawatan dapat membantu memberikan penjelasan
sesuai dengan pendidikan mereka sehingga penjelasan
dapat dipahami
c. Jelaskan tentang proses penyakit, diit, perawatan dan obat-obatan yang
mudah dimengerti
Rasional : dengan mengetahui prosedur / tindakan yang dialami pasien
lebih kooperatif dan kecemasan menurun
d. Menggunakan leaflet / gambar dalam memberikan penjelasan
Rasional : gambar / media leaflet dapat membantu memberikan
penjelasan
e. Berikan petunjuk yang jelas pada keluarga untuk minum obat sesuai
dengan petunjuk :
Rasional : penggunaan obat yang tidak tepat dapat menyebabkan lama
terjadi proses penyembuhan
10. Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk
Tujuan : rasa cemas hilang
Kriteria Hasil : ungkapan perasaan pasien senang
31
Intervensi :
a. Kaji rasa cemas yang dialami oleh pasien
Rasional : menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien
b. Jalin hubungan salin percaya dengan pasien
Rasional : pasien bersifat terbuka dengan perawat
c. Tunjukkan sikap empati
Rasional : sikap empati akan, pasien merasa diperhatikan dengan baik
d. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : agar segala sesuatu yang disampaikan memberikan hasil
yang efektif
(Doenges, 2000, Efendi, 2008; http//askep.blogspot.com/2008)
32