BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/2115/4/BAB II.pdf · Menurut...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/2115/4/BAB II.pdf · Menurut...
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menggunakan penelitian terdahulu sebagai rujukan.
Penelitian yang menjadi rujukan dalam penelitian ini adalah penelitian pertama
yang berjudul “Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank Pemerintah dan
Bank Umum Swasta Nasional Devisa” yang ditulis oleh Deny Hima Candra
Wijaya, 2011.
Variable yang digunakan adalah LDR, IPR, APB, NPL, IRR, PDN, ROA, ROE,
BOPO, CAR. Pada penelitian terdahulu menggunakan Purposive sampling karena
peneliti mengambil sample kriteria aset terbesar pada periode penelitian. Metode
pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti terdahulu adalah metode
dokumentasi, karena data yang dikumpulkan adalah berupa sekunder dalam
bentuk laporan keuangan bank umum pemerintah dan bank swasta nasional.
Teknik analisis yang digunakan adalah menggunakan uji beda dua rata-rata
sample bebas atau Uji T dan Two Way Anova.
Berdasarkan pengujian tersebut, terdapat kesimpulan yang dapat ditarik pada
penelitian ini adalah:
11
a. Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio APB, NPL, ROE, BOPO,
CAR, diantara Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional
Devisa.
b. Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada rasio LDR, IPR, IRR,
PDN, ROA, diantara Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional
Devisa.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Fitri Yuliana pada tahun 2012 yang juga
membahas mengenai “Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank Pemerintah
dan Bank Umum SwastaNasional Go Public”.
Variable yang digunakan adalah LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, ROA, BOPO,
CAR, PR. Pada penelitian terdahulu menggunakan Purposive sampling karena
peneliti mengambil sample kriteria aset terbesar pada periode penelitian. Metode
pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti terdahulu adalah metode
dokumentasi, karena data yang dikumpulkan adalah berupa sekunder dalam
bentuk laporan keuangan Bank Umum Pemerintah dan Bank Swasta Nasional Go
Public. Teknik analisis yang digunakan adalah menggunakan uji beda dua rata-
rata sample bebas atau Uji T.
Berdasarkan pengujian tersebut, terdapat kesimpulan yang dapat ditarik pada
penelitian ini adalah:
a. Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio IPR, NPL, APB, ROA,
BOPO, diantara Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional
Devisago public.
12
b. Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada rasio LDR, IRR, PDN,
CAR, PR, diantara Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional
Devisago public.
Untuk memperjelas perbedaan dan persamaan penelitian terdahulu dan penelitian
yang sekarang, dapat dilihat pada tabel berikut ini dimana disana terdapat
perbedaan dan persamaan antara penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang
ditulis sekarang, yaitu:
Tabel 2.1
PERBEDAAN DAN PERSAMAAN PENELITIAN TERDAHULU
DENGAN PENELITIAN SEKARANG
Aspek Deny Hima Candra
Wijaya
Fitri Yuliana Indah Ayu Untari
Rasio Keuangan:
Likuiditas
Permodalan
Kualitas Aktiva
Rentabilitas
Sensitivitas
LDR, IPR
CAR
NPL, APB
ROA, ROE, BOPO
IRR, PDN
LDR, IPR
CAR, PR
APB, NPL
ROA, BOPO
IRR, PDN
LDR, IPR
PR
NPL, APB
ROA, ROE, BOPO
IRR
Periode Penelitian 2007-2009 2007-2011 2010-2013
Subyek Penelitian Bank Pemerintah
dan Bank Umum
Swasta Nasional
Devisa
Bank
Pemerintah
dan Bank
Umum Swasta
Nasional
DevisaGo
Public
Bank Pemerintah
dan Bank Umum
Swasta Nasional
Devisa
Teknik
Pengambilan
Sampel
Purposive Sampling Purposive
Sampling
Purposive Sampling
Teknik Analisis
Data
Uji T-test. Tuo Way
Anova
Uji t Uji t
Metode
Pengumpulan
Data
Dokumentasi Dokumentasi Dokumentasi
Sumber: Deny Hima Candra Wijaya (2011), Fitri Yuliana (2012)
13
2.2 Landasan Teori
Pada landasan teori ini akan dijelaskan beberapa teori yang berhubungan
dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.
2.2.1 Pengertian Bank
Menurut UU No 10 tahun 1998 pasal I (Ketentuan Umum) bank adalah badan
usaha yangmenghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannyakepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk –
bentuk lainnya dalamrangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan
bank umum adalahbank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya dapat memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2.2.2 Kinerja Keuangan Bank
Dalam peraturan perbankan nasional, Bank diwajibkan untuk
menyampaikaninformasi kepada Bank Indonesia tentang neraca dan perhitungan
laporan laba /rugi tahunan beserta penjelasannya setelah diaudit terlebih dahulu
oleh akuntan publik, serta laporan berkala lainnya dan tentang kondisi keuangan
bank yang bersangkutan, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Hal ini disebut dengan kinerja keuangan bank.
Penilaian kinerja keuangan berbeda dengan penilaian asset. Dalam penilaian
asset, kita cukup memeriksa objek secara fisik, kondisi ekonomi dan
fungsionalnya yang bersifat statis. Sedangkan penilaian kinerja keuangan yang
dinilai adalah data yang diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh
14
bank, penilaian kinerja keuangan dilakukan terutama untuk beberapa tujuan
sehubungan dengan kegiatan seperti pengambilalihan bank, penggabungan bank,
pemberian kredit, dan sebagainya.
Faktor pengambilan dan ketersediaan data keuangan bank merupakan hal yang
mutlak penting, dan pada umumnya penilaian kinerja keuangan bank yang
digunakan di Indonesia adalah analisis rasio keuangan. Untuk membandingkan
kinerja keuangan bank dengan bank yang lain yang sejenis dapat dilakukan
dengan cara membandingkan rata – rata pada titik waktu yang sama.
Fungsi dari perbandingan tersebut adalah memberikan pandangan mendalam
tentang kondisi dan kinerja keuangan bank. Dalam mengukur kinerja keuangan,
bank biasanya menggunakan teknik analisis rasio keuangan bank yang
disesuaikan dengan ketentuan dari Bank Indonesia. Analisis rasio digunakan
untuk menilai sifat – sifat kegiatan operasi bank dengan cara mengembangkan
ukuran – ukuran kinerja bank yang telah distandarisasi. Perhitungan yang
digunakan dalam analisis rasio ini sebenarnya relatif sederhana, namun
intrepretasi terhadap rasio tersebut merupakan masalah yang cukup kompleks,
sehingga efektifnya rasio ini untuk alat analisis yang sangat tergantung dari
kemampuan dan keahlian analisis untuk mengintrepretasikan rasio – rasio yang
digunakan, karena rasio tersebut merupakan alat yang berguna untuk menganalisis
suatu kinerja keuangan bank.
Kinerja keuangan bank terdiri dari kinerja aspek likuiditas, aspekpermodalan,
aspek kualitas aktiva produktif, aspek rentabilitas dan aspek sensitivitas. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut :
15
A. Aspek Likuiditas
Menurut Kasmir (2012:315), Rasio Likuiditas merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat
ditagih. Dengan kata lain, dapat membayar kembali pencairan dana deposannya
pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan.
Semakin besar rasio ini semakin likuid. Pengelolaan likuiditas bank secara
terencana dan terus menerus sangat diperlukan bagi suatu bank. Hal ini dapat
dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kesulitan likuiditas karena rasio
likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kegiatan operasi bank.
Bank dikatakan likuid apabila :
1. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang
akandigunakan untuk memenuhi likuiditasnya.
2. Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari butir satu
diatas,tetapi yang bersangkutan juga mempunyai assets lainnya
(khususnya surat– surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu – waktu
tanpa mengalamipenurunan nilai pasarnya.
3. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash assetsbaru
melalui berbagai bentuk hutang.
Beberapa rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai kinerja keuangan
suatu bank antara lain sebagai berikut :
16
1. Cash ratio (CR)
Menurut Kasmir (2012:318), Cash Ratio merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan bank dalam melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan
harta likuid yang dimiliki bank tersebut.
Cash Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :
CR =Alat Likuid
Pinjaman yang harus Segera Dibayar x 100%…………… (1)
2. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga ini lebih dikenal dengan LDR. Menurut
Lukman Dendawijaya (2009:116), Rasio Loan to Deposit Ratio adalah rasio
antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh
bank. Rasio inimerupakan teknik yang sangat umum digunakan untuk mengukur
posisi ataukemampuan likuiditas bank dan digunakan untuk menggambarkan
kemampuanbank dalam membayar kembali penarikan oleh deposan dengan
mengandalkankredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Besarnya nilai LDR dapat dihitung dengan dengan menggunakan rumus :
LDR =Jumlah Kredit yang Diberikan
Total Deposit x 100%…………… (2)
3. Loan to Asset Ratio (LAR)
Menurut Kasmir (2012:317), Loan to Asset Ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta
yang dimiliki bank. Semakin tinggi tingkat rasio, menunjukkan semakin
rendahnya tingkat likuiditas bank. Besarnya Loan to Asset Ratio dapatdirumuskan
sebagai berikut :
17
LAR =Total Kredit yang Diberikan
Total Asset x 100%…………… (3)
4. Investing Policy Ratio (IPR)
Menurut Kasmir (2012:316),Investing Policy Ratio (IPR) merupakan kemampuan
bank dalam melunasi kewajibannya kepada para deposannya dengan cara
melikuidasi surat-surat berharga yang dimilikinya. Rasio ini sangat berperan
dalam usaha bank dalam menjaga likuiditasnya agar tidak berlebihan maupun
kekurangan sehingga dapat memperoleh laba yang optimal.
Tujuan bank menginvestasikan dana dalam bentuk surat berharga adalah untuk
menjaga likuiditas keuangannya tanpa mengorbankan kemungkinan mendapatkan
penghasilan. Surat – surat berharga juga dapat digunakan sebagai jaminan kredit.
Oleh sebab itu bank menginvestasikan dana mereka dalam surat berharga karena
bank ingin memiliki tambahan harta yang berupa cadangan sekunder yang dapat
dipergunakan sebagai jaminan bilamana sewaktu - waktu bank membutuhkan
pinjaman dari pihak ketiga. Besarnya Investing Policy Ratio dapat dirumuskan
sebagai berikut :
IPR =Surat − surat Berharga yang Dimiliki Bank
Total Dana Pihak Ketiga x 100%…………… (4)
Pada penelitian sekarang ini rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to
Deposit Ratio (LDR), danInvesting Policy Ratio (IPR).
B. Aspek Kualitas Aktiva Produktif
Menurut Lukman Dendawijaya (2009:61), Kualitas Aktiva adalah semua
penanaman dana dalam jumlah rupiah dan valuta asing yang dimaksudkan untuk
18
memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Rasio Kualitas Aktiva
merupakan rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan assets
dengan melihat tingkat aktivitas assets.Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang
telah dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia. Sebagai lembaga pemberi
jasa – jasa keuangandalam lalu lintas pembayaran, maka bank memberikan
berbagai fasilitaskepada nasabah loanable funds dari bank terbesar diberikan
dalam bentukfasilitas kredit. Akan tetapi, sebagian dana itu disisihkan dalam
bentukpenanaman lain, yaitu surat – surat berharga, penempatan pada bank lain
danpenyertaan modal bank pada lembaga keuangan yang bukan bentuk bank lain.
Ada 4macam aktiva produktif atau aktiva yang menghasilkan (earning assets)
yaitu :
1. Kredit yang diberikan
Kredit adalah penyediaan uang tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu,berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bankdengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasihutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga
ataupembagian hasil keuntungan.
2. Surat – surat berharga
Penanaman dana dalam surat – surat berharga meliputi surat – surat
berhargajangka panjang yang dimaksudkan untuk mempertinggi
profitabilitas bank.
19
3. Penempatan dana pada bank lain
Penempatan dana pada bank lain antara lain dalam bentuk call
money,deposito berjangka, sertifikat deposito, dan deposit on call.
4. Penyertaan
Penanaman dana dalam bentuk saham secara langsung pada bank
ataulembaga keuangan lain yang berkedudukan di dalam dan di luar
negeri.
Penilaian pada Aspek Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dapat dihitungdengan
menggunakan rasio – rasio dibawah ini yaitu:
1. Non Performing Loan (NPL)
Menurut SEBI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011, RasioNon Performing
Loan menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit
bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan
semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah
semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak
ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit
dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Berdasarkan SEBI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011, Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
NPL =Kredit Bermasalah
Total Kredit x 100%…………… (5)
20
2. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Menurut Taswan (2010:548), PPAP adalah hasil perbandingan antara penyisihan
penghapusan aktiva produktif yang telah dibentuk dengan penyisihan
penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk. Tingkat kecukupan
pembentukan PPAP merupakan cadangan yang dibentuk untuk menampung
kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali
sebagian atau seluruh aktiva produktif.
Pemenuhan PPAP =PPAP yang telah dibentuk
PPAP yang wajib dibentuk x 100%…………… (6)
3. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD)
Menurut Lukman Dendawijaya (2009:144), Aktiva Produktif Yang
Diklasifikasikan merupakan perbandingan antara aktiva produktif yang
diklasifikasikan dengan keseluruhan jumlah aktiva produktif.
Berdasarkan Taswan (2010:548), Aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah
aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak
memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, yang besarnya ditetapkan
sebagai berikut :
a. 25 persen dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus
b. 50 persen dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar
c. 75 persen dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan
d. 100 persen dari aktiva produktif yang digolongkan macet
Besarnya rasio APYD dapat dirumuskan sebagai berikut :
21
APYD =Aktiva Produktif yang Diklasifikan
Total Aktiva Produktif x 100%…………… (7)
4. Aktiva Produktif Bermasalah (APB)
Menurut Taswan (2010:548), RasioAktiva Produktif Bermasalah digunakan untuk
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktif
bermasalah terhadap total aktiva produktif. Semakin tinggi rasio ini maka semakin
besar jumlah aktiva produktif bank yang bermasalah sehingga menurunkan tingkat
pendapatan bank dan berpengaruh pada kinerja bank. Aktiva produktif bermasalah
adalah aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Dalam Taswan (2010:548), rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝐴𝑃𝐵 =𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓𝑥 100%…………… (8)
Pada penelitian ini rasio kualitas aktiva produktif yang digunakan adalah Non
Performing Loan (NPL), dan Aktiva Produktif Bermasalah (APB).
C. Aspek Sensitivitas
1. Interest Rate Risk (IRR)
Menurut Veithzal Rivai (2013:413), Risiko Tingkat Bunga adalah potensial
kerugian yang timbul akibat pergerakan suku bunga dipasar yang berlawanan
dengan posisi atau transaksi bank yang mengandung risiko bunga.
Dampak dari berubahnya tingkat bunga akan menurunkan nilai pasar, surat-surat
berharga.
a. Komponen yang termasuk dalam IRSA (Interest Rate Sensitive Assets)
yaitu Sertifikat Bank Indonesia, Giro pada bank lain, Penempatan pada
22
bank lain, Surat berharga yang dimiliki, Kredit yang diberikan, Obligasi
Pemerintah dan Penyertaan.
b. Komponen yang termasuk dalam IRSL (Interest Rate Sensitive
Liabilities) yaitu : Giro, Tabungan, Deposito, Sertifikat Deposito,
Simpanan dari Bank Lain, Surat Berharga yang diterbitkan dan
Pinjaman yang diterima.
Interest Rate Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus Dalam SEBI
No.13/30/DPNP sebagai berikut :
IRR =Interest Sensivitie Asset
Interest Sensivitive Liability x 100%…………… (10)
2. Posisi Devisa Netto (PDN)
Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan pengaturan perbankan mendasarkan
pada prinsip kehati-hatian, yang salah satunya menetapkan ketentuan adanya
kewajiban untuk memelihara Posisi Devisa Netto (PDN). PDN merupakan rasio
perbandingan selisih bersih antara aktiva dan pasiva valuta asing setelah
memperhitungkan rekening-rekening administratifnya terhadap modal bank.
Untuk menghitung rasio ini digunakan rumus dalam SEBI No.13/30/DPNP
tanggal 16 Desember 2011,rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
PDN = Aktiva Valas − Passiva Valas + selisih off balance sheet
Modal x 100% … (11)
Komponen dari Posisi Devisa Netto :
a) Aktiva Valas
- Giro pada bank lain
- Penempatan pada bank lain
23
- Surat berharga yang dimiliki
- Kredit yang diberikan
b) Pasiva Valas
- Giro
- Simpanan Berjangka
- Surat berharga yang diterbitkan
- Pinjaman yang diterima
c) Off Balance Sheet
- Tagihan dan Kewajiban Komitmen Kontijensi ( Valas )
d) Modal ( yang digunakan dalam perhitungan rasio PDN adalah ekuitas )
- Modal Disetor
- Agio (Disagio)
- Opsi Saham
- Modal Sumbangan
- Dana Setoran modal
- Selisih Penjabaran Laporan Keuangan
- Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap
- Laba (Rugi) yang Belum Direalisasi dari Surat Berharga
- Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan
- Pendapatan Komprehensif Lainnya
- Saldo Laba (Rugi)
Pada penelitian ini rasio sensitifitas terhadap pasar yang digunakan adalahInterest
Risk Ratio(IRR).
24
D. Aspek Rentabilitas
Menurut Lukman Dendawijaya (2009:118) Rentabilitas bank adalah alat
untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang
dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu rasio – rasio ini juga dapat
digunakan dalam mengukur tingkat kesehatan bank. Adapun rasio – rasio
rentabilitas yang digunakan antara lain :
1. Return On Assets (ROA)
Menurut Lukman Dendawijaya (2009:120) Return On Asset adalah rasio yang
mengukur kemampuan manajemen untuk meningkatkan atau memperoleh laba
(profit). Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolahan aset yang dilakukan
oleh bank yang bersangkutan. Merupakan perbandingan antara jumlah keuntungan
yang diperoleh bank selama masa tertentu dengan jumlah harta yang mereka
miliki. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut
dari segi penggunaan asset.
Rumus yang digunakan dalam rasio ini adalah :
ROA =Laba Sebelum Pajak
Total Aktiva x 100%…………… (12)
2. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Lukman Dendawijaya (2009:119-120) BOPO adalah perbandingan
antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan
untuk mengukur juga agar mengetahui tingkat efisiensi dan kemampuan bank
25
dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Semakin kecil BOPO semakin kecil
kondisi bank. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
BOPO =Biaya Operasional
Pendapatan Operasional x 100%…………… . (13)
3. Gross Profit Margin (GPM)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui presentasi laba dari kegiatan usaha murni
dari bank yang bersangkutan setelah dikurangi biaya-biaya (Kasmir, 2008:297).
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
GPM =Pendapatan Operasional − Biaya Operasional
Pendapatan Operasional x 100%…………… (14)
4. Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang
diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan
pokoknya (Kasmir, 2008;298).
Besarnya Net Profit Margin dapat dirumuskan sebagai berikut :
NPM =Laba Bersih
Pendapatan Operasional x 100%…………… (15)
Sebagaimana halnya dengan perhitungan rasio sebelumnya, rasio NPM pun
mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan
pemberian kredit yang dalam praktiknya memiliki berbagai resiko, seperti resiko
kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), bunga (negative spread), kurs valas
(jika kredit diberikan dalam valas) dan lain-lain.
5. Return On Equity (ROE)
Menurut Lukman Dendawijaya (2009:118), Return On Equity (ROE) merupakan
perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri. Rasio ini digunakan untuk
26
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang ada untuk
memperoleh laba bersih dari kegiatan operasional. Besarnya Return On Equity
dapat dirumuskan sebagai berikut :
ROE =Laba Setelah Pajak
Modal Inti x 100%…………… (16)
Pada penelitian ini rasio rentabilitas yang digunakan yaitu Return On Assets
(ROA),Return On Equity(ROE) dan Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional(BOPO).
E. Aspek Permodalan
Menurut Kasmir (2008:293), solvabilitas merupakan ukuran kemampuan
bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Bias juga dikatakan
rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank untuk melihat efisiensi
bagi pihak manajemen bank tersebut.
Permodalan yang cukup (CapitalAdequacy) adalah berkaitan dengan
penyediaan modal sendiri yang diperlukanuntuk menutup risiko kerugian yang
mungkin timbul dari penanaman dana dalam aktiva – aktiva produktif yang
mengandung risiko nserta utuk pembiayaanpenanaman dalam benda tetap dan
investasi. Oleh karena itu, semakin tinggi riskmargin-nya, yang berarti semakin
banyak modal yang harus disediakan.Modal bank terdiri dari dua komponen
besar, yaitu :
1. Modal Inti
Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dancadangan
yang dibentuk dari laba setelah pajak :
27
a. Modal disetor
adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya
b. Agio saham
adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank
sebagaiakibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
c. Cadangan umum
adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau
lababersih dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat
umumpemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar
masing –masing.
d. Cadangan tujuan
adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang oleh rapat
umumpemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk
tidakdibagikan.
e. Laba ditahan
adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak.
f. Laba tahun lalu
adalah laba bersih setelah dikurangi pajak dan belum
ditentukanpenggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat
anggota.
g. Laba tahun berjalan
28
adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelahdikurangi
taksiran utang pajak.
2. Modal Pelengkap
Terdiri atas cadangan – cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelahpajak
dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal,seperti:
a. Cadangan revolusi aktiva tetap
adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali
aktivatetap.
b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan
adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugitahun
berjalan.
c. Modal Kuasi
Modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki
sifatseperti modal.
d. Pinjaman subordinasi
pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti ada
perjanjiantertulis antara pihak bank dan pemberi pinjaman.
Adapun fungsi dari modal adalah :
1. Sebagai ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian –
kerugian yang tidak dapat dihindarkan.
2. Sebagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan
usahasampai batas tertentu, karena sumber – sumber dana dapat juga
berasal darihutang penjualan aset yang tidak dipakai dan lain – lain.
29
3. Sebagai alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang
dimilikioleh para pemegang sahamnya.
4. Dengan modal yang mencukupi kemungkinan manajemen bank
yangbersangkutan untuk dapat bekerja dengan tingkat efisien yang tinggi.
Beberapa rasio yang umum digunakan dalam melakukan analisis
permodalanadalah sebagai berikut :
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Lukman Dendawijaya (2009:121), CAR adalah rasio yang digunakan
untuk memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung
resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai
oleh dana yang berasal dari modal sendiri yang dimiliki oleh bank, disamping itu
diperoleh dari sumber-sumber dana diluar bank seperti dana masyarakat,
pinjaman/hutang dan lain-lain. Dengankata lain CAR adalah rasio kinerja bank
untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva
yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan.
Risiko dapat dihitung dengan rumus :
CAR =Modal bank
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko x 100%…………… (17)
Adapun langkah – langkah perhitungan penyediaan modal minimum bankadalah
sebagai berikut :
1. ATMR aktiva neraca administratif dihitung dengan cara
mengalikannilai masing – masing aktiva yang bersangkutan dengan
bobot risikodari masing – masing pos aktiva neraca tersebut.
30
2. ATMR neraca administratif dihitung dengan cara mengalikan
nilainominal rekening administratif yang bersangkutan dengan
risiko darimasing – masing rekening tersebut.
3. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif.
4. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara
modalbank (Modal inti + Modal pelengkap) dan Total ATMR.
5. Hasil perhitungan rasio terbatas, lalu dibandingkan dengan
kewajibanpenyediaan modal minimum (yakni sebesar 8 persen).
Berdasarkanperbandingan tersebut, dapatlah diketahui apakah bank
yangbersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR atau tidak. Jika
hasilperbandingan antara perhitungan rasio modal dan kewajiban
minimumsama dengan 100 persen atau lebih, modal bank yang
bersangkutantelah memenuhi ketentuan CAR. Sebaliknya jika
hasilnya kurang dari100 persen modal bank tersebut tidak
memenuhi ketentuan CAR.
2. Primary Ratio(PR)
Primary Ratio merupakan perbandingan antara modal sendiri dan total aktiva.
Rasio ini digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana modal yang tersedia
dapat menutupi atau mengimbangi total aktivanya. Rasio ini berguna untuk
memberikan indikasi apakah permodalan yang telah ada memadai.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
PR =Modal Sendiri
Total Aktiva x 100%…………… (18)
31
3. Risk Asset Ratio(RAR)
Rasio ini hampir sama dengan Primary Ratio, tetapi lebih dikonsentrasikan pada
kemungkinan penurunan dari total aset. Besarnya Risk Asset Ratio dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
RAR =𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐶𝑎𝑠ℎ − 𝑆𝑒𝑐𝑢𝑟𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠𝑥 100%…………… (19)
4. Capital Asset (CA)
Rasio ini maksud dan kegunaannya sama dengan Risk Asset Ratio, tetapi lebih
ditujukan kepada kemungkinan penurunan dari aset yang mempunyai risiko lebih
besar. Besarnya capital asset dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
CA =Total Assets − Cash − Securuties − Other Low Risk Assets
Equity Capitalx100% … (20)
5. Capital Ratio
Rasio ini menunjukkan besarnya modal yang dapat dipergunakan untuk menutupi
kegagalan kredit. Besarnya Capital Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
CR =Total Modal
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑥 100%…………… (21)
5. Aktiva tetap terhadap Modal
Rasio ini menunjukkan manajemen bank dalam menentukan besarnya aktiva tetap
dan inventaris yang dimiliki bank yang bersangkutan terhadap modal bank. Rasio
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rasio Aktiva ttp thdp modal =Aktiva Tetap dan Investasi
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝑥 100%…… (22)
Pada penelitian ini rasio permodalan yang digunakan adalah Primary Ratio (PR).
32
2.3 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
BANK PEMERINTAH
LAPORAN KEUANGAN
LIKUIDITAS: LDR IPR
KUALITAS AKTIVA:
NPL APB
SENSIVITAS: IRR
RENTABILITAS: ROA ROE
BOPO
PERMODALAN: PR
APAKAH ADA PERBEDAAN?
LAPORAN KEUANGAN
SENSIVITAS: IRR
KUALITAS AKTIVA:
NPL APB
LIKUIDITAS: LDR IPR
RENTABILITAS: ROA ROE
BOPO
PERMODALAN: PR
BANK SWASTA NASIONAL DEVISA
33
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusanmasalah, tujuan penelitian, dan kerangka pemikiran
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada variable Loan Deposite Ratio
(LDR)antara Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada variable Investing Policy Ratio
(IPR) antara Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan pada Primary Ratio (PR) antara Bank
Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa.
4. Terdapat perbedaan yang signifikan pada variable Non Performing
Loan(NPL)antara Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional
Devisa.
5. Terdapat perbedaan yang signifikan pada variable Aktiva Produktif
Bermasalah (APB) antara Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta
Nasional Devisa.
6. Terdapat perbedaan yang signifikan pada variable Return On Aset (ROA)
antara Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa.
7. Terdapat perbedaan yang signifikan pada variable Return On
Equity(ROE)antara Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional
Devisa.
8. Terdapat perbedaan yang signifikan pada variable Beban Operasional dan
Pendapatan Operasional(BOPO)antara Bank Pemerintah dan Bank Umum
Swasta Nasional Devisa.
34
9. Terdapat perbedaan yang signifikan pada variable Interest Rate Risk (IRR)
antara Bank Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa.